Anda di halaman 1dari 98

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA NY.

J DENGAN
PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR AMAN DAN NYAMAN PADA
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : SKABIES DI PANTI SOSIAL
TRESNA WERDHA BUDI MULYA 2 CENGKARENG

Tanggal 23 - 26 April 2018

Disusun Oleh :
DELLA VIRA AFRIANA
2015750008

PROGRAM STUDI D III KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
TAHUN 2018
i

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh


Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya
Sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Lansia Ny. J Dengan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Pada Gangguan Sistem Integumen: Skabies dipanti sosial tresna werdha.
Karya tulis ini di susun untuk memenuhi salah satu syarat dalam
meyelesaikan pendidikan Diploma III Keperawatan di Fakultas Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menyadari sepenuhnya
bahwa masih banyak terdapat kekurangan, baik dari segi penulisan
maupun materi. Untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca yang sifatnya membangun guna penyempurnaan di masa yang
akan datang. Dalam penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini, penulis banyak
mendapat bimbingan, bantuan, saran dan data-data baik secara penulisan
maupun lisan, maka pada kesempatan ini penulis juga ingin
menyampaikan terima kasih kepada :
1. Bapak Dr. Muhammad Hadi, SKM.,M.Kep selaku Dekan Falkutas
Ilmu Keperawatan Universitas Muhammadiyah Jakarta.
2. Ibu Ns. Titin Sutini, M.Kep.,Sp.Kep.An selaku Ka Prodi DIII
Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas
Muhammadiyah Jakarta.
3. Ibu Ns. Nuraenah, M.Kep. selaku wali kelas tingkat yang selalu
membimbing, mengingatkan dan mengarahkan Mahasiswa
Program DIII Keperawatan Fakultas Ilmu Keperawatan.
4. Ibu Ns. Lily Herlinah, M.Kep, Sp.Kep.Kom. selaku pembimbing
keperawatan gerontik yang telah banyak memberi bantuan,
bimbingan dan pengarahan yang sangat berguna dalam menyusun
karya tulis ilmiah ini.
ii

5. Dosen dan para staf DIII Keperawatan FIK UMJ yang telah
banyak membantu penulis dalam mengikuti Pendidikan sampai
menyusun karya tulis ilmiah ini.
6. Terima kasih kepada Bapak dan ibu saya, adik saya yang saya
sayangi yang selalu mendoakan dan mendukung saya selama
perkuliahan.
7. Untuk teman-teman angkatan 33 DIII Keperawatan FIK UMJ yang
telah menemani dan berjuang bersama-sama selama 3 tahun
perkuliahan.
Dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini, Penulis menyadari Karya Tulis
Ilmiah ini masih ada kekurangan. Oleh karena itu kritik dan saran untuk
penulisakan di terima guna perbaikan pada masa yang akan datang.
Semoga karya tulis ilmiah ini dapat bermanfaat bagi tenaga kesehatan
khususnya bagi keperawatan, sehingga dapat di pergunakan sebagai bahan
menambah ilmu pengetahuan di bidang keperawatan .
Wassalamualaikum Warahmatullahi Wabarokatuh.

Jakarta, 18 Mei 2018

Penulis
iii

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN
LEMBAR PENGESAHAN
KATA PENGANTAR .................................................................................... i
DAFTAR ISI ................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan .................................................................................. 5
1. Tujuan Umum ................................................................................ 5
2. Tujuan Khusus ............................................................................... 5
C. Ruang Lingkup ..................................................................................... 6
D. Metode Penulisan ................................................................................. 6
E. Sistematika Penulisan .......................................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS


A. Konsep Dasar Proses Menua ................................................................ 8
1. Pengertian ....................................................................................... 8
2. Klasifikasi Lanjut Usia ................................................................... 8
3. Teori Proses Menua........................................................................ 10
B. Konsep Dasar Skabies .......................................................................... 21
1. Pengertian ....................................................................................... 21
2. Klasifikasi ...................................................................................... 21
3. Etiologi ........................................................................................... 23
4. Patofisiologi ................................................................................... 25
5. Manifestasi Klinis .......................................................................... 25
6. Komplikasi ..................................................................................... 26
7. Penatalaksanaan ............................................................................ 27
8. Pemeriksaan Penunjang ................................................................. 29
C. Konsep Kebutuhan Dasar Manusia ...................................................... 31
iv

D. Konsep Proses Keperawatan Lansia .................................................... 33


1. Pengkajian Keperawatan ................................................................ 33
2. Diagnosa Keperawatan................................................................... 38
3. Perencanaan Keperawatan ............................................................. 38
4. Pelaksanaan Keperawatan .............................................................. 42
5. Evaluasi Keperawatan .................................................................... 42

BAB III TINJAUAN KASUS


A. Riwayat Kesehatan ............................................................................... 44
B. Pengkajian Psikologis .......................................................................... 46
C. Pengkajian Sosial Ekonomi ................................................................. 47
D. Pemeriksaan Fisik ................................................................................ 48

BAB IV PEMBAHASAN
A. Pengkajian Keperawatan ...................................................................... 64
B. Diagnosa Keperawatan......................................................................... 66
C. Perencanaan Keperawatan ................................................................... 66
D. Pelaksanaan Keperawatan .................................................................... 67
E. Evaluasi Keperawatan .......................................................................... 68

BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan .......................................................................................... 70
B. Saran ..................................................................................................... 71

DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Negara Indonesia merupakan Negara dengan persentase penduduk lansia
terbanyak yaitu sebesar 55,52% (world population prospect 2010). Usia
harapan hidup (UHH) merupakan salah satu indikator keberhasilan
pembangunan nasional termasuk dibidang kesehatan. Keberhasilan
pembangunan di bidang kesehatan ini juga terlihat di Indonesia dimana
terdapat peningkatan UHH dari 70.7 tahun pada periode 2010-2015
menjadi 71,7 pada periode 2015-2020 (Kemenkes 2014). Pertambahan
jumlah penduduk lansia di Indonesia pada tahun 2005 berjumlah
15.814.511 jiwa atau 7.2% dan diperkirakan akan terus bertambah menjadi
28.822.879 jiwa atau 11,34% pada tahun 2020. Dari data diatas
menunjukkan akan terjadi peningkatan jumlah lansia dalam 15 tahun
kedepan.

Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan manusia.


Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang hanya di mulai dari
satu waktu tertentu, tetapi di mulai sejak permulaan kehidupan. Menua
merupakan proses alamiah, yang berarti seseorang telah melalui tiga tahap
kehidupannya, yaitu anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik
secara biologis, maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan kulit
mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong, pendengaran kurang
jelas, penglihatan semakin memburuk, gerakan-gerakan lambat, dan postur
yang tidak professional (Nugroho 2008).

Meningkatnya jumlah lansia di Indonesia tentu saja akan meningkatkan


permasalahan kesehatan terkait lansia. Penyakit pada lansia berbeda
dengan dewasa muda, hal ini di sebabkan karena penyakit pada lansia
merupakan gabungan antara penyakit dengan proses menua yaitu
2

menghilangnya secara perlahan kemampuan jaringan lunak untuk


memperbaiki diri serta mempertahankan fungsi dan struktur normalnya.
Sehingga tidak dapat bertahan terhadap penyakit (termasuk infeksi) dan
memperbaiki kerusakan yang diderita.

Permasalahan kesehatan para lanjut usia mulai bermunculan, diiringi


dengan energi yang mulai berkurang. Dalam hal ini para lanjut usia
sedapat mungkin mampu melakukan penyesuaian sehingga menemukan
kepuasan hidup meskipun aspek kesehatan fisik sudah menurun.
Berdasarkan data statistik Kemenkes pada tahun 2011, masalah yang
umum terjadi pada lansia adalah hipertensi (4,02%), Diabetes mellitus
(2,1%), asam urat, dyspepsia (2,52%), penyakit jantung iskemik (2,84%)
dan penyakit kulit (2,33%). Penurunan yang terjadi pada lansia pada
system integumen yaitu perubahan kulit. Perubahan kulit merupakan
salah satu perubahan nyata yang dapat dilihat . Dengan bertambahnya usia,
kadar asam amino pembentuk kolagen pun berkurang sehingga kolagen
yang terbentuk bermutu rendah, selain itu kolagen kehilangan kelembaban
dan menjadi kering serta kaku. Akibatnya jaringan penunjang itu tak
mampu menopang kulit dengan baik, seperti yang tampak pada kulit orang
tua yang makin lama makin kendur dan kurang lentur. Perubahan susunan
molekul kolagen ini merupakan salah satu faktor utama yang membuat
kulit manusia lebih cepat keriput, timbul pigmentasi, kehilangan
kelembaban dan elastisitas.

Perubahan kulit pada lansia dapat dilihat dari perubahan stratum korneum,
epidermis, dermis dan subkutan. Penampilan kulit yang kasar dan kering
disebabkan karena adanya perubahan pada stratum korneum.
Penyembuhan luka yang lama akibat luka bekas garukan dapat di
sebabkan karena adanya perlambatan dalam proses perbaikan sel pada
lapisan epidermis. Selain itu, lansia sangat rentan mengalami infeksi pada
bagian kulit, penyembuhan luka lambat, penurunan respons inflamasi dan
3

hilangnya turgor kulit. Hal tersebut di sebabkan karena adanya perubahan


pada lapisan dermis seperti penurunan jumlah kolagen, penurunan sel-sel
makrofag, dan penurunan elastisitas. Perubahan pada lapisan subkutan
juga memberikan dampak terhadap kulit lansia seperti peningkatan resiko
hipertermia, dan peningkatan resiko cedera.

Selain dari perubahan sistem integument pada lansia, faktor lingkungan


dapat menyebabkan terjadinya masalah kulit pada lansia. Kondisi
lingkungan pada siang hari seperti sinar UV matahari, kelembaban yang
rendah, polusi serta cuaca yang panas menjadi faktor predisposisi
timbulnya masalah integritas kulit. Paparan sinar UV matahari dapat
menyebabkan penebalan pada lapisan epidermis, perubahan pada kolagen
dan elastin, serta menyebabkan atrofi pada lapisan kulit dan jaringan
subkutan (Proksch, 2008). Radiasi sinar matahari juga mengakibatkan
produksi matriks metalloproteinase (MMP) yang menyebabkan hilangnya
kekenyalan kulit dan struktur pada lansia (Taihao, 2009). Selain radiasi
UV, polusi juga merupakan faktor yang dapat menyebabkan penuaan kulit
pada lansia (Vierkotter 2010). Tingkat polusi yang tinggi berkorelasi
terhadap status kesehatan kulit. Tingkat polusi yang tinggi dapat
menyebabkan hiperpigmentasi kulit dan proses penyembuhan luka yang
lama (Pedata 2011).

Masalah kulit yang umumnya terjadi pada lansia seperti scabies, priuritus,
xerosis, infeksi jamur (tinea pedis) dan dermatitis (Smith & Hsieh,
2008).Secara global, skabies dapat mengenai lebih dari 130 juta orang
setiap saat dengan tingkat kejadian skabies bervariasi dari 46% (Thomas et
al. 2015). Beberapa data prevalensi skabies di negara berkembang adalah
sebagai berikut: prevalensi skabies di India adalah 4,4%, di Chile 1-5%, di
Kairo 9,26%, di Arab Saudi 27%, dan di Malaysia 46% (Fuller 2013).
Menurut Departemen Kesehatan RI 2008 prevalensi skabies di Indonesia
sebesar 5,60-12,95 % dan skabies menduduki urutan ketiga dari 12
penyakit kulit tersering. Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan
4

oleh infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular, dari
kutu gatal Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

Sarcoptes scabiei varian hominis pada kulit yang ditandai dengan adanya
gatal dan erupsi kulit. Biasanya gejala klinis menandai terbentuknya
respon imun terhadap skabies dan produknya yang berada di stratum
korneum (Prendeville 2011). Angka kejadian penyakit skabies di seluruh
dunia dilaporkan ada sekitar 300 juta kasus per tahun (Chosidow 2009).
Angka kejadian skabies tidak hanya terjadi pada negara berkembang saja,
namun juga terjadi pada negara maju, seperti di Jerman. Berdasarkan data
Dinas Kesehatan Provinsi Lampung tahun 2011, jumlah kasus baru
penyakit skabies berjumlah 1135 orang, tahun 2012 mengalami
peningkatan menjadi 2941 orang (Desmawati, Dewi., et al 2015).

Faktor yang berperan pada tingginya angka kejadian skabies di negara-


negara berkembang terkait dengan kemiskinan yang berhubungan dengan
rendahnya tingkat kebersihan diri (personal hygiene), akses air yang sulit,
dan kepadatan penduduk (Johnstone & Strong 2008). Tingginya kepadatan
penduduk atau hunian dan interaksi atau kontak fisik antar individu
memudahkan perpindahan dan infestasi tungau skabies. Perpindahan
tersebut terjadi karena Sarcoptes scabiei merupakan parasit yang sangat
mudah berpindah-pindah. Setelah berpindah parasit ini menginfeksi dan
melakukan sensitasi pada tubuh, biasanya diakibatkan kebersihan diri yang
kurang. Oleh karena itu, angka kejadian skabies yang tinggi umumnya
ditemukan di lingkungan dengan kepadatan penghuni dan kontak
interpersonal tinggi seperti penjara, panti asuhan, panti jompo dan pondok
pesantren (Steer, Jenney., et al. 2009; Potter & Perry 2010). Gejala yang
ditunjukkan adalah warna merah, iritasi dan rasa gatal pada kulit yang
umumnya muncul di sela-sela jari, selangkangan dan lipatan paha, dan
muncul gelembung berair pada kulit (Djuanda, 2010). Kebutuhan dasar
5

yang terganggu menurut teori maslow yang ada pada kasus Ny.J adalah
kebutuhan rasa aman nyaman, aktualisasi diri dan istirahat tidur.

Pelayanan kesehatan terhadap lansia meliputi upaya pelayanan kesehatan


yaitu peningkatan (promotion), pencegahan (preventive), pembatasan
kecacatan serta pemulihan (rehabilitative) (Maryam 2008). Upaya
promotif yaitu untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan
derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya,keluarga,
maupun masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa : Penyuluhan,
demonstrasi dan pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal masalah
gizi dan diet, keperawatan kasus darurat, mengenal kasus gangguan jiwa
dan olah raga. Upaya preventif, yaitu pencegahan terhadap kemungkinan
terjadinya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan
komplikasinya, kegiatannya dapat berupa : Pemeriksaan berkala yang
dapat dilakukan dipanti oleh petugas kesehatan yang datang ke panti
secara periodik atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia,
pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti
yang menggunakan buku catatan pribadi, melakukan olahraga secara
teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing, mengelola
diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi
kesehatannya masing-masing. Upaya kuratif, yaitu upaya pengobatan bagi
lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan.
Kegiatan ini dapat berupa: Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas
kesehatan atau petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan
pengawasan petugas kesehatan atau puskesmas. Upaya rehabilitative
(pemulihan), yaitu berupa upaya medik, psikososial, dan edukatif yang
di maksudkan untuk mengembalikan semaksimal mungkin kemampuan
fungsional dan kemandirian usia lanjut (Maryam 2008).

Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk mempelajari lebih


dalam mengenal Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan
Sistem Integumen : Skabies. Maka penulis mengambil judul karya tulis
6

ilmiah “Asuhan Keperawatan Pada Lansia Dengan Gangguan Sistem


Integumen”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Tersusunnya karya ilmiah yang menguraikan atau mendeskripsikan
pengalaman nyata dalam memberikan Asuhan Keperawatan pada
lansia Ny. J dengan Gangguan Integumen : Skabies

2. Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada lansia dengan Gangguan
Integumen.
b. Mampu menganalisa data untuk menentukan masalah keperawatan
pada lansia dengan Gangguan Integumen
c. Mampu merencanakan tindakan keperawatan pada lansia dengan
Gangguan Integumen.
d. Mampu melakukan evaluasi pada lansia dengan Gangguan
Integumen.
e. Mampu mengidentifikasi kesenjangan yang terdapat antara teori
dan kasus pada lansia dengan Gangguan Integumen.
f. Mampu mengidentifikasi faktor-faktor pendukung dan penghambat
serta dapat mencari solusinya.
C. Ruang Lingkup
Penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan pembahasan Pada Lansia Ny.J
dengan Gangguan Integumen di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2
Cengkareng. Pada tanggal 23 – 26 April 2018.
D. Metode penulisan
Metode yang digunakan dalam penulisan karya tulis ilmiah ini adalah
dengan metode deskriptif dan studi kepustakaan. Dalam metode deskriptif
pendekatan yang di gunakan adalah studi kasus, dimana peserta didik
mengelola satu kasus menggunakan proses keperawatan. Dalam metode
ini di sebutkan juga bagaimana peserta didik memperoleh data atau
7

informasi (wawancara langsung dan tidak langsung dari klien Ny.J dan
petugas kesehatan, observasi, pemeriksaan fisik).
E. Sistematika Penulisan
Penulisan karya tulis ilmiah ini disusun secara sistematik yang terdiri dari :

BAB I Pendahuluan meliputi latar belakang masalah, tujuan


penulisan, ruang lingkup, metode penulisan dari
sistematika penulisan.

BAB II Membahas tentang konsep dasar masalah kesehatan yang


terdiri dari pengertian, patofisiologi dan penatalaksanaan
dan konsep lanjut usia secara teori meliputi : pengkajian,
diagnosa, perencanaan, implementasi dan evaluasi.

BAB III Tinjauan kasus yang merupakan laporan dari hasil langsung
tentang asuhan keperawatan lanjut usia meliputi :
pengkajian, diagnosa, perencanan, implementasi dan
evaluasi.

BAB IV Pembahasan yang membahas kesenjangan teori kasus,


analisa, dari faktor-faktor pendukung dan penghambat serta
altefnatif pemecahan masalah dalam memberikan asuhan
keperawatan di tiap-tiap yang meliputi pengkajian,
diagnosa, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.

BAB V Kesimpulan.
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
8

BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Konsep Dasar Proses Menua


1. Pengertian
Menua adalah suatu keadaan yang terjadi di dalam kehidupan
manusia. Proses menua merupakan proses sepanjang hidup yang
hanya di mulai dari satu waktu tertentu, tetapi di mulai sejak
permulaan kehidupan. Menua merupakan proses alamiah, yang
berarti seseorang telah melalui tiga tahap kehidupannya, yaitu
anak, dewasa, dan tua. Tiga tahap ini berbeda, baik secara biologis,
maupun psikologis. Memasuki usia tua berarti mengalami
kemunduran, misalnya kemunduran fisik yang di tandai dengan
kulit mengendur, rambut memutih, gigi mulai ompong,
pendengaran kurang jelas, penglihatan semakin memburuk,
gerakan-gerakan lambat, dan postur yang tidak professional
(Nugroho 2008)
2. Klasifikasi
a. Beberapa pendapat para ahli tentang batasan usia adalah
sebagai berikut :
1) Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO) ada 4 tahapan
yaitu :
a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun
b) Lanjut usia (eldery) usia 60-47 tahun
c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun
d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun
9

2) MenurutBee (1996, dalam Buku Keperawatan Gerontik &


Geriatrik Edisi 3, 2008) :
a) Masa dewasa muda (usia 18-25 tahun)
b) Masa dewasa awal (usia 70-79 tahun)
c) Masa dewasa tengah (usia 40-65 tahun)
d) Masa dewasa lanjut (usia 65-75 tahun)
e) Masa dewasa sangat lanjut usia (usia > 75 tahun)

b. Berikut ini adalah klasifikasi pada lansia menurut Depkes RI


(2008) :
1) Pralansia
Seseorang yang berusia antara 45-59 tahun.
2) Lansia
Seseorang yang berusia 60 tahun atau lebih.
3) Lansia resiko tinggi
Seseorang yang berusia 70 tahun atau lebih/seseorang yang
berusia 60 tahun atau lebih dengan masalah kesehatan.
4) Lansia potensial
Lansia yang masih mampu melakukan pekerjaan atau
kegiatan yang dapat menghasilkan barang/jasa.
5) Lansia tidak potensial
Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah sehingga
hidupnya bergantung dengan orang lain.

Teori Proses Menua

Proses menua bersifat individual :

1. Tahap proses menua terjadi pada orang dengan usia berbeda.


2. Setiap lanjut usia mempunyai kebiasaan yang berbeda.
3. Tidak ada satu faktor pun yang di temukan dapat mencegah proses
menua.
10

a. Teori Biologis
1) Teori Genetik
Teori ini menyatakan bahwa menua itu telah terprogram secara
genetik untuk spesies tertentu. Setiap spesies di dalam inti selnya
memiliki suatu jam genetik/jam biologis sendiri dan setiap spesies
mempunyai batas usia yang berbeda-beda.
2) Teori radikal bebas (free radical theory)
Radikal bebas merusak membrane sel yang menimbulkan
kerusakan atau perubaha dalam tubuh.
3) Teori rantai silang (cross link theory)
Teori ini menjelaskan bahwa menua di sebabkan oleh lemak,
protein, karbohidrat dan asam nukleat (molekul kolagen) bereaksi
dengan zat kimia dan radiasi, yang menyebabkan perubahan pada
fungsi jaringan dan mengakibatkan terjadinya jaringan yang kaku.
4) Teori Immunologi
Di dalam proses metabolise tubuh, suatu saat di produksi zat
khusus. Ada jaringan tubuh tertentu yang tidak dapat tahan
terhadap zat tersebut sehingga jaringan tubuh menjadi
lemah.Sistem imun menjadi kurang efektif dalam
mempertahankan diri.
5) Teori Wear and Tear
Teori ini merupakan teori intrinsik dan ekstrinsik, terdiri atas teori
oksidasi stress. Di sini terjadi kelebihan usaha dan stress
menyebabkan sel tubuh telah terpakai (regenerasi jaringan tidak
dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal).

b. Teori Psikososial

Teori psikososial memusatkan perhatian pada perubahan sikap dan


perilaku yang menyertai peningkatan usia, sebagai lawan dari
implikasi biologi pada kerusakan anatomis.
11

Masing-masing individu, muda, setengah baya, atau tua adalah unik


dan memiliki pengalaman melalui serangkaian kejadian dalam
kehidupan dan melalui banyak peristiwa.Selama 40 tahun terakhir
beberapa teori telah berupaya untuk mengambarkan bagaimana
prilaku dan sikap pada awal tahap kehidupan dapat mempengaruhi
reaksi manusia sepanjang tahap akhir hidupnya. Pekerjaan ini
disebut proses “penuaan yang sukses”.

Teori Psikososiologis terdiri dari lima teori, diantaranya:


1. Teori Kepribadian
Kepribadian manusia adalah suatu prtumbuhan yang subur
dalam tahun-tahun akhir kehidupannya dan telah merangsang
penelitian yang pantas dipertimbangkan.Teori kepribadian
menyebutkan aspek-aspek pertumbuhan psikologis tanpa
menggambarkan harapan atau tugas spesifik lansia. Jung
mengembangkan suatu teori pengembangan kepribadian orang
dewasa yang memandang kepribadian sebagai ekstrovert atau
introvert. Ia berteori bahwa kesembangan antara kedua hal
tersebut adalah penting bagi kesehatan. Di dalam konsep
interioritas dari Jung, separuh kehidupan manusia berikutnya
digambarkan dengan memiliki tujuan sendiri.

2. Teori Tugas Perkembangan


Tugas perkembangan ialah aktivitas dan tantangan yang harus
dipenuhi oleh seseorang pada tahap-tahap spesifik dalam
kehidupannya untuk mencapai penuaan yang sukses. Erickson
menguraikan tugas utama lansia adalah mampu melihat
kehidupan seseorang sebagai kehidupan yang dijalani dengan
integritas. Pada kondisi tidak adanya pencapaian perasaan
bahwa ia telah menikmati kehidupan yang baik, maka lansia
tersebut beresiko untuk disebutkan dengan rasa penyesalan atau
putus asa.
12

3. Teori Disengagement
Teori disengagement adalah proses penarikan diri oleh lansia
dari peran bermasyarakat dan tanggung jawabnya. Proses
penarikan diri ini dapat diprediksi sistematis tidak dapat
dihindari dan penting untuk fungsi yang tepat dari masyarakat
yang sedang tumbuh.

4. Teori Aktivitas
Teori aktivitas penuaan, yang berpendapat bahwa jalan menuju
penuaan yang sukses adalah dengan cara tetap aktif. Havighurst
yang pertama menulis tentang pentingnya tetap aktif secara
sosial sebagai alat untuk oenyusuaian yang sehat untuk lansia
pada tahun 1952. Penelitian menunjukkan bahwa hilangnya
fungsi peran pada lansia secara negatif memengaruhi kepuasan
hidup. Selain itu, penelitian terbaru menunjukkan pentingnya
aktivitas mental dan fisik yang berkesinambungan untuk
mencegah kehidupan dan pemeliharaan kesehatan sepanjang
masa kehidupan manusia.

5. Teori Kontinuitas
Teori kontinuitas adalah suatu kelanjutan dari kedua teori
sebelumnya dan mencoba untuk menjelaskan dampak
kepribadian pada kebutuhan untuk tetap aktif atau memisahkan
diri agar mencapai kebahagian dan terpenuhinya kebutuhan di
usia tua. Teori ini menekankan pada kemampuan koping
individu sebelumnya dan kepribadian sebagai dasar untuk
memprediksi bagaimana seseorang akan dapat menyusuaikan
diri terhadap perubahan akibat penuaan.
13

Perubahan Fisiologis pada Penuaan


Perubahan Terkait Usia (Nutrisi)
1. Kebutuhan protein, vitamin dan mineral biasanya tidak berubah
2. Kebutuhan energi kemungkinan menurun sekitar 200 kal / hari karena
penurunan aktivitas
3. Kehilangan kalsium dan nitrogen (pada pasien yang tidak dapat
ambulasi
4. Penurunan absorpsi kalsium dan vitamin B1 dan B2 akibat penurunan
sekresi pepsin dan asam hidroklorat
5. Penurunan aliran salivasi dan penurunan indera perasa (dapat
menurunkan selera makan)
6. Penurunan mortilitas usus dan peristaltik usus besar
7. Gigi hancur akibat pengikisan enamel gigi penurunan kekuatan
menggigit
8. Penurunan reflek menelan
9. Keterbatasan mobilitas (mempengaruhi kemampuan memperoleh atau
menyiapkan makanan)

Sistem Penglihatan

Sfingter pupil timbul sclerosis dan respons terhadap sinar menghilang,


kornea lebih berbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada
lensa), menjadi katarak, jelas menyebabkan gangguan penglihatan,
meningkatnya ambang, pengamatan sinar, daya adaptasi terhadap
kegelapan lebih lambat, susah melihat dalam gelap, Penurunan atau
hilangnya daya akomodasi,dengan manifestasi prebiosfia, seseorang sulit
melihat dekat yang di pengaruhi berkurangnya elastisitas lensa, lapang
pandang menururn, luas pandang berkurang, daya membedakan warna
menurun , terutama warna biru atau hijau pada skala.
14

Sistem Pendengaran

Gangguan pendengaran. Hilangnya daya pendengaran pada telinga dalam,


terutama terhadap bunyi suara atau nada yang tinggi,suara yang tidak jelas,
sulit mengerti kata kata, 50% terjadi pada usia di atas 65 tahun, membran
timpani menjadi atrofi menyebabkan otosklerosis, terjadi pengumpulan
serumen, dapat mengeras karena meningkatnya keratin, fungsi
pendengaran semakin menurun pada lanjut usia yang mengalami
ketegangan atau stress, tinitus (bising yang bersifat mendengung, bisa
bernada tinggiatau rendah, bisa terus menerus atau intermiten), vertigo
(perasaan tidak stabilyang terasa seperti bergoyang atau berputar).

Sistem Kardiovaskuler

Katup jantung menebal dan menjadi kaku, Elastisitas dinding aorta


menurun, Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun
sesudah berumur 20 tahun. Hali ini menyebabkan kontraksi dan volume
menururn (frekuensi denyut jantung maksimal = 200-umur), curah jantung
menurun (isi semenit jantung menurun), kehilangan elastisitas pembuluh
darah, efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi berkurang,
perubahan posisi dari tidur ke duduk( duduk ke berdiri), kinerja jantung
lebih rentan terhadap kondisi dehidrasi dan perdarahan, tekanan darah
meninggi akibat resistensi pembuluh darah perifer meningkat sistole
normal ±95 mmHg.

Sistem Pengaturan Suhu Tubuh

Temperatur tubuh menurun (hipotermi) secara fisiologis ± 35˚C ini akibat


metabolism yang menurun, pada kondisi ini, lansia akan merasa
kedinginan dan dapat pula menggigil, pucat, dan gelisah, keterbatasan
refleks menggigil dan tidak dapat memproduksi panas yang banyak
sehingga terjadi penurunan aktifitas otot.
15

Sistem Integumen

Kulit mengerut atau keriput akibat kehilangan jaringan lemak, permukaan


kulit cenderung kusam, kasar, bersisik (karena kehilangan proses
kreatinasi serta perubahan ukuran bentuk sel epidermis), timbul bercak
pigmentasi akibat proses melanogenesis yang tidak merata pada
permukaan kulit sehingga tampak bintik-bintik atau noda cokelat, terjadi
perubahan pada daerah sekitar mata, tumbuhnya kerut kerut halus di ujung
mata akibat lapisan kulit menipis, respon terhadap trauma menurun,
mekanisme proteksi kulit menurun, kulit kepala dan rambut menipis
berwarna kelabu, rambut dalam hidung dan telinga menebal, berkurangnya
elastisitasakibat menurunnya cairan dan vaskularisasi, pertumbuhan kuku
lebih lambat, kuku jari menjadi keras dan rapuh, kuku menjadi pudar,
kurang bercahaya, kuku kaki tumbuh secara berlebihan dan seperti tanduk,
jumlah dan fungsi kelenjar keringat berkurang.

Sistem Pencernaan

Kehilangan gigi, penyebab utama kehilangan periodontal diseaseyang


biasa terjadi setelah umur 30 tahun, indra pengecap menurun, adanya
iritasi selaput lender yang kronis, atrofi indra pengecap (±80%), hilangnya
sensitivitas saraf pengecap di lidah, terutama rasa manis dan asin,
hilangnya sensitivitas saraf pengecap terhadap rasa asin, asam, dan pahit,
esofagus melebar,rasa lapar menurun, asam lambung menurun, motilitas
dan waktu pengosongan lambung menurun, peristaltik lemah dan biasanya
timbul konstipasi, fungsi absorpsi melemah (daya absorpsi terganggu,
terutama karbohidrat), hati semakin mengecil dan tempat penyimpanan
menurun, aliran darah berkurang.

Sistem Perkemihan
Penurunan laju filtrasi glomelurus, Penurunan aliran darah ginjal sekitar
53% sekunder akibat penurunan curah jantung, Penurunan ukuran dan
jumlah nefron yang berfungsi, Penurunan ukuran dan kapasitas kandung
16

kemih, Penurunan ukuran ginjal, Pelemahan otot kandung kemih yang


menyebabkan pengosongan yang tidak sempurna dan retensi urine kronis.

Sistem Reproduksi Pria


Penurunan produksi testoteron, yang mengakibatkan penurunan libido
serta atrofi dan pelunakan testis, Penurunan produksi sperma sekitar 48% -
69% antara usia 60-80 tahun, Pembesaran kelenjar prostat, dengan
penurunan sekresi, Penurunan volume dan fiskositas cairan semen, Reaksi
psikologis lebih lambat dan lemah selama senggama dengan pemanjangan
periode refraktori.

Sistem Reproduksi Wanita


Penurunan kadar estrogen dan progesterone (sekitar usa 50 tahun),
Berhentinya ovulasi :atrofi,penebalan, dan penurunan ovarium, Rontoknya
rambut pubik dan labia mayora datar, Penyesuaian jaringan
vulva,terbatasnya introitus,dan hilangnya elastisitas jaringan, Atrofi
vagina:lapisan mukosa tipis dan kering ; lingkunan Ph vagina lebih basah,
Penyusutan uterus, Atrofi servik, kegagalan menghasilkan mucus untuk
melumasi penebalan endometrium dan mio metrium, Payudara
menggantung : atrofi kelenjar, jaringan penyokong, dan lemak, Puting rata
dan penurunan ukuran.

Sistem Genitourinaria

1. Ginjal
Ginjal merupakan alat untuk mengeluarkan sisa metabolism tubuh,
melalui urine darah yang masuk ke ginjal,disaring oleh satuan (unit)
terkecil dari ginjal yang disebut nefron (tepatnya di glomerulus).
Mengecilnya nefron akibat atrofi,aliran darah ke ginjal menurun samapi
50% sehingga fungsi tubulus berkurang. Akibatnya kemampuan
mengonsentrasi urine menurun, berat jenis urine menurun, proteinuria
(biasanya +1), BUN (Blood urea nitrogen) meningkat sampai 21 mg%,
nilai ambang ginjal terhadap glukosa meningkat. Keseimbangan elekrtolit
17

lebih mudah terganggu bila di bandingkan dengan usia muda. Renal


Plasma flow (RPF) dan Glomerular filtration rate (GFR) atau klirens
kreatinin menurun secara linier sjak 30 tahun.Jumlah darah yang di
filtrasi oleh ginjal berkurang.
2. Vesika Urinaria. Otot menjadi lemah, kapasitasnya menurun sampai 200
ml atau menyebabkan frekuensi buang air seni meningkat. Pada pria
lanjut usia , Vesika urinaria sulit di kosongkan sehingga mengakibatkan
retensi urine meningkat.
3. Pembesaran Prostat. Kurang lebih 75% dialami oleh pria pada usia diatas
65 tahun.
4. Pembesaran Prostat. Seseorang yang semakin menua, Kebutuhan
seksualnya masih ada. Tidak ada batasan umur tetentu kapan fungsi
seksual seseorang berhenti. Frekuensi hubungan seksual cenderung
menurun secara bertahap setiap tahun. tetapi kapasitas untuk
melakukannya dan menikmatinya berjalan terus sampai tua.

Sistem Syaraf

1. Perubahan degenerative pada syaraf-syaraf pusat dan system syaraf


perifer
2. Transmisi syaraf lebih lambat
3. Penurunan jumlah sel-sel otak sekitar 1% pertahun setelah usia 50
tahun
4. Hipotalamus kurang efektif dalam mengatur suhu tubuh
5. Hilangnya neuron dalam kortek selebral sebanyak 20%
6. Reflek kornea lebih lambat
7. Peningkatan ambang batas nyeri
8. Penurunan tidur tahap 3 dan 4, yang menyebabkan sering terjaga tidur
REM juga berkurang.

Sistem Imun
18

1. Penurunan mulainya maturitas seksual dan berlanjut seiring dengan


usia.
2. Kehilangan kemampuan membedakan diri dan bukan diri.
3. Kehilangan kemampuan mengenali dan menghancurkan sel-sel mutan
yang meningkatkan insiden kangker.
4. Penurunan respon antibody yang mengakibatkan kerentanan terhadap
infeksi yang sangat besar.
5. Atrofi tonsilar dan limfadenopati.
6. Ukuran kelenjar getah bening dan limpa agak mengecil.

Sistem Muskuloskeletal

Tulang kehilangan densitas (cairan) dan semakin rapuh, gangguan tulang,


yakni mudah mengalami demineralisasi, kekuatan dan stabilitas tulang
menurun, terutama vertebra, pergelangan, dan paha, kartilago yang
meliputi permukaan sendi tulang penyangga rusak dan aus, kifosis,
gerakan pinggang, lutut dan jari-jari pergelangan terbatas, gangguan gaya
berjalan, kekakuan jaringan penghubung, diskus intervetebralis menipis
dan menjadi pendek, persendian membesar dan menjadi kaku, tendon
mengerut dan mengalami sclerosis, atrofi serabut otot, komposisi otot
berubah sepanjang waktu, aliran darah keotot berkurang sejalan dengan
proses menua, otot polos tidak begitu berpengaruh.

Sistem Endokrin
Kelenjar endokrin adalah kelenjar buntu dalam tubuh manusia yang
memproduksi hormon. Hormon pertumbuhan berperan sangat penting
dalam pertumbuhan, pematangan, pemeliharaan, dan metabolism organ
tubuh yang termasuk hormone kelamin adalah :
1) Estrogen, progesterone, dan testosterone yang memelihara alat
reproduksi dan gairah seks. Hormon ini mengalami penurunan.

2) Kelenjar pankreas, yang memproduksi insulin dan sangat penting


dalam pengaturan gula darah.
19

3) Kelenjar adrenal atau anak ginjal yang memproduksi adrenalin.

4) Produksi hampir semua hormone menurun.

5) Fungsi paratiroid dan sekresinya tidak berubah.

6) Hipofisis; pertumbuhan hormon ada, tetapi rendah dan hanya ada di


pembuluh darah, berkurangnya reproduksi ACTH, TSH, FSH, dan LH.

7) Aktivitas tiroid, BMR (Basal metabolic rate) dan daya pertukaran zat
menurun.

8) Produksi oldesteron menurun

9) Sekresi hormone kelamin, misalnya progesterone, ekstrogen, dan


testosterone menurun.

Perubahan Kognitif
a) Memory (daya ingat,ingatan)
Pada lanjut usia, daya ingat (memory) merupakan salah satu fungsi
kognitif yang sering kali paling awal mengalami penurunan. Ingatan
jangka panjang (long term memory) kurang mengalami perubahan,
sedangkan ingatan jangka pendek (short term memory) atau seketika 0-10
menit memburuk lansia akan kesulitan dalam megungkapkan kembali
cerita atau kejadian yang tidak begitu menarik perhatiannya dan informasi
baru.

b) IQ (Intellegent Quocient)
Lansia tidak mengalami perubahan dengan informasi matematika (analitis,
linier, sekuensial) dan perkataan verbal. Tetapi penampilan persepsi dan
keterampilan psikomotor menurun. Terjadi perubahan pada daya
membayangkan karena tekanan faktor waktu.
c) Perubahan Spiritual
1. Agama dan kepercayaan lansia makin berintegrasi dalam kehidupan.
2. Lanjut usia semakin dapat dilihat dalam berfikir dan bertindak sehari-
hari
20

3. Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurun menurut folwer


(2010), universal, perkembangan yang di capai pada tingkat ini adalah
berfikir dengan cara member contoh cara mencintai dan keadilan
(Nugroho 2008).
d) Perubahan Psikososial
a) Pensiunan
Bila seorang pension, ia akan mengalami kehilangan - kehilangan antara
lain :
1) kehilangan financial
2) kehilangan status (dulu punya jabatan yang tinggi dan segala
fasilitasnya)

b) Keluarga (emptiness) : kesendirian, kehampaan.

c) Teman : ketika lansia lainnya meninggal, maka muncul perasaan kapan


akan meninggal. Berada di rumah terus-menerus akan cepat pikun (tidak
berkembang).

d) Abuse : kekerasaan berbentuk verbal (dibentak) dan nonverbal (dicubit,


tidak diberi makan).

e) masalah hukum: berkaitan dengan perlindungan asset dan kekayaan


pribadi yang dikumpulkan sejak masih muda.

f) pensiun : kalau menjadi PNS aka nada tabungan (dana pensiun). Kalau
tidak, anak dan cucu yang akan member uang.

g) ekonomi : kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan yang cocok bagi


lansia dan income security

h) rekreasi : untuk ketenangan batin

i) keamanan : jatuh, terpleset.

j) Transportasi : kebutuhan akan system transportasi yang cocok bagi


lansia.
21

k) Politik : kesempatan yang sama untuk terlibat dan memberikan


masukan masukan dalam system politik yang berlaku.

l) pendidikan : berkaitan dengan pengentasan buta aksara dan kesempatan


untuk tetap belajar sesuai dengan hak asasi manusia.

m) Agama : melaksanakan ibadah.


n) Panti jompo : merasa dibuang atau diasingkan.

Perubahan mental pada lansia

Dalam perkembangan lansia dan perubahan yang dialaminya akibat proses


penuaan di gambarkan oleh hal-hal berikut :

1. Keadaan fisik lemah dan tak berdaya, sehingga harus bergantung pada
orang lain.
2. Status ekonominya sangat terancam, sehingga cukup beralasan untuk
melakukan berbagai perubahan besar dalam pola hidupnya.
3. Menentukan kondisi hidup yang sesuai dengan perubahan status
ekonomi dan kondisi fisik.
4. Mencari teman baru untuk menggantikan suami atau istri yang telah
meninggal atau pergi jauh dan atau cacat.
a. Mengembangkan kegiatan baru untuk mengisi waktu luang yang
semakin bertambah.
b. Belajar untuk memperlakukan anak yang sudah besar sebagai
orang dewasa.
c. Mulai terlihat dalam kegiatan masyarakat yang secara khusus di
rencanakan untuk orang dewasa.
d. Mulai merasakan kebahagiaan dari kegiatan yang sesuai untuk
lansia dan memiliki kemauan untuk mengganti kegiatan lama yang
berat dengan yang lebih cocok.
22

B. Konsep dasar Skabies


1. Pengertian
Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi
dan sensitisasi (kepekaan) terhadap Sarcoptes scabiei (Adhi Djuanda.
2008).

Scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh tungau (mite) yang
mudah menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya.Penyebabnya scabies adalah Sarcoptes scabiei (Isa Ma’rufi,
Soedjajadi K, Hari B N 2008).

Scabies adalah penyakit zoonosis yang menyerang kulit, mudah


menular dari manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau
sebaliknya, dapat mengenai semua ras dan golongan di seluruh dunia
yang disebabkan oleh tungau (kutu atau mite) Sarcoptes
scabiei (Buchart 2009).

Kesimpulannya scabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh


infeksi kuman parasitik (Sarcoptes scabiei) yang mudah menular
manusia ke manusia, dari hewan ke manusia atau sebaliknya, dapat
mengenai semua ras dan golongan yang ada dimuka bumi ini. Skabies
adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan sensitisasi
terhadap Sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya. Sinonim
dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular dari kutu
gatal Sarcoptes scabei, kutu tersebut memasuki kulit stratum korneum,
membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok sepanjang
0,6 sampai 1,2 centimeter.

2. Klasifikasi Scabies
Penyakit scabies atipik memiliki beberapa jenis, yaitu:
a. Scabies pada orang bersih (scabies of cultivated)
23

Scabies pada orang bersih ditandai dengan lesi berupa papul dan
terowongan yang sedikit jumlahnya sehingga sangat sukar
ditemukan.

b. Scabies inconigto
Scabies inconigto biasanya muncul pada scabies yang diobati
dengan kortikosteroid sehingga gejala dan tanda klinis membaik
tetapi, tungau tetap ada dan tetap bisa terjadi penularan. Scabies
inconigto sering sering juga menunjukkan gejala klinis yang tidak
biasa, lesi yang luas dan mirip penyakit lain.

c. Scabies nodular
Pada scabies nodular terdapat lesi berupa nodus coklat kemerahan
yang gatal. Nodus biasanya terdapat di bagian tertutup, terutama
pada genitalia laki-laki, inguinal, dan aksila. Nodus ini timbul
akibat reaksi hipersensitivitas terhadap tungau scabies. Pada nodus
yang berumur lebih dari 1 bulan tungau jarang ditemukan. Nodus
mungkin dapat menetap selama beberapa bulan sampai satu tahun
meskipun sudah diberi pengobatan anti scabies dan kortikosteroid.

d. Scabies yang ditularkan melalui hewan


Seperti di Amerika, sumber utama kejadian scabies biasanya
ditularkan oleh hewan yaitu anjing. Kelainan ini berbeda dengan
scabies manusia yaitu tidak terdapat terowongan, tidak menyerang
sela jari dan genitalia eksterna. Lesi biasanya terjadi di daerah
dimana orang-orang sering kontak/memeluk binatang
kesayangannya, yaitu perut, dada, paha, dan lengan. Masa inkubasi
lebih pendek dan transmisi lebih mudah. Kelainan ini bersifat
sementara (4-8 minggu) dan dapat sembuh karena Sarcoptes
24

scabiei var. binatang tidak dapat melanjutkan siklus hidupnya pada


tubuh manusia.

d. Scabies Norwegia
Scabies Norwegia atau biasa disebut dengan scabies krustosa
ditandai dengan lesi yang luas dengan krusta, skuama generalisata
dan hyperkeratosis yang tebal. Tempat predileksi biasanya kulit
kepala yang berambut, telinga bokog, siku, lutut, telapak tangan
dan kaki yang dapat disertai distrofi kuku.Rasa gatal pada scabies
Norwegia tidak menonjol tapi scabies bentuk ini sangat menular
karena jumlah tungau yang menginfestasi sangat banyak (ribuan).
Bentuk ini terjadi akibat defisiensi imunologik sehingga sistem
imun tubuh gagal membatasi proliferasi tungau sehingga dapat
berkembang biak dengan mudah.
e. Scabies pada bayi dan anak
Lesi scabies pada anak dapat terjadi di seluruh tubuh, termasuk
seluruh kepala, leher, telapak tangan, telapak kaki, dan sering
terjadi infeksi sekunder berupa impetigo, ektima sehingga
terowongan jarang ditemukan. Pada bayi, dapat terjadi lesi di
muka.

g. Scabies terbaring di tempat tidur (bed ridden)


Pada penderita penyakit kronis atau orang tua yang terpaksa
tinggal di tempat tidur dapat menderita scabies yang lesinya
terbatas (Harahap 2009)

3. Etiologi
Scabies disebabkan oleh kutu atau kuman sarcoptes scabei.Secara
morfologik sarcoptes scabei merupakan tungau kecil berbentuk
oval punggungnya cembung dan bagian perutnya rata berwarna
putih kotor dan tidak memiliki mata. Ukurannya yang betina
berkisar antara 300-350 mikron, sedangkan yang jantan lebih kecil,
25

yakni 150-200 mikron. Bentuk dewasa mempunyai 4 pasang kaki,


2 pasang kaki di depan sebagai alat untuk melekat, dan 2 pasang
kaki kedua pada betina berakhir dengan rambut, sedangkan pada
jantan pasangan kaki ketiga berakhir dengan rambut dan keempat
berakhir dengan alat perekat (Aisyah, 2009).

Sarcoptes betina yang berada di lapisan kulit stratum corneum dan


lucidum membuat terowongan ke dalam lapisan kulit dengan
kecepatan 0,5 mm – 5 mm per hari. Di dalam terowongan inilah
Sarcoptes betina akan tinggal selama hidupnya yaitu kurang lebih
30 hari dan bertelur sebanyak 2-3 butir telur sehari dan dalam
waktu singkat telur tersebut menetas menjadi hypopi yakni
sarcoptes muda, telur akan menetas setelah 3-4 hari menjadi larva
yang akan keluar ke permukaan kulit untuk kemudian masuk kulit
lagi dengan menggali terowongan biasanya sekitar folikel rambut
untuk melindungi dirinya dan mendapatkan makanan. Setelah 2-3
hari larva akan berubah menjadi bentuk nimfa. Waktu yang
diperlukan dari telur hingga bentuk dewasa ialah 10-14 hari
(Melanby 2009).Akibat terowongan yang digali Sarcoptes betina
dan hypopi yang memakan sel-sel di lapisan kulit itu, penderita
mengalami rasa gatal (Keperawatan Medikal Bedah 2009).

Kebiasaan tempat yang paling disukai oleh kutu betina


adalah bagian kulit yang tipis dan lembab, yaitu daerah
sekitar sela jari tangan, siku, pergelangan tangan, bahu dan
daerah kemaluan.Pada bayi yang memiliki kulit serba tipis,
telapak tangan, kaki, muka dan kulit kepala sering diserang
kutu tersebut.

Tungau jantan mempunyai masa hidup yang lebih pendek


dari pada tungau betina, dan mempunyai peran yang kecil
pada patogenesis penyakit. Biasanya hanya hidup
26

dipermukaan kulit dan akan mati setelah membuahi tungau


betina.

Tungau akan mati pada suhu sedang (moderate temperatur).


Pada suhu 50oC di luar hospes, baik pada udara kering
maupun lembab, tungau akan mati dalam 10 menit. Pada
suhu 25oC tungau bertahan hidup selama 3 hari pada
kelembaban relatif 90 derajat. Periode paling lama untuk
tungau bertahan di luar kulit manusia adalah 14 hari pada
udara lembab untuk tungau dengan 12o C.
Sedangkan pada suhu yang lebih rendah kemampuan hidup
menurun (Mellanby 2009).

Seluruh siklus hidupnya mulai dari telur sampai bentuk


dewasa memerlukan waktu antara 8-12 hari.Skabies
umumnya menyerang bagian lipatan tubuh.Gejala gatal-gatal,
menyerang pada bagian kulit dimalam hari.Penyakit skabies,
disebabkan faktor kebersihan yang kurang dipelihara secara
baik.Alat tidur berupa kasur, sprei, bantal, tempat tidur dan
kondisi kamar yang pengab, dapat memicu terjadinya gatal-
gatal (Siswono 2008).

Penyakit gatal-gatal ini mudah menyerang siapapun yang


jarang mandi.Karena itu, jika ingin menghindar dari serangan
penyakit gatal-gatal, maka harus menjaga kebersihan.
Bahkan skabies dapat menjangkit siapa saja yang
bersentuhan tubuh dengan penderita (Siswono 2008).

4. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat disebabkan penularan oleh tungau Sarcoptes
Scabiei. Penularan terjadi karena kontak langsung dengan
27

penderita dan menyebabkan infeksi dan sensitasi parasit. Keadaan


tersebut menimbulkan lesi primer pada tubuh (Handoko, 2007).
Lesi primer skabies berupa terowongan yang berisi tungau, telur
dan hasil metabolisme. Pada saat menggali terowongan tungau
mengeluarkan sekret yang dapat melisiskan stratum korneum.
Sekret dan ekskret menyebabkan sensitisasi sehingga menimbulkan
pruritus (gatal-gatal) dan lesi sekunder. Lesi sekunder berupa
papul, vesikel, pustul dan kadang bula. Lesi tersier dapat juga
terjadi berupa ekskoriasi, eksematisasi dan pioderma. Tungau
hanya terdapat pada lesi primer (Sutanto et al, 2008).

Tungau hidup di dalam terowongan di tempat predileksi, yaitu jari


tangan pergelangan tangan bagian ventral, siku bagian luar, lipatan
ketiak depan, umbilicus, gluteus, ekstremitas, genitalia eksterna
pada laki-laki dan areola mammae pada perempuan. Pada bayi
dapat menyerang telapak tangan dan telapak kaki. Pada tempat
predileksi dapat ditemukan terowongan berwarna putih abu-abu
dengan panjang yang bervariasi, rata-rata 1 mm, berbentuk lurus
atau berkelok-kelok. Terowongan ditemukan bila belum terdapat
infeksi sekunder. Di ujung terowongan dapat ditemukan vesikel
atau papul kecil. Terowongan umumnya ditemukan pada penderita
kulit putih dan sangat jarang ditemukan pada penderita di Indonsia
karena umumnya penderita datang pada stadium lanjut sehingga
sudah terjadi infeksi sekunder (Sutanto et al, 2008).

5. Manifestasi Klinis
a. Pruritus (gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau
lebih tinggi pada suhu yang lebih lembab dan panas.
b. Penyakit ini menyerang manusia secara berkelompok,
misalnya dalam sebuah keluarga biasanya seluruh anggota
keluarga terkena infeksi. Begitu pula dalam sebuah perkampungan
28

yang padat penduduknya, sebagian besar tetangga yang berdekatan


akan diserang tungau tersebut.
c. Kunikulus (adanya terowongan) pada tempat-tempat
predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis
lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1 cm, pada ujung terowongan
itu ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder
ruam kulit menjadi polimorfi (pustula, ekskoriasi, dll). Tempat
predileksi biasanya daerah dengan stratum korneum tipis, yaitu
sela-sela jari tangan, peregelangan tangan bagian volar, siku bagian
luar, lipatan ketiak bagian depan, areola mammae (wanita) dan
lipatan glutea, umbilikus, bokong, genitalia eksterna (pria), dan
perut bagian bawah. Pada bayi dapat menyerang telapak tangan
dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan kulit. Pada remaja dan
orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.

6. Komplikasi
Bila skabies tidak diobati selama beberapa minggu atau bulan,
dapat timbul dermatitis akibat garukan. Erupsi dapat
berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan
furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang
diserang scabies dapat menimbulkan komplikasi pada ginjal.
Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat
anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun
pemakaian yang terlalu sering.

Dermatitis iritan dapat timbul karena penggunaan preparat


anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal atau dari
pemakaian yang terlalu sering.Salep sulfur, dengan
konsentrasi 15% dapat menyebabkan dermatitis bila
digunakan terus menerus selama beberapa hari pada kulit
yang tipis.
29

Benzilbenzoat juga dapat menyebabkan iritasi bila digunakan


2 kali sehari selama beberapa hari, terutama di sekitar
genetalia pria. Gamma benzena heksaklorida sudah diketahui
menyebabkan dermatitis iritan bila digunakan secara
berlebihan.selain itu dapat terjadi sebagai berikut :

1. Urtikaria

Urtikaria adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi


pada kulit yang berbatas tegas dan menimbul (bentol),
berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa
gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau
berulang. Urtikaria akut umumnya berlangsung 20 menit
sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul di bagian
kulit lain.

2. Infeksi sekunder

3. Folikulitis

Folikulitis adalah peradangan pada selubung akar rambut


(folikel). Pada kulit yang terkena akan timbul ruam,
kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak
beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu
mengering dan membentuk keropeng.

4. Furunkel
Furunkel (bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh
folikel rambut dan jaringan subkutaneus di sekitarnya.Paling
sering ditemukan di daerah leher, payudara, wajah dan
bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung
atau telinga atau pada jari-jari tangan.Furunkel berawal
sebagai benjolan keras bewarna merah yangmengandung
nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan ditengahnya
menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa
30

pecah spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang


mengandung sedikit darah.

5. Infiltrat
6. Eksema infantum

Eksema atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit


yang kering dan gatal yang umumnya dimulai pada awal
masa kanak-kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang
tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur.

Penatalaksanaan medis dan keperawatan


Pencegahan skabies dapat dilakukan dengan berbagai cara:
a. Mencuci bersih, bahkan sebagian ahli menganjurkan dengan cara
direbus, handuk, seprai maupun baju penderita skabies, kemudian
menjemurnya hingga kering.
b. Menghindari pemakaian baju, handuk, seprai secara bersama-
sama.
c. Mengobati seluruh anggota keluarga, atau masyarakat yang
terinfeksi untuk memutuskan rantai penularan.
d. Mandi dengan air hangat dan sabun untuk menghilangkan sisa-
sisa kulit yang mengelupas dan kemudian kulit dibiarkan kering.
e. Gunakan pakaian dan sprei yang bersih, semua perangkat tidur,
handuk dan pakaian yang habis dipakai harus dicuci dengan air
yang sangat panas kalau perlu direbus dan dikeringkan dengan alat
pengering panas.
f. Cegah datangnya lagi skabies dengan menjaga lingkungan agar
tetap bersih dan sehat, ruangan jangan terlalu lembab dan harus
terkena sinar matahari serta menjaga kebersihan diri anggota
keluarga dengan baik.
Jika pencegahan tidak dilakukan dengan baik dan efektif, maka
dapat dilakukan penatalakasanaan medis.
31

Syarat obat yang ideal ialah efektif terhadap semua stadium


tungau, tidak menimbulkan iritasi dan tidak toksik, tidak berbau
atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh
dan murah.Cara pengobatannya ialah seluruh anggota keluarga
harus diobati (termasuk penderita yang hiposesitisasi).

Jenis obat topikal:


a. Belerang endap (sulfur presipitatum) 4-20 % dalam bentuk salep
atau krim. Pada bayi dan orang dewasa sulfur presipitatum 5%
dalam minyak sangat aman efektif. Kekurangannya ialah
pemakaian tidak boleh kurang dari tiga hari karena tidak efektif
terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian, dan dapat
menimbulkan iritasi.
b. Emulsi benzil-benzoat 20-25 % efektif terhadap semua stadium,
diberikan setiap malam selama 3 hari. Obat ini sulit diperoleh,
sering memberi iritasi, dan kadang-kadang semakin gatal setelah
dipakai.
c. Gama benzena heksaklorida (gameksan=gammexane) 1 %
dalam bentuk krim atau losio tidak berbau dan tidak berwarna,
termasuk obat pilihan karena efektif terhadap semua stadium,
mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi. Pemberiannya hanya
cukupt sekali setiap 8 jam. Jika masih ada gejala ulangi seminggu
kemudian. Pengguanaan yang berlebihan dapat menimbulkan efek
pada sistem saraf pusat. Pada bayi dan anak-anak jika digunakan
berlebihan , dapat menimbulkan neurotoksisitas. Obat ini tidak
aman digunaka untuk ibu menyusui dan wanita hamil.
d. Benzilbenzoat (krotamiton) Tersedia 10 % dan 25% dalam krim
atau losio mempunyai dua efek sebagai antiskabies dan antigatal.
Harus dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim (eurax) hanya
efektif pada 50-60 % pasien. Digunakan selama 2 malam
beruturut-turut dan dibersihkan setelah 24 jam pemakaian terakhir,
kemudian digunakan lagi 1 minggu kemudian. Obat ini disapukan
32

ke badan dari leher ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat


menyebabkan iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak
harus di tambahkan air 2-3 bagian.
e. Permethrin. Dalam bentuk krim 5 % sebagai dosis tunggal.
Pengguanaanya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci bersih-
bersih. Merupakan obat yang paling efektif dan aman karena
sangat mematikan untuk parasit S. Scabiei dan memiliki toksisitas
rendah pada manusia. Pengobatan pada skabies krustosa sama
dengan skabies klasik, hanya perlu ditambahkan salep keratolitik.
Skabies subungual susah diobati. Bila didapatkan infeksi sekunder
perlu diberikan antibiotik sistemik.

7. Pemeriksaan penunjang
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan telur,
tungau atau terowongan adalah:
a. Kerokan kulit. Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan
utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10%, kemudian
dikerok dengan skalpel steril untuk mengangkat atap papul atau
terowongan. Hasil kerokan diletakkan pada gelas obyek dan
ditutup dengan kaca tutup, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum Jarum ditusukkan pada
terowongan di bagian yang gelap dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat ke
luar. Dengan cara ini tungau sulit ditemukan, tetapi bagi orang
yang berpengalaman, cara ini dapat meningkatkan ketepatan
diagnosis.
c. Kuretasi terowongan Cara ini dilakukan secara superficial
mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papul. Hasil
kuret diletakkan pada gelas obyek dan ditetesi minyak mineral
atau KOH lalu diperiksa di bawah mikroskop.
d. Swab kulit Kulit dibersihkan dengan eter, lalu dilekatkan
selotip dan diangkat dengan cepat. Selotip diletakkan pada
33

gelas obyek kemudian diperiksa dengan mikroskop. Dari 1 lesi


dibuat 6 sediaan.
e. Burow ink test Papul skabies dilapisi tinta cina dengan
menggunakan pena lalu dibiarkan selama 20-30 menit,
kemudian dihapus dengan alkohol. Tes dinyatakan positif bila
tinta masuk ke dalam terowongan dan membentuk gambaran
khas berupa garis zig-zag.
f. Pemeriksaaan histopatologik. Gambaran histopatologik
menunjukkan bahwa terowongan terletak pada stratum
korneum, dan hanya ujung terowongan tempat tungau betina
berada terletak di irisan dermis. Pemeriksaan ini sesungguhnya
tidak penting kecuali pada daerah tersebut ditemukan tungau
atau telurnya. Daerah yang berisi tungau menunjukkan
sejumlah eosinofil dan sulit dibedakan dengan reaksi gigitan
arthropoda lainnya seperti kutu busuk maupun nyamuk.
Selain pemeriksaan di atas masih terdapat pemeriksaan yang
lain, tetapi yang paling mudah dilakukan dan memberikan hasil
yang memuaskan adalah cara kerokan kulit, meskipun cara ini
memerlukan keahlian dalam mengambil tungau dengan jarum.
34

C. Kebutuhan Konsep Dasar Manusia


Menurut Abraham Maslow

Teori hierarki kebutuhan dasar manusia yang dikemukakan Abraham


Maslow dalam Potter dan Perry (2008), dapat dikemukakan untuk
menjelaskan kebutuhan dasar manusia sebagai berikut :
1) Kebutuhan fisiologi, merupakan kebutuhan paling dasar, yaitu
kebutuhan fisiologis seperti oksigen, cairan (minuman), nutrisi (makanan),
keseimbangan suhu tubuh, eliminasi, tempat tinggal, istirahat dan tidur,
serta kebutuhan seksual.

2) Kebutuhan rasa aman dan perlindungan dibagi menjadi perlindungan


fisik dan perlindungan psikologis.

a) Perlindungan fisik, meliputi perlindungan atas ancaman terhadap tubuh


atau hidup. Ancaman tersebut dapat berupa penyakit, kecelakaan, bahaya
dari lingkungan, dan sebagainya.
35

b) Perlindungan psikologis, yaitu perlindungan atas ancaman dari


pengalaman yang baru dan asing. Misalnya, kekhawatiran yang dialami
seseorang ketika masuk sekolah pertama kali karena merasa terancam oleh
keharusan untuk berinteraksi dengan orang lain, dan sebagainya.

3) Kebutuhan rasa cinta serta rasa memiliki dan di miliki, antara lain
memberi dan menerima kasih sayang, mendapatkan kehangatan keluarga,
memiliki sahabat, diterima oleh kelompok sosial, dan sebagainya.

4) Kebutuhan akan harga diri ataupun perasaan dihargai oleh orang lain.
Kebutuhan ini terkait dengan keinginan untuk mendapatkan kekuatan,
meraih prestasi, rasa percaya diri, dan kemerdekaan diri. Selain itu, orang
juga memerlukan pengakuan dari orang lain.

5) Kebutuhan aktualisasi diri, merupakan kebutuhan tertinggi dalam


hierarki Maslow, berupa kebutuhan untuk berkontribusi pada orang lain/
lingkungan serta mencapai potensi diri sepenuhnya(Aziz Alimul 2014).
36

D.Konsep Asuhan Keperawatan Lansia


A.PENGKAJIAN

1. Identitas Pasien

Nama :

Jenis Kelamin :

Usia :

Tanggal Lahir :

Alamat :

Pekerjaan :

Status Perkawinan :

RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan utama

Keluhan utama Pada pasien scabies biasannya terdapat lesi dikulit


dan merasakan gatal terutama pada malam hari, gatal pada malam
hari karena aktivitas tungau yang lebih pada tempat yang lembab
dan panas.Ada nya bintik-bintik yang terasa panas yang menonjol
berwarna kemerah-merahan dan bernanah jika terinfeksi.Adanya
terowongan pada tempat predileksi yang berwarna putih atau
keabu-abuan, terbentuk impetigo dan purunkulosis, ditemukannya
papul, vesikel, urtika.Pada daerah garukan dapat timbul erosi,
ekskresi, krusta dan infeksi sekunder.Pada anak penderita scabies
biasanya terdapat lesi dikulit di seluruh tubuh terutama pada kulit
yang tipis seperti kulit kepala, wajah, leher, telepak tangan dan
kaki.Anak juga merasakan gatal terutama pada malam hari karena
S.scabiei bekerja membuat terowongan pada malam hari dan
S.scabiei senang dengan suhu yang lembab dan panas.
37

Riwayat Kesehatan Sekarang


Pasien biasanya mulai merasakan gatal yang memanas dan
kemudian menjadi edema karena garukan akibat rasa gatal
yang sangat hebat sehingga pasien selalu menggaruk yang
menyebabkan timbulnya rasa nyeri pada bagian bekas
garukan.Gatal biasanya dirasakan pada malam hari yang
menyebabkan pasien merasa gelisah.Biasanya pasien
terlihat letih dan lesu serta tidak bersemangat.Scabies
biasanya banyak menyerang bagian tubuh dengan stratum
korneum yang tipis, misalnya sela-sela jari tangan – kaki,
pergelangan tangan kaki, telapak tangan kaki, setiap lipatan
tubuh, bokong, genitalia.Biasanya adanya terowongan
(kunikulus) pada tempat predileksi yang berwarna putih
keabu-abuan, bentuk garis lurus atau berkelok-kelok,
panjang 1 cm dengan ujung terowongan ditemukan papul
atau vesikula. Ada nya bintik-bintik yang terasa panas yang
menonjol berwarna kemerah-merahan dan bernanah jika
terinfeksi.

Riwayat Kesehatan Sebelumnya


Biasanya pasien pernah memiliki riwayat alergi atau pernah
menderita penyakit scabies sebelumnya. Riwayat tinggal di
tempat yang kotor dan lembab, dan riwayat tinggal bersama
pasien yang pernah menderita scabies sebelumnya.Riwayat
pasien pernah bergonta ganti pakaian dengan orang lain,dan
juga pasien suka memakai baju secara bersama.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Scabies merupakan penyakit menular, sehingga apabila ada
anggota keluarga yang terkena scabies akan menularkan ke
anggota keluarga yang lain.
38

PEMERIKSAAN FISIK
Pengkajian Persistem

 Keadaan Umum : Biasanya baik


 Tingkat kesadaran : Biasanya Composmentis
 Tanda – tanda vital : Biasanya normal dan terkadang bisa
naik

Sistem Integumen

Adanya terowongan (kunikulus) pada tempat-tempat predileksi


yang berwarna putih atau keabu-abuan, berbentuk garis lurus
atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung terowongan itu
ditemukan papul atau vesikel. Jika timbul infeksi sekunder ruam
kulitnya menjadi polimorf (pustul, ekskoriosi dan lain-lain).

Menemukan tungau, dengan membuat kerokan kulit pada


daerah yang berwarna kemerahan dan terasa gatal.Kerokan
yang dilakukan agak dalam hingga kulit mengeluarkan darah
karena sarcoptes betina bermukim agak dalam dikulit.Dapat
ditemukan satu atau lebih stadium hidup tungau ini.

 Kepala : inspeksi:Kadang ditemukan bula

 Dada : inspeksi:Kadang ditemukan bula

 Punggung : inpeksi:Kadang ditemukan bula dan luka


decubitus

 Ekstremitas : inspeksi:Kadang ditemukan bula dan luka


dekubitus
39

POLA KESEHATAN

1. Pola Latihan / Aktivitas


Pasien yang terkena scabies akan menjadi malas melakukan kegiatan
sehari-hari seperti mandi, makan, bermain, dll karena anak focus
terhadap rasa gatal dan nyeri yang dirasakan

2. Pola Istirahat Tidur


Pada pasien scabies terjadi gangguan pola tidur akibat gatal yang
hebat pada malam hari.

3. Pola Persepsi Kognitif


Pada pasien scabies tidak terjadi gangguan terhadap pola kognitif
perceptualny
4. Pola Persepsi Diri
Pada pasien yang terkena scabies akan menjadi kurang percaya diri
dan malu akibat gatal-gatal, kulit bintik-bintik dan mengelupas
sehingga pasien lebih banyak menyendiri dan menunduk serta menarik
diri dari kehidupan sosial. Pasien biasanya tidak mau berinteraksi
dengan orang lain.

5. Pola Koping dan Toleransi stress


Kehilangan atau perubahan yang terjadi pada penderita scabies adalah
pasien malas untuk melakukan aktivitas sehari-hari.Sehingga masalah
utama yang terjadi selama pasien sakit, pasien selalu merasa gatal, dan
pasien menjadi malas untuk bermain, bersosialisasi.

6. Pola Hubungan Peran


Pada anak yang terkena scabies membutuhkan dukungan dari orang
tua atau orang terdekat karena kebanyakan penderita scabies
kepercayaan dirinya kurang akibat dari adanya gatal-gatal, kulit
bintik-bintik dan mengelupas. Dukungan dari orang tua akan
meningkatkan kepercayaan diri anak dan anak dapat cepat sembuh.
40

7. Pola Keyakinan
Intensitas beribadahnya menjadi berkurang dan tidak bisa maksimal

Pemeriksaan penunjang
Beberapa cara yang dapat digunakan untuk menemukan telur, tungau
atau terowongan adalah:
a. Kerokan kulit. Papul atau terowongan yang baru dibentuk dan
utuh ditetesi dengan minyak mineral atau KOH 10%, kemudian
dikerok dengan skalpel steril untuk mengangkat atap papul atau
terowongan. Hasil kerokan diletakkan pada gelas obyek dan
ditutup dengan kaca tutup, lalu diperiksa di bawah mikroskop.
b. Mengambil tungau dengan jarum Jarum ditusukkan pada
terowongan di bagian yang gelap dan digerakkan tangensial.
Tungau akan memegang ujung jarum dan dapat diangkat ke luar.
Dengan cara ini tungau sulit ditemukan, tetapi bagi orang yang
berpengalaman, cara ini dapat meningkatkan ketepatan diagnosis.
c. Kuretasi terowongan Cara ini dilakukan secara superficial
mengikuti sumbu panjang terowongan atau puncak papul. Hasil
kuret diletakkan pada gelas obyek dan ditetesi minyak mineral
atau KOH lalu diperiksa di bawah mikroskop.
d. Swab kulit Kulit dibersihkan dengan eter, lalu dilekatkan selotip
dan diangkat dengan cepat. Selotip diletakkan pada gelas obyek
kemudian diperiksa dengan mikroskop. Dari 1 lesi dibuat 6
sediaan.
e. Burow ink test Papul skabies dilapisi tinta cina dengan
menggunakan pena lalu dibiarkan selama 20-30 menit, kemudian
dihapus dengan alkohol. Tes dinyatakan positif bila tinta masuk
ke dalam terowongan dan membentuk gambaran khas berupa
garis zig-zag.
f. Pemeriksaaan histopatologik. Gambaran histopatologik
menunjukkan bahwa terowongan terletak pada stratum korneum,
dan hanya ujung terowongan tempat tungau betina berada terletak
41

di irisan dermis. Pemeriksaan ini sesungguhnya tidak penting


kecuali pada daerah tersebut ditemukan tungau atau telurnya.
Daerah yang berisi tungau menunjukkan sejumlah eosinofil dan
sulit dibedakan dengan reaksi gigitan arthropoda lainnya seperti
kutu busuk maupun nyamuk.
42

2. Diagnosa Keperawatan
Berdasarkan data yang dikumpulkan dan penganalisaan terhadap data
tersebut maka dapat ditentukan diagnosa keperawatan yang sering muncul
pasien scabies menurut (Closkey, Mc, et all. 2009) adalah sebagai berikut :
1. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal
3. Nyeri berhubungan dengan jaringan kulit rusak

3.Perencanaan Keperawatan
Menurut (Nanda Nic-Noc dalam Closkey, Mc, et all. 2009). Perencanaan
keperawatan tahap ketiga dalam proses keperawatan yaitu terdiri dari
menentukan tujuan dan kriteria hasil, serta rencana tindakan. Rencana
tindakan keperawatan untuk mengatasi masalah pada penderita Skabies
antara lain sebagai berikut :

No Tujuan dan
Diagnosa Intervensi Rasional
dx Kriteria hasil
1. Nyeri Tujuan : 1. Kaji keadaan 1. Untuk
umum klien mengetahu
berhubungan Setelah di
lakukan dan tanda- i keadaan
dengan tanda vital umum dan
jaringan tindakan
2. Kaji tingkat tanda-
keperawatan nyeri klien tanda vital
kulit rusak
kepada…. 3. Ajarkan klien
selama 3 x 24 teknik 2. Untuk
jam di harapkan relaksasi nafas mengetahu
gangguan rasa dalam i tingkat
aman nyaman 4. Lakukan nyeri klien
perawatan 3. Untuk
berkurang atau
luka Skabies merilekska
teratasi n klien
5. Kolaborasi
dan
dengan dokter
Kriteria hasil : menguran
pemberian obat gi rasa
1. pasien
mengatakan analgetik nyeri
nyeri 4. Untuk
berkurang mencegah
atau hilang infeksi
2. pasien pada luka
5. Untuk
43

tampak menguran
lebih gi rasa
nyaman nyeri klien

2. Resiko Tujuan : 1. Monitor tanda 1. Untuk


infeksi mengetahu
Setelah di dan gejala
i tanda dan
berhubungan lakukan infeksi gejala
dengan tindakan infeksi
keperawatan 2. Inspeksi
jaringan 2. Untuk
kulit rusak kepada…. kondisi luka mengetahu
selama 3 x 24 i kondisi
3. Lakukan
jam di harapkan luka klien
perawatan 3. Untuk
resiko infeksi
membersi
tidak terjadi luka
hkan luka
4. Kolaborasi dan
Kriteria hasil : dengan dokter mencegah
1. klien pemberian terjadinya
obat infeksi
bebas
antiparasitik 4. Untuk
dari
mencegah
tanda
terjadinya
dan
infeksi
gejala
infeksi
2. klien
dapat
menun
jukkan
kemamp
uan
untuk
44

mencega
h
timbuln
ya
infeksi

3. Gangguan Tujuan : 1. Kaji tidur 1. Untuk


Setelah di mengetahu
pola tidur pasien
lakukan i kualitas
berhubungan 2. Berikan tidur klien
dengan rasa tindakan
kenyamanan 2. Agar klien
keperawatan nyaman
gatal pada klien
kepada…. saat tidur
selama 3 x 24 (kebersihan
3. Untuk
jam di harapkan tempat tidur membantu
gangguan pola klien) klien agar
tidur dapat 3. Anjurkan klien tidur
teratasi minum susu 4. Untuk
hangat sebelum menguran
Kriteria hasil : tidur gi rasa
1. Klien gatal-gatal
4. Kolaborasi
mengataka
n semalam pemberian obat
tidur 5-6 antiparasitik
jam
2. Klien
mengataka
n gatal
berkurang
43

4. Pelaksanaan Keperawatan
Implementasi adalah tahap ketika perawat mengaplikasikan rencana
asuhan keperawatan ke dalam bentuk intervensi keperawatan guna
membantu klien mencapai tujuan yang telah di tetapkan. Implementasi
tindakan keperawatan di bedakan menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Independent
Yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh perawat tanpa petunjuk dari
dokter atau tenaga kesehatan lainnya.
Lingkup tindakan keperawatan independent.
 Mengkaji klien atau keluarga melalui riwayat keperawatan dan
pemeriksaan fisik untuk mengetahui status kesehatan klien.
 Merumuskan diagnosis keperawatan sesuai respon klien yang
memerlukan intervensi keperawatan.
 Mengindentifikasi tindakan keperawatan untuk mempertahankan atau
memulihkan kesehatan klien.
 Mengevaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan.
b. Interdependent
Yaitu suatu kegiatan yang memerlukan kerjasama dari tenaga kesehatan
lain.
c. Dependent
Berhubungan dengan pelaksanaan rencana tindakan medis.
Pelaksanaan keperawatan dengan scabies mempunyai beberapa prinsip
yaitu :
 Mencegah infeksi
 Mengurangi nyeri dan gatal

5. Evaluasi
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan
perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang
teramati dan tujuan atau criteria hasil yang di buat pada tahap
perencanaan. Evaluasi di lakukan secara berkesinambungan dengan
melibatkan klien dan tenaga kesehatan lainnya. Evaluasi terbagi atas dua
44

jenis, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif


berfokus pada aktivitas proses keperawatan dan hasil tindakan
keperawatan dan di lakukan segera setelah perawat mengimplementasikan
rencana. Perumusan evaluasi formatif ini meliputi empat komponen yang
dikenal dengan istilah SOAP, yakni subjektif (data berupa keluhan klien),
objektif (data hasil pemeriksaan), analisis data (perbandingan data dengan
teori, perencanaan).

Evaluasi sumatif adalah evaluasi yang dilakukan setelah semua aktifitas


proses keperawatan selesai dilakukan. Ada tiga kemungkinan hasil
evaluasi yang terkait dengan pencapaian tujuan keperawatan.

 Tujuan tercapai, jika klien menunjukan perubahan sesuai dengan


standar yang telah ditentukan
 Tujuan tercapai sebagian, jika klien mnunjukan perubahan pada
sebagian criteria yang telah ditetapkan
 Tujuan tidak tercapai, jika klien hanya menunjukan sedikit perubahan
dan tidak ada kemajuan sama sekali serta dapat timbul masalah baru.

Adapun evaluasi yang bisa di harapkan pada pasien dengan scabies adalah
:
a. Gangguan rasa aman nyaman : nyeri
 Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang
 Klien menunjukan kemampuan menggunakan teknik non
farmakologi untuk mengurangi nyeri.
 Klien menunjukkan ekspresi wajah tenang
 Klien menunjukkan tanda vital dalam batas normal
b. Resiko infeksi
 Tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada luka
 Luka mengering
 Tidak terdapat kemerahan
 Tidak terdapat edema
45

c. Gangguan pola tidur


 Klien mengatakan waktu tidur 6 jam
 Kantung mata klien tidak menghitam
 Klien terlihat lebih segar dan tidak lelah
46

BAB III
TINJAUAN KASUS

Dalam bab ini menguraikan laporan kasus Pemenuhan Kebutuhan Dasar pada
Lansia Ny.J dengan Skabies yang berada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulya 2 Cengkareng. Asuhan Keperawatan gerontik dilakukan pada Ny. J selama
3 hari pada tanggal 23-26 April 2018 dengan melakukan Asuhan Keperawatan
selama 3 hari, dilaksanakan melalui pendekatan proses keperawatan dengan
langkah langkah sebagai berikut : Pengkajian, Diagnosa Keperawatan,
Perencanaan, Pelaksanaan dan Evaluasi.

A. RIWAYAT KESEHATAN
1. Identitas Klien
Nama : Ny. J
Alamat : Lampung, Sumatera Selatan
Tempat/tgl lahir : 21 Februari 1958
Jenis Kelamin : Perempuan
Suku/agama : Islam
Pendidikan : SMP
Status Perkawinan : Janda
Orang yang dapat dihubungi :

2. Riwayat keluarga
Pasangan (suami/istri) : klien pernah menikah sebanyak 3x, dengan
suami yang pertama sudah bercerai karena merasa tidak cocok, dengan
suami yang kedua sudah bercerai karena merasa tidak cocok dan
dengan suami yang ketiga suaminya telah meninggal dunia karena
sakit .
Klien mempunyai 4 anak, 1 anak kandung dan 3 anak angkat. Yang
terdiri dari 2 laki-laki dan 2 perempuan.

3. Riwayat pekerjaan
Status pekerjaan saat ini : Klien tidak bekerja karena sekarang tinggal
di panti
Pekerjaan Sebelumnya : Berdagang dan Ibu rumah tangga
Sumber-sumber pendapatan terhadap kebutuhan : klien sekarang sudah
tidak mempunyai pendapatan lagi karena tinggal dipanti.

4. Riwayat lingkungan tinggal


Tipe tempat tinggal : klien tinggal bersama ade angkatnya di
lampung
Jumlah orang yang tinggal di rumah : 4 orang
47

Derajat privacy : klien cukup terbuka dengan lingkungan


sekitarnya

5. Riwayat rekreasi
Klien memiliki hobi jalan-jalan dan bernyanyi maka dari itu klien
senang berjalan-jalan mengelilingi halaman panti dan terkadang sambil
bernyanyi.

6. Status Kesehatan
a. Status kesehatan saat ini
Keluhan saat ini : Ny. J mengatakan “badan terasa gatal-gatal
terutama pada kaki, siku, dan pergelangan tangan, kaki”
Pengetahuan dan penatalaksanaan masalah kesehatan : klien
mengetahui bahwa klien menderita penyakit kulit dan klien sudah
berusaha mengatur pola makannya agar tidak makan yang amis
amis. Tetapi klien masih mempunyai kebiasaan menggaruk bagian
tubuhnya yang gatal dengan tangan atau benda seperti sendok.
Selain itu jam tidur klien kurang hanya 5 jam karena suka
terbangun pada malam hari karna gatal-gatal.

Obat-obatan yang digunakan : Scabimite permethrin 5%


b. Riwayat kesehatan lalu
Penyakit / keluhan yang telah di derita : klien telah menderita
scabies sehjak 6 tahun yang lalu. Sebelum menderita scabies, klien
tidak menderita penyakit.
Riwayat operasi / dirawat di RS : klien tidak pernah operasi
Riwayat Obstetri : P1 A0
c. Riwayat penyakit keluarga : Tidak ada
7. Pemenuhan kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi
Klien makan sehari 3x dengan habis 1 porsi dan klien hanya makan
dari panti saja. Klien mengurangi makanan yang amis seperti telur,
ikan karena penyakit scabies yang di derita. Riwayat peningkatan
atau penurunan berat badan : Berat badan klien tidak mengalami
penurunan. (46 kg)
b. Personal hygiene
Klien mandi 2x sehari saat pagi hari dan sore hari, klien
membersihkan rambut 2 hari sekali menggunakan shampo, rambut
48

klien pendek dan bersih, kuku jari pendek dan bersih, mulut klien
bersih, gigi terlihat ada yang sudah ompong, tidak ada stomatitis.
c. Aktifitas/istirahat
Klien mampu beraktifitas sehari-hari, dan cukup sering mengikuti
kegiatan olah raga senam yang berada dipanti. Klien tidur dari jam
22.00 sampai jam 05.00 WIB tetapi kadang terganggu karena
gatal-gatal.
d. Eliminasi
Klien buang air besar 1x sehari dan buang air kecil 5x sehari.
e. Oksigenasi
Pola nafas klien normal, frekuensi nafas 20x/menit, klien tidak
memiliki keluhan
Batuk, pilek,sesak dll. Dan klien memiliki riwayat alergi makanan
seperti telur, ikan.
f. Spiritual
Hubungan klien dengan tuhan baik, setiap hari klien menjalankan
sholat 5 waktu.

8. Tinjauam system
a. Kondisi dari system tubuh yang ada : Sistem integument dan
sistem penglihatan sebelah kanan pada klien terganggu
b. Masalah/gangguan pada system tubuh :
c. Penggunaan protesa : klien tidak menggunakan alat bantu tiruan
apapun

B. PENGKAJIAN PSIKOLOGIS
1. Proses pikir (lupa,bingung,pikun,curiga)
Saat ditanya tentang kejadian dahulu klien mampu mengingat dan
menceritakan tentang keluarganya walaupun agak sedikit lupa. Klien
juga masih ingat dengan kejadian-kejadian yang baru terjadi tetapi
klien tidak bisa mengingat nama orang dengan waktu yang singkat.
Klien mampu menceritakan tentang anak-anaknya dan keluarganya,
klien mampu menceritakan dengan jelas dan tidak ada rasa curiga
dengan perawat.
2. Gangguan perasaan :
Saat di wawancara ekspresi wajah klien tampak senang, klien terbuka
dengan masalah yang di hadapi, klien sesekali bertanya tentang hal-hal
yang tidak di mengerti.
3. Komunikasi :
Saat di ajak berkomunikasi klien cukup kooperatif, klien terlihat tidak
ada kesulitan dalam berkomunikasi.
4. Orientasi:
49

Orientasi klien baik, klien mampu mengingat sekarang berada di


PSTW Budi Mulya 2. Mengingat sekarang hari senin tanggal 23 april
2018.
5. Sikap klien terhadap lansia :
Klien mengatakan merasa tidak betah tinggal dipanti, klien juga jarang
bersosialisasi dengan sesama penghuni panti, kamar tidurnya pun
berada diruang isolasi. Klien memandang dirinya banyak kekurangan,
terkadang teringat dengan anak-anaknya.

Reaksi klien terhadap kehilangan pasangan :


Ny. J menerima status jandanya semenjak suaminya meninggal dunia.

6. Mekanisme koping klien terhadap masalah yang ada :


Koping klien terhadap masalah yang pernah dihadapi cukup baik, klien
menerima masalah adalah ujian bagi dirinya, klien selalu berdoa
kepada tuhan agar di berikan kesehatan.

C. PENGKAJIAN SOSIAL EKONOMI


1. Latar belakang klien :
Dahulu klien seorang ibu rumah tangga mempunyai suami dan 4 anak, 1
anak kandung dan 3 anak angkat. Suaminya bekerja sebagai kenek bus
semenjak suaminya meninggal klien tinggal bersama adik angkatnya dan
bersama anak-anaknya. Lalu klien pergi ke Jakarta dan terkena penertiban
sedang jalan di Jakarta, karena klien tidak memiliki tempat tinggal maka
dari itu di bawa ke panti BD 1 KEDOYA lalu kemudian di bawa ke PSTW
Budi Mulya 2 Cengkareng.
Frekuensi hubungan sehari-hari :
a. Dengan keluarga :
Hubungan klien dengan anaknya kurang baik, karena jarang
berkomunikasi dengan anaknya yang sekarang tinggal bersama di
rumah adik angkatnya.
b. Dengan masyarakat :
Hubungan klien dengan masyarakat yang tinggal dipanti cukup baik,
tidak ada masalah dengan orang lain dipanti.
c. Aktifitas klien dipanti :
Klien mengikuti aktifitas yang berada di panti.
50

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Tanda- tanda vital
 Keadaan Umum : keadaan umum baik
 Kesadaran : komposmentis
 Suhu : 36,5˚C
 Nadi : 90x/menit
 Tekanan darah : 128/64 mmHg
 Pernapasan : 20x/menit
 Tinggi badan : 150 cm
 Berat badan : 46 kg
2. Pemeriksaan dan kebersihan perorangan
a. Kepala :
 Rambut : Bersih, beruban, tidak rontok
 Mata : pupil isokor, konjungtiva an-anemis, sclera an-
ikterik, pandangan mata sebelah kiri tidak jelas dan gelap
 Hidung : normal, bersih, tidak ada benjolan, tidak ada cairan
 Telinga : pendengaran normal, bersih, bentuk simetris, tidak
ada benjolan, tidak ada penumpukan serumen, kedua telinga
masih berfungsi dengan baik.
 Mulut : Mulut bersih, warna bibir merah muda dan tidak
terdapat stomatitis, tidak terdapat karies.
b. Leher
Normal, simetris, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, , tidak ada
pembesaran vena jugularis.
c. Dada / thorak :
 Dada : simetris, frekuensi pernafasan normal, tidak ada
retraksi dada
 Paru-paru : suara vesikuler
 Jantung : bunyi jantung normal, tidak ada suara tambahan
 Payudara : Simetris, tidak ada benjolan, tidak ada edema

d. Abdomen :
Tidak ada asistensi abdomen, terasa lembek, tidak ada benjolan,
bising usus 12x/menit.
e. Musculoskeletal
Kaki terasa sakit pada bagian luka ketika berjalan
51

f. Kekuatan otot
5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5

Resume Pengkajian :

Klien bernama Ny. J berusia 60 tahun, memiliki 1 anak kandung dan 3 anak
angkat, suami klien telah meninggal dunia karena kecelakaan. Dahulu klien
bekerja sebagai pedagang dan klien adalah seorang ibu rumah tangga, semenjak
suaminya meninggal klien tinggal bersama adik angkatnya dan bersama anak-
anaknya di sumatera. Lalu klien pergi ke Jakarta kemudian tertangkap petugas
yang sedang bertugas penertiban jalan di Jakarta. Klien sudah 8 tahun berada
dipanti sejak 23 November 2010. Sebelum masuk ke panti klien tidak memiliki
keluhan atau penyakit apapun. Sejak masuk ke panti klien menderita penyakit
scabies. Keluhan pasien saat ini adalah gatal-gatal pada anggota tubuh terutama
pada kaki, siku, pergelangan tangan. Ketika tidur malam klien terkadang
terganggu suka terbangun karena gatal-gatal. Luka terasa nyeri seperti terbakar
api. Penyakit yang di derita klien sudah di derita sejak 5 tahun yang lalu. Luka
tampak kemerahan dan terdapat lesi.Walaupun klien menderita sakit scabies
tetapi klien tidak merasa minder, klien tetap percaya diri dan bersosialisasi dengan
warga panti yang lain. Selama tinggal dipanti klien selalu mengikuti kegiatan-
kegiatan yang ada dipanti seperti pengajian, qosidahan dan senam.
52

DATA FOKUS

Data subyektif Data obyektif

Klien mengatakan :  Keadaan umum baik


 Kesadaran : komposmentis
 Penyakit kulit yang di derita  Tekanan darah : 128/64 mmHg
sudah sejak 5 tahun yang lalu  Suhu : 36,5˚C
 Gatal-gatal pada bagian tubuh  Pernafasan : 20x/menit
seperti kaki, siku dan  Nadi : 90x/menit
pergelangan tangan
 Tinggi badan : 150 cm
 Terkadang nyeri seperti terbakar  Berat badan : 46 kg
api
 Luka tampak kemerahan dan
 Klien rutin pergi ke klinik untuk terdapat lesi
perawatan luka
 Bawah mata klien terlihat
 Pandangan mata sebelah kanan sedikit menghitam
buram
 Istirahat tidur kurang suka
terbangun di malam hari karna
gatal-gatal
53

ANALISA DATA

No Data Etiologi Masalah

1. Data subyektif : Kerusakan kulit Gangguan rasa


aman nyaman
 Terkadang luka terasa nyeri
nyeri seperti terbakar api

Data obyektif :

 Luka tampak kemerahan


dan terdapat lesi
 P : Penyakit Skabies
Q : nyeri seperti terbakar
api
R: nyeri terasa di bagian
tubuh yang terdapat luka
scabies yaitu di kaki,
pergelangan tangan dan
siku
S : Skala nyeri 5

T : Nyeri hilang timbul

2. Data subyektif : Jaringan kulit Resiko


rusak Penyebaran
Klien mengatakan Infeksi
 Penyakit kulit yang di
derita sudah sejak 5 tahun
54

yang lalu
 Gatal-gatal pada bagian
tubuh seperti kaki,siku dan
pergelangan tangan
 Terkadang nyeri seperti
terbakar api
 Klien rutin pergi ke klinik
untuk perawatan luka

Data obyektif :

 Tekanan darah : 128/64


mmHg
 Suhu : 36,5˚C
 Pernafasan : 20x/menit
 Nadi : 90x/menit
 Tinggi badan : 150 cm
 Berat badan : 46 kg
 Luka tampak kemerahan
dan terdapat lesi

3. Data subyektif : Rasa gatal Gangguan pola


tidur
Klien mengatakan

 Tidur kurang hanya 5 jam


semalam karena suka
terbangun gatal-gatal

Data obyektif :

 Klien tampak lelah


 Kantung mata klien terlihat
sedikit menghitam
55

DIAGNOSA

1. Gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan kerusakan


kulit

Data subyektif :
Klien mengatakan
 Terkadang luka terasa nyeri seperti terbakar api

Data obyektif :

 Luka tampak kemerahan dan terdapat lesi


 P : Penyakit Skabies
Q : nyeri seperti terbakar api
R : nyeri terasa di bagian tubuh yang terdapat luka scabies yaitu di
kaki,pergelangan tangan, sela-sela jari dan siku
S : Skala nyeri 5

T : Nyeri hilang timbul

2. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak

Data subyektif :

Klien mengatakan

o Penyakit kulit yang di derita sudah sejak 5 tahun yang lalu


o Gatal-gatal pada bagian tubuh seperti kaki,siku, sela-sela jari dan
pergelangan tangan
o Terkadang nyeri seperti terbakar api
o Klien rutin pergi ke klinik untuk perawatan luka

Data obyektif :

 Tekanan darah : 128/64 mmHg


 Suhu : 36,5˚C
 Pernafasan : 20x/menit
 Nadi : 90x/menit
 Tinggi badan : 150 cm
 Berat badan : 46 kg
 Luka tampak kemerahan dan terdapat lesi
 Terdapat edema
56

3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal

Data subyektif :

Klien mengatakan

 Tidur kurang hanya 4 jam semalam karena suka terbangun gatal-gatal

Data obyektif :

 Klien tampak lelah


 Kantung mata klien terlihat sedikit menghitam

INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa Tujuan dan Rasional
No Intervensi
Keperawatan kriteria hasil
57

1. Gangguan rasa Tujuan : 1. Kaji keadaan 1. Untuk mengetahui


aman nyaman nyeri Setelah di umum klien keadaan umum
berhubungan lakukan tindakan dan tanda- dan tanda-tanda
tanda vital vital klien
dengan kerusakan keperawatan
2. Kaji tingkat 2. Untuk mengetahui
kulit kepada Ny. J nyeri klien tingkat nyeri klien
selama 3 x 24 jam 3. Ajarkan teknik 3. Untuk
Di tandai dengan di harapkan relaksasi nafas merilekskan klien
gangguan rasa dalam dan mengurangi
aman nyaman 4. Lakukan rasa nyeri
Data subyektif : berkurang atau perawatan luka 4. Untuk mencegah
Skabies infeksi pada luka
Klien mengatakan teratasi
5. Kolaborasi 5. Untuk
dengan dokter mengurangi rasa
1.Terkadang luka Kriteria hasil : pemberian nyeri klien
terasa nyeri seperti 1. pasien obat analgetik
terbakar api mengataka
n skala
nyeri
berkurang
Data obyektif : atau hilang
2. kondisi
1.Luka tampak luka
kemerahan dan kering dan
terdapat lesi tidak
terdapat
2.P : Penyakit lesi
Skabies 3. pasien
tampak
Q : nyeri seperti lebih
terbakar api nyaman

R: nyeri terasa di
bagian tubuh yang
terdapat luka
scabies yaitu di
kaki,pergelangan
tangan dan siku

S : Skala nyeri 5

T: Nyeri hilang
timbul
58

2. Resiko Penyebaran Tujuan : 1. Monitor tanda 1. Untuk


infeksi Setelah di mengetahui tanda
dan gejala
berhubungan lakukan tindakan dan gejala infeksi
infeksi 2. Untuk
dengan jaringan keperawatan
mengetahui
kulit rusak kepada Ny. J 2. Inspeksi
kondisi luka klien
selama 3 x 24 jam kondisi luka 3. Untuk
di harapkan membersihkan
3. Lakukan
Di tandai dengan resiko infeksi luka dan
tidak terjadi perawatan luka mencegah
terjadinya infeksi
4. Kolaborasi
4. Untuk mencegah
Kriteria hasil :
Data subyektif : dengan dokter terjadinya infeksi
1. klien
pemberian
Klien mengatakan bebas dari
tanda dan obat
1.Penyakit kulit
gejala antiparasitik
yang di derita sudah
infeksi
sejak 5 tahun yang
lalu 2. klien
dapat
2.Gatal-gatal pada menun
bagian tubuh seperti jukkan
kaki,siku dan kemampu
pergelangan tangan an untuk
3.Terkadang nyeri mencegah
seperti terbakar api timbulnya
infeksi
4.Klien rutin pergi
ke klinik untuk
perawatan luka

Data obyektif :

1.Tekanan darah :
128/64 mmHg

2. Suhu : 36,5˚C

3.Pernafasan :
20x/menit

4.Nadi : 90x/menit

5.Tinggi badan :
59

150 cm

6.Berat badan : 46
kg

7.Luka tampak
kemerahan dan
terdapat lesi
60

3. Gangguan pola Tujuan : 1. Kaji tidur 1. Untuk


tidur berhubungan Setelah di pasien mengetahui
dengan rasa gatal lakukan tindakan kualitas tidur
2. Berikan klien
keperawatan kenyamanan 2. Agar klien
kepada Ny. J nyaman saat tidur
pada klien
Di tandai dengan selama 3 x 24 jam 3. Untuk membantu
(kebersihan
di harapkan klien agar tidur
tempat tidur
gangguan pola 4. untuk mengurangi
klien) rasa gatal-gatal
tidur dapat
Data subyektif : 3. Anjurkan klien
teratasi
minum susu
Klien mengatakan
Kriteria hasil : hangat
1. Tidur 1. Klien sebelum tidur
kurang mengataka 4. Kolaborasi
hanya 4 jam n semalam pemberian
semalam tidur 5-6
karena suka obat
jam
terbangun antiparasitik
2. Klien
gatal-gatal mengataka
Data obyektif : n gatal
berkurang
1. Klien
tampak lelah
2. Kantung
mata klien
terlihat
sedikit
menghitam
61

IMPLEMENTASI

NO
HARI/TANGGAL JAM TINDAKAN KEPERAWATAN PARAF
DX

1. Senin, 23 april
2018 1. Mengkaji keadan umum klien dan tanda-
08.00 tanda vital. Della Vira
Ds :
Klien mengatakan merasa gatal-gatal di
daerah kaki,siku dan pergelangan tangan.
Do :
Keadaan umum : baik, Kesadaran:
Composmentis, Suhu : 36,5˚C, Nadi 90x/
menit, Tekanan darah 128/64 mmHg

2. Mengkaji tingkat nyeri klien


2 08.10 Ds :
klien mengatakan Nyeri dirasakan pada kaki
seperti terbakar api dan muncul tiba-tiba
Do : sakala nyeri 5 (0-10)

3.Monitor tanda dan gejala infeksi


1 08.20
Ds :
Do : Luka klien tampak kemerahan,terlihat
lesi dan edema

4.Melakukan perawatan luka


1 08.30
Ds :

Do : luka klien tampak sudah mengering,


masih terdapat kemerahan dan terdapat
edema.

5.Memberikan obat scabimite permethrin 5 %


1 08.40
62

sesuai dengan dosis dokter

Ds :

Do : luka pasien tampak sudah di beri obat


oles scabimite

2 Selasa, 24 April 08.00 1. Menginspeksi kondisi luka Della Vira


2018
Ds :
Do : Luka tampak sedikit mengering, tampak
kemerahan, terdapat lesi dan edema

2. Mengajarkan teknik relaksasi nafas dalam


1 08.05
Ds :

Do : pasien dapat memperagakan teknik


relaksasi nafas dalam.

2 08.30 3.Melakukan perawatan luka


Ds :
Do : luka klien tampak sudah mengering,
masih terdapat kemerahan dan terdapat
edema.

4.Memberikan obat scabimite permethrin 5 %


63

1 08.45 sesuai dengan dosis dokter


Ds :
Do : pasien tampak sudah di berikan obat oles
scabimite permethrin 5%

2 08.50 5.Kolaborasi dengan dokter pemberian obat


antiparasitik
Ds :
Do : obat scabimite permethrin 5% 1x sehari

3 Rabu, 25 April 08.00 1. Mengkaji tidur pasien Della Vira


2018 Ds : pasien mengatakan tidur hanya 4 jam
karna suka terbangun pada malam hari karna
gatal-gatal

Do : pasien tampak lelah, kantung mata


pasien tampak sedikit menghitam

2.Berikan kenyamanan pada klien (kebersihan


3 08.05
tempat tidur klien)
Ds :
Do : tempat tidur klien sudah tampak rapi dan
bersih

2 08.30 3.Melakukan perawatan luka


Ds :
Do : luka klien tampak sudah mengering,
masih terdapat kemerahan dan terdapat
edema.

4.Menganjurkan klien meminum susu hangat


64

3 08.45 sebelum tidur


Ds : pasien mengatakan “akan minum susu
sebelum tidur”
Do :

CATATAN PERKEMBANGAN

No
Tanggal SOAP Paraf
dx

1 26 April S : pasien mengatakan nyeri telah berkurang Della Vira


2018 skala 3

O : pasien tampak lebih nyaman, nyeri


berkurang, luka tampak mulai mengering,
kemerahan berkurang

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi :

1. Kaji keadaan umum klien dan tanda-


tanda vital
2. Kaji tingkat nyeri klien
65

3. Ajarkan teknik relaksasi nafas dalam


4. Lakukan perawatan luka Skabies
Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat analgetik

2 26 April S : pasien mengatakan masih gatal-gatal Della Vira


2018

O : luka pasien tampak mengering,masih


tampak edema, kemerahan berkurang.

A : masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi:

1. Monitor tanda dan gejala infeksi


2. Inspeksi kondisi luka
3. Lakukan perawatan luka
Kolaborasi dengan dokter pemberian
obat antiparasitik

3. 26 April S : pasien mengatakan tidur lebih nyaman, Della Vira


2018 tidur 7 jam, masih gatal-gatal dimalam hari
tetapi tidak terlalu

O : pasien tampak lebih segar

TD : 129/83 mmHg

Nadi : 88x/menit

Pernafasan : 20x/menit

Suhu : 36˚C
66

A : masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi :

1. Kaji tidur pasien


2. Berikan kenyamanan pada klien
(kebersihan tempat tidur klien)
3. Anjurkan klien minum susu hangat
sebelum tidur
4. Kolaborasi pemberian obat
antiparasitik
67

BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan ini penulis mencoba membahas kesenjangan


antara tinjauan teoritis dengan tinjauan kasus tentang asuhan
keperawatan lansia pada Ny. J dengan gangguan sistem
integument: Skabies yang ada di Panti Sosial TresnaWerdha Budi
Mulia 2 Cengkareng, dengan mengikuti tahap – tahap proses
keperawatan mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan,
pelaksanaan dan evaluasi.

A. Pengkajian Keperawatan

Pada pengkajian penulis didukung adanya format pengkajian


yang telah disediakan dari institusi, sehingga mempermudah
dalam proses pengkajian serta lansia yang kooperatif, interaksi
dengan tim kesehatan dipanti cukup baik. Dibantu dengan
format pengkajian secara komprehensif, sehingga data tersebut
dapat dipakai sebagai dasar untuk menentukan masalah
keperawatan yang ditemukan pada klien.

Pengumpulan data pengkajian, penulis melakukan wawancara


dengan klien, pemeriksaan fisik, observasi langsung, melihat
catatan keperawatan serta hasil – hasil penunjang lainnya. Hasil
pengkajian yang dilakukan penulis didapatkan penyebab
skabies pada Ny. J karena gaya hidup klien yang mempunyai
kebiasaan mandi di sungai dan terjangkit kutu sarcoptes
scabiei. Sesuai dengan konsep penyebab skabies pada tinjauan
teoritis.

Hasil pengkajian yang di lakukan penulis di dapatkan diagnosa


prioritas pada kasus scabies adalah gangguan rasa aman
nyaman: nyeri. Sesuai dengan diagnosa prioritas pada tinjauan
teoritis.
68

Manifestasi yang muncul pada klien masuk dalam point


manifestasi klinis sesuai tinjauan teoritis gangguan system
integument: skabies yaitu priuritus dan terdapat luka yang
berbentuk seperti terowongan (kunikulus) . Sebenarnya banyak
yang dipaparkan dalam tinjauan teoritis mengenai manifestasi
klinis klien dengan skabies. Namun yang sesuai dengan kondisi
klien hanyalah di temukan luka kunikulus dan priuritus.
Manifestasi lain tidak ditemukan pada Ny. J, karena anggota
keluarga Ny. J tidak ada yang menderita scabies. Sehingga
tidak terjadi penyakit menyerang manusia secara berkelompok
seperti yang dijelaskan pada tinjauan teoritis.

Menurut tinjauan teori pemeriksaan penunjang yang dilakukan


pada klien skabies adalah pemeriksaan kerokan kulit,
mengambil tungau dengan jarum, kuretasi terowongan, swab
kulit, burrow ink test dan pemeriksaan histopatologik. Penulis
kesulitan dalam mendapatkan data penunjang yang spesifik
mengenai skabies yang dialami Ny. J karena keterbatasan alat
kesehatan yang berada di panti.

Dalam kebutuhan dasar terdapat teori hierarki kebutuhan dasar


menulis yang ditemukan oleh maslow yaitu kebutuhan
fisiologis, rasa aman nyaman, rasa cinta dicintai, harga diri dan
aktualisasi diri, namun gangguan kebutuhan dasar yang terjadi
pada lanjut usia dengan skabies penulis mendapat beberapa
kebutuhan yang terganggu yaitu gangguan kebutuhan rasa
aman nyaman, istirahat tidur dan aktualisasi diri. Sedangkan
data yang didapatkan pada Ny. J, hanya gangguan rasa aman
nyaman dan istirahat tidur. Pada kebutuhan aktualisasi diri Ny.J
tidak terganggu karena Ny. J masih dapat bersosialisasi dengan
orang lain yang berada dipanti.

Perubahan yang terjadi pada lansia seperti perubahan fisik,


mental, spiritual, psikososial pada Ny. J didapatkan sesuai
69

dengan tinjauan teoritis yaitu terjadi perubahan fisik pada


sistem integumen. Namun pada perubahan psikologis Ny. J
tidak sesuai dengan tinjauan teoritis dimana Ny. J masih dapat
bersosialisasi mendapatkan teman dan berkenalan dengan
orang – orang yang tinggal dipanti.

B. Diagnosa Keperawatan
Setelah dilakukan proses pengkajian dan data yang sudah
terkumpul dikelompokkan sesuai dengan masalahnya, maka
penulis merumuskan diagnosa keperawatan berdasarkan data –
data tersebut. Diagnosa yang ada pada teori yaitu:
1. Gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan
kerusakan kulit
2. Resiko infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak
3. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal

Sedangkan diagnosa yang didapatkan penulis pada kasus Ny. J


yang terjadi yaitu:
4. Gangguan rasa aman nyaman nyeri berhubungan dengan
kerusakan kulit

terjadi karena klien mengatakan terkadang luka nyeri seperti


terbakar api, nyeri pada bagian yang terdapat luka scabies yaitu
pada kaki, sela-sela jari, pergelangan tangan dan siku, skala
nyeri 5 dan nyeri hilang timbul. Tetapi setelah di berikan obat
nyerinya mulai berkurang.

5. Resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan jaringan


kulit rusak

Terjadi karena kondisi luka klien tampak kemerahan, terdapat


edema dan lesi dan pasien mengatakan sakit pada daerah luka.
70

6. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal


Terjadi karena klien mengatakan istirahat tidurnya kurang,
hanya 4 jam saja karena suka terbangun pada malam hari karena
merasa gatal-gatal. Kantung mata klien juga tampak menghitam
dan klien tampak lelah.

C. Perencanaan Keperawatan
Perencanaan pada tinjauan kasus tidak jauh berbeda dengan
yang ada pada tinjauan teoritis yaitu diawali dengan menyusun
urutan tindakan sesuai prioritas, menentukan tujuan, kriteria
hasil dan membuat rencana tindakan yang akan dilakukan
sesuai dengan diagnosa yang ditegakkan.
Pada tinjauan teoritis untuk diagnosa prioritas yang muncul
yaitu gangguan rasa aman nyaman: nyeri. Dan pada tinjauan
kasus sesuai dengan data – data yang didapatkan penulis dari
hasil pengkajian diagnosa prioritas yaitu gangguan rasa aman
nyaman : nyeri. Pada diagnosa prioritas kasus Ny. J sesuai
dengan teori yang ada dan sesuai dengan rencana keperawatan
yang dibuat, penulis merencanakan tujuan selama tiga hari
diharapkan rasa nyeri klien berkurang atau hilang.

Pada diagnosa resiko penyebaran infeksi berhubungan dengan


jaringan kulit rusak terjadi karena kondisi luka klien tampak
kemerahan, terdapat edema, lesi dan pasien mengatakan sakit
pada daerah luka. Penulis merencanakan tindakan keperawatan
sesuai rencana tindakan yang ada selama tiga hari diharapkan
resiko penyebaran infeksi tidak terjadi.

Pada diagnosa ketiga, penulis mendapatkan data bahwa klien


mengatakan istirahat tidurnya kurang, hanya 4 jam saja, suka
terbangun pada malam hari karena merasa gatal-gatal. Kantung
mata klien tampak menghitam dan klien tampak lelah. Penulis
71

merencanakan tindakan keperawatan selama tiga hari


diharapkan gangguan pola tidur klien dapat teratasi.
Untuk kriteria hasil prinsipnya sesuai dengan yang telah ada
pada tinjauan teoritis.
Sesuai dengan rencana tindakan keperawatan pada kasus yang
telah dibuat mengacu pada tinjauan teoritis yang ada, diagnosa
yang telah didapatkan telah dibuat rencana tindakan, kriteria
hasil, tujuan yang dilakukan selama tiga hari.

D. Pelaksanaan Keperawatan
Pada tahap pelaksanaan ini, penulis melaksankan tindakan
sesuai rencana tindakan yang telah ditetapkan dan ditentukan.
Pelaksaan dilakukan dengan memperhatikan keadaan atau
kondisi pasien dan sarana yang tersedia diruangan. Pelaksaanan
keperawatan dilakukan oleh penulis selama 3 hari dimulai hari
tanggal 23 april – 26 april 2018. Semua alat yang mendukung
pelaksaan tindakan keperawatan disediakan oleh penulis untuk
memberikan asuhan keperawatan. Untuk pelaksaan tindakan
keperawatan melakukan perawatan luka skabies dilakukan oleh
penulis sebagai mahasiswa perawat, alat-alat untuk perawatan
luka di sediakan oleh panti, tetapi alat yang di gunakan untuk
perawatan luka kurang lengkap seperti tidak ada pinset, kom
dan kassa steril. Pelaksanaan keperawatan pada Ny. J dilakukan
sesuai dengan rencana tindakan keperawatan yang telah dibuat.

Dalam pelaksanan kegiatan ada faktor yang mendukung dan


menghambat. Faktor yang mendukung antara lain klien dapat
kooperatif dilakukan tindakan keperawatan oleh perawat dalam
mengatasi masalah sesuai diagnosa yang ada. Sedangkan faktor
yang menghambat diantaranya kurang tersedia alat dalam
melakukan intervensi perawatan seperti alat perawatan luka
untuk mengatasi diagnosa resiko infeksi
72

E. Evaluasi Keperawatan
Tahap Evaluasi adalah tahap kelima dimana dilakukan
pengukuran keberhasilan dari suatu tindakan asuhan
keperawatan yang telah dilakukan oleh penulis dari tanggal 23
– 26 april 2018. Adapun dalam evaluasi penulis menggunakan
SOAP (Subjektif, Objektif, Analisa untuk dapat mengetahui
apakah masalah teratasi, teratasi sebagian, belum teratasi, atau
timbul masalah baru dan Planning tindak lanjut yang akan
dilakukan). Evaluasi yang penulis lakukan selama tiga hari
berturut – turut. Adapun hasil dari evaluasi tersebut adalah dua
diagnosa teratasi dan satu belum teratasi.
Masalah yang teratasi adalah :
1. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan
kerusakan kulit. Diagnosa ini dapat teratasi selama 3 hari
yaitu tanggal 26 april 2018. Karena klien mengatakan
“nyeri berkurang, skala nyeri 2”.
2. Gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal.
Diagnosa ini dapat taratasi selama 3 hari yaitu pada tanggal
26 april 2018. Karena klien mengatakan “pasien
mengatakan tidur lebih nyaman, tidur 6 jam, masih gatal-
gatal dimalam hari berkurang”.

Sedangkan masalah yang belum teratasi adalah :

1. Resiko Penyebaran Infeksi berhubungan dengan jaringan


kulit rusak. Diagnosa ini belum teratasi selama 3 hari yaitu
tanggal 26 april 2018. Karena klien mengatakan “gatal
berkurang” dan luka klien sudah mulai mengering,
kemerahan berkurang tetapi masih terdapat edema pada
bagian kaki.
73

BAB V

PENUTUP

Pada bab ini, setelah penulis melakukan asuhan keperawatan lansia pada
Ny. J dengan gangguan sistem integumen: scabies selama 3 hari dari
tanggal 23-26 april 2018 di Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulya 2
Cengkareng, penulis mengambil kesimpulan, yaitu :

A. Kesimpulan

Pada pengkajian didapatkan kesenjangan pada pemeriksaan diagnostik


atau data penunjang yang dilakukan pada klien Ny. J yaitu tidak di
lakukan kerokan kulit, kuretasi terowongan, swab kulit, burrow ink test
dan histopatologik. Hanya dilakukan pemeriksanaan mengambil tungau
dengan jarum untuk data penunjang. Kesenjangan juga terdapat pada
penatalaksaan terapi farmakologi, yaitu klien tidak mendapatkan obat-
obatan secara lengkap, hanya satu obat saja.

Pada manifestasi klinik terdapat kesenjangan yaitu pada tinjauan teoritis


terdapat manifestasi klinik pruritus (gatal pada malam hari), penyakit ini
menyerang manusia secara berkelompok, kunikulus (adanya terowongan).
Sedangkan pada tinjauan kasus manifestasi yang terdapat pada Ny. J
hanya priuritus dan kunikulus.

Pada aspek sosial secara teori lansia akan mengalami gangguan dalam
bersosialisasi, karena lansia cenderung memusatkan diri pada persoalan
pribadi dan mempersiapkan diri menghadapi kemaketian. Sedangkan pada
kasus Ny. J tidak ditemukan, karena Ny. J masih bisa bersosialisasi dengan
baik dan berinteraksi dengan lansia lainnya, serta masih aktif dalam
kegiatan-kegiatan yang diadakan di PSTW Budi Mulya 2 Cengkareng.

Pada aspek Psikologis secara teoritis lansia akan mengalami gejala


psikologis berupa rasa takut, tegang, depresi, mudah sedih, mudah
tersinggung, dan curiga karena seorang lansia tidak dibutuhkan lagi,
74

sedangkan pada kasus Ny. J tidak ditemukan gangguan psikologis, Ny.J


saat di wawancara menunjukan ekspresi wajah senang, klien juga terbuka
dengan masalah-masalah yang di hadapi. Dalam teori pada lansia masa
janda dapat memperberat depresi bagi wanita lanjut usia, sedangkan pada
Ny. J klien menerima status jandanya dalam arti koping klien terhadap
masalah yang di hadapi baik dalam fase menerima.

Pada aspek spiritual secara teoritis bahwa lansia akan matur dalam
kehidupan keagamannya, sementara pada kasus, Ny. J cukup baik dalam
melakukan ibadah klien melakukan ibadah sholat 5 waktu, hal ini sesuai
dengan tinjauan teoritis bahwa lansia akan matur dalam kehidupan
keagamaannya.

Diagnosa yang muncul pada kasus klien Ny. J semua sesuai dengan
tinjauan teoritis yang ada yaitu gangguan rasa aman nyaman : nyeri
berhubungan dengan kerusakan kulit, resiko infeksi berhubungan dengan
jaringan kulit rusak dan gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa
gatal.

Rencana keperawatan yang diterapkan untuk Ny. J dibuat berdasarkan


tinjauan teoritis. Yang menjadi prioritas dalam tinjauan teoritis adalah
gangguan rasa nyaman : nyeri dan dari data yang didapatkan diagnosa
klien yang menjadi prioritas adalah gangguan rasa aman nyaman : nyeri
berhubungan dengan kerusakan kulit.

Pada pelaksanaan pemberian obat analgetik untuk diagnose gangguan rasa


nyaman : nyeri obat yang di berikan tidak sesuai dengan yang ada di
rencana tindakan.

Pada tahap evaluasi penulis mengacu pada tinjauan teoritis sehingga


evaluasi yang digunakan berdasarkan SOAP. Masalah yang dapat teratasi
yaitu gangguan rasa aman nyaman: nyeri berhubungan dengan kerusakan
kulit dan gangguan pola tidur berhubungan dengan rasa gatal. Sedangkan
masalah yang belum teratasi yaitu resiko infeksi berhubungan dengan
jaringan kulit rusak.
75

B. Saran

Berdasarakan kesimpulan dari seluruh proses asuhan keperawatan seperti


yang tertera diatas, maka penulis ingin menyampaikan saran-saran untuk
memperbaiki serta meningkatkan mutu pelayanan asuhan keperawatan
lansia pada klien dengan gangguan sistem integumen ; skabies, yaitu :

1. Untuk tim kesehatan yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Budi
Mulia 2 Cengkareng diharapkan mampu memberikan asuhan keperawatan
pada lansia dengan lebih optimal, lebih berperan dalam melayani asuhan
keperawatan lansia dengan scabies lebih memperhatian lansia-lansia
dengan skabies yang memiliki gangguan kebutuhan, memonitor setiap
lansia yang menderita penyakit.

2. Untuk Panti Sosial Tresna Werdha Budi Mulia 2 Cengkareng,


menyediakan alat-alat kesehatan yang lengkap seperti alat perawatan luka
yaitu pinset, kom dan kassa steril dan obat-obatan yang lengkap,
menambah tim kesehatan di setiap wisma.
DAFTAR PUSTAKA

Arief, M. Suproharta, Wahyu J.K. Wlewik 2009. Kapita Selekta


Kedokteran, ED : 3 jilid : 1. Jakarta : Media Aesculapius FK UI.

Brunner & Suddarth. 2013. Keperawatan Medikal Bedah edisi 12. Jakarta
: EGC

Closkey, Mc, et all. 2009. Diagnosa Keperawata NIC-NOC. St-Louis

Djuanda, A., Hamzah, M., Aisah, S. 2010. Ilmu Penyakit Kulit dan
Kelamin. Edisi keenam. Jakarta. Balai Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia.

Handoko R. 2008. Skabies. Dalam : Adhi D, Mochtar M, Siti A, editor.


Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi 5. Cetakan ke 3. Jakarta.
Balai Penerbit FK UI.

Harahap M. 2009. Ilmu Penyakit Kulit. Edisi 1. Jakarta : Hipokrates.

Loetifa Dwi Rahariyani. 2008. Buku ajar asuhan keperawatan dengan


sistem integumen. Jakarta : EGC.

Maryam, Siti, dkk. 2008. Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya.


Jakarta : Salemba Medika.

Nugroho, Wahyudi. 2008. Keperawatan Gerontik & Geriatrik. Jakarta :


EGC.

Santosa, Budi. 2008-2009. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta :


Prima Medikal.

Stanley, Mickey. Biare, Patricia Gauntlett. 2007. Buku ajar Keperawatan


Gerontik Edisi 2. Jakarta : EGC.

Stocklager, Jaime L. Schaeffer, Liz 2008. Asuhan Keperawatan Geriatrik


Edisi 2. Jakarta : EGC.
SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
SKABIES

I. IDENTIFIKASI MASALAH

Skabies adalah penyakit kulit yang disebabkan oleh infestisasi dan


sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis dan produknya.
Sinonim dari penyakit ini adalah kudis, the itch, gudig, budukan, dan gatal
agogo. Penyakit scabies ini merupakan penyakit menular oleh kutu tuma
gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu tersebut memasuki kulit stratum
korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan lurus atau berkelok
sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter.

Akibatnya, penyakit ini menimbulkan rasa gatal yang panas dan edema
yang disebabkan oleh garukan. Kutu betina dan jantan berbeda. Kutu betina
panjangnya 0,3 sampai 0,4 milimeter dengan empat pasang kaki, dua
pasang di depan dengan ujung alat penghisap dan sisanya di belakang
berupa alat tajam. Sedangkan, untuk kutu jantan, memiliki ukuran setengah
dari betinanya. Dia akan mati setelah kawin. Bila kutu itu membuat
terowongan dalam kulit, tak pernah membuat jalur yang bercabang.

Penanganan skabies yang terutama adalah menjaga kebersihan untuk


membasmi skabies seperti mandi dengan sabun, sering ganti pakaian, cuci
pakaian secara terpisah, menjemur alat-alat tidur, handuk tidak boleh
dipakai bersama. Syarat obat yang ideal adalah efektif terhadap semua
stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi dan toksik, tidak berbau atau
kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah diperoleh dan
harganya murah.

II. PENGANTAR
Bidang studi : Penyakit kulit
Topik : Penyakit kulit oleh parasit hewani
Sub topik : Skabies
Sasaran : Ny. J
Hari / tanggal : 26 April 2018
Jam : 13.00 WIB
Waktu : 20 Menit
Tempat : Wisma pisang PSTW Budi Mulya 2 Cengkareng

III. TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ny. J
dapat mengerti tentang penyakit skabies.

IV. TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah mengikuti kegiatan penyuluhan selama 20 menit, diharapkan Ny. J
dapat mengerti dan memahami tentang:
1. Pengertian skabies.
2. Etiologi atau penyebab skabies.
3. Patofisiologi skabies.
4. Gejala klinis skabies.
5. Epidemiologi skabies.
6. Cara penularan skabies.
7. Klasifikasi skabies.
8. Komplikasi skabies.
9. Penanganan atau Pengobatan skabies.

V. MATERI
Terlampir

VI. METODE
1. Ceramah
2. Tanya Jawab
VII. MEDIA
1. Materi SAP
2. Leaflet

VIII. KEGIATAN PEMBELAJARAN


No Waktu Kegiatan Penyuluhan Kegiatan Peserta
1 3 menit Pembukaan:
 Memberi salam  Menjawab salam
 Perkenalan  Mendengarkan dan
 Menjelaskan tujuan memperhatiakan
penyuluhan materi yang
 Menyebutkan materi / pokok disampaikan
bahasan yang akan
disampaikan
2 10 Pelaksanaan / penyampaian
menit materi:  Menyimak dan
 Pengertian skabies memperhatikan
 Etiologi atau penyebab
skabies
 Patofisiologi skabies
 Gejala klinis skabies
 Epidemiologi skabies
 Cara penularan skabies
 Klasifikasi skabies
 Komplikasi skabies
 Penanganan atau Pengobatan
skabies
3 5 menit Evaluasi:  Peserta bertanya
 Memberi kesempatan kepada mengenai masalah
peserta untuk bertanya yang belum
 Memberi pertanyaan kepada dipahami
peserta:  Peserta menjawab
Pengertian skabies, cara pertanyaan
penularan skabies, dan
penanganan skabies yang
utama.
4 2 menit Penutup:  Peserta menjawab
 Menyimpulkan materi yang salam
telah disampaikan
 Mengakhiri pertemuan dengan
mengucapkan terimakasih dan
salam

SKABIES
1. DEFINISI :
Penyakit menular yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei var
homini, yang penularannya terjadi secara kontak langsung (Ilmu
Penyakit Kulit)
Penyakissst kulit yang disebabkan oleh sarcoptes scabiei yang
menyebabkan iritasi kulit. Parasit ini menggali parit-parit di dalam
epidermis, sehingga menimbulkan gatal-gatal dan merusak kulit
penderita (Soedarto, 2009)
Mudah menular dan dapat ditimbulkan oleh investasi kutu
sarcoptes scabiei var homini yang membuat terowongan pada stratum
korneum kulit, terutama pada predileksi (Wahidayat, 2011)
Penyakit kulit yang disebabkan oleh investasi dan sensitisasi
terhadap sarcoptes scabiei var homini dan produknya (Derber, 2012)
Skabies (gudik) adalah penyakit kulit menular yang disebabkan
oleh Sarcoptes scabiei varian hominis (sejenis kutu, tungau), ditandai
dengan keluhan gatal, terutama pada malam hari dan ditularkan
melalui kontak langsung atau tidak langsung melalui alas tempat tidur
dan pakaian.
1. PERJALANAN PENYAKIT
Sekilas kutu Sarcoptes scabies
Sarcoptes scabies adalah kutu (tungau) mungil berwarna putih
transparan berbentuk bulat lonjong. Ukuran kutu (tungau) betina 0,3-
0,4mm, sedangkan yang jantan setengah dari ukuran betina. Diluar
kulit, kutu ini hanya dapat bertahan hidup 2-3 hari pada suhu kamar
dan kelembaban 40-80%.
2. Cara berkembang biak dan penularan
Setelah membuahi kutu betina maka si jantan akan mati. Kutu betina
yang sudah dibuahi akan membuat liang terowongan di kulit,
kemudian bertelur sekitar 40-50 butir dan akan menetas setelah
sekitar 3-5 hari. Hasil penetasan (larva) kutu tersebut keluar ke
permukaan kulit dan tumbuh menjadi kutu dewasa dalam waktu
sekitar 16-17 hari, (referensi lain menyebutkan 10-14 hari).
Penularan terjadi melalui :
 Kontak langsung, kontak seksual
 Secara tidak langsung melalui bekas duduk, sprei (alas)
tempat tidur serta pakaian.

1. TANDA-TANDA
Keluhan utama pada penderita skabies (gudik) adalah:
 Rasa gatal terutama waktu malam hari.
 Tonjolan kulit (lesi) berwarna putih keabu-abuan
sepanjang sekitar 1 cm.
 Kadang disertai nanah karena infeksi kuman akibat
garukan.
Lokasi paling sering di sela-sela jari tangan, telapak tangan,
pergelangan tangan, siku, ketiak, daerah payudara, sekitar pusar
dan perut bagian bawah, sekitar kelamin dan pantat. Sedangkan
pada bayi dan anak-anak dapat mengenai wajah, sela-sela jari kaki
dan telapak kaki.
Pada pria bisa mengenai ujung kemaluan bahkan sekujur
kemaluan. Duhhh gatalnya alang kepalang. ( gimana nggaruknya
ya … )

2. PENGOBATAN
Pengobatan ditujukan pada pemberantasan kutu Sarcoptes scabiei
dan mengurangi keluhan gatal serta penyulit yang timbul karena
garukan.
Antibiotika dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya
bernanah di area yang terkena (sela-sela jari, kelamin, dll) akibat
garukan.
3. TIPS dan ANJURAN
 Periksakan ke Puskesmas, dokter, dokter spesialis kulit
atau Rumah sakit setempat bila menjumpai penyakit ini
untuk mendapatkan pengobatan.
 Cuci semua baju dan alas tidur (sprei atau sejenisnya)
dengan air panas.
 Mandi teratur dengan sabun.
 Apabila ada yang sakit Skabies (gudik), periksakan semua
anggota keluarga yang kontak dengan penderita. Jika
ternyata menderita skabies, obati semuanya secara
serempak agar tidak terjadi penularan ulang.
 Bagi para guru atau Ustadz yang mendapati murid atau
santrinya sakit Skabies (gudik) hendaknya menganjurkan
kepada murid atau santrinya untuk berobat secara
serempak di Puskesmas terdekat atau poliklinik Kulit
Rumah Sakit setempat.
SATUAN ACARA PENYULUHAN
A. BAHASAN
1. Topik : Penyakit Kulit
2. Sub topik : Penanggulangan penyakit Skabies
3. Sasaran : Masyarakat
4. Waktu : 20 Menit
5. Hari /Tanggal : Kamis, 26 April 2018
6. Tempat : Wisma pisang PSTW budi mulya 2 cengkareng
7. Penyuluh : Della Vira Afriana

B. TUJUAN
Tujuan instruksional umum :
1. Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit diharapkan
mahasiswa mampu memahami serta menjelaskan kembali penyakit
skabies.
2. Tujuan instruksional khusus :
Setelah dilakukan penyuluhan selama 20 menit, mahasiswa
mampu
a. Mendefinisikan pengertian penyakit skabies
b. Mengatasi penyebaran serta penularan penyakit skabies
c. Menyebutkan ciri-ciri penyakit skabies
d. Menjelaskan tentang cara penanggulangan penyakit skabies
tanpa membuka catatan
e. Menjelaskan tentang cara pencegahan penyakit skabies

C. MATERI :
a. Pengertian penyakit skabies
b. Penyebab dan ciri-ciri penyakit skabies
c. Penanggulangan dan pengobatan
d. Pencegahan
D. METODE
Ceramah
E. MEDIA
Leaflet
F. RENCANA EVALUASI
Alat Jenis
Indikator Sasaran Soal
Evaluasi Evaluasi
 Pengertian penyakit skabies Ny. J Post Test Formatif 1
 Penyebab dan ciri-ciri penyakit tertulis tertulis
skabies 3
 Penanggulangan penyakit
skabies 2
 Pencegahan penyakit skabies
1

Jumlah 7 Soal

Lembar Pertanyaan
1. Sebutkan Pengertian skabies ?
2. Penyakit skabies disebabkan oleh apa ?
3. Penyakit skabies dapat ditularkan oleh hewan jenis apa dan bagaimana
cara penularannya ?
4. Sebutkan ciri-ciri dari penyakit skabies ?
5. Faktor-faktor apa saja yang dapat membantu penyebaran penyakit skabies?
6. Bagaimana cara penanganan penyakit skabies ?
7. Coba anda jelaskan bagaimana cara terbaik untuk mencegah penyakit
skabies ?
G. TABEL KEGIATAN :

Tahap Kegiatan
Waktu
Kegiatan Penyuluh Sasaran
3 Pembukaan  Membuka acara  Menjawab salam
Menit dengan  Mendengarkan penyuluh
mengucapkan menyampaikan topik dan
salam kepada tujuan
sasaran  Menyetujui kesepakatan
 Menyampaikan waktu pelaksanaan
topik dan tujuan Penkes
Penkes kepada
sasaran

 Kontrak waktu
untuk kesepakatan
pelaksanaan
Penkes dengan
sasaran

 Mengkaji ulang  Menyampaikan


pengetahuan sasaran pengetahuannya tentang
tentang materi materi penyuluhan
penyuluhan  Mendengarkan penyuluh
 Menjelaskan materi menyampaikan materi
penyuluhan kepada  Memperhatikan
sasaran dengan penyuluh selama
menggunakan leaflet demonstrasi
15 Kegiatan  Mendemonstrasikan  Menanyakan hal – hal
Menit Inti penyakit rabies yang tidak dimengerti
 Memberikan dari materi penyuluhan
kesempatan kepada
sasaran untuk
menanyakan hal – hal
yang belum
dimengerti dari materi
yang dijelaskan
penyuluh
 Memberikan  Menjawab pertanyaan
pertanyaan kepada yang diajukan
sasaran tentang penyuluh
materi yang sudah  Mendengarkan
2 Evaluasi /
disampaikan penyampaian
Menit Penutup
penyuluh kesimpulan
 Menyimpulkan  Mendengarkan
materi penyuluhan penyuluh menutup
yang telah acara dan menjawab
disampaikan kepada salam
sasaran
 Menutup acara
dengan
mengucapkan salam
serta terimakasih
kepada sasaran
Materi penyuluhan
PENYAKIT GUDIK ( SKABIES )
1. Pengertian penyakit Skabies
Skabies adalah penyakit menular yang disebabkan oleh Sarcopies
Scabiei Varian Homosis, yang penularannya terjadi secara kontak
langsung.
2. Penyebab dan ciri-ciri skabies
Skabies ditularkan oleh kutu betina, melalui kontak fisik yang erat.
Penularan melalui pakaian dalam, handuk, seprei, tempat tidur dan
perabot rumah. Jarang terjadi kutu dapat hidup di luar kulit hanya 2-3
hari. Kutu ini dapat membuat lubang-lubang dibawah permukaan kulit,
biasanya disela-sela antara jari dan pergelangan tangan atau dibagian
depan siku dan sekitar alat-alat kelamin dan sangat gatal. Penderita
maunya menggaruk-garuk terus bintil-bintil itu setiap waktu, dan bila
kuku jari cukup panjang maka kuku itu dapat menyebabkan luka.
Maka garukan dari kuku kotor tersebut akan menyebabkan infeksi
kulit, selanjutnya akan timbul gelembung-gelembung kecil seperti
gudik atau bisul.
Penyakit ini banyak dijumpai pada anak dan orang dewasa muda.
Tetapi dapat mengenai semua umur. Beberapa faktor yang dapat
membantu penyebarannya adalah kemiskinan, hygiene (kebersihan
diri) yang jelek, demografi dan derajat sensitasi individual.
3. Penanganan dan Pengobatan
a. Penanggulangannya :
Setiap orang di dalam keluarga harus diobati pada waktu yang
sama, tiap-tiap orang harus :
1. Membersihkan semua bagian tubuhnya dengan
memakai sabun dan air hangat.
2. Mengolesi seluruh tubuh dengan Benzyl Benzoat
3. Pakailah baju bersih dan cucilah semua pakaian dengan
bersih
4. Setelah satu minggu, ulangi pengobatan sekali lagi.
b. Pengobatannya :
Semua keluarga yang berkontak dengan penderita harus diobati
termasuk pasangan seksnya. Ada bermacam-macam
pengobatan antiskabies :
1) Benzona Heksaklorida (lindane)
Tersedia dalam bentuk cairan atau lotion, tidak berbau dan
tidak berwarna. Obat ini membunuh kutu dan nimfa, Obat
ini digunakan dengan cara menyapukan keseluruh tubuh
dari leher ke bawah dan setelah 12 jam s/d 24 jam dicuci
bersih-bersih. Pengobatan ini diulang selama 3 hari.
Pengobatan diulang maksimum 2 kali dengan interval 1
minggu.
2) Sulfar
Dalam bentuk paradiulunale, sulfur 10% secara aman dan
efektof digunakan dalam konsentrasi 2,5% dapat digunakan
pada bayi. Obat ini digunakan pada malam hari selama 3
malam.
3) Benzil Benzoat (Crotaminton)
Tersedia dalam bentuk krim atau lotion sebaiknya obat ini
digunakan selama 24 jam, kemudian digunakan lagi 1
minggu kemudian. Obat ini disapukan ke badan dari leher
ke bawah. Penggunaan berlebihan dapat menyebabkan
iritasi. Bila digunakan untuk bayi dan anak-anak harus
ditambahkan air 2 s/d 3 bagian.
4) Monosulfiran
Tersedia dalam bentuk lotion, harus ditambah 2-3 bagian
air dan digunakan setiap hari selama 2-3 hari. Selama dan
segera setelah pengobatan penderita tidak boleh minum
alkohol karna dapat menyebabkan keringat berlebihan dan
takikardia.
5) Malation
Malathiom 0,5% dengan dasar air digunakan selama 24 jam
pemberian berikutnya diberikan beberapa hari kemudian.
6) Permerhrin
Dalam bentuk cream 5% sebagai dosis tunggal,
penggunaannya selama 8-12 jam dan kemudian dicuci
bersih-bersih. Obat ini dilaporkan efektif untuk skabies.

4. Pencegahan
Jagalah badan tetap bersih dengan mandi setiap hari, selalu
bergantilah dengan pakaian bersih bila yang telah dipakai kotor.
Gantilah pakaian tidur sesering mungkin. Jagalah kuku tetap
pendek dan bersih. Cara-cara pencegahan ini cukup sederhana dan
tidak sulit untuk melakukannya.

Sumber :
Dr. Adi Heru S. MSC. 2010 Kader Kesehatan Masyarakat. Jakarta
: EGC.

Anda mungkin juga menyukai