Anda di halaman 1dari 61

LAPORAN RESUME HIPERTENSI RUANGAN KEMUNING 2

DI PANTI WERDHA BUDI MULIA 04 CIRACAS JAKARTA TIMUR

Oleh:
MEGA HANDAYANI

NPM 221540020

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS RESPATI INDONESIA
JAKARTA 2023
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat dan hidayah-Nya
yangsenantiasa dilimpahkan kepada kita semua. Shalawat dan salam selalu kita hanturkan
kepadabaginda besar Nabi Muhammad SAW, beserta keluarga dan sahabatnya serta kita
selaku umatnya, atas kehendak-Nya peneliti dapat menyelesaikan Laporan Resume
hipertensi Ruangan kemuning 2 Di Panti Werdha Budi Mulya 04 Ciracas Jakarta Timur

Laporan ini diajukan untuk memenuhi syarat dalam menyelesaikan Pendidikan Sarjana
Profesi Ners Universitas Respati Indonesia Jakarta. Peneliti menyadari bahwa penyusunan
laporan resume ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, akan tetapi
berkat bimbingan dan pengarahan serta bantuan dari berbagai pihak secara moral maupun
spiritual. Sehingga dapat diselesaikan tepat waktu. Maka dengan segala kerendahan hati,
penulis menyampaikan penghargaan dan terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Tri Budi Wahyuni Rahardjo, drg., MS selaku Rektor Universitas Respati
Indonesia.
2. Zainal Abidin, M.Sc selaku Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Respati
Indonesia
3. Ns. Jamiatun, M.Kep., Sp.Kep.MB, Selaku Ketua Program Studi Ners Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Respati Indonesia.
4. Ns. Fajar Susanti, M.Kep., Sp.Kep.Kom sebagai pembimbing stase gerontik yang
telahbanyak memberikan saran dan masukan-masukan.
5. Ns. Samsuni, M.Kep., Sp.Kep.Kom sebagai pembimbing stase gerontik yang telah
banyak memberikan saran dan masukan-masukan.
6. Seluruh Staf dosen, Staf Tata Usaha, Staf Pengelola Perpustakaan dan Karyawan
Universitas Respati Indonesia.
7. Penghuni di Wisma Kemuning 2 Panti Sasana Tresna Werdha Budhi Mulia 04
Ciracas Jakarta Timur yang telah memberikan kesempatan untuk melakukan
pengambilan kasus.
8. Orang tua penulis yang tanpa henti-hentinya terus mendukung dan selalu mendoakan
dalam segala situasi dan kondisi yang peneliti hadapi.
9. Kakakku yang selalu meluangkan waktu untuk mendengarkan cerita, keluh kesah
telahmemberikan doa dan segala dukungan.
10. Semua pihak yang tidak bisa saya sebutkan satu-persatu yang telah membantu
pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini baik dalam bentuk doa maupun dukungan.
11. Seluruh Teman-teman kelas PED 16 yang telah banyak mengisi waktu bersama,
memberikan pengalaman baru serta semangat selama masa praktek perkuliahan setiap
stase.

Universitas Respati Indonesia


iii

Peneliti mengharapkan saran serta masukan bahkan kritik yang bersifat


membangun untuk perbaikan pada laporan selanjutnya, besar harapan agar
laporan ini dapat bermanfaat bagi berbagai pihak, dan terus dikembangkan
baik oleh penulis sendiri ataupun penulis yang lain. Semoga Allah SWT
membalas kebaikan kepada semua pihak yang telah membantu., amin.

Jakarta, 27 Maret 2023

Mega Handayani

Universitas Respati Indonesia


iv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL .................................................................................... i


KATA PENGANTAR................................................................................. ii
DAFTAR ISI .............................................................................................. iv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang ............................................................................. 1
1.2 Tujuan ........................................................................................... 3
1.2.1 Tujuan Umum ....................................................................... 3
1.2.2 Tujuan Khusus ...................................................................... 3
BAB II TINJAUAN TEORI
2.1 Hipertensi ......................................................................................... 4
2.1.1 Pengertian Hipertensi ................................................................... 4
2.1.2 Etiologi .......................................................................................... 4
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi ................................................................... 6
2.1.4 Pemicu Penyakit Hipertensi ......................................................... 7
2.1.5 Tanda dan Gejala ......................................................................... 7
2.1.6 Patofisiologi ................................................................................... 9
Pathway........................................................................................ 10
2.1.7 Pemeriksaan Penunjang .............................................................. 11
2.1.8 Komplikasi Hipertensi ................................................................. 12
2.1.9 Penatalaksanaan .......................................................................... 13
2.1.10 Pencegahan .................................................................................. 14
2.1.11 Penelitian Terkait ........................................................................ 15
2.2 Terapi Komplementer ................................................................. 15
2.2.1 Definisi Terapi Komplementer ........................................... 15
2.2.2 Klasifikasi Terapi Komplementer ...................................... 16
2.2.3 Terapi Komplementer berdasarkan Teknik ...................... 16
2.2.4 Prinsip Dasar Terapi Komplementer ................................. 17
2.2.5 Dasar Hukum Jenis Terapi Komplementer ....................... 17
2.2.6 Jenis dan Kategori Terapi Komplementer ......................... 18
2.2.7 Penelitian Terkait ................................................................ 19
2.3 Swedish Message .......................................................................... 20
2.3.1 Definisi Swedish Message ..................................................... 20
2.3.2 Tujuan Swedish Message ..................................................... 20
2.3.3 Manfaat Swedish Message ................................................... 21
2.3.4 Macam-macam Gerakan Swedish Message ........................ 21
Universitas Respati Indonesia
v

2.3.5 Indikasi Swedish Message .................................................... 25


BAB III TINJAUAN KASUS
3.3 Analisis Data ................................................................................ 26
3.4 Diagnosa Keperawatan................................................................ 29
3.5 Intervensi Keperawatan .............................................................. 29
3.6 Implementasi dan Evaluasi ......................................................... 37
3.7 Standar Prosedur Operasional.................................................... 46
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian ................................................................................... 48
4.2 Diagnosa Keperawatan................................................................ 49
4.3 Rencana Keperawatan ................................................................ 49
4.4 Implementasi Keperawatan ........................................................ 49
4.5 Evaluasi Keperawatan ................................................................. 50
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan .................................................................................. 52
5.2 Saran ............................................................................................ 52
DAFTAR ISI
LAMPIRAN

Universitas Respati Indonesia


1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas. Menua bukanlah suatu
penyakit, tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan
kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan
dari dalam dan luar tubuh, seperti didalam Undang-Undang No 13 tahun 1998 yang isinya
menyatakan bahwa pelaksanaan pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan
masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945, telah
menghasilkan kondisi sosial masyarakat yang makin membaik dan usia harapan hidup makin
meningkat, sehingga jumlah lanjut usia makin bertambah. Banyak diantara lanjut usia yang
masih produktif dan mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Upaya peningkatan kesejahteraan sosial lanjut usia pada hakikatnya merupakan
pelestarian nilai-nilai keagamaan dan budaya bangsa. Penuaan penduduk atau ageing
population merupakan fenomena demografi yang tidak dapat diabaikan. Hampir setiap negara
di dunia saat ini memasuki masa penuaan penduduk yang sangat drastis baik secara jumlah
maupun proporsinya. Ageing population merupakan dampak dari keberhasilan pembangunan
utamanya ketika pembangunan kesehatan mampu meningkatkan harapan hidup serta
menurunkan angka fertilitas.Tahun 2030, diperkirakan setidaknya 1 dari 6 orang di dunia akan
berusia 60 tahun atau lebih (WHO, 2022). Proporsi penduduk berusia 60 tahun ke atas saat ini
akan meningkat dari 1 miliar pada tahun 2020 menjadi 1,4 miliar. Populasi penduduk berusia
60 tahun ke atas di dunia akan berlipat ganda (2,1 miliar) pada tahun 2050. Tidak hanya
jumlah dan proporsi lansia saja yang meningkat, bahkan seiring dengan meningkatnya umur
harapan hidup, proporsi lansia tua (80 tahun ke atas) juga mengalami peningkatan, bahkan
pada tahun 2020 sampai 2050 diperkirakan meningkat tiga kali lipat hingga mencapai 426 juta
(BPS, 2022).

Prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Prevalensi kejadian
hipertensi tertinggi berada di benua Afrika 27% dan terendah di benua Amerika 18%,
sedangkan di Asia tenggara berada diposisi ke-3 tertinggi dengan prevalensi kejadian
hipertensi sebesar 25% (Cheng et al., 2020). Data (WHO) periode (2015-2020) menunjukkan
sekitar 1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap tahunnya,
diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena hipertensi, dan
Universitas Respati Indonesia
2
diperkirakan setiap tahunnya 9,4 juta orang meninggal akibat hipertensi dan komplikasinya
(Biswas et al., 2016; Siagian & Tukatman, 2021). Prevalensi kejadian hipertensi sebagian
besar berada pada negara-negara dengan penghasilan rendah dan menengah

Indonesia sudah memasuki struktur penduduk tua (ageing population) sejak tahun 2021, di
mana persentase penduduk lanjut usia sudah mencapai lebih dari 10 persen. Persentase lansia
meningkat setidaknya 3 persen selama lebih dari satu dekade (2010- 2021) sehingga menjadi
10,82 persen. Umur harapan hidup juga meningkat dari 69,81 tahun pada 2010 menjadi 71,57
tahun di tahun 2021. Angka ini menggambarkan setidaknya setiap penduduk yang lahir di
tahun 2021 berharap akan dapat hidup hingga berusia 71 – 72 tahun (BPS, 2022).

Di Indonesia, prevalensi hipertensi terus meningkat, hal ini disebabkan karena meningkatnya
Usia Harapan Hidup (UHH) baik secara global maupun nasional. Hal ini dapat dilihat dari
bertambahnya jumlah penduduk usia lanjut di Indonesia. Menurut data Biro statistik presentasi
lansia di Indonesia sebesar 9,6% dari total penduduk atau sekitar

25,64 juta orang. Hasil proyeksi data tersebut mengindasikan perlunya perhatian yang khusus
terhadap lansia mengingat hipertensi sangat berbahaya bagi lansia dan termasuk
kelompok/populasi berisiko (Kementerian Kesehatan RI, 2018).

Hipertensi disebut sebagai the silent killer atau pembunuh diam-diam, dimana risiko paling
tinggi kejadian hipertensi adalah lansia. Lansia sering tidak mengetahui bahwa dirinya adalah
penderita hipertensi dan baru diketahui setelah pemeriksaan pada penyakit lain atau setelah
terjadi kerusakan pada sistem organ. Kerusakan organ adalah target akibat besarnya
peningkatan derajat tekanan darah yang tidak terkontrol dan tidak mendapatkan pengobatan
pada hipertensi derajat 1 dan hipertensi derajat 2 yang memiliki resiko tertinggi pada
komplikasi dan kecacatan permanen, sehingga perlunya untuk penderita dalam mengontrol
tekanan darahnnya (Rohkuswara & Syarif, 2017),(Alifariki, 2019).

Hipertensi pada lansia sangat terkait dengan gaya hidup dan perilaku beresiko kesehatan.
Perilaku kesehatan yang menjadi faktor risiko hipertensi pada lansia adalah kurang serat
seperti kurangnya konsumsi buah dan sayur, kurangnya aktivitas fisik, konsumsi garam
berlebih serta faktor stres. Seluruh perilaku tersebut mengalami peningkatan pada Masalah-
masalah kesehatan terbanyak yang diderita pada lansia adalah hipertensi. Hipertensi berada
diurutan pertama dengan masalah terbanyak yang dialami lansia diikuti dengan penyakit
Atritis, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke (Dosoo, D K, 2019; Tymejczyk et al.,
2019).

Secara umum faktor peningkatan tekanan darah disebabkan oleh berbagai macam masalah
yaitu masalah fisik, psikologis, sosial serta dukungan keluarga. Hipertensi juga dapat
Universitas Respati Indonesia
3
mengakibatkan munculnya masalah-masalah Kesehatan yang berdampak pada tubuh manusia,
serta pada kualitas hidupnya.

Hal utama yang dipermasalahkan pada pasien hipertensi ialah kualitas tidur, kualitas tidur
merupakan salah satu masalah internal yang paling sering terjadi dan sering dikeluhkan oleh
para lansia yang mengalami hipertensi, hal ini dapat terjadi karena terjadinya durasi tidur yang
pendek yang dapat menimbulkan kualitas tidur menjadi buruk (Ponda & Boky, 2017).
Masalah-masalah kesehatan terbanyak yang diderita pada lansia adalah hipertensi. Hipertensi
berada diurutan pertama dengan masalah terbanyak yang dialami lansia diikuti dengan
penyakit Atritis, diabetes mellitus, penyakit jantung dan stroke (Dosoo, DK, 2019; Tymejczyk
et al., 2019).

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tentang pengelolaan asuhan keperawatan pada lansia dengan hipertensi di
ruang kemuning Panti Laras Werda 04 Ciracas

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Melakukan Pengkajian pada lansia dengan hipertensi ruangan kemuning 2 di Panti
Sosial Budi Mulia 04 Ciracas.
b. Melakukan Diagnosa pada lansia dengan hipertensi ruangan kemuning 2 di Panti
Sosial Budi Mulia 04 Ciracas.
c. Melakukan Intervensi pada lansia dengan hipertensi ruangan kemuning 2 di Panti
Sosial Budi Mulia 04 Ciracas.
d. Melakukan Implementasi pada lansia dengan hipertensi ruangan kemuning 2 di
Panti Sosial Budi Mulia 04 Ciracas.
e. Melakukan Evaluasi pada lansia dengan hipertensi ruangan kemuning 2 di Panti
Sosial Budi Mulia 04 Ciracas.

Universitas Respati Indonesia


4
BAB I I
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Hipertensi

2.1.1 Pengertian Hipertensi

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah sistolik >140 mmHg dan diastolik >90
mmHg. Tekanan darah tinggi (hipertensi) merupakan kondisi medis dimana terjadi peningkatan
tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Tekanan darah yang selalu tinggi akan
menimbulkan suatu faktor risiko untuk terjadinya stroke, serangan jantung, gagal jantung,
aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis (Erna, 2016). Hipertensi
dapat di definisikan sebagai tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya di atas 140
mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan sistolik 160 mmHg dan tekanan diastolik 90 mmHg. Dengan keadaan seseorang
mengalami peningkatan tekanan darah tinggi diatas normal atau kronis (dalam waktu yang cukup
lama). Merupakan suatu kelainan yang sulit diketahui oleh tubuh kita sendiri. Dengan cara yang
paling akurat untuk mengetahui hipertensi adalah dengan mengukur tekanan darah secara teratur
(Gunawan, 2015). Pada umumnya risiko tekanan darah tinggi lebih tinggi pada laki-laki daripada
wanita, namun memasuki usia >45 tahun wanita mempunyai risiko lebih tinggi dikarenakan
wanita mulai memasuki usia menopouse. Hal ini disebabkan terjadi penurunan produksi estrogen
yang akan berdampak pada kardiovaskuler dimana terjadi penurunan elastisitas pembuluh darah.
Dengan bertambahnya umur, maka tekanan darah juga akan meningkat, dinding arteri akan
mengalami penebalan oleh karena adanya penumpukan zat kolagen pada lapisan otot, sehingga
pembuluh darah akan berangsur-angsur menyempit dan menjadi kaku. Peningkatan umur akan
menyebabkan beberapa perubahan fisiologis, pada usia lanjut terjadi peningkatan resistensi
perifer dan aktivitas simpatik (Janu Purwono, 2020).

2.1.2 Etiologi

Etiologi Hipertensi Berdasarkan penyebab hipertensi pada usia lanjut dibagi menjadi dua
golongan:

a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) :

Hipertensi primer adalah hipertensi esensial atau hiperetnsi yang 90% tidak diketahui
penyebabnya. Beberapa faktor yang diduga berkaitan dengan berkembangnya hipertensi esensial
diantaranya, (Yulianto, 2016) :

1. Genetika Individu dengan keluarga hipertensi memiliki potensi lebih tinggi mendapatkan

Universitas Respati Indonesia


5
penyakit hipertensi.

2. Jenis Kelamin Dan Usia Lelaki berusia 35-50 tahun dan wanita yang telah menopause berisiko
tinggi mengalami penyakit hipertensi.

3. Diit Konsumsi Tinggi Garam Atau Kandungan Lemak Konsumsi garam yang tinggi atau
konsumsi makanan dengan kandungan lemak yang tinggi secara langsung berkaitan

dengan berkembangnya penyakit hipertensi.

4. Berat Badan Obesitas Berat badan yang 25% melebihi berat badan ideal sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi.

5. Gaya Hidup Merokok Dan Konsumsi Alcohol Merokok dan konsumsi alkohol sering dikaitkan
dengan berkembangnya hipertensi karena reaksi bahan atau zat yang terkandung dalam
keduanya.

b. Hipertensi Sekunder Hipertensi sekunder adalah jenis hipertensi yang diketahui penyebabnya.
Menurut (RaNy. Lwati, 2017), Hipertensi sekunder disebabkan oleh beberapa penyakit, yaitu :

1) Coarctationaorta, yaitu penyempitan aorta congenital yang mungkin terjadi beberapa tingkat
pada aorta toraksi atau aorta abdominal. Penyembitan pada aorta tersebut dapat menghambat
aliran darah sehingga terjadi peningkatan tekanan darah diatas area kontriksi.

2) Penyakit parenkim dan vaskular ginjal. Penyakit ini merupakan penyakit utama penyebab
hipertensi sekunder. Hipertensi renovaskuler berhubungan dengan penyempitan

3) satu atau lebih arteri besar, yang secara langsung membawa darah ke ginjal. Sekitar 90% lesi
arteri renal pada pasien dengan hipertensi disebabkan oleh aterosklerosis atau fibrous dyplasia
(pertumbuhan abnormal jaringan fibrous). Penyakit parenkim ginjal terkait dengan infeksi,
inflamasi, serta perubahan struktur serta fungsi ginjal.

4) Penggunanaan kontrasepsi hormonal (esterogen). Kontrasepsi secara oral yang memiliki


kandungan esterogen dapat menyebabkan terjadinya hipertensi melalui mekanisme renin-
aldosteron-mediate volume expantion. Pada hipertensi ini, tekanan darah akan kembali normal
setelah beberapa bulan penghentian oral kontrasepsi.

5) Gangguan endokrin. Disfungsi medulla adrenal atau korteks adrenal dapat menyebabkan
hipertensi sekunder. Adrenal-mediate hypertension disebabkan kelebihan primer aldosteron,
kortisol, dan katekolamin.

6) Stress, yang cenderung menyebabkan peningkatan tekanan darah untuk sementara waktu.

7) Kehamilan

8) Luka bakar

9) Peningkatan tekanan vaskuler


Universitas Respati Indonesia
6
10) Merokok : Nikotin dalam rokok merangsang pelepasan katekolamin. Peningkatan
katekolamin mengakibatkan iritabilitas miokardial, peningkatan denyut jantung serta
menyebabkan vasokortison yang kemudian menyebabkan kenaikan tekanan darah.

Hipertensi pada usia lanjut dibedakan atas (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :

1) Hipertensi dimana tekanan sistolik sama atau lebih besar dari 140 mmHg dan atau tekanan
diastolik sama atau lebih besar dari 90 mmHg.

2) Hipertensi sistolik terisolasi dimana tekanan distolik lebih besar dari 160 mmHg da tekanan
diastolik lebih rendah dari 90 mmHg. Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada (Nurarif A.H., & Kusuma H., 2016) :

1) Elastisitas dinding aorta menurun

2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku

3) Kemampuan jantung memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi dan


volumenya

4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena kurangnya efektifitas pembuluh
darah perifer untuk oksigenasi.

5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer.

2.1.3 Klasifikasi Hipertensi

Menurut World Health Organization (dalam Noorhidayah, S.A. 2016) klasifikasi hipertensi
adalah :

a) Tekanan darah normal yaitu bila sistolik kurang atau sama dengan 140 mmHg dan diastolik
kurang atau sama dengan 90 mmHg.

b) Tekanan darah perbatasan (border line) yaitu bila sistolik 141-149 mmHg dan diastolik 91-94
mmHg.

c) Tekanan darah tinggi (hipertensi) yaitu bila sistolik lebih besar atau sama dengan 160 mmHg
dan diastolik lebih besar atau sama dengan 95 mmHg.

Menurut Tambayong (dalam Nurarif A.H & Kusuma H. 2016), klasifikasi hipertensi klinis
berdasarkan tekanan darah sistolik dan diastolic yaitu :

Kategori Tekanan Darah Sistolik Tekanan Darah Diastolik


Optimal < 120 < 80

Universitas Respati Indonesia


7
Normal 120-129 80-84
Normal- Tinggi 130-139 85-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi Derajat 2 160-179 100-109
Hipertensi Derajat 3 ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi Sistolik ≥ 140 < 90
Terisolasi
Sumber : 2018 ESC/ESH Hypertension Guidelines

Klasifikasi Hipertensi menurut (Perhimpunan Dokter Hipertensi Indonesia, 2019)

2.1.4 Pemicu Penyakit Hipertensi


Menurut (Tamher,S.,2018), faktor-faktor risiko hipertensi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu :
1) Faktor yang tidak dapat diubah
a.Riwayat Keluarga Seseorang yang memiliki keluarga seperti, ayah, ibu, kakak
kandung/saudara kandung, kakek dan nenek dengan hipertensi lebih berisiko untuk terkena
hipertensi.
b.Usia Tekanan darah cenderung meningkat dengan bertambahnya usia. Pada laki-laki
meningkat pada usia lebih dari 45 tahun sedangkan pada wanita meningkat pada usia lebih dari
55 tahun.
c. Jenis Kelamin Dewasa ini hipertensi banyak ditemukan pada pria daripada wanita. d.
Ras/Etnik Hipertensi menyerang segala ras dan etnik namun di luar negeri hipertensi banyak
ditemukan pada ras Afrika Amerika daripada Kaukasia atau Amerika Hispanik.
2) Faktor yang dapat diubah
Faktor yang dapat diubah Kebiasaan gaya hidup tidak sehat dapat meningkatkan hipertensi
antara lain yaitu :
a. Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab hipertensi karena dalam rokok terdapat
kandungan nikotin. Nikotin terserap oleh pembuluh darah kecil dalam paru-paru dan diedarkan
ke otak. Di dalam otak, nikotin memberikan sinyal pada kelenjar adrenal untuk melepas
epinefrin atau adrenalin yang akan menyemptkan pembuluh darah dan memaksa jantung
bekerja lebih berat karena tekanan darah yang lebih tinggi Murni dalam (RaNy. Lwati, 2017).
b. Kurang aktifitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang dihasilkan oleh otot rangka yang memerlukan
pengeluaran energi. Kurangnya aktifitas fisik merupakan faktor risiko independen untuk
penyakit kronis dan secara keseluruhan diperkirakan dapat menyebabkan kematian secara

Universitas Respati Indonesia


8
global ((RaNy. Lwati, 2017).
c. Konsumsi Alkohol
Alkohol memiliki efek yang hampir sama dengan karbon monoksida, yaitu dapat meningkatkan
keasaman darah. Darah menjadi lebih kental dan jantung dipaksa memompa darah lebih kuat
lagi agar darah sampai ke jaringan mencukupi. Maka dapat disimpulkan bahwa konsumsi
alkohol dapat meningkatkan tekanan darah (Gunawan, 2015).
d. Kebiasaan minum kopi
Kopi seringkali dikaitkan dengan penyakit jantung koroner, termasuk peningkatan tekanan
darah dan kadar kolesterol darah karena kopi mempunyai kandungan polifenol, kalium, dan
kafein. Salah satu zat yang dikatakan meningkatkan tekanan darah adalah kafein. Kafein
didalam tubuh manusia bekerja dengan cara memicu
produksi hormon adrenalin yang berasal dari reseptor adinosa didalam sel saraf yang
mengakibatkan peningkatan tekanan darah, pengaruh dari konsumsi kafein dapat dirasakan
dalam 5-30 menit dan bertahan hingga 12 jam (Indriyani dalam Bistara D.N., & Kartini Y.,
2018).
e. Kebiasaan konsumsi makanan banyak mengandung garam
Garam merupakan bumbu dapur yang biasa digunakan untuk memasak. Konsumsi garam
secara berlebih dapat meningkatkan tekanan darah. Menurut Sarlina, Palimbong, S., Kurniasari,
M.D., Kiha, R.R. (2018), natrium merupakan kation utama dalam cairan ekstraseluler tubuh
yang berfungsi menjaga keseimbangan cairan. Natrium yang berlebih dapat mengganggu
keseimbangan cairan tubuh sehingga menyebabkan edema atau asites, dan hipertensi.
f. Kebiasaan konsumsi makanan berlemak
Menurut Jauhari (dalam Manawan A.A., Rattu A.J.M., Punuh M.I, 2016), lemak didalam
makanan atau hidangan memberikan kecenderungan meningkatkan kholesterol darah, terutama
lemak hewani yang mengandung lemak jenuh. Kolesterol yang tinggi bertalian dengan
peningkatan prevalensi penyakit hipertensi.

2.1.5 Tanda dan Gejala


Menurut (Apidianti & Yunita, 2020) tanda dan gejala hipertensi sebagai berikut :
1. Pusing
2. Mudah marah
3. Telinga berdengung
4. Sukar tidur
5. Sesak napas
6. Rasa berat di tngkuk
7. Mudah Lelah
Universitas Respati Indonesia
9
8. Mata berkunang-kunang
9. Muka pucat
10. Suhu tubuh rendah
11. Mual muntah akibat meningkatnya intrakranial
12. Gelisah

2.1.6 Patofisiologi
Hipertensi Mekanisme yang mengontrol kontriksi dan relaksasi pembuluh darah terletak pada
vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini bermula saraf simpatis, yang
berlanjut dibawah ke korda spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan pusat
vasomotor disampaikan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui system saraf
simpatis ke ganglia spinalis. Pada titik ini, neuron preganglion melepaskan asetilkolin, dan akan
merangsang serabut saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya
noreepineprin mengakibatkan kontriksi pada pembuluh darah. Berbagai factor seperti
kecemasan dan ketakutan juga mempengaruhi respon pada pembuluh darah terhadap
rangsangan vasokontriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap norepinefrin,
walaupun tidak diketahui dengan jelas apa penyebabnya (RaNy. Lwati, 2017). Bertambahnya
cairan dalam sirkulasi dapat menyebabkan meningkatkan tekanan darah, hal ini terjadi jika
terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak dapat membuang sejumlah garam dan air didalam
tubuh, volume dalam darah meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat, 13 sebaliknya
jika aktivitas pompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, banyak cairan keluar dari
sirkulasi, sehingga tekanan darah akan menurun. Mengkonsumsi garam atau sodium dapat
mempengaruhi sekresi ADH sehingga terjadi retensi urin dan sehingga volume darah meningkat
menyebabkan kerja jantung meningkat. Untuk pertimbangan gerontology. Perubahan structural
dan fungsional pada system pembuluh perifer bertanggung jawab dalam perubahan tekanan
darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada
gilirannya menurunkan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya
aorta dan arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang
dipompa oleh jantung (volume sekucup), mengakibatkan penurunan curah jantung dan
peningkatan pada tahanan perifer (Gunawan, 2015).

Universitas Respati Indonesia


10
Pathway
Aging Process

perubahan
biologis/fisik

Gaya hidup keturunan (genetik) jenis kelamin usia obesitas

Elastisitas, arteriosklerosis

hipertensi

Kerusakan vaskuler pembuluh


darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembuluh
darah

vasokonstriksi

Gangguan sirkulasi

otak Retina
ginjal Pembuluh
darah
Spasme
Resistensi Suplai Vasokonstrik sistemi koroner arteriole
pembuluh O2 otak si pembuluh k
darah otak menurun darah ginjal
vasokonstrik Iskemi
si miocard diplopi
Blood flow
Nyeri a
Gangguan munurun
kepala sinkop Afterload
pola tidur Nyeri Resti injuri
meningkat
Respon dada
RAA
Gangguan
perfusi Rangsang Penurunan Fatique
jaringan aldosteron curah jantung

Retensi
Na Intoleransi
aktifitas
edema
Universitas Respati Indonesia
11

2.1.7 Pemeriksaan Penunjang

Hipertensi Menurut (Yulianto, 2016) pemeriksaan penunjang yang dapat di lakukan meliputi :

a. Hemoglobin / hematokrit : mengkaji hubungan dari sel-sel terhadap volume cairan

(viskositas) dan dapat mengindikasikan faktor-faktor resiko seperti hipokoagulabilitas,

anemia.

b. BUN / kreatinin : memberikan informasi tentang perfusi/fungsi ginjal.

c. Glukosa : Hiperglikemia (diabetes melitus adalah pencetus hipertensi) dapat diakibatkan

oleh peningkatan kadar katekolamin (meningkatkan hipertensi).

d. Kalium serum : hipokalemia dapat mengindikasikan adanya aldosteron utama (penyebab)

atau menjadi efek samping terapi diuretik.

e. Kalsium serum : peningkatan kadar kalsium serum dapat meningkatkan hipertensi.

f. Kolesterol dan trigeliserida serum : peningkatan kadar dapat mengindikasikan pencetus

untuk/adanya pembentukan plak ateromatosa (efek kardiofaskuler).

g. Pemeriksaan tiroid : hipertiroidisme dapat mengakibatkan vasikonstriksi dan hipertensi.

h. Kadar aldosteron urin dan serum : untuk menguji aldosteronisme primer (penyebab).

i. Urinalisa : darah, protein dan glukosa mengisyaratkan disfungsi ginjal dan atau adanya

diabetes.

j. VMA urin (metabolit katekolamin) : kenaikan dapat mengindikasikan adanya

feokomositoma (penyebab); VMA urin 24 jam dapat digunakan untuk pengkajian

feokromositoma bila hipertensi hilang timbul.

k. Asam urat : hiperurisemia telah menjadi implikasi sebagai faktor resiko terjadinya hipertensi.

l. Steroid urin : kenaikan dapat di indikasi hiperadrenalisme, feokromositoma atau disfungsi

ptuitari, sindrom Cushing’s; kadar renin dapat juga meningkat. kenaikan tekanan darah pada

organ atau karena efek tidak langsung. Dampak terjadinya komplikasi hipertensi, kualitas

hidup penderita menjadi rendah dan kemungkinan terburuknya adalah terjadinya kematian

penderita akibat komplikasi hipertensi yang dimilikinya.

Universitas Respati Indonesia


12
m. IVP : dapat mengidentifikasi penyebab hipertensi, seperti penyakit parenkim ginjal, batu

ginjal dan ureter.

n. Foto dada : dapat menunjukkan obstruksi kalsifikasi pada area katub; deposit pada dan/

EKG atau takik aorta; perbesaran jantung.

o. CT scan : mengkaji tumor serebral, CSV, ensevalopati, atau feokromositoma.

2.1.8 Komplikasi Hipertensi

Menurut (Erna, 2016), komplikasi dari hipertensi adalah :

a. Stroke

Stroke akibat dari pecahnya pembuluh yang ada di dalam otak atau akibat embolus yang

terlepas dari pembuluh non otak. Stroke bisa terjadi pada hipertensi kronis apabila arteri-arteri

yang memperdarahi otak mengalami hipertrofi dan penebalan pembuluh darah sehingga aliran

darah pada area tersebut berkurang. Arteri yang mengalami aterosklerosis dapat melemah dan

meningkatkan terbentuknya aneurisma.

b. Infark Miokardium

Infark miokardium terjadi saat arteri koroner mengalami arterosklerotik tidak pada menyuplai

cukup oksigen ke miokardium apabila terbentuk thrombus yang dapat menghambat aliran

darah melalui pembuluh tersebut. Karena terjadi hipertensi kronik dan hipertrofi ventrikel

maka kebutuhan okigen miokardioum tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung

yang menyebabkan infark.

c. Gagal ginjal

Kerusakan pada ginjal disebabkan oleh tingginya tekanan pada kapilerkapiler glomerulus.

Rusaknya glomerulus membuat darah mengalir ke unti fungsionla ginjal, neuron terganggu,

dan berlanjut menjadi hipoksik dan kematian. Rusaknya glomerulus menyebabkan protein

keluar melalui urine dan terjadilah tekanan osmotic koloid plasma berkurang sehingga terjadi

edema pada penderita hipertensi kronik.

d. Ensefalopati

Ensefalopati (kerusakan otak) terjadi pada hipertensi maligna (hipertensi yang mengalami

Universitas Respati Indonesia


13
kenaikan darah dengan cepat). Tekanan yang tinggi disebabkan oleh kelainan yang membuat

peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium diseluruh

susunan saraf pusat. Akibatnya neuro-neuro disekitarnya terjadi koma dan kematian (Erna,

2016).

2.1.9 Penatalaksanaan

Menurut (Kalim, 2017) terdapat 2 penatalksanaan hipertensi yaitu sebagai berikut :

1. Penatalaksanaan Non Farmakologi Tata laksana non farmakologis memiliki peranan penting

karena dapat menurunkan tekanan darah sehingga mungkin dapat menghindari pemberian obat

pada pasien hipertensi ringan. Berikut ini yang termasuk usaha non farmakolo gis dan

diketahui dapat menurunkan tekanan darah:

a. Penurunan berat badan. Dari suatu metanalisis dari 27 uji klinis didapatkan setiap penurunan

berat badan 1 kg akan menurunkan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik sebanyak 1

mmHg.

b. Reduksi konsumsi alkohol (saat ini, maksimum asupan alkohol adalah 21 unit untuk pria dan

14 unit untuk wanita).

c. Penurunan asupan garam, dianjurkan asupan garam tidak melebihi 2 gram dalam setiap

harinya.

d. Diet rendah lemak, tinggi serat (lima porsi buah dan sayur setiap hari). Penurunan asupan

garam maupun pengaturan diet dapat mengikuti rekomendasi diet DASH (Dietary Approach to

Stop Hypertension).

e. Latihan berkala. Latihan atau olahraga yang dianjurkan adalah aerobik dengan dilakukan

secara teratur selama minimal 30 menit/hari dan 3 hari/ minggu. Olahraga dapat menurunkan

tekanan darah. Kesulitan dan hambatan utama adalah kemauan pasien sehingga perlu

dilakukan edukasi dan dukungan untuk melakukan gaya hidup aktif. Bila pasien memang sulit

melakukan olahraga secara khusus karena kesibukan, maka gaya hidup aktif dengan berjalan

kaki, mengendarai sepeda atau menaiki tangga dalam aktifitas rutin mereka bisa diterapkan.

Faktor risiko lain dari penyakit jantung iskemik harus dicari dan ditata laksana dengan baik

Universitas Respati Indonesia


14
sebagai prinsip rutin tata laksana.

2. Penatalaksanaan Farmakologi

Kategori yang utama dengan dosis yang digunakan adalah sebagai berikut :

a. Diuretik.

b. Hidroklorotiazid 12,5-50 mg, chlorthalidone 12.5-25 mg, indapamide 1,25-2,5 mg,

triamterene 100 mg, diuretik hemat kalium - spironolactone 25-50 mg, amiloride 5-10 mg.

c. Agen antiadrenergik penyekat B (antagonis adrenoreseptor B). penyekat a- (antagonis

adrenoreseptor a) dan agen yang bekerja di sistem saraf pusat. d. Penyekat B (antagonis

adrenoreseptor B) metoprolol succinate 50-100 mg dan metoprolol tartrate 50-100 mg dua

kali/hari, nebivolol 5-10 mg.

2.1.10 Pencegahan

Upaya pencegahan hipertensi melalui promosi kesehatan dapat dilakukan untuk mengurangi

resiko yang berhubungan dengan berbagai faktor-penentu kesehatan, yang dapat menyebabkan

penyakit serta dapat meningkatkan dan memperbaiki kualitas hidup masyarakat. Kegiatan

promosi kesehatan juga harus direncakan , dipantau dan dievaluasi dengan baik , sehingga

strategi yang baik tetap menjadi syarat utama dalam melakukan intervensi promosi kesehatan

(Defri Mulyana, Juhrodin, 2019). Pencegahan primer hipertensi merupakan penangkalan yang

dijalankan atas individu/masyarakat sebelum terpapar hipertensi. Pencegahan utama tekanan

darah tinggi sebagai berikut : mengurangi berat badan ketingkat yang paling ideal bagi penderita

berat badan besar dan obesitas, minuman yang mengadung alkohol dihindari, kurangi/batasi

asupan natrium/ garam, berhenti merokok, kuragi/hindari makanan tinggi lemak dan kolesterol

tinggi dan olahraga teratur seperti gerakan aerobic, jalan kaki, lari, mengayuh sepeda dan lain

lain. Manajemen hipertensi bisa berupa pencegahan salah satunya melalui edukasi. Berbagai riset

menunjukkan bahwa edukasi pasien berdampak positif terhadap penurunan tekanan darah, serta

peningkatan pengetahuan dan sikap pasien. Target global pada tahun 2025 menurunkan angka

pravelensi hipertensi sebesar 25% untuk penyakit tidak menular. Pada tahun 2016 diresmikan

(Global Hearts Initiative) oleh WHO serta pusat pencegahan dan pengendalian Amerika Serikat

Universitas Respati Indonesia


15
untuk mendukung pemerintah dalam pencegahan serta penanganan penyakit kardiovaskuler

(Adiatman, 2020). Untuk menajemen obat tatalaksana pada penderita hipertensi meliputi

penatalaksanaan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan perawatan obat dengan

memberikan obatobatan hipertensi, sedangkan penetalaksanaan non obat meliputi modifikasi

gaya hidup (Sartika, 2017).

2.1.11 Penelitian Terkait


Salah satu terapi pijat yang dapat memberikan sensasi rileks pada tubuh adalah terapi Swedish
massage. Swedish massage merupakan salah satu terapi yang dapat menurunkan tekanan darah
sistolik (TDS) tekanan darah diastolik (TDD). Terapi Swedish massage merupakan manipulasi
pada jaringan tubuh dengan melakukan pemijatan menggunakan lima gerakan dasar, meliputi
effleurage, petrisage, friction, tapotement dan vibration (Sritoomma et al., 2014). Teknik
pemijatan ini menunjukkan manfaat dalam menurunkan tekanan darah lansia (Adawiyah &
Fithriana, 2020; Ritanti & Sari, 2019). Hal tersebut memperkuat hasil penelitian yang dilakukan
oleh Ratih (2018), dimana nilai sistolik dan diastolik turun masing-masing sebanyak 10.00
mmHg dan 5.00 mmHg pada minggu keempat pemberian masase Swedia. Begitu juga temuan
(Ritanti & Sari, 2019) yang menunjukkan bahwa teknik pijat Swedia dapat menjadi inovasi
intervensi keperawatan untuk lansia dengan hipertensi. Hal ini dapat disebabkan karena
mayoritas lansia tidak rutin berobat, sehingga Swedish massage sebagai terapi non-farmakologis
dapat menjadi terapi tambahan yang efektif menurunkan tekanan darah karena dapat
diaplikasikan secara mandiri oleh klien lansia hipertensi (Adawiyah & Fithriana, 2020)

2.2 Terapi Komplementer


2.2.1 Definisi Terapi Komplementer
Terapi komplementer adalah cara penanggulangan penyakit yang dilakukan sebagai pendukung
kepada pengobatan medis konvensional atau sebagai pengobatan pilihan lain diluar pengobatan
medis yang Konvensional (Widiyono et al., 2020).

Menurut World Health Organization (WHO) menerangkan bahwa terapi komplementer


merupakan sebuah serangkaian pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari Negara
yang bersangkutan dan tidak sepenuhnya terintegrasi kedalam sistem perawatan kesehatan
(WHO, 2013).

Terapi komplementer disebut juga pengobatan holistik. Pendapat ini berrdasarkan bentuk terapi
yang mempengaruhi individu secara menyeluruh yaitu sebuah keharmonisan individu untuk
mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam kesatuan fungsi (Smith et al., 2004 dalam
Pamungkas et al., 2023).
Universitas Respati Indonesia
16
2.2.2 Klasifikasi Terapi Komplementer
Menurut Widyatuti (2012 dalam Widiyono et al., 2020) klasifikasi terapi komplementer yaitu :

1. Mind-body therapy intervensi dengan teknik untuk memfasilitasi kapasitas berpikir yang
mempengaruhi gejala fisik dan fungsi berpikir yang mempengaruhi fisik dan fungsi tubuh
(imagery, yoga, terapi musik, berdoa, journaling, biofeedback, humor, tai chi, dan
hypnoterapy).
2. Alternatif sistem pelayanan yaitu sistem pelayanan kesehatan yang mengembangkan
pendekatan pelayanan biomedis.
3. Terapi biologis yaitu natural dan praktik biologis dan hasil-hasilnya misalnya herbal dan
makanan.
4. Terapi manipulatif dan sistem tubuh (didasari oleh manipulasi dan pergerakan tubuh
misalnya kiropraksi, macam-macam pijat, terapi cahaya dan warna, serta hidroterapi).
5. Terapi energi: terapi yang berfokus pada energi tubuh atau mendapatkan energi dari luar
tubuh.

2.2.3 Terapi Komplementer berdasarkan Teknik


Menurut (Sukmawati et al., 2023) beberapa Teknik terapi komplementer sebagai berikut :

1. Terapi Biologis
Terapi biologis Terapi biologis merupakan terapi natural alamiah dan penerapan praktik
biologis contohnya adalah pengobatan herbal, suguhan, vitamin, dan aromaterapi.

2. Terapi psiko-somatik
Terapi psiko-somatik adalah terapi komplementer dengan memanfaatkan keterampilan
berfikir yang akan mempengaruhi tubuh dan fungsi tubuh sendiri. Contoh terapi yang
termasuk dalam terapi psiko-somatik adalah meditasi, yoga, terapi musik, terapi Al-Qur'an,
hypnoterapi, hypnobirthing dsb.
3. Terapi alternatif
Terapi alternatif menurut National Institute of Health menyebutkan bahwa terapi alternatif
adalah sistem pengobatan yang meliputi praktek dan produk yang secara umum tidak menjadi
bagian dari pengobatan konvensional. Contohnya adalah terapi reiki, akupuntur, bekam,
homeopathy dsb.
4. Terapi manipulatif
Terapi manipulatif adalah sebuah terapi yang menggunakan gerakan pasif yang digerakkan
dengan tiba-tiba (Mudatsir, 2002). Contohnya adalah pijat, terapi cahaya dan warna serta
hidroterapi.
5. Terapi energi

Universitas Respati Indonesia


17
Terapi energi adalah terapi yang memanfaatkan energi baik dari dalam tubuh maupun energi
dari luar tubuh menggunakan sentuhan-sentuhan pengobatan terapeutik. Contoh terapi energi
antara lain healing touch, therapeutic touch dan reiki. Menurut (Ayuningtyas, 2019) energi
dalam terapi energi umumnya berasal dari medan energi atau bentuk-bentuk energi yang
belum terbukti. Energi yang digunakan dalam terapi energi diklasifikasikan menjadi dua
kategori yaitu:
a. Energi yang dapat diverifikasi dapat diukur dan dibuktikan secara ilmiah atau ilmu
pengetahuan contohnya adalah terapi energi suara (getaran), energi elektromagnetik
(cahaya) magnet dan energi radiasi monokromatik (laser).
b. Energi yang tidak dapat diverifikasi tidak dapat diukur dengan teknologi saat ini seperti
contoh adalah Qi Gong.

2.2.4 Prinsip Dasar Terapi Komplementer


Menurut (Kemenkes, 2022) pelayanan kesehatan tradisional komplementer harus
memenuhi kriteria sebagai berikut :
1. Mempertanggung jawabkan keamanan dan manfaatnya mengikuti kaidah- kaidah ilmiah
bermutu dan digunakan secara rasional dan tidak bertentangan dengan norma agama dan
norma yang berlaku di masyarakat,
2. Tidak membahayakan kesehatan Klien
3. Memperhatikan kepentingan terbaik Klien;
4. memiliki potensi pencegahan penyakit, peningkatan kesehatan, penyembuhan, pemulihan
kesehatan, dan meningkatkan kualitas hidup Klien secara fisik, mental, dan sosial.
2.2.5 Dasar Hukum Jenis Terapi Komplementer
Menurut Permenkes No. 1109/Menkes/Per/IX/2007 jenis- jenis terapi komplementer adalah
sebagai berikut : (Sukmawati et al., 2023)

1. Pelayanan pengobatan alternatif meliputi akupuntur akupresur, homeopati, arimaterapi,


ayurweda.

2. Intervensi tubuh dan fikiran (mind, body intervention) yang terdiri atas hipnoterapi,
hypnobirthing. mediasi, penyembuhan spiritual dan yoga.

3. Pengobatan manual yang meliputi kiropraktik, healing touch, pemijatan, shiatsu dan
osteopati.

4. Pengobatan farmakologi dan biologi meliputi jamu, obat herbal, gurah, dsb

5. Pengobatan pola makan dan nutrisi untuk pemcegahan pengobatan meliputi diet makro
nutrien dan diet mikronutrien.

Universitas Respati Indonesia


18
6. Terapi lain berdasarkan diagnosis dan pengobatan meliputi terapi ozon, hiperbarik,
dsb.
2.2.6 Jenis Dan Kategori Terapi Komplementer
Menurut (Tirtawti et al., 2023) beberapa teknik terapi komplementer sebagai berikut:
1. Terapi Tubuh
Terapi tubuh yang sering dilakukan yaitu pijat/massage. Manfaat dari pijat yaitu menciptakan
relaksasi dan meredakan kecemasan dan depresi. Pijat merupakan gerakan usapaan dengan
tekanan pada kulit, otot dan urat. Pijat mampu meningkatkan kualitas tidur seseorang dan
meningkatkan imunitas.

2. Terapi Gerakan (Body Movement Teraphy)

Terapi yang dilakukan dengan gerakan tertentu ataupun tarian. Di Indonesia sendiri terapi
gerakan juga sudah banyak digunakan. Di dunia kebidanan, terapi gerakan yang paling sering
digunakan yaitu yoga ibu dan bayi, pilates dan senam maryam. Beberapa terapi gerakan
tersebut memiliki ciri khas masing-masing. Terapi ini bisa dilakukan oleh ibu mulai dari
hamil sampai dengan masa nifas, tentu saja dengan memperhatikan kondisi kesehatan ibu,
meskipun sederhana namun jika ibu dalam kondisi yang tidak memungkinkan untuk
melakukan beberapa gerakan, maka diperkenankan untuk tidak melakukan gerakan tersebut.

3. Diet dan Herbal

Diet merupakan upaya untuk mengatur jumlah nutrisi yang masuk ke dalam tubuh untuk

mendapatkan tubuh Sedangkan herbal sudah pernah dibahas sebelumnya yaitu yang sehat.

merupakan terapi yang memanfaatkan tanaman herbal sebagai terapi komplementer.

4. Terapi Energi

Terapi ini bertujuan untuk membawa energi ke pasien atau menyeimbangkan energi di

dalam tubuh pasien. Beberapa jenis terapi yang bisa diberikan pada pasien berupa terapi

energi antara lain:

a. Terapi suara, misalnya dengan menggunakan terapi music

b. Reiki

c. Terapi yang dilakukan dengan mentransfer energi universal dari telapak tangan praktisi

ke tubuh pasiennya. Terapi alternatif asal Jepang ini diyakini

mampu melancarkan energi di dalam tubuh sehingga gejala penyakit akan berkurang.

Universitas Respati Indonesia


19
Sayangnya, pengobatan ini belum terbukti efektif secara ilmiah.

d. Qi Gong adalah suatu sistem kuno dari Tiongkok yang bermanfaat untuk menjaga atau

meningkatkan kondisi kesehatan dengan cara mengintegrasikan sikap tubuh, teknik

pernafasan danpemfokusan pikiran.

e. Sujok

Terapi sujok yaitu terapi yang menggunakan beberapa media, antara lain pewarnaan
tangan, biji-bijian, ring, dll

2.2.7 Penelitian Terkait

Berdasarkan artikel penelitian yang ditelah terkait pengaruh terapi Swedish massage
terhadap penurunan tekanan darah pada lansia dengan hipertensi ditemukan fakta
bahwa mayoritas studi dilakukan dengan desain quasiexperiment (Adawiyah &
Fithriana, 2020; Caromano et al., 2015; Gholami-Motlagh et al., 2016; Ritanti & Sari,
2019). Hanya satu artikel yang menyatakan desain studi menggunakan true
experiment dengan Randomized Controlled Trial (Intarti et al., 2018). Penggunaan
desain tersebut dapat meyakinkan hasil TD karena membandingkan antara kelompok
kontrol dan intervensi. Pada kelompok intervensi, terapi Swedish massage dilakukan
dengan posisi berbaring dan pemijatan dimulai dari kaki, paha, pinggang, punggung,
tangan, bahu, leher, kepala dan wajah (Intarti et al, 2018). Hal tersebut sejalan dengan
penelitian Gholami-Motlagh et al. (2016) bahwa kelompok intervensi yang dilakukan
pada penelitian tersebut yaitu dengan dua kelompok pijat yang meliputi kelompok
LAF (leg, arm and face) dan kelompok pijat BNC (back, neck and chest), rata – rata
kelompok intervensi swedish massage dilakukan berdasarkan 4 gerakan yaitu
efflurage, petrisage, friction dan tapotement hal tersebut sejalan dengan penelitian
(Ritanti & Sari, 2019). Berdasarkan artikel yang telah ditelaah, beberapa studi sudah
melakukan gerakan terapi Swedish massage sesuai dengan teori Benjamin (2010),
yaitu gerakan pemijatan yang memiliki efek fisiologis yang berbeda. Misalnya,
gerakan efflurage digunakan untuk meratakan pelumas, memberikan rasa hangat,
relaksasi dan menurunkan ketegangan otot (Braun & Simonson, 2008). Gerakan
Petrisage ini dilakukan lebih dalam dan lebih kuat dari pada teknik efflurage, guna
untuk meningkatkan sirkulasi darah, membantu aliran balik vena dan membuang
sampah produk metabolik sel (Benjamin, 2010), lalu teknik friction, gerakan ini dapat
meningkatkan sirkulasi pada jaringan otot dan fasia dalam, serta mengakibatkan
relaksasi pada jaringan otot dari kontraksi pasif (Braun & Simonson, 2008). Untuk

Universitas Respati Indonesia


20
teknik tapotement, gerakan ini apabila diberikan secara ringan akan menstimulai
system saraf simpatis dan vasokontriksi superfisial, sedangkan kalau diberikan secara
berat akan menyebabkan vasodilatasi superfisial, menurunkan nyeri dan memberikan
efek relaksasi (Braun & Simonson, 2008). Stimulus yang diberikan pada jaringan
tersebut merupakan intervensi non-farmakologis yang dilakukan dengan cara
pemijatan atau masase dimana responden dengan hipertensi diberikan terapi Swedish
massage. Sehingga lansia akan merasakan relaksasi pada tubuh. Sensasi relaksasi
inilah yang membantu menurunkan tekanan darah. Tujuan asuhan keperawatan
dengan terapi pijat, yaitu bukan hanya menurunkan tekanan darah, tetapi juga
memberikan kenyamanan selama proses asuhan. Menurut Teori Comfort yang
dikembangkan oleh Kolcaba menyatakan bahwa intervensi kenyamanan dirancang
untuk memenuhi kebutuhan kenyamanan yang tidak terpenuhi, misalnya pada aspek
kebutuhan fisik, sosial, psikospiritual, dan lingkungan (Elon et al., 2021). Sehingga,
terapi Swedish massage yang diberikan sebagai bentuk asuhan keperawatan dapat
memfasilitasi pencapaian tekanan darah yang diinginkan dengan tetap memperhatikan
aspek kenyamanan fisik dan lingkungan saat proses masase.

2.3 Swedish Massage

2.3.1 Definisi Swedish Massage

Swedish Massage adalah suatu pijatan yang di lakukan seorang messure untuk membantu
mempercepat proses pemulihan dengan menggunakan sentuhan tangan dan tanpa
memasukkan obat kedalam tubuh yang bertujuan untuk meringankan atau mengurangi
keluhan atau gejala pada beberapa macam penyakit yang merupakan indikasi untuk di
pijat.

2.3.2 Tujuan Swedish Massage

Tujuan dari teknik manipulasi tangan (massage) antara lain adalah rileksasi otot,
perbaikan fleksibilitas, pengurangan nyeri, dan perbaikan sirkulasi darah (Wiyoto, 2011).
Menurut Ali Satya graha dan Bambang Priyonoadi (2009), Swedish Massage
dikembangkan oleh seorang dokter dari Belanda yaitu Johan Mezger (1839-1909), yang
lahir pada tahun yang sama dengan tahun meninggalnya Ling. Ling dan para pengikutnya
menggunakan suatu sistem yang panjang dan halus yang membuat suatu pengalaman/rasa
yang sangat rileks/santai. Massage merupakan suatu bentuk senam pasif, yang dilakukan
pada bagian tubuh dan sebaliknya dengan bagian tubuh atau seperti halnya jarak/tingkat
gerakan (Ali Satya Graha dan BambangPriyonoadi, 2009).

Universitas Respati Indonesia


21
2.3.1 Manfaat Swedish Massage

Manfaat dari swedish Massage ini diuraikan oleh Best (2008:446) :

1. Membantu mengurangi pembengkakan pada fase kronis lewat


mekanisme peningkatan aliran darah dan limfe.

2. Mengurangi persepsi nyeri melalui mekanisme penghambatan rangsang nyeri (gate


control) sertapeningkatkan hormon morphin endogen

2.4 Meningkatkan relaksasi otot sehingga mengurangi ketegangan/spasme atau kramotot.

2.5 Meningkatkan jangkauan gerak, kekuatan, koordinasi, keseimbangan dan fungsi otot
sehingga dapatmeningkatkan performa fisik atlet sekaligus mengurangi resiko
terjadinya cedera pada atlet.

2.6 Berpotensi untuk mengurangi waktu pemulihan dengan jalan meningkatkan supply
oksigen dan nutrisi serta meningkatkan eliminasi sisa metabolisme tubuh karena terjadi
peningkatan aliran darah

2.3.4 Macam-macam gerakan Swedish massage

Remedial massage merupakan teknik manipulasi jaringan lunak dengan tujuan untuk
relaksasi otot, perbaikan fleksibilitas dan pengurangan nyeri dalam upayanya untuk
membantu mempercepat proses penyembuhan beberapa macam penyakit. Remedial
massage memiliki tujuan/target spesifikyang berkaitan dengan permasalahanpada
ototdan dampak dari fungsi otot yang tidak optimal. Adapun teknik-teknik aplikasi
remedial massage yang umum digunakanadalah dengan menggunakan metode Swedish
massage. Teknik remedial massage dengan metode Swedish massagemeliputi :

a. Eflaurage atau Gosokan

Universitas Respati Indonesia


22
Gambar II.1 Eflaurage

Eflaurage adalah suatu gerakan dengan mempergunakan seluruh permukaan telapak


tangan melekat pada bagian- bagian tubuh yang digosok. Bentuk telapak tangan dan jari-
jari selalu menyesuaikan dengan bagian tubuh yang digosok. Tangan menggosok secara
supel/gentle menuju kea rah jantung (centripetal) dengan dorongan dan tekanan. Tetapi
boleh juga menuju menyamping (centrifugal) misalnya gosokan ke di bagian dada, perut
dan sebagainya. Teknik eflaurage dilakukan pada permulaan massage dosis 5 kali dan
penutup massage dosis 3 kali baik sebagian maupun untuk seluruh tubuh. Eflaurage
yang dolakukan pada bagian anggota gerak (extremitas) selalu dengan dorongan dan
tekanan yang baik dan setiap gosokan harus berakhir pada kelenjar limfe (pada ketiak
untuk anggota gerak atas dan lipat paha untuk anggota gerak bawah).

b. Petrisage atau pijatan

Gambar II. 2 Petrisage

Petrisage adalah suatu gerakan pijatan dengan mempergunakan empat jari merapat
berhadapan dengan ibu jari yang selalu lurus dan supel. Kesalahan pada umumnya tidak
dapatnya jari-jari tersebut melurus. Bagian tubuh yang dipijat terletak didalam
lengkungan telapak tangan antara jari-jari dan ibu jari. Gerakan memijat dengan
meremas otot yang sedikit ditarik keatas seolah-olah akan memisahkan otot dari tulang
selaputnya atau dari otot yang lain. Gerakan pijatan harus dilakukan pada tiap kelompok
otot dan otot harus dipijat beberapa kali dengan supel dan rilek.

Universitas Respati Indonesia


23

c. Tapotemen atau Pukulan

Gambar II.3 Tapotemen

Tapotemen adalah suatu gerakan pukulan dengan menggunakan satu tangan atau kedua
belah tangan yang dipukul-pukulkan pada obyek pijat secara bergantian.

d. Friction atau Gerusan

Gambar II.4 Friction

Friction adalah suatu gerakan gerusan kecil-kecil yang dilakukan dengan


mempergunakan ujung tiga jari (jari telunjuk, jari tengah dan jari manis)yang
merapat, ibu jari, ujung siku, pangkal telapak tangan dan yang bergerak berputar-
putar searah atau berlawanan arah dengan jarum jam. Berputar-putar dan menggeser
ke samping secara supel dan kontinyu sehingga seperti spiral. Untuk lebih
menguatkan tekanannya tangan lain dapat membantu menekan diatasnya. Teknik ini
dapat dilakukan dibagian pantat, otot-otot para vertebralis (kanan kiri columna

Universitas Respati Indonesia


24
vertebralis) di sepanjang tulang belakang, telapak kaki dan sekeliling pesendian
banyak dilakukan untuk remedial massage.

a. Vibration atau Getaran

Gambar II.5 Vibration

Vibration adalah suatu gerakan getaran yang dilakukan dengan mempergunakan ujung
jari-jari atau seluruh permukaan telapak tangan. Sikap siku fleksi ujung jari-jari seluruh
pemukaan telapak tangan diletakkan pada bagian tubuh yang digetar dan tidak boleh
menekan keras-keras. Gerakan

getaran harus halus sekali dan gerakannya sedapat mungkin ditimbulkan pada
pergelangan tangan oleh kontraksi otot-otot lengan atas dan bawah. Untuk
mendapatkan gerakan yang baik apabila arah jurusan getaran itu ke belakang dan tidak
dari samping ke samping.

b. Skin Rolling atau Melipat dan Menggeser Kulit

Skin rolling adalah suatu gerakan melipat atau menggeser kulit. Sikap pertama seperti
mencubit, kemudian kulit digeserkan, jari-jari menekan bergerak maju dan ibu
jari menekan mendorong dibelakang. Teknik ini dapat menggunakan satu tangan atau
kedua belah tangan. Teknik ini digunakan untuk remedial massage.Efek skin rolling
yang utama adalah untuk mengurangi bahkan menghilangkan fatique atau kelelahan
yang disebabkan antara lain karena terlalu lama akibat aktivitas pekerjaan rekreasi
atau pejalanan jauh, terpapar cuaca/iklim dan suhu lingkungan serta akibat aktivitas
Universitas Respati Indonesia
25
lain yang melelahkan. Akibat adanya rangsangan temperature/suhu yang ekstrim
(terlalu dingin maupun terlalu panas) disekitar kita akan menstimulasi dan
mempengaruhi segmen saraf pada kolumna vertebralis sehingga elastisitas tubuh
menjadi lemah dan reaksi refleknya menurun (tidak kuat menahan udara dingin). Suhu
tubuh kita yang normal antara 36-37oC bila mendapat rangsangan yang lebih dingin
dari luar tubuh, maka akan menimbulkan reaksi yang hebat berupa terjadinya
penguapan (penguapan udara) dalam tubuh terutama dalam system pencernaan
sehingga perut menjadi kembung dan keluarlah flatus (kentut). Jadi bukan angina
yang masuk ke dalam perut, tetapi karena salah satu bagian organ tubuh (pusat saraf)
yang terkena rangsangan dingin. Gejala masuk angina dapat disembuhkan dengan
bermacam-macam cara antara lain dengan remedial massage teknik skin rolling
tersebut pada bagian para vertebra yaitu di kanan kiri kolumna vertebralis secara
sentripetal sentrifugal.

2.3.5 Indikasi Swedish Massage

Swedish massage Indikasi untuk pijatan Definisi dari indikasi untuk pijatan secara
harfiah, alasan untuk memberikan pijatan pada seseorang, atau sebagai syarat bahwa
pijatan dapat mempengaruhi secara positif. Misalnya, alasan untuk merekomendasikan
pijatan adalah jika mereka merasakan sakit atau tegang di bagian tubuh mereka. Daftar
indikasi untuk pijatan sangat luas, seperti yang Anda bayangkan, tetapi di sini ada
beberapa yang umum untuk membantu Anda memahami prinsip: nyeri punggung,
nyeri leher atau bahu, kejang otot, kelemahan otot, whiplash, cedera saraf, carpal
tunnel syndrome , linu panggul, sirkulasi yang buruk, tendinitis, radang sendi,
fibromyalgia, sembelit, sakit kepala dan migrain, gangguan sinus dan masalah kulit .

Universitas Respati Indonesia


26

BAB III

TINJAUAN KASUS

3.3 Analisa Data

Ny. L berjenis kelamin perempuan, berusia 75 tahun, bertempat tinggal dipanti laras

werda ciracas ruang kemuning 2 dan beragam kristen. Klien sudah pernah menikah,

pendidikan terakhir SMP. Klien udah tinggal di panti laras werda ciracas ruang

kemuning 2 selama ± 10 bulan. Pasien tidak mempunyai sumber pendapatan tetap,

dahulu pasien pernah bekerja serabutan. Tidak ada keluarga yang dapat dihubungi.

Keluhan utama yang dirasakan Ny. L saat pengkajian nyeri pada kepala bagian

belakang . Ny. L mengatakan memiliki penyakit hipertensi. Keluhan yang dirasakan

Ny. L dalam 3 bulan terakhir adalah merasa pusing saat beraktivitas dan kadang

takut untuk berdiri ke kamar mandi skala nyeri saat di lakukan pengkajian adalah

untuk mengatasinya Ny. L hanya diam ditempat tidur dan duduk. Selama berada di

panti laras werda ciracas di ruang kemuning 2. Ny. L mengalami perubahan status

fisiologis antara lain Ny. L sering sulit beraktivitas dikarenakan merasa pusing di

belakang kepala. Dalam kemampuan ADL Ny. L melakukannya secara mandiri

tanpa bantuan hanya kadang karena takut terjatuh klien berjalan pelan dan kadang

berpegangan dengan dinding kamar pada saat ingin ke kemar mandi dan tidak ada

perubahan nafsu makan. Klien mengatakan mandi hanya sekali sehari di pagi hari.

Tampak luka garukan di tangan dan kaki tampak kering klien mengatakan suka

menggaruk tangan dan area kaki yang gatal.

Berikut adalah data tanda-tanda vital dan antopometri Ny. L diperoleh ketika

melakukan pengkajian:

1. Keadaan umum baik, Tekanan Darah 170/90 mmHg, Nadi 94 ×/menit, Respirasi

20 ×/menit, Suhu 36,4oC

2. Berat Badan 68 kg, Tinggi badan 170 cm, IMT: 23,52 (Ideal/Normal).

Universitas Respati Indonesia


27

Masalah
No Data Etiologi
Keperawatan
1. DS : Klien mengatakan Proses penuaan Nyeri akut
P : Nyeri di kepala pada saat beraktivitas dan klien mengatakan ↓ berhubungan dengan
mulai menghilang saat klien minum obat agen cedera fisiologis
Q : Nyeri seperti di tusuk tusuk Kerusakan vaskuler pembuluh (D.0077)
R : Nyeri di bagian kepala belakang darah
S : Saat di lakukan pengkajian skala nyeri yang di alami 6 (respon ↓
nyeri 1-10)
T : Nyeri datang tiba- tiba saat klien beraktivitas ataupun istirahat Perubahan struktur
dan klien mengatakan nyerinya selalu berada di tempat yang sama ↓
di belakang kepala
Ateroskerosis / penyumbatan
DO : pembuluh darah

- Klien tampak meringis
- Nyeri skala 6 Vasokontriksi pembuluh darah
a. TD: 170/90 mmHg ↓
b. Nadi: 94 ×/menit
c. Repirasi: 20 ×/menit Gangguan sirkulasi

Tekanan intravaskuler
meningkat

Agen cedera fisiologis (Penekanan


vaskuler serebralmeningkat)

Nyeri akut

Universitas Respati Indonesia


28

Menurunnya sistem organ tubuh


DS : Klien mengatakan jika pusing datang klien hanya bisa tidur
saja di kamar dan tidak melakukan aktivitas sama sekali dan klien Intoleransi aktivitas
mengatakan jika sedang pusing klien di bawakan makanan dan berhubungan dengan
obat ke kamar oleh perawat Hipertensi ketidakseimbangan
antara suplai dan
kebutuhan oksigen
DO : Tekanan pembuluh darah (D0056 hal. 128)
a. Klien tampak lemas dan lesu perifer meningkat
b. Aktivitas tampak terbatas
c. Tampak saat ke kamar mandi klien berjalan pelan dan Resti curah jantung menurun
berpegangan dengan dinding kamar
d. Aktivitas tampak di bantu sebagian oleh perawat Ketidakseimbangan suplai O2
& kebutuhan jaringan

Energi menurun

Kelemahan umum

Intoleransi aktivitas

Universitas Respati Indonesia


29

DS : Proses penuaan
- Klien mengatakan gatal di daerah tangan dan kaki
- Klien mengatakan tidak suka mandi sore, mandi hanya Gangguan integritas
sehari sekali Gaya hidup kulit/jaringan
- Klien mengatakan jika gatal klien suka menggaruk tangan dan ↓ (D.0129) (hal.282)
kakinya Penurunan kebersihan diri

DO : Mandi hanya 1x sehari
- Klien menggaruk ↓
- Terdapat luka bekas garukan di kaki dan tangan klien Terlihat gatal-gatal

Terdapat luka garukan


Gangguan integritas kulit/jaringan

3.4 Diagnosa Keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (D.0077 hal.172)

2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai dan kebutuhan oksigen (D0056 hal. 128)

3. Gangguan integritas kulit/jaringan (D.0129) (hal.282)

Universitas Respati Indonesia


30

3.5 Intervensi Keperawatan


1 LUARAN UTAMA LUARAN TAMBAHAN INTERVENSI UTAMA INTERVENSI PENDUKUNG RASIONAL

DIAGNOSIS Nyeri akut (D.077) (hal.306) Tingkat nyeri 1. Kontrol nyeri 1. Manajemen nyeri 1. Aroma terapi (i.08233) 1. Untuk mengetahui tingkat
(L.08063) (hal.58) (I.08238) (hal.201) (hal.16) nyeri pasien
2. Mobilitas fisik (hal.201) 2. Edukasi teknik napas 2. Untuk mengetahuitingkat
(L.05042) (hal.65) (I.12452) (hal.111) ketidaknyamanan
3. Pola tidur (L.05045) 3. Kompres dingin (I.08234) dirasakan oleh pasien
(hal.96) (cat: lihat hal. (hal. 131) 3. Untuk melihat efektivitas
KATEGORI Psikologi
4. Status terapi komplementer yang
4. Konpres panas (I.08235)
(Cat: lihat hal.174) sudah diberikan
kenyaman 485)) (hal. 132)
4. Untuk mengalihkan
(L.08064) perhatian pasien danrasa
SUB KATEGORI Nyeri dan kenyamanan (hal.110) nyeri
DEFINISI Pengalaman sensorik dan Pengalaman sensorik 1. Tindakan 1. Mengidentifikasi dan 1. Memberikan minyak 5. Untuk mengetahui
emosional yang berkaitan dan emosional yang untuk mengelola esensial, mandiuap, apakah nyeri yang
dengan kerusakan jaringan berkaitan dengan meredakan pengalaman sensorik atau kompres untuk dirasakan pasien
pengalaman atau emosional yang meredakannyeri, berpengaruh terhadap
actual atau fungsional, kerusakan jaringan
sensorik atau berkaitan dengan menurunkan tekanan yang lainnya
dengan onset mendadak actual atau 6. Pemberian health
atau lambat dan fungsional, dengan emosional kerusakan jaringan darah, meningkatkan
education dapat
yang tidak atau fungsional relaksasi dan
berintensitas ringan hingga onset mendadak atau mengurangi tingkat
menyenangk dengan onset kenyamanan
berat yang berlangsung lambat dan kecemasan dan membantu
an akibat mendadak atau lambat 2. Memfasilitasi klien dalam membentuk
kurang dari 3 bulan berintensitas ringan kerusakan dan berintensitas penggunaan kondisi mekanisme koping
hingga berat dan jaringan ringan hingga berat hipnosis yang terhadap rasa nyeri
konstan 2. Kemampuan dan konstan. dilakukan diri sendiri 7. Tanda vital merupakan
dalam 2. Menyiapkan dan untuk manfaat acuan untuk mengetahui
gerakanfisik memberikan agen terapeutik kondisi umum pasien
dari satu atau farmokologisuntuk
lebih mengurangi atau
ekstermitas menghilangkan rasa
secara sakit
mandiri
Ekspektasi: menurun Ekspektasi: meningkat

Universitas Respati Indonesia


31

Penyebab: KH : KH: Tindakan: Tindakan:

1. Agen pencedera 1. Keluhan nyeri 1. Melaporkan nyeri Observasi Observasi


fisiologi (mis.inflamasi, 2. Meringis terkontrol
iskemia) 3. Sikap protektif 2. Kemampuan  Identifikasi lokasi,  Identifikasi pilihan
2. Agen pencedera fisik 4. Gelisah mengenali karakteristik, durasi, aroma yang disukaidan
(mis. Abses, amputasi, 5. Kesulitasn tidur onsetnyeri frekuensi,kualitas, tidak disukai
trauma, latihan fisik 3. Kemampuan intensitas nyeri  Identifikasi tingkat nyeri,
berlebihan) menggunaka  Identifikasi skala nyeri stress, kecemasan dana
nteknik non-  Monitor keberhasilan lam perasaan sebelum
farmakologis terapi komplementer dan sesudah aromaterapi
Gejala dan tanda Mayor 4. Dukungan orang yang sudah diberikan
Subjektif terdekat
Terapeutik:
1. Mengeluh nyeri Terapeutik
 Pilih minyak esensial
(PQRST)
 Berikan teknik yang tepat sesuai
nonfarmakologis untuk dengan indikasi
mengurangi rasa nyeri  Berikan minyak esensial
Objektif: (mis. Hypnosis, dengan metodeyang
akupresur, terapi music, tepat
1. Tampak meringis
kompres hangat/dingin)
2. Bersikap protektif
 Kontrol lingkungan
3. Gelisah Edukasi:
yang memperberat
rasa nyeri (mis. Suhu  Ajarkan cara menyimpan
ruangan, pencahayaan, minyak esensiadengan
kebisingan) tepat
 Fasilitasi istirahat dan tidur

Universitas Respati Indonesia


32

2 LUARAN UTAMA LUARAN INTERVENSI UTAMA INTERV RASIONAL


TAMBAHAN ENSI
PENDUK
UNG
DIAGNOSIS Intoleransi aktivitas Toleransi aktivitas 1. Ambulasi (L. 1. Managemen energi 1. Dukungan ambulasi Observasi
berhubungan dengan (L.05047) (hal.149) 05038) (hal.16) (I.05178) (I.06171)
2. Curah jantung 2. Terapi aktivitas
ketidakseimbangan antara 2. Dukungan kepatuhan  Menetapkan kemampuan
suplai dan kebutuhan oksigen (L.02008)(hal. 20) (I.05186) program pengobatan
3. Konservasi energi atau kebutuhan pasien
(D0056 hal. 128) (I.12361)
(L.05040) dan memudahkan pilihan
4. Tingkat keletihan 3. Dukungan meditasi intervensi
Fisiologis (L.05046) (I.05172)  Mengetahui
KATEGORI 4. Edukasi tehnik ambulasi perkembangan keadaan
(Cat: lihat hal.165) (I.12450)
umum klien
 Dapat mengurangi
SUB
penggunaan energi dan
KATEGORI Aktivitas/istirahat
membantu keseimbangan
antara suplai antara
suplai dan kebutuhan O2.
DEFINISI Ketidakcukupan energi Respon fisiologi 1. Aktivitas  Mengidentifikasi  Memfasilitasi  Kemajuan aktivitas
untuk melakukan terhadap aktivitas yang berjalan dari dan mengelola pasien untuk bertahap mencegah
aktivitas sehari-hari membutuhkan tenaga satu tempat penggunaan meningkatkan
ke tempat energi untuk aktivitas
penurunan kerja jantung
lain secara mnegatasi atau berpindah
mandiri baik mencegah  Memfasilitasi
2. Ketidak kelelahan dan ketepatan dan
adekuatan mengoptimalkan keteraturan
jantung proses pemulihan menjalani program
memompa  Tehnik relaksasi pengobatan yang
darah untuk dengan pembentukan sudah di tentukan
memenuhi imajinasi individu  Memfasilita
kebutuhan dengan si perubahan
metabolisme mengguanakn semua tingkat
tubuh indera melalui proses kesadaran
3. Kemampuan kognitif untuk dengan
menggunaka mengurangi stres berfokus
n energi secara
secara khusus pada
efektif dan permikiran
efisien dan
perasaan

Universitas Respati Indonesia


33

Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: meningkat,


membaik

Penyebab: KH : KH:
 Saturasi oksigen  Menopang berat Tindakan: Tindakan Tindakan
 Ketidakseimbangan  Kemudahan dalam badan
antara suplai dan melakukan aktivitas  Berjalan dengan Observasi Observasi: Observasi :
kebutuhan oksigen  Kecepatan berjalan langkah efektif
 Berjalan denngan  Identifikasi gangguan a. Identifikasi adanya nyeri
 Tirah Baring fungsi tubuh yang atau keluhan fisik lainnya. 1. Untuk mengkaji nyeri secara
langkah sedang komperehensif
Menurun mengakibatkan kelelahan b. Identifikasi toleransi fisik
 Kelemahan  Perasaan lemah Menurun  Monitor kelelahan fisik melakukan ambulasi. 2. Untuk mencegah komplikasi
 Aritmia saat aktivitas  Nyeri saat berjalan dan emosional c. Jelaskan tujuan dan pada luka
 Imobilisasi
 sianosis  Kaku pada  Monitor pola dan jam prosedur ambulasi. 3. Mengetahui adanya hipotensi
persendian tidur d. Anjurkan melakukan dan hipotermi serta adanya
 Gaya hidup monoton
 Keengganan  Monitor lokasi dan ambulasi dini. kontraindikasi melakukan
Gejala dan Tanda ketidaknyamanan selama e. Ajarkan ambulasi aktivitas
Mayor melakukan aktivitas sederhana yang harus 4. Untuk mengetahui catatan
dilakukan (mis. Berjalan dari perkembangan ROM pada
Subyektif: Terapeutik tempat tidur ke kursi roda, pasien
berjalan dari tempat tidur ke 5. Membantu pasien jika ada
Mengeluh lelah  Sediakan lingkungan keterbatasan dalam gerak
kamar mandi, berjalan sesuai
nyaman dan rendah toleransi). 6. Mencegah resiko jatuh
stimulus (mis: cahaya, 7. Agar klien bisa melatih
Obyektif:
suara, kunjungan) Edukasi kekuatan otot dan mencegah
 Lakukan latihan rentang
 frekuensi jantung dekubitus
gerak pasif dan/atau aktif a. Identifikasi kesiapan dan
meningkat > 20% dari
kondisi istirahat  Berikan aktivitas distraksi kemampuan menerima
yang menenangkan informasi.
 Fasilitasi duduk di sisi Sediakan materi, media dan
tempat tidur, jika tidak alat bantu jalan (mis.tongkat,
dapat berpindah atau walker, kruk)
berjalan b. Jadwalkan pendidikan
kesehatan sesuai
Edukasi kesepakatan.
c. Jelaskan prosedur dan
 Anjurkan tirah baring tujuan ambulasi tanpa alat
 Anjurkan melakukan bantu.
aktivitas secara bertahap d. Anjurkan menggunakan
 Anjurkan menghubungi alas kaki yang memudahkan
perawat jika tanda dan berjalan dan mencegah

Universitas Respati Indonesia


34

gejala kelelahan tidak cedera.


berkurang e. Ajarkan duduk di tempat
 Ajarkan strategi koping tidur, di sisi tempat tidur
untuk mengurangi (menjuntai), atau di kursi,
kelelahan sesuai toleransi.
f. Ajarkan berdiri dan
Kolaborasi ambulasi dalam jarak
tertentu.
Kolaborasi dengan ahli gizi
tentang cara meningkatkan
asupan makanan

Universitas Respati Indonesia


35

3. LUARAN UTAMA LUARAN INTERVENSI UTAMA INTERVENSI RASIONAL


TAMBAHAN PENDUKUNG

DIAGNOSIS Gangguan integritas Integritas kulit dan 1. Perfusi perifer 5. Perawatan integritas 3. Dukungan perawatan Observasi
kulit/jaringan (D.0129) jaringan(L.14125) (L.02011) (hal. kulit (I.11353) (hal.316) diri (I.11348)(hal.36)  Untuk
(hal.282) (hal.33) 84) 6. Peraw 4. Edukasi perawatan mengetahui
2. Status kulit (I.12426) penyebab
sirkulasi atan luka (hal.94) gangguan
(L.02016) 5. Manajemen nyeri integritas kulit
Lingkungan (hal.127) (I.14564) 6. Pemberian obat
KATEGORI 3. Penyembuhan Terapeutik :
luka (L.14130) (hal.328)  Untuk
Keamanan dan proteksi (Cat: lihat hal.158) (hal.78) mengetahui
4. Status (cat: lihat posisi tiap 2 jam
SUB nutrisi jika tirah baring
KATEGORI (L.03030 hal. 460)) Untuk
) mengetahui
(hal.121) pemijatan pada
DEFINISI Kerusakan kulit (dermis Keutuhan kulit  Keadekuatanaliran  Mengidentifikasi  Memfasilitasi penonjolan
dan/atau jaringan (dermis dan/atau darah pembuluh dan merawat kulit pemenuhan kebutuhan tulang
(membrane mukosa, epidermis) atau darah distal untuk untuk menjaga diri  Gunakan
kornea, fasia, otot, tendon, jaringan (membrane menunjang fungsi keutuhan,  Memberikan produk
tulang, kartilago, kapsul mukosa,kornea, fasia,  Pengambilan kelembaban dan informasi untuk berbahan
sendi dan/atau ligament) otot, tendon, tulang, berbagai zat yang mencegah memperbaiki atau petroleum atau
diperlukan ke perkembangan meningkatkan minyak pada
kartilago, kapsul sendi
seluruh tubuh dan mikroorganisme integritas jaringan kulit kering
dan/atau ligament)
pengambilan zat  Mengidentifikasi dan kulit  Agar pasien
yang tidak meningkatkan mengetahui
diperlukan untuk penyembuhanluka produk
dikeluarkan serta mencegah berbahan
dari tubuh terjadinya komplikasi ringan/alami
luka dan hipoalergik
pada kulit
sensitive
 Agar pasien
Ekspektasi: meningkat Ekspektasi: meningkat,
menghindari
membaik produk
berbahan dasar
alkohol pada
kulit kering
Edukasi:

Universitas Respati Indonesia


36

 Agar pasien
menggunakan
pelembab
 Agar pasien
minum air yang
cukup
 Agar pasien
meningkatkan
asupan nutrisi
 Agar pasien
meningkatkan
asupan buah
dan sayur

Penyebab: KH : KH: Tindakan: Tindakan : 1. Mengetahui penyebab


1. Kaji penyebab gangguan gangguan integritas
 Perubahan sirkulasi  Elastisitas  Denyut nadi perifer Observasi integritas kulit.
 Factor mekanik  Hidrasi  Penyembuhan luka kulit.
 Identifikasi penyebab 2. Gunakan produk berbahan
(mis.Penekanan  Perfusi jaringan  Sensasi petrolium atau minyak pada
pada tonjolan tulang, gangguan integritas kulit 2. Menjaga kelembab
(mis.Perubahan kulit kering.
gesekan) kulit.
 Proses penuaan Menurun Menurun sirkulasi, perubahan 3. Anjurkan menggunakan
 Perubahan pigmentasi status nutrisi, penurunan pelembab (Salah satu cara 3. Membentu menjaga
 Pigmen abnormal  Warna kulit pucat kelembaban, suhu menjaga dan mencegah
kelembaban kulit.
 Jaringan parut  Nyeri ekstermitas lingkungan ekstrem, terjadinya kerusakan
Gejala dan Tanda Mayor Nekrosis Nekrosis penurunan mobilitas) integritas kulit adalah 4. Menjaga hidrasi tubuh
Subyektif: dengan minyak zaitun,
agarkulit tidak kering.
minyak zaitundipercaya
(tidak tersedia) Terapeutik dapat membantu 5. Menjaga kebersihan
mempertahankan
 Ubah posisi tiap 2 jam kelembapan serta elastisitas
tubuh dan kulit terjaga
jika tirah baring kulit
Obyektif:  Lakukan pemijatan pada sekaligusmemperlancar
 Kerusakan jaringan dan/atau area penonjolan tulang, proses regenerasi kulit,
lapisan kulit jika perlu sehingga kulit tidak mudah
kering dan berkerut
 Gunakan produk
4. Anjurkan minum air yang
berbahan petroleum
cukup.
atau minyakpada kulit
Anjurkan mandi dan menggunakan
kering
sabun secukupnya

Universitas Respati Indonesia


37

3.6 Implementasi Dan Evaluasi Keperawatan


Implementasi dan Evaluasi Keperawatan
KUNJUNGAN 1
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 1 EVALUASI TTD
Nyeri akut berhubungan 28 maret 2022 jam Mega
dengan agen cedera
15.00  Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, DS : klien mengatakan nyeri pada bagian
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. kepala
fisiologis : peningkatan
tekanan vaskuler serebral  Memberikan tehnik non farmakologis untuk DO :
mengurangi rasa nyeri (mis, tensi, hipnosis, TTV (TD : 170/90 mmHg, N : 94
(D.0077)
akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, x/menit, RR : 20 x/menit, S : 36,5 ⁰C
(hal 172)
aroma terapi, tehnik imajinasi terbimbing, kompres P : nyeri karena gerakan fisik
DS : Ny. L mengatakan
hangat/dingin, terapi bermain) Q : dirasakan seperti di tusuk-
nyeri pada bagian
kepala  Melakuakan kontrol lingkungan yang memperberat tusuk
DO :
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan , R : Nyeri di bagian kepala
 TTV (TD :170/90
mmHg, N : 94 kebisingan) belakang
x/menit, RR : 20
x/menit, S : 36,5⁰C  Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri S : skala nyeri 6
 P : nyeri saat  Menjelaskan strategi meredakan nyeri T : nyeri yang dirasakan hilang
beraktivitas timbul
 Q : dirasakan seperti  Mengajarkan tehnik non farmakologis untuk
di tusuk-tusuk mengurangi rasa nyeri
 R : di bagian kepala A: Masalah belum teratasi
belakang  Melakukan kolaborasi pemberian analgesik,jika
 S : skala nyeri 6 perlu P: Lanjutkan Intervensi
 T: nyeri yang
dirasakan hilang
timbul

Universitas Respati Indonesia


38

Intoleransi aktivitas 28 maret 2023  Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi DS : Mega
berhubungan dengan Jam 16.00  Klien mengatakan takut untuk
untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
ketidakseimbangan melakukan aktivitas jika sedang
antara suplai dan mengoptimalkan proses pemulihan pusing
kebutuhan oksigen
(D0056 hal. 128)  Anjurkan tehnik relaksasi dengan pembentukan  Klien mengatakan selalu
imajinasi individu dengan mengguanakan semua berpegangan dengan tembik dan
DS : tempat tidur saat hendak berdiri
 Klien mengatakan jika indera melalui proses kognitif untuk mengurangi
pusing datang klien stres DO :
hanya bisa tidur saja
di kamar dan tidak  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang  Klien tampak berpegangan dengan
melakukan aktivitas tempat tidur saat hendak kee kamar
mengakibatkan kelelahan
sama sekali dan klien mandi
mengatakan jika  Monitor kelelahan fisik dan emosional  Klien di bantu saat mau berdiri
sedang pusing klien di  Monitor pola dan jam tidur  Klien tampak lemah dan lesu
bawakan makanan dan
obat ke kamar oleh  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
perawat A : Masalah belum teratasi
melakukan aktivitas
P: Intervensi di lanjutkan
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
DO :
 Klien tampak lemas (mis: cahaya, suara, kunjungan)
dan lesu  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
 Aktivitas tampak
terbatas  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Tampak saat ke  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
kamar mandi klien
berjalan pelan dan berpindah atau berjalan
berpegangan dengan
dinding kamar
 Aktivitas tampak di
bantu sebagian oleh
perawat

Universitas Respati Indonesia


39

Gangguan integritas  Mengidentifikasi penyebab gangguan DS: Mega


- Ny. L mengatakan masih suka gatal-gatal
kulit/jaringan integritas kulit (mis.Perubahan sirkulasi,
- Klien mengatakan mandi saat pagi saja
berhubungan dengan perubahan status nutrisi, penurunan
DO:
proses penuaan (D.0129) kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
- Kerusakan jaringan dan/atau lapiran
(hal.282) penurunan mobilitas)
kulit
- Klien  mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah
mengatakan - Kemerahan
gatal di daerah baring
- Terdapat luka bekas garukan
tangan dan kaki  melaakukan pemijatan pada area penonjolan
- Klien A: Masalah belum teratasi
mengatakan tidak tulang,jika perlu
P: Lanjutkan Intervensi
suka mandi sore,  mengunakan produk berbahan
mandi hanya
sehari sekali ringan/alami dan hipealergik
- Klien mengatakan jika pada kulit sensitive
gatal klien suka
menggaruk tangan dan  menghindari produk berbahan dasar
kakinya alcohol pada kulitkering
DO :
- Klien menggaruk
- Terdapat luka bekas
garukan di kaki dan
tangan klien

Universitas Respati Indonesia


40

KUNJUNGAN 2
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 2 EVALUASI TTD
Nyeri akut berhubungan 29 maret 2022 Mega
Jam 17.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, DS :
dengan agen cedera
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri. Ny. L mengatakan nyeri pada bagian
fisiologis : peningkatan 2. Memberikan tehnik non farmakologis untuk kepala berkurang
mengurangi rasa nyeri( mis, tens, hipnosis, DO :
tekanan vaskuler serebral
akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, TTV
(D.0077) aroma terapi, tehnik imajinasi terbimbing, kompres TD :150/80mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20
hangat/dingin, terapi bermain) x/menit, S : 36,5⁰C
(hal 172)
3. Melakuakan kontrol lingkungan yang memperberat P: Nyeri karena gerakan fisik berkurang
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan , Q: Dirasakan berdenyut-denyut
DS : Ny. L mengatakan
kebisingan) R :Kepala bagian belakang
nyeri pada bagian
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri S : skala nyeri 3
kepala berkurang
T : nyeri yang dirasakan hilang timbul
DO :
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri A: Masalah teratasi
TTV
6. Mengajarkan tehnik non farmakologis untuk sebagian
TD :150/80mmHg, N : 80
mengurangi rasa nyeri P: Lanjutkan Intervensi
x/menit, RR : 20 x/menit,
7. Melakukan kolaborasi pemberian analgesik,jika
S : 36,5⁰C
perlu
P: Nyeri karena
gerakan fisik
berkurang
Q: Dirasakanberdenyut-
denyut
R :Kepalabagian belakang
S : skala nyeri 3
T : nyeri yang dirasakan
hilang timbul

Universitas Respati Indonesia


41

Gangguan integritas 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan DS: Mega


integritas kulit (mis.Perubahan sirkulasi,
kulit/jaringan - Ny.L mengatakan menggunakan pelembab
perubahan status nutrisi, penurunan
berhubungan dengan kelembaban, suhu lingkungan ekstrem, di kulit bagian yang gatal
penurunan mobilitas)
proses penuaan (D.0129) - Klien mengatakan mandi saat pagi saja
2. mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah
(hal.282) baring DO:
3. melaakukan pemijatan pada area penonjolan
DS: - Klien tampak mengguanakn pelembab
tulang,jika perlu
- Ny.L mengatakan
4. mengunakan produk berbahan - Kemerahan sedikit berkurang
menggunakan
ringan/alami dan hipealergik
pelembab di kulit - Masih terdapat luka bekas
pada kulit sensitive
bagian yang gatal
5. menghindari produk berbahan dasar garukan
alcohol pada kulit kering
- Klien mengatakan - A: Masalah teratasi sebagian
mandi saat pagi saja
P: Lanjutkan Intervensi
DO:
- Klien tampak
mengguanakn
pelembab
- Kemerahan sedikit
berkurang
- Masih terdapat luka
bekas garukan
Intoleransi aktivitas  Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi DS : Mega
berhubungan dengan  Klien mengatakan sudah bisa berjalan ke
untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
ketidakseimbangan depan kamar untuk makan dan duduk
antara suplai dan mengoptimalkan proses pemulihan
kebutuhan oksigen
(D0056 hal. 128)  Anjurkan tehnik relaksasi dengan pembentukan DO :
imajinasi individu dengan mengguanakan semua  Klien tampak lebih segar
DS :  Sudah mulai melakukan aktivitas terbatas
 Klien mengatakan sudah indera melalui proses kognitif untuk mengurangi stres  Tampak sudah tidak berpegangan dinding
bisa berjalan ke depan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang hanya jalan masih perlahan
kamar untuk makan dan  Aktivitas mandiri
duduk mengakibatkan kelelahan
 Monitor kelelahan fisik dan emosional
DO :  Monitor pola dan jam tidur
 Klien tampak lebih
segar  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama
 Sudah mulai

Universitas Respati Indonesia


42

melakukan aktivitas melakukan aktivitas


terbatas
 Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
 Tampak sudah tidak
berpegangan dinding (mis: cahaya, suara, kunjungan)
hanya jalan masih
 Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
perlahan
 Aktivitas mandiri  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
berpindah atau berjalan

Universitas Respati Indonesia


43

KUNJUNGAN 3
NO.DX WAKTU IMPLEMENTASI 3 EVALUASI TTD
Nyeri akut berhubungan 30 maret 2022 Mega
Jam 15.00 1. Mengidentifikasi lokasi, karakteristik, durasi, DS :
dengan agen cedera
frekuensi, kualitas, intensitas nyeri.
fisiologis : peningkatan
2. Memberikan tehnik non farmakologisuntuk N y. L mengatakan jika sakit kepala
tekanan vaskuler serebral
mengurangi rasa nyeri( mis, tens, hipnosis, muncul klien memijat bagian pundak dan
(D.0077)
akupresure, terapi musik, biofeedback, terapi pijat, kepala untuk mengilangkan rasa nyeri
(hal 172)
aroma terapi, tehnik imajinasi terbimbing, kompres
DS :Ny. L mengatakan DO :
hangat/dingin, terapi bermain)
jika sakit kepala
TTV
muncul klien 3. Melakuakan kontrol lingkungan yang memperberat
memijat bagian TD :130/180 mmHg,
rasa nyeri (mis. Suhu ruangan, pencahayaan ,
pundak dan kepala
N: 72 x/menit, RR: 20 x/menit, S : 36,7 ⁰C
untuk mengilangkan kebisingan)
rasa nyeri P: Nyeri karena aktivitas berkurang
4. Menjelaskan penyebab, periode, dan pemicu nyeri
Q: Dirasakan berdenyut-denyut berkurang
DO :
TTV R: Kepala bagian belakang berkurang
5. Menjelaskan strategi meredakan nyeri
TD :130/180 mmHg, S : Skala nyeri 2
N: 72 x/menit, RR: 20 6. Mengajarkan tehnik non farmakologis untuk
x/menit, S : 36,7 ⁰C T:Nyeri yang dirasakan hilangtimbul
mengurangi rasa nyeri
P: Nyeri karena aktivitas berkurang
berkurang 7. Melakukan kolaborasi pemberian analgesik,jika
Q: Dirasakan berdenyut- perlu
denyut berkurang A: Masalah teratas sebagian
R: Kepala bagian
belakang berkurang P: Lanjutkan Intervensi
S : Skala nyeri 2
T:Nyeri yang
dirasakan hilang
timbul berkurang

Universitas Respati Indonesia


44

Gangguan integritas 1. Mengidentifikasi penyebab gangguan S: Mega


- Klien mengatakan gatal di tangan dan kaki
kulit/jaringan integritas kulit (mis.Perubahan sirkulasi,
sudah berkurang
berhubungan dengan perubahan status nutrisi, penurunan
- Klien mengatakan sudah mandi pagi dan
proses penuaan (D.0129) kelembaban, suhu lingkungan ekstrem,
sore
(hal.282) penurunan mobilitas)
- Klien mengatakan selalu menggunakan
DS: 2. mengubah posisi tiap 2 jam jika tirah
pelembab setelah mandi
- Klien mengatakan
baring
gatal di tangan dan
kaki sudah berkurang 3. melaakukan pemijatan pada area penonjolan
DO:
tulang,jika perlu - Kerusakan jaringan dan/atau lapiran kulit
- Klien mengatakan
berkurang
sudah mandi pagi dan 4. mengunakan produk berbahan
- Kemerahan di bagian tangan
sore
ringan/alami danhipealergik pada dan kaki berkurang
- Klien mengatakan
selalu menggunakan kulit sensitive
A: Masalah belum teratasi
pelembab setelah
5. menghindari produk berbahan dasar P: Lanjutkan Intervensi
mandi
DO: alcohol pada kulit kering
- Kerusakan jaringan
dan/atau lapiran kulit
berkurang
- Kemerahan di bagian
tangan dan kaki
berkurang

Universitas Respati Indonesia


45

Intoleransi aktivitas  Mengidentifikasi dan mengelola penggunaan energi DS : Mega


berhubungan dengan  Klien mengatakan sudah bisa berjalan ke
untuk mengatasi atau mencegah kelelahan dan
ketidakseimbangan depan kamar untuk makan dan duduk
antara suplai dan mengoptimalkan proses pemulihan  Klien mengatakan senang bisa berinteraksi
kebutuhan oksigen di luar kamar dari pada hanya di kamar
 Anjurkan tehnik relaksasi dengan pembentukan
(D0056 hal. 128)  Klien mengatakan sudah mengikuti senam
imajinasi individu dengan mengguanakan semua yang di adakan di panti
DS :
 Klien mengatakan sudah indera melalui proses kognitif untuk mengurangi stres
bisa berjalan ke depan  Identifikasi gangguan fungsi tubuh yang DO :
kamar untuk makan dan  Klien tampak lebih segar
duduk mengakibatkan kelelahan  Sudah mulai melakukan aktivitas
 Klien mengatakan  Monitor kelelahan fisik dan emosional  Klien mampu melakukan aktivitas
senang bisa berinteraksi mandiri
di luar kamar dari pada  Monitor pola dan jam tidur
hanya di kamar  Monitor lokasi dan ketidaknyamanan selama A : Masalah teratasi
 Klien mengatakan sudah P : Pertahankan Intervensi
mengikuti senam yang melakukan aktivitas
di adakan di panti  Sediakan lingkungan nyaman dan rendah stimulus
(mis: cahaya, suara, kunjungan)
DO :
 Klien tampak lebih  Lakukan latihan rentang gerak pasif dan/atau aktif
segar  Berikan aktivitas distraksi yang menenangkan
 Sudah mulai
melakukan aktivitas  Fasilitasi duduk di sisi tempat tidur, jika tidak dapat
 Klien mampu berpindah atau berjalan
melakukan aktivitas
mandiri

Universitas Respati Indonesia


46

3.7 Standar Prosedur Operasional

Standar Prosedur Operasional


Diagnosa Intervensi Prosedur I
NO Prosedur II Prosedur III
Keperawatan Keperawatan Pemberian Tirah Baring
Terapi relaksasi nafas dalam Pemberian kompres hangat
(Hal.247)
(Hal.413) (hal.405)
Nyeri akut 1. Manajemen 1. Identifikasi pasien 1. Identifikasi pasien menggunakan 1. Identifikasi pasien menggunakan
berhubungan nyeri (I.08238) menggunakan minimal dua minimal dua identitas (nama lengkap, minimal dua identitas (nama
dengan agen cedera 2. Latihan identitas (nama lengkap, tanggal lahir, dan/atau rekam medis) lengkap, tanggal lahir, dan/atau
fisiologis : pernafasan tanggal lahir, dan/atau 2. Jelaskan tujuan dan langkah-langkah rekam medis)
peningkatan (I.01007) rekam medis) prosedur 2. Jelaskan tujuan dan langkah-
tekanan vaskuler 2. Jelaskan tujuan dan 3. Siapkan alat dan bahan yang langkah prosedur
serebral (D.0077) langkah-langkah prosedur diperlukan : 3. Siapkan alat dan bahan yang
3. Lakukan kebersihan tangan  Sarung tangan bersih, jika perlu diperlukan :
6 langkah  Kursi dengan sandaran, jika perlu  Sarung tangan bersih
4. Identifikasi faktor pencetus  Bantal  Alat kompres hangat
dan pereda nyeri 4. Lakukan kebersihan tangan 6 langkah  Kain penutup kompres
5. Monitor kualitas nyeri 5. Pasang sarung tangan, jika perlu 4. Pilih alat kompres yang nyaman
(seperti terasa tajam, 6. Tempatkan pasien di tempat yang dan mudah didapat (seperti
tumpul,diremas-remas, tenang dan nyaman kemasan gel beku, kain atau
ditimpa beban berat) 7. Ciptakan lingkungan tenang dan tanpa handuk)
1
6. Monitor lokasi dan gangguan dengan pencahayaan dan 5. Periksa suhu alat kompres
penyebaran nyeri suhu ruang nyaman, jika 6. Lakukan kebersihan tangan 6
7. Monitor intensitas nyeri memungkinkan langkah
dengan menggunakan skala 8. Berikan posisi yang nyaman (misal 7. Pasang sarung tangan bersih
8. Monitor durasi dan dengan duduk bersandar atau tidur) 8. Pilih lokasi kompres
frekuensi nyeri 9. Anjurkan rileks dan merasakan 9. Balut alat kompres hangat dengan
9. Atur interval waktu sensasi relaksasi kain, jika perlu
pemantauan sesuai dengan 10. Latih melakukan teknis nafas dalam 10. Lakukan kompres hangat pada
kondisi pasien : area yang sudah dipilih
10. Informasikan hasil  Anjurkan tutup mata dan konsentrasi 11. Hindari penggunaan kompres
pemantauan, jika perlu penuh pada jaringan yang terpapar
11. Lakukan kebersihan tangan  Ajarkan melakukan inspirasi dengan terapi radiasi
6 langkah menghirup udara melalui hidung 12. Rapikan pasien dan alat-alat
secara perlahan yang digunakan
13. Lepaskan sarung tangan

Universitas Respati Indonesia


47

12. Dokumentasikan prosedur  Ajarkan melakukan ekspirasi dengan 14. Lakukan kebersihan tangan 6
yang dilakukan dan respon menghembuskan udara dengan cara langkah
pasien mulut mencucu secara perlahan 15. Dokumentasikan prosedur yang
 Demonstasikan menarik napas selama dilakukan dan respon pasien
4 detik, menahan napas selama 2 detik
dan menghembuskan nafas selama 8
detik
11. Monitor respon pasien selama
dilakukan prosedur
12. Rapikan pasien dan alat-alat yang
digunakan
13. Lepaskan sarung tangan
14. Lakukan kebersihan tangan 6
langkah
15. Dokumentasikan prosedur yang
dilakukan dan respon pasien
Definisi Mengumpulkan data dan Menggunakan teknik nafas dalanuntuk Melakukan stimulasi kulit dan jaringan
menganalisis nyeri mengurangi tanda dan gejala untuk mengurangi nyeri, meningkatkan
ketidaknyamanan seperti nyeri, kenyamanan dan mendapatkan efek
ketegangan otot, atau kecemasan terapeutik lainnya
melalui paparan hangat / panas

Universitas Respati Indonesia


48

BAB IV

HASIL DAN
PEMBAHASAN

4.1 Pengkajian

Pengkajian adalah proses awal pengambilan data dari asuhan keperawatan.

BerdasarkanBerdasarkan data yang telah dikumpulkan selama pengkajian yang di

lakukan pada Ny. L tanggal 27 maret 2023 jam 15.00. Ny. L saat pengkajian nyeri

pada kepala bagian belakang . Ny. L mengatakan memiliki penyakit hipertensi.

Keluhan yang dirasakan Ny. L dalam 3 bulan terakhir adalah merasa pusing saat

beraktivitas dan kadang takut untuk berdiri ke kamar mandi skala nyeri saat di

lakukan pengkajian adalah untuk mengatasinya Ny. L hanya diam ditempat tidur

dan duduk. Selama berada di panti laras werda ciracas di ruang kemuning 2. Ny. L

mengalami perubahan status fisiologis antara lain Ny. L sering sulit beraktivitas

dikarenakan merasa pusing di belakang kepala. Dalam kemampuan ADL Ny. L

melakukannya secara mandiri tanpa bantuan hanya kadang karena takut terjatuh

klien berjalan pelan dan kadang berpegangan dengan dinding kamar pada saat

ingin ke kemar mandi dan tidak ada perubahan nafsu makan. Klien mengatakan

mandi hanya sekali sehari di pagi hari. Tampak luka garukan di tangan dan kaki

tampak kering klien mengatakan suka menggaruk tangan dan area kaki yang

gatal. Keadaan umum baik, Tekanan Darah 170/90 mmHg, Nadi 94 ×/menit,

Respirasi 20 ×/menit, Suhu 36,4oC. Berat Badan 68 kg, Tinggi badan 170 cm,

IMT: 23,52 (Ideal/Normal). Skor pemeriksaan keseimbangan Berg adalah 48

(mandiri atau independen). Berdasarkan data hasil diatas selama pengkajian pada

pada Tn. W, ternyata tidak ditemukan kesenjangan antara data hasil pengkajian
U

Universitas Respati Indonesia


49
dengan tanda dan gejala yang ada dalam teoritis.

4.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan adalah proses asuhan keperawatan setelah tahap
pengkajian. Diagnosa keperawatan merupakan respon individu pada masalah
kesehatan baik yang aktual maupun potensial. Berdasarkan hal tersebut setelah
dilakukan pengkajian pada Ny. L penulis yang di lakukan pada Ny. L pada
tanggal 27 maret 2023 jam 15.00 di ruang Kemuning 2 Panti Sasana Tresna
Werdha Budhi Mulia 04 Ciracas Jakarta Timur ditemukan 3 diagnosa Nyaman
Nyeri, intoleransi aktivitas dan gangguan intergritas kulit
4.3 Rencana Keperawatan
Rencana keperawatan adalah bagian dari proses asuhan keperawatan setelah
tahap penentuan diagnosa keperawatan sesuai prioritas. Berdasarkan diagnosa
yang ditemukan pada pasien Ny. L penulis merencanakan beberapa tindakan
yang sesuai dengan keluhan yang dirasakan Ny. L saat itu.Tidak semua
rencana tindakan penulis masukan kedalam rencana tindakan pada asuhan
keperawatan secara nyata, hal ini karena penulis ingin merencanakan rencana
tindakan dengan keadaan klien saat itu. Tahap perencanaan ini penulis
membuat asuhan keperawatan sesuai dengan prioritas masalah yang ada pada
panduan buku SDKI, SIKI, SLKI dan SOP, maka langkah selanjutnya adalah
merumuskan tinjauan berdasarkan hasil yang ingin dicapai agar tindakan yang
di yang dilakukan perlu dipertimbangkan dalam perencanaan tindakan ini.
4.4 Implementasi Keperawatan
Tahap implementasi merupakan tindakan keperawatan yang direncanakan oleh
perawat untuk dikerjakan dalam rangka menolong pasien. Faktor yang
mendukung adalah pasien mau bekerja sama dalam menerapkan asuhan
keperawatan yang dibuat oleh perawat, dalam hal ini penulis bekerja sama
dengan tim kesehatan lain dan berpartisipasi aktif bersama pasien, selama
penulis melakukan tindakan keperawatan penulis juga melanjutkan pengkajian
data-data untuk melihat perkembangan pasien selanjutnya.

a. Hasil implementasi terapi komplementer Swedish Massage


b. Terapi komplementer latihan Gerakan ROM di berikan pada Ny. L pada
U

Universitas Respati Indonesia


50
tanggal 27 maret 2023 di wisma kemuning 2 Panti Sasana Tresna Werdha
Budhi Mulia 04 Ciracas Jakarta Timur dimulai kontrak waktu tanggal 27
maret 2023, pelaksaan dan evaluasi dari tanggal 2 maret 2023 sampai
dengan tanggal 1 april 2023.

4.5 Evaluasi Keperawatan


Tahap Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang bertujuan
untuk menilai perkembangan pada lansia khususnya pada lansia yang
menderita hipertensi, untuk mengetahui apakah masalah klien teratasi atau
tidak jika masalah belum teratasi berarti intervensi dilanjutkan atau perlu
rencana tindakan yang baru jika masalah teratasi maka intervensi dihentikan.
Hasil tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. L selama 6 hari
pemberian Terapi komplementer Swedish massage membuat keluhan sakit
kepala dan hipertensi yang tidak stabil dapat berkurang. Data evaluasi selama
6 hari perawatan menunjukkan bahwa masalah integritas kulit teratasi dan
intervensi dihentikan, nyeri akut serta intoleransi aktivitas belum teratasi dan
masih dilanjutkan.
1. Strengths (Kekuatan)
a. Memiliki kemanpuan melakukan aktivitas sehari-hari secara mandiri
b. Mampu berkomunikasi dengan baik dan kooperatif
c. Memiliki kekuatan otot yang masih baik
d. Memiliki daya ingat masa lalu yang masih kuat
e. Rutin mengkonsumsi obat yang dianjurkan
f. Nafsu makan baik
g. Mengikuti anjurkan Pendidikan kesehatan yang dianjurkan mengenai
keluhanyang diderita
2. Weaknesses (Kelemahan)
a. Jarang melakukan kebersihan diri
b. Terlihat jarang melakukan aktivitas pada sore hari
3. Opportunities (Peluang)
a. Mempunyai kemauan memperbaiki kebersihan diri

U
b. Menerapkan anjuran secara bertahap pola hidup sehat dan

Universitas Respati Indonesia


51
kemauan untuksembuh
4. Threats (Ancaman)
a. Risiko hipertensi meningkat jika tidak terkontrol
b. Risiko jatuh dalam beraktivitas, perlu dilakukan pengawasan
c. Risiko terkena masalah pada kulit jika tidak melakukan kebersihan diri

Universitas Respati Indonesia


52
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Pengkajian pada Ny. L di Wisma kemuning Panti Sasana Tresna Werdha


Budhi Mulia 04 Ciracas Jakarta Timur penulis menemukan masalah
kesehatan Hipertensi implementasi yang telah dilakukan untuk mengatasi
masalah tersebut adalah mengobservasi TTV, Memberikan Terapi
komplementer swedish massage, Ambulasi, Dukungan Mobilisasi,
Dukungan tidur, Edukasi Aktifitas dan Istirahat, Dukungan tidur,
Pencegahan jatuh, Manajemen kesehatan lingkungan untuk mengurangi
hipertensi dan pola tidur.
5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan diatas maka disarankan untuk :


5.2.1 Lansia
Lansia dapat melatih dirinya secara mandiri untuk meningkatkan
kemampuan dalam bergerak, tidak tidur di pagi hari dan setelah mahasiswa
tidak praktek diharapkan lansia dapat menerapkan terapi komplementer
Swedish massage
5.2.2 Mahasiswa
Mahasiswa lebih meningkatkan kemampuan dan ide tentang konsep
perawatan yang lebih efektif, seperti penerapan terapi komplementer yang
lebih mudah buat lansia, sehingga lansia dapat menerapkan terapi secara
mandiri yang diajarkan dengan mudah.
5.2.3 Panti
Perawat dan petugas dapat meningkatkan dan mengembangkan konsep
keperawatan lansia dengan tindakan non farmakologi dengan
mengembangkan penerapan terapi komplementer yang lebih implementatif,
sehingga lebih efektif diterapkan bagi lansiadan petugas panti

Universitas Respati Indonesia


53

DAFTAR PUSTAKA

Adawiyah, R. F., Nuri, & Fithriana, D. (2020). Pijat Swedia terhadap Perubahan
Tekanan Darah pada Pasien Lansia dengan Hipertensi Jurnal Penelitian dan
Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica Farma Husada Mataram, 6(1), 58-
65. https://www.lppm.poltekmfh.ac.id/index.p hp/JPKIK/article/view/54

Benetos, A., Petrovic, M., & Strandberg, T. (2019). Hypertension management in


older and Adawiyah, R. F., Nuri, & Fithriana, D. (2020).

Pijat Swedia terhadap Perubahan Tekanan Darah pada Pasien Lansia dengan
Hipertensi Jurnal Penelitian dan Kajian Ilmiah Kesehatan Politeknik Medica
Farma Husada Mataram, 6(1), 58-65.
https://www.lppm.poltekmfh.ac.id/index.p hp/JPKIK/article/view/54 Benetos,
A., Petrovic, M., & Strandberg, T. (2019). Hypertension management in older
and

Badan Pusat Statistik. (2021). Statistik Penduduk Lanjut Usia 2021.


https://www.bps.go.id/publication/2021/12/21/c3fd9f27372f6ddcf7462006/
st atistik-penduduk-lanjut-usia-2021.html

Fitrianti, S., & Putri, M. E. (2018). Pemberian Relaksasi Otot Progresif pada
Lansia Dengan Hipertensi Essensial di Kota Jambi. Jurnal Ilmiah
Universitas Batanghari Jambi, 18(2),
368.
https://doi.org/10.33087/jiubj.v18i2.481

Herdman, T. H., & Kamitsuru, S. (2018). NANDA Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2018-2020 (11th ed.). Jakarta: EGC.
Istianah, I., Septiani, S., & Dewi, G. K. (2020). Mengidentifikasi Faktor Gizi
pada Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2 di Kota Depok Tahun 2019. Jurnal
Kesehatan Indonesia (The Indonesian Journal of Health), 10(2), 72–78.

Kemenkes RI. (2018). Hasil Riset Kesehatan Dasar Tahun 2018. Kementrian
Kesehatan RI, 53(9), 1689–1699.

Kemenkes RI. (2019). Hipertensi Si Pembunuh Senyap. Kementrian


KesehatanRI,1–5.
https://pusdatin.kemkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodati n-
hipertensi-si-pembunuh-senyap.pdf

Kemetrian Kesehatan RI. (2021). KONTEN MEDIA HLUN 2021 “Bersama


Lansia Keluarga Bahagia.”
https://www.kemkes.go.id/downloads/resources/download/info-
U

Universitas Respati Indonesia


54
terkini/Konten-Media-HLUN-2021.pdf

Kholifah, S. N. (2016). Modul Baham Ajar Cetak Keperawatan:


KeperawatanGerontik. Pusdik SDM KESEHATAN REPUBLIK
INDONESIA.

Madeira, A., Wiyono, J., & Ariani, N. L. (2019). Hubungan Gangguan Pola
TidurDengan Hipertensi Pada Lansia. Nursing News, 4(1), 29–39.

Nahak, G. R. (2019). Studi Kasus Asuhan Keperawatan pada Tn.C.N dengan


Hipertensi di Wisma Kenanga UPT Panti Sosial Penyantun Lanjut Usia
Budi Agung Kupang [Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang].
http://repository.poltekeskupang.ac.id/1541/1/KARYA TULIS
ILMIAH.pdf

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan


Berdasarkan NANDA (North American Nursing Diagnosis Association)
NIC-NOC Edisi Revisi Jilid 2. Yogyakarta: Media Hardy.

P2PTM. (2019). Cegah Hipertensi dengan CERDIK - Direktorat P2PTM.


Kementerian Kesehatan RI.
http://p2ptm.kemkes.go.id/infographic-p2ptm/hipertensi-
penyakit-jantung-dan-pembuluh-darah/kendalikan- hipertensi-dengan-
patuh-apa-itu-patuh

Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik : Dilengkapi aplikasi kasus


asuhan Keperawatan gerontik terapi Modalitas, dan sesuai kompetensi
standar. Yogyakarta: Nuha Medika.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No 67. (2015). Peraturan


Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 67 Tahun 2015 Tentang
Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lanjut Usia Di Pusat Kesehatan
Masyarakat.
https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=&
ca
d=rja&uact=8&ved=2ahUKEwjsvfTEq8v4AhWD7HMBHR1uDQU4ChA
WegQIBBAB&url=https://www.regulasip.id/electronic-
book/5008&usg=AOvVaw2gt1VCRVv5Rtt7eHVfJtIx

Pinem, C. P. (2021). Literatur Rivew : Hubungan Ganggguan Pola Tidur


Terhadap Kejadian Hipertensi Pada Lansia.

Pradana, A. A., Casman, & Nur‟aini. (2020). Pengaruh Kebijakan Social


Distancing pada Wabah COVID-19 terhadap Kelompok Rentan di
Indonesia. Jurnal Kebijakan Kesehatan Indonesia : JKKI, 9(2), 61–67.
https://jurnal.ugm.ac.id/jkki/article/view/55575
U

Universitas Respati Indonesia


55
Pratiwi, E., & Mumpuni, dr. Y. (2017). Tetap Sehat Saat Lansia-Pencegahan
dan Penanganan 45 Penyakit yang Sering Hinggap di Usia Lanjut (F. S.
Suyantoro, Ed.; 1st ed.). Yogyakarta: Rapha Publishing.

Sulidah, Yamin, A., & Diah Susanti, R. (2016). Pengaruh Latihan Relaksasi Otot
Progresif terhadap Kualitas Tidur Lansia. Jurnal Keperawatan
Padjadjaran, 4(1), 11–20. https://doi.org/10.24198/jkp.v4n1.2

Sumaryati, M. (2018). Studi Kasus Asuhan Keperawatan Gerontik Pada


Keluarga Ny”M” Dengan Hipertensi Dikelurahan Barombong Kecamatan
Tamalate Kota Makassar. Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 6(2),
1379–1383. https://doi.org/10.35816/jiskh.v6i2.54

Sya‟diyah, H. (2018). Keperawatan Lanjut Usia Teori dan Aplikasi (1st ed.).
Sidoarjo: Indomedia Pustaka.

Tan, S. T., Firmansyah, Y., Sylvana, Y., & Tadjudin, N. S. (2020). Perbaikan
Kadar Hidrasi Kulit Dengan Intervensi Minyak Klentiq Pada Lansia Stw
Cibubur Periode September 2019. Jurnal Muara Sains, Teknologi,
Kedokteran Dan Ilmu Kesehatan, 4(1),
155.
https://doi.org/10.24912/jmstkik.v4i1.6042

Tim Pokja Pedoman SPO Keperawan DPP PPNI. (2021). Pedoman Standar
Prosedur Operasional Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2016). Standart Diagnosis Keperawatan Indonesia
- Definisi dan Indikator Diagnostik (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standart Intervensi Keperawatan Indonesia
- Definisi dan Tindakan Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan Pengurus
Pusat PPNI.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standart Luaran Keperawatan Indonesia -
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan (1st ed.). Jakarta: Dewan
Pengurus Pusat PPNI.

Trijayanti, T. (2019). Asuhan Keperawatan Pada Lansia Penderita Hipertensi


Dengan Masalah Keperawatan Gangguan Pola Tidur Di Pelayanan Sosial
Tresna Werdha (Pstw) Magetan. http://eprints.umpo.ac.id/5387/

Widiana, I. M. R., & Ani, L. S. (2017). Prevalensi dan Karakteristik Hipertensi


pada Pralansia dan Lansia di Dusun Tengah, Desa Ulakan, Kecamatan
Manggis. E-Jurnal Medika, 6(8), 1–
5.https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/33478/20284
U

Universitas Respati Indonesia


56
World Health Organization. (2021). Hypertension. https://www.who.int/news-
room/fact-sheets/detail/hypertension

Yuniar, E. (2021). Asuhan Keperawatan Gangguan Kebutuhan Keamanan Dan


Proteksi: Kerusakan Integritas Kulit Pada Lansia Keluarga Bapak M
Dengan Dermatitis Atopik Di Desa Bandarejo Kecamatan Palas Lampung
Selatan Tahun 2021.

https://thespabreckenridge.com/what-is-swedish-massage-therapy/
https://www.amcollege.edu/blog/dutch-origins-of-swedish-massage-amc-miami
https://elementsmassage.com/brea/swedish-massage
https://thespabreckenridge.com/the-most-popular-western-massage-the-swedish

Nur Rizki Fahriyah1 , Karina Megasari Winahyu2* , Shieva Nur Azizah


Ahmad3 1 Mahasiswa Prodi Pendidikan Profesi Ners FIKes Universitas
Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33 Cikokol, Kota
Tangerang, Indonesia 2 3 Dosen Keperawatan FIKes Universitas
Muhammadiyah Tangerang, Jl. Perintis Kemerdekaan 1/33 Cikokol, Kota
Tangerang, Indonesia, karinawinahyu@yahoo.com

Universitas Respati Indonesia

Anda mungkin juga menyukai