J DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN PADA
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : SKABIES DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI MULYA 2 CENGKARENG
Disusun Oleh :
DELLA VIRA AFRIANA
2015750008
KATA PENGANTAR
5. Dosen dan para staf DIII Keperawatan FIK UMJ yang telah
banyak membantu penulis dalam mengikuti Pendidikan sampai
menyusun karya tulis ilmiah ini.
6. Terima kasih kepada Bapak dan ibu saya, adik saya yang saya
sayangi yang selalu mendoakan dan mendukung saya selama
perkuliahan.
7. Untuk teman-teman angkatan 33 DIII Keperawatan FIK UMJ yang
telah menemani dan berjuang bersama-sama selama 3 tahun
perkuliahan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, Penulis menyadari Karya Tulis
Ilmiah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran untuk
penulisakan di terima guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan
khususnya bagi keperawatan, sehingga dapat di pergunakan sebagai bahan
menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan .
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.
Penulis
iii
DAFTAR ISI
LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 5
1. Tujuan Umum ................................................................................ 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 5
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 6
D. Metode Penulisan ................................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 7
BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 64
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 66
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................... 66
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................... 67
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 68
BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 71
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara dengan persentase penduduk lansia
terbanyak yaitu sebesar 55,52% (world population prospect 2010). Usia
harapan hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan nasional termasuk dibidang kesehatan. Keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan ini juga terlihat di Indonesia dimana
terdapat peningkatan UHH dari 70.7 tahun pada periode 2010-2015
menjadi 71,7 pada periode 2015-2020 (Kemenkes 2014). Pertambahan
jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah
15.814.511 jiwa atau 7.2% dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi
28.822.879 jiwa atau 11,34% pada tahun 2020. Dari data diatas
menunjukkan akan terjadi peningkatan jumlah lansia dalam 15 tahun
kedepan.
Perubahan kulit pada lansia dapat dilihat dari perubahan stratum korneum,
epidermis, dermis dan subkutan. Penampilan kulit yang kasar dan kering
disebabkan karena adanya perubahan pada stratum korneum.
Penyembuhan luka yang lama akibat luka bekas garukan dapat di
sebabkan karena adanya perlambatan dalam proses perbaikan sel pada
lapisan epidermis. Selain itu, lansia sangat rentan mengalami infeksi pada
bagian kulit, penyembuhan luka lambat, penurunan respons inflamasi dan
3
Masalah kulit yang umumnya terjadi pada lansia seperti scabies, priuritus,
xerosis, infeksi jamur (tinea pedis) dan dermatitis (Smith & Hsieh,
2008).Secara global, skabies dapat mengenai lebih dari 130 juta orang
setiap saat dengan tingkat kejadian skabies bervariasi dari 46% (Thomas et
al. 2015). Beberapa data prevalensi skabies di negara berkembang adalah
sebagai berikut: prevalensi skabies di India adalah 4,4%, di Chile 1-5%, di
Kairo 9,26%, di Arab Saudi 27%, dan di Malaysia 46% (Fuller 2013).
Menurut Departemen Kesehatan RI 2008 prevalensi skabies di Indonesia
sebesar 5,60-12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
4
oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular, dari
kutu gatal Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.
Sarcoptes scabiei varian hominis pada kulit yang ditandai dengan adanya
gatal dan erupsi kulit. Biasanya gejala klinis menandai terbentuknya
respon imun terhadap skabies dan produknya yang berada di stratum
korneum (Prendeville 2011). Angka kejadian penyakit skabies di seluruh
dunia dilaporkan ada sekitar 300 juta kasus per tahun (Chosidow 2009).
Angka kejadian skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang saja,
namun juga terjadi pada negara maju, seperti di Jerman. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, jumlah kasus baru
penyakit skabies berjumlah 1135 orang, tahun 2012 mengalami
peningkatan menjadi 2941 orang (Desmawati, Dewi., et al 2015).
yang terganggu menurut teori maslow yang ada pada kasus Ny.J adalah
kebutuhan rasa aman nyaman, aktualisasi diri dan istirahat tidur.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan atau mendeskripsikan
pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
lansia Ny. J dengan Gangguan Integumen : Skabies
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan Gangguan
Integumen.
b. Mampu menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan
pada lansia dengan Gangguan Integumen
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada lansia dengan
Gangguan Integumen.
d. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan Gangguan
Integumen.
e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus pada lansia dengan Gangguan Integumen.
f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
serta dapat mencari solusinya.
C. Ruang Lingkup
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan Pada Lansia Ny.J
dengan Gangguan Integumen di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2
Cengkareng. Pada tanggal 23 – 26 April 2018.
D. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan metode deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif
pendekatan yang di gunakan adalah studi kasus, dimana peserta didik
mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode
ini di sebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data atau
7
informasi (wawancara langsung dan tidak langsung dari klien Ny.J dan
petugas kesehatan, observasi, pemeriksaan fisik).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :
BAB III Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil langsung
tentang asuhan keperawatan lanjut usia meliputi :
pengkajian, diagnosa, perencanan, implementasi dan
evaluasi.
BAB V Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8
BAB II
TINJAUAN TEORI
a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya
memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda.
2) Teori radikal bebas (free radical theory)
Radikal bebas merusak membrane sel yang menimbulkan
kerusakan atau perubaha dalam tubuh.
3) Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua di sebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, yang menyebabkan perubahan pada
fungsi jaringan dan mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku.
4) Teori Immunologi
Di dalam proses metabolise tubuh, suatu saat di produksi zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.Sistem imun menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri.
5) Teori Wear and Tear
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, terdiri atas teori
oksidasi stress. Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel tubuh telah terpakai (regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).
b. Teori Psikososial
3. Teori Disengagement
Teori disengagement adalah proses penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses
penarikan diri ini dapat diprediksi sistematis tidak dapat
dihindari dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat
yang sedang tumbuh.
4. Teori Aktivitas
Teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
sosial sebagai alat untuk oenyusuaian yang sehat untuk lansia
pada tahun 1952. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya
fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan
hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya
aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk
mencegah kehidupan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang
masa kehidupan manusia.
5. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas adalah suatu kelanjutan dari kedua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan
diri agar mencapai kebahagian dan terpenuhinya kebutuhan di
usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyusuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan.
13
Sistem Penglihatan
Sistem Pendengaran
Sistem Kardiovaskuler
Sistem Integumen
Sistem Pencernaan
Sistem Perkemihan
Penurunan laju filtrasi glomelurus, Penurunan aliran darah ginjal sekitar
53% sekunder akibat penurunan curah jantung, Penurunan ukuran dan
jumlah nefron yang berfungsi, Penurunan ukuran dan kapasitas kandung
16
Sistem Genitourinaria
1. Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal,disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi,aliran darah ke ginjal menurun samapi
50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan
mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (Blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elekrtolit
17
Sistem Syaraf
Sistem Imun
18
Sistem Muskuloskeletal
Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolism organ
tubuh yang termasuk hormone kelamin adalah :
1) Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.
7) Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat
menurun.
Perubahan Kognitif
a) Memory (daya ingat,ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi
kognitif yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Ingatan
jangka panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan,
sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-10
menit memburuk lansia akan kesulitan dalam megungkapkan kembali
cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi
baru.
b) IQ (Intellegent Quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analitis,
linier, sekuensial) dan perkataan verbal. Tetapi penampilan persepsi dan
keterampilan psikomotor menurun. Terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan faktor waktu.
c) Perubahan Spiritual
1. Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupan.
2. Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan bertindak sehari-
hari
20
f) pensiun : kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana pensiun). Kalau
tidak, anak dan cucu yang akan member uang.
1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada
orang lain.
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah
meninggal atau pergi jauh dan atau cacat.
a. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
b. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa.
c. Mulai terlihat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus di
rencanakan untuk orang dewasa.
d. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk
lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang
berat dengan yang lebih cocok.
22
Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya.Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi,
Soedjajadi K, Hari B N 2008).
2. Klasifikasi Scabies
Penyakit scabies atipik memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
23
Scabies pada orang bersih ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar
ditemukan.
b. Scabies inconigto
Scabies inconigto biasanya muncul pada scabies yang diobati
dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik
tetapi, tungau tetap ada dan tetap bisa terjadi penularan. Scabies
inconigto sering sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak
biasa, lesi yang luas dan mirip penyakit lain.
c. Scabies nodular
Pada scabies nodular terdapat lesi berupa nodus coklat kemerahan
yang gatal. Nodus biasanya terdapat di bagian tertutup, terutama
pada genitalia laki-laki, inguinal, dan aksila. Nodus ini timbul
akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus
yang berumur lebih dari 1 bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun sudah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.
d. Scabies Norwegia
Scabies Norwegia atau biasa disebut dengan scabies krustosa
ditandai dengan lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata
dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokog, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.Rasa gatal pada scabies
Norwegia tidak menonjol tapi scabies bentuk ini sangat menular
karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Bentuk ini terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem
imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau sehingga dapat
berkembang biak dengan mudah.
e. Scabies pada bayi dan anak
Lesi scabies pada anak dapat terjadi di seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering
terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, dapat terjadi lesi di
muka.
3. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei.Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk
oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna
putih kotor dan tidak memiliki mata. Ukurannya yang betina
berkisar antara 300-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
25
4. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan penularan oleh tungau Sarcoptes
Scabiei. Penularan terjadi karena kontak langsung dengan
27
5. Manifestasi Klinis
a. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok,
misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota
keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
28
6. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,
dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat
berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan
furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat
anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun
pemakaian yang terlalu sering.
1. Urtikaria
2. Infeksi sekunder
3. Folikulitis
4. Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh
folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya.Paling
sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung
atau telinga atau pada jari-jari tangan.Furunkel berawal
sebagai benjolan keras bewarna merah yangmengandung
nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya
menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa
30
5. Infiltrat
6. Eksema infantum
7. Pemeriksaan penunjang
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan telur,
tungau atau terowongan adalah:
a. Kerokan kulit. Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan
utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10%, kemudian
dikerok dengan skalpel steril untuk mengangkat atap papul atau
terowongan. Hasil kerokan diletakkan pada gelas obyek dan
ditutup dengan kaca tutup, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum Jarum ditusukkan pada
terowongan di bagian yang gelap dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat ke
luar. Dengan cara ini tungau sulit ditemukan, tetapi bagi orang
yang berpengalaman, cara ini dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis.
c. Kuretasi terowongan Cara ini dilakukan secara superficial
mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papul. Hasil
kuret diletakkan pada gelas obyek dan ditetesi minyak mineral
atau KOH lalu diperiksa di bawah mikroskop.
d. Swab kulit Kulit dibersihkan dengan eter, lalu dilekatkan
selotip dan diangkat dengan cepat. Selotip diletakkan pada
33
3) Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga,
memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.
4) Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,
meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang
juga memerlukan pengakuan dari orang lain.
1. Identitas Pasien
Nama :
Jenis Kelamin :
Usia :
Tanggal Lahir :
Alamat :
Pekerjaan :
Status Perkawinan :
RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama
PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian Persistem
Sistem Integumen
POLA KESEHATAN
7. Pola Keyakinan
Intensitas beribadahnya menjadi berkurang dan tidak bisa maksimal
Pemeriksaan penunjang
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan telur, tungau
atau terowongan adalah:
a. Kerokan kulit. Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan
utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10%, kemudian
dikerok dengan skalpel steril untuk mengangkat atap papul atau
terowongan. Hasil kerokan diletakkan pada gelas obyek dan
ditutup dengan kaca tutup, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum Jarum ditusukkan pada
terowongan di bagian yang gelap dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat ke luar.
Dengan cara ini tungau sulit ditemukan, tetapi bagi orang yang
berpengalaman, cara ini dapat meningkatkan ketepatan diagnosis.
c. Kuretasi terowongan Cara ini dilakukan secara superficial
mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papul. Hasil
kuret diletakkan pada gelas obyek dan ditetesi minyak mineral
atau KOH lalu diperiksa di bawah mikroskop.
d. Swab kulit Kulit dibersihkan dengan eter, lalu dilekatkan selotip
dan diangkat dengan cepat. Selotip diletakkan pada gelas obyek
kemudian diperiksa dengan mikroskop. Dari 1 lesi dibuat 6
sediaan.
e. Burow ink test Papul skabies dilapisi tinta cina dengan
menggunakan pena lalu dibiarkan selama 20-30 menit, kemudian
dihapus dengan alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk
ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa
garis zig-zag.
f. Pemeriksaaan histopatologik. Gambaran histopatologik
menunjukkan bahwa terowongan terletak pada stratum korneum,
dan hanya ujung terowongan tempat tungau betina berada terletak
41
2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan penganalisaan terhadap data
tersebut maka dapat ditentukan diagnosa keperawatan yang sering muncul
pasien scabies menurut (Closkey, Mc, et all. 2009) adalah sebagai berikut :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
3. Nyeri berhubungan dengan jaringan kulit rusak
3.Perencanaan Keperawatan
Menurut (Nanda Nic-Noc dalam Closkey, Mc, et all. 2009). Perencanaan
keperawatan tahap ketiga dalam proses keperawatan yaitu terdiri dari
menentukan tujuan dan kriteria hasil, serta rencana tindakan. Rencana
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pada penderita Skabies
antara lain sebagai berikut :
No Tujuan dan
Diagnosa Intervensi Rasional
dx Kriteria hasil
1. Nyeri Tujuan : 1. Kaji keadaan 1. Untuk
umum klien mengetahu
berhubungan Setelah di
lakukan dan tanda- i keadaan
dengan tanda vital umum dan
jaringan tindakan
2. Kaji tingkat tanda-
keperawatan nyeri klien tanda vital
kulit rusak
kepada…. 3. Ajarkan klien
selama 3 x 24 teknik 2. Untuk
jam di harapkan relaksasi nafas mengetahu
gangguan rasa dalam i tingkat
aman nyaman 4. Lakukan nyeri klien
perawatan 3. Untuk
berkurang atau
luka Skabies merilekska
teratasi n klien
5. Kolaborasi
dan
dengan dokter
Kriteria hasil : menguran
pemberian obat gi rasa
1. pasien
mengatakan analgetik nyeri
nyeri 4. Untuk
berkurang mencegah
atau hilang infeksi
2. pasien pada luka
5. Untuk
43
tampak menguran
lebih gi rasa
nyaman nyeri klien
mencega
h
timbuln
ya
infeksi
4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Implementasi
tindakan keperawatan di bedakan menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Independent
Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dari
dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Lingkup tindakan keperawatan independent.
Mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai respon klien yang
memerlukan intervensi keperawatan.
Mengindentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau
memulihkan kesehatan klien.
Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
b. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama dari tenaga kesehatan
lain.
c. Dependent
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Pelaksanaan keperawatan dengan scabies mempunyai beberapa prinsip
yaitu :
Mencegah infeksi
Mengurangi nyeri dan gatal
5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau criteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan. Evaluasi di lakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi terbagi atas dua
44
Adapun evaluasi yang bisa di harapkan pada pasien dengan scabies adalah
:
a. Gangguan rasa aman nyaman : nyeri
Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
Klien menunjukan kemampuan menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri.
Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang
Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal
b. Resiko infeksi
Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada luka
Luka mengering
Tidak terdapat kemerahan
Tidak terdapat edema
45
BAB III
TINJAUAN KASUS
Dalam bab ini menguraikan laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
Lansia Ny.J dengan Skabies yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulya 2 Cengkareng. Asuhan Keperawatan gerontik dilakukan pada Ny. J selama
3 hari pada tanggal 23-26 April 2018 dengan melakukan Asuhan Keperawatan
selama 3 hari, dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan dengan
langkah langkah sebagai berikut : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.
A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. J
Alamat : Lampung, Sumatera Selatan
Tempat/tgl lahir : 21 Februari 1958
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Janda
Orang yang dapat dihubungi :
2. Riwayat keluarga
Pasangan (suami/istri) : klien pernah menikah sebanyak 3x, dengan
suami yang pertama sudah bercerai karena merasa tidak cocok, dengan
suami yang kedua sudah bercerai karena merasa tidak cocok dan
dengan suami yang ketiga suaminya telah meninggal dunia karena
sakit .
Klien mempunyai 4 anak, 1 anak kandung dan 3 anak angkat. Yang
terdiri dari 2 laki-laki dan 2 perempuan.
3. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Klien tidak bekerja karena sekarang tinggal
di panti
Pekerjaan Sebelumnya : Berdagang dan Ibu rumah tangga
Sumber-sumber pendapatan terhadap kebutuhan : klien sekarang sudah
tidak mempunyai pendapatan lagi karena tinggal dipanti.
5. Riwayat rekreasi
Klien memiliki hobi jalan-jalan dan bernyanyi maka dari itu klien
senang berjalan-jalan mengelilingi halaman panti dan terkadang sambil
bernyanyi.
6. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini : Ny. J mengatakan “badan terasa gatal-gatal
terutama pada kaki, siku, dan pergelangan tangan, kaki”
Pengetahuan dan penatalaksanaan masalah kesehatan : klien
mengetahui bahwa klien menderita penyakit kulit dan klien sudah
berusaha mengatur pola makannya agar tidak makan yang amis
amis. Tetapi klien masih mempunyai kebiasaan menggaruk bagian
tubuhnya yang gatal dengan tangan atau benda seperti sendok.
Selain itu jam tidur klien kurang hanya 5 jam karena suka
terbangun pada malam hari karna gatal-gatal.
klien pendek dan bersih, kuku jari pendek dan bersih, mulut klien
bersih, gigi terlihat ada yang sudah ompong, tidak ada stomatitis.
c. Aktifitas/istirahat
Klien mampu beraktifitas sehari-hari, dan cukup sering mengikuti
kegiatan olah raga senam yang berada dipanti. Klien tidur dari jam
22.00 sampai jam 05.00 WIB tetapi kadang terganggu karena
gatal-gatal.
d. Eliminasi
Klien buang air besar 1x sehari dan buang air kecil 5x sehari.
e. Oksigenasi
Pola nafas klien normal, frekuensi nafas 20x/menit, klien tidak
memiliki keluhan
Batuk, pilek,sesak dll. Dan klien memiliki riwayat alergi makanan
seperti telur, ikan.
f. Spiritual
Hubungan klien dengan tuhan baik, setiap hari klien menjalankan
sholat 5 waktu.
8. Tinjauam system
a. Kondisi dari system tubuh yang ada : Sistem integument dan
sistem penglihatan sebelah kanan pada klien terganggu
b. Masalah/gangguan pada system tubuh :
c. Penggunaan protesa : klien tidak menggunakan alat bantu tiruan
apapun
B. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS
1. Proses pikir (lupa,bingung,pikun,curiga)
Saat ditanya tentang kejadian dahulu klien mampu mengingat dan
menceritakan tentang keluarganya walaupun agak sedikit lupa. Klien
juga masih ingat dengan kejadian-kejadian yang baru terjadi tetapi
klien tidak bisa mengingat nama orang dengan waktu yang singkat.
Klien mampu menceritakan tentang anak-anaknya dan keluarganya,
klien mampu menceritakan dengan jelas dan tidak ada rasa curiga
dengan perawat.
2. Gangguan perasaan :
Saat di wawancara ekspresi wajah klien tampak senang, klien terbuka
dengan masalah yang di hadapi, klien sesekali bertanya tentang hal-hal
yang tidak di mengerti.
3. Komunikasi :
Saat di ajak berkomunikasi klien cukup kooperatif, klien terlihat tidak
ada kesulitan dalam berkomunikasi.
4. Orientasi:
49
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda- tanda vital
Keadaan Umum : keadaan umum baik
Kesadaran : komposmentis
Suhu : 36,5˚C
Nadi : 90x/menit
Tekanan darah : 128/64 mmHg
Pernapasan : 20x/menit
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 46 kg
2. Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
a. Kepala :
Rambut : Bersih, beruban, tidak rontok
Mata : pupil isokor, konjungtiva an-anemis, sclera an-
ikterik, pandangan mata sebelah kiri tidak jelas dan gelap
Hidung : normal, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada cairan
Telinga : pendengaran normal, bersih, bentuk simetris, tidak
ada benjolan, tidak ada penumpukan serumen, kedua telinga
masih berfungsi dengan baik.
Mulut : Mulut bersih, warna bibir merah muda dan tidak
terdapat stomatitis, tidak terdapat karies.
b. Leher
Normal, simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, , tidak ada
pembesaran vena jugularis.
c. Dada / thorak :
Dada : simetris, frekuensi pernafasan normal, tidak ada
retraksi dada
Paru-paru : suara vesikuler
Jantung : bunyi jantung normal, tidak ada suara tambahan
Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada edema
d. Abdomen :
Tidak ada asistensi abdomen, terasa lembek, tidak ada benjolan,
bising usus 12x/menit.
e. Musculoskeletal
Kaki terasa sakit pada bagian luka ketika berjalan
51
f. Kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5
5 5 5 5 5 5 5 5
Resume Pengkajian :
Klien bernama Ny. J berusia 60 tahun, memiliki 1 anak kandung dan 3 anak
angkat, suami klien telah meninggal dunia karena kecelakaan. Dahulu klien
bekerja sebagai pedagang dan klien adalah seorang ibu rumah tangga, semenjak
suaminya meninggal klien tinggal bersama adik angkatnya dan bersama anak-
anaknya di sumatera. Lalu klien pergi ke Jakarta kemudian tertangkap petugas
yang sedang bertugas penertiban jalan di Jakarta. Klien sudah 8 tahun berada
dipanti sejak 23 November 2010. Sebelum masuk ke panti klien tidak memiliki
keluhan atau penyakit apapun. Sejak masuk ke panti klien menderita penyakit
scabies. Keluhan pasien saat ini adalah gatal-gatal pada anggota tubuh terutama
pada kaki, siku, pergelangan tangan. Ketika tidur malam klien terkadang
terganggu suka terbangun karena gatal-gatal. Luka terasa nyeri seperti terbakar
api. Penyakit yang di derita klien sudah di derita sejak 5 tahun yang lalu. Luka
tampak kemerahan dan terdapat lesi.Walaupun klien menderita sakit scabies
tetapi klien tidak merasa minder, klien tetap percaya diri dan bersosialisasi dengan
warga panti yang lain. Selama tinggal dipanti klien selalu mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ada dipanti seperti pengajian, qosidahan dan senam.
52
DATA FOKUS
ANALISA DATA
Data obyektif :
yang lalu
Gatal-gatal pada bagian
tubuh seperti kaki,siku dan
pergelangan tangan
Terkadang nyeri seperti
terbakar api
Klien rutin pergi ke klinik
untuk perawatan luka
Data obyektif :
Data obyektif :
DIAGNOSA
Data subyektif :
Klien mengatakan
Terkadang luka terasa nyeri seperti terbakar api
Data obyektif :
Data subyektif :
Klien mengatakan
Data obyektif :
Data subyektif :
Klien mengatakan
Data obyektif :
INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Rasional
No Intervensi
Keperawatan kriteria hasil
57
R: nyeri terasa di
bagian tubuh yang
terdapat luka
scabies yaitu di
kaki,pergelangan
tangan dan siku
S : Skala nyeri 5
T: Nyeri hilang
timbul
58
Data obyektif :
1.Tekanan darah :
128/64 mmHg
2. Suhu : 36,5˚C
3.Pernafasan :
20x/menit
4.Nadi : 90x/menit
5.Tinggi badan :
59
150 cm
6.Berat badan : 46
kg
7.Luka tampak
kemerahan dan
terdapat lesi
60
IMPLEMENTASI
NO
HARI/TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
DX
1. Senin, 23 april
2018 1. Mengkaji keadan umum klien dan tanda-
08.00 tanda vital. Della Vira
Ds :
Klien mengatakan merasa gatal-gatal di
daerah kaki,siku dan pergelangan tangan.
Do :
Keadaan umum : baik, Kesadaran:
Composmentis, Suhu : 36,5˚C, Nadi 90x/
menit, Tekanan darah 128/64 mmHg
Ds :
CATATAN PERKEMBANGAN
No
Tanggal SOAP Paraf
dx
P : Lanjutkan Intervensi :
P : Lanjutkan Intervensi:
TD : 129/83 mmHg
Nadi : 88x/menit
Pernafasan : 20x/menit
Suhu : 36˚C
66
P : Lanjutkan Intervensi :
BAB IV
PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan
B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan proses pengkajian dan data yang sudah
terkumpul dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka
penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data –
data tersebut. Diagnosa yang ada pada teori yaitu:
1. Gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan
kerusakan kulit
2. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan
yang ada pada tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun
urutan tindakan sesuai prioritas, menentukan tujuan, kriteria
hasil dan membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan.
Pada tinjauan teoritis untuk diagnosa prioritas yang muncul
yaitu gangguan rasa aman nyaman: nyeri. Dan pada tinjauan
kasus sesuai dengan data – data yang didapatkan penulis dari
hasil pengkajian diagnosa prioritas yaitu gangguan rasa aman
nyaman : nyeri. Pada diagnosa prioritas kasus Ny. J sesuai
dengan teori yang ada dan sesuai dengan rencana keperawatan
yang dibuat, penulis merencanakan tujuan selama tiga hari
diharapkan rasa nyeri klien berkurang atau hilang.
D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan ini, penulis melaksankan tindakan
sesuai rencana tindakan yang telah ditetapkan dan ditentukan.
Pelaksaan dilakukan dengan memperhatikan keadaan atau
kondisi pasien dan sarana yang tersedia diruangan. Pelaksaanan
keperawatan dilakukan oleh penulis selama 3 hari dimulai hari
tanggal 23 april – 26 april 2018. Semua alat yang mendukung
pelaksaan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis untuk
memberikan asuhan keperawatan. Untuk pelaksaan tindakan
keperawatan melakukan perawatan luka skabies dilakukan oleh
penulis sebagai mahasiswa perawat, alat-alat untuk perawatan
luka di sediakan oleh panti, tetapi alat yang di gunakan untuk
perawatan luka kurang lengkap seperti tidak ada pinset, kom
dan kassa steril. Pelaksanaan keperawatan pada Ny. J dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat.
E. Evaluasi Keperawatan
Tahap Evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan
pengukuran keberhasilan dari suatu tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis dari tanggal 23
– 26 april 2018. Adapun dalam evaluasi penulis menggunakan
SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa untuk dapat mengetahui
apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau
timbul masalah baru dan Planning tindak lanjut yang akan
dilakukan). Evaluasi yang penulis lakukan selama tiga hari
berturut – turut. Adapun hasil dari evaluasi tersebut adalah dua
diagnosa teratasi dan satu belum teratasi.
Masalah yang teratasi adalah :
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
kerusakan kulit. Diagnosa ini dapat teratasi selama 3 hari
yaitu tanggal 26 april 2018. Karena klien mengatakan
“nyeri berkurang, skala nyeri 2”.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal.
Diagnosa ini dapat taratasi selama 3 hari yaitu pada tanggal
26 april 2018. Karena klien mengatakan “pasien
mengatakan tidur lebih nyaman, tidur 6 jam, masih gatal-
gatal dimalam hari berkurang”.
BAB V
PENUTUP
Pada bab ini, setelah penulis melakukan asuhan keperawatan lansia pada
Ny. J dengan gangguan sistem integumen: scabies selama 3 hari dari
tanggal 23-26 april 2018 di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2
Cengkareng, penulis mengambil kesimpulan, yaitu :
A. Kesimpulan
Pada aspek sosial secara teori lansia akan mengalami gangguan dalam
bersosialisasi, karena lansia cenderung memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kemaketian. Sedangkan pada
kasus Ny. J tidak ditemukan, karena Ny. J masih bisa bersosialisasi dengan
baik dan berinteraksi dengan lansia lainnya, serta masih aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang diadakan di PSTW Budi Mulya 2 Cengkareng.
Pada aspek spiritual secara teoritis bahwa lansia akan matur dalam
kehidupan keagamannya, sementara pada kasus, Ny. J cukup baik dalam
melakukan ibadah klien melakukan ibadah sholat 5 waktu, hal ini sesuai
dengan tinjauan teoritis bahwa lansia akan matur dalam kehidupan
keagamaannya.
Diagnosa yang muncul pada kasus klien Ny. J semua sesuai dengan
tinjauan teoritis yang ada yaitu gangguan rasa aman nyaman : nyeri
berhubungan dengan kerusakan kulit, resiko infeksi berhubungan dengan
jaringan kulit rusak dan gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa
gatal.
B. Saran
1. Untuk tim kesehatan yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 2 Cengkareng diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada lansia dengan lebih optimal, lebih berperan dalam melayani asuhan
keperawatan lansia dengan scabies lebih memperhatian lansia-lansia
dengan skabies yang memiliki gangguan kebutuhan, memonitor setiap
lansia yang menderita penyakit.
Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta
: EGC
Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.
I. IDENTIFIKASI MASALAH
Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema
yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina
panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua
pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang
berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah
dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat
terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.
II. PENGANTAR
Bidang studi : Penyakit kulit
Topik : Penyakit kulit oleh parasit hewani
Sub topik : Skabies
Sasaran : Ny. J
Hari / tanggal : 26 April 2018
Jam : 13.00 WIB
Waktu : 20 Menit
Tempat : Wisma pisang PSTW Budi Mulya 2 Cengkareng
V. MATERI
Terlampir
VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet
SKABIES
1. DEFINISI :
Penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei var
homini, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Ilmu
Penyakit Kulit)
Penyakissst kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit di dalam
epidermis, sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit
penderita (Soedarto, 2009)
Mudah menular dan dapat ditimbulkan oleh investasi kutu
sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada stratum
korneum kulit, terutama pada predileksi (Wahidayat, 2011)
Penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabiei var homini dan produknya (Derber, 2012)
Skabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai
dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan
melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat tidur
dan pakaian.
1. PERJALANAN PENYAKIT
Sekilas kutu Sarcoptes scabies
Sarcoptes scabies adalah kutu (tungau) mungil berwarna putih
transparan berbentuk bulat lonjong. Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-
0,4mm, sedangkan yang jantan setengah dari ukuran betina. Diluar
kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar
dan kelembaban 40-80%.
2. Cara berkembang biak dan penularan
Setelah membuahi kutu betina maka si jantan akan mati. Kutu betina
yang sudah dibuahi akan membuat liang terowongan di kulit,
kemudian bertelur sekitar 40-50 butir dan akan menetas setelah
sekitar 3-5 hari. Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke
permukaan kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu
sekitar 16-17 hari, (referensi lain menyebutkan 10-14 hari).
Penularan terjadi melalui :
Kontak langsung, kontak seksual
Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas)
tempat tidur serta pakaian.
1. TANDA-TANDA
Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah:
Rasa gatal terutama waktu malam hari.
Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan
sepanjang sekitar 1 cm.
Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat
garukan.
Lokasi paling sering di sela-sela jari tangan, telapak tangan,
pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah payudara, sekitar pusar
dan perut bagian bawah, sekitar kelamin dan pantat. Sedangkan
pada bayi dan anak-anak dapat mengenai wajah, sela-sela jari kaki
dan telapak kaki.
Pada pria bisa mengenai ujung kemaluan bahkan sekujur
kemaluan. Duhhh gatalnya alang kepalang. ( gimana nggaruknya
ya … )
2. PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan pada pemberantasan kutu Sarcoptes scabiei
dan mengurangi keluhan gatal serta penyulit yang timbul karena
garukan.
Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll) akibat
garukan.
3. TIPS dan ANJURAN
Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit
atau Rumah sakit setempat bila menjumpai penyakit ini
untuk mendapatkan pengobatan.
Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya)
dengan air panas.
Mandi teratur dengan sabun.
Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua
anggota keluarga yang kontak dengan penderita. Jika
ternyata menderita skabies, obati semuanya secara
serempak agar tidak terjadi penularan ulang.
Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau
santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya menganjurkan
kepada murid atau santrinya untuk berobat secara
serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit
Rumah Sakit setempat.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. BAHASAN
1. Topik : Penyakit Kulit
2. Sub topik : Penanggulangan penyakit Skabies
3. Sasaran : Masyarakat
4. Waktu : 20 Menit
5. Hari /Tanggal : Kamis, 26 April 2018
6. Tempat : Wisma pisang PSTW budi mulya 2 cengkareng
7. Penyuluh : Della Vira Afriana
B. TUJUAN
Tujuan instruksional umum :
1. Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan
mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan kembali penyakit
skabies.
2. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, mahasiswa
mampu
a. Mendefinisikan pengertian penyakit skabies
b. Mengatasi penyebaran serta penularan penyakit skabies
c. Menyebutkan ciri-ciri penyakit skabies
d. Menjelaskan tentang cara penanggulangan penyakit skabies
tanpa membuka catatan
e. Menjelaskan tentang cara pencegahan penyakit skabies
C. MATERI :
a. Pengertian penyakit skabies
b. Penyebab dan ciri-ciri penyakit skabies
c. Penanggulangan dan pengobatan
d. Pencegahan
D. METODE
Ceramah
E. MEDIA
Leaflet
F. RENCANA EVALUASI
Alat Jenis
Indikator Sasaran Soal
Evaluasi Evaluasi
Pengertian penyakit skabies Ny. J Post Test Formatif 1
Penyebab dan ciri-ciri penyakit tertulis tertulis
skabies 3
Penanggulangan penyakit
skabies 2
Pencegahan penyakit skabies
1
Jumlah 7 Soal
Lembar Pertanyaan
1. Sebutkan Pengertian skabies ?
2. Penyakit skabies disebabkan oleh apa ?
3. Penyakit skabies dapat ditularkan oleh hewan jenis apa dan bagaimana
cara penularannya ?
4. Sebutkan ciri-ciri dari penyakit skabies ?
5. Faktor-faktor apa saja yang dapat membantu penyebaran penyakit skabies?
6. Bagaimana cara penanganan penyakit skabies ?
7. Coba anda jelaskan bagaimana cara terbaik untuk mencegah penyakit
skabies ?
G. TABEL KEGIATAN :
Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
3 Pembukaan Membuka acara Menjawab salam
Menit dengan Mendengarkan penyuluh
mengucapkan menyampaikan topik dan
salam kepada tujuan
sasaran Menyetujui kesepakatan
Menyampaikan waktu pelaksanaan
topik dan tujuan Penkes
Penkes kepada
sasaran
Kontrak waktu
untuk kesepakatan
pelaksanaan
Penkes dengan
sasaran
4. Pencegahan
Jagalah badan tetap bersih dengan mandi setiap hari, selalu
bergantilah dengan pakaian bersih bila yang telah dipakai kotor.
Gantilah pakaian tidur sesering mungkin. Jagalah kuku tetap
pendek dan bersih. Cara-cara pencegahan ini cukup sederhana dan
tidak sulit untuk melakukannya.
Sumber :
Dr. Adi Heru S. MSC. 2010 Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: EGC.