PROPOSAL SKRIPSI
Diajukan oleh :
BAGAS PRADANA
G1C119054
JURUSAN PSIKOLOGI
UNIVERSITAS JAMBI
2023
ii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat dan rahmat-Nya Penulis bisa menyelesaikan skripsi ini dengan lancer yang
berjudul ‘Hubungan Self-Efficacy dengan Kecenderungan Relapse Klien Rawat
Jalan di Badan Narkotika Nasional Provinsi Jambi.
Terlaksana skripsi ini pastinya mendapat banyak dukungan dan bantuan dari
berbagai pihak. Melalui ini Peneliti mengucapkan terima kasih kepada :
iii
9. Mbah Nurhayati dan Mbah Suroso yang telah menjadi semangat Peneliti
dalam mengerjakan penelitian skripsi, memberikan fasilitas yang
diperlukan dalam pengerjaan skripsi.
10. Pihak BNN Provinsi Jambi yang telah memberikan izin dan selalu
mendukung mulai dari magang hingga penelitian skripsi.
11. Sahabat terkasih Penulis yang selalu mendukung, memberikan motivasi
untuk peneliti, selalu mengingatkan penulis dan selalu menguatkan penulis,
Rts Dinda Mutyara Putry.
12. Sahabat Penulis, Daniel Simanjuntak, Citra Adinda, Cahyaning Bawono,
Zella Adrun, Kevin Divary, Andra Bima.
13. Teman-teman mahasiswa dan mahasiswi Psikologi Universitas Jambi
angkatan 2019 yang membantu memberikan masukan dan saran serta hal-
hal penting lainnya untuk peneliti dalam proses penyelesaian skripsi.
Bagas Pradana
iv
DAFTAR ISI
v
2.3 Kecenderungan Relapse .............................................................................. 18
vi
3.7.1 Validitas ............................................................................................... 31
LAMPIRAN .......................................................................................................... 41
vii
DAFTAR TABEL
viii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Pengguna napza direhabilitasi rawat jalan BNNP Jambi ......... 1
Gambar 1.2 Data Relapse BNN Provinsi Jambi........................................... 4
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Teori ........................................................... 25
Gambar 3.1 Gambar Kerangka Konsep ....................................................... 26
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kasus penyalahgunaan napza (Narkotika, Psikotropika, dan Zat
Adiktif lain) di Indonesia meningkat setiap tahunnya. Badan Narkotika
Nasional (BNN) melakukan survei dari rentang usia 15-64 tahun, tercatat
angka prevalensi pengguna napza di Indonesia dari tahun 2019-2021
penyalahgunaan napza mengalami peningkatan untuk kategori setahun
pakai, yang pada awalnya 1.80% setara dengan 3.4 juta jiwa penduduk
Indonesia pada tahun 2019 menjadi 1.95% jika diibaratkan adalah 3.7 juta
jiwa pada tahun 2021. Selain itu, untuk kategori pernah pakai juga
mengalami kenaikan, 2.4% ditahun 2019 meningkat sebanysk 2.57% setara
dengan 4.8 juta jiwa penduduk Indonesia (BNN, 2022).
300
290
280
270
260
250
2020 2021 2022
1
dilihat lagi pada tahun 2020 ke 2021 mengalami kenaikan klien yang sangat
pesat. Kasus ini kemungkinan akan terus meningkat, pastinya ada penyebab
dibalik maraknya seseorang menuggnakan napza, sehingga prevalensi
penyalahguna napza di Indonesia terus meningkat.
2
motivasi dalam proses penyembuhan klien untuk sembuh (Kusuma, 2020).
Seseorang yang berhenti menggunakan napza dalam kurun waktu tertentu
mereka akan mengalami kecenderungan relapse, yang akhirnya membuat
mereka bisa tergelincir lagi untuk menggunakan napza (BNN, 2022)
3
DATA RELAPSE
BNN PROVINSI JAMBI
60
2021; 48 2022; 47
50
40 2020; 36
30
20
10
0
2020 2021 2022
“… Iya, dan udah banyak yang seperti itu pada akhirnya balik lagi,
kalo dari statistk mungkin dari 5 ya 3 seperti itu, jadi dia balik lagi ke
lido. Misalnya dia udah ke lido dan pulang,terus kemudian balik lagi
ke lingkungan yang tidak terkontrol yang akhirnya dalam beberapa
bulan dia relapse dan balik lagi ke lido…” (Psikolog L A S, 20 tahun,
05 Desember 2022).
4
karena pecandu mempunyai resiko kecenderungan dalam mengkonsumsi
napza (Hendershot dkk, 2011).
5
teori memandang self-efficacy sebagai jalan terakhir seseorang untuk
relapse. Sebagian besar penelitian mengandalkan ukuran statis self-efficacy
untuk mencegah evaluasi perubahan dalam diri seseorang dari waktu ke
waktu (Hendershot dkk, 2011).
“…Biasanya faktor faktor nya ada banyak, yang pertama dia ada di
lingkungan yang, kalo di rehabilitasi rawat inap kan terkendali banget
ya, terkontrol dalam lingkungan yang ideal yang mana tidak bisa ada
napza yang masuk ya, sedangkan dia ketika dirumah dia balik lagi
teman teman user nya dia tidak keluar dari lingkungan yang selama ini
mempengaruhi dia untuk pakai, itu lingkungan yang beresiko itu,
kemudian mungkin dia kurang memilki problem solving yang baik dan
tidak memilki self-efficacy atau keyakinan diri bahwa dia bisa untuk
mengatasi masalah yang ditemukan…” (Psikolog L A S, 20 tahun, 05
Desember 2022).
6
mempunyai peran seseorang dalam mengkonsumsi napza kembali, sehingga
mengakibatkan para pecandu napza kembali relapse. seperti yang
dijelaskan oleh Marlatt dan Gordon (1999) dalam cognitive-behavioral
model of relapse. Terkait dari penjabaran fenomena yang telah dijelaskan,
peneliti ingin membuktikan dan mengungkap apakah ada hubungan self-
efficay dengan kecenderungan relapse pada pecandu napza yang sedang
dalam rehabilitasi rawat jalan di BNNP Jambi.
7
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
c. Bagi Peneliti
8
proses rehabilitasi tiap tahunya, 40 persennya dari pengguna napza tersebut
tergelincir dan kembali relapse (BNN, 2020). Kasus relapse yang terjadi di
BNNP Jambi pada tahun 2020 didapatkan sebanyak 36 orang dari total 301
klien, kemudian pada tahun 2021 meningkat sebanyak 48 orang dari total
klien 298, terakhir pada tahun 2022 tercatat sebanyak 47 klien dyang
mengalami relapse dari total 268 klien yang direhabilitasi, maka dari itu
penelitian ini akan dilaksanakan.
Waktu yang akan digunakan adalah dari bulan april sampai dengan
bulan Mei 2023. Responden penlitian ini yaitu klien yang sedang dalam
rehabilitasi rawat jalan di BNNP Jambi selama bulan Mei. Penelitian ini
mendapatkan data dari data sekunder dan primer lewat wawancara bersama
psikolog klinis, kemudian skala akan disebar dan kuisioner. Tryout alat ukur
akan dilakukan diinstansi yang bekerja sama dengan BNNP Jambi.
Penelitian ini akan menggunakan purposive sampling yang mana akan
menggunakan beberapa populasi pada bulan Mei.
9
Relapse Pada Penyalahguna dengan pencegahan
NAPZA Pasca Rehabilitasi relapse. Untuk hasil
penelitian self-efficacy
membuktikan bahwa
adanya hubungan dengan
upaya pencegahan relapse.
Literature Review Hubungan Liana Maaidah Literature Review Setelah melakukan
Self-Efficacy dengan Sikap D, Ghozali literature review, Peneliti
Pencegahan Relapse MH mengatakan self-efficacy
Narkoba pada Pengguna tidak memiliki hubungan
Narkoba yang Menjalani dengan sikap pencegahan
Rehabilitasi relapse kepada pecandu
napza.
Hubungan Dukungan Sosial Rahma Amalia Kuantitatif Dalam penelitian ini
dengan Self-Efficacy pada Putri, Free menyatakan bahwa self-
Pengguna Narkoba yang Dirga Dwatra efficacy bisa berhubungan
Direhabilitasi di BNNP dengan variabel lain selain
Sumatera Barat dukungan sosial. Karena
ada sumber lain
berpengaruh untuk self-
efficacy, diantaranya
emosi, dan lain sebagainya.
Hubungan antara abstinence Muhammad Kuantitatif Dalam Penelitian ini
self-efficacy dengan Naufal Fauzan membuktikan adanya
kencenderngan relapse pada Aziz, Kondang hubungan negatif antara
pecandu narkoba yang Budiyani self-efficacy dengan
menjalani rehabilitasi di kecenderungan relapse
yayasan al-islamy kepada penyalahguna
napza dalam proses
rehabilitasi. Jika self-
efficacy seseorang rendah,
maka akan tinggi pula
terjadinya kecenderungan
relapse. Berlaku untuk
sebaliknya.
Self-Efficacy Dan Nurila Ahmad, Kuantitatif dengan Penelitian ini membuktikan
Kecenderungan Kambuh Asniar accidental ada hubungan negatif
pada Pecandu Narkoba yang Khumas, sampling antara self-efficacy dengan
Menjalani Rehabilitasi di Nurfitriany kecenderungan relapse.
Lapas Narkotika Fakhri
Penelitian ini akan mengungkap hubungan self-efficacy dengan
kecenderungan relapse di BNNP jambi. Beberapa penelitian sebelumnya dijadikan
tinjauan dalam penelitian ini. Penelitian ini memiliki kesamaan variabel self-
efficacy dan kecenderungan relapse, namun untuk tetap menjaga keaslian penelitian
yang akan dilakukan adalah teori dari variabel yang akan digunakan, dan peneliti
akan membuat skala sendiri menggunakan teori Relapse Prevention dari Gorski &
Miller dan self-efficacy dari Corsni (1994).
10
Jenis penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Waktu penelitian
dimulai dari bulan April hingga Mei tahun 2023. Subjek dalam penelitian ini adalah
klien rawat jalan yang sedang menjalani rehabilitasi di BNNP Jambi. Tempat
penelitian akan dilaksanakan di BNNP Jambi. Penelitian ini berujuan untuk melihat
hubungan self-efficacy dengan kecenderungan relapse klien rawat jalan di BNNP
Jambi.
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Napza
2.1.1 Definisi Napza
NAPZA (Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lain) merupakan
obat-obatan jika dikonsumsi tubuh akan menimbulkan dampak terkhusus
dalam saraf manusia, sehingga menimbulkan kerusakan pada fisik,
psikologis, dan dari segi eksternal tubuh, dan parahnya akan mengakibatkan
kecanduan (Mei Wulandari dkk, 2015).
1. Golongan I
Merupakan narkotika bertujuan meningkatkan dan mengembangkan
ilmu pengetahuan, tidak dipakai dalam proses penyembuhan medis,
kecanduan berat adalah efek yang ditimbulkan dari penggunaanya.
2. Golongan II
Merupakan narkotika bertujuan dalam pengobatan medis, dipakai
sebagai opsi terakhir ketika terapi. Golongan ini bertujuan
12
meningkatkan dan mengembangka ilmu pengetahuan, kecanduan
berat adalah efek yang ditimbulkan dari penggunaannya.
3. Golongan III
Merupakan narkotika digunakan dalam penyembuhan, dipakai
untuk terapi. Golongan III bertujuan untuk meningkatkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan, kecanduan ringan adalah efek
yang ditimbulkan dari penggunaanya.
1. Fisik
Terdapat dampak secara fisik terkait pengunaan napza, yaitu :
a. Menimbulkan gejala dan gangguan di syaraf tubuh, contohnya
adalah berhalusinasi dan lainnya.
b. Menimbulkan gejala gangguan di jantung dan pembuluh darah,
contohnya adalah infeksi otot jantung dan lainnya.
c. Menimbulkan gejala kulit, contohnya penanahan, gatal gatal dan
lainnya.
d. Menimbulkan gejala paru-paru, contohnya susah bernafas,
terjadinya pengerasan paru-paru.
e. Menimbulkan gejala pusing, mual, insomnia, demam tinggi dan
lainya.
f. Menimbulkan gejala pada reproduksi, contohnya horom reproduksi
yang menurun, dan gejala seksual lainnya.
g. Menimbulkan gejala pada reproduksi perempuan pafa fase subur,
contohnya, haid akan menjadi tidak teratur, siklus haid berubah.
13
h. Menimbulkan gejala hepatitis B, C dan HIV/AIDS jika
menggunakan napza lewat jarum suntik.
i. Menyebabkan kematian, karena mengkonsumsi napza secara
overdosis.
j. Menimbulkan gejala gizi buruk, kulit akan terpapar berbagai
penyakit, gigi, bahkan sampai ke penyakit kelamin.
2. Psikologis
Selain dampak fisik, Penggunaan napza juga menimbulkan dampak
terhadap psikologis yaitu :
a. Terjadi gejala melakukan tindakan yang tidak seharusnya dilakukan
karena ada perubahan emosional seseorang
b. Menimbulkan efek negative yaitu sindrom amoy fasional, jika
berhenti mengkonsumsi napza akan mengakibatkan depresi bahkan
bunuh diri.
c. Menimbulkan gejala fungsi mental, yaitu dari segi kognitifnya,
bahkan sampai ke emosional individu tersebut.
d. Menimbulkan gejala gegabah, lamban dalam melaksanakan
pekerjaan, dan mengalami perasaan tidak nyaman secara berlebih.
e. Menyebabkan hilangnya percaya diri, beriskap egois, suka
berkahayal, sulit percaya pada seseorang.
f. Menyebabkan konsentrasi menurun, mudah marah, dan bersikap
tidak tenang diluar kendali.
g. Menyebabkan gejala menyakiti diri sendiri dan lainya..
3. Sosial
Penggunaan napza menimbulkan dampak terhadap beberapa aspek,
seperti fisik, psikologis, dan juga sosial. Berikut dampak yang
diakibatkan penggunaan napza terhadap sosial :
a. Saat terkena gejala mental emosional, pastinya akan berpengaruh
dengan keberadaan sekitar, baik dari antar tetangga, sekolah, dan di
lingkungan pekerjaan.
14
b. Berperilaku bingung, potensi kognitif menurun, bahkan terkena
PHK oleh tempat kerja.
c. Relasi bersama keluarga, sahabat, menjadi tidak baik.
d. Orang-orang sekitar akan mencaci dan mengucilkan individu
pecandu napza.
1. Individu
Faktor individu adalah tentang padangan seseorang itu sendiri
bagaimana menyikapi keadaan, walau dihadapkan dengan lingkungan
rawan penyalahguna napza. Ketika ditawarkan napza oleh seseorang.
Disini lah peran individu untuk menyikapi hal tersebut.
2. Keluarga
Faktor keluarga adalah tentang sosial demografi, bagaimana hubungan
dengan anggota keluarga, hubungan pada angota keluarga, dan juga
keadaan ekonomi keluarga.
3. Lingkungan sosial
Faktor Lingkungan, terutama dalam bergaul dengan sekitar, tempat
tinggal rawan penyalahguna napza, berteman dengan bandar napza, hal
ini yang menyebabkan seseorang akhirnya menggunakan napza.
15
2.2 Rehabilitasi Rawat Jalan
2.2.1 Definisi Rehabilitasi Rawat Jalan
BNN (2022) Mengatakan rehabilitasi merupakan suatu rangkaian
penyembuhan dengan maslah kecanduan napza dilakukan dengan waktu
yang fleksibel sebagaimana yang telah ditentutkan, memiliki tujuan
merubah sikap dan perilaku pecandu napza kembali seperti semula
dikalangan masyarakat.
16
1. Transisi
2. Intensif
3. Rekonsilasi (Penyesuaian)
4. Pemeliharaan Lanjut
17
2.3 Kecenderungan Relapse
2.3.1 Definisi Kecenderungan Relapse
Kecenderungan menurut kamus besar bahasa Indonesia diartikan
sebagai kecondongan atau keinginan akan suatu hal, sedangkan
relapse adalah kembalinya kebiasaan mengkonsumsi napza yang digunakan
secara berkala. Napza dan relapse merupakan dua hal yang tak bisa
dihindarkan dalam proses pemulihan seseorang dari penyalahgunaan napza
(BNN, 2013)
1. Emotional Relapse
Aspek ini menjelaskan bahwa seseorang mantan pengguna napza
belum timbul perasaan untuk mengkonsumsi napza kembali, namun
tindakan dan perilaku yang ditinjukan mengarah kepada relapse.
2. Mental Relapse
18
berbohong, berinteraksi dengan pengguna napza, ada keinginan
mengkonsumsi napza kembali.
3. Physical Relapse
Contoh perilaku dari tahap ini adalah, mudah marah, depresi dan
frustasi hal tersebut merupakan intrapersonal yang mengakibatkan
kecenderungan relapse seseorang menjadi tinggi, situasi ini dipengaruhi
padndangan diri sendiri dari perasaan individu.
c. Tekanan sosial
Kondisi ini bisa hal yang merupakan hasutan dari orang lain
melalui tatap muka secara verbal maupun non-verbal.
19
d. Kondisi Emosional Positif
2. Coping
3. Outcome expectancies
20
2.4 Self-Efficacy
2.4.1 Definisi Self-Efficacy
Bandura (1997) menyebutkan self-efficacy merupakan keyakinan
yang dimiliki seseorang terhdap potensi nya untuk menjalankan sutau
masalah guna menggapai tujuan. Self-Efficacy seperti yang disebutkan
Corsini (1984) adalah keinginan guna mecapai keberhasilan dengan hasil
sepadan dari usaha yang dilaksanakanya.
1. Kognitif
Merupakan kemampuan berpikir, kemampuan untuk
mengungkapkan ide atau gagasan, kemampuan untuk berkonsentrasi, dan
kemampuan untuk menemukan pemecahan masalah.
2. Motivasi
Ditandai dengan adanya dorongan yang kuat, sifat tidak mudah
menyerah atau putus asa, bersemangat, tidak malas, optimis, dan merasa
mampu atau yakin dalam melakukan sesuatu.
3. Afeksi
Pada aspek ini melihat bagaiman potensi seseorang dalam
mengontrol kecemasan dan membasmi emosi negative ketika muncul pada
individu tersebut. Menghadapi setiap masalah yang dj hadapinya, bersikap
tenang dalam kondisi yang tak menentu.
21
4. Seleksi
Pada aspek ini melihat potensi individu dalam memilih mana hal
yang harus dipriosritaskan terlebih dahulu. Tanpa kebingungan dalam
menjalankan setiap tanggung jawabnya
1. Tingkat
Dalam menjalankan tugas ada beberapa tingkatan dan beberapa
keyakinan individu yang mampu menyelesaikan. Tingkatan self-
efficacy missal, jika ada pekerjaan berat maka akan dibutuhkan potensi
individu tertentu untuk bisa diselesaikan
2. Kekuatan
Pada aspek ini dilihat lemah dan kuatnya kepercayaan dan keyakinan
individu terhadap self-efficacy nya.
3. Keumuman
Pada aspek ini dilihat kepercayaan dan keyakinan individu bahwasanya
self-efficacy saat kondisi tertentu akan sama dengan saat berada
dikondisi lainya.
1. Pengalaman
Keberhasilan membangun keyakinan yang kuat pada self-efficacy
seseorang. Kegagalan akan melemahkannya, terutama jika kegagalan
terjadi sebelum self-efficacy terbentuk dengan kuat. Jika orang hanya
22
mengalami kesuksesan dengan mudah, mereka akan mengharapkan
hasil yang cepat dan mudah patah semangat karena kegagalan. Rasa
keberhasilan yang tangguh membutuhkan pengalaman dalam mengatasi
rintangan melalui usaha yang gigih.
2. Keberhasilan melalui Role Model
Pengaruh seseorang lebih dari sekadar memberikan standar sosial
untuk menilai kemampuan diri sendiri. Orang-orang mencari role model
yang mahir dan memiliki kompetensi yang mereka cita-citakan. Melalui
perilaku dan cara berpikir mereka, seseorang yang kompeten
menularkan pengetahuan dan mengajarkan keterampilan dan strategi
yang efektif kepada diri sendiri untuk mengelola tuntutan lingkungan.
Perolehan cara yang lebih baik meningkatkan self-efficacy yang
dirasakan.
3. Persuasi sosial
Ketiga, untuk memperkuat self-efficacy adalah dengan persuasi
sosial. Orang-orang yang memiliki kemampuan untuk menguasai
kegiatan yang diberikan cenderung berupaya lebih besar dan
mempertahankannya daripada mereka yang memendam potensi diri dan
memikirkan kekurangan pribadinya. Pada saat masalah muncul,
dorongan persuasif dalam self-efficacy yang dirasakan membuat orang
berusaha cukup keras untuk berhasil, hal tersebut mendorong
pengembangan keterampilan Self-Efficacy.
4. Mengontrol emosi negatif
Poin terpenting bukanlah intensitas reaksi emosional dan fisik,
melainkan bagaimana reaksi tersebut dirasakan dan diinterpretasikan.
Orang yang memiliki self-efficacy yang tinggi cenderung melihat
keadaan afektif mereka sebagai pedoman yang memberi energi pada
kinerja seseorang, sedangkan mereka yang diliputi oleh keraguan diri
menganggap kemampuan mereka sebagai kelemahan. Indikator
fisiologis dari efikasi memiliki peran yang sangat berpengaruh dalam
fungsi kesehatan dan dalam aktivitas fisik lainnya.
23
2.4.4 Skala Self-Efficacy Penelitian Terdahulu
Penelitian ini menggunakan skala Self-Efficacy yang disusun oleh
peneliti sendiri menggunakan teori (Corsini, 1984). Beberapa penelitian
terdahulu menggunakan skala yang sama, namun disusun Noviza (2008)
dan penelitian yang terbaru telah dimodifikasi oleh Putri (2018) melalui
skala yang digunakan Noviza (2018).
24
2.5 Kerangka Teori
Self-Efficacy
Faktor Self-Efficacy
-Pengalaman Penguasaan
-Keberhasilan melalui pengalaman yang diberikan oleh
model sosial
-Persuasu Sosial
-Mengurangi reaksi stres orang dan mengubah
kecenderungan emosi negatif
Kecenderungan Relapse
-Emotional Relapse
-Mental Relapse
-Physical Relapse
25
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dan menggunakan penelitian
kuantitatif. Berdasakan dari tujuan nya penelitian ini termasuk kedalam
penelitian korelasional. Menurut Periantalo (2020) suatu penelitian
bertujuan melihat hubungan dari variabel satu ke variabel lain adalah
pengertian dari penelitian korelasional. Dalam korelasional penelitian
dibatasi hanya untuk melihat suatu hubungan variabel. Setelah
mendapatkan data akan langsung dianalisis melalui kuantitatif atau angka.
Penelitian ini dapat dikatakan kedalam penelitian survei.
X Y
Self-Efficacy Kecenderungan Relapse
26
Kecenderungan Relapse adalah variabel dependen. Masing-masing variabel
akan dijelaskan baik dari definisi, aspek, maupun skala digunakan dalam
penelitian ini.
Hipotesis Penelitian
27
Hasil uji statistika LOS (level of significance) adalah hal untuk
melihat suatu hipotesis, apakah diitolak ataupun diterima :
28
3.6 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian merupakan alat ukur digunakan bertujuan
dalam mendapat data untuk kepentingan penelitian. Saat menggunakan
instrumen wajib bisa menjelaskan variabel yang akan digunakan, berlaku
juga sebaliknya (Periantalo, 2020). Skala adalah instrument yang akan
digunakan pada penelitian ini. Periantalo (2020) mengatakan untuk
mengukur konstrak atau variabel non-kognitif lewat item menggunakan
skala psikologi. Setelah membuat skala lalu akan mendapatkan skor, dimana
bisa dianalisa melalui uji statistika. Metode tryout akan dilaksanakan di
Yayasan sahabat sebanyak 30 responden.
Favorable Unfavorable
Kognitif Mengungkapkan pendapat 1,9 5,20 4
Pemahaman 10,31 21 3
Memecahkan Masalah 11,32 22 3
Motivasi Percara diri Melakukan 2,12 6,23 4
Sesuatu
Self- Bersemangat melakukan 13 24 2
Efficacy aktivitas
Bersifat Optimis 14,33 25 3
Afeksi Mengontrol Emosi 3,15 7,26 4
Respon terhadap masalah 16,34 27 3
Seleksi Menentukan Prioritas 4,17 8,28 4
Pengambilan Keputusan 18,35 29 3
Kebingungan 19,36 30 3
TOTAL 36
29
3.6.2 Skala Kecenderungan Relapse
Skala kecenderungan relapse pada penelitian ini dari teori Gorski &
Miller yang menjelaskan terdapat tiga aspek, yang terdiri dari emotional
relapse, mental relapse, dan physical relapse. Dari teori yang telah di
jabarkan peneliti mendapatkan sebanyak 27 item yang telah didapatkan
melalui indikator dari tiap variabel. Skala kecenderungan relapse ini dibuat
dalam bentuk skala likert dengan mengunakan aitem favourable dan
unfavourable. Berikut adalah blueprint skala kecenderungan relapse yang
telah disusun adalah sebagai berikut:
Favorable Unfavorable
Emotional Perasaan Gelisah 1,7,25 4,16 5
Relapse Merasa tidak 8,26 17 3
membutuhkan orang lain
Suasana hati berubah ubah 9,27 18 3
Mental Memikirikan 2,10 5,19 4
Relapse Menggunakan Napza
Kecenderungan
Kembali
Relapse
Menghubungi teman 11 20 2
penyalahguna napza
Memikirkan dampak 12 21 2
menggunakan napza
Physical Bergaul dengan Pengguna 3,13 6,22 4
Relapse Napza
Bertemu Bandar Napza 14 23 1
Mengkonsumsi Napza 15 24 1
TOTAL 27
3.6.3 Kriteria Sampel Penelitian
Periantalo (2020) menyebutkan ada dua kriteria subjek penelitian.
Pertama inklusi, merupakan hal yang harus dimiliki subjek penelitian. Jika
seseorang sesuai dengan kriteria yang telah dibuat peneliti makan ia akan
termasuk kedalam subjek penelitian. Kedua eksklusi, merupakan
karakteristik atau syarat yang tidak dipenuhi oleh subjek, bertujuan untuk
memudahkan peneliti menentukan subjek penelitianya.
Berikut adalah kriteria inklusi yang wajib dimiliki subjek pada penelitian ini
yaitu:
30
1. Klien Rawat Jalan BNNP Jambi
2. Keterampilan membaca yang baik
3. Bersedia untuk mengisi formulir dan skala
Berikut adalah kriteria eksklusi yang wajib dimiliki subjek pada penelitian
ini yaitu:
3.7.1 Validitas
Validitas adalah sejauh mana sebuah alat ukur mampu mengungkap
apa yang ingin di ungkap. Apakah aitem yang digunakan dalam
31
pengambilan data bisa mengungkap dan mencerminkan variabel yang ingin
diungkap dan tidak keluar dari tujuan pengukurannya. Validitas merupakan
syarat utama yang harus dimiliki dalam sebuah alat ukur. Jika alat ukur yang
digunakan memiliki validitas yang baik maka betul lah apa yang peneliti
ingin ungkap sehingga kekuatan kebenaran penelitian tersebut kuat
(Periantalo, 2020).
3.7.2 Realibilitas
Realibilitas diartikan sebagai konsistensi dari hasil sebuah
pengukuran, dengan kata lain, seberapa konsisten skor yang dihasilkan dari
pengukuran jika diukur dalam waktu yang berbeda. Berbeda dengan
validitas yang bersifat kuantitatif dan kualitatif, realibilitas hanya bersifat
kuantitati. Realibilitas memiliki skor dengan rentang skor 0 sampai dengan
1. Skor 0 menunjukkan 0% konsistensi alat ukur, sedangkan skor 1
menunjukkan 100% konsistensi hasil alat ukur. Secara umum realibilitas
yang dianggap memuaskan adalah alat ukur dengan realibilitas sebesar 0,8
angka ini menunjukkan bahwa 33 80% hasil pengukuran merupakan skor
murni, sedangkan 20% sisanya merupakan kesalahan dalam pengukuran,
atau sering dikenal dengan istilah error. Dalam penelitian skor realibilitas
0,7 sudah dianggap memuaskan (Periantalo, 2020).
32
Pada penelitian ini akan menguji realibilitas dengan teknis
konsistensi internal. Konsistensi internal merupakan realibilitas dengan
melihat konsistensi aitem – aitem yang ada di dalam alat ukur. Pendekatan
ini dipilih karena dengan menggunakan pendekatan ini mempunyai nilai
praktis dan dinilai lebih efisien karena bisa dilakukan dengan hanya satu
kali pengukuran (single trial administration). Konsep pokok dari realibilitas
adalah sejauh mana suatu proses pengukuran dapat dipercaya. Peneliti
menggunakan teknik pengukuran Cronbach’s Alpha. Reliabel bergerak dari
0-1, dimana reabilitas yang disarankan ≥ 0,9”; realibilitas ≥ 0,8 memuaskan;
realibilitas ≥ 0,7 diperbolehkan untuk instrumen penelitian (Periantalo,
2016). Uji realibilitas ini dilakukan dengan menggunakan bantuan
perangkat lunak komputer yaitu JASP versi 0.8 untuk windows 10.
3.7.3 Norma
Prosedur penskalan akan menghasilkan angka – angka pada level
pengukuran interval yang akan menentukan skor dalam skala psikologi.
Akan tetapi dalam intrepretasinya hanya dapat dihasilkan kategori –
kategori maupun kelompok – kelompok skor yang berada pada level
ordinal. Tujuan dari dilakukannya kategorisasi adalah untuk menempatkan
individu ke dalam kelompok – kelompok yang posisinya berjenjang
berdasarkan suatu kontinum dari atribut yang diukur.
33
3.8 Sumber Data Penelitian
Sumber data penelitian memiliki dua jenis yang membedakanya,
dalam penelitian ini menggunakan data primer dan sekunder, berikut dua
data penelitian yang telah disebutkan :
1. Data Primer
2. Data Sekunder
34
menganalisis data, penelitian ini akan menggunakan software SPSS, data-
data yang ada akan dikumpulkan terlebih dahulu.
35
terhadap pertanyaan penelitian. Tahap akhir dari penelitian ini yaitu
penulisan laporan penelitian. Prosedur penelitan merupakan urutan yang
harus dilakukan pada saat penelitian.
a. Etik Penelitian
Pada bagian ini, peneliti mengurus berbagai surat izin penelitian yang
diberikan kepada instansi yang dituju untuk
b. Lembar Persetujuan
c. Kerahasiaan
36
e. Penjelasan
37
DAFTAR PUSTAKA
Bandura, A. (1997). Self-efficacy: the exercise of control 1st edition (1st Edition).
W.H. Freeman and Company.
Gorski, T., dan Miller, M. 1986. Staying Sober: A Guide for Relapse Prevention.
Independence Press
38
Hendershot, C. S., Witkiewitz, K., George, W. H., & Marlatt, G. A. (2011). Relapse
prevention for addictive behaviors. Substance Abuse: Treatment, Prevention,
and Policy (Vol. 6, Nomor 1). https://doi.org/10.1186/1747-597X-6-17
Kholik, S., Mariana, E. R., & Zainab, Z. (2014). Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyalahgunaan narkoba pada klien rehabilitasi narkoba di poli napza rsj
Sambang Lihum. Jurnal Skala Kesehatan, 5(1).
https://doi.org/10.31964/JSK.V5I1.13
Mei Wulandari, C., Ajeng Retnowati, D., Judi Handojo, K., Farmasi Jember, A., Jl
Pangandaran No, I., & Indonesia, J. (2015). Faktor-faktor yang mempengaruhi
penyalahgunaan napza pada masyarakat di kabupaten Jember. Jurnal Farmasi
Komunitas, 2(1), 1–4.
Melemis, S. M. (2015). Relapse prevention and the five rules of recovery. Yale
Journal of Biology and Medicine, 88, 325–332.
Musdalifah. (2015). Peran balai rehabilitasi badan narkotika nasional (BNN) Tanah
Merah dalam merehabilitasi pecandu narkoba di kota Samarinda.
eJournal Ilmu Pemerintahan, 3(2), 718–730.
39
Purnomo, I. D., & Hardjanto, G. (2016). Terapi dengan pendekatan konsep kognitif
perilaku untuk mencegah relapse pada pengguna narkoba. PSIKODIMENSIA,
15(1), 152–174. https://doi.org/10.24167/PSIKO.V15I1.597
Yang, C., Zhou, Y., Cao, Q., Xia, M., & An, J. (2019). The relationship between
self-control and self-efficacy among patients with substance use disorders:
resilience and self-esteem as mediators. Frontiers in Psychiatry, 10(JUN), 1–
10. https://doi.org/10.3389/fpsyt.2019.00388
40
LAMPIRAN
41
Lampiran 1 Informed Consent
Nama :
Jenis Kelamin :
Alamat :
Usia :
Pekerjaan :
Menyatakan bersedia menjadi partisipan dengan sukarela dan tanpa paksaan untuk
menjadi partisipan penelitian yang berjudul “Hubungan Self-efficacy dengan
Kecenderungan Relapse Klien Rawat Jalan di Badan Narkotika Nasional
Provinsi Jambi” dengan ketentuan apabila ada hal yang tidak berkenan pada saya,
maka saya berhak mengajukan pengunduran diri dari kegiatan penelitian ini.
Jambi ..................2023
Peneliti Partisipan
42
Lampiran 2 Informed Constent Pengambilan Data Awal
43
Lampiran 3 Verbatim Data Awal
Verbatim Wawancara
44
B: Iya, dan udah banyak yang seperti itu pada akhirnya balik lagi, kalo dari
statistic mungkin dari 5 ya 3 seperti itu, jadi dia balik lagi ke lido. Misalnya dia
udah ke lido dan pulang,terus kemudian balik lagi ke lingkungan yang tidak
terkontrol yang akhirnya dalam beberapa bulan dia relapse dan balik lagi ke lido,
itu klien kak YY seperti itu, klien kak YD seperti itu, yah seperti itu
A: Jadi kalo klien relapse itu apakah mereka menceritakan saat mereka relapse
dalam konseling gitu buk?
B: Jadi yang pertama relapse itu wajar ya, wajar terjadi untuk pengguna narkoba,
sebelum relpase mereka pasti akan mengalami slip, nah biasanya mereka cerita
ke konselor” nya, dan itu biasanya faktor faktor nya ada banyak, yang pertama
dia ada di lingkungan yang , kalo di rehabilitasi rawat inap kan terkendali banget
ya, terkontrol dalam lingkungan yang ideal yang mana tidak bisa ada napza yang
masuk ya, sedangkan dia ketika dirumah dia balik lagi teman teman user nya dia
tidak keluar dari lingkungan yang selama ini mempengaruhi dia untuk pakai, itu
lingkungan yang beresiko itu, kemudian mungkin dia kurang memilki problem
solving yang baik dan tidak memilki self-efficacy atau keyakinan diri bahwa dia
bisa untuk mengatasi masalah” yang ditemukan, hambatan hambatan hidup yang
dia temukan diluar kondisi yang terkendali tersebut, ada masalah masalah yang
mungkin tidak terselesaikan dalam keluarga, keluarga nya tidak siap untuk
menerima dia kembali, mungkin setelah keluar dari lembaga rehabilitasi dia tidak
mempunyai pekerjaan, terus dia juga akhirnya rutinitasnya terganggu, kan kalo
di lembaga rehabilitasi rawat inap rutinitas itu sangat penting ya, kehidupan nya
bener bener terkondisi kan disitu, sedangkan kalo diluar dia bebas, jadi itu juga
yang mempengaruhi akhirnya lepas kontrol, biasanya pada ngeluh si, dia gak
keteu lagi sama temen temen nya terus suges lagi, terus gak tahan dengan
permasalahan kesepian karena dia gak gabung dengan temen” user nya atau dia
mungkin jenuh karena belom ada pekerjaan, kaya gitu juga yang guncang mental
mereka
A: Jadi kalo menurut ibu sendiri,ee sebenarnya relapse ini bisa dihilangkan atau
memang para pecandu akan selalu balik ke tahap relapse lagi bu?
45
B: eee ngga selalu si, Namanya pemulihan itu kan harus dijaga terus menerus
gitu, mangkanya mereka itu ngga boleh besar kepala, merasa ah aku selamanya
ngga pernah kembali konsumsi zat, mereka tu harus humble bahwa mereka harus
tetap menyadari kapan sih muncul sugesnya, kapan mereka ngerasa enak,
memori itu pasti muncul, karena manusia pasti menyimpan memori memori yang
menyenangkan kekgtu, dan itu harus dipantau terus menerus dengan cara ya tadi,
bertemu dengan orang yang mereja ajak cerita mempertahankan rutinitas yang
produktif yang baik kek gitu gitu, mereka harus punya coping strategi dan
keyakinan diri bahwa mereka bisa gitu untuk mengatasi ketika ada hambatan nih
trus kemudian muncul keinginan yang kuat untuk pakai kek gitu ditambah lagi
dengan lingkungan mungkin teman – teman sekitarnya gitu, sehingga itu
kombinasi semuanya itu sangat mee, ee menchalange diri mereka gitu untuk tidak
pakai gitu, harus dipertahankan. Jadi memang relapse itu sesuatu yang sangat
mungkin terjadi gitu, wajar karena terjadi pada kehidupan pecandu makanya
untuk mempertahankan agar tidak relapse itu sangat sulit dan harus di mantain
terus menerus.
A: oke, jadi secara tidak langsung relapse ini adalah suatu hal yang selalu terjadi
pada pecandu gitu ya, itu kalo menghilangkannya apakah sulit juga bagi mereka
bu atau bagaimana kalo dari pengalaman ibu sendiri?
B: apa gas?
A: ee gimana ya maksudnya tu em mereka kan pasti kembali ke tahapan relapse
itu bu, kalo menurut ibu sendiri eee cara menghilangkannya tu dengan cara yang
gimana sih bu kalo dari ibu sendiri?
B: cara menghilangkan relapse nya, dia baru menggunakan, kamu tau tahapan
relapse gak,
A: tau bu, yang pertama itu suges gak bu
B: ohh bukan, jadi yang pertama itu ada emosional relapse, terus, mental relapse,
sama phisical. Dari setiap tahapan itukan pertama mungkin di emosional relapse
dulu ya, dia merasakan bahwa ada suggest nya ada dorongan gitu untuk
melakykan, ada perasaan gelisah, marah, jadi internal triger nya tu muncul di
46
dalam dirinya, dari situ pun seseorang harus mulai peka terhadap dirinya sendiri,
apasih yang jadi triger mereka secara internal maupun external, nh itu pertama
dibangun kepekaannya. Kemudian yang kedua mereka harus cerita gitu
mengeluarkan keinginannya kepada seseorang dengan harapan orang tersebut
tidak menjudge dan langsung mengalihkan pikiran mereka dengan mengajak
melakukan kegiatan – kegiatan yang membuat mereka lupa. Kemudian ya
mereka olahraga, melakukan coping – coping yang sudah di ajarkan kek gitu,
melakukan hobi mereka. Atau mengalihkan dengan itu ada dengan cara
menggunakan karet gelang di tarik gelangnya kemudian dilepaskan kekulit
mereka itu untuk membuat mereka ngerasain gimana sih sakitnya. Sampai
akhirnya suggest nya hilang, emosional relapsenya. Jadi ada cara – cara nya. Kalo
misalnya sudah relapse, sudah bertahan beberapa lama sampai mereka
menggunakan lagi ya mau bagaimana lagi harus kembali ke rehabilitasi lagi.
Gitu.
A: itu si bu, mungkin segitu aja sih bu, kalo untuk statistik data disini itu bu, kira
– kira ada gak bu?
B: data – data orang yang relapse?
A: Iyaaa buu
B: eee mungkin belum ada, tapi dari mungkin dari kami aja ya, dari 13 orang,
dari beberapa klien yang sudah di selesaikan rehabilitasinya sudah ada 3 orang
yang kembali lagi gitu. Itu yang melapor ya, melaporkan diri sendiri itu 3 orang.
Yang tidak melaporkan diri itu tidak terdata.
A: berarti 3 orang dari 13 orang tadi ya bu, itu pun dia melapor ya bu
B: iya itupun tidak ditangkap tapi untuk berapa jumlahnya mungkin nanti kita
akan mencoba lihat – lihat dari jumlah klien klien kita mana aja yang kembali
ketangkap. Mudah – mudahan sama aja sih.
A : mungkin itu aja sih bu yang bisa kami tanya kalo ada salah kami mohon maaf
ya bu kmi ganggu bu
B : nggak papa gass amann
A : mana tau ibu tadi sibuk kan
47
B : nggak lah itu urusan lain. Tapi harus ini ya ketemu nggak teori antara
bagaimana sih self-efficay itu akhirnya bisa untuk dikaitkan dengan
kecenderungan untuk dia gak relapse gitu
A : sebenarnya ada sih bu penelitian sebelumnya sudah kek nemuin teorinya.
Tapi itu udah jadul gitu bu, Cuma keknya masih di pake sih itu, kalo kayak tahun
1980an gitu bu.
B : oo nggak boleh si harusnya, kalo bisa itu minimal dari 10 tahun kebelakang,
coba cari lagi ya mungkin kalo yang berbahasa inggris mungkin ada
A : baikk ibu, terima kasih ibu sudah mau menjelaskan dari apa yang saya
tanyakan, maaf kalau saya mengganggu waktu ibu
B: iya bagas gapapa
A: mungkin segini aja bu hal yang saya tanyakan, terima kasih ya bu sekali lagi
saya izin pamit ke ruangan klinik lagi
B: okee bagas sama sama
48
Lampiran 4 Dokumentasi Pengambilan Data Awal
49
Lampiran 5 Surat Izin Penelitian
50
Lampiran 6 Surat Izin Penelitian BNNP Jambi
51
Lampiran 7 Instrumen Skala Self-Efficacy
52
Saya menyelesaikan Saya menyelesaikan masalah
masalah dengan kepala dengan emosi.
dingin.
Saya enggan Saya mendengarkan pendapat
mendengarkan pendapat orang lain akan masalah yang
orang lain akan masalah saya hadapi.
yang saya hadapi.
Motivasi Percaya diri Saya percaya diri saat Saya merasa malu ketika
Melakukan mengkonsumsi napza. mengkonsumsi napza
Sesuatu Saya berani berbicara di Saya takut berbicara di depan
depan umum. umum,
Saya bisa menyelesaikan Saya butuh bantuan orang lain
pekerjaan yang sulit dalam mengerjakan pekerjaan
sendirian. yang sulit.
Bersemangat Saya selalu bangun pagi Saya malas untuk bangun di
Melakukan untuk berolahraga. pagi hari.
Aktivitas Saya merasa senang saat Saya lebih suka beraktivitas
melakukan pekerjaan di dari rumah.
luar rumah.
Saya akan bersemangat Saya mudah lelah ketika
bekerja ketika mengkonsumsi napza.
mengkonsumsi napza.
Bersifat Optimis Saya percaya bahwa Saya akan kehilangan arah
mengkonsumsi napza dapat ketika mengkonsumsi napza.
membantu menyelesaikan
masalah saya.
Saya percaya akan Saya ragu dengan hasil dari
mendapatkan hasil yang pekerjaan yang telah saya
baik dari pekerjaan yang lakukan.
saya lakukan.
53
Saya percaya bahwa Mengkonsumsi narkoba akan
mengkonsumsi napza dapat membuat saya gelisah.
membuat saya lebih tenang.
Afeksi Mengontrol Saya mampu Saya masih kesulitan
Emosi mengendalikan diri untuk mengendalikan diri untuk
tidak mengkonsumsi tidak mengkonsumsi narkoba.
narkoba lagi.
Saya bisa menyelesaikan Saya menyelesaikan masalah
masalah dengan kepala dengan emosi.
dingin.
Saya akan memastikan Saya langsung marah dalam
terlebih dahulu apa menghadapi masalah yang
penyebab dari masalah saya alami.
yang saya alami.
Respon terhadap Saya bisa bersikap tenang Saya merasa panik ketika
Masalah ketika memiliki masalah. memiliki masalah.
Saya bisa mengontrol diri Saya mudah marah jika
jika masalah yang saya masalah yang saya miliki
miliki terlalu berat. terlalu berat.
Saya akan merasa tenang Saya merasa gusar saat
jika masalah yang saya masalah yang saya miliki
miliki telah selesai. tidak selesai.
Seleksi Menentukan Saya bisa memilih Saya mengerjakan sesuatu
Prioritas pekerjaan mana yang lebih sesuka saya.
penting dan harus
dikerjakan terlebih dahulu.
Saya lebih memilih Saya lebih memilih
berkumpul bersama berkumpul bersama teman
keluarga dibandingkan yang mengkonsumsi napza
berkumpul bersama teman
54
yang mengkonsumsi dibandingkan berkumpul
napza. dengan keluarga.
Saya akan memilih untuk Saya memilih mengkonsumsi
berhenti mengkonsumsi napza dan kehilangan
napza dibandingkan harus pekerjaan saya.
kehilangan pekerjaan saya.
Pengambilan Saya bisa mengambil Saya harus berfikir lebih lama
Keputusan keputusan dengan cepat untuk mengambil keputusan.
tanpa berfikir panjang.
Saya merasa percaya diri Saya merasa ragu dalam
saat mengambil keputusan mengambil keputusan di
di dalam tim. dalam tim.
Saya bisa mengambil Saya harus berdiskusi terlebih
keputusan sendiri tanpa dahulu dengan teman sebelum
bertanya dengan teman. mengambil keputusan.
Kebingungan Saya bingung memilih Saya bisa memilih pekerjaan
pekerjaan yang harus apa yang harus dikerjakan
dilakkukan duluan. lebih dulu.
Saya belum memahami Saya mengerti bahaya dari
bahaya dari mengkonsumsi mengkonsumsi napza.
napza.
Saya sulit menolak ajakan Saya bisa menolak ajakan
teman untuk teman untuk mengkonsumsi
mengkonsumsi napza. napza.
55
Lampiran 8 Instrumen Skala Kecenderungan Relapse
56
Ketika mengkonsumsi Ketika mengkonsumsi napza
napza saya kehilangan saya tambah bersemangat
minat untuk menekuni hobi untuk menekuni hobi saya
saya
Mental Memikirkan Saya memikirkan saya sama sekali sudah
Relapse Menggunakan bagaimana cara untuk melupakan untuk
Napza kembali mengkonsumsi napza menggunakan napza kembali
kembali
Ketika saya beraktivitas Saya semangat beraktivitas
saya butuh napza agar tanpa menggunakan napza
bersemangat
Saya mempertimbangkan Saya menerima tawaran
ajakan teman untuk teman untuk menggunakan
mengkonsumsi napza napza
kembali
Menghubungi Saya masih menyimpan Saya memblokir kontak teman
Teman yang kontak teman yang teman yang menggunakan
Menggunakan menggunakan napza napza
Napza Saya masih berinteraksi Saya menjauhi teman
dengan teman pengguna penyalahguna napza meski
napza karena rumah yang rumah yang berdekatan
berdekatan
Saya menolak dengan Saya ikut menggunakan napza
mengalihkan topik ketika saat teman mengajak
teman mengajak saya
untuk menggunakan napza
Memikirkan Saya berpikir Saya berpikir menggunakan
Dampak menggunakan napza dapat napza menambah
Menggunakan membantu menghindari permasalahan dalam hidup
Napza permasalahan. saya
57
Meskipun pernah Mesikpun sudah direhabilitasi
menggunakan napza saya tidak bisa lepas untuk
kembali setelah menjalani menggunakan napza
rehabilitasi, saya merasa
mampu mengendalikan diri
agar tidak menggunakan
napza lagi.
Mengkonsumsi napza akan Mengkonsumsi napza akan
menjauhkan saya dengan mendekatkan saya dengan
keluarga keluarga
Physical Bergaul dengan Saya merasa bahagia saat Bertemu dengan teman yang
Relapse Pengguna bertemu teman yang mengkonsumsi napza
Napza mengkonsumsi napza membuat saya sedih.
Saya menghindari teman Saya bermain bersama teman
teman yang menggunakan teman yang menggunakan
napza setelah rehabilitasi napza setelah rehabilitasi
berakhir. berakhir.
Saat mengadakan acara, Saat mengadakan acara, saya
akan terasa lengkap ketika akan menjauhi teman yang
mengkonsumsi napza menggunakan napza
bersama teman
Bertemu Jarak rumah saya dengan Jarak rumah saya dengan
Bandar Napza bandar napza dekat, bandar napza sangat jauh,
sehingga memudahkan sehingga sulit membelinya.
saya untuk membelinya
Bandar napza adalah teman Bandar napza adalah orang
dekat saya sehingga asing, sehingga susah untuk
memudahkan saya untuk membelinya.
membelinya
58
Saya menghapus dan Saya masih menyimpan
memblokir kontak bandar kontak bandar napza
napza
Mengkonsumsi Mengkonsumsi napza Mengkonsumsi napza
Napza menenangkan pikiran saya membuat kepala saya menjadi
dan menghilangkan stres sakit dan menambah stres
Saya tetap mengkonsumsi Saya sudah lepas dari
napza walaupun telah di penyalahgunaan napza setelah
rehabilitasi direhabilitasi
Saya mengkonsumsi napza Saya menolak ajakan teman
kembali karena faktor untuk menggunakan napza
ajakan teman kembali
59