Anda di halaman 1dari 42

TINGKAT PENGETAHUAN BANTUAN HIDUP DASAR

(BHD) PADA MAHASISWA KEPERAWATAN


ANGKATAN 2018 DI UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH GORONTALO

PROPOSAL PENELITIAN

CHAIRUL AKBAR ADOLO


NIM. C01417025

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH GORONTALO
GORONTALO
2021
PENGESAHAN PEMBIMBING

Judul Penelitian : Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada


Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Muhammadiyah
Gorontalo

Nama : Chairul Akbar Adolo

NIM : C01417025

Program Studi : Ilmu Keperawatan

Disutujui Pembimbing

Pembimbing 1 Pembimbing 2

Ns. Pipin Yunus S.Kep, M.Kep Ns. Sabirin B. Syukur S.Kep, M.Kep
NIDN : 905058503 NIDN : 907108620

Mengetahui,

Dekan Ketua
Fakultas Ilmu Kesehatan Program Studi

Ns. Abdul Wahab Pakaya, MM, M.Kep Ns. Harismayanti, M.Kep


NIDN. 8825150017 NIDN. 920048704

i
KATA PENGANTAR
Puji Syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala nikmat dan
karunia yang diberikan pada penulis, karena dengan kuasa dan izin-Nyalah
sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan proposal penelitian ini
dengan judul ”Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada
Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Muhammadiyah Gorontalo”. Sholawat
serta salam penulis hadiahkan kepada Rasulullah SAW, semoga kita semua
mendapatkan syafaatnya di akhirat nanti.
Adapun tujuan penyusunan proposal ini, selain sebagai salah satu
persyaratan untuk menempuh ujian sarjana pendidkan pada Program Studi Ilmu
Keperawatan Jurusan Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Gorontalo, juga diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua
dalam meningkatkan kepedulian terhadap masalah pendidikan khususnya di
bidang Keperawatan. Pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa
terimakasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Allah SWT yang tidak pernah henti melimpahkan rahmatnya kepada
hambanya.
2. Orang tua tercinta Ayah dan Ibu terima kasih atas do’a dan dukungannya
yang telah diberikan selama ini dengan penuh kasih sayang dan
kesabaran.
3. Rektor Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Prof. Dr. Abd.
Kadim Masaong, M.Pd.
4. Wakil Rektor satu Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Ibu Prof.
Dr. Hj. Moon Hidayati Otoluwa, M.Hum.
5. Wakil Rektor dua Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Dr.
H. Salahudin Pakaya, MH.
6. Wakil Rektor tiga Universitas Muhammadiyah Gorontalo (UMGo) Bapak Dr.
Apris Ara Tilome, S.Ag, M.Si.
7. Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
(UMGo) Bapak Abdul Wahab Pakaya, S.Kep. NS. MM.
8. Ketua Program Studi S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo (UMGo) Ibu Ns. Harismayanti, M.Kep.

ii
9. Pembimbing 1 Bapak Ns. Pipin Yunus, M.Kep, terimakasih telah berbagi
ilmu dan telah meluangkan waktu untuk membimbing penyusunan proposal
ini.
10. Pembimbing 2 Bapak Ns. Sabirin B, Syukur, M.Kep, terimakasih telah
berbagi ilmu dan telah meluangkan waktu untuk membimbing penyusunan
proposal ini.
11. Bapak/Ibu dosen Program Studi Ilmu Kesehatan khususnya prodi Ilmu
Keperawatan yang telah memberikan ilmu yang sangat bermanfaat dan
semoga dapat diaplikasikan dalam kehidupan penulis.
12. Teman seperjuangan S1 Keperawatan Angkatan 2017 dengan penuh
keikhlasan membantu penulis dan selalu menemani dalam menyelesaikan
proposal ini.
Penulis menyadari masih banyak kekurangan yang disebabkan
keterbatasan pengetahuan, wawasan dan kemampuan penulis. Semoga
proposal ini dapat bermanfaat bagi semua pihak dan dapat dijadikan bahan
bacaan guna untuk menambah wawasan bagi pembaca.

Gorontalo, September 2021

Penulis

iii
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN PEMBIMBING ............................................................................ i
KATA PENGANTAR ........................................................................................... ii
DAFTAR ISI ....................................................................................................... iv
DAFTAR TABEL ................................................................................................. v
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN ........................................................................................ vii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ........................................................................................... 1
1.2 Identifikasi Masalah .................................................................................... 4
1.3 Rumusan Masalah ...................................................................................... 4
1.4 Tujuan Penelitian ........................................................................................ 4
1.5 Manfaat Penelitian ...................................................................................... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................. 6
2.1 Konsep Pengetahuan ................................................................................. 6
2.2 Konsep Bantuan Hidup Dasar (BHD) ........................................................ 11
2.3 Penelitian Relevan .................................................................................... 16
2.4 Kerangka Teori ......................................................................................... 18
2.5 Kerangka Konsep ..................................................................................... 19
BAB III METODE PENELITIAN ......................................................................... 20
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian ................................................................... 20
3.2 Desain Penelitian ...................................................................................... 20
3.3 Variabel Penelitian .................................................................................... 20
3.4 Populasi Dan Sampel ............................................................................... 21
3.5 Teknik Pengumpulan Data........................................................................ 21
3.6 Teknik Pengolahan Data........................................................................... 23
3.7 Teknik Analisa Data .................................................................................. 24
3.8 Etika Penelitian ......................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 26

iv
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Penelitian Relevan ......................................................................................... 16
2. Definisi Operasional ....................................................................................... 20

v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Kerangka Teori .............................................................................................. 18
2. Kerangka Konsep .......................................................................................... 19

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman
1. Surat Permohonan Menjadi Responden ........................................................ 28
2. Lembar Persetujuan Responden.................................................................... 30
3. Instrumen Penelitian ...................................................................................... 31

vii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bantuan hidup dasar merupakan keterampilan dalam tindakan pertolongan
awal yang mengacu pada mempertahankan jalan napas, mendukung napas dan
sirkulasi. Keterampilan ini harus dimiliki setiap orang untuk mengurangi dampak
buruk atau keparahan gejala sisa pasien henti jantung. Henti jantung atau
cardiac arrest merupakan keadaan hilangnya fungsi jantung secara tiba-tiba yang
sebagian besar terjadi karena kerusakan pada sistem kelistrikan jantung. Saat
jantung berhenti berdetak, tidak ada pasokan darah yang dialirkan keseluruh
tubuh termasuk organ-organ vital seperti otak (American Heart Association,
2017). Keadaan ini dapat menyebabkan kecacatan serta kerusakan otak yang
permanen (Graham dkk, 2018). Henti jantung selain menyebabkan kerusakan
organ juga memiliki angka kejadian yang tinggi baik di dalam rumah sakit
maupun di luar rumah sakit. (Nirmalasari & Winarti, 2020)
Bantuan Hidup Dasar juga merupakan dasar dalam menyelamatkan
penderita dalam kondisi yang mengancam nyawa dimana seorang penolong
perlu segera mengenali tanda-tanda henti jantung dan henti nafas, segera
mengaktifkan sistem respon kegawatdaruratan, segera melakukan RJP, dan
segera melakukan defibrilasi dengan menggunakan AED (Automated External
Defibrilator). Kondisi kegawatdaruratan yang mengakibatkan henti jantung dan
gangguan irama jantung yang fatal seperti pada penyakit jantung koroner (PJK)
yang mengalami gangguan/kerusakan fungsi jantung akibat otot jantung
mengalami kekurangan suplai darah (yang mengangkut nutrisi dan oksigen) dan
hipoksia jaringan dan gangguan irama jantung seperti ventrikel takikardi (VT)
atau ventrikel fibrillasi (VF) yang kritis karena faktor adanya penyempitan
pembuluh darah koroner (aterosklerosis, iskemia, angina pektoris, infark
miocard) (Abdillah, 2019)
Kejadian henti jantung merupakan salah satu kondisi kegawat - daruratan
yang banyak terjadi di luar rumah sakit. Angka kematian akibat henti jantung
masih sangat tinggi baik di negara - negara maju maupun yang masih
berkembang. Berdasarkan data dari the American Heart Association (AHA),
sedikitnya terdapat 2 juta kematian akibat henti jantung di seluruh dunia. Di

1
Jepang, Singapura, Indonesia, Malaysia, dan juga negara - negara asia lainnya,
angka kematian akibat henti jantung menempati urutan 3 besar penyebab
kematian terbanyak. (Muthmainnah, 2019)
Data World Health Organization (WHO) tahun 2020 menunjukkan 17,5 juta
orang di dunia meninggal akibat penyakit kardiovaskuler atau 31% dari 56,5 juta
kematian di seluruh dunia. Lebih dari 3/4 kematian akibat penyakit kardiovaskuler
terjadi di negara berkembang yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Dari
seluruh kematian akibat penyakit kardiovaskuler 7,4 juta (42,3%) di antaranya
disebabkan oleh Penyakit Jantung Koroner (PJK) dan 6,7 juta (38,3%)
disebabkan oleh stroke. (Gusty, 2020)
Prevalensi penyakit jantung koroner berdasarkan wawancara terdiagnosis
dokter di Indonesia sebesar 0,5%, dan berdasarkan terdiagnosis dokter atau
gejala sebesar 1,5%. Prevalensi jantung koroner berdasarkan terdiagnosis dokter
tertinggi Sulawesi Tengah (0,8%) diikuti Sulawesi Utara, DKI Jakarta, Aceh
masing-masing 0,7 % dan untuk provinsi Gorontalo 0,4 %. Sementara, prevalensi
jantung koroner menurut diagnosis atau gejala tertinggi di Nusa Tenggara Timur
(4,4%), diikuti Sulawesi Tengah (3,8%), Sulawesi Selatan (2,9%), dan Sulawesi
Barat (2,6%). prevalensi jantung koroner menurut diagnosis atau gejala di
Provinsi Gorontalo sebesar 1,8% (Santoso et al., 2021)
Menurut data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, menyebutkan
bahwa penyakit jantung koroner menyumbang angka mortalitas sebesar 2%, dan
prevalensi penderita penyakit jantung koroner di Provinsi Gorontalo adalah
sebesar 2,2%. Penyakit jantung koroner disebabkan oleh sejumlah faktor yang
berhubungan dengan pola hidup salah satunya merokok. (Cahya, 2020)
American Heart Association (2018), menjelaskan bahwa keadaan henti
jantung terjadi akibat dari kehilangan darah dan oksigen di dalam otot jantung
karena terhambatnya arteri koroner oleh bekuan darah atau akibat kerja jantung
dalam memompakan darah. Penderita saat itu akan mengalami kehilangan
kesadaran, pernapasan yang terhenti dan nadi tidak teraba. Kematian bisa terjadi
jika tidak segera mendapatkan penanganan (Mandal dalam Nugroho,
2017).Pentingnya identifikasi awal terhadap penderita dengan kejadian henti
jantung yang merupakan mata rantai penanganan henti jantung (the chain of
survival) sebelum ke rumah sakit (prehospital).Identifikasi awal terhadap

2
penderita, adalah dengan meminta pertolongan dan segera memberikan bantuan
hidup dasar dan lanjutan di rumah sakit. (Sianturi, 2019)
Salah satu faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu tingkat
pengetahuan. Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar
pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (melihat dan
mendengar). Pengetahuan juga sangat erat dengan pendidikan, sebab
pengetahuan didapat baik melalui pendidikan formal maupun informal.
Menurut Frame (dalam Dahlan, Kumaat, Onibala, 2017), bahwa bantuan
hidup dasar (BHD) dapat diajarkan kepada siapa saja. Setiap orang dewasa
seharusnya memiliki keterampilan bantuan hidup dasar (BHD), bahkan dapat
diajarkan sesuai dengan kapasitasnya. Termasuk kalangan medis maupun
mahasiswa-mahasiswa yang bergerak dalam bidang kesehatan sudah mendapat
pengetahuan tentang bantuan hidup dasar. Penelitian lainnya yang dilakukan
Ihsan (2018) yang dilakukan Mahasiswa angkatan menunjukkan 2010 program
studi pendidikan Dokter di Universitas Muhammadyah Jakarta menunjukkan
bahwa sebagian besar mahasiswa tidak mengetahui tentang Bantuan Hidup
Dasar (BHD).
Survey dan wawancara awal, yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 9
Agustus 2021, Hasil wawancara terhadap dari tujuh Mahasiswa, didapatkan satu
mahasiswa mengetahui pengertian bantuan hidup dasar (BHD) namun lupa
dengan tehnik pelaksanaannya. Sedangkan dua Mahasiswa lainnya tidak
mengetahui bantuan hidup dasar (BHD) dengan alasan sudah lupa dengan mata
kuliah tersebut, dan untuk empat mahasiswa lainnya mengetahui tentang
bantuan hidup dasar, resusitasi jantung paru. Adapun wawancara yang peneliti
lakukan pada salah seorang dosen pengampuh mata kuliah Kegawatdaruratan
khusunya pada materi tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) mengatakan bahwa
dalam proses pembelajaran mata kuliah BHD ini memang tidak semua
mahasiswa angkatan 2018 yang sering mengikuti materi BHD ini, Ada beberapa
mahasiswa juga yang sering bolos pada proses pembelajaran pada materi
Bantuan Hidup Dasar (BHD).

3
‫س ُحوا ال َم َجا ِل ِس فِي ُحواََتَفَس لَ ُكم قِي َل ِإذَا آ َمنُوا الَّذِينَ أَيُّ َها يَا‬ َ ‫فَاف‬
‫ح‬
ِ ‫س‬ َّ ‫ش ُزوا قِي َل َو ِإذَا ۖ لَ ُكم‬
َ ‫ّللاُ يَف‬ ُ ‫ش ُزوا ان‬ َّ َ‫ِمن ُكم آ َمنُوا الَّذِين‬
ُ ‫ّللاُ يَرفَ ِع فَان‬
َ‫ّللاُ ۚ َد َر َجات ال ِعل َم أُوتُوا َوالَّذِين‬
َّ ‫َخبِير ع َملُونَ ََت بِ َما َو‬
Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: “Berlapang-
lapanglah dalam majlis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan: “Berdirilah kamu”, maka berdirilah,
niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan
orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha
Mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.S Al-Mujadilah : 11)
Dari Ayat diatas dapat digambarkan bahwa Ilmu pengetahuan sangat
penting bagi umat manusia, hal ini tentu akan meningkatkan taqwa kita kepada
Allah SWT sehingga dalam hal ini kita dianjurkan untuk menuntut ilmu
pengetahuan setinggi-tingginya untuk meningkatkan kualitas keimanan kita
kepada Allah SWT.
Perlu adanya upaya untuk mengetahui gambaran pengetahuan mahasiswa
guna untuk mengukur sejauh mana tingkat pengetahuan tentang Bantuan Hidup
Dasar. Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik untuk meneliti “Tingkat
Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Keperawatan Di
Universitas Muhammadiyah Gorontalo”.

1.2 Identifikasi Masalah


Berdasarkan urutan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi
masalah dalam penilitian ini adalah :
1. Kurangnya pengetahuan mahasiswa keperawatan tentang pengetahuan
Bantuan Hidup Dasar (BHD).
2. Perlu adanya pembahasan Bantuan Hidup Dasar(BHD) untuk mengetahui
gambaran pengetahuan mahasiswa guna untuk mengukur sejauh mana
tingkat pengetahuan tentang Bantuan Hidup Dasar.
1.3 Rumusan Masalah
Berdasarkan masalah di atas maka rumusan masalah yang akan di teliti ini
adalah “Bagaimana Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada
Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Muhammadiyah Gorontalo?”
1.4 Tujuan Penelitian

4
1.4.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penilitian ini untuk mengetahui Tingkat Pengetahuan
Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Keperawatan Di Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk Mengetahui karakteristik responden yang meliputi usia, jenis
kelamin.
2. Untuk Mengetahui Tingkat pengetahuan tentang bantuan hidup dasar
(BHD)
3. Menganalisis Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa
Keperawatan di Universitas Muhammadiyah Gorontalo
1.5 Manfaat Penelitian
1.4.3 Manfaat Teoritis
Sebagai penambah ilmu pengetahuan bagi pembaca dan juga sebagai
literatur bagi peneliti yang akan meneliti selanjutnya
1.5.2 Manfaat Praktisi
1. Bagi Instansi
Sebagai bahan masukan bagi instansi terkait seperti, PMI, PPNI untuk
lebih mengembangkan serta menambah pengetahuan untuk mesyarakat
khususnya tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD).
2. Bagi Mahasiswa
Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang lebih
bermanfaat tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD) kepada mahasiswa
keperawatan agar dapat diaplikasikan di kehidupan sehari-hari
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Diharapkan hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi penelitian
selanjutnya dengan menambah variabel lainnya

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Pengetahuan


2.1.1 Pengertian Pengetahuan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia pengetahuan adalah suatu yang
diketahui tentang suatu hal.Fitriani (2011) (dalam Kristanto dan Setyaningsih,
2020) pengetahuan adalah hasil dari proses tahu, setelah seseorang melakukan
penginderaan terhadap objek tertentu. Penginderaan dapat terjadi melalui indera
manusia seperti pendengaran, penglihatan, penciuman, dan raba. Namun
sebagaian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga. Sedangkan
menurut Notoadmodjo (2014) (dalam Maransisca, 2019) mendefinisikan
pengetahuan merupakan suatu hal yang didapatkan setelah seseorang
melakukan proses penginderaan terhadap suatu objek tertentu. (Syafei, 2019)
Menurut Suriasumantri (2015) “Pengetahuan adalah segenap apa yang
diketahui manusia tentang suatu objek tertentu termasuk didalamnya ilmu yang
akan memperkaya khasanah mentalnya baik secara langsung ataupun tidak
langsung.” Pengetahuan diartikan juga sebagai suatu kumpulan berbagai macam
pengalaman, nilai-nilai dan informasi yang saling berkaitan. Di dalamnya
terkandung juga berbagai gagasan para ahli dan informasi baru yang berkaitan
dengan objek pengetahuan tersebut. Dalam kelangsungannya, pengetahuan
tersebut tidak hanya disimpan sebagai ingatan, tetapi juga dilibatkan dalam
berbagai proses terapan. (Sakti, 2020)
Berdasarkan uraian sebagaimana diuraikan di atas maka yang dimaksud
dengan pengetahuan dalam penelitian ini adalah segenap yang diketahui siswa
tentang alat-alat fisika yang berbentuk :
a) Fakta, adalah informasi tentang nama orang, tempat, kejadian, julukan,
istilah, symbol. Selain itu, fakta juga mengenai hubungan antar informasi
tersebut. Pengetahuan fakta merupakan landasan bagi seseorang untuk
menguasai ragam pengetahuan lain. Elemen fakta adalah simbol-simbol
yang dikaitkan dengan benda konkret yang dapat memberikan gambaran
tentang pentingnya informasi tersebut. Jadi bisa dikatakan ragam
pengetahuan fakta berkaitan dengan :

6
1. Nama orang, tempat, yang menurut kebahasaan harus ditulis dengan huruf
awal besar
2. Benda, baik konkret maupun abstrak, berbagai jabatan, profesi, dll
3. Kejadian atau peristiwa, seperti siang hari yang panas,
4. Berbagai istilah, seperti Mekanika, Ozon = O3.
b) Konsep, pada dasarnya konsep memiliki dua sifat, yaitu nyata/konkret dan
abstrak. Konsep nyata mengandung aspek kebendaan dan kasat mata.
Kursi secara umum adalah benda nyata, berfungsi sebagai tempat duduk
seseorang. Usul, gagasan, pandangan, atau pendapat seseorang terhadap
sesuatu hal dapat dikategorikan sebagai konsep.
c) Prosedur, adalah materi tentang pelaksanaan suatu pekerjaan atau tugas
yang berurutan.
d) Metakognisi, adalah kemampuan seseorang dalam berpikir secara umum.
Selain itu, metakognisi juga mencakup kemampuan seseorang dalam
memilih dan menerapkan teori, teknik, atau prosedur yang berbeda untuk
proses belajar atau pekerjaan yang berbeda pula. Selanjutnya metakognitif
terdiri atas :
1. Pengetahuan strategi, adalah cara berpikir seseorang dalam menentukan
langkah, strategi, atau memilih teknik dan teori dalam mengatasi suatu
masalah.
2. Pengetahuan tugas kognitif, adalah berkaitan dengan mengingat dan
menentukan tugas sederhana. (Wulandari, 2019)
2.1.2 Kriteria Pengetahuan
Menurut Nursalam (2016) pengetahuan seseorang terbagi menjadi
beberapa tingkat yang dapat diinterpretasikan dengan sifat kualititatif, yaitu :
1. Pengetahuan Baik : 76 % - 100 %
2. Pengetahuan Cukup : 56 % - 75 %
3. Pengetahuan Kurang: < 56 %

7
2.1.3 Tingkat Pengetahuan
Notoadmodjo (2014) (dalam Maransisca, 2019) membagi pengetahuan
menjadi beberapa tingkatan, yaitu:

1. Tahu (know)
Tahu merupakan aktifitas mengingat materi yang telah dipelajari
sebelumnya. Hal ini berarti mengingat kembali sesuatu atau semua materi
yang di pelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh karena itu, tahu
menjadi paling rendah dari pengetahuan.

2. Memahami (comprehension)
Memahami merupakan kemampuan untuk menjelaskan suatu objek yang
diketahui dengan benar dan memiliki kemampuan untuk menafsirkan
secara benar. Seseorang yang telah memahami suatu objek makan akan
mudah menjelaskan, menyebutkan contoh dan menyimpulkan objek yang
telah dipelajari.
3. Aplikasi (aplication)
Aplikasi merupakan kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari
dalam situasi kondisi yang nyata.
4. Analisis (analysis)
Analisis merupakan kemampuan untuk menggambarkan materi dan suatu
objek dalam komponen-komponen, dan berada dalam struktur organisasi
serta masih memiliki keterkaitan satu sama lain.
5. Sintesis (synthesis)
Sintesis mengacu pada kemampuan seseorang untuk menempatkan dan
menghubungkan bagian-bagian dalam bentuk yang baru secara
keseluruhan. Hal ini berarti sintesis adalah kemampuan untuk menyusun
formulasi baru.
6. Evaluasi (evaluation)
Evaluasi berhubungan dengan kemampuan membenarkan atau menilai
suatu materi atau objek. (Febri, 2019)

8
2.1.4 Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2010) dari berbagai macam cara yang telah
digunakan untuk memperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah, dapat
di kelompokkan manjadi :
1. Cara kuno ilmiah (tanpa melalui penelitian)
Cara kuno atau tradisional ini dipakai untuk memeperoleh kebenaran
pengetahuan, sebelum di temukannya metode ilmiah atau metode
penemuan secara sistematik dan logis adalah dengan cara non ilmiah,
tanpa melalui penelitian. Cara-cara penemuan pengetahuan pada priode ini
meliputi :
a. Cara Coba Salah (Trial and Eror)
Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan beberapa
kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan ini
tidak berhasil, dicoba dengan kemungkinan yang lain, apabila
kemungkinan kedua ini gagal maka di coba dengan kemungkinan yang
ketiga, dan apabila kemungkinan ketiga ini gagal maka digunakan
kemungkinan keempat dan seterusnya, sampai masalah tersebut dapat di
selesaikan. Itulah sebabnya cara ini disebut metode trial (coba) dan eror
(gagal atau salah) atau metode coba salah (coba-coba).
b. Secara Kebetulan
Penemuan kebenaran secara kebetulan terjadi karena tidak sengaja oleh
orang yang bersangkutan.
c. Cara Kekuasaan atau Otoritas
Para pemegang otoritas, baik pemimpin pemerintahan, atau tokoh agama,
maupun ahli ilmu pengetahuan pada prinsipnya mempunyai mekanisme
yang sama didalam penemuan pengetahuan. Prinsip inilah, orang lain
menerima pendapat yang di kemukakan oleh orang yang mempunyai
otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenaranya,
baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri.
d. Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman adalah guru yang terbaik, demikian bunyi pepatah. Pepatah
ini mengandung maksut bahwa pengalaman itu merupakan sumber
pengetahuan, atau pengalaman itu merupakan suatu cara untuk
memperoleh kebenaran pengetahuan.oleh sebab itu, pengalaman priabdi

9
pun dapat digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan.
e. Melalaui jalan pikiran
Sejalan dengan perkembangan kebudayaan umut manusia, cara berfikir
manusia pun ikut berkembang. Dari sini manusia telah mampu
menggunakan penalarannya dalam memperoleh pengetahuan. Dengan
kata lain, dalam memeperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah
menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi (khusus-umum)
maupun deduksi (umum-khusus).
2. Cara ilmiah (modern)
Cara baru atau modern dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini
lebih sistematis, logis dan ilmiah.Cara ini di sebut metode penelitian ilmiah,
atau lebih popular di sebut metodelogi penelitian (research methodology).
2.1.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Notoadmodjo (2018) (dalam Maransisca, 2019) terdapat beberepa
faktor yang mempengaruhi pengetahuann seseorang :
1. Usia
Usia mempengaruhi daya tangkap dan pola pikir seseorang. Semakin
bertambah usia seseorang maka daya tangkap dan pola pikirnya akan
berkembang, sehinggah pengetahuan yang diperoleh semakin baik.
2. Pendidikan
Pendidikan merupakan tingkat dari pendidikan seseorang yang berbanding
lurus dengan pengetahuan yang dimiliki. Sebaliknya, kurangnya tingkat
pendidikan seseorang akan menghambat perkembangan sikap seseorang
terhadap nilai baru yang di perkenalkan. Pendidikan terdiri dari :

a. Pendidikan Dasar (sd,smp)


Pendidikan Dasar adalah jenjang pendidikan selama 9 tahun pertama yang
melandasi jenjang pendidikan.
b. Pendidikan Menengah
Pendidikan menengah adalah jenjang pendidikan dasar yang dibagi
menjadi dua, yaitu: pendidikan menengah umum dan pendidikan
menengah kejuruan. Pendidikan menengah umum di bagi kedalam
program yang sesuai dengan kebutuhan untuk melanjutkan ke perguruan
tinggi. Sedangkan pendidikan menegah kejuruan berdasarkan pada

10
perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, dunia industri, tenaga
kerja baik secara nasional maupun regional.
c. Perguruan tinggi
Perguruan tinggi merupakan pendidikan yang diselenggarakan oleh
akademik, institusi, sekolah tinggi dan universitas.
3. Jenis Kelamin
Jenis Kelamin mempunyai keterkaitan langsung maupun tidak langsung
dengan tingkat pengetahuan seseorang terhadap suatu hal. Dapat di
ketahui bahwa jenis kelamin laki
2.2 Konsep Bantuan Hidup Dasar (BHD)
2.2.1 Pengertian Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Bantuan hidup dasar atau Basic Life Support merupakan sekumpulan
intervensi yang bertujuan untuk mengembalikan dan mempertahankan fungsi
vital organ pada korban henti jantung dan henti nafas.Intervensi ini terdiri dari
pemberian kompresi dada dan bantuan nafas (Hardisman, 2014). Menurut
Krisanty (2009) bantuan hidup dasar adalah memberikan bantuan eksternal
terhadap sirkulasi dan ventilasi pada pasien henti jantung atau henti nafas
melalui RJP. (Irfani, 2019)
2.2.2 Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)
a. Henti napas
Henti nafas dapat disebabkan karena tenggelam, stroke, obstruksi jalan
nafas oleh benda asing, inhalasi asap, kelebihan dosis obat, terkena aliran
listrik, trauma, suffocation, Miocard CardiacInfark (MCI) , koma. (Winarni,
2020)
b. Henti jantung / cardiac arrest
Henti jantung dapat diakibatkan : fibrilasi ventrikel, takhikardi ventrikel,
asistol. (Abdillah, 2019)
2.2.3 Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Tindakan Basic Life Support (BCLS) memiliki berbagai macam
tujuan, yaitu :
a. Mempertahankan dan mengembalikan fungsi oksigenasi organ-organ vital
(otak, jantung dan paru).
b. Mencegah berhentinya sirkulasi atau berhentinya respirasi.
c. Memberikan bantuan eksternal terhadap sirkulasi dan ventilasi dari korban

11
yang mengalami henti jantung atau henti napas.
2.2.4 Rantai Keselamatan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Langkah-langkah Basic Life Support pada korban dewasa
1. Identifikasi korban henti jantung dan Aktivasi SPGDT Segera
a. Melakukan 3A (Aman)
Sebelum melakukan pertolongan harus diingat bahwa tidak jarang anda
memasuki keadaan yang berbahaya.Selain resiko infeksi anda juga dapat
menjadi korban jika tidak memperhatikan kondisi sekitar pada saat
melakukan pertolongan. Maka ada beberapa hal yang harus dilakukan
penolong pada korban yaitu :
1) Memastikan keamanaan diri
Keamanaan sendiri merupakan prioritas utama ?karena bagaimana kita
dapat melakukan pertolongan jika kondisi kita sendiri berada dalam
bahaya. Akan merupakan hal yang ironiis seandainya kita bermaksud
menolong tetapi karena tidak memperhatikan situasi kita sendiri yang
terjerumus dalam bahaya.
2) Memastikan keamanan lingkungan
Ingat rumus do no futher harm karena ini meliputi juga lingkungan sekitar
penderita yang belum terkena sedera. Sebagai contoh ketika terjadi
kecelakaan lalu lintas.Ingatlah para penonton untuk cepat-cepat menyingkir
karena ada bahaya seperti ledakan/api.
3) Memastikan keamanan penderita
Betatapun ironisnya, tetapi prioritas terakhir adalah penderita sendiri,
karena penderita ini sudah mengalami cedera dari awal. (Herlina et al.,
2019)
b. Memastikan kesadaran korban dan Mengcek pernapasan
Penolong harus memastikan korban tidak merespon dengan cara
memanggil korban dengan lantang, lalu menepuk-nepuk korban atau
menggoyang-goyangkan baru korban. Penolong harus memastikan
pernapasan korban. Jika korban tidak sadar dan bernafas secara abnormal
penolong harus memastikan korban mengalami henti jantung. (Utami &
Dewi, 2021)

12
c. Meminta pertolongan
Minta bantuan ke orang sekitar tempat kejadian. Hal ini sangat penting
karena akan sangat sulit menolong pasien seorang diri, apabila ada lebih
dari satu penolong maka akan lebih efektif menangani korban, seperti
pengaktivan EMS dan mengamankan lokasi. (Ulfah, 2018)
2. Penilaian awal
Penilaian awal dengan menggunakan A-B-C
a. Airway
Pemeriksaan pada pernapasan jika terdapat benda asing dijalan nafas.
1) Head-tilt/chin-lift technique (Teknik tekan dahi/angkat dagu) dengan
menekan dahi sambil menarik dagu hingga melewati posisi netral tetapi
jangan sampai menyebabkan hiperekstensi leher.
2) Jaw-thrust maneuver (maneuver dorongan rahang) yang dilakukan bila
dicurigai terjadi cedera pada kepala, leher atau tulang belakang pada
korban. Lalu membuka mulut korban.
3) Periksa jalan nafas dan lakukan finger swab, jika terdapat benda di jalan
nafas
b. Breathing
1) Berikan 2 kali napas bantuan setiap selesai melakukan 30 kali penekanan
dada, dengan durasi selama 1 detik untuk tiap pemberian napas. Pastikan
dada mengembang untuk tiap pemberian bantuan napas.
2) Beri kesempatan paru-paru untuk mengempis setelah tiupan nafas
3) Lakukan 30 kompresi dada diikuti dengan 2 bantuan nafas
c. Circulation
Periksa nafas dan nadi karotis (nadi leber) korban secara bersamaan
maksimal 10 detik. lakukan pengecekan nafas dengan melihat naik- turunnya
dada korban, dengarkan dan rasakan dengan pipi udara yang di hembuskan oleh
korban lakukan pengecekan nadi dengan meraba arteri karotis yang ada di leher
dengan meletakkan 2 jadi di bawah sudut rahang yang ada di sisi penolong.
(Sesrianty, 2018)
Dari penilaian awal ini, dapat diperoleh informasi tentang korban apakah si
korban hanya mengalami pingsan, henti napas atau bahkan henti jantung.Jika
korban tidak bernapas, nadi tidak ada dan tidak ada respon, maka pasien dapat
dikatakan mengalami henti jantung.Pada keadaan ini, langkah-langkah yang

13
harus dilakukan adalah mengaktifkan sistem tanggapan darurat dan
menghubungi pusat layanan kesehatan darurat terdekat. (Permana, 2019)
Kemudian segera melakukan RJP yang benar dengan langkah-langkah
sebagai berikut :
1) Letakkan korban pada permukaan datar dan keras untuk memastikan
bahwa korban mendapat penekanan yang adekuat.
2) Pastikan bagian dada korban terbuka untuk meyakinkan penempatan
tangan yang benar dan untuk melihat rekoil dada.
3) Letakkan tangan di tengah dada korban, tumpukan salah satu pangkal
tangan pada daerah separuh bawah tulang dada dan tangan yang lain di
atas tangan yang bertumpu tersebut.
4) Lengan harus lurus 90 derajat terhadap dada korban, dengan bahu
penolong sebagai tumpuan atas.
5) Tekan dada dengan kecepatan 100-120 kali per menit, dengan kedalaman
minimal 5 cm tetapi tidak boleh lebih dari 6 cm.
6) Cara menghitung 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,1,2,3,4,5,6,7,8,9,20,1,2,3,4,5,
6,7,8,9,30 atau menghitung 1-30
7) Selama melakukan penekanan, pastikan bahwa dinding dada diberikan
kesempatan untuk mengembang kembali ke bentuknya semula (rekoil
penuh).
8) Penolong harus meminimalkan intrupsi, untuk memaksimalkan kompresi
dada.
d. Evaluasi dan posisi pemulihan (recorvery position)
Setelah pemberian 5 siklus RJP (2 menit) penolong kemudian melakukan
evaluasi dengan ketentuan :
1) jika tidak teraba nadi karotis, penolong kembali melanjutkan RJP. Jika ada
nadi dan napas belum ada, korban/ pasien diberikan bantuan napas
sebanyak 10-12 x/ menit.
2) Jika nadi teraba, kaji pernapasan korban dengan melihat gerakan dinding
dada.
3) Jika pernapasan tidak ada, berikan rescue breathing dengan menghitung :
satu ribu, dua ribu, tiga ribu, empat ribu, lima ribu. Setelah tiup-tiupan
rescue breathingdalam 1 menit.
4) Berikan 10-12 kali rescue breathingdalam 1 menit

14
5) Lakukan pemeriksaan ulang nadi korban tiap 2 menit.
6) Berikan korban posisi recovery jika nadi ada, pernapasan ada, korban tidak
sadar dan tidak ada trauma
e. Langkah-langkah pemberian posisi pemuliahan, sebagai berikut :
1) Lengan yang dekat penolong diluruskan kearah kepala
2) Lengan yang satunya menyilang dada, kemudian tekankan tangan tersebut
ke pipi korban.
3) Tangan penolong yang lain raih tungkai di atas lutut dan angkat.
4) Tarik tungkai hingga tubuh pasien terguling kearah penolong. Baringkan
miring dengan tungkai atas membentuk sudut dan menahan tubuh dengan
stabil agar tidak menelungkup.
5) Periksa pernafasan terus-menerus. (Hastuti et al., 2019)

15
2.3 Penelitian Relevan
Tabel 1 Penelitian Relevan
Peniliti Judul Metode Hasil Perbedaan Persamaan
(Fatmaw Peningkata Penelitian Hasil yang Perbedaan Sama-sama
ati et al., n ini didapatkan terletak pada meneliti
2020) pengetahu menggunak adalah variabel tentang
an bantuan an jenis pengetahuan penelitian. metode
hidup penelitian masih berada Dalam penelitian pengetahuan
ini adalah
dasar pada kuantitatif pada kategori Penerapan Bantuan
kondisi dengan kurang, yaitu Metode Hidup Dasar
henti model definisi BHD Pembelajaran (BHD)
jantung di analisis (23,8%), teori Video
luar rumah regresi linier danger (32,7%), Conference
sakit dan berganda. teori meminta Terhadap Tingkat
resusitasi bantuan (call for Pengetahuan
jantung help) (33,6%), Bantuan Hidup
paruh teknik kompresi Dasar (BHD)
kepada (21,4%), dan Pada Mahasiswa
sedangkan dalam
siswa sma teori “saat yang
penelitian
tepat untuk Fatmaw, 2020
menghentikan adalah
BHD” (26,8%). Peningkatan
Secara verbal, pengetahuan
peserta bantuan hidup
mengungkapkan dasar pada
bahwa masih kondisi henti
sangat awam jantung di luar
dengan istilah rumah sakit dan
dan pertanyaan resusitasi jantung
paruh
yang ada di
kuesioner.
(Wijaya Tingkat Penelitian Berdasarkan Perbedaannya Sama-sama
et al., pengetahu ini hasil output dari dari sampel meneliti
2020) an bantuan merupakan uji yang digunakan tentang
hidup penelitian heteroskedastisi dalam Tingkat
dasar pada deskriptif tas pada penelitian, pengetahuan
masyaraka yang variabel x Wijaya, 2020 Bantuan
t di menggunak diketahui semua menggunakan Hidup Dasar
kecamatan an nilai signifikansi sampel (BHD)
denpasar pendekatan keempat kelompok siswa
utara survei. variabel tersebut pada sekolah
Sampel terhadap menengah
diambil nilai deviation kejuruan,
menggunak from linearity sedangkan
an teknik lebih besar dari dalam penelitian
cluster 0,05. ini tda spesifik
sampling, Sehingga, dapat pada kelompok
yaitu disimpulkan tertentu
mengambil bahwa tidak ada
sampel gejala
berdasarka heteroskedastisi
n tas dan keempat
wilayah variabel tersebut
atau lokasi dapat digunakan

16
populasi untuk analisis
oleh karena regresi.
objek yang
diteliti
sangat luas,
jarak dan
biaya yang
terbatas.
(Nirmal Pengaruh Penelitian ini Penelitian Perbedaan Sama-sama
asari & pelatihan menggunaka menunjukkan terletak pada meneliti
Winarti, (BHD) n desain rata-rata variabel terkait
2020) terhadap penelitian pengetahuan penelitian. dengan
pengetahua quasi- responden Dalam pengetahua
n dan eksperimenta sebelum
penelitian ini n Bantuan
keterampila l pre and mendapatkan
n post-test pelatihan adalah Hidup
mahasiswa without adalah 15,09 Penerapan Dasar
kesehatan control dengan standar Metode (BHD) pada
masyarakat group. deviasi 2,21 dan Pembelajaran mahasiswa
sesudah Video
diberikan Conference
pelatihan bantuan Terhadap
hidup dasar Tingkat
rata-rata Pengetahuan
pengetahuan Bantuan Hidup
responden
Dasar (BHD)
adalah 20,04
dengan standar Pada
deviasi 0,87. Mahasiswa
Hasil analisis sedangkan
bivariat dalam penelitian
menggunakan uji Nirmalasari,
paired simple t- 2020 adalah
test, diperoleh Pengaruh
hasil mean pelatihan (BHD)
difference pada
sebesar -4,957 mahasiswa
dan nilai P Value
kesehatan
yaitu 0,000 (p <
0,05). masyarakat

17
2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan tinjauan pustaka dapat digambarkan kerangka teori sebagai
berikut :

Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)

1. Tahu (know) 1. Indikasi Bantuan Hidup Dasar (BHD)


2. Memahami (comprehention) 2. Tujuan Bantuan Hidup Dasar (BHD)
3. Aplikasi (application) 3. Rantai Keselamatan Bantuan Hidup
4. Analisis (analysis) Dasar (BHD)
5. Sintesis (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)

Rantai Keselamatan (BHD)

 Melakukan 3A (Aman)
1. Aman Diri
2. Aman Lingkungan
3. Aman Penderita/Pasien
 Penilaian Awal
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation

Gambar 1. Kerangka Teori

Sumber : (Sobri, 2020)

18
2.5 Kerangka Konsep
Kerangka konsep adalah hubungan antara konsep yang dibangun
berdasarkan hasil kajian teori (Irfanudin, 2019). Adapun kerangka konsep dalam
penelitian ini digambarkan dalam gambar dibawah ini :

Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar


(BHD)

Keterangan :
= Variabel Penelitian

Gambar 2. Kerangka Konsep

19
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian dilaksanakan di Perguruan Tinggi Universitas Muhammadiyah
Gorontalo yang berada di jalan Prof. Dr. Mansoer Pateda, Desa Pentadio Timur,
Kecamatan Telaga Biru, Kabupaten Gorontalo pada bulan agustus 2021.
3.2 Desain Penelitian
Jenis penelitian ini dilakukan dengan metode deskriptif. Penelitian deskriptif
adalah suatu metode penelitian yang dilakukan untuk membuat gambaran atau
mendeskripsikan suatu keadaan secara obyektif. Penelitian ini melakukan
observasi karakteristik tentang pengetahuan Bantuan Hidup Dasar pada
mahasiswa keperawatan angkatan 2018.

Penelitian ini dilakukan dengan pendekatan cross-sectional. Penelitian


cross-sectional adalah suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi
antara faktor-faktor risiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasional,
atau pengumpulan data. Penelitian cross-sectional hanya mengobservasi sekali
saja dan pengukuran dilakukan terhadap variabel subjek pada saat penelitian.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu dengan bentuk apa saja yang
ditetakan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga didapatkan informasi tentang hal
tersebut dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2015). Adapun variabel
dalam penelitian ini adalah Pengetahuan Tentang Bantuan Hidup Dasar (BHD)

3.3.1 Definisi Oprasional


Tabel 2. Definisi Operasional

Variabel Definisi Parameter Alat ukur Kategori Skala


oprasional
Pengetahuan Tingkat 1. Mampu Kuisioner 1. Pengetahu Ordinal
Bantuan Pengetahuan mengeta an baik
Hidup Dasar Mahasiswa hui Materi (51-100%)
(BHD) tentang Bantuan 2. Penegtahu
Bantuan Hidup an kurang
Hidup Dasar Dasar (≤ 50%)
(BHD) 2. Mengeta
hui apa
saja yang

20
ada di
Bantuan
Hidup
Dasar
3.4 Populasi Dan Sampel
3.4.1 Populasi
Menurut Sugiyono (2016) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri
atas objek/subjek yang mempunyai kualitas atau karakteristik tertentu yang
ditetapkan oleh peneliti. Populasi dalam penelitian ini merupakan mahasiswa
keperawatan angkatan 2018 Universitas Muhammadiyah Gorontalo yang
berjumlah 184 orang.
3.4.2 Sampel
Menurut Sugiyono (2017) sampel merupakan bagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi. Sampel dalam penelitian ini adalah
mahasiswa keperawatan angkatan 2018 yang berjumlah 65. Adapun penentuan
jumlah sampel ditentukan menggunakan rumus Slovin yaitu sebagai berikut:
𝑁
n=
1+𝑁(𝑒)2
n adalah ukuran sampel yang akan kita cari
N adalah ukuran populasi dan
e adalah margin of error yang merupakan besaran kesalahan yang diharapkan
atau ditetapkan . 10%
Diketahui N = 184 : e = 10%
Maka n = 184 / (1 + 184 (0,1)2)

= 184 / (1 + 184 (0,01) )

= 184 / 2,84 = 64,788 Maka dibulatkan menjadi 65.


3.4.3 Teknik Pengambilan Sampel
Tehnik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan tehnik non
probability sampling dengan jenis purposive sampling. Purposive sampling
menurut arifin (2017) yaitu pengambilan sampel berdasarkan pertimbangan
tertentu dari peneliti, sehingga sampel hanya representative untuk populasi yang
diteliti. Adapun kriteria inklusi dan esklusi dari sampel pada penelitian ini yaitu :
1. Kriteria Inklusi
a. Tidak pernah Absen Mengikuti Perkuliahan Materi BHD
b. Bersedia menjadi responden

21
2. Kriteria Esklusi
a. Sering Absen Mengikuti Perkuliahan Materi BHD
b. Tidak bersedia menjadi responden
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Dalam melakukan pengumpulan data diperlukan langkah-langkah atau
tehnik dalam mendapatkan data. Tehnik pengumpulan data merupakan langkah
yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah
mendapatkan data dan informasi mengenai apa yang akan diteliti (Sakti, 2020).
3.5.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer merupakan data yang diperoleh peneliti secara langsung dari
responden dengan menggunakan alat ukur sebagai sumber informasi yang
dicari. Dalam penelitian ini data primer diperoleh melalui kuesioner.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh peneliti dari sumber yang sudah
ada. Data sekunder biasanya berupa dokumen atau laporan yang sudah
tersedia. Data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari jurnal-jurnal penelitian
terdahulu dan data prevalensi penderita penyakit jantung koroner di Provinsi
Gorontalo.
3.5.2 Tahapan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dalam penelitian ini terdiri atas dua tahap, yaitu :
1. Tahap Persiapan
a. Peneliti mengajukan surat permohonan penelitian dari Program studi
Ilmu Keperawatan kepada kepala KESBANGPOL Provinsi Gorontalo
dengan judul Bagaimana Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar
(BHD) Pada Mahasiswa Keperawatan Di Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.
b. Peneliti mengajukan surat permohonan permintaan informasi mengenai
data Mahasiswa ke Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan dan Prgram studi
Ilmu Keperawatan.
c. Peneliti mengajukan surat permohonan observasi awal ke tempat
penelitian Program studi Ilmu Keperawatan.
d. Peneliti melakukan penentuan responden berdasrkan kriteria sampel
dalam penelitian.

22
2. Tahap Pelaksanaan
a. Peneliti memperkenalkan diri kepada responden, selanjutnya
memberikan penjelasan tentang maksud dan tujuan dalam penelitian ini
serta pemberian informed consent yang diberikan secara menyeluruh
kepada semua responden di Program Studi Ilmu Keperawatan
Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
b. Peneliti melakukan pembagian kuesioner kepada responden.
c. Responden mengisi kuesioner yang telah dibagikan oleh peneliti
d. Peneliti mengumpulkan kuesioner yang telah dibagikan kepada responden.

3.5.3 Instrumen Penelitian


Instrument penenelitian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengumpulkan data atau mengukur objek dari suatu variabel penelitian (Siyoto,
2015). Penelitian ini menggunakan lembar identitas responden dan lembar
kuesioner. Lembar identitas responden untuk mencatat identitas responden
meliputi nama, umur, dan jenis kelamin untuk menggambarkan karakteristik
responden, sedangkan lembar kuesioner digunakan untuk mencatat hasil dari
masing-masing pertanyaan tiap variabel.

3.6 Teknik Pengolahan Data


Penggunaan pengolahan data sangat penting dalam melakukan analisis
data penelitian kuantitatif. Pengolahan data merupakan langkah-langkah yang
digunakan untuk menganalisis data yang diperoleh setelah melakukan
penelitian. Victor (2019) beberapa langkah pengolahan datan penelitian
adalah sebagai berikut:
1. Pemeriksaan Data (Editing)
Proses editing adalah proses melakukan pemeriksaan data yang telah
diperoleh setelah melakukan penelitian. Pemeriksaan data berupa buku
register, data pertanyaan atau jawaban responden terhadap angket yang
telah dijawab oleh responden.
2. Pemberian Kode (Coding)
Proses pemberian coding merupakan tahap kode jawaban terhadap
angket atau kuesioner yang sudah dijawab oleh responden selama
penelitian berlangsung. Pemberian kode ini berupa angka sehingga lebih
mudah dan sederhana.

23
3. Pemasukan Data (Entri)
Proses entri data merupakan prose dengan memasukan jawaban
responden atau kode jawaban terhadap masing-masing variabel
kedalam media tertentu, misalnya master data. Proses entri data ini
dapat dilakukan dengan memanfaatkan program microsoft exel
kemudian ditransfer ke program komputer seperti software.
4. Pembersihan Data (Cleaning Data)
Proses cleaning data merupakan proses pengecekan kembali data yang
sudah dimasukan master data atau software statistik. Proses cleaning
data ini bertujuan untuk mengetahui apakah data yang sudah di entri
terdapat kesalahan atau tidak.
5. Penyusunan Data (Tabulating Data)
Proses penyusunan data merupakan proses penyusunan data sedemikian
rupa agar mudah dijumlahkan, disusun untuk disajikan dan di analisis.
Penyusunan data dapat dilakukan dengan menyusun data dalam bentuk
tabel distribusi frekuensi, tabel silang dan sebagainya

3.7 Teknik Analisa Data


Dalam penelitian menggunakan analisis univariat. Analisis univariat adalah
analisis yang bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada setiap
variabel penelitian. Analisis univariat hanya mendekripsikan masing-masing
variabel. Gunarto 2018 (dalam Victor, 2019) dalam hal ini Umur, Jenis Kelamin
dan Pengetahuan bantuan hidup dasar (BHD)

3.8 Etika Penelitian


Menurut Notoadmojo (2017) terdapat empat prinsip utama dalam etika
penelitian keperawatan:
1. Menghormati harkat dan martabat manusia
Dalam penelitian harus dilaksanakan adalah menjunjung tinggi harkat
dan martabat manusia, subjek memiliki hak asasi dan kebebasan untuk
menuntut pilihan ikut atau menolak penelitian dimana penelitian tidak
boleh ada paksaan atau penekanan tertentu agar subjek bersedia ikut
dalam penelitian. Subjek dalam penelitian juga berhak untuk
mendapatkan informasi yang terbuka dan lengkap tentang pelaksanaan
penelitian yang meliputi tujuan dan manfaat penelitian, prosedur, resiko

24
penelitian, keuntungan yang didapat dan kerahasiaan informasi.
2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek
Manusia sebagai subjek penelitian memiliki privasi dan hak asasi untuk
mendapatkan kerahasiaan informasi namun tidak bisa dipungkiri bahwa
penelitian menyebabkan terbukanya informasi yang menyangkut privasi
subjek yang tidak ingin identitas dan segala informasi tentang dirinya
diketahui oleh orang lain. Privasi ini dapat diharapkan dengan cara
meniadakan identitas seperti nama dan alamat subjek kemudian diganti
dengan kode tertentu. Dengan demikian segala informasi yang
menyangkut identitas subjek tidak diketahui oleh orang lain.
3. Menghormati keadilan dan inklusifitas
Prinsip keterbukaan dalam penelitian mengandung makna bahwa
penelitian memberikan informasi yang jelas dan benar kepada subjek
terkait dengan penelitian yang akan dilaksanakan, pemberian informasi
ini diberikan secara merata kepada semua subjek yang berpartisipasi
dalam penelitian.
4. Memperhintungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan
Prinsip ini mengandung makna bahwa setiap penelitian harus
mempertimbangkan manfaat yang sebesar-besarnya bagi subjek,
manfaat yang dimaksud yaitu subjek penelitian mendapatkan
pengetahuan baru tentang bagaimana penanggulangan dampak
kesehatan akibat bencana banjir.
5. Bebas dari eksploitasi
Partisipasi subjek dalam penelitian harus dihindarkan dari keadaan yang
tidak menguntungkan. Subjek harus diyakinkan bahwa partisipasinya
dalam penelitian atau informasi yang telah diberikan, tidak akan
dipergunakan dalam hal-hal yang merugikan subjek dalam bentuk
apapun.

25
DAFTAR PUSTAKA

Abdillah. (2019). Pengaruh Pemberian Pelatihan Bantuan Hidup Dasar Terhadap


Peningkatan Pengetahuan Dan Keterampilan Pada Siswa SMKN 1 Geger
Madiun. Journal Of Chemical Information And Modeling, 53(9), 1689–1699.

Cahya, B. T. (2020). Carbon Emission Disclosure : Ditinjau Dari Media Exposure,


Kinerja Lingkungan Dan Karakteristik Perusahaan. 66, 37–39.

Fatmawati, A., Mawaddah, N., Prafita Sari, I., Studi Ilmu Keperawatan, P., Tinggi
Ilmu Kesehatan Majapahit, S., & Studi Profesi Ners, P. (2020). Peningkatan
Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar Pada Kondisi Henti Jantung Di Luar
Rumah Sakit Dan Resusitasi Jantung Paru Kepada Siswa Sma. JMM
(Jurnal Masyarakat Mandiri), 4(6), 1176–1184.
Http://Journal.Ummat.Ac.Id/Index.Php/Jmm

Febri. (2019). Pengaruh Praktikum Klinik BHD (Bantuan Hidup Dasar) Terhadap
Keterampilan Mahasiswa D III Keperawatan Stik Siti Khadijah Palembang
Tahun 2019. X(1), 1–7.

Gusty, S. (2020). Pembelajaran Daring Di Tengah Pandemi COVID-19.


Hastuti, H., Dian, A., Subandono, Jarot, & Mulyani, S. (2019). Buku Pedoman
Keterampilan Klinis. Pedoman Klinis Fakultas Kedokteran UNS, 1.
Https://Www.Pajak.Go.Id/Id/Pemeriksaan

Herlina, S., Winarti, W., & Wahyudi, C. T. (2019). Meningkatkan Pengetahuan


Dan Kemampuan Kader Kesehatan Melalui Pelatihan Bantuan Hidup Dasar.
Riau Journal Of Empowerment, 1(2), 85–90.

Irfani, Q. I. (2019). Bantuan Hidup Dasar. Cdk-277, 46(6), 458–461.


Muthmainnah, M. (2019). Hubungan Tingkat Pengetahuan Awam Khusus
Tentang Bantuan Hidup Dasar Berdasarkan Karakteristik Usia Di RSUD X
Hulu Sungai Selatan. Healthy-Mu Journal, 2(2), 31.
Https://Doi.Org/10.35747/Hmj.V2i2.235

Nirmalasari, V., & Winarti, W. (2020). Pengaruh Pelatihan (Bhd) Terhadap


Pengetahuan Dan Keterampilan Mahasiswa Kesehatan Masyarakat. Jurnal
Keperawatan Widya Gantari Indonesia, 4(2), 115.
Https://Doi.Org/10.52020/Jkwgi.V4i2.1909

Permana, S. A. (2019). Buku Pedoman Keterampilan Klinis Basic Life Support


And Trauma. Kementerian Riset, Teknologi, Dan Pendidikan Tinggi, 2–6, 1–
24.

26
Sakti, I. (2020). Korelasi Pengetahuan Alat Praktikum Fisika Dengan
Kemampuan Psikomotorik Siswa Di SMA Negeri Q Kota Bengkulu. Jurnal
Exacta, 9(1), 67–76. Http://Repository.Unib.Ac.Id/Id/Eprint/532

Santoso, T., Hikmah, D. N., & Afrida, M. (2021). Studi Literatur : Pendidikan
Kesehatan Berpengaruh Terhadap Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup
Dasar ( BHD ). 1(2), 6–13.

Sesrianty, V. (2018). Hubungan Pendidikan Dan Masa Kerja Dengan


Keterampilan Perawat Melakukan Tindakan Bantuan Hidup Dasar. JURNAL
KESEHATAN PERINTIS (Perintis’s Health Journal), 5(2), 139–144.
Https://Doi.Org/10.33653/Jkp.V5i2.143

Sianturi, I. (2019). Gambaran Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup


Dasar Di Puskesmas Pancur Batu Kab. Deli Serdang Tahun 2019. 1–10.

Syafei, A. (2019). Pendidikan Kesehatan Tentang Bantuan Hidup. 11(21), 6–13.

Ulfah, M. (2018). Analisis Faktor Yang Memengaruhi Intensi Masyarakat


Terhadap Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Korban Kecelakaan Lalu
Lintas Berdasarkan Theory Of Planned Behavior (TPB). Skripsi, 110.

Utami, I. T., & Dewi, N. R. (2021). Pelatihan Kesehatan Untuk Meningkatkan


Pengetahuan Dalam Memberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada SMK
Muhammadiyah Sekampung. 5(1), 1–4.

Wijaya, I. M. S., Dewi, N. L. M. A., & Yudhawati, N. S. (2020). Tingkat


Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar Pada Masyarakat Di Kecamatan
Denpasar Utara. Seminar Nasional Ipteks Perguruan Tinggi Untuk
Meningkatkan Kesejahteraan Maysarakat, 11, 319–328.
Http://Jurnal.Unmas.Ac.Id/Index.Php/Pros/Article/View/311.

Winarni, S. (2020). Pengetahuan Perawat Tentang Bantuan Hidup Dasar


Berdasarkan AHA Tahun 2015 Di UPTD Puskesmas Kota Blitar. Jurnal Ners
Dan Kebidanan (Journal Of Ners And Midwifery), 4(3), 201–205.
Https://Doi.Org/10.26699/Jnk.V4i3.Art.P201-205

Wulandari, N. A. (2019). Pengetahuan Siswa SLTA Tentang Bantuan Hidup


Dasar. Jurnal Ners Dan Kebidanan (Journal Of Ners And Midwifery), 3(2),
170–174. Https://Doi.Org/10.26699/Jnk.V3i2.Art.P170-174

27
Lampiran 1

28
Lampiran 2

PERMOHONAN MENJADI RESPONDEN

Kepada Yth,

Bapak/Ibu

Di-

Tempat

Dengan Hormat,

Saya yang bertanda tangan dibawah ini adalah mahasiswa Program Studi
Ilmu Keperawatan Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah
Gorontalo.

Nama : Chairul Akbar Adolo

NIM : C01417025

Alamat : Kelurahan Bulotada’a Barat, Kecamatan Sipatana

Akan mengadakan penelitian dengan judul “Tingkat Pengetahuan Bantuan


Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Keperawatan Di Universitas
Muhammadiyah Gorontalo”. Untuk keperluan tersebut saya memohon kesediaan
Bapak/Ibu, untuk menjadi subjek dalam penelitian ini. Data tersebut akan dijamin
kerahasiaannya.

Sebagai bukti kesediaan menjadi responden dalam penelitian ini, saya


mohon Bapak/Ibu untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah saya
sediakan. Atas partisipasi dan kebijakan Bapak/Ibu, saya ucapkan terimakasih.

Peneliti

(Chairul Akbar Adolo)

29
Lampiran 3

LEMBAR PERSETUJUAN RESPONDEN

Setelah mendapatkan penjelasan dari peneliti, bersedia untuk


berpartisipasi sebagai responden penelitian yang berjudul “Tingkat
Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa Keperawatan
Di Universitas Muhammadiyah Gorontalo.

Oleh peneliti, saya diharapkan untuk menjawab dan mengisi daftar


pertanyaan tentang hal-hal yang berhubungan dengan penelitian ini. saya
mengerti bahwa tidak ada resiko yang akan terjadi, karena itu jawaban
yang saya berikan adalah yang sebenarnya.

Saya mengetahui bahwa, catatan data mengenai penelitian ini akan


dirahasiakan. Semua berkar yang mencantumkan identitas saya hanya
digunakan untuk pengolahan data dan jika selesai semua identitas akan
dimusnakan

Demikianlah hal yang saya perbuat, dengan ini saya menyatakan


kesediaan saya secara sukarela bersedia dalam penelitian ini tanpa ada
unsur paksaan dari siapapun dan pihak manapun.

Gorontalo September 2021

Tertanda Responden

30
Lampiran 4

Instrumen Penelitian
Tingkat Pengetahuan Bantuan Hidup Dasar (BHD) Pada Mahasiswa
Keperawatan Di Universitas Muhammadiyah Gorontalo
A. Identitas Umum
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
B. Kuisioner Bantuan Hidup Dasar (BHD)
Jawablah dengan member tanda silang (X) pada salah satu jawaban yang
menurut anda sesuai.
1. Bantuan Hidup Dasar (BHD) atau dalam bahasa Inggris disebut Basic Life
Support (BLS) merupakan pengertian dari:
a. Pertolongan pertama yang dilakukan pada seseorang yang mengalami
henti jantung
b. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami patah tulang

c. Tindakan yang dilakukan pada seseorang yang mengalami nyeri


2. Bantuan Hidup Dasar (BHD) dapat dilakukan oleh:
a. Kalangan medis seperti dokter dan perawat saja
b. Siapa saja baik dari bidang medis maupun masyarakat yang mampu
melakukannya
c. Masyarakat saja
3. Seseorang diberikan Bantuan Hidup Dasar (BHD) apabila
a. Henti jantung dan atau henti nafas
b. Luka
c. Patah tulang
4. Tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) terdiri dari:
a. Pembebasan jalan nafas dan memberi bantuan nafas
b. Pembebasan jalan nafas dan sirkulasi
c. Pembebasan jalan nafas, memberikan bantuan nafas, dan pijat jantung

31
5. Dalam Bantuan Hidup Dasar (BHD) dikenal istilah CAB yang merupakan
singkatan dari:
a. Calm, Airway, and Breathing
b. Circulation, Airway, and Breathing
c. Circulation, Airway, and Blood
6. Saat menemukan korban yang tidak sadar, hal yang pertama kali kita lakukan
adalah
a. Cek kesadaran dengan menepuk pundak korban sambil memanggil
“Pak! Pak!” atau “Ibu! Ibu!”
b. Membebaskan jalan nafas
c. Memberi nafas buatan
7. Apabila korban tidak sadar yang perlu dilakukan selanjutnya adalah
a. Memberikan jalan nafas
b. Cek nadi korban
c. Meminta bantuan atau hubungi nomor darurat (ambulans atau rumah
sakit terdekat)
8. Lokasi yang tepat untuk melakukan pijat jantung adalah
a. Di tengah perut
b. Di tengah tulang dada
c. Diantara perut dan dada
9. Tindakan pijat jantung dilakukan pada :
a. Alas yang keras dan datar
b. Alas yang keras dan tidak datar
c. Alas yang lunak dan datar
10. Pijat jantung dan pemberian nafas buatan dilakukan dengan perbandingan
a. 30 : 2 (30 kali pijat jantung : 2 kali nafas buatan)
b. 30 : 1 (30 kali pijat jantung : 1 kali nafas buatan)
c. 15 : 2 (15 kali pijat jantung : 2 kali nafas buatan)
11. Pijat jantung dilakukan dengan frekuensi / kecepatan
a. 50x permenit
b. 80x permenit
c. 100x permenit

32
12. Dalam pelaksanaan pijat jantung minimal kedalaman pijat jantung adalah
a. 3 cm
b. 5 cm
c. 7 cm
13. Pembebasan jalan nafas dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Menekan dahi kebelakang, mengangkat dagu, dan mendorong rahang
atas
b. Mengangkat dagu dan mendorong rahang
c. Mengangkat dagu saja
14. Menilai pernafasan dapat dilakukan dengan cara :
a. Melihat gerakan dada, mendengar suara nafas, dan merasakan
hembusan nafas
b. Melihat gerakan dada saja
c. Mendengar suara nafas saja
15. Bantuan pernafasan dapat dilakukan dengan beberapa cara, yaitu :
a. Mulut ke mulut saja
b. Mulut ke hidung saja
c. Dari mulut ke mulut dan mulut ke hidung
16. Pemeriksaan nadi dilakukan setiap ... siklus pijat jantung dan pemberian
nafas buatan
a. siklus
b. siklus
c. siklus
17. Setelah melakukan tindakan Bantuan Hidup Dasar (BHD) dan korban telah
sadar, yang kita lakukan pada korban adalah posisi pemulihan dengan cara:
a. Dengan membantu korban duduk
b. Membantu korban berdiri
c. Membantu korban tidur dengan posisi miring
18. Tindakan pijat jantung dapat dihentikan apabila :
a. Penolong dalam keadaan letih atau bantuan medis telah datang atau
korban kembali pulih
b. Penolong tidak mau lagi melakukan pijat jantung
c. Penolong merasa tidak berhak melakukan pijat jantung

33
34

Anda mungkin juga menyukai