KTI
Oleh :
Sahrul Widyastuti
NIM P1337420215014
2018
i
LAPORAN KASUS
KTI
Oleh :
Sahrul Widyastuti
NIM P1337420215014
2018
ii
iii
iv
v
MOTTO
“Manusia itu hanya memperoleh apa yang di usahakannya. Dan bahwa usahanya
( An – Najm : 39-41)
vi
PRAKATA
judul Asuhan Keperawatan Jiwa Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
Penulisan laporan kasus ini disusun untuk memenuhi syarat mata kuliah
diselesaikan berkat adanya dukungan dan masukan dari berbagai pihak, oleh karena
itu pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih
kepada :
Kesehatan Semarang.
vii
4. Ruti Wiyati, S.Kep, Ns., M.Kep selaku Dosen Pembimbing I dan Penguji II
yang telah memberikan saran, kritik, bantuan, arahan dan kesempatan waktu
5. Widyo Subagyo, SST, MMR selaku Dosen Pembimbing II dan Penguji I yang
telah memberikan saran, kritik, bantuan, arahan dan kesempatan waktu selama
7. Ani Kuswati, S.Kep. Ns, MH selaku dosen pembimbing akademik yang telah
Penulis menyadari bahwa laporan kasus ini masih banyak kekurangan dan
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna perbaikan yang lebih baik dimasa mendatang. Semoga laporan
Penulis
viii
PERSEMBAHAN
syarat mata kuliah tugas akhir pada Program Studi DIII Keperawatan Purwokerto
1. Bapak dan Ibu (Bapak Sarjono dan Ibu Duryatun) yang telah membesarkan,
sayang, dukungan, doa agar tetap semangat menyelesaikan laporan kasus ini.
3. Dewi Eli Santi teman sekasur yang senantiasa memberikan masukan, kritik dan
4. Yang selalu nemenin lembur tiap malem Arkham Ibnu Aziz, terimakasih selalu
sampai saat ini, serta mendengarkan keluh kesah dalam penyusunan laporan
kasus ini.
ix
6. Sahabat – sahabatku ( Diyah Ayu, Indanah, Agil Novita, Maylina Triya, Anty,
Rio, Desy Wahyu, Winda, Yosicca, Sefti, Elisa, Owindol) yang selalu
9. Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu yang telah
x
DAFTAR ISI
PERSEMBAHAN ......................................................................................... ix
B. Tujuan ................................................................................................. 4
D. Manfaat ............................................................................................... 5
xi
2. Definisi Harga Diri Rendah ........................................................... 10
3. Etiologi.......................................................................................... 11
6. Penatalaksanaan............................................................................. 14
1. Pengkajian ..................................................................................... 16
2. Diagnosa ....................................................................................... 17
4. Perencanaan .................................................................................. 18
5. Evaluasi ......................................................................................... 19
xii
G. Cara Pengelolaan Data ........................................................................ 26
A. Hasil.................................................................................................... 29
1. Pengkajian ..................................................................................... 29
3. Masalah Keperawatan.................................................................... 41
B. Pembahasan ........................................................................................ 51
1. Pengkajian ..................................................................................... 52
A. Simpulan ............................................................................................. 59
B. Saran ................................................................................................... 60
DAFTAR PUSTAKA
xiii
DAFTAR LAMPIRAN
xiv
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-anak,
dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Menjadi tua adalah proses yang natural
dan alami yang terjadi pada manusia (Santoso, 2011). Lansia merupakan
seseorang yang sudah berusia lebih dari 60 tahun keatas. Secara biologis
lansia mempunyai ciri – ciri yang dapat dilihat secara fisik maupun mental.
Proses ini tidak dapat dihindari dan terjadi secara alami dan terus
menerus(Sobarna, 2009).
terbanyak di dunia, jumlah lansia di Indonesia yaitu 18,1 juta jiwa (7,6%
dari total penduduk). Wilayah provinsi Jawa Tengah menurut data ( Badan
1
2
dan kemampuan yang dimiliki lansia. Kemunduran fungsi tubuh dan peran
masalah pada lansia yang akan berpengaruh dalam menilai dirinya sendiri.
Didukung Potter dan Perry (2009), bahwa harga diri menjadi hal yang
sangat penting bagi lansia karena harga diri adalah rasa dihormati, diterima,
diakui dan bernilai bagi lansia yang didapatkan dari orang lain.
( Flaherty et al,2003 dalam Potter and Perry, 2009). Angka kejadian depresi
depresi pada lansia di jawa tengah tinggi sekali mencapai 32%. Pada pasien
rawat jalan sekitar 12-36%. Angka ini meningkat menjadi 30-50 % pada
lansia dengan penyakit kronis dan perawatan lama yang mengalami depresi
keatas yang tinggal di keluarga dan angka depresi meningkat secara drastis
pada lansia yang tinggal di panti wredha, dengan sekitar 50-70 % penghuni
2
3
ini dapat mengakibatkan lansia mengalami harga diri rendah (Stanley &
Beare, 2007).
harga diri rendah. Harga diri rendah adalah suatu evaluasi diri yang negatif
tidak berharga, dan tidak memadai (World, 2008). Harga diri pada lansia
mengalami harga diri rendah memiliki perasaan malu, kurang percaya diri,
menyalahkan diri, menarik diri dan keinginan yang tidak tercapai, seperti
diri seseorang salah satunya adalah dengan melakukan olahraga atau senam
secara teratur. Senam lansia adalah serangkaian gerak nada yang teratur dan
terarah serta terencana yang diikuti oleh lanjut usia yang dilakukan dengan
balik positif dari orang lain, kontak sosial dan peningkatan kepercayaan diri
Di Kecamatan Karangmoncol”.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus penulisan karya tulis ilmiah ini adalah penulis mampu :
senam lansia.
lansia.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
senam lansia.
2. Manfaat Praktis
pengetahuan.
c. Bagi Penulis
senam lansia.
d. Bagi Masyarakat
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Lansia
1. Definisi Lansia
Menurut pasal 1 ayat (2), (3), (4) UU No. 13 Tahun 1998 tentang
tidak secara tiba-tiba menjadi tua, tetapi berkembang dari bayi, anak-
anak, dewasa, dan akhirnya menjadi tua. Hal ini normal, dengan
perubahan fisik dan tingkah laku yang dapat diramalkan yang terjadi
pada semua orang pada saat mereka mencapai usia tahap perkembangan
kronologis tertentu.
Tuhan Yang Maha Esa. Semua orang akan mengalami proses menjadi
tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir. Dimasa
7
8
c. Status Kesehatan
d. Pengalaman Hidup
e. Lingkungan
f. Stres.
59 tahun.
laraia,2005).
asing baginya.
diri sendiri dan kemampuan diri dan sering disertai dengan kurangnya
3. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Perkembangan individu
tidak berguna .
2) Ideal Diri
percaya diri.
12
b. Faktor Presipitasi
e. Penurunan produktivitas
hubungan sosial
kesulitannya sendiri
sosial
6) Tidak konsisten
14
6. Penatalaksanaan
a. Psikofarmaka
Prabowo,2014)
15
b. Psikoterapi
tidak mengasingkan diri lagi, karena bila pasien menarik diri dapat
Prabowo,2014).
d. Terapi modalitas
1. Pengkajian
penanggungjawab.
b) Alasan dirawat
c) Pemeriksaan fisik
tanda – tanda vital, berat badan, tinggi badan, dan pemeriksaan fisik
d) Psikososial
dengan gangguan jiwa. Selain itu juga dikaji tentang konsep diri,
e) Status mental
2. Diagnosa Keperawatan
b) Isolasi sosial
3. Pohon Masalah
Isolasi Sosial
4. Perencanaan
positif dari pasien dengan cara komunikasi verbal antara perawat dan
5. Evaluasi
pada klien dengan harga diri rendah kronik adalah sebagai berikut :
situasi.
D. Senam Lansia
akan membantu tubuh agar tetap bugar dan tetap segar karena
meliputi :
20
b) Senam otak
c) Senam osteoporosis
d) Senam hipertensi
usia pra lansia (45 tahun) dan usia lansia (65 tahun keatas).
bisa tidur nyenyak, dan pikiran tetap segar (Anggriyana & Atikah,
2010).
21
a) Pemanasan
yang lebih berat pada saat latihan maksimal, suhu tubuh naik 1 drajat
b) Kondisioning
c) Penenangan
tangan.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
ini adalah desain penelitian deskriptif yaitu metode penelitian yang bertujuan
untuk mendeskripsikan peristiwa atau fenomena yang ada pada saat ini
karangmoncol.
B. Subyek Penelitian
1. Kriteria inklusi
Klien usia lansia (60 tahun keatas), klien dalam kondisi tenang, dapat
2. Kriteria eksklusi
23
24
C. Fokus Studi
keperawatan yang sama yaitu klien dengan gangguan konsep diri : harga diri
D. Definisi Operasional
pengukuran secara cermat terhadap suatu objek atau fenomena yang kemudian
diri : harga diri rendah menggunakan terapi senam lansia adalah serangkaian
tindakan atau proses keperawatan yang diberikan kepada pasien dengan harga
1. Tempat penelitian
Karangmoncol.
2. Waktu penelitian
Dalam penyusuanan karya tulis ilmiah ini, penulis mengumpulkan data dari
1. Wawancara
penelitian dengan cara tanya jawab dengan pertanyaan terbuka dan bertatap
utama.
26
2. Observasi
3. Studi Dokumen
Pada kasus ini peneliti menggunakan hasil dari pemeriksaan diagnostik dan
data lain yang relevan untuk kelengkapan data dalam pemberian asuhan
keperawatan.
disajikan secara narasi, disertai ungkapan verbal dari klien yang merupakan data
ada dengan referensi dan hasil-hasil penelitian terkait.di dalam tinjauan pustaka
dengan respon pasien yang telah dipilih sebagai objek penelitian. Analisis data
melakukan tindakan keperawatan sesuai waktu dalam rencana yang telah dibuat
studi kasus dan juga dapat disertai dengan cuplikan ungkapan verbal dari
I. Etika Penelitian
3. Confidentiality (kerahasian)
disimpan di laptop pribadi penulis. Hanya kelompok data tertentu yang akan
PEMBAHASAN
Pada bab ini penulis akan membahas tentang laporan kasus asuhan
A. HASIL
1. Pengkajian
a. Identitas Pasien
pasien.
29
30
pasien.
b. Alasan Masuk
1) Ny. K ( Pasien I)
pulang kerumah
1) Faktor Predisposisi
2) Faktor Presipitasi
d. Pemeriksaan Fisik
1) Ny. K ( Pasien I)
e. Genogram
1) Ny. K ( Pasien I)
suami dan anak laki – lakinya. Ayah dan ibu Ny. K sudah
meninggal.
33
f. Psikososial
1) Konsep diri
Harga diri, pasien merasa malu dan minder, pasien tidak mau
keluar rumah.
2) Hubungan Sosial
3) Spiritual
jarang beribadah. Ny. S (Pasien II) selama sakit tidak mau solat
berjamaah di musola.
35
g. Status Mental
1) Penampilan
berhijab, kuku pendek dan bersih, kulit sawo matang, kusam dan
beruban dan diikat, kuku pendek dan bersih, kulit sawo matang,
dan bersih.
2) Pembicaraan
menutup mulutnya.
3) Aktivitas Motorik
4) Alam Perasaan
5) Afek
bicara.
7) Persepsi
8) Proses Pikir
lahirnya.
11) Memori
saja yang ia lakukan hari ini mulai dari bangun tidur sampai
yang lalu.
sembuh.
dengan penyakitnya.
h. Mekanisme Koping
II) hanya tamatan SD. Mereka sama – sama tinggal bersama anakya,
j. Aspek medik
1) Diagnosa Medik
medik skizofrenia.
2) Terapi Medik
2. Daftar Masalah
a. Ny. K (Pasien I)
Didukung oleh data obyektif pasien yaitu bicara cepat, nada rendah,
yang tiba- tiba muncul dan membesar, sehingga pasien tidak mau
diri rendah.
3. Masalah Keperawatan
harga diri rendah dan isolasi sosial. Pada pasien II adalah gangguan
diambil pada kedua pasien yaitu gangguan konsep diri : harga diri
rendah.
42
4. Pohon Masalah
a. Ny. K (Pasien I)
Isolasi Sosial
Isolasi Sosial
5. Rencana Keperawatan
dilatih.
konsep diri : harga diri rendah terdiri dari 2 strategi pelaksanaan yaitu
kegiatan harian.
44
setelah latihan inti perlu gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh
6. Tindakan Keperawatan
a. Ny. K (Pasien I)
mulutnya.
saat senam.
nada rendah dan kurang jelas , menanyakan nama, alamat dan nama
pasien tampak malu- malu, awalnya tidak mau saat diajak senam,
tapi capek.
50
7. Evaluasi Keperawatan
a. Ny. K (Pasien I)
aspek positif yang dimiliki serta terapi senam lansia pada 19 April
aspek positif yang dimiliki serta terapi senam lansia pada 19 April
B. Pembahasan
respon tiap klien berbeda, analisis yang dibahas yaitu tentang gangguan
konsep diri : harga diri rendah. Pada pembahasan ini dijelaskan mengenai
1. Pengkajian
II) didapatkan data dengan keluhan yang sama yaitu pasien merasa
malu, kurang percaya diri, minder, tidak berguna, rendah diri, tidak
tahun dan seorang ibu rumah tangga, pasien mengatakan tidak puas
dengan perannya menjadi seorang ibu karena anaknya bekerja jauh. Hal
menunduk,berbicara lambat dan nada suara lemah adalah salah satu ciri
mental penampilan Ny. K dan Ny. S terlihat cukup rapi, pakaian dan
baju rapi tidak terbalik, rambut beruban dan diikat, kuku pendek dan
bersih, kulit sawo matang, dan bersih. pembicaraan cepat, nada rendah,
dan malu – malu. Saat pengkajian pasien tenang namun saat tidak
berinteraksi tampak sedih dan diam. Disini pasien masih terlihat cukup
2. Diagnosa Keperawatan
keperawatan yang aktual yaitu gangguan konsep diri : harga diri rendah.
bekerja dan pasien lebih senang dirumah dan merasa malu berinteraksi
54
yaitu bicara cepat, nada rendah, sulit dimengerti, tidak mau menatap
malu karena mempunyai tahi lalat dihidung yang tiba- tiba muncul dan
senang dirumah. Data obyektif pasien bicara lambat, nada rendah, sulit
– malu.
problem dapat diatasi, maka effect dari core problem dapat dicegah.
Menurut Yosep dan Sutini (2007) dampak dari gangguan konsep diri :
gangguan konsep diri : harga diri rendah adalah koping individu yang
tidak efektif.
3. Rencana Keperawatan
dan menggali hal positif dari pasien dengan cara komunikasi verbal
antara perawat dan pasien. Selain itu untuk melatih keluarga dan
pikiran.
,2008)
4. Tindakan Keperawatan
lansia Ny. K dan Ny. S memiliki respon yang berbeda karena pada
pasien Ny. S umurnya sudah 80 tahun sehingga pasien mudah lelah saat
tetap segar. Senam lansia melawan depresi karena senam lansia mampu
5. Evaluasi Keperawatan
telah dilakukan pada Ny. K dan Ny. S untuk meningkatkan kualitas diri/
57
dan aspek positif yang dimiliki serta terapi senam lansia pada 19 April
sesuai dengan jadwal, terlihat percaya diri saat melakukan kegiatan tapi
dan pasien mulai bergaur dengan tetangganya terlihat saat senam pasien
terapi senam lansia untuk meningkatkan harga diri dan kualitas diri
pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri rendah. Pasien
dilakukan penulis pada Ny. K dan Ny. S adalah bermain peran agar
diri sendiri dan oranglain. Dengan adanya terapi senam lansia pasien
jadi lebih mudah untuk bersosialisasi dan pasien termotivasi untuk lebih
C. Keterbatasan
senam lansia belum sesuai, latihan terapi senam lansia pada Ny. S kurang maksimal
karena penulis menyesuaikan kondisi pasien. Umur Ny. S yang sudah 80 tahun
Kelemahan dari penulis adalah penulis belum sempat bertemu dengan anak
Ny. K yang bekerja setiap hari dan pulang malam sehingga SP 1, SP 2 keluarga dan
terapi senam lansia diajarkan pada saudara Ny.K yang juga dekat dengan Ny. K.
BAB V
A. SIMPULAN
1. Berdasarkan pengkajian pada Ny. K (Pasien 1), pasien lebih mudah untuk
positif yang masih dimiliki pasien. pasien aktif dan senang namun kadang
masih malu – malu. Pada Ny. S (Pasien II), pasien lebih sulit diajak
konsep diri : harga diri rendah dan isolasi sosial. Pada Ny. S (Pasien II)
adalah gangguan konsep diri : harga diri rendah dan gangguan persepsi
dan SP 1,2 Keluaga pada pasien dengan gangguan konsep diri : harga diri
59
60
senam lansia. Terapi senam lansia bisa dilakukan tidak hanya sendiri bisa
dengan tetangga untuk meningkatkan harga diri dan kualitas diri pasien.
I) dan Ny. S (Pasien II) mampu mengidentifikasi aspek positif yang masih
mampu melakukan terapi senam lansia, dan Ny. S ( Pasien II) juga mampu
terapi senam lansia pasien lebih bahagia dan mampu menjalin hubungan
interpersonal yang baik dengan oranglain, dan harga diri pasien semakin
menigkat.
B. Saran
diri rendah
3. Bagi Penulis
gangguan konsep diri : harga diri rendah menggunakan terapi senam lansia
4. Bagi Masyarakat
senam lansia
DAFTAR PUSTAKA
Ahern, N.R & Wilkinson, J.M. (2013). Buku Saku Diagnosis Keperawatan:
Bandiyah, Siti. (2009). Lanjut Usia dan Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha
Medika
Healthcare. 2013;1:1-9
Fitria, Nita. (2009). Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan
Salemba Medika
lansia terhadap derajat depresi pada lansia di panti werda : literatur review.
Ma’rifatul Lilik Azizah. (2011). Keperawatan Lanjut Usia. Surabaya: Graha Ilmu
Narullita, Dewi. (2017). Faktor – faktor yang mempengaruhi harga diri rendah
Medika.
Potter & Perry. (2009). Fundamental Keperawatan. Edisi 7 Buku 1 dan 2. Jakarta:
Salemba Medika
Medika
Stanley & Beare. (2007). Buku Ajar Keperawatan Gerontik, Edisi 2. Jakarta: EGC
Stuart & Laraia. (2005). Buku Saku Keperawatan Jiwa ( terjemahan ). Jakarta: EGC
Keraton
STRATEGI PELAKSANAAN
ORIENTASI :
yang pernah .... lakukan? Setelah itu kita akan nilai kegiatan mana yang masih
dapat .... dilakukan. Setelah kita nilai, kita akan pilih satu kegiatan untuk kita
latih”
KERJA :
” ...., apa saja kemampuan yang .... miliki? Bagus, apa lagi? Saya buat
daftarnya ya! Apa pula kegiatan rumah tangga yang biasa .... lakukan?
” bapak dari lima kegiatan/kemampuan ini, yang mana yang masih dapat
”Sekarang, coba .... pilih satu kegiatan yang masih bisa dikerjakan di rumah
.... ”.” O yang nomor satu, merapihkan tempat tidur?Kalau begitu, bagaimana
kalau sekarang kita latihan merapihkan tempat tidur .... ”. Mari kita lihat
“Nah kalau kita mau merapihkan tempat tidur, mari kita pindahkan dulu bantal
dan selimutnya. Bagus ! Sekarang kita angkat spreinya, dan kasurnya kita
balik. ”Nah, sekarang kita pasang lagi spreinya, kita mulai dari arah atas, ya
bagus !. Sekarang sebelah kaki, tarik dan masukkan, lalu sebelah pinggir
atas/kepala. Mari kita lipat selimut, nah letakkan sebelah bawah/kaki. Bagus !”
” .... sudah bisa merapihkan tempat tidur dengan baik sekali. Coba perhatikan
TERMINASI :
yang dapat dilakukan di .... ini. Salah satunya, merapihkan tempat tidur, yang
sudah .... praktekkan dengan baik sekali. Nah kemampuan ini dapat dilakukan
juga di .....”
”Sekarang, mari kita masukkan pada jadual harian. .... Mau berapa kali
sehari merapihkan tempat tidur. Bagus, dua kali yaitu pagi-pagi jam berapa ?
”Besok pagi kita latihan lagi kemampuan yang kedua. .... masih ingat kegiatan
apa lagi yang mampu dilakukan di rumah selain merapihkan tempat tidur? Ya
bagus, cuci piring.. kalu begitu kita akan latihan mencuci piring besok jam 8
pagi di dapur ruangan ini sehabis makan pagi Sampai jumpa ya”
kemampuan pasien.
ORIENTASI :
“Selamat pagi, bagaimana perasaan .... pagi ini ? Wah, tampak cerah ”
”Bagaimana ...., sudah dicoba merapikan tempat tidur sore kemarin/ tadi
pagi? Bagus (kalau sudah dilakukan, kalau belum bantu lagi, sekarang kita
KERJA :
“ .... sebelum kita mencuci piring kita perlu siapkan dulu perlengkapannya,
piring, dan air untuk membilas., .... bisa menggunakan air yang mengalir dari
kran ini. Oh ya jangan lupa sediakan tempat sampah untuk membuang sisa-
makanan.
“Setelah semuanya perlengkapan tersedia, .... ambil satu piring kotor, lalu
buang dulu sisa kotoran yang ada di piring tersebut ke tempat sampah.
sudah diberikan sabun pencuci piring. Setelah selesai disabuni, bilas dengan
air bersih sampai tidak ada busa sabun sedikitpun di piring tersebut. Setelah
itu .... bisa mengeringkan piring yang sudah bersih tadi di rak yang sudah
“Bagus sekali, ..... dapat mempraktekkan cuci pring dengan baik. Sekarang
dilap tangannya
TERMINASI :
“Bagaimana jika kegiatan cuci piring ini dimasukkan menjadi kegiatan sehari-
hari
..... Mau berapa kali mencuci piring? Bagus sekali ..... mencuci piring tiga
”Besok kita akan latihan untuk kemampuan ketiga, setelah merapihkan tempat
tidur dan cuci piring. Masih ingat kegiatan apakah itu? Ya benar kita akan
latihan mengepel”
ORIENTASI :
“Selamat pagi !”
“Bagaimana kalau pagi ini kita bercakap-cakap tentang cara merawat ... ?
wawancara!”
KERJA :
“Ya memang benar sekali Pak/Bu, .... itu memang terlihat tidak percaya diri
sedunia. Dengan kata lain, anak Bapak/Ibu memiliki masalah harga diri rendah
yang ditandai dengan munculnya pikiran-pikiran yang selalu negatif terhadap
diri sendiri. Bila keadaan ...ini terus menerus seperti itu, .... bisa mengalami
masalah yang lebih berat lagi, misalnya jadi malu bertemu dengan orang lain
“Sampai disini, bapak/Ibu mengerti apa yang dimaksud harga diri rendah?”
“Setelah kita mengerti bahwa masalah dapat menjadi masalah serius, maka
”Bpk/Ibu, apa saja kemampuan yang dimiliki Bapak? Ya benar, dia juga
mengatakan hal yang sama(kalau sama dengan kemampuan yang dikatakan ....
” .... itu telah berlatih dua kegiatan yaitu merapihkan tempat tidur dan cuci
piring. Serta telah dibuat jadual untuk melakukannya. Untuk itu, Bapak/Ibu
dapat mengingatkan ... untuk melakukan kegiatan tersebut sesuai jadual. tolong
pujian agar harga dirinya meningkat. Ajak pula memberi tanda cek list pada
”Selain itu, bila ...sudah tidak lagi dirawat di Rumah sakit, bapak/Ibu tetap
perlu memantau perkembangan ..... Jika masalah harga dirinya kembali muncul
dan tidak tertangani lagi, bapak/Ibu dapat membawa .... ke rumah sakit”
kepada ....”
”temui .... dan tanyakan kegiatan yang sudah dia lakukan lalu berikan pujian
yang yang mengatakan: Bagus sekali ..., kamu sudah semakin terampil mencuci
piring”
TERMINASI :
“Bagus sekali bapak/Ibu dapat menjelaskan dengan baik. Nah setiap kali
“Bagaimana kalau kita bertemu lagi dua hari mendatang untuk latihan cara
ORIENTASI:
”Waktunya 20 menit”.
”Sekarang mari kita temui ....”
KERJA:
”Hari ini saya datang bersama keluarga ...... Seperti yang sudah saya katakan
sebelumnya, keluarga .... juga ingin merawat .... agar ..... cepat pulih.”
”Nah Pak/Bu, sekarang Bapak/Ibu bisa mempraktekkan apa yang sudah kita
”Baiklah, sekarang saya dan orang tua ..... ke ruang perawat dulu”
dengan keluarga)
TERMINASI:
kepada Bapak»
Bapak/Ibu melakukan cara merawat yang sudah kita pelajari. Waktu dan
« Sampai jumpa »
SP 3 Keluarga : Membuat perencanaan pulang bersama keluarga
ORIENTASI:
”Karena hari ini .... direncanakan pulang, maka kita akan membicarakan
KERJA:
”Pak/Bu ini jadwal kegiatan ..... selama di rumah sakit. Coba diperhatikan,
dibuat selama .... dirawat dirumah sakit tolong dilanjutkan dirumah, baik
ditampilkan oleh .... selama di rumah. Misalnya kalau Bapak terus menerus
menyalahkan diri sendiri dan berpikiran negatif terhadap diri sendiri, menolak
minum obat atau memperlihatkan perilaku membahayakan orang lain. Jika hal
ini terjadi segera hubungi rumah sakit atau bawa bapak lansung kerumah
sakit”
TERMINASI:
”Bagaimana Pak/Bu? Ada yang belum jelas? Ini jadwal kegiatan harian .....
Jangan lupa kontrol ke rumah sakit sebelum obat habis atau ada gejala yang
2. Video Senam
3. Sound System
SKALA PENILAIAN
NO TINDAKAN
DILAKUKAN TIDAK
A. Pra Interaksi
2. Persiapan alat
4. Cuci tangan
B. Tahap Orientasi
rileks
C. Tahap Kerja
1. Pemanasan
a. Tepuk tangan
b. Tepuk jari
c. Jalin tangan
g. Ketok pergelangan
h. Ketok nadi
m. Menepuk pinggang
n. Menepuk paha
p. Jongkok berdiri
q. Menepuk perut
r. Kaki jinjit
2. Penenangan (pendinginan)
Dilakukan secara aktif artinya, setelah
4 Fase Terminasi
6. Berpamitan
7. Merapikan alat
8. Cuci tangan
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
A. BIODATA
1. Nama Lengkap : Sahrul Widyastuti
2. Tempat Lahir : Kendal
3. Tanggal Lahir : 21 September 1997
4. Jenis Kelamin : Perempuan
5. Agama : Islam
6. Alamat Rumah : Kaligedang RT02 RW03
a. Kelurahan : Kalirejo
b. Kecamatan : Singorojo
c. Kabupaten : Kendal
d. Provinsi : Jawa Tengah
7. No Hp : 081384914321
8. E-mail :
a. Sahrulwidyastuti@gmail.com
b. Sahrulwidyastuti@yahoo.com
B. RIWAYAT PENDIDIKAN
1. Pendidikan SD di SD Negeri 01 Kalirejo, lulus tahun 2009
2. Pendidikan SMP di SMP Negeri 2 Singorojo, lulus tahun 2012
3. Pendidikan SMA di SMA Negeri 1 Boja, lulus tahun 2015
4. Diploma III Keperawatan Purwokerto, lulus tahun 2018
LAPORAN KASUS
KECAMATAN KARANGMONCOL
KTI
Oleh :
Sahrul Widyastuti
NIM P1337420215014
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN KONSEP DIRI :
KECAMATAN KARANGMONCOL
A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Sahrul Widyastuti
NIM : P1337420215014
Tanggal Pengkajian : 17 April 2018
Tempat Pengkajian : Di Desa Tunjungmuli Karangmoncol
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. K
Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 31 Desember 1950
Umur : 68 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat :Tunjungmuli Karangmoncol
Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : SD
Status : Menikah
2. Penanggungjawab
Nama : Tn. M
Umur : 72 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Pekerjaan : Pengangguran
Alamat : Tunjungmuli Karangmoncol
Hubungan dengan pasien : Suami
3. Alasan masuk
Pasien masuk ke Puskesmas Karangmoncol pada tanggal 11 April 2016,
diantar oleh anaknya setelah mengalami perubahan tingkah laku marah –
marah, bicara sendiri,senyum – senyum sendiri, gelisah, dan tidak mau
keluar rumah.
4. Faktor Presipitasi
Pasien mengatakan malu karena suaminya tidak bekerja dan tidak mampu
memenuhi kebutuhan keluarganya. Pasien mengatakan tidak punya apa –
apa lagi sedangkan anak satu- satunya bekerja jauh sehingga pasien selalu
memikirkan anaknya.
5. Faktor Predisposisi
Pasien pernah masuk ke Puskesmas Karangmoncol pada tanggal 11 April
2016, diantar oleh anaknya setelah mengalami perubahan tingkah laku
marah – marah, bicara sendiri, gelisah, dan tidak mau keluar rumah.
Keluarga pasien mengatakan di dalam anggota keluarganya tidak ada yang
pernah memiliki gangguan seperti pasien.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang, pasien dalam keadaan sadar
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 120/70 mmHg
RR : 2I x/menit
N : 86 x/menit
S : 36,4 o C
BB : 42 kg
TB : 125 cm
7. Psikososial
a. Genogram
: Perempuan : Menikah
: Pasien : Keturunan
Keterangan :
Ny. K merupakan anak pertama dari lima bersaudara, sedangkan
suaminya anak pertama dari tiga bersaudara. Ny. K memiliki satu anak
laki – laki. Ny. K tinggal serumah dengan suami dan anak laki – lakinya.
Ayah dan ibu Ny. K sudah meninggal.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan bersyukur dengan semua bagian tubuhnya yang
telah ia miliki dan merupakan suatu anugerah dari Allah SWT.
2) Identitas
Pasien adalah seorang perempuan berumur 68 tahun, bertempat
tinggal di Tunjungmuli, Karangmoncol, ia sudah menikah dan
memiliki 1 orang anak. Pasien berlatarbelakang pendidikan SD.
3) Peran
Pasien mengatakan ia adalah seorang istri dari Tn. M dan ia adalah
seorang ibu dari 1 orang anak. Pasien adalah seorang ibu rumah
tangga, pasien mengatakan tidak puas menjadi seorang ibu karena
anaknya bekerja jauh.
4) Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktivitas seperti
biasanya. Pasien merasa malu dan minder dengan tetangganya
karena suaminya tidak bekerja dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya.
5) Harga diri
Pasien merasa malu dan minder dengan tetangganya karena
suaminya tidak bekerja dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya.
c. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti adalah anaknya.
2) Peran serta dalam kelompok
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan dimasyarakat seperti
arisan, pengajian dan organisasi yang lainnya. Pasien juga
mengatakan jarang berkumpul dengan tetangganya.
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain
Pasien merasa malu dan minder dengan tetangganya karena
suaminya tidak bekerja dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya, pasien merasa takut tidak diterima tetangganya.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama Islam dan percaya kepada Allah SWT.
Keluarga pasien mengatakan sebelum sakit klien rajin beribadah,
dan selama sakit jarang beribadah
2) Kegiatan ibadah
Keluarga pasien mengtakan sebelum sakit klien rajin beribadah, dan
selama sakit jarang beribadah
8. Status Mental
a. Penampilan
Pasien terlihat cukup rapi, pakaian dan baju rapi tidak terbalik, berhijab,
kuku pendek dan bersih, kulit sawo matang, kusam dan kering, tidak
memakai alas kaki
b. Pembicaraan
Pembicaraan pasien cepat, nada rendah, sulit dimengerti dan mampu
memulai pembicaraan terlebih dahulu, tidak mau menatap lawan bicara,
kadang menunduk, malu – malu dan sering menutup mulutnya ketika
bicara.
c. Aktivitas motorik
Pasien saat pengkajian terlihat tenang dan malu – malu, Namun saat
tidak berinteraksi tampak diam, melamun, terlihat tidak bersemangat
dalam menjalani aktivitasnya.
d. Alam perasaan
Pasien mengatakan bingung karena suaminya tidak bekerja, pasien
merasa ketakutan karena suaminya tidak mampu mencukupi kebutuhan
keluarganya.
e. Afek
Afek pasien labil, kadang- kadang tersipu malu, kadang merasa sedih
dan kadang tampak tenang.
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara pasien kooperatif saat diajak bicara namun
pembicaraan pasien cepat, nada rendah, sulit dimengerti dan mampu
memulai pembicaraan terlebih dahulu, tidak mau menatap lawan bicara,
kadang menunduk, malu – malu dan sering menutup mulutnya ketika
bicara.
g. Persepsi
Pasien tidak memiliki gangguan persepsi. Pasien mengatakan tidak
pernah melihat bayangan-bayangan yang aneh atau mendengar suara-
suara bisikan yang aneh.
h. Proses pikir
Pada saat diajak berbicara pasien menjawab pertanyaan dengan nada
rendah. Pembicaraan pasien sedikit sulit untuk dimengerti namun
sampai pada tujuan
i. Isi pikir
Pasien tidak memiliki gangguan dalam isi pikiranya atau waham (sulit
membedakan dunia nyata dan dunia khayalan) atau obsesi.
j. Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien baik, tidak mengalami disorientasi (waktu, tempat,
orang), pasien mampu menyebut nama keluarganya dan tempat tanggal
lahirnya.
k. Memori
1) Jangka panjang
Pasien mampu mengingat kejadian masa lalu kurang lebih 3 tahun
yang lalu.
2) Jangka pendek
Pasien mampu mengingat nama anggota keluarganya, pasien tidak
memiliki gangguan daya ingat jangka pendek.
3) Saat ini
Pasien mengingat aktivitas apa saja yang ia lakukan hari ini mulai
dari bangun tidur sampai dilakukan pengkajian.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah terganggu saat berkonsentrasi dan mampu melakukan
perhitungan sederhana selama interaksi.
m. Kemampuan penilaian
Pasien mampu melakukan penilaian ringan seperti rajin minum obat
agar cepat sembuh.
n. Daya tilik diri
Pasien tidak mengingkari atau menyalahkan hal-hal di luar dirinya
berkaitan dengan penyakitnya.
9. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan apabila ada masalah jarang cerita kepada orang lain, ia
sering memendam sendiri masalahnya.Pasien tampak tertutup.
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien jarang berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan rumahnya
dikarenakan pasien lebih senang dirumah dan merasa malu berinteraksi
dengan orang-orang dilingkungan.
b. Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan tidak puas dengan pendidikannya yang tamatan SD
c. Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakn mengatakan dirumahnya tidak memiliki apa – apa
piring saja hanya lima
d. Masalah ekonomi
Pasien mengatakan malu dan minder dengan tetangganya karena
suaminya tidak bekerja dan tidak dapat memenuhi kebutuhan
keluarganya.
A. ASPEK PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala kekambuhan,
obat yang diminum dan cara menghindari kekambuhan, pemahaman tentang
sumber koping yang adaptif dan manajemen hidup yang sehat masih kurang.
B. ASPEK MEDIK
1. Diagnosa medik : skizofrenia
2. Terapi medik
Nama obat Dosis Aturan Waktu pemberian
Pakai
C. POHON MASALAH
Isolasi Sosial
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Isolasi Sosial
F. RENCANA KEPERAWATAN
dapat : 2. Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
1. Pasien dapat
positif yang dimiliki
membina hubungan
pasien.
saling percaya.
3. Membantu pasien
2. Pasien dapat
menilai kemampuan
mengidentifikasi
yang masih dapat
kemampuan dan
dilakukan
aspek positif yang
4. Membantu pasien
dimiliki
menentukan kegiatan
3. Pasien dapat menilai
yang akan dilatih sesuai
kemampuan yang
dengan kemampuan
dapat digunakan.
pasien.
4. Pasien dapat
5. Melatih pasien sesuai
menetapkan /
dengan kemampuan
memilih kegiatan
yang dipilih.
yang sesuai
6. Memberikan pujian
kemampuan
yang wajar terhadap
5. Pasien dapat melatih
keberhasilan pasien.
kegiatan yang sudah
dipilih, sesuai
kemampuan
6. Pasien dapat 7. Menganjurkan pasien
menyusun jadwal memasukan dalam
untuk melakukan jadwal kegiatan harian.
kegiatan yang sudah
SP 2 Pasien :
dilatih
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien.
2. Melatih kemampuan
kedua.
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam
jadwal kegiatan harian
SP 1 Keluarga :
1. Mendiskusikan masalah
yang dirasakan
keluarga dalam
merawat pasien
2. Menjelaskan
pengertian, tanda dan
gejala harga diri rendah
yang dialami pasien
beserta proses
terjadinya.
SP 2 Keluarga:
1. Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat pasien harga
diri rendah.
2. Melatih keluarga
melakukan cara
merawat langsung
kepada pasien harga diri
rendah.
mempersiapkan sel-sel
meningkat.
2. Kondisioning (gerakan
inti)
3. Penenangan
(pendinginan)
terhentinya keringat.
Pendinginan dilakukan
- Pasien melakukan
kegiatan kedua
SP 2 Pasien :
13.05 yaitu merapikan
1. Melatih kemampuan Sahrul
WIB tempat tidur,
kedua.
- Memasukan
kegiatanya dalam
2. Menganjurkan pasien jadwal harian yang
Sahrul
memasukan dalam sudah dibuat.
jadwal kegiatan harian. - Pasien senang dan
malu – malu,
3. Memberikan pujian senyum sambil
pada pasien menutup mulutnya Sahrul
- Pasien menyetujui
kontrak waktu Sahrul
14.00
4. Melakukan kontrak selanjutnya
WIB
waktu selanjutnya
18 April 1 - Menanyakan keadaan - Pasien mengatakan Sahrul
2018 pasien badannya enak
08.00 - Pasien masih
WIB terlihat malu - malu
- Mengevaluasi jadwal - Pasien mengatakan
kegiatan harian pasien. melakukan
kegiatan yang
08.05 SP 1 Keluarga : sebelumnya
Sahrul
WIB 1. Mendiskusikan diajarkan,
masalah yang dirasakan kemudian
keluarga dalam memasukkan ke
merawat pasien. dalam jadwal
harian pasien.
08.10 2. Menjelaskan - Keluarga pasien Sahrul
WIB pengertian, tanda dan mengatakan
gejala harga diri rendah bingung
yang dialami pasien menghadapi
beserta proses perubahan perilaku
terjadinya. yang dialami
pasien.
- Keluarga pasien
memperhatikan
penjelasan perawat
mengenai penyakit
yang diderita
pasien, kemudian
mendemonstrasika
n cara merawat
pasien dan
mengatakan sudah
paham.
09.15 SP 2 Keluarga : - Keluarga pasien
WIB 1. Melatih keluarga mempraktikan cara Sahrul
mempraktikan cara merawat pasien
merawat pasien harga secara langsung
diri rendah. dengan cara
2. Melatih keluarga mempersiapkan
10.00 melakukan cara alat yang
WIB merawat langsung dibutuhkan pasien,
kepada pasien harga kemudian
diri rendah. mengobservasi
perkembangan
pasien, dan
memberikan pujian
secara wajar
terhadap
keberhasilan
pasien
11.30 3. Melakukan kontrak - Pasien dan
Sahrul
WIB waktu selanjutnya keluarga
menyetujui kontrak
waktu selanjutnya
4. Menanyakan perasaan - Keluarga dan Sahrul
pasien pasien senang
- Ketok nadi
- Tekan jari – jari
- Buka dan mengepal
- Menepuk punggung
tangan
- Menepuk lengan bahu
- Menepuk pinggang
- Menepuk paha
- Menepuk samping betis
- Jongkok berdiri
- Menepuk perut
- Kaki jinjit
- Penenangan
- Pasien mengatakan
(pendinginan)
badannya sedikit
10.00 - Menanyakan perasaan
rileks dan agak
WIB pasien setelah senam
tenang, pasien Sahrul
mengatakan mau
senam lagi
- Mengevaluasi
- Pasien mau
kemampuan dan aspek
mengulangi apa
positif yang dimiliki
yang diajarkan
11.00 - Memberikan pujian
sebelumnya
WIB pada pasien karena Sahrul
- Pasien tersipu
sudah mau senam
malu saat dipuji
13.00 - Mengakhiri pertemuan
WIB
- Pasien tampak
sedih
- Pasien mengatakan
untuk datang lahi
kerumahnya
H. EVALUASI
Tanggal/ No. Paraf
Evaluasi
jam DX
19 April 1 S:Pasien mengatakan sudah mengetahui Sahrul
2018 kemampuan apa saja yang dimiliki.
13.00 - Pasien mengatakan sudah melakukan kegiatan
WIB yang sudah diajari perawat yaitu menyapu, dan
merapikan tempat tidur,
- Pasien mengatakan sudah berlatih melakukan
kegiatan bersama dengan keluarganya
O :Pasien melakukan kegiatan harian sesuai dengan
jadwal, pasien terlihat percaya diri saat
melakukan kegiatan tapi kadang masih menutup
mulutnya ketika senyum namun sudah jarang,
pasien mulai bergaur dengan tetangganya.
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
- Pertahankan SP 1 Pasien
LAPORAN KASUS
KECAMATAN KARANGMONCOL
KTI
Oleh :
Sahrul Widyastuti
NIM P1337420215014
2018
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN GANGGUAN KONSEP DIRI :
KECAMATAN KARANGMONCOL
A. PENGKAJIAN
Nama Mahasiswa : Sahrul Widyastuti
NIM : P1337420215014
Tanggal Pengkajian : 17 April 2018
Tempat Pengkajian : Di Desa Rajawana Karangmoncol
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Tempat, Tanggal Lahir : Purbalingga, 11 Januari 1938
Umur : 80 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Rajawana Karangmoncol
Suku, Bangsa : Jawa, Indonesia
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Pendidikan : Sekolah Rakyat
Status : Cerai Mati
2. Penanggungjawab
Nama : Ny. S
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Rajawana Karangmoncol
Hubungan dengan pasien : Anak
3. Alasan masuk
Pasien pernah masuk ke Puskesmas Karangmoncol 2 tahun yang lalu dan
dirawat selama 3 hari, diantar oleh anaknya setelah mengalami perubahan
tingkah laku sedih, sering menyendiri, tiba – tiba menangis, senyum –
senyum sendiri, gelisah, dan tidak mau keluar rumah.
4. Faktor Presipitasi
Pasien mengatakan malu karena mempunyai tahi lalat dihidung yang tiba-
tiba muncul dan membesar, sehingga pasien tidak mau keluar rumah dan
berkomunikasi dengan oranglain. Pasien mengatakan dirinya tidak berguna
dan bingung pada dirinya sendiri.
5. Faktor Predisposisi
Pasien masuk ke Puskesmas Karangmoncol 2 tahun yang lalu dan dirawat
selama 3 hari, diantar oleh anaknya setelah mengalami perubahan tingkah
laku sedih, sering menyendiri, tiba – tiba menangis, senyum – senyum
sendiri, gelisah, dan tidak mau keluar rumah. Keluarga pasien mengatakan
di dalam anggota keluarganya tidak ada yang pernah memiliki gangguan
seperti pasien.
6. Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Sedang, pasien dalam keadaan sadar
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda vital : TD : 180/100 mmHg
RR : 20 x/menit
N : 88 x/menit
S : 37 o C
BB : 50 kg
TB : 150 cm
7. Psikososial
a. Genogram
: Perempuan : Menikah
: Pasien : Keturunan
Keterangan :
Ny. S merupakan anak pertama dari tiga bersaudara, sedangkan
suaminya anak ketiga dari empat bersaudara. Ny. S adalah seorang janda
karena suaminya sudah meninggal dunia. Ny. S memiliki tiga anak
perempuan. Ny. S tinggal serumah dengan anak ketiganya.
b. Konsep diri
1) Gambaran diri
Pasien mengatakan malu dengan tahi lalat yang muncul
dihidungnya, pasien bingung dengan dirinya sendiri.
2) Identitas
Pasien adalah seorang perempuan berumur 80 tahun, bertempat
tinggal di Rajawana Karangmoncol, ia sudah menikah dan suaminya
sudah meninggal, pasien memiliki 3 orang anak perempuan. Pasien
berlatarbelakang pendidikan Sekolah rakyat.
3) Peran
Pasien mengatakan ia adalah seorang ibu dari 3 orang anak
perempuan. Pasien adalah seorang ibu rumah tangga, pasien
mengatakan bingung terhadap dirinya sendiri.
4) Ideal diri
Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan beraktivitas seperti
biasanya. Pasien merasa malu dan minder dengan tetangganya
karena mempunyai tahi lalat dihidung yang tiba- tiba muncul dan
membesar
5) Harga diri
Pasien merasa dirinya tidak berguna, pasien merasa malu dan
minder dengan tetangganya karena mempunyai tahi lalat dihidung
yang tiba- tiba muncul dan membesar.
c. Hubungan sosial
1) Orang yang berarti
Pasien mengatakan orang yang berarti adalah anaknya.
2) Peran serta dalam kelompok
Pasien mengatakan tidak mengikuti kegiatan dimasyarakat seperti
arisan, pengajian dan organisasi yang lainnya. Pasien juga
mengatakan jarang berkumpul dengan tetangganya.
3) Hambatan berhubungan dengan orang lain
Pasien mengatakan jarang memulai pembicaraan dengan oranglain.
Pasien malu karena mempunyai tahi lalat dihidung yang tiba- tiba
muncul dan membesar, sehingga pasien tidak mau keluar rumah dan
berkomunikasi dengan oranglain.
d. Spiritual
1) Nilai dan keyakinan
Klien mengatakan beragama Islam dan percaya kepada Allah SWT.
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien rajin solat
berjamaah dimusola namun sekarang pasien tidak mau ke musola.
2) Kegiatan ibadah
Keluarga pasien mengatakan sebelumnya pasien rajin solat
berjamaah dimusola namun sekarang pasien tidak mau solat
berjamaah di musola.
8. Status Mental
a. Penampilan
Pasien terlihat cukup rapi, pakaian dan baju rapi tidak terbalik, rambut
beruban dan diikat, kuku pendek dan bersih, kulit sawo matang, dan
bersih.
b. Pembicaraan
Pembicaraan pasien cepat, nada rendah, sulit dimengerti dan tidak
mampu memulai pembicaraan terlebih dahulu, tidak mau menatap
lawan bicara, kadang menunduk, dan malu – malu.
c. Aktivitas motorik
Pasien saat pengkajian terlihat tenang dan malu – malu, Namun saat
tidak berinteraksi tampak sedih dan melamun.
d. Alam perasaan
Pasien mengatakan dirinya tidak berguna dan bingung pada dirinya
sendiri.
e. Afek
Afek pasien labil, kadang- kadang merasa sedih dan kadang tampak
tenang.
f. Interaksi selama wawancara
Selama wawancara pasien kooperatif saat diajak bicara namun
pembicaraan pasien lambat, nada rendah, sulit dimengerti dan tidak
mampu memulai pembicaraan terlebih dahulu, tidak mau menatap
lawan bicara, kadang menunduk, dan malu – malu.
g. Persepsi
Pasien memiliki gangguan persepsi penglihatan. Pasien mengatakan
pernah melihat bayangan-bayangan yang aneh seperti api yang besar,
bayangan jarang muncul, kadang muncul saat malam hari saat pasien
sendiri,namun tidak mendengar suara-suara bisikan yang aneh.
h. Proses pikir
Pada saat diajak berbicara pasien menjawab pertanyaan dengan nada
rendah. Pembicaraan pasien sedikit sulit untuk dimengerti namun
sampai pada tujuan
i. Isi pikir
Pasien tidak memiliki gangguan dalam isi pikiranya atau waham (sulit
membedakan dunia nyata dan dunia khayalan) atau obsesi.
j. Tingkat kesadaran
Kesadaran pasien baik, tidak mengalami disorientasi (waktu, tempat,
orang), pasien mampu menyebut nama keluarganya dan tempat tanggal
lahirnya.
k. Memori
1) Jangka panjang
Pasien mampu mengingat kejadian masa lalu kurang lebih 2 tahun
yang lalu.
2) Jangka pendek
Pasien mampu mengingat nama anggota keluarganya, pasien
mampu mengingat nama anggota keluarganya, pasien tidak
memiliki gangguan daya ingat jangka pendek.
3) Saat ini
Pasien mengingat aktivitas apa saja yang ia lakukan hari ini mulai
dari bangun tidur sampai dilakukan pengkajian.
l. Tingkat konsentrasi dan berhitung
Pasien mudah terganggu saat berkonsentrasi dan tidak mampu
melakukan perhitungan sederhana selama interaksi.
m. Kemampuan penilaian
Pasien mampu melakukan penilaian ringan seperti rajin minum obat
agar cepat sembuh.
n. Daya tilik diri
Pasien tidak mengingkari atau menyalahkan hal-hal di luar dirinya
berkaitan dengan penyakitnya.
9. Mekanisme Koping
Pasien mengatakan apabila ada masalah jarang cerita kepada orang lain, ia
sering memendam sendiri masalahnya.Pasien tampak tertutup.
10. Masalah Psikososial dan Lingkungan
a. Masalah berhubungan dengan lingkungan
Pasien jarang berinteraksi dengan orang lain atau lingkungan rumahnya
dikarenakan pasien lebih senang dirumah dan merasa malu berinteraksi
dengan orang-orang dilingkungan.
b. Masalah dengan pendidikan
Pasien mengatakan tidak puas dengan pendidikannya yang tamatan SD
karena keterbatasan biaya.
c. Masalah dengan perumahan
Pasien mengatakan mengatakan dirumahnya tinggal bersama anaknya,
pasien mengatakan rumah yang ditempati bukan rumahnya tapi rumah
anaknya.
d. Masalah ekonomi
Pasien mengatakan berasal dari keluarga tidak mampu, tinggal saja
numpang dirumah anaknya.
A. ASPEK PENGETAHUAN
Klien tidak mengetahui tentang penyakitnya, tanda dan gejala kekambuhan,
obat yang diminum dan cara menghindari kekambuhan, pemahaman tentang
sumber koping yang adaptif dan manajemen hidup yang sehat masih kurang.
B. ASPEK MEDIK
1. Diagnosa medik : F 20 Skizofenia
2. Terapi medik
Nama obat Dosis Aturan Waktu pemberian
Pakai
Isolasi Sosial
D. ANALISA DATA
Tabel 1.1 Analisa Data
No Data Fokus Diagnosa Keperawatan Paraf
1. DS: Gangguan Konsep Diri :
- Pasien mengatakan malu Harga Diri Rendah
karena mempunyai tahi
lalat dihidung yang tiba-
tiba muncul dan membesar,
sehingga pasien tidak mau
keluar rumah dan
berkomunikasi dengan
oranglain.
- Pasien mengatakan dirinya
tidak berguna dan bingung
pada dirinya sendiri
- Pasien mengatakan jarang
berinteraksi dengan orang
lain atau lingkungan
rumahnya dikarenakan
pasien lebih senang
dirumah dan merasa malu
berinteraksi dengan orang-
orang dilingkungan
DO:
- Pasien bicara lambat
- Nada rendah, sulit
dimengerti,
- Tidak mau menatap lawan
bicara,
- Kadang menunduk,
- Malu – malu
- Afek pasien labil
2. DS: Gangguan Persepsi
- Pasien mengatakan pernah Sensori : Halusinasi
melihat bayangan-
bayangan yang aneh seperti
api yang besar bayangan
jarang muncul, kadang
muncul saat malam hari
saat pasien sendiri namun
tidak mendengar suara-
suara bisikan yang aneh
DO:
- Tidak mau menatap lawan
bicara,
- Kadang menunduk,
- Pandangan mata kosong
E. MASALAH KEPERAWATAN
1. Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah
2. Gangguan Persepsi Sensori : Halusinasi
F. RENCANA KEPERAWATAN
dapat : 2. Mengidentifikasi
kemampuan dan aspek
1. Pasien dapat
positif yang dimiliki
membina hubungan
pasien.
saling percaya.
3. Membantu pasien menilai
2. Pasien dapat
kemampuan yang masih
mengidentifikasi
dapat dilakukan
kemampuan dan
4. Membantu pasien
aspek positif yang
menentukan kegiatan yang
dimiliki
akan dilatih sesuai dengan
3. Pasien dapat menilai
kemampuan pasien.
kemampuan yang
5. Melatih pasien sesuai
dapat digunakan.
dengan kemampuan yang
4. Pasien dapat
dipilih.
menetapkan /
6. Memberikan pujian yang
memilih kegiatan
wajar terhadap
yang sesuai
keberhasilan pasien.
kemampuan
5. Pasien dapat melatih
kegiatan yang sudah
dipilih, sesuai 7. Menganjurkan pasien
kemampuan memasukan dalam jadwal
6. Pasien dapat kegiatan harian.
menyusun jadwal
SP 2 Pasien :
untuk melakukan
kegiatan yang sudah 1. Mengevaluasi jadwal
dilatih kegiatan harian pasien.
2. Melatih kemampuan
kedua.
3. Menganjurkan pasien
memasukan dalam jadwal
kegiatan harian
SP 1 Keluarga :
1. Mendiskusikan masalah
yang dirasakan keluarga
dalam merawat pasien
2. Menjelaskan pengertian,
tanda dan gejala harga diri
rendah yang dialami
pasien beserta proses
terjadinya.
SP 2 Keluarga:
1. Melatih keluarga
mempraktikkan cara
merawat pasien harga diri
rendah.
2. Melatih keluarga
melakukan cara merawat
langsung kepada pasien
harga diri rendah.
yang meningkat.
3. Penenangan (pendinginan)
keringat. Pendinginan
menit.
16.00 Sahrul
- Pasien melakukan
WIB SP 2 Pasien :
kegiatan kedua
1. Melatih kemampuan yaitu mencuci
kedua. piring
2. Menganjurkan pasien - Memasukan Sahrul
memasukan dalam kegiatanya dalam
jadwal kegiatan harian. jadwal harian yang
sudah dibuat.
3. Memberikan pujian - Pasien senang dan Sahrul
pada pasien senyum
18.00
WIB - Pasien menyetujui Sahrul
4. Melakukan kontrak
kontrak waktu
waktu selanjutnya
selanjutnya
16.30 - Mengevaluasi
WIB kemampuan dan aspek - Pasien mau
positif yang dimiliki, mengulangi apa Sahrul
serta meminta pasien yang diajarkan
untuk mengulangi apa kemarin, tapi agak
yang pernah diajarkan malas
kemarin
17.00 - Memberikan pujian - Pasien tersipu
WIB pada pasien karena malu saat dipuji
sudah mau senam
- Mengakhiri pertemuan - Pasien mengatakan
untuk datang lagi
kerumahnya
H. EVALUASI
Tanggal/ No. Paraf
Evaluasi
jam DX
19 April 1 S:Pasien mengatakan sudah mengetahui kemampuan Sahrul
2018 apa saja yang dimiliki.
17.00 - Pasien mengatakan sudah melakukan kegiatan
WIB yang sudah diajari perawat yaitu menyapu, dan
mencuci piring
- Pasien mengatakan sudah berlatih melakukan
kegiatan bersama dengan keluarganya
- Pasien mengatakan sudah mau solat berjamaah
di musola
O :Pasien melakukan kegiatan harian sesuai dengan
jadwal, pasien terlihat percaya diri saat
melakukan kegiatan, pasien tampak pulang dari
musola
P : Lanjutkan intervensi
P : Lanjutkan intervensi
- Pertahankan SP 1 Pasien