Siti Salhani
11160130000074
5B
Syahlani97@gmail.com
Abstrak
Pendahuluan
Tinjauan Pustaka
Menurut Autin dan John R.Searle dalam buku speech Acts: An Essay in
The philosophy og language menyatakan bahwa pada penggunaan bahasa yang
sesungguhnya terdapat tiga macam tindak tutur. Ketiga macam tindak tutur
atau speech acts itu secara berturut turut dapat disebutkan seperti berikut: (1)
tindak lokusioner (locutionary acts), (2) tindak ilokusioner (illocutionary acts),
dan (3) tindak perlokusioner (perlocutionary acts).
Tindak tutur lokusioner adalah tindak tutur dengan kata, frasa, dan
kalimat itu sendiri. Dalam tindak lokusioner ini sama sekali tidak
dipermasalahkan ihwal maksud tuturan yang disampaikan oleh penutur. Perlu
dikatakan bahwa tindak tutur lokusioner itu adalah tindak menyampaikan
imformasi yang disampaikan oleh penutur.
kedua adalah tindak tutur ilokusioner atau illocutionary acts, menurut
cf. Wijana dkk, bahwa tindak tutur ilokusioner merupakan tindak melakukan
sesuatu dengan maksud dan fungsi tertentu di dalam kegiatan bertutur yang
sesungguhnya. Tindak tutur ilokusioner dapat dinyatakan dengan ungkapan
dalam bahasa inggris, the act of doing something. Jadi ada semacam daya atau
force di dalamnya yang dicuatkan oleh makna dari sebuah tuturan. Dan yang
terakhir adalah tindak perlokusioner atau perlocutionary acts. Tindak tutur
perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang
mitra tutur oleh penutur. Tindak tutur perlokusioner dapat dinyatakan dengan
ungkapan dalam bahasa inggris, the act of offecting someone.
Searle menggolongkan tindak tutur ilokusi dalam aktivitas bertutur
kedalam lima macam bentuk tuturan, yakni (1) asetif, (2) direktif, (3) ekpresif,
(4) komisif dan (5) deklarasi. Setiap bentuk tuturan yang disampaikan oleh
searle seperti drsebutkan di atas itu dapat di jelaskan sebagai berikut:
1. Bentuk tuturan asestif
Bentuk tuturan yang mengikat penutur pada kebenaran proposi yang sedang
diungkapkannya dalam bentuk tuturan. Bentuk tuturan asetif dapat
mencakup hal-hal sebagai berikut: (a) menyatakan (stating), (b)
menyarankan, (c) membual (boasting), (d) mengeluh (complaining), dan (e)
mengklaim (claiming).
2. Bentuk tutur direktif (direktive)
Bentuk tuturan direktif adalah bentuk tuturan yang dimaksudkan oleh si
penuturnya untuk membuat pengaruh agar sang mitra tutur melakukan
tindakan tindakan yang dihendakinya seperti berikut: (a) memesan
(ordering), (b) memerintah (commading), (c) memohon (requesting), (d)
menasehati (advising), (e) merekomendasi (recommending).
3. Bentuk tutur ekpresif (expresif)
Bentuk tuturan yang berfungsi menyaatakan atau menunjukan sikap psikologis si
penutur terhadap keadaan tertentu seberti yang dapat disebutkan berikut
ini: (a) berterima kasih (thinking), (b) memberi selamat (congratulating), (c)
meminta maaf (pardoning), (d) menyalahkan (blaming), (e) memuji
(prasing), dan (f) berbela sungkawa (condoling).
4. Bentuk tuturan komisif (comunisivve)
Bentuk tuturan yang digunakana untuk menyatakan janji atau penawaran tertentu
atau sebagai berikut ini: (a) berjanji, (b) bersumpah, (c) menawarkan
sesuatu.
5. Bentuk tuturan deklarasi (declaration)
Bentuk tuturan yang menghubungkan antara isi tutturan dengan kenyataan
sepertin (a) berpasrah (resigning), (b) memecat (dismissing), (c) membabtis
(chrestening), (d) memberi nama (naming), (e) mengangkat (appointing), (f)
meng ucilakan (ecommunicating), dan (g) menghukum (centencing).
Satu hal yang sangat mendasar yang dapat dicatatdari penggolongan tindak tutur
ilokusi atau illocutionary acts ini ke dalam bentuk bentuk tuturan menurut
filsuf yang ternama ini adalah bahwa satu tindak tutur, yakni tindak tutur
tindak tutur ilokusi, ternyata dapat memiliki bentuk bentuk tuturan yang
mencermunkan maksud dan fungsi komunikatif yang bermacam-macam.
Tidak sepenuhnya sejalan dengan apa yang dinyatakan oleh Searle
di atas tadi, linguis lainnya seperti Leech dan Blum-Kulka justru menyatakan
hal yang berlawanan dengan pernyataan di atas. Adapun yang dimaksud
adalah bahwa menurut mereka, satu fungsi bahasa itu dapat dinyatakan
dengan bentuk-bentuk tuturan yang bermacam-macam. Pemahaman dari
seorang Blum-Kulka inilah yang pada gilirannya melahirkan kajian
pragmatik secara lintas budaya, sekalipun istilah sosiopragmatik itu sendiri
sebenarnya sudah terlebih dahulu dinyatakan oleh Leech.
Maka dapat dikatakan bahwa disumbangan pemikiran dari
Blum-Kulka ini sejalan dengan apa yang digagaskan oleh Leech ketika ia
menelorkan istilah sosiopragmatik.
Selanjutnya berkenaan dengan bentuk bentuk tuturan itu perlu juga
dijelaskan bahwa Blum-Kulka telah menyatakan hal hal yang sangat penting
seperti berikut ini. Menyuruh (commanding), misalnya saja, dapat
dinyatakan dengan berbagai macam cara.
Menurutnya, terdapat sembilan macam cara untuk menyatakan
maksud direktif menyuruh (commading) dalam sebuah bahasa, yakni: (1)
dengan kalimat imperatif (tutup pintu itu !), (2) dengan kalimat performatif
ekplisit (saya meminta saudara menutup pintu itu), (4) dengan pernyataan
performatif berpagar (sebenarnya saya mau minta saudara menutup pintu
itu!), (5) dengan pernyataan keinginan (saya ingin pintu itu ditutup), (6)
dengan rumusan saran (bagaimana kalau pintu itu di tutup?), (7) dengan
persiapan pertanyaan (saudara dapat menutup pintu itu?), (8) dengan
isyarat kuat (denag pintu seperti `itu, saya kedinginan.), dan (9) dengan
isyarat halus (saya kedinginan). Pemahaman Blum-Kulka seperti yang
disebutkan di atas itu juga digunakan sebagai salah satu kerangka berPikir
di dalam pelaksanaan kajian terhadap entitas imperatif dalam bahasa
indonesia. Demikian juga, wujud-wujud imperatif yang bermacam macam
dalam bahasa undonesia akan dapat diidentifikasi pula wujud
kesantunannya, bahkan mungkin pula gladasi atau urutan kesantunannya.
Jenis jenis tindak tutur
Menurut wujaya dalam bukunya yang berjudul Dasar-dasar
pragmatik telah menguraikan adanya dua mmacam jenis tindak tutur di
dalam praktik bahasa, yakni (1) tindak tutur langsung dan tindak tutur tidak
langsung, (2) tindak tutur literal dan tindak tutur tidak literal.
Yang dimaksud dengan tindak tutur langsung adalah tindak tutur
yang dinyatakan sesuai dengan modus kalimatnya. Kalimat berita atau
deklaratif adalah kalimat yang digunakan untuk menyampaikan informasi.
Kalinat tanaya digunak untuk menanyakan sesuatu, sedangkan kalimat
perintah digunakan untuk menanyaka perintah. Jadi tindak tutur langsung
itu sesungguhnya merefleksikan fungsi konvensional dari sebuah kalimat.
Adapun yang dimaksud dengan tindak tutur tidak langsung adalah
tindakan yang tidak dinyatakan langsung langsung oleh modus kalimatnya.
Ada kalanya, untuk menyampaikan maksud memerintah, orang akan
menggunakan kalimat berita, atau bahkan mungkin menggunakan kaliamat
tanya. Ada kalanya pula, sebuah pertanyaan harus dinyatakan secara tidak
konvensional dengan sebuah kalimat berita. Akan tetapi, perlu diketahui
diketahui juga bahwa kalimat perintah mustahil dapat digunakan secara
tidak langsung untuk menyatakan maksud yang bukan perintah. Jadi, hanya
kalimat bermodus berita dan bermodus tanya sajalah yang bisa digunakan
untuk mananyakan tindak tutur yang tidak langsung.
Tindak tutur yang tidak langsung harus dimaknai dengan sesuatu
yang tersirat atau yang terimplikasi di dalamnya. Makna yang demikian itu
dapat diperoleh hanya dengan melibatkan konteks situasinya. Sebagai
contoh, tuturan yang berbunyi ‘ Ruangannya gelap sekali.’ Dari sisi
modusnya adalah semata mata kalimat berita. Maka tindakan
menyampaikan informasi bahwa ruanagan itu gelap sekali meruupakan
tindak tutur yang sifatnya langsung dan modusnya adalah deklaratif. Akan
tetapi, kalau yang diamksud adalah memerintah seseorang untuk
menyalakan lampu karena situasi ruangan yang sangat gelap, maka tindak
tutur yang demikian itu disebut sebagai tindak tutur yang tidak langsung.
Implikatur digunakan untuk menerangkan apa yang mungkin
diartikan, disarankan, atau dimaksudkan oleh penutur yang berbeda
dengan apa yang sebenarnya dikatakan oleh penutur. Dalam implikatur
terdapat keterkaitan antara ujaran dari seorang penutur dan lawan tutur
(Brown dalam Grice dalam Siallag). Dalam implikatur terdapat keterkaitan
antara ujaran dari seorang penutur dan lawan tutur.
Rahardi dalam Siallagan mengatakan bahwa penutur dan mitra
tutur dapat secara lancar berkomunikasi karena mereka memiliki semacam
kesamaan latar belakang pengetahuan tentang sesuatu yang dipertuturkan.
Sehingga, di antara penutur dan mitra tutur terdapat semacam persetujuan
tidak tertulis bahwa apa yang sedang dipertuturkan itu saling dimengerti.
Hal ini dikarenakan tuturan tersebut mengimplikasikan proposisi yang
bukan merupakan bagian dari tuturan tersebut.
Nadar dalam Siallagan menyatakan bahwa untuk memahami
implikatur, seorang mitra tutur akan berusaha memperoleh pemahaman
dari ingatannya dan menyusunnya dengan ancangan-ancangan asumsi yang
diperoleh dari ingatannya. Kemudian ia melanjutkan proses berpikirnya,
menghubungkan antara tuturan dan konteksnya. Selanjutnya hasil dari
proses berpikir tersebut digabungkan dengan pengetahuannya. Proses ini
melahirkan kesimpulan yang disebut implikatur. Sebuah tuturan dapat
mengimplikasikan proposisi yang
Metode Penelitian
a. Sumber Data
Sumber data yang saya ambil yaitu dari sumber referensi berupa buku, jurnal,
dan youtobe.
b. Teknik pengambilan data
Analisis Data berupa tanggapan informan mengenai produk iklan yang di
tawarkan di televisi.
c. Waktu pengambilan data
Waktu pengambilan data di lakukan pada tanggal 17 Desember 2018.
d. Informan
Teman teman kelas dan kerabat dekat.
Dari data yang berhasil dikumpulkan, diperoleh keterangan jenis tindak tutur ilokusi,
tindak tutur perlokusi, dan tanggapan pemirsa tentang iklan minuman
tersebut yang digunakan oleh bintang iklan yang ditemukan yaitu sebagai
berikut:
Bagian yang dicetak miring dikaitkan dengan teori tindak tutur, tindak tutur ilokusi yang
terdapat konteks iklan tersebut adalah tindak ilokusi asetif “
menyatakan atau menjelaskan”. Tuturan BI 2 bermaksud “
menyatakan atau menjelaskan bahwa minuman Floridina
merupakan minuman yang diambil langsung dari Floridina yang
memiliki bulir Fresh seperti baru dipetik.
2. Tindak tutur direktif
tindak tutur yang dimaksudkan untuk menimbulkan beberapa efek tindakan
mitra tutur meliputi memerintah dan meminta. Pada ikan produk
minuman terdapat data yang berisi tindak tutur direktif, yaitu sebagai
berikut:
a. Meminta
1) Iklan Good Day
Konteks :
Di dunia impiannya terdapat sebuah pulau yang dihuni seseorang dan kawan kawanya
mereka saling berlarian dan berselancar di laut. Di pinggir
pantai mereka merasakan keindahan pantai sambil
menikmati Good Day.
Tuturan :
2) Iklan Floridina
Kontek :
Pada tayangan di televisi seorang wanita sedang melakukan
syuting datang seorang anak kecil membawa botol
minuman Floridina dan bermaksud memberi tahu kepada
wanita tersebut membawa isi botol minuman tersebut
telah habis. Seoarng wanita tersebut menyatakan bahwa
minuman tersebut telah habis. Lalu muncul seorang pria
yang bermaksud memberi minuman tersebut kepada
anak kecil tersebut. Minuman Floridina diambil langsung
dari Floridina dan banyak yang menyukai minuman
tersebut.
Tuturan:
BI 1 : “ Habis Mami, lagi dong....!”
BI 2 : “ Habis sayang ...”
Karir atau keluarga semua harus number one especially untuk
Noahku
3) Iklan Mizone
Konteks :
Ada seseorang pelayan toko 1 yang sedang merapikan rak
minuman tetapi minuman tersebut beda merk dengan
minuman yang dekat dengan rak tersebut. Pelayan toko 2
menegur kepada pelayan toko 1 bahwa minuman
tersebut tidak diperbolehkan dirapikan di cdekat rak yang
dipegang oleh pelayan toko 1. Pelayan toko 2 merasa
kesal dan akhirnya toko pelayan 1 membuat rak minuma
sendiri dan digesernya dihadapan pelayan toko 2. Pelayan
toko 2 juga measa kesal. Akhirnya mereka saling
mendorong rak minuman tersebut.
Tuturan :
BI 1 : “ yang baru ya?
BI 2 : “ Iya Mizone juga tapi, bukan isotonik”.
BI 1 : “ Eh...eh bukan isotonik?
BI 2 : “ Kenapa?
BI 1 : “Disini isotonik, kan itu bukan”.
BI 2 : “ Trus taruh dimana dong?”
BI 1 : “ Terserah tapi jangan di sini”.
BI 2 : “Eh...eh...eh. apa-apaan ini?”
BI 1 : “Katanya terserah”.
Nr : Mizonen Fresin baru, bukan isotonik, perpaduan unik buah
vitamin dan ektrak white tea, segarnya benar-benar beda.
Dikaitkan dengan tindak tutur. Tindak ilokusi yang tedapat dalam
konteks iklan tersebut adalah tindak tutur direktif “
meminta”. Nr meminta kepada masyarakat agar membeli
dan mengkosumsi Mizone Fresin yang membuat segar
kembali dan segarnya benar-benar beda.
4) Iklan frestea versi truk gandeng
Kontek :
Di sebuah halte bus, ada seeorang pria yang sedang sendirian
dan melihat disekelilingnya banyak yang sedang
bermesraan. Tiba-tiba muncul anak kecil yang menyindir
pria tadi mengapa tidak punya pasangan dan menuntuk
kearah kendaraan truk. Munsul sebuah minuman yang
disorkan ke arah pria tadi dan diminumnya.
Tuturan :
BI 1 : “ Om..om”
BI 2 : Apa?”
BI 1 : Truk aja gandengan, masa om engga?” (sambil
ketawa).
Nr : Masalah besar jadikan masalah kecil, baru frestea
botol kecil.
Dikaitkan dengan tindak tutur, tindak ilokusi yang terdapat dalam
konteks iklan tersebut adalah tindak tutur direktif
“meminta”. Pengiklanan memiliki maksud kepada
konsumen tentang frestea yang apabila konsumen
memiliki masalah dan konsumsi frestea maka masalah
akan terasa ringan.
Nr : Karena teh ulong buat lemak lewat, jadi loe gak usah
Dikaitkan dengan tindak tutur, tindak ilokusi yang terdapat dalam konteks iklan
tersebut adalah tindak tutur ekspresif “mengucapkan selamat”.
Tuturan “Happy week anniversary”, “Happy sepuluh harian
yank”, “Selamat hari senin sayang”, “Happy Jum’at kliwon”
kepada BI3 yang merupakan kekasihnya.
Ada seorang wanita yang akan member kejutan kepada seorang pria namun muncul
seorang yang bergambar animasi yang keluar dari lemari dan
memperkenalkan diri kepada wanita tersebut. Datang seorang pria
menyapa wanita tersebut, wanita tersebut memberi kejutan berupa
kue rainbow. Wanita tersebut memberi kejutan hingga 4 kali lalu
muncul the ulong memberi minuman kepada pria tadi disaat mereka
berdua sedang makan bersama.
Tuturan :
BI 1 : Hei, eh loe siapa?
BI 2 : Gue My Tea, teh ulong, bukan teh ijo, bukan teh item”. (sambil
membuka kulkas).
BI3 : “Halo sayang”.
Nr : Karena teh ulong buat lemak lewat, jadi loe gak usah
Dikaitkan dengan tindak tutur, tindak ilokusi yang terdapat dalam konteks iklan tersebut
adalah tindak tutur deklaratif “menamai”.
Pengiklanan melakukan tindak ilokusi deklaratif “menamai”, maksudnya adalah
pengiklan menentukan suatu gaya hidup yang baru kepada
masyarakat bahwa setelah mengkonsumsi My Tea, lemak yang
berlebihan di dalam tubuh kita akan lewat dan menjaga
keseimbanagan berat badan kita.
tindak tutur perlokusi merupakan tindak tutur yang memiliki maksud untuk
memengaruhi mitra tuturnya.
Nr : Karena teh ulong buat lemak lewat, jadi loe gak usah
Dikaitkan dengan tindak tutur, tindak ilokusi yang terdapat dalam konteks iklan tersebut
adalah tindak tutur representatif dalam konteks iklan tersebut
adalah fungsi representatif “menunjukkan”. Fungsi representatif
menunjukkan adalah fungsi yang mengajukan atau
memperlihatkan sesuatu dengan bukti. Tuturan yang dilakukan
oleh penutur kepada mitra tutur menunjukkan bahwa ada produk
minuman yang pas buat disaat ngemil.
Fungsi direktif
fungsi yang diacu oleh maksud tuturan agar mitra tutur melakukan tindakan seperti
yang disebutkan di dalam tuturan tersebut.
a. Mengajak
1) Iklan Q Guava
Konteks:
Ada 2 kelelawar yang sedang mendengus-dengus ke buah jambu yang ada di pohon,
mereka mencari buah yang sudah matang. Awalnya banyak buah yang
masih mentah sampai ketiga pohon yang mereka cari buah yang matang
lalu akhirnya muncul Q Guava yang memberikan aroma buah jambu yang
matang. Tiba-tiba muncul 2 bintang iklan yang sedang mengkonsumsi Q
Guava, mereka menikmati kesegaran minuman tersebut yang mempunyai
rasa unik.
Tuturan:
Bagian yang dicetak miring pada data di atas merupakan fungsi tindak tutur
perlokusi direktif mengajak. Fungsi tindak tutur perlokusi direktif mengajak adalah
fungsi meminta atau menyilaukan mitra tuturnya supaya turut melakukan sesuatu yang
disebutkan atau dimaksudkan di dalam penutur kepada mitra tuturnya. Tuturan yang
dilakukan oleh penutur kepada mitra tuturnya mengajak supaya mitra tutur mencari
buah jambu yang sudah matang.
Tanggapan Pemirsa
Dalam kaitan ini, mitra tutur dari bintang iklan yang melakukan tuturan
langsung berupa dialog adalah bintang iklan yang berkedudukan sebagai mitra tutur
dalam peristiwa tutur yang ada. Mitra tutur bintang iklan yang melakukan tuturan
berbentuk monolog adalah para audien atau penonton yang menyaksikan paket iklan
tersebut. Dari adanya tuturan tersebut pasti akan menimbulkan tanggapan oleh para
pemirsa. Dari data yang berhasil dikumpulkan, diperoleh beberapa tanggapan dari
penonton mengenai iklan produk minuman di televisi sebagai berikut:
1. Iklan Floridina
Mitra tutur : menurut saya iklan tersebut sanfat menarik. Iklan ini memberi sesuatu
kesegaran yang alami bagi konsumen sehingga konsumen dapat merasakan
sesuatu yang berbeda dari minuman lain kareena minuman mengandung
Floridina Orange fresh dan buliran jeruknya seperti baru di petik dan dikirim
dengan suhu 17ᵒ C.
Simpulan
Dari analisis data yang sudah dilakukan ada jenis tindak tutur yang sering
digunakan yaitu jenis tindak tutur direktif “meminta” yaitu ada 4 data iklan yaitu iklan
Floridina, Good Day, Mizone Fresin, Frestea versi truk gandeng, tidak ada jenis tindak
tutur perlokusi yang sering digunakan.
Hasil yang diperoleh dari wawancara antara peneliti dengan para informan
adalah para informan tertarik pada beberapa iklan yang memiliki nilai moral. Misalnya,
terhadap iklan Teh Pucuk Harum, informan sangat tertarik dengan iklan tersebut.
Informan lebih memilih Teh Pucuk Harum karena adanya pengaruh nilai moral yaitu
suatu kerjasama memang dibutuhkan saat berkomunikasi, di dalam tayangan iklan
menunjukkan adanya suatu proses kerjasama untuk mencapai suatu harapan yang baik.
Daftar Pustaka
Rani, Abdul dkk. 2004. Analisis Wacana Sebuah Kaji Bahasa dalam Pemakaian.
Malang: Bayumedia.
Bungin, Burhan. 2008. Komunikasi Sosial Media Massa. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sudaryanto. 1993. Metode dan Aneka Teknik Analisis Bahasa: Pengantar Penelitia
Wahana Kebudayaan Sastra Linguistik. Yogyakarta: Duta Wacana
University Press.