Anda di halaman 1dari 84

PENGARUH PELAKSANAAN RANGE OF MOTION (ROM)

PADA KLIEN POST STROKE

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Karya Tulis Ilmiah


Pada Program Diploma III Keperawatan

Oleh :
Wulandary
NIM : 171440129

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
JUNI 2021

i
PENGARUH PELAKSANAAN RANGE OF MOTION (ROM)
PADA KLIEN POST STROKE

KARYA TULIS ILMIAH

Disusun untuk memenuhi mata kuliah Karya Tulis Ilmiah


Pada Program Diploma III Keperawatan

Oleh :
Wulandary
NIM : 171440129

POLITEKNIK KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN PANGKALPINANG
JURUSAN KEPERAWATAN
JUNI 2021

ii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : Wulandary

NIM : 171440129

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa proposal tugas akhir yang saya tulis
ini adalah benar-benar merupakan hasil karya saya sendiri, bukan merupakan
pengambilan tulisan atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai hasil tulisan
atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari terbukti atau dapat dibuktikan proposal tugas akhir
ini adalah hasil plagiat, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan
tersebut sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

Pangkalpinnag, Juni 2021


Yang membuat pernyataan,

Wulandary

iii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

Proposal Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh:

Nama : Wulandary

NIM : Pengaruh
171440129Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) pada Klien
Post Stroke

Judul :

Telah diperiksa dan disetujui untuk diujikan pada :

Hari :

Tanggal :

Mengetahui

iv
Pembimbing I Pembimbing II

Ns. Tajudin, MM Nur Ekosaputro, S.Kep

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

Propoal Karya Tulis Ilmiah ini disusun oleh:

Nama : Wulandary

NIM : Pengaruh
171440129Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) pada Klien
Post Stroke

Judul :

Telah diterima dan disahkan pada :

v
Hari :

Tanggal :

Tim Penguji

Suherman, M.Kep Ketua Penguji (.................................)

Ns. Tajudin, MM Pembimbing I (.................................)

Nue Ekosaputro, S.Kep Pembimbing II (................................)

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya serta bimbingan dan pengarahan dari dosen pembimbing,
penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah dengn judul “Pengaruh
Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) pada Klien Post Stroke ”. Penulisan

vi
Karya Tulis Ilmiah ini dilakukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
menyelesaikan pendidikan Diploma D III Keperawatan di Politeknik Kesehatan
Kementerian Pangkalpinang Prodi DIII Keperawatan Pangkalpinang.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis mendapatkan petunjuk,


bimbingan, support, bantuan, serta saran baik secara secara tertulis maupun tidak
tertulis, untuk itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak drg. Harindra, MKM selaku Direktur Politeknik Kesehatan


Kementerian Kesehatan Pangkalpinang Prodi D III Keperawatan
Pangkalpinang.
2. Bapak Akhiat, SKM.,M.Si selaku Ketua Prodi DIII Keperawatan
Pangkalpinang
3. Bapak Ns. Tajudin, MM selaku pembimbing I dalam Karya Tulis Ilmiah yang
telah memberikan dan meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
4. Bapak Nur Ekosaputro, S.Kep selaku pembimbing II dalam Karya Tulis
Ilmiah yang telah meluangkan waktu untuk membimbing penulis.
5. Bapak dan ibu dosen beserta staf pendidikan Politeknik Kesehatan
Kementerian Kesehatan Pangkalpinang Prodi Diploma III Keperawatan
Pangkalpinang.
6. Teman-teman satu angkatan penulis di Politeknik Kesehatan Kementerian
Kesehatan Pangkalpinang Prodi D III Keperawatan Pangkalpinang yang tidak
bisa disebutkan satu persatu.
Penulis menyadari dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini masih
banyak terdapat kekurangan baik teknik penulisan maupun isinya, hal ini karena
keterbatasan kemampuan dan pengetahuan yang penulis miliki. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang sifatnya membangun guna perbaikan di masa
yang akan datang.
Akhirnya penulis hanya bisa berharap semoga Allah SWT melimpahkan
karunia serta rahmat dan ridho-Nya untuk kita semua dan semoga Karya Tulis
Ilmiah ini berguna bagi kita semua. Amiin.

vii
Pangkalpinang, Juni 2021

Penulis

viii
STUDI LITERATUR : PENGARUH PELAKSANAAN RANGE OF
MOTION (ROM) PADA KLIEN POST STROKE

ix
Wulandary, Ns. Tajudin, MM, Nur Ekosaputro, S.Kep (2021)

Program Studi Keperawatan Politeknik Kementerian Kesehatan Republik


Indnesia Pangkalpinang

E-mail :

ABSTRAK

Stroke adalah suatu penyakit yang sebagian besar gejala klinisnya berkembang
dengan cepat dan mengganggu fungsi otak, berlangsung lebih dari 24 jam dan
dapat menyebabkan kematian. Berdasarkan data Riskesdas tahun 2018, prevalensi
penyakit tidak menular seperti stroke, meningkat di bandingkan tahun 2013
prevalensi stroke tahun 2013 sebesar 7%, sedangkan pada tahun 2018,
berdasarkan diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 10.9% atau
di perkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Terapi dibutuhkan segera untuk
mengurangi cedera cerebral lanjut, salah satu program rehabilitasi yang dapat
diberikan pada pasien stroke yaitu mobilisasi persendian dengan latihan range of
motion (ROM). Tujuan range of motion yaitu untuk mempertahankan atau
memelihara kekuatan otot, memelihara mobilitas persendian, merangsang sirkulsi
darah dan mencegah kelainan bentuk. Rancangan studi kasus yang digunakan
adalah literatur review untuk memperkaya wawasan asuhan keperawatan
keluarga pada stroke. Metode pengumpulan data pada studi kasus menggunakan
dua jurnal terkait latihan range of motion. Hasil studi kasus tentang asuhan
keperawatan keluarga pada stroke dengan terapi range of motion dapat dijadikan
untuk memelihara kekuatan otot dan gerak sendi. Kesimpulan yang didapatkan
dari studi kasus bahwa pasien yang mengalami stroke dengan bantuan
keluarganya dapat menerapkan terapi range of motion, hal ini sangat penting
untuk memelihara kekuatan otot dan gerak sendi.

Kata Kunci : Range Of Motion, Stroke

x
STUDY OF LITERATURE : THE EFFECT OF IMPLEMENTING THE
RANGE OF MOTION (ROM) IN POST STROKE CLIENTS

Wulandary, Ns. Tajudin, MM, Nur Ekosaputro, S.Kep (2021)

Nursing Study Program in Health Polytechnic Ministry Of Health Republic Of


Indonesia Pangkalpinang

E-mail:

ABSTRACT

Stroke is a disease where most of the clinical symptoms develop rapidly and
interfere with brain function, lasts more than 24 hours and can cause death. Based
on Riskesdas data in 2018, the prevalence of non-communicable diseases such as
stroke increased compared to 2013, the prevalence of stroke in 2013 was 7%,
whereas in 2018, based on doctor's diagnosis of people aged ≥ 15 years, it was
10.9% or an estimated number of 2,120,362 person. Therapy is needed
immediately to reduce advanced cerebral injuries, one of the rehabilitation
programs that can be given to stroke patients is joint mobilization with range of
motion (ROM) exercises. The purpose of range of motion is to maintain or
maintain muscle strength, maintain joint mobility, stimulate blood circulation and
prevent deformities. The case study design used is a literature review to enrich the
insights of family nursing care in stroke. The data collection method in the case
study uses two journals related to range of motion exercises. The results of a case
study on family nursing care for stroke with range of motion therapy can be used
to maintain muscle strength and joint motion. The conclusion obtained from the
case study is that patients who have had a stroke with the help of their families
can apply range of motion therapy, this is very important to maintain muscle
strength and joint motion.
Keywords: Range Of Motion, Stroke

xi
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................... i

SAMPUL BELAKANG............................................................................... ii

xii
PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN................................................... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING............................................ iv

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI....................................................... v

KATA PENGANTAR.................................................................................. vi

ABSTRAK ................................................................................................ viii

ABSTRACT ................................................................................................ ix

DAFTAR ISI................................................................................................. x

DAFTAR TABEL......................................................................................... xiii

DAFTAR GAMBAR.................................................................................... xiv

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................... xv

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang .................................................................................. 1


B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan Penulisan................................................................................ 4
D. Manfaat Penulisan.............................................................................. 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

xiii
A. Konsep Dasar Stroke ......................................................................... 5
1. Definisi.......................................................................................... 5
2. Etiologi ......................................................................................... 5
3. Manifestasi Klinis.......................................................................... 6
4. Klasifikasi...................................................................................... 6
5. Patofisiologi................................................................................... 9
6. Komplikasi..................................................................................... 9
7. Pemeriksaan Penunjang…………………………………………... 10
8. Penatalaksanaan medik.................................................................. 10
B. Konsep Keluarga................................................................................ 11
1. Definisi.......................................................................................... 11
2. Tipe Keluarga................................................................................ 11
3. Karakteristik Keluarga .................................................................. 12
4. Struktur dalam keluarga ................................................................ 13
5. Fungsi dan peran keluarga............................................................. 14
6. Sifat keluarga................................................................................. 16
7. Tugas Kesehatan keluarga............................................................. 16
8. Tahapan keluarga sejahtera............................................................ 16
9. Tingkat kemandirian keluarga....................................................... 19
10.Perawatan Kesehatan keluarga..................................................... 20
C. Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga............................................. 23
1. Pengkajian...................................................................................... 24
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan.................... 27
3. Implementasi Keperawatan........................................................... 34
4. Evaluasi Keperawatan................................................................... 35
D. Konsep Range Of Motion (ROM)...................................................... 36
1. Definisi…………………………………………………….......... 36
2. Klasifikasi ……………………………………………………..... 36
3. Tujuan …………………………………………........................... 36
4. Prinsip Dasar ROM…………………………………………........ 37
5. Gerakan pada ROM....................................................................... 37

xiv
BAB III METODE PENULISAN

A. Kerangka Kerja.................................................................................. 39
B. Pengumpulan Data............................................................................. 40

BAB IV RESUME LITERATUR REVIEW

A. Hasil Literatur.......................................................................................41
B. Pembahasan .........................................................................................44
C. Keterbatasan Penelitian.........................................................................45

BAB IVPENUTUP

A. Kesimpulan...........................................................................................47
B. Saran......................................................................................................48

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel Halaman
Tabel 1 Skoring............................................................................................ 27
Tabel 2 Masalah Keperawatan..................................................................... 31
Tabel 3 Hail Literatur Review..................................................................... 41

xv
DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Langkah-langkah Proses Keperawatan......................................... 23


Gambar 2 Genogram...................................................................................... 25
Gambar 3 Kerangka Kerja Literature Review............................................... 39

xvi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran

1. Lembar Usulan Judul Karya Tulis Ilmiah

2. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing I

3. Lembar Bimbingan Proposal Pembimbing II

4. Lembar Bimbingan Revisi Proposal Pembimbing I

5. Lembar Bimbingan Revisi Proposal Pembimbing II

6. Lembar Surat Pengambilan Data di Puskesmas Gerunggang

7. Lembar Jurnal 1

8. Lembar Jurnal 2

xvii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia modern pada zaman saat ini memicu terjadinya perubahan gaya
hidup pada masyarakat di dalamnya. Salah satu perubahan gaya hidup dan
pola hidup adalah dengan mengkonsumsi makanan tinggi lemak. Tinggi
kolestrol. kurang olahraga atau aktivitas fisik. Hal ini menjadi salah satu
factor pemicu peningkatan tejdinya penyakit degeneratif dalam hal ini seperti
stroke. Stroke merupakan defisit (gangguan) fungsi anggota tubuh
terutama pada sistem persarafan yang dapat terjadi secara tiba-tiba dan bias
juga disebabkan karena gangguan peredaran darah di otak. Kejadian stroke
dapat juga terjadi akibat gangguan pada pembuluh darah yang ada di
otak (Jamalludin, 2020).
Stroke adalah suatu penyakit yang sebagian besar gejala klinisnya
berkembang dengan cepat dan mengganggu fungsi otak, berlangsung lebih
dari 24 jam dan dapat menyebabkan kematian. Stroke menyebabkan
gangguan suplai darah ke otak secara mendadak sehingga menyebabkan
suplai darah ke otak dapat tersumbat atau disebut dengan stroke iskemik, dan
juga dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di otak atau disebut
dengan stroke hemoragik (Hartono, 2019).
Stroke terjadi karena terganggunya suplai darah ke otak yang
dikarenakan pecahnya pembuluh darah atau karena tersumbatnya pembuluh
darah. Tersumbatnya pembuluh darah menyebabkan terpotongnya suplai
oksigen dan nutrisi yang mengakibatkan terjadinya kerusakan pada jaringan
otak. Gejala umum yang terjadi pada stroke yaitu wajah, tangan atau kaki
yang tiba-tiba kaku atau mati rasa dan lemah, biasanya terjadi pada satu sisi
tubuh. Gejala lainnya yaitu pusing, kesulitan untuk berbicara atau mengerti
perkataan, kesulitan untuk melihat baik dengan satu mata maupun kedua
mata, kesulitan jalan, kehilangan keseimbangan dan koordinasi, kehilangan

1
2

kesadaran, dan sakit kepala yang berat dengan penyebab yang tidak diketahui
(Suwaryo, 2019).
Menurut World Health Organization (WHO) (2016), stroke merupakan
masalah epidemik global yang mengancam kehidupan, kesehatan dan kualitas
hidup. Stroke sebagai masalah utama bagi kesehatan masyarakat karena
menjadi penyebab dari banyak kesakitan, kecacatan dan kematian. Setiap
tahun stroke menyebabkan 6,5 juta kematian di seluruh dunia dan
diperkirakan meningkat menjadi 7,8 juta penderita pada tahun 2030. Secara
global, hampir 80% kejadian stroke banyak dijumpai di negara miskin dan
berkembang.
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Kemenkes RI
tahun 2018.. prevalensi penyakit tidak menular seperti stroke pada tahun 2018
meningkat di bandingkan tahun 2013 prevalensi stroke tahun 2013 sebesar
7%, sedangkan pada Prevalansi stroke tahun 2018 di Indonesia, berdasarkan
diagnosis dokter pada penduduk umur ≥ 15 tahun sebesar 10.9% atau di
perkirakan sebanyak 2.120.362 orang. Provinsi Kalimantan timur (14.7%) dan
di Yogyakarta (14.6%) merupakan provinsi dengan prevalensi tertinggi stroke
Indonesia. Sementara itu Papua dan Maluku memiliki prevalansi stroke
terendah di bandingkan provinsi lainnya. Yaitu 4.1% dan 4.6%. (Kemenkes .
2018).
Hasil dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) di Bangka belitung
periode tahun 2018. Prevalensi penyakit stroke berdasarkan diagnosis dokter
pada penduduk umur ≥15 tahun yaitu sebesar 12.6%. baik berdasarkan
diagnosis maupun gejala, berdasarkan klompok umur terlihat bahwa kejadian
penyakit stroke terjadi lebih banyak pada kelompok umur 56-64 tahun,
peningkatan umur responden, Prevensi penyakit stroke meningkat sesuai
peningkatan umur responden. Pola prevelansi stroke menurut jenis kelamin
nampak tidak ada perbedaan yang berarti (Dinkes Babel, 2018)
Dampak yang disebabkan pasca stroke, dapat mempengaruhi
kehidupan penderita dalam berbagai aspek (fisik, emosional, psikologis,
kognitif, dan sosial). Tingkat kecacatan fisik dan mental pada penderita
3

pasca stroke dapat mempengaruhi kualitas hidup penderita. Seiring angka


kematian akibat stroke yang semakin menurun, lebih banyak penderita yang
harus hidup dengan berbagai keterbatasan dan gangguan (Bariroh, 2016).
Penderita stroke post serangan membutuhkan waktu yang lama untuk
memulihkan dan memperoleh fungsi penyesuaian diri secara maksimal.
Terapi dibutuhkan segera untuk mengurangi cedera cerebral lanjut, salah satu
program rehabilitasi yang dapat diberikan pada pasien stroke yaitu mobilisasi
persendian dengan latihan range of motion (ROM). Upaya latihan gerak atau
ROM pada pasien pasca Stroke akan tercapai manakala individu termotivasi
untuk mencari kebutuhan pada tahap yang lebih tinggi, sehingga individu
akan mempunyai tahap yang lebih tinggi, sehingga individu akan mempunyai
kemampuan dalam memecahkan masalah (Mufida, 2019).
Berdasarkan data dan uraian diatas, penyusun tertarik untuk
mengambil kasus dengan judul “Pengaruh Dukungan Keluarga dalam
Pelaksanaan Range Of Motion pada Pasien Stroke di Wilayah Kerja
Puskesmas Gerunggang Kota Pangkalpinang; Literatur Riview”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Pengaruh Pengetahuan dengan Dukungan Keluarga
dalam Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) pada Klien Post Stroke ?

C. Tujuan Penulisan
Menggambarkan Pengaruh Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) pada
Klien Post Stroke
.
D. Manfaat Penulisan
1. Masyarakat
Dapat menjadi salah satu referensi informasi bagi masyarakat
terutama dalam menerapkan terapi pada range of motion pada klien post
stroke.
2. Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang
Dapat menambah referensi dan memberikan informasi dibidang
4

Keperawatan bagi tenaga pendidik dan mahasiswa dalam memberikan


terapi pada range of motion pada klien post stroke.
3. Penulis
Mendapatkan banyak pengalaman serta pengetahuan dalam
mengaplikasikan atau menerapkan asuhan keperawatan yang telah
dipelajari terutama pengaruh Pelaksanaan Range Of Motion (ROM) pada
klien post Stroke
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep stroke
1. Definisi
Stroke adalah gangguan peredarah darah otak yang menyebabkan
defisit neurologis mendadak sebagai akibat iskemia atau hemoragi
sirkulasi saraf otak (Nurarif dan Kusuma, 2015).
Menurut Padila (2012), stroke atau Cerbro Vaskuler Accident
(CVA) adalah gangguan pembuluh darah otak, berupa penurunan kualitas
pembuluh darah otak..
Stroke adalah tanda-tanda klinis yang berkembang cepat akibat
gangguan fungsi otak baik lokal maupun menyeluruh yang berlangsung
selama 24 jam atau lebih atau menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskuler (Wijaya dan Putri, 2013).
2. Etiologi
Menurut Padila (2012), Faktor penyebab stroke adalah pecahnya
pembuluh darah otak sebagian besar disebabkan oleh rendahnya kualitas
pembuluh darah otak. Sehingga dengan adanya tekanan darah yang tinggi
pembuluh darah mudah pecah.
Stroke dibagi menjadi dua jenis yaitu stroke hemoragik dan stroke
non hemoragik. Stroke hemoragik merupakan stroke yang disebabkan oleh
pecahnya pembuluh darah otak. Pendarahan dapat terjadi pada
intraserebral dan subaraknoid. Penderita stroke hemoragik umumnya
menderita hipertensi. Sedangkan stroke non hemoragik yaitu tersumbatnya
pembuluh darah yang menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau
keseluruhan terhenti (Nurarif dan Kusuma, 2015).
a. Stroke Iskemik (non hemoragik)
Stroke iskemik adalah tersumbatnya pembuluh darah yang
menyebabkan aliran darah ke otak sebagian atau keseluruhan terhenti.

5
6

80% stroke adalah stroke iskemik. Stroke iskemik ini dibagi menjadi 3
jenis, yaitu:
1) Stroke Tombotik: proses terbentuknya thrombus yang membuat
gumpalan.
2) Stroke Embolik: tertutupnya pembuluh arteri oleh bekuan darah.
3) Hipoperfusion sistemik: berkurangnya aliran darah ke seluruh
bagian tubuh karena adanya gangguan denyut jantung.
b. Stroke Hemoragik
Stroke Hemoragik adalah stroke yang disebabkan oleh pecahnya
pembuluh darah ke otak. Hampir 70% kasus stroke hemoragik
disebabkan oleh hipertensi. Stroke hemoragik dibagi menjadi 2 jenis,
yaitu:
1) Hemoragik interaserebral: pendarahan yang terjadi didalam
jaringan otak
2) Hemoragik subaraknoid: pendarahan yang terjadi di ruang
subaraknoid
3. Klasifikasi stroke
Secara klinis stroke di bagi menjadi: (Padila, 2012)
a. Serangan Ischema Sepintas (Transient Ischema Attack/TIA)
b. Stroke Ischema (Stroke Non Hemoragik)
c. Stroke Hemoragik
d. Arteritis Pembuluh Darah Otak Lain.
4. Patofisiologi
Otak sangat tergantung pada oksigen dan tidak mempunyai
cadangan oksigen, jika aliran darah ke setiap bagian otak terhambat karena
thrombus dan embolus, maka mulai terjadi kekurangan oksigen ke
jaringan otak. Kekurangan selama 1 menitt dapat mengarah pada gejala
yang dapat pulih seperti kehilangan kesadaran. Selanjutnya kekurangan
oksigen dalam waktu yang lebih lama dapat menyebabkan nekrosisi
mikroskopik neiron-neuron. Kekurangan oksigen pada awalnya mungkin
akibat iskemia mum (karena henti jantung atau hipotensi) atau hipoksia
7

karena akibat dari proses anemia dan kesukaran untuk bernafas. Jika
etiologi stroke adalah hemorhagi maka faktor pencetus adalah hipertensi
(Wijaya dan Putri, 2013).
Pada stroke trombosis atau metabolic maka otak akan mengalami
iskemia dan infark sulit ditentukan. Ada peluang dominan stroke akan
meluas setelah seragan perrtama sehingga dapat terjadi edema serebral dan
peningkatan tekanan intrakranial (TIK) dan kematian pada area yang luas.
Prognosisnya tergantung pada daerah yang terkena dan luasnya saat
terkena (Wijaya dan Putri, 2013).
Gangguan pasokan aliran darah otak dapat terjadi dimana saja di
dalam arteri-arteri yang membentuk sirkulasi wilisi: arteri karotis interna
dan system vertebrobasilar dan semua cabang-cabangnya. Proses patologi
yang mendasari mungkin salah satu dari berbagai proses yang terjadi
didalam pembuluh darah yang memperdarahi otak (Wijaya dan Putri,
2013).
Patologinya dapat berupa :
a. Keadaan penyakit pada pembuluh darrah itu sendiri, seperti
aterosklerosis dan thrombosis, robeknya dinding pembuluh atau
peradangan.
b. Berkurangnya perfusi akibat gangguan aliran darah, misalnya syok
atau hiperviskositas darah.
c. Gangguan aliran darah akibat bekuan atau embolus infeksi yang
berasal dari jantung atau pembuluh ekstrakranium .
d. Rupture vascular didalam jaringan otak atau ruang subaraknoid.
(Wijaya dan Putri, 2013)
8

Pathway

Stroke Hemoragik Stroke Non Hemoragik

Peningkatan Thrombus/Emboli
tekanan sistemik di serebral

Aneurisma./APM Suplai darah ke


jaringan serebral
tidak adekuat
Perdarahan
arachnoid/ventrikel
Perfusi jaringan
serebral tidak
Hematoma serebral Vasospasme arteri adekuat
serebral/saraf
serebral
PTIK/Herniosis serebral
Iskemik/infork
Penurunan Penekanan sal
kesadaran pernafasan Defisit neurologi

Hemifer kanan Hemifer kiri

Hemiparase/plegi kiri Hemiparase/plegi kanan


Area brocca

Kerusakan fungsi Defisit perawatan diri


gg. mobilitas fisik
nervous VII dan
nervous XII

Kerusakan
kemunikasi verbal

Resti nutrisi
kurang dari
Kebutuhan tubuh

Sumber: Nurarif dan Kusuma (2015)


9

5. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinik stroke menurut Nurarif dan Kusuma (2015), yaitu:
a. Tiba-tiba mengalami kelemahan atau kelumpuhan
b. Tiba-tiba hilang rasa peka
c. Bicara cedel atau pelo
d. Gangguan bicara dan bahasa
e. Gangguan penglihatan
f. Mulut moncong atau tidak simetris ketika menyeringai
g. Gangguan daya ingat
h. Nyeri kepala hebat
i. Vertigo
j. Kesadaran menurun
k. Proses kencing terganggu
l. Gangguan fungsi otak
6. Komplikasi
Menurut Padila (2012), stroke dapat menimbulkan beberapa
komplikasi, yaitu :
a. Aspirasi
b. Atrial Fibrilasi.
c. Diabetes Insipidus
d. Peningkatan TIK
e. Hidrochepalus
Menurut Muttaqin (2011), Stroke dapat menimbulkan beberapa
komplikasi, yaitu:
a. Dalam hal immobilisasi : infeksi pernapasan, nyeri tekan, konstipasi,
dan trombofleblitis.
b. Dalam hal paralisis : nyeri pada darah punggung, dislokasi sendi,
deformitas, dan tejatuh.
c. Dalam hal kerusakan otak : epilepsi dan sakit kepala.
d. Hidrosefalus.
10

7. Pemeriksaan penunjang
Menurut Nurarif dan Kusuma, (2015), pemeriksaan penunjang pada
stroke, yaitu:
a. Angiografi Serebri
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti
pendarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
pendarahan seperti aneurisma atau malformasi vaskuler.
b. Lumbal pungsi, CT Scan, EEG, Magnetic Imaging Resnance (MRI).
c. USG Doppler
Untuk menidentifikasikan adanya penyakit arteriovena (masalah
sistem karotis)
8. Penatalaksanaan Medik
Menurut Padila (2012), penatalaksanaan stroke terbagi atas :
a. Pemeriksaan penunjang
1) Laboratorium
a) Hitung darah lengkap
b) Kimia klinik
c) Masa protombin
d) Urinalisis.
2) Diagnostik
a) Scan kepala
b) Angiografi serebral
c) EEG
d) Pungsi lumbal
e) MRI
f) X ray tengkorak
11

B. Konsep Keluarga
1. Definisi Keluarga
Keluarga adalah salah satu anggota rumah tangga yang saling
berhubungan melalui pertalian darah, adopsi dan perkawinan. Keluarga
merupakan suatu ikatan dan persekutuan hidup atas dasar ikatan
perkawinan antara orang dewasa maupun lawan jenis yang hidup bersama
laki-laki dan perempuan sudah sendiri tanpa memilik anak, maupun
anaknya sendiri atau adopsi dan tinggal dalam satu rumah (Dion & Betan,
2013).
Keluarga adalah dua atau lebih dari individu yang tergabung karena
hubungan darah, hubungan perkawinan dan adopsi, dalam satu rumah
tangga berinteraksi satu dengan lainnya dalam peran dan menciptakan
serta mempertahankan suatu budaya (Gusti, 2013).
Bakri (2017) mengemukakan bahwa keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang
berkumpul dan tinggal di suatu tempat dan tinggal satu atap dalam
keadaan saling ketergantungan.
2. Tipe Keluarga
Gusti (2013) menyatakan tipe-tipe keluarga adalah sebagai berikut:
a. Tipe Keluarga Tradisional, terdiri dari:
1) The Nuclear Family (keluarga inti)
Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang
diperoleh dari keturunanan atau adopsi/angkat.
2) The Extended Family (keluarga besar)
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
mempunyai hubungan darah (kakek-nenek, paman-bibi).
3) Keluarga Bentukan Kembali (Dyadic Family)
Adalah keluarga baru yang terbentuk dari pasangan yang telah
bercerai.
12

4) Orang Tua Tunggal (Single Parent Family)


Keluarga yang terdiri dari salah satu orang tua dengan anak-anak
akibat perceraian atau ditinggal pasangannya.
5) The Single Adult Living Alone
Orang dewasa yang tinggal sendiri tanpa menikah.
6) The Unmarried Teenage Mother
Adalah ibu dengan anak tanpa perkawinan.
7) Keluarga Usila (Niddle Age/Aging Couple)
Adalah suami sebagai pencari uang, istri dirumah atau kedua-
duanya bekerja dan anak-anaknya sudah meninggalkan rumah
karena sekolah/menikah/meniti karir.
b. Tipe Keluarga Non Tradisional
1) Commune family adalah lebih dari satu keluarga tanpa pertalian
darah hidup serumah.
2) Orang tua yang tidak ada ikatan perkawinan dan anak hidup
bersama dalam satu rumah.
3) Homo seksual adalah dua individu sejenis yang hidup bersama
dalam satu rumah tangga.
3. Karakteristik Keluarga
Guati (2013) menyatakan karakteristik keluarga adalah sebagai
berikut:
a. Terdiri dari dua atau lebih individu yang diikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi
b. Anggota keluarga biasanya hidup bersama atau jika terpisah mereka
tetap memperhatikan satu sama lain
c. Anggota keluarga berinteraksi satu sama lain dan masing-masing
mempunyai peran sosial: suami, istri, anak, kakak dan adik
d. Mempunyai tujuan yaitu: menciptakan dan mempertahankan budaya
dan meningkatkan perkembangan fisik, psikologis dan sosial anggota
13

4. Struktur dalam Keluarga


Bakri (2017) menyatakan bahwa struktur yang dimaksud adalah:
a. Pola Komunikasi Keluarga
Komunikasi menjadi hal yang sangat penting dalam sebuah
hubungan tak hanya bagi keluarga melainkan berbagai macam
hubungan. Didalam keluarga komunikasi yang dibangun akan
menentukan kedekatan antara anggota keluarga. Pola komunikasi ini
juga menjadi ukuran kebahagiaan sebuah keluarga.
b. Struktur Peran
Struktur peran merupakan serangkaian perilaku yang diharapkan
sesuai dengan posisi sosial yang diberikan. Bapak berperan sebagai
kepala keluarga, ibu berperan dalam wilayah domestik, anak dan
lainnya memiliki peran masing-masing dan diharapkan saling mengerti
dan mendukung.
c. Struktur Kekuatan
Struktur kekuatan keluarga menggambarkan adanya kekuasaan
atau kekuatan dalam sebuah keluarga yang digunakan untuk
mengendalikan dan mempengaruhi anggota keluarga. Kekuasaan ini
terdapat pada individu di dalam keluarga untuk mengubah perilaku
anggotanya ke arah positif, baik dari sisi perilaku maupun kesehatan.
d. Nilai-nilai dalam Kehidupan Keluarga
Nilai-nilai dalam keluarga tidak hanya dibentuk oleh keluarga itu
sendiri, melainkan warisan yang dibawa dari keluarga istri ataupun
suami. Perpaduan dua nilai yang berbeda inilah yang kemudian
melahirkan nilai-nilai baru bagi sebuah keluarga.
(Gusti, 2013) menyatakan bahwa lima fungsi dasar keluarga, yaitu:
1) Fungsi afektif, adalah fungsi internal keluarga, untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial, saling mengasuh dan memberikan cinta
kasih, serta saling menerima dan mendukung.
14

2) Fungsi sosialisasi, adalah proses perkembangan dan perubahan


individu keluarga, tempat anggota keluarga berinteraksi sosial dan
belajar berperan di lingkungan sosial.
3) Fungsi reproduksi, adalah fungsi keluarga meneruskan
kelangsungan keturunan dan menambah sumber daya manusia.
4) Fungsi ekonomi, adalah fungsi keluarga untuk memenuhi
kebutuhan keluarga seperti sandang, pangan, dan papan.
5) Fungsi perawatan kesehatan, adalah kemampuan keluarga untuk
merawat anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan.
5. Fungsi dan Peran Keluarga
Fungsi dan peran keluarga merupakan hal penting yang harus
dijalankan dan dipatuhi oleh setiap anggotanya. Jika salah satu anggota
keluarga tidak taat, organisasi keluarga akan terhambat. Hal ini akan
berdampak buruk dan tertundanya tujuan yang sudah direncanakan (Bakri,
2017).
Peran keluarga dapat dipahami sebagai harapan tentang serangkaian
perilaku yang terbentuk atas batas norma di lingkungan sosial.Jika
individu sebagai anggota keluarga tidak menjalankan perannya dengan
benar, maka sistem keluarga akan terhambat (Bakri,2017).
Peran formal keluarga bersifat eksplisit dan tampak secara jelas
pelaksanaannya. Peran formal keluarga ditentukan berdasarkan posisi
normatif individu dalam keluarga.
Bakri (2017) menjelaskan bahwa pelaksanaan peran formal keluarga
terbagi menjadi:
a. Peran Parental
Peran parental didasari oleh delapan peran sosial suami-ayah dan
istri-ibu yang terdiri dari penyedia kebutuhan, pengatur rumah tangga,
pengasuh, rekreasi, sosialisasi, kekerabatan (antara dua pihak keluarga
ayah dan ibu), terapeutik, dan peran seksual (Bakri, 2017). Namun
dalam pelaksanaannya, peran keluarga dapat dimodifikasi, dilimpahkan,
15

dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Peran parental dalam


keluarga terbagi menjadi:
1) Peran Ayah (Pria dalam Keluarga)
Peran ayah dalam keluarga terdiri dari pengontrol moral,
pencari nafkah dan model peran seks serta partner ibu, pemberi
semangat, pelindung, pemberi perhatian, pengajar, teman, dan
penyedia kebutuhan Bakri (2017).
Peran pengontrol moral diartikan ayah menjadi sosok
pengambil keputusan dan pemimpin dalam keluarga. Peran pencari
nafkah menggambarkan sosok ayah merupakan pemenuh dan
penyedia kebutuhan keluarga namun tidak ikut adil dalam merawat
anak. Sedangkan peran model seks merupakan peran dalam
membentuk identitas gender pada anak Bakri (2017).
2) Peran Ibu (Wanita dalam Keluarga)
Peran wanita dalam keluarga saat ini telah mengalami
perubahan yang berimbas pada perubahan peran perilaku pasangan
mereka. Peran ibu diartikan sebagai tanggung jawab wanita dalam
mengurus keluarga seperti merawat anak, mengontrol pekerjaan
rumah tangga, menciptakan karir bagi diri mereka sendiri serta
pengatur keuangan, role model, psikolog keluarga, perawat
keluarga, satpam bagi anak-anaknya Bakri (2017).
b. Peran Pernikahan
Peran pernikahan dalam pelaksanaannya berbeda dengan peran
parental. Fokus peran pernikahan terletak pada interaksi pasangan
sebagai suami-istri bukan sebagai orang tua-anak. Pelaksanaan peran
pernikahan berjalan sejajar dengan peran parental, artinya peran
pernikahan mampu mempengaruhi pelaksanaan peran parental Bakri
(2017).
16

6. Sifat Keluarga
Dion & Betan (2013) mengatakan lima sifat keluarga adalah
sebagai berikut:
a. Keluarga merupakan unit terkecil dari suatu sistem.
b. Keluarga mempertahankan fungsinya secara konsisten terhadap
perlindungan, makanan, dan sosialisasi anggotanya.
c. Dalam keluarga ada komitmen saling melengkapi antar anggota
keluarga.
d. Setiap anggota keluaraga dapat atau tidak dapat saling berhubungan
dan dapat atau tidak dapat tinggal dalam satu atap.
e. Keluarga bisa memiliki anak atau tidak.
7. Tugas Kesehatan keluarga
Betan & Dion (2013) mengatakan ada lima pokok tugas kesehatan
keluarga, yaitu:
a. Mengenal masalah kesehatan keluarga
b. Membuat keputusan tindakan yang tepat
c. Member perawatan pada anggota keluarga yang sakit
d. Mempertahankan atau mengusahakan suasana rumah yang sehat
e. Menggunakan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada dimasyarakat
8. Tahapan Keluarga Sejahtera
Gusti (2013) menyatakan bahwa di Indonesia keluarga
dikelompokkan menjadi lima tahap, yaitu:
a. Keluarga Pra Sejahtera
Keluarga yang belum dapat memenuhi kebutuhan dasarnya secara
minimal, yaitu kebutuhan pengajaran agama, sandang, pangan, papan,
dan kesehatan atau keluarga yang belum dapat memenuhi salah satu
atau lebih indikator keluarga sejahtera tahap I.
b. Keluarga Sejahtera Tahap I
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi kebutuhan dasarnya
secara minimal, tetapi belum dapat memenuhi keseluruhan kebutuhan
sosial psikologisnya, yaitu kebutuhan pendidikan, KB, interaksi dalam
17

keluarga, interaksi dengan lingkungan tempat tinggal, dan


transportasi. Indikator keluarga sejahtera tahap I, yaitu:
1) Melaksanakan ibadah menurut agamanya oleh masing-masing
anggota keluarga
2) Makan dua kali sehari atau lebih
3) Pada umumnya anggota keluarga memiliki pakaian yang berbeda
untuk aktivitas di rumah, bekerja, sekolah, dan bepergian
4) Lantai rumah terluas bukan dari tanah
5) Bila anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB dibawa
ke saran kesehatan
c. Keluarga Sejahtera Tahap II
Keluarga-keluarga yang disamping telah dapat memenuhi kebutuhan
dasarnya secara minimal serta telah dapat memenuhi kebutuhan sosial
psikologisnya, tetapi belum memenuhi kebutuhan pengembangannya.
Pada keluarga sejahtera tahap II, kebutuhan fisik dan sosial psikologis
telah terpenuhi. Indikatornya sebagai berikut:
1) Anggota keluarga melaksanakan ibadah secara teratur
2) Makan dua kali sehari atau lebih
3) Pakaian yang berbeda untuk berbagai keperluan
4) Lantai rumah bukan tanah
5) Kesehatan anak sakit dan atau pasangan usia subur ingin ber KB
dibawa ke sarana kesehatan atau petugas kesehatan
6) Anggota keluarga melaksanakana ibadah secara teratur menurut
agama masing-masing
7) Minimal seminggu sekali keluarga menyediakan daging/ikan/telur
8) Semua anggota keluarga setidaknya mendapatkan satu stel
pakaian baru pertahunnya
9) Luas lantai rumah paling kurang 8m² untuk tiap penghuni rumah
10) Seluruh anggota keluarga dalam 3 bulan terakhir dalam keadaan
sehat sehingga dapat melaksanakan fungsi masing-masing
18

11) Paling kurang satu anggota keluarga 15 tahun ke atas


berpenghasilan tetap
12) Seluruh anggota keluarga yang berumur 10 s.d 60 tahun bisa
baca tulis huruf latin
13) Anak usia sekolah 7 s.d 15 tahun bersekolah pada saat ini
14) Bila anak hidup 2 atau lebih, keluarga yang masih pasangan usia
subur memakai kontrasepsi (kecuali sedang hamil)
d. Keluarga Sejahtera Tahap III
Keluarga-keluarga yang telah mampu memenuhi seluruh
kebutuhan dasar, sosial psikologis serta pengembangan keluarganya,
tetapi belum bisa memberikan sumbangan yang maksimal terhadap
masyarakat (kepedulian sosial) secara teratur (dalam waktu tertentu).
Indikatornya sebagai berikut:
1) Mempunyai upaya untuk meningkatkan pengetahuan agama
2) Sebagian dari penghasilan dapat disisihkan untuk tabungan
keluarga
3) Biasanya makan bersama paling kurang sekali sehari dan
kesempatan itu dapat dimanfaatkan untuk berkomunikasi antar
anggota keluarga
4) Ikut serta dalam kegiatan masyarakat dilingkungan tempat
tinggal
5) Mengadakan liburan bersama di luar rumah minimalnya dalam
enam bulan sekali
6) Anggota keluarga mampu menggunakan sarana transportasi
sesuai kondisi daerah
e. Keluarga Sejahtera Tahap III Plus
Keluarga-keluarga yang telah dapat memenuhi seluruh kebutuhan
dasar, sosial psikologis dan pengembangannya telah terpenuhi serta
memiliki kepedulian sosial yang tinggi pada masyarakat.
Indikatornya sama dengan indikator keluarga sejahtera tahap III,
ditambah dengan:
19

1) Secara teratur atau pada waktu tertentu denga sukarela


memberikan sumbangan bagi kegiatan sosial masyarakat dalam
bentuk materil
2) Kepala rumah tangga atau anggota keluarga aktif sebagai
pengurus perkumpulan/yayasan/masyarakat
9. Tingkat Kemandirian Keluarga
Dion & Betan, (2013) menyatakan bahwa tingkat kemandirian
keluarga terbagi menjadi empat tingkatan yaitu:
a. Keluarga Mandiri Tingkat Satu (KM-I)
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan perawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
b. Keluarga Mandiri Tingkat Dua (KM-II)
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Menerima pelayanan perawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
c. Keluarga Mandiri Tingkat Tiga (KM-III)
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
2) Mendapatkan pelayanan perawatan yang diberikan sesuai dengan
rencana keperawatan
3) Tahu dan dapat mengungkapkan masalah kesehatannya secara
benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
d. Keluarga Mandiri Tingkat Empat (KM-IV)
1) Menerima petugas perawatan kesehatan komunitas
20

2) Memperoleh pelayanan perawatan yang diberikan sesuai dengan


rencana keperawatan
3) Mengetahui serta dapat mengungkapkan masalah kesehatannya
secara benar
4) Melakukan perawatan sederhana sesuai dengan yang dianjurkan
5) Memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan secara aktif
6) Melaksanakan tindakan pencegahan secara aktif
7) Melaksanakan tindakan promotif
10. Perawatan Kesehatan Keluarga
Bakri (2017) menyatakan bahwa keluarga menjadi entry point dalam
upaya mencapai kesehatan masyarakat yang optimal. Jika program
keluarga sehat tercapai maka kesehatan masyarakat juga akan tercapai.
Maka dapat diambil kesimpulan kunci kesehatan masyarakat terletak pada
kesehatan keluarga.
Bakri (2017) mendefinisikan bahwa kesehatan keluarga merupakan
suatu perubahan dinamika sosial yang meliputi faktor biologis, spiritual,
sosiologis dan budaya anggota keluarga sebagai anggota keseluruhan
sistem keluarga.
a. Tujuan Perawatan Kesehatan Keluarga
Gusti (2013) menyatakan tujuan perawatan kesehatan keluarga
ada dua yaitu:
1) Tujuan Umum
Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memelihara kesehatan
keluarga mereka sehingga dapat meningkatkan status kesehatan
keluarganya
2) Tujuan Khusus
a) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam mengidentifikasi
masalah kesehatan yang dihadapi oleh keluarga
b) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam menanggulangi
masalah-masalah kesehatan dasar dalam keluarga
21

c) Meningkatkan skill keluarga dalam mengambil keputusan yang


tepat dalam mengatasi masalah kesehatan para anggotanya
d) Meningkatkan kemampuan keluarga dalam memberikan
asuhan keperawatan terhadap anggota keluarga yang sakit dan
dalam mengatasi masalah kesehatan anggota keluarganya
e) Meningkatkan produktifitas keluarga dalam meningkatkan
mutu hidupnya
b. Prinsip-prinsip Keperawatan Keluarga
Bakri (2017) menyatakan ada 9 prinsip-prinsip keperawatan
keluarga, yaitu:
1) Fokus dari pelayanan kesehatan adalah keluarga sebagai unit atau
satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan
2) Objek dan tujuan utama dalam memberikan asuhan keperawatan
kesehatan adalah keluarga
3) Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam
mencapai peningkatan kesehatan keluarga
4) Keluarga dilibatkan secara aktif oleh perawat dalam merumuskan
masalah dan kebutuhan keluarga untuk mengatasi masalah
kesehatan keluarga pada asuhan keperawatan kesehatan keluarga
5) Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif
dan preventif dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif
6) Perawat semaksimal mungkin memanfaatkan sumber daya untuk
kepentingan kesehatan pada asuhan keperawatan kesehatan
keluarga
7) Pemecahan masalah dengan menggunakan proses keperawatan
merupakan pendekatan yang digunakan dalam memberikan
asuhan keperawatan kesehatan keluarga
8) Penyuluhan adalah kegiatan utama dalam memberikan asuhan
keperawatan kesehatan keluarga dan asuhan keperawatan
kesehatan dasar/perawatan di rumah
22

9) Jika ada beberapa keluarga yang sedang membutuhkan perawatan


kesehatan keluarga maka piihannya adalah keluarga yang
termasuk kelompok resiko tinggi
c. Peran Perawat Keluarga
Gusti (2013) menyatakan bahwa ada sembilan peran perawat
keluarga yaitu:
1) Pendidik
Perawat harus memberikan pendidikan kesehatan kepada
keluarga agar keluarga dapat melakukan program asuhan
keperawatan keluarga secara mandiri dan bertanggung jawab
terhadap masalah kesehatan keluarga
2) Koordinator
Diperlukan perawatan berkelanjutan agar pelayanan yang
komprehensif dapat tercapai
3) Pelaksana
Perawat saling bekerja sama dengan klien dan keluarga di
rumah, klinik maupun di rumah sakit dan bertanggung jawab
dalam memberikan perawatan langsung
4) Pengawas Kesehatan
Sebagai pengawas kesehatan, perawat harus melakukan
kunjungan rumah yang teratur untuk melakukan pengkajian
tentang kesehatan keluarga
5) Konsultan
Perawat sangat dibutuhkan sebagai narasumber bagi
keluarga untuk mengatasi masalah kesehatan
6) Kolaborasi
Perawat komunitas juga harus bekerja sama dengan
pelayanan rumah sakit atau anggota tim kesehatan yang lain
untuk mencapai tahap kesehatan keluarga yang optimal
23

7) Fasilitator
Membantu keluarga dalam menghadapi kendala untuk
meningkatkan derajat kesehatannya
8) Penemu Kasus
Mengidentifikasi masalah kesehatan secara diri, sehingga
tidak terjadi ledakan atau wabah
9) Modifikasi Lingkungan
Perawat harus mampu memodifikasi lingkungan, baik
lingkungan rumah maupun lingkungan masyarakat agar dapat
mencapai lingkungan yang sehat.

C. Asuhan Keperawatan Keluarga


Proses keperawatan keluarga merupakan suatu proses yang komplek dan
bersifat dinamis, menggunakan pendekatan yang sistematis pada keluarga dan
anggota keluarga dengan menggunakan metode ilmiah. Proses keperawatan
keluarga mengikuti pola keperawatan secara umum yang terdiri dari
pengkajian, diagnosa, intervensi, implementasi dan evaluasi (Dion & Betan,
2013).

Pengkajian

Diagnosa

Intervensi

Implementasi

Evaluasi

Gambar 1 Langkah-langkah Proses Keperawatan (Dion & Betan,


2013)
24

1. Pengkajian
Pengkajian adalah suatu tahapan ketika seorang perawat
mengumpulkan informasi secara terus-menerus tentang keluarga yang
dibinanya. Pengkajian merupakan langkah awal pelaksanaan asuhan
keperawatan keluarga yang terdiri dari beberapa tahap meliputi: (Gusti,
2013).
a. Data umum:
1) Identitas Kepala Keluarga
Nama atau inisial kepala keluarga, umur, alamat, dan telepon jika
ada, pekerjaan, dan pendidikan kepala keluarga, komposisi
keluarga yang terdiri atas nama atau inisial, jenis kelamin, umur,
hubungan dengan kepala keluarga, agama, pendidikan, status
imunisasi, dan genogram dalam tiga generasi.
2) Tipe Keluarga
Menjelaskan jenis tipe keluarga (tipe keluarga tradisional atau tipe
keluarga non tradisional).
3) Suku Bangsa
Mengkaji asal suku bangsa keluarga serta mengidentifikasi budaya
suku bangsa atau kebiasaan-kebiasaan terkait dengan kesehatan.
4) Agama
Mengkaji agama dan kepercayaan yang dianut oleh keluarga yang
dapat mempengaruhi kesehatan.
5) Status Sosial Ekonomi Keluarga
Status sosial ekonomi keluarga ditentukan oleh pendapatan seluruh
anggota keluargan baik dari kepala keluarga maupun anggota
keluarga lainnya. Selain itu status ekonomi keluarga ditentukan
pula oleh kebutuhan-kebutuhan yang dikeluarkan oleh keluarga
serta barang-barang yang dimiliki oleh keluarga.
25

6) Aktivitas Rekreasi
Rekreasi keluarga tidak hanya dilihat kapan keluarga pergi
bersama-sama untuk mengunjungi tempat rekeasi, tetapi juga
penggunaan waktu luang atau senggang.
(Gusti, 2013).
b. Genogram

Gambar 2 Genogram Keluarga

Keterangan :

Laki-laki : Cerai :

Perempuan : Klien penderita :

Meninggal : Garis Keturunan

Serumah : Garis Perkawinan

c. Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga (Gusti, 2013)


1) Tahap perkembangan keluarga saat ini
Tahap perkembangan keluarga ditentukan dengan anak tertua dari
keluarga inti dan mengkaji sejauh mana keluarga melaksanakan
tugas tahap perkembangan.
26

2) Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi


Menjelaskan bagaimana tugas perkembangan yang belum
terpenuhi oleh keluarga serta kendalanya.
3) Riwayat kesehatan kelaurga inti
Menjelaskan riwayat kesehatan masing-masing anggota pad
akeluarga inti, upaya pencegahan dan pengobatan pada anggota
keluarga yang sakit, serta pemanfaatan fasilitas pelayanan
kesehatan.
4) Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya
Menjelaskan kesehatan keluarga asla kedua orang tua.
d. Data Lingkungan (Gusti, 2013)
1) Karakteritik dan Denah Rumah
Menjelaskan gambaran tipe rumah, luas bangunan, pembagian
dan pemanfaatan ruang, ventilasi, kondisi rumah, tata perabotan,
kebersihan dan sanitasi lingkungan, ada atau tidak sarana air bersih
dan system pembuangan limbah.
2) Karakteristik Tetangganya dan Komunitasnya
Menjelaskan tipe dan kondisi lingkungan tempat tinggal, nilai
dan norma atau penduduk setempat serta budaya setempat yang
mempengaruhi kesehatan.
3) Mobilitas Keluarga
Ditentukan dengan apakah keluarga hidup menetap dalam satu
tempat atau mempunyai kebiasaan berpindah-pindah tempat
tinggal.
4) Perkumpulan Keluarga dan Interaksi Dengan Masyarakat
Menjelaskan waktu yang digunakan keluarga untuk berkumpul
atau berinteraksi dengan masyarakat lingkungan tempat tinggal.
5) Sistem Pendukung Keluarga
Sumber dukungan dari anggota keluarga dan fasilitas sosial
atau dukungan masyarakat setempat serta jaminan pemeliharaan
27

kesehatan yang dimiliki keluarga untuk meningkatkan upaya


kesehatan.
2. Diagnosa Keperawatan dan Intervensi Keperawatan
Diagnosa keperawatan keluarga dirumuskan berdasarkan data yang
didapatkan pada pengkajian yang terdiri dari masalah keperawatan
(problem/P) yang berkenaan pada individu dalam keluarga yang sakit
berhubungan dengan etiologi (E) yang berasal dari pengkajian fungsi
perawatan keluarga (Muhlisin, 2012).
Setelah merumuskan masalah, tahap berikutnya adalah menentukan
diagnosa mana yang menjadi diagnosa prioritas. Diagnosa yang menjadi
prioritas, dilihat dari angka yang paling tertinggi dilanjutkan sampai angka
yang terendah. Untuk mendapatkan masalah prioritas, terlebih dahulu
dilakukan perhitungan dengan menggunakan skala Baylon dan Maglaya
(1978) dalam Dion dan Betan (2013), sebagai berikut:
Scoring:
a.Tentukan skor untuk setiap kriteria
b. Skor dibagi dengan angka tertinggi dan kalikan dengan bobot:
Skor
X
Bobot
Angka Tertinggi

c. Jumlahkanlah skor untuk semua kriteria.


d. Skor tertinggi adalah 5 = seluruh.

Tabel 1 Skoring Diagnosis Keperawatan Menurut


Bailon & Maglaya (1978)
No. Kriteria Nilai Bobot

1. Sifat Masalah
Skala: 1. Tidak atau kurang sehat 3
2. Ancaman kesehatan 2 1
3. Krisis situasi 1
28

2. Kemungkinan Masalah dapat Diubah


Skala: 1. Dengan mudah 2
2. Hanya sebagian 1 2
3. Tidak dapat 0

3. Potensi Masalah Dapat Dicegah


Skala: 1. Tinggi 3
2. Cukup 2 1
3. Rendah 1

4. Menonjolnya Masalah
Skala: 1. Masalah berat harus ditangani 2
2. Masalah yang tidak perlu segera 1 1
ditangani 0
3. Masalah tidak dirasakan

Penentuan prioritas sesuai dengan kriteria skala: (Dion dan Betan, 2013)
1) Kriteria I
Untuk mengetahui sifat masalah ini kita mengacu pada tipologi masalah
kesehatan yang terdiri dari 3 kelompok besar, yaitu :
(1) Ancaman Kesehatan
Keadaan yang memungkinkan terjadinya penyakit, kecelakaan dan
kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan. Keadaan yang disebut
dalam ancaman kesehatan antara lain:
1) Penyakit keturunan seperti Asma, DM, Hipertensi, dan
sebagainya
2) Anggota keluarga ada yang menderita penyakit menular seperti
TBC, GO, Hepatitis dan sebagainya
3) Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan
kemampuan sumber daya keluarga
4) Resiko terjadi kecelakaan seperti tangga rumah terlalu suran,
benda tajam diletakkan disembarangan tempat, lantai yang
sangat licin, dan lain-lain
29

5) Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota


keluarga
6) Keadaan yang menimbulkan setres antara lain: hubungan
keluarga tidak harmonis, hubungan orang tua dan anak yang
tegang dan orang tua yang tidak dewasa
7) Situasi lingkungan yang buruk diantaranya: ventilasi kurang
baik, sumber air minum tidak memenuhi syarat, polusi udara,
tempat pembuangan sampah yang tidak sesuai dengan syarat,
tempat pembuangan tinja yang mencemari sumber air minum
dan kebisingan
8) Kebiasaan yang merugikan kesehatan, seperti: merokok,
minuman keras, minum obat tanpa resep, makan daging yang
tidak sehat dan hygiene personal yang jelek
9) Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah
10) Riwayat persalinan sulit
11) Peran yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memainkan
peran ibu karena ibunya meninggal
12) Imunisasi anak yang tidak lengkap
(2) Kurang/Tidak Sehat
Yaitu kegagalan dalam memantapkan kesehatan:
1) Keadaan sakit (sesudah atau sebelum didiagnosa).
2) Gagal dalam pertumbuhan dan perkembangan yang tidak
sesuai dengan pertumbuhan normal.
(3) Situasi Kritis
1) Perkawinan
2) Kehamilan
3) Persalinan
4) Masa nifas
5) Menjadi orang tua
6) Penambahan anggota keluarga (bayi)
7) Abortus
30

8) Anak masuk sekolah


9) Anak remaja
10) Kehilangan pekerjaan
11) Kematian anggota keluarga
12) Pindah rumah
2) Kriteria II
Yaitu kemungkinan masalah dapat diubah. Dalam menentukan hal
tersebut, perlu memperhatikan terjangkaunya faktor-faktor yaitu:
(1) Pengetahuan yang ada sekarang, teknologi dan tindakan untuk
menangani masalah.
(2) Sumber daya keluarga dalam bentuk fisik, keuangan dan tenaga.
(3) Sumber daya perawat dalam bentuk pengetahuan, keterampilan dan
waktu.
(4) Sumber daya masyarakat dalam bentuk fasilitas, organisasi dalam
masyarakat dan sokongan masyarakat.
3) Kriteria III
Yaitu potensial masalah dapat dicegah. Yang perlu diperhatikan adalah:
(1) Kepelikan dari masalah yang berhubungan dengan penyakit/masalah.
(2) Lamanya masalah yang terjadi berhubungan dengan jangka waktu
masalah yang terjadi.
(3) Tindakan yang sedang dijalankan merupakan tindakan-tindakan yang
tepat dalam memperbaiki masalah.
(4) Adanya kelompok “High Risk” atau kelompok yang sangat peka
menambah potensi untuk mencegah masalah.
4) Kriteria IV
Yaitu menonjolnya masalah. Perawat perlu menilai persepsi atau
bagaimana keluarga melihat masalah kesehatan tersebut.
31

Nurarif dan Kusuma (2015), menyatakan masalah yang sering muncul pada
penderita stroke, yaitu:
Tabel 2 Masalah Keperawatan

No. Masalah Keperawatan Etiologi


1. Gangguan menelan 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal
masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang
tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan
perawatan kepada anggota keluarga yang
sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat

2. Ketidakseimbangan 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


nutrisi kurang dari masalah kesehatan dalam keluarganya.
kebutuhan tubuh 2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan .(menggunakan)
fasilitas kesehatan masyarakat

3. Nyeri akut 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
32

kepada anggota keluarga yang sakit.


4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.

4. Hambatan mobilitas fisik 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat.

5. Defisit perawatan diri 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat

6. Kerusakan integritas kulit 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
33

5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat

7. Resiko jatuh 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat

8. Hambatan komunikasi 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


verbal masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat

9. Resiko ketidakefektifan 1. Ketidakmampuan keluarga mengenal


perfusi jaringan otak masalah kesehatan dalam keluarganya.
2. Ketidakmampuan mengambil keputusan
melakukan tindakan kesehatan yang tepat.
3. Ketidakmampuan memberikan perawatan
kepada anggota keluarga yang sakit.
4. Ketidakmampuan mempertahankan atau
menciptakan suasana rumah yang sehat.
5. Ketidakmampuan mempertahankan
hubungan dengan (menggunakan) fasilitas
kesehatan masyarakat
34

3. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sudah direncanakan
dalam rencana perawatan. Tindakan keperawatan mencakup tindakan
mandiri (independen) dan tindakan kolaborasi. Tindakan mandiri
(independen) adalah aktivitas perawat yang didasarkan pada kesimpulan
atau keputusan sendiri dan bukan merupakan petunjuk atau perintah dari
petugas kesehatan lainnya (Astawan, 2018 didalam Yulia 2019).
Pada tahap ini melaksanakan intervensi dan aktivitas-aktivitas
yang telah dicatat dan direncanakan dalam rencana keperawatan pasien.
Agar implementasi atau pelaksanaan dapat tepat waktu dan efektif,maka
perlu mengidentifikasikan prioritas perawatan, memantau dan mencatat
respon pasien terhadap setiap intervensi yang dilakukan serta
mendokumentasikanpelaksanaan keperawatan.
Tindakan Kolaborasi adalah tindakan yang didasarkan hasil
keputusan bersama seperti dokter dan petugas kesehatan lainnya. Agar
lebih jelas dan akurat dalam melakukan implementasi, diperlukan
perencanaan keperawatan yang spesifik dan operasional. Sebelum
melakukan implementasi beberapa hal yang harus dilakukan :
a. Kaji kembali rencana keperawatan dan validasi terhadap pasien
dan tim kesehatan lainnya, serta status kesehatan pasien saat ini.
b. Kaji pengetahuan dan kemampuan untuk melaksanakan rencana
implementasi.
c. Persiapan pasien tentang tindakan keperawatan, tujuan, apa yang
terjadi pada pasien.
d. Persiapan lingkungan seperti ruangan, lampu, alat, sumber-
sumber yang dibutuhkan serta menjaga privasi.
Implementasi Keperawatan dapat berbentuk :
a. Bentuk perawatan seperti melakukan pengkajian untuk
35

mengidentifikasikan masalah baru atau mempertahankan masalah


yang ada.
b. Pengajaran atau pendidikan kesehatan pada pasien untuk membantu
menambah pengetahuan tentang kesehatan.
c. Konseling pasien untuk memutuskan kesehatan pasien.
d. Konsultasi atau berdiskusi dengan tenaga profesional kesehatan
lainnya sebagai bentuk perawatan holistik.
e. Bentuk penatalaksanaan secara spesifik atau tindakan untuk
memecahkan masalah kesehatan.
f. Membantu pasien dalam melakukan aktivitas sendiri.
g. Melakukan monitoring atau pegkajian terhadap komplikasi yang
mungkin terjadi terhadap pengobatan atau penyakit yang dialami.
4. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi Keperawatan merupakan tahap akhir dari proses
keperawatan dengan menilai sejauh mana rencana dan tindakan perawat
yang telah dilakukan serta sebagai perbandingan antara keadaan pasien
dengan kriteria hasil (Budiono, 2015).
Jenis evaluasi ada dua, yaitu:
a. Evaluasi Proses (Formatif)
Menyatakan evaluasi yang dilakukan pada saat memberikan
intervensi pada pasien dengan respon segera.
b. Evaluasi Hasil (Sumatif)
Merupakan rekapitulasi dari hasil observasi dan analisis status
pasien pada waktu tertentu berdasarkan tujuan yang direncanakan
pada tahap perencanaan. Evaluasi juga sebagai alat ukur suatu
kejadian yang mempunyai kriteria tertentu yang membuktikan apakah
tujuan tercapai, tidak tercapai atau tercapai sebagian.
Tujuan tercapai apabila klien menunjukan perubahan dan
kemajuan yang sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan, tujuan
tidak tercapai apabila tidak menunjukkan adanya perubahan kearah
kemajuan sebagaimana kriteria yang diharapkan dan tujuan tercapai
36

sebagian apabila tujuan tidak tercapai secara keseluruhan sehingga


masih perlu dicari berbagai masalah atau penyebabnya.

D. Konsep Range Of Motion (ROM)


1. Definisi
Range Of Motion (ROM), merupakan istilah baku untuk menyatakan
batas/besarnya gerakan sendi baik normal. Range Of Motion (ROM) juga
di gunakan sebagai dasar untuk menetapkan adanya kelainan batas gerakan
sendi abnormal (Helmi, 2012).
Menurut (Perry, & Potter, 2010) Rentang gerak atau (Range Of
Motion) adalah jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada
sendi, di salah satu dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal.
Range Of Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal
dapat dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.
2. Klasifikasi ROM
Menurut Suratun dkk ( 2008), klasifikasi ROM sebagai berikut:
a. ROM aktif adalah latihan yang di berikan kepada klien yang
mengalami kelemahan otot lengan maupun otot kaki berupa latihan
pada tulang maupun sendi dimana klien tidak dapat melakukannya
sendiri, sehingga klien memerlukan bantuan perawat atau keluarga.
b. ROM pasif adalah latihan ROM yang dilakukan sendiri oleh pasien
tanpa bantuan perawat dari setiap gerakan yang dilakukan. Indikasi
ROM aktif adalah semua pasien yang dirawat dan mampu melakukan
ROM sendii dan kooperatif
3. Tujuan ROM
Menurut Johnson (2005), tujuan Range Of Motion (ROM) sebagai
berikut:
a. Mempertahankan tingkat fungsi yang ada dan mobilitas ekstermitas
yang sakit.
b. Mencegah kontraktur dan pemendekan struktur muskuloskeletal.
c. Mencegah komplikasi vaskular akibat iobilitas.
37

d. Memudahkan kenyamanan. Sedangkan tujuan ltihan Range Of Motion


(ROM)
Menurut Suratun dkk (2008).
a. Mempertahankan atau memelihara kekuatan otot.
b. Memelihara mobilitas persendian.
c. Merangsang sirkulsi darah.
d. Mencegh kelainan bentuk.
4. Prinsip Dasar ROM
Prinsip dasar latihan Range Of Motion (ROM) menurut Suratun dkk
(2008) yaitu:
a. ROM harus di ulangi sekitar 8 kali dan di kerjakan minimal 2kali
sehari
b. ROM dilakukan perlahan dan hati-hati sehinga tidak melelahkan
pasien.
c. Dalam merencanakan program latihan ROM, memperhatikan umur
pasien, diagnosis, tanda vital, dan lamanya tirah baring.
d. ROM sering di programkan oleh dokter dan di kerjakan oleh ahli
fisioterapi
e. Bagian-bagian tubuh yang dapat dilakukan ROM adalah leher, jari,
lengan, siku, bahu, tumit, atau pergelangan kaki.
f. Rom dapat dilakukan pada semua persendian yang di curigai
mengurangi proses penyakit.
g. Melakukan ROM hrus sesuai waktunya, misalnya setelah mandi atau
perawatan rutin telah dilakukan
5. Gerakan pada ROM
a. Rom aktif
Merupakan latian gerak isotonik (Terjadi kontraksi dan pergerakan otot)
yang dilakukan klien dengan menggerakan masing-masing
persendiannya sesuai dengan rentang geraknya yang normal (Suratun
dkk, 2008).
b. Rom pasif
38

Merupakan latihan pergerakan perawat atau petugas lain yang


menggerakkan persendian klien sesuai dengan rentang geraknya.
(Suratun dkk, 2008).
Prosedur pelaksanaan:
Gerakan pinggul dan panggul
a. Fleksi dan ekstensi lutut dan pinggul
1) Angkat kaki dan bengkokkan lutut
2) Gerakkan lutut ke atas menuju dada sejauh mungkin
3) Kembalikan lutut ke bawah, tegakkan lutut, rendahkan kaki
sampai pada kasur.
b. Abduksi dan adduksi kaki
1) Gerakkan kaki ke samping menjauh klien
2) Kembalikan melintas di atas kaki yang lainnya
c. Rotasikan pinggul internal dan eksternal
1) Putar kaki ke dalam, kemudian ke luar
Gerakkan telapak kaki dan pergelangan kaki
a. Dorsofleksi telapak kaki
1) Letakkan satu tangan di bawah tumit
2) Tekan kaki klien dengan lengan anda untuk menggerakkannya
ke arah kaki
b. Fleksi plantar telapak kaki
1) Letakkan satu tangan pada punggung dan tangan yang lainnya
berada pada tumit
2) Dorong telapak kaki menjauh dari kaki
c. Fleksi dan ekstensi jari-jari kaki
1) Letakkan satu tangan pada punggung kaki klien, letakkan
tangan yang lainnya pada pergelangan kaki
2) Bengkokkan jari-jari ke bawah
3) Kembalikan lagi pada posisi semula
d. Intervensi dan eversi telapak kaki
1) Letakkan satu tangan di bawah tumit, dan tangan yang lainnya di
39

atas punggung kaki


2) Putar telapak kaki ke dalam, kemudian ke luar.
Literature yang diidentifikasi
pencarian database Mendeley
BAB III (n=189)

METODE PENULISAN
si
ika
3.1 Kerangka Kerja ntif
Ide

Literatur
discreening
melalui judul
(n=44)

ing
een
90
Scr

Literatur dikeluarkan:
(n=145) i
us
- Artikel
Judul Full Text Literatur dikeluarkan: kl
- kemudian dikaji
Tidak dapat diakses (n=24) E
kelayakannya
dengan tanpa berbayar Permasalahannya tidak
- (n=26)
Hanya abstrak saja sesuai
n
atau tidak full teks
ka Literatur riview
aya
Kel Literatur merupakan ulasan
90 teori, opini, artikel

Kriteria Inklusi:
Literatur yang Full
90 text
memenuhi
kriteria inklusi Berisi informasi tentang
(n=2) Range Of Montion (ROM)
lusi
Tahun dari 2016-2020
Ink

90

90

Gambar 3 Kerangka Kerja Literatur Reviev

39
40

3.2 Pengumpulan Data

Tema : “Pengaruh Pelaksanaan Range Of Motion pada Pasien Stroke”

“ Artikel-artikel dalam karya tulis ini ditemukan di berbagai database yaitu


Mendeley. Berbagai pencarian dengan kata kunci pertama “pengetahan dan
dukungan Keluarga”, kemudian kata kunci kedua “Terapi Range Of Montion
(ROM)” dan kata kunci ketiga adalah “stroke”. Artikel-artikel yang
digunakan disesuaikan dengan kriteria inklusi yaitu kesesuaian judul, tahun,
informasi yang disediakan, dan ketersedian akses atau full text.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil
Hasil penelitian literature review jurnal pada bab ini dapat dilihat pada tabel dibawah ini, sebagai berikut:
Tabel 3 Hasil Literatur Riview

No. Peneliti/Tahun Judul Jurnal Populasi Intervensi Perbandingan Hasil

1. Anita (2019) Pengaruh Latihan Populasi dalam Intervensi yang Penelitian ini menggunakan a. Pada Pemberian
Range Of Motion penelitian ini diberikan dalam jenis penelitian Pre latihan range of
Terhadap Rentang adalah pasien penelitian ini adalah Experimen Design dengan motion selama 2
Gerak Sendi pasien pasca berupa Terapi menggunakan rancangan minggu dengan 8
Ekstremitas Atas stroke di range of motion One Group Pre Test-Post kali pengulangan
pada Pasien Pasca Makassar yang untuk melihat test Design. Semua sampel dan dilakukan 2
Stroke di Makassar berjumlah 40 perubahan rentang yang menjadi responden kali sehari dapat
orang. Instrumen gerak sendi pada 40 dilakukan penilaian rentang mempengaruhi luas
penelitian yang pasien pasca stroke, gerak sendi sebelum derajat rentang
digunakan pada Latihan range of latihan range of motion dan gerak sendi
mengumpulkan motion dilakukan setelah dilakukan range of ekstremitas atas.
data adalah selama 5 hari dalam motion dilakukan kembali Latihan range of
melalui lembar seminggu, dengan penilaian rentang gerak motion dilakukan
observasi dengan pengulangan sendi, untuk melihat pada pagi hari pada
mengunakan alat minimal 2 kali perubahan rentang gerak pukul 09.00 dan
ukur derajat sehari dalam waktu sendi pada 40 pasien pasca sore hari pada
rentang gerak 5-10 menit. stroek dari bulan February pukul 15.00
sendi yaitu sampai dengan April b. Dari hasil
goniometer. 2018 di Kota makassar.. penelitian,

41
42

Dalam diketahui ada


penelitian ini, beberapa responden
peneliti mencatat yang tidak
hasil pengukuran mengalami
luas derajat perubahan pada
rentang gerak rentang gerak
sendi ekstremitas sendinya Hal ini
atas pada lembar dipengaruhi oleh
observasi usia, dukungan
sebelum keluarga maupun
dilakukan motivasi pasien
intervensi sendiri..
(Pre test), hari ke
14 (post 2
minggu) dan
hari ke 28 (post 4
minggu). Latihan
range of motion
akan dilakukan
selama 5 hari
dalam seminggu,
dengan
pengulangan
minimal 2 kali
sehari dalam
waktu 5-10 menit

2. Kritiani (2017) Pengaruh Range Of Populasi dalam Intervensi yang Jenis penelitian ini ada Hasil penelitian
Motion Exercise penelitian ini diberikan dalam praeksperimental dengan menunjukkan bahwa
Terhadap Kekuatan adalah pasien penelitian ini One-Group Pra-Post Test kekuatan otot sebelum
Otot pada Pasien stroke di wilayah adalah terapi range Design. Populasi dalam dilakukan Range Of
Stroke di Wilayah Puskesmas of motion pada penelitian ini adalah pasien Motion Exercise yaitu
Puskesmas Sidotopo Sidotopo responden stroke di wilayah terdapat 10 responden
43

Surabaya Surabaya berjumlah 32 Puskesmas Sidotopo (31%) pada skala 3


berjumlah 35 orang. Dimana test Surabaya berjumlah 35 dan 22 responden
orang dan sampel kekuatan otot orang dan sampel berjumlah (69%) pada skala 4
berjumlah 32 menggunakan 32 orang dan setelah dilakukan
orang. Teknik lembar observasi . Teknik sampling yang Range Of Motion
sampling yang serta menggunakan digunakan adalah Purposive Exercise terdapat 2
digunakan adalah uji statistic t-test Sampling. Pada kekuatan responden (6%) pada
Purposive pada bulan otot menggunakan lembar skala 3, 20 responden
Sampling. Pada Agustus-September observasi serta (63%) pada skala 4
kekuatan otot 2017 menggunakan uji statistic t- dan 10 responden
menggunakan test (31%) pada skala 5.
lembar observasi Hal ini menunjukkan
serta peningkatan kekuatan
menggunakan uji kekuatan otot dari
statistic t-test skala 3 ke skala 4 dan
dari skala 4 ke skala 5
setelah dilakukan
Range of Motion
Exercise. Tes statistik
menunjukkan hasil Uji
T, diperoleh p value
0.000 (α < 0,05) ada
pengaruh Range of
Motion Exercise
terhadap kekuatan otot
pada pasien stroke

Sumber : Anita (2019) dan Kristiani (2017)

Berdasarkan tabel 3 dapat disimpulkan bahwa kedua jurnal diatas memiliki pengaruh terhadap Rentang Gerak Sendi
dan kekuatan otot pasien stroke. Hal ini dibuktikan dari hasil pemberian Range Of Motion (ROM), Pemberian latihan range of
44

motion rutin dapat mempengaruhikekuatan otot dan luas derajat rentang gerak sendi ekstremitas atas. Pada jurnal pertama
dengan judul “Pengaruh Latihan Range Of Motion Terhadap Rentang Gerak Sendi Ekstremitas Atas pada Pasien Pasca Stroke
di Makassar” Pemberian latihan range of motion selama 2 minggu dengan 8 kali pengulangan dan dilakukan 2 kali sehari
dapat mempengaruhi luas derajat rentang gerak sendi ekstremitas atas. Latihan range of motion dilakukan pada pagi hari pada
pukul 09.00 dan sore hari pada pukul 15.00. Pada jurnal kedua dengan judul “Pengaruh Range Of Motion Exercise Terhadap
Kekuatan Otot pada Pasien Stroke di Wilayah Puskesmas Sidotopo Surabaya ”. Rata-rata kekuatan otot sebelum dilakukan
Range Of Motion Exercise yaitu terdapat 10 responden (31%) pada skala 3 dan 22 responden (69%) pada skala 4 dan setelah
dilakukan Range Of Motion Exercise terdapat 2 responden (6%) pada skala 3, 20 responden (63%) pada skala 4 dan 10
responden (31%) pada skala 5. Hal ini menunjukkan peningkatan kekuatan kekuatan otot dari skala 3 ke skala 4 dan dari skala
4 ke skala 5 setelah dilakukan Range of Motion.
45

B. Pembahasan
Pada jurnal 1, tindakan keperawatan yang dilakukan Tindakan yang
diberikan berupa Terapi range of motion untuk melihat perubahan rentang
gerak sendi pada 40 pasien pasca stroke, Latihan range of motion
dilakukan selama 5 hari dalam seminggu, dengan pengulangan minimal 2
kali sehari dalam waktu 5-10 menit (Anita, 2019).
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari jurnal 1 bahwa terdapat
persamaan dan perbedaan dengan teori. Persamaanya yaitu menurut teori
Perry, & Potter (2010) menyatakan rentang gerak atau (Range Of Motion)
adalah jumlah pergerakan maksimum yang dapat di lakukan pada sendi, di
salah satu dari tiga bdang yaitu: sagital, frontal, atau transversal. Range Of
Motion (ROM), adalah gerakan yang dalam keadaan normal dapat
dilakukan oleh sendi yang bersangkutan.
Sejalan dengan penelitian diatas Rahayu (2015) dalam penelitiannya
menyatakan latihan range of motion (ROM) merupakan salah satu bentuk
latihan dalam proses rehabilitasi yang dinilai masih cukup efektif untuk
mencegah terjadinya kecacatan pada pasien dengan stroke. Latihan ini
adalah salah satu bentuk intervensi fundamental perawat yang dapat
dilakukan untuk keberhasilan regimen terapeutik bagi pasien dan dalam
upaya pencegahan terjadinya kondisi cacat permanen pada pasien paska
perawatan di rumah sakit sehingga dapat menurunkan tingkat
ketergantungan pasien pada keluarga.
Pada jurnal ke 2, menjelaskan bahwa pemberian latihan terapi Range
Of Motion dengan menggunakan test kekuatan bertujuan untuk
mengetahui adanya pengaruh Range Of Motion Exercise terhadap
kekuatan otot pada pasien stroke (Kristiani, 2017).
Berdasarkan hasil yang didapatkan dari jurnal 2 bahwa terdapat
persamaan dengan teori Fajar, (2014) yang menyebutkan data nilai
kekuatan otot dan rentang gerak yang meningkat dapat menjawab
beberapa tujuan latihan Range Of Motion (ROM) yaitu mempertahankan
atau memelihara fleksibilitas dan kekuatan otot, memelihara mobilitas

45
46

persendian dan mencegah kelainan bentuk, kekakuan dan kontraktur. Nilai


kekuatan otot dan rentang gerak yang meningkat tersebut juga
memberikan jawaban pada manfaat Range Of Motion (ROM) yaitu
memperbaiki tonus otot, meningkatkan mobilisasi sendi, dan memperbaiki
toleransi otot untuk latihan
Implementasi yang dilakukan pada jurnal 1 dan 2 yaitu mengenai
terapi Range Of Motion (ROM). Pada jurnal 1 dan 2 terdapat beberapa
persamaan dan perbedaan. Persamaan pertama yaitu sama-sama
menggunakan terapi Range Of Motion (ROM), kedua alat yang digunakan
juga sama yaitu lembar observasi untuk mengetahui keadaan umum
pasien.
Perbedaan yang terdapat antara jurnal 1 dan jurnal 2 yaitu pada jurnal
1 dilakukan terapi Range Of Motion (ROM) untuk rentang gerak sendi
ekstremitas atas dan pelaksanaan latihan Range Of Motion dilakukan
selama 5 hari dalam seminggu, dengan pengulangan minimal 2 kali sehari
dalam waktu 5-10 menit. Sedangkan pada jurnal 2 menggunakan terapi
Range Of Motion (ROM) untuk mengetahui kekuatan otot dengan cara
mencatat hasil kekuatan otot melalui uji statistic T-Test pada lembar
observasi
C. Keterbatasan
Dalam penyusunan dan penulisan laporan ini, penulis masih
memiliki keterbatasan yakni dalam pencarian jurnal atau artikel ilmiah
yang homogen yang terbatas pada database. Terlebih ketika ditemukan
artikel yang sesuai, namun isi pembahasan tidak atau kurang sesuai dengan
masalah yang penulis harapkan.
BAB VI
PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil evaluasi dapat disimpulkan bahwa terdapat


persamaan dan perbedaan antara jurnal 1 dan 2 dengan teori, persamaannya
yaitu menerapkan terapi Range Of Motion (ROM) untuk melihat perubahan
rentang gerak sendi dan kekuatan otot pada pasien stroke. Perbedaan yang terdapat
antara jurnal 1 dan jurnal 2 yaitu pada jurnal 1 dilakukan terapi Range Of
Motion (ROM) untuk rentang gerak sendi ekstremitas atas dan pelaksanaan
latihan Range Of Motion dilakukan selama 5 hari dalam seminggu, dengan
pengulangan minimal 2 kali sehari dalam waktu 5-10 menit. Sedangkan pada
jurnal 2 menggunakan terapi Range Of Motion (ROM) untuk mengetahui
kekuatan otot dengan cara mencatat hasil kekuatan otot melalui uji statistic
T-Test pada lembar observasi.
Terapi Range Of Motion (ROM) merupakan salah satu bentuk
intervensi fundamental perawat yang dapat dilakukan untuk keberhasilan
regimen terapeutik bagi pasien dan dalam upaya pencegahan terjadinya
kondisi cacat permanen pada pasien paska perawatan di rumah sakit sehingga
dapat menurunkan tingkat ketergantungan pasien pada keluarga.

B. Saran

Adapun beberapa saran yang ingin penulis sampaikan, diharapkan saran


ini dapat diterima dan di pertimbangkan dan untuk meningkatkan kualitas
asuhan keperawatan selanjutnya :
1. Bagi Pasien dan Keluarga
Diharapkan kepada pasien dan keluarga dapat menerapkan Terapi
Range Of Motion (ROM) dalam upaya pencegahan terjadinya kondisi
cacat permanen pada pasien paska perawatan.

47
48

2. Bagi Poltekkes Kemenkes Pangkalpinang


Diharapkan dapat menambah wawasan dan sebagai bahan referensi serta
dijadikan bahan dokumentasi dan bahan perbandingan untuk studi kasus
selanjutnya tentang asuhan keperawatan keluarga pada pasien stroke.
3. Bagi Penulis
Studi kasus ini diharapkan dapat menembah wawasan, pengetahuan dan
mampu menerapkan ilmu yang sudah didapatkan mengenai keperawatan
keluarga pada pasien stroke dengan menerapkan terapi Range Of Motion
(ROM).
DAFTAR PUSTAKA

Anita, F. 2019. Pengaruh latihan Range Of Motion terhadap rentang gerak sendi
ekstremitas atas pada pasien pasca stroke di Makassar. Journal Of Islamic
Nursing. Volume 3 Nomor 1.
Bakri, M.H. 2017. Asuhan Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Pustaka
Mahardika.
Bariroh, U. 2016. Kualitas Hidup Berdasarkan Karakteristik Pasien Pasca Stroke.
Jurnal Kesehatan Masyarakat (e-Journal) Volume 4, Nomor 4.

Budiman & Riyanto A. 2013. Kapita Selekta Kuisioner Pengetahuan Dan Sikap
Dalam Penelitian Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika pp 66-69.

Dinkes Babel, 2018. Profil kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung tahun
2018. Dinas kesehatan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung.

Dion, Y., & Betan, Y. (2013). Asuhan keperawatan keluarga konsep dan praktik.
Yogyakarta: Nuha Medika.

Fajar, Y. 2014. Pengaruh Range Of Motion (Rom) Terhadap Kekuatan Otot Dan
Rentang Gerak Pasien Pasca Perawatan Stroke. Jurnal Sain Med

Gusti, S. 2013. Asuhan keperawatan keluarga. Jakarta: CV. Trans Info Media.

Hartono, E. (2019). Gambaran tekanan darah pada pasien stroke hemoragik


dengan diabetes melitus dan non diabetes melitus di bagian saraf
Rumkital Dr.Ramelan Surabaya. Jurnal Sinaps, Vol. 2 No. 1.

Helmi, Z. N. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba


Medika.

Jamaludin, M. 2020. Peningkatan fleksibilitas sendi pada pasien strokedengan


terapi tali temali. Journal Of Health Science (Jurnal Ilmu Kesehatan)
Vol. VNo. II .

Kementrian Kesehatan RI. 2018. Riset Kesehatan Dasar. Jakarta: Kementerian


Kesehatan Republik Indonesia.

Kristiani, R.B. 2017. Pengaruh Range Of Motion Exercise terhadap kekuatan otot
pada pasien stroke di Wilayah Puskesmas Sidotopo Surabaya. Jurnal
Ners Lentera. Vol. 5, No. 2.

49
Misgiyanto & Susilawati, D. (2014). Hubungan antara Dukungan Keluarga
dengan Tingkat Kecemasan Penderita Kanker Serviks Paliatif.
Semarang: Universitas Diponegoro.

Muhlisin Abi. 2012. Keperawatan Keluarga. Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Notoatmodjo S. 2012. Promosi Kesehatan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT


Rineka Cipta.

Nurarif, A.H. & Kusuma, H. 2015. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan


diagnosa medis & Nanda NIC-NOC. Jogjakarta: MediAction.

Padila. 2012. Buku ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika

Perry, A.G., & Potter, P.A. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan. Jakarta:
EGC.

Rahayu, K.I.N. 2015. Pengaruh pemberian latihan Range Of Motion (Rom)


terhadap kemampuan motorik pada pasien post stroke di RSUD
Gambiran. Jurnal Keperawatan, P-ISSN 2086-3071 E-ISSN 2443-0900.

Silalahi, R.D. 2020. Peran perawat dalam tindakan rehabilitatif pasien pasca
stroke di rumah Sakit. Kajian Ilmiah. Program Studi Magister
Keperawatan Fakultas Keperawatan. Universitas Sumatera Utara.

Suratun., Heryati., Manurung, S., & Raenah, E. 2008. Klien gangguan sistem
muskuloskeletal : Seri asuhan keperawatan. Jakarta: EGC.

Suwaryo, P.A.W. 2019. Faktor risiko yang mempengaruhi kejadian stroke. Jurnal
Keperawatan. Volume 11 No 4. LPPM Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan
Kendal

Wijaya, A.S dan Putri, Y.M. 2013. Keperawatan medikal bedah 2, keperawatan
dewasa teori dan contoh askep. Yogyakarta : Nuha Medika.

World Health Organisation. 2016. World stroke day campaign theme. Geneva:
WHO. http://www.worldstroke. org/ advocacy /world-strokecampaign.
Diakses 27 Januari 2021.
LAMPIRAN
Lampiran Jurnal 1
Lampiran Jurnal 2

Anda mungkin juga menyukai