PROPOSAL PENELITIAN
NURMALIA R. MANTU
NIM : C01417134
Disetujui Pembimbing
Pembimbing
Mengetahui
ii
KATA PENGANTAR
Dengan sepenuh hati yang meliputi pengertian syukur dan puji, peneliti
memanjatkan syukur kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan hidyah-Nya
sehingga peneliti dapat menyelsaikan penyusunan proposal dengan judul
“Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Mitigasi Bencana Dengan
Kejadian Bencana Banjir Di Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta” Selama
menyelesaikan penyusunan proposal ini peneliti banyak mendapat bantuan,
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu melalui
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Kepada Kedua Orang tua. Rosman Mantu dan Ratna Danial Umar yang selalu
mendoakan dan mendorong serta memotivasi yang telah membimbing
dengan kasih sayang dan pengorbanannya hingga saya dapat menyelesaikan
studi.
2. Prof. Dr. Abd. Kadim Masaong, M.Pd selaku Rektor Universitas
Muhammadiyah Gorontalo (UMG).
3. Prof. Dr. Hj. Moon Otoluwa, M.Hum selaku Wakil rektor I dalam Bidang
Akademik Universitas Muhammadiyah Gorontalo
4. Dr. Salahudin Pakaya, MH selaku Wakil rektor II dalam Bidang Administrasi
Umum, Keuangan, Perencanaan dan Sumber Daya Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
5. Apris Ara Tilome, S.Ag., M.Si. selaku Wakil rektor III dalam Bidang
Kemahasiswaan, Al-Islam Kemuhammadiyahan & Kerja sama Universitas
Muhammadiyah Gorontalo.
6. Ns. Abdul Wahab Pakaya, S.Kep., MM., M.Kep selaku Dekan Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
7. Ns. Harismayanti, S.Kep., M.Kep selaku Ketua Program Studi Ilmu
Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo.
8. Ns. Pipin Yunus, S.Kep., M.Kep, sebagai pembimbing, yang telah banyak
membantu dan memberikan bimbingan, serta masukan dalam menyelesaikan
proposal ini
9. Staf Dosen Program Studi S1 Keperawatan yang selama ini banyak
membimbing dan memotivasi selama saya studi.
10. Seluruh teman-teman Keperawatan yang telah saling memotivasi dan
membantu terselesaikannya hasil ini. Meski demikian penulis menyadari
iii
masih banyak kesalahan dalam penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu
penulis sangat menghargai masukan guna untuk dijadikan sebagai bahan
evaluasi. Semoga skripsi ini dapat diterima sebagai gagasan anak bangsa.
Gorontalo,
Juli 2021
Penyusun
iv
DAFTAR ISI
Halaman
PENGESAHAN PEMBIMBING............................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI.........................................................................................................iv
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
DAFTAR LAMPIRAN.........................................................................................vii
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
iv
DAFTAR TABEL
Halaman
Table 1 Penelitian Relevan.................................................................................25
v
DAFTAR GAMBAR
Halaman
vi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.......................................................................................................... 40
Lampiran 2.......................................................................................................... 41
Lampiran 3.......................................................................................................... 42
Lampiran 4.......................................................................................................... 43
Lampiran 5.......................................................................................................... 44
Lampiran 6.......................................................................................................... 45
vii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1
sebanyak 581 unit, fasilitas kesehatan sebanyak 112 unit, perkantoran 109 unit,
serta jembatan 299 unit. Dari kejadian bencana banjir tersebut menyebabkan
lebih dari 100 orang meninggal, dan 17 orang menghilang (BNPB, 2020).
Bencana Banjir di Provinsi Gorontalo pada tahun 2019 terdapat 153 kk yang
terdampak bencana banjir. Sekitar 795 jiwa yang mengungsi dan mengalami
banyak kerugian. (BPBD 2019). Pada tahun 2020 bencana banjir menyebabkan
31.679 jiwa terdampak banjir. Banjir ini disebabkan oleh curah hujan yang sangat
tinggi, laju kerusakan hutan atau deforesfasi, serta rusaknya wilayah hulu daerah
aliran sungai.Terdapat korban yang mengungsi sebanyak 22,340 jiwa, rumah
yang terendam sebanyak 17,360 serta korban yang meninggal ada 13
orang.banjir ini tersebar di Kota Gorontalo, Kabupaten Bone Bolango, Kabupaten
Gorontalo dan Kabupaten Bolaemo. Sedangkan di Kabupaten Boalemo pada
tahun 2019 sering terjadi bencana banjir di 7 Kecamatan, diantaranya kecamatan
Tilamuta, Botumoito, Dulupi, Paguyaman, Paguyaman Pantai, Wonosari,
Mananggu. Kejadian bencana banjir ini disebakan oleh intensitas curah hujan
yang tinggi serta tersumbatnya saluran air. Salah satu staf Badan
Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Boalemo mengatakan
bencana banjir menggenangi 12 Desa 3 Kecamatan. Kejadian bencana banjir di
Kabupaten Boalemo, Rumah yang terendam 1,951, sekolah 2, optik 1, kantor
desa 1, dan korban yang mengungsi lebih dari 8,000 jiwa, 4 buah dapur hanyut
(BNPBD, 2020).
Dari kejadian diatas perlu adanya perhatian dari pemerintah maupun
masyarakat itu sendiri dengan cara sadar akan bencana dengan mengetahui dan
mengimpelemntasikan tentang mitigasi bencana sebagai pengurangan resiko
bencana. Mitigasi bencana adalah pengurangan, pencegahan, atau preventif
untuk meminimalisasi dampak negative terhadap bencana alam (Noor,2014).
Mitigasi merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk mengurangi
resiko suatu bencana, seperti timbulnya korban jiwa, kerusakan lingkungan,
hilangnya harta benda, serta timbulnya dampak psikologis.
Pengetahuan masyarakat tentang mitigasi bencana merupakan suatu
pengetahuan yang sangat penting untuk diketahui masyarakat, karena bencana
merupakan suatu kejadian yang mendatangkan efek negative bagi kehidupan
masyarakat dan tidak diketahui kapan terjadinya, khusunya buat masyarakat
yang tinggal di daerah yang rawan bencana. (khairunnisa nasution,2020)
2
Jika terjadi bencana, bagi masyarakat yang terdampak harus bersikap sabar
dan bersyukur, mengembangkan positive thinking and action akan kebaikan dan
hikmah di balik peristiwa kebencanaan. Disisi lain bagi masyarakat yang tidak
terdampak bencana, harus melakukan upaya tanggap darurat dengan
menyelamatkan kelangsungan kehidupan manusia, mengurangi penderitaan
korban, dan meminimalisirkan kerugian materi (Q.S Al-Maidah :32).
Majelis Tarjih Pimpinan Pusat Muhammadiyah tahun 2015 telah menerbitkan
fikih kebencanaan sebagai upaya untuk memahami, menjelaskan,
mengantisipasi, dan menyikapi peristiwa-peristiwa kebencanaan berdasarkan
value, ethics, dan ethos dalam Alquran dan Hadist. Dalam fikih kebencanaan
memandang terjadinya bencana bisa kita bedakan dalam dua hal, yaitu bencana
dari sisi teologisnya dan sosiologisnya.
Dalam konteks teologis Alquran mengajarkan bahwa Allah SWT bersifat
Rahman dan Rahim, Allah Maha Kasih dan Syang (Q.S Al-An’aam 6:54). Maka
dari itu, konsekuensi dari keyakinan itu adalah apapun yang diberikan oleh Allah
SWT kepada manusia selalu dalam kerangka kebaikan dan penuh dengan kasih
sayang. Cara pandang ini pun harus kita pakai dalam memandang bencana yang
terjadi, bahwa bencana sebagai kehendak Allah SWT adalah sebuah kebaikan
(Q.S 16:30) yang menjadi sarana untuk meningkatkan kualitas keimanan
manusia.
Bencana yang terjadi bukan merupakan sebuah bentuk amarah dan
ketidakadilan Allah SWT kepada umat manusia, melainkan merupakan bentuk
kebaikan dan kasih sayang (Rahman) Allah SWT kepada umat manusia, yaitu
sebagai media introspeksi diri untuk segala perbuatan manusia yang
mendatangkan peristiwa yang merugikan manusia itu sendiri.
Secara sosiologis, kita dapat memahami bencana dari perspektif peran
manusia sebagai khalifah (pengelola) alam. Manusia sebagai khalifah di muka
bumi ini mempunyai tugas yang penting yaitu menjaga kelestarian alam, tidak
melakukan kerusakan, menjaga harmoni alam, dan menjadikan alam sebagai
sarana mendekatkan diri kepada Tuhan. Dalam konteks kebencanaan ini,
manusia sebagai khalifah ada tiga peran penting, salah satunya melakukan
upaya preventif, yaitu mitigasi dan kesiapsiagaan terhadap bencana (Q.S Yusuf
47:49), melakukan upaya-upaya jika terjadi bencana dapat meminimalisir
kerugian dan korban jiwa.
3
Berdasarkan hasil dari wawancara dengan salah satu staf badan
penanggulangan bencana daerah (BPBD) Kabupaten Boalemo, banjir terbesar di
kecamatan Tilamuta yaitu di Desa Mohungo yang terjadi pada bulan Januari
2019 yang merendam 4 dusun selama 6 hari dengan ketinggian air mencapai 1,5
meter. Penyebab banjir tersebut karena curah hujan yang tinggi selama berhari-
hari.
Berdasarkan survey dan wawancan awal yang dilakukan oleh peneliti pada
tanggal 5 mei 2021. Salah satu warga setempat mengatakan bahwa banjir di
Desa Mohungo sering terjadi setiap tahun.Banjir terbesar terjadi pada tahun
2019 dengan ketinggian air mencapai kurang lebih 1,5 meter yang
mengakibatkan kerugian berupa, rumah terendam, barang-barang warga
terendam dan terbawa arus air. Warga mengatakan bahwa banjir tersebut
diakibatkan oleh curah hujan yang tinggi dan terjadi berhari-hari dan luapan air
sungai dari desa Mohungo, akibat banyak dari masyarakat yang mengalami
gangguan kesehatan seperti diare, gangguan kulit dan juga masyarakat banyak
mengalami kerugian karena adanya banjir ini. Hal ini disebabkan kerena
kurangnya pengtahuan tentang mitigasi bencana banjir dan health education
pada masyarakat Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta.
Kesadaran mitigasi dan kesiapsiagaan ini sangat penting, apalagi Indonesia
termasuk dalam wilayah yang rawan bencana, baik itu banjir, gempa bumi,
gunung berapi, tanah longsor, dan lain-lain. Sayangnya usaha mitigasi dan
kesiapsiagaan bencana ini belum mendapat porsi utama, baik oleh pemerintah
maupun oleh masyarakat itu sendiri.
َ ض الَّذِي َعمِلُوا لَ َعلَّ ُه ْم َيرْ ِجع
ُون ِ ت أَ ْيدِي ال َّن
َ ْاس ِل ُيذِي َق ُه ْم َبع ْ َظ َه َر ْال َف َسا ُد فِي ْال َبرِّ َو ْال َبحْ ِر ِب َما َك َس َب
Artinta : “ Telah nampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebahagian
dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka Kembali (ke jalan yang benar).”
(Q.S Al A’raf : 36).
Berdasarkan latar belakang peneliti tertarik unutk meneliti “Hubungan
Pengetahuan Masyarakat Tentang Mitigasi Bencana Dengan Kejadian Bencana
Banjir di Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta”.
4
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka dapat diidentifikasi masalah
dalam penelitian ini adalah :
1. Pada tahun 2019 kejadian banjir di Provinsi Gorontalo menyebabkan 153 kk
terdampak dan 795 jiwa yang mengungsi dan mengalami kerugian. Pada
tahun 2020 banjir menyebabkan 31.679 jiwa terdampak banjir, yang
mengungsi sebanyak 22,340 jiwa, rumah yang terendam sebanyak 17,360
serta korban yang meninggal sebanyak 13 orang.
2. Berdasarkan hasil wawancara dengan salah satu staf BPBD Kabupaten
Boalemo pada tahun 2020 banjir mengenangi 12 Desa 3 Kecamatan dengan
jumlah rumah yang terendam sebanyak 1,951 dan yang mengungsi
sebanyak lebih dari 8,000 jiwa.
3. Berdasarkan hasil survei dan wawancara dengan salah satu warga Desa
Mohungo bahwa setiap tahun di Desa Mohungo sering terjadi banjir dan
warga banyak mengalami kerugian. Hal ini dekarenakan kurangnyaa
pengetahuan tentang Mitigasi Banjir. Banjir terparah terjadi pada tahun 2019
dengan ketinggian mencapai kurang lebih 1,5 m.
Berdasarkan masalah diatas maka rumusan masalah yang akan diteliti ini
adalah “Bagaimana anlisis Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Mitigasi
Banjir Dengan Kejadian Bencana Banjir di Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta?”
5
3. Untuk menganalisis Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Mitigasi
Bencana Dengan Kejadian Bencana Banjir di Desa Mohungo Kecamatan
Tilamuta.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Umum Tentang Bencana Banjir
.1.1 Definisi Bencana Banjir
Bencana merupakan peristiwa atau rangkaian peristiwa yang disebabkan
oleh alam, manusia dan/atau oleh keduanya yang mengakibatkan korban
penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan
sarana dan prasarana, fasilitas umum, serta menimbulkan gangguan terhadap
tata kehidupan dan penghidupan masyarakat. (Pratama,2017)
Bencana merupakan suatu kejadian yang dapat menimbulkan efek
negative atau suatu yang dapat merugikan bagi masyarakat baik material
maupun non material serta dapat mengganggu Kesehatan dan psikologis
masyarakat yang terdampak.
Banjir adalah peristiwa yang terjadi akibat kondisi tata air dan lahan yang
kurang baik dan tingginya curah hujan pada bagian hulu dan tengah suatu
daerah aliran sungai. Luapan air sungai di hilir akan menggenangi atau
membanjiri bagian kiri dan kanan sungai. Masalah umum yang dihadapi daerah
aliran sungai yaitu peningkatan populasi manusia dan penggunaan lahan yang
kurang efektif, yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas air (Noorratri,
2021)
Banjir merupakan air yang tergenang pada lahan atau tanah pada wilayah
dataran yang biasanya tidak digenangi oleh air baik itu terjadi diwilayah pertanian
da permukiman penduduk. Banjir terjadi karena air yang berasal dari hujan yang
turun dengan volume yang besar atau hujan yang turun berhari-hari lamanya
tidak berhenti. Air yang meluap dari sungai laut atau danau tidak akan menjadi
permasalahan apabila tidak merugikan bagi manusia dan makhluk hidup lainnya,
akan tetapi luapan air akan menjadi permasalahan apabila telah merugikan bagi
masyarakat ditandai oleh terjadinya berbagai persoalan seperti banyak korban
yang meninggal dunia, hewan yang mati dan tumbuhan yang tumbang, dan ini
tentunya akan sangat merugikan bagi manusia dan mengganggu aktivitas
manusia dan kelangsungan hidup makhluk hidup lainnya dan ekosistem yang
ada dalam kehidupan di permukaan bumi. Banjir merupakan bencana yang
sering terjadi di wilayah Indonesia. Bencana yang disebabkan oleh faktor
7
hidrometeorologi ini selalu meningkat setiap tahunnya. Meskipun terkadang tidak
menimbulkan banyak korban jiwa, bencana ini tetap saja merusak infrastruktur
dan mengganggu stabilitas perekonomian masyarakat secara signifikan.
(Rosyidie, 2013)
Banjir adalah kejadian alam yang dapat terjadi setiap saat dan sering
mengakibatkan hilangnya nyawa serta benda. Kerugian akibat banjir dapat
berupa kerusakan pada bangunan, kehilangan barang-barang berharga, hingga
kerugian yang mengakibatkan tidak dapat pergi bekerja dan sekolah. (Findayani,
2018)
Banjir adalah aliran air di permukaan tanah yang relatif tinggi dan tidak
dapat ditampung oleh saluran drainase atau sungai, sehingga melimpah ke
kanan dan kiri serta menimbulkan genangan/aliran dalam jumlah yang melebihi
normal dan mengakibatkan kerugian pada manusia. Banjir sering dikenal dalam
2 bentuk, berupa penggenangan pada daerah yang biasanya kering atau bukan
rawa, dan banjir sebagai akibat terjadinya limpasan air dari alur sungai yang
disebabkan karena debit pada sungai melebihi kapasitas pengalirannya
(Siswoko, dalam Andi Muchlis, 2017).
Banjir merupakan suatu bencana yang biasanya disebabkan oleh curah
hujan yang tinngi, meluapnya air sungai sehingga melimpah ke tanah atau lahan
sehingga menimbulkan genangan air. Banjir dapat menyebabkan kerugian
berupa kerusakan bangunan, sampai dengan kehilangan nyawa.
2.1.2 Sumber Banjir
Menurut Suripin (Dalam Muh.Fadli Natsir 2017) Sumber banjir dapat
dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
1. Banjir kiriman, aliran banjir yang datangnya dari daerah hulu diluar Kawasan
yang tergenang. Hal ini dapat terjadi jika hujan yang terjadi didaerah hulu
menimbulkan aliran banjir yang melebihi kapasitas sungainya atau banjir
kanal yang ada sehingga ada limpasan.
2. Banjir lokal, genangan air yang timbul akibat hujan yang jatuh di daerah itu
sendiri. Hal ini dapat terjadi kalua hujan melebihi kapasitas drainase yang ada.
3. Banjir rob, banjir yang terjadi baik akibat aliran langsung air pasang dan/atau
air balik dari saluran drainase akibat terhambat oleh air pasang. Implikasi
banjir dapat dibedakan menjadi implikasi fisik, sosial, dan ekonomi. Imp[ikasi
fisik dapat berupa fisik alami dan fisik bangunan. Implikasi fisik alami berupa
8
rusak atau tergenangnya lahan permukiman, lahan pertanian, dan Kawasan
industri. Implikasi fisik bangunan dapat berupa rusak/ robohnya fasilitas umum
(Gedung sekolah, perkantoran, rumah sakit, pasar), bangunan rumah
penduduk, bangunan industri, rusaknya jaringan irigasi atau drainase kota.
Implikasi sosial dapat berupa terganggunya kegiatan masyarakat di bidang
Pendidikan, Kesehatan dan komunikasi.
2.1.3 Macam-macam Banjir
Banjir dapat timbul jika ada air yang mengenangi daratan yang
menggenangi daratan yang kering. Banjir jika ditinjau dari penyebabnya dapat
dibedakan menjadi banjir sungai, banjir laut, dann akibat tsunami serta banjir
lainnya yang disebabkan oleh meluapnya air danau. Menurut (Budiarti 2020) ada
beberapa macam-macam banjir, diantaranya :
1. Banjir Sungai
Banjir sungai terjadi ketika permukaan air naik di atas tepian sungai
(Riverbanks) karena hujan berlebihan. Banjir sungai terjadi akibat badai terus
menerus yang terjadi di daerah yang sama dalam periode waktu yang lama,
gabungan curah hujan dan pencairan salju atau sumbatan akibat es.
Banjir sungai merupakan salah satu jenis banjir pedalaman yang paling
umum terjadi ketika badan air melebihi kapasitasnya. Ketika sebuah sungai
meluap ketepiannya, biasanya karena curah hujan yang tinggi dalam periode
waktu yang lama. Untuik mencegah banjir, sungai membutuhkan penahan
yang baik( seperti tanggul) terutama di daerah datar atau padat penduduk.
2. Banjir Laut
Banjir laut dapat disebabkan oleh meluapnya air laut karena angin topan
yang mendorong ombak jauh kearah daratan. Peristiwa banjir laut pernah
terjadi di Bangladesh. Negeri Belanda yang terletak pada atau dibawah
permukaan laut terus-menerus menghadapi resiko meluapnya air laut.
Penyebab lain dari banir laut adalah meletusnya gunung berapi atau
gempa bumi. Air pasang naik yang abnormal juga dapat mengakibatkan baniir
pantai. Letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 telah menyebabkan banjir
laut. Peristiwa itu membuat kapal terdampar sejauh 2,5 km ke daratan, 12
meter di atas permukaan laut normal.
3. Banjir Danau
9
Banjir yang disebabkan oleh air danau yang meluap ke sekitarnya. Luapan
air danau ini karena badai atau angin besar. Setelah badai atau angin besar
ini menghalang, air danau masih dapat bergerak secara mendadak dan
berirama ke satu sisi yang lain.
4. Banjir Lainnya
Bendungan adalah suatu konstruksi bangunan yang memotong sungai, di
buat untuk menghalangi aliran air, sehingga permukaan air naik dan terbentuk
suatu danau buatan yang disebut waduk. Bendungan merupakan pengendlian
dan penyimpan air. Bendungan dapat berfungsi untuk membuang kelebihan
air. Kelebihan air pada bendungan akan terbuang dengan sendirinya jika
ketinggian muka air sungai sudah melewati tinggi mercu (tubuh) bendungan.
Namun kadang ada bendungan yang tidak mampu menampung air yang
berlebihan sehingga bobol. Bobolnya bendungan bisa menyebabkan
terjadinya banjir bandang.
2.1.4 Faktor-faktor Penyebab Banjir
Menurut Gultom Dalam (Purwoko, 2015) penyebab timbulnya banjir pada
dasarnya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) faktor yaitu:
1. Pengaruh aktivitas manusia, seperti :
a. Pemanfaatan daratan banjir yang digunakan untuk pemukiman dan
industri.
b. Penggundulan hutan dan kemudian mengurangi resapan pada tanah dan
meningkatkan larian tanah permukaan. Erosi yang terjadi kemudian bisa
menyebabkan sedimentasi diterusan sungai yang kemudian mengganggu
jalannya air.
c. Pemukiman didataran banjir dan pembangunan didaerah dataran banjir
dengan mengubah saluran-saluran air yang tidak direncanakan dengan
baik bahkan tidak jarang alur sungai diurung untuk dijadikan pemukiman.
Kondisi demikian banyak terjadi diperkotaan di Indonesia. Akibatnya adalah
aliran sungai saat musim hujan menjadi tidak lancar dan menimbulkan
banjir.
d. Membuang sampah sembarangan dapat menyumbat saluran-saluran air
terutama diperumahan-perumahan.
2. Kondisi alam yang bersifat tetap (statis) seperti :
10
a. Kondisi geografi yang berada pada daerah yang sering terkena badai atau
sikon, misalnya beberapa Kawasan di Bangladesh.
b. Kondisi tepografi yang cekung, yang merupakan dataran banjir, seperti
kota bandung yang berkembang pada cekungan bandung.
c. Kondisi alur sungai seperti kemiringan dasar sungai yang datar, berkelak-
kelok, timbulnya sumbatan atau berbentuk seperti botol (Bottle Neck), dan
adanya sedimentasi sungai berbentuk sebuah pulau (ambang sungai)
3. Peristiwa alam yang bersifat dinamis, seperti :
a. Curah hujan yang tinggi
b. Terjadinya pembendungan atau arus balik yang sering terjadi dimuara
sungai atau pertemuan sungai besar.
c. Penurunan muka tanah atau amblesan, misalnya disekitar pantai utara
Jakarta yang mengalami amblesan setiap tahun akibat pengambilan air,
tanah yang berlebihan sehingga muka tanah menjadi lebih rendah.
d. Pendangkalan dasar sungai karena sedimentasi yang cukup tinggi.
2.1.5 Dampak Banjir Bagi Masyarakat
Berikut adalah dampak akibat banjir menurut UNESCO dalam (Meli
Kurnia Sari,2016) antara lain dampak fisik, social, ekonomi dan lingkungan :
1. Dampak fisik adalah kerusakan pada sarana-saran umum, kantor-kantor
pelayanan public yang disebabkan oleh banjir.
2. Dampak social mencakup kamatian, resiko kesehatan, trauma mental,
menurunnya perekonomian, terganggunya kegiatan Pendidikan (anak-anak
tidak dapat pergi ke sekolah) terganggunya aktivitas kantor pelayanan
public, kekurangan makanan, energi, air, dan kebutuhan-kebutuhan dasar
lainnya.
3. Dampak ekonomi mencakup kehilangan materi, gangguan kegiatan
ekonomi (orang tidak dapat pergi bekerja, terlambat bekerja, atau
transportasi komoditas terhambat, dan lain-lain).
4. Dampak lingkungan mencakup pencemaran air (oleh bahan pencemar
yang di bawa oleh banjir) atau tumbuhan di sekitar sungai yang rusak
akibat terbawa banjir.
2.1.6 Pencegahan Banjir
Menurut (Desy Fatma, 2017) Ada beberapa upaya pencegahan yang bisa
dilakukan manusia untuk mencegah terjadinya banjir atau meminimalisasi
11
terjadinya banjir. Beberapa upaya yang dapat dilakukan manusia untuk
mencegah terjadinya banjir antara lain sebagai berikut:
1. Membuang sampah pada tempatnya.
Cara yang paling mudah dan sederhana yang bisa kita lakukan
sebagai upaya pencegahan banjir adalah membuang sampah pada
tempatnya. Meskipun cara ini tergolong berperan sedikit namun apabila
dilakukan oleh banyak orang dan dilakukan secara konsisten maka akan
mendatangkan perubahan yang begitu besar. Bayangkan saja jika orang di
satu kota membuang sampah tertib selama satu bulan maka kota tersebut
akan menjadi sangat bersih dan terbebas dari tumpukan sampah. Perlu
kita ketahui bahwasannya sampah yang dibuang sembarangan merupakan
salah satu pemicu terjadinya banjir. Hal ini karena sampah yang
berserakan di jalan suatu saat akan terbawa air hujan dan akhirnya
bermuara di saluran air atau di sungai. Ketika sudah berada di saluran air
atau sungai maka sampah itu pun akan menutupi lubang air dan pada
akhirnya menimbulkan banjir. Selain membuang sampah dengan tepat,
pengolahan sampah yang tepat juga diperlukan. Perlu adanya pemilahan
antara sampah organik dan non organik. Sampah organik bisa
dimanfaatkan dengan merubahnya menjadi pupuk kompos, sementara
sampah non organik bisa didaur ulang.
2. Membuat saluran air yang baik.
Adanya saluran air yang baik juga sangat menunjang upaya
pencegahan banjir. Untuk mencegah terjadinya banjir diperlukan adanya
sistem irigasi hingga pembuangan akhir yang jelas. Saluran air yang kita
miliki jangan sampai berakhir pada sebuah sungai mati atau sungai yang
tidak mengalir, karena pada akhirnya dapat meluber. Saluran air yang baik
akan bermuara ke sungai besar yang pada akhirnya akan bermuaran di
laut. Saluran air yang baik lainnya bisa berupa terowongan saluran air
bawah tanah yang akan menjamin semua air hujan yang turun akan
dibawa ke laut. Sayangnya, belum cukup banyak negara yang menerapkan
sistem ini karena selain membutuhkan biaya yang mahal juga
membutuhkan rancangan infrastuktur yang matang. Negara yang telah
lama menerapkan sistem ini salah satunya adalah Jepang.
3. Rajin membersihkan saluran air.
12
Untuk mencegah banjir, apaya yang bisa kita lakukan adalah rajin
membersihkan saluran air. Saluran air merupakan hal yang sangat penting
untuk mencegah terjadinya banjir. Saluran air yang baik akan mampu
mengalirkan air hingga bermuara ke laut sehingga ketika hujan lebat turun
air yang ada dipermukaan tidak akan meluap kemana- mana melainkan
akan mengalirkan air ke laut. Namun hal ini tidak akan terjadi apabila
saluran air kotor. Saluran air yang kotor tidak akan mengalirkan air ke laut
secara lancar, namun hal ini justru akan membendung air dan
menjadikannya meluap ke daratan. Misalnya ada sampah yang menutup
saluran air, maka air tidak akan mapu melewati saluran air yang tertutup
sampah tersebut. Dan permasalahan saluran air yang kotor ini merupakan
salah satu hal yang kebanyakan menjadi sumber penyebab banjir yang
terjadi di kota- kota besar di Indonesia.
4. Menanam pohon di sekitar rumah.
Banjir dapat dicegah salah satunya denga cara menanam pepohonan
di lingkungan sekitar. Kita bisa mulai dengan di sekitar rumah kita. Meski
hanya satu dua pohon yang dapat kita tanam, namun jika banyak orang
yang melakukan ini maka pohon- pohon baru akan banyak sekali tumbuh.
Pepohonan mempunyai peranan yang sangat besar untuk mencegah
timbulnya banjir. Akar- akar pohon dapat menyerap dan menyimpan air
serta mengunci di dalamnya. Dengan demikian ketika hujan lebat turun, air-
air di permukaan akan terserap ke dalam tanah dan menyimpannya
sehingga tidak akan terjadi banjir. Selain tidak akan menimbulkan banjir,
akar- akar pohon ini akan memberikan cadangan airnya ketika musim
kemarau tiba sehingga masyarakat masih bisa mendapatkan air. Untuk
jenis pohon yang paling baik menyerap air adalah pohon yang mempunyai
batang besar. Jenis pohon seperti ini tidak hanya menyerap air dalam
jumlah banyak namun juga mampu menyimpannya secara kuat.
5. Mendirikan bangunan atau konstruksi pencegah banjir.
Upaya pencegahan banjir selanjutnya adalah membangun bangunan
atau konstruksi pencegah banjir. Selain dapat mencegah terjadinya banjir,
bangunan seperti ini juga dapat difungsikan untuk hal- hal lainnya.
Terutama hal untuk hal- hal yang membantu pekerjaan manusia. Salah
satu bangunan ini dalam bentuk bendungan. Bendungan mempunyai
13
bentuk seperti kolam raksasa. Bendungan mampu menampung air dalam
jumlah yang sangat besar. Keberadaan bendungan tidak hanya mampu
mencegah terjadinya banjir, namun juga dapat digunakan untuk pengairan/
irigasi, tempat memancing, budidaya binatang ataupun tumbuhan air, serta
pembangkit listrik. Bendungan dengan tembok besar memang dirancang
untuk mencegah air meluap ke daerah- daerah yang ada di sekitarnya.
6. Pendalaman sungai.
Pendalaman sungai merupakan salah satu upaya untuk mencegah
banjir. Sungai merupakan saluran air terbesar yang ada di daratan dan
menghubungkan air menuju ke laut. Sungai mempunyai kedudukan yang
sangat vital. Tidak hanya permasalahan sampah, namun kebanyakan
kasus banjir yang ada di Indonesia terjadi karena ceteknya sungai.
Sebelumnya sungai- sungai mampu mengalirkan sejumlah air yang banyak
dalam sesuatu massa, namun karena ceteknya sungai maka debit air yang
mampu dialirkan berkurang sangat banyak. Ceteknya sungai dapat terjadi
karena pengendapan dan juga pembuangan bahan- bahan buangan.
Dengan ceteknya sungai ini, maka langkah yang paling tepat adalah
melakukan pendalaman sungai. Pendalaman sungai dilakukan dengan
mengeruk lumpur dan juga kotoran yang terdapat di dasar sungai. Apabila
proses pendalaman ini dilakukan maka sungai tidak hanya mampu
mengalirkan banyak debit air, namun juga menampung dan mengalirkan air
hujan dalam jumlah banyak.
7. Membuat lubang biopori.
Membuat lubang biopori juga merupakan salah satu upaya untuk
mencegah terjadinya banjir. Lubang serapan biopori merupakan teknologi
yang tepat guna dan juga ramah lingkungan untuk dapat mengatasi banjir.
Lubang biopori dapat mengatasi banjir dengan cara meningkatkan daya
resapan air, mengibah sampah organik menjadi kompos, dan juga
mengurangi emisi gas rumah kaca. Selain itu lubang biopori juga bekerja
dengan cara memanfaatkan peran aktivitas fauna tanah dan juga akar
tanaman, mengatasi masalah yang ditimbulkan oleh genangan air seperti
penyakit demam berdarah dan juga malaria. Untuk membuat lubang biopori
kita bisa melakukannya secara mudah. Kita cukup membuat lubang di
tanah dengan menggunakan bor tanah. Lubang yang kita buat mempunyai
14
diameter 10 cm dan panjangnya kira- kira 100 cm. apabila kita membuat
banyak lubang biopori, maka resiko kita terkena banjir akan semakin kecil.
8. Melestarikan hutan.
Hutan merupakan paru- paru dunia. Dikatakan sebagai paru- paru
dunia karena hutan terdiri atas banyak pohon. Kita tehu bahwa pepohonan
dapat menghasilkan oksigen ketika melakukan fotosintesis di siang hari.
Dengan demikian, kita akan selalu segar pada siang hari ketika berada di
bawah pohon. Hal ini bisa terbayangkan apabila hutan mempunyai banyak
pohon yang tumbuh subur, maka berapa oksigen yang bisa dihasilkan
setiap harinya? Selain berfungsi untuk menghasilkan oksigen, pepohonan
pada hutan juga sangat berfungsi untuk menyerap air dan juga
menguncinya di dalam akar. Hutan yang lebat dan mempunyai pohon
banyak serta subur akan sangat membantu untuk mencegah terjadinya
banjir. Hutan dapat berfungsi sebagai bunga karang atau sponge dengan
menyerap air hujan dan mengalir dengan perlahan- lahan ke anak sungai.
Hutan juga bertindak sebagai filter dalam menentukan kebersihan da
kejernihan air. Hutan mampu menyerap air hingga 20%. Kemudian air
hujan ini dibebaskan kembali ke atmosfir dan kondensasi. Cara ini cukup
ampuh untuk mengurangi jumlah air hujan yang turun ke bumi.
9. Membuat sumur resapan.
Sumur resapan merupakan salah satu upaya untuk mencegah
terjadinya banjir. Yang dinamakan sumur resapan adalah sarana untuk
penampungan air hujan dan meresapkannya ke dalam tanah. Sumur
resapan akan sangat membantu menyerap air hujan ke dalam tanah dan
kembali lagi ke siklus air yang semestinya sehingga tidak mengalami
penggenangan di permukaan yang nantinya akan menyebabkan terjadinya
banjir. Pembuatan sumur resapan ini bisa dengan menggali tanah hingga
tanag berpasir atau maksimal dua meter di bawah permukaan air tanah.
Sumur resapan merupakan halah satu metode yang ampuh untuk
mencegah terjadinya banjir.
10. Menggunakan paving stone untuk jalan.
Upaya selanjutnya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya
banjir adalah pemasangan paving sebagai bahan pembuat jalan.
Maksudnya kita tidak menggunakan aspal, namun paving. Mengapa
15
paving? Karena paving terdiri atas kotak- kotak dan antara satu paving dan
paving lainnya terdapat celah yang dapat dilewati air untuk dapat meresap
ke dalam tanah. Ketika air meresap ke dalam tanah melalui celah- celah
paving maka terjadinya banjir dapat dicegah. Di negara Amerika Serikat,
telah diuncurkan jalan yang menggunakan photocatalytic cement yakni
cara oaving terbaru. Jalan ini mengandung partikel nano yang terbuat dari
titanium dioksida. Dengan partikel ini maka jalan tersebut mampu
memakan asap dan juga menghapus gas nitrogen oksida dari udara.
Selain itu lebih dari 60 persen sisa konstruksi dapat didaur ulang.
11. Pengadaan green open space.
Pengadaan green open space atau kawasan terbuka hijau juga kita
lakukan sebagai upaya pencegahan terhadap banjir. Hal ini mirip dengan
pelestarian hutan dalam fungsinya, dimana pepohonan yang akan
berperan utama. Namun peran dari green open space dengan hutan
sendiri sangat berbeda. Green open space lebih berada di sekitar
masyarakat dalam menjalani aktivitasnya sehari- hari. Dengan adanya
kawasan terbuka hijau maka banyak masyarakat akan lebih senang
menghabiskan waktu mreka di bawah pohon tanpa harus menjelajah
hutan.
Itulah beberapa upaya yang dapat kita lakukan untuk mencegah
terjadinya banjir. Upaya- upaya tersebut dapat dilaukan oleh kita mulai dari
diri sendiri. Ketika kita sudah mulai melakukan dari diri sendiri, selanjutnya
adalah orang- orang yang ada di sekitar kita. Demikian akan terjadi secara
terus menerus hingga banyak orang yang akan melakukannya. Apabila
banyak masyarakat melakukannya maka kita akan mengetahui perubahan
apa yang akan terjadi.( Desy Fatma, 2017).
16
Menurut BNPB (2017) upaya mitigasi bencana banjir secara umum dapat
dibagi menjadi tiga kegiatan yaitu upaya mitigasi non struktural, struktural, serta
peningkatan peran serta masyarakat.
1. Upaya Mitigasi Non Struktural
a. Pembentukan “Kelompok Kerja” (POKJA) yang beranggotakan dinas-
instansi terkait (diketuai Dinas Pengairan/Sumber Daya Air) di tingkat
kabupaten/koyta sebagai bagian dari Satuan Pelaksana (SATLAK) untuk
melaksanakan dan menetapkan pembagian peran dan kerja atas upaya-
upaya non fisik penanggulangan mitigasi bencana banjir diantara anggota
POKJA dan SATLAK, diantaranya inspeksi, pengamatan dan penelusuran
atas prasarana dan sarana pengendalian banjir yang ada dan Langkah
yang akan diuraikan pada uraian selanjutnya.
b. Merekomendasikan upaya perbaikan atas prasarana dan sarana
pengendalian banjir sehingga dapat berfungsi sebagaimana direncanakan.
c. Memonitor dan mengevaluasi data curah hujan, banjir, daerah genangan
dan informasi lain yang diperlukan untuk meramalkan kejadian bencana
banjir, daetrah yang diidentifikasi terkena banjir serta daerah yang rawan
banjir.
d. Menyiapkan peta daerah rawan banjir dilengkapi dengan “plotting” rute
pengungsian, lokasi pengungsian sementara, lokasi POSKO, dan lokasi
pos pengamat debit banjir/ketinggian muka iar banjir di sungai penyebab
banjir.
e. Mengecek dan menguji sarana system peringatan dini yang ada dan
mengambil Langkah-langkah untuk memeliharanya dan membentuknya
jika belum tersedia dengan sarana yang paling sederhana sekalipun.
f. Melaksanakan perencanaan logistic dan penyediaan dana, peralatan dan
material yang diperlukan untuk kegiatan/upaya tanggap darurat.
g. Perencenaan dan penyiapan SOP (Standard Operation Procedure)/
Prosedur operasi standar untuk kegiatan/ tahap tanggap darurat yang
melibatkan semua anggota SATKORLAK, SATLAK, dan POSKO
diantaranya identifikasi daerah rawan banjir, identifikasi rute evakuasi,
penyediaan peralatan evakuasi (alat transportasi, perahu, dan lain-lain),
identifikasi penyiapan tempat pengungsian sementara seperti peralatan
17
sanitasi mobile, penyediaan air minum, bahan pangan, peralatan dapur
umum, obat-obatan dan tenda darurat.
h. Pelaksanaan sistem informasi banjir, dengan diseminasi langsung kepada
masyarakat dan penerbitan press release/penjelasan kepada press dan
penyebar luasan informasi tentang banjir melalui media masa cetak
maupun elektronik yaitu stasiun TV dan stasiun radio.
i. Melaksanakan pelatihan evakuasi untuk mengecek kesiapan masyarakat,
SATLAK dan peralatan evakuasi, dan kesiapan tempat pengungsian
sementara beserta perlengkapannhya.
j. Mengadakan rapat-rapat koordinasi di tingkat BAKORNAS, SATKORLAK,
SATLAK, dan POKJA antar dinas/instansi untuk menentukan beberapa
tingkat dari resiko bencana banjir.
k. Membentuk jaringan lintas intsansi/sektor dan LSM yang bergerak dibidang
kepedulian terhadap bencana serta dengan media masa baik cetak
maupun elektronik untuk mengadakan kampanye peduli bencana kepada
masyarakat termasuk penyaluran informasi tentang bencana banjir.
l. Melaksanakan Pendidikan masyarakat atas pemetaan ancaman banjir dan
resiko yang terkait serta penggunaan material bangunan yang tahan
air/banjir.
2. Upaya Mitigasi Struktural
a. Pembangunan tembok penahan dan tanggul disepanjang sungai, tembok
laut sepanjang pantai yang rawan badai atau tsunami akan sangat
membantu untuk mengurangi bencana banjir pada tingkat debit banjir yang
direncanakan.
b. Pengaturan kecepatan aliran dan debit air permukaan dari daerah hulu
sangat membantu mengurangi terjadinya bencana banjir. Beberpa upaya
yang perlu dilakukan untuk mengatur kecepatan air dan debit aliran air
masuk kedalam sistem pengaliran diantaranya adalah reboisasi dan
pembangunan sistem peresapan serta bendungan/ waduk.
c. Pengerukan sungai, pembuatan seutan sungai baik secara saluran terbuka
maupun tertutup atau terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya
banjir.
3. Peran Serta Masyarakat
18
Masyarakat baik sebagai individu maupun masyarakat secara
keseluruhan dapat berperan secara signifikan dalam manajemen bencana
banjir yang bertujuan untuk memitigasi dampak dari bencana banjir.
Peranan dan tanggung jawab masyarakat dapat dikategorikan dalam dua
aspek yaitu aspek penyebab dan aspek partisipatif.
a. Aspek penyebab, jika beberapa peraturan yang sangat berpengaruh atas
faktor-faktor penyebab banjir dilaksanakan atau dipatuhi akan secara
signifikan akan mengurangi besaran dampak bencana banjir, factor-faktor
tersebut adalah :
1) Tidak membuang sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sitem
drainase.
2) Tidak membangun jembatan dan atau bangunan yang menghalangi atau
mempersempit palung aliran sungai.
3) Tidak menggunakan dataran retensi banjir untuk permukiman atau untuk
hal-hal lain diluar rencana peruntukannya
4) Menghentikan pengggundulan hutan didaerah tangkapan air
5) Menghentikan praktek pertanian dan penggunaan lahan yang
bertentangan dengan kaidah-kaidah konservasi air dan tanah
6) Ikut mengendalikan laju urbanisasi dan pertumbuhan penduduk
b. Aspek partisipatif, dalam hal ini partisipasi atau kontribusi dari masyarakat
dapat mengurangi dampak bencana banjir yang akan diderita oleh
masyarakat sendiri, partisipasi yang diharapkan mencakup :
1) Ikut serta dan aktif dalam Latihan-latihan (gladi) upaya mitigasi bencana
banjir misalnya kampanye peduli bencana, Latihan kesiapan
penanggulangan banjir dan evakuasi, Latihan peringatan dini banjir dan
sebagainnya.
2) Ikut serta dan aktif dalam program desain dan pembangunan rumah
tahan banjir antara lain rumah tingkat, penggunaan material yang tahan
air dan gerusan air.
3) Ikut serta dalam Pendidikan publik yang terkait dengan upaya mitigasi
bencana banjir.
4) Ikut serta dalam setiap tahapan konsultasi public yang terkait dengan
pembangunan prasarana pengendalian banjir dan upaya mitigasi
bencana banjir.
19
5) Melaksanakan pola dan waktu tanam yang mengadaptasi pola dan
kondisi banjir setempat untuk mengurangi kerugian usaha dan lahan
pertanian dari banjir-banjir.
6) Mengadakan gotong royong pembersihan saluran drainase yang ada
dilingkungannya masing-masing.
2.2.3 Tahap-Tahap Mitigasi Aktif Bencana Banjir
Tahap sebelum terjadi bencana banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah meningkatkan kesiagaan menghadapi
ancaman bahaya banjir meliputi :
a. Penyebarluasan peraturan perundang-undangan atau informasi-informasi
yang berkaitan dengan masalah banjir.
b. Pemantauan lokasi-lokasi rawan (kritis) secara terus-menerus
c. Optimasi pengoperasian prasarana dan sarana pengendali banjir
d. Penyebarluasan informasi daerah rawan banjir, bahaya, dan Tindakan
yang harus diambil oleh masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana
e. Peringatan kesiapsiagaan organisasi dan manajemen daya yang
diperlukan dan berorientasi kepada pemotifasian individu dalam
masyarakat setempat agar selalu siap sedia mengendalikan bahaya banjir.
f. Persiapan evakuasi ke lokasi lebih aman
g. Penyediaan peralatan berat (backho, excavator,truk, bulldozer,dan lain-
lain).
h. Penyediaan bahan-bahan banjiran untuk keadaan darurat, seperti : karung
plastic, bronjong kawat, dan material-material pengisinya (pasir, batu, dan
lain-lain), dan disediakan pada lokasi-lokasi yang diperkirakan rawan
bencana banjir.
i. Penyiapan peralatan dan perlengkapan evaluasi, seperti : speed boat,
perahu lampung dan lain-lain.
j. Perencanaan rute pengirim material penanggulangan pada tempat-tempat
kritis.
k. Perencanaan program penyelamat dan pertolongan kepada masyarakat.
l. Perencanaan rute pengiriman logistic kepada masyarakat.
m. Perencanaan jenis dan jumlah bahan serta peralatan banjiran.
2.2.4 Penyiapan Sarana dan Prasarana pendukung Serta Sumber Daya
Manusia
20
1. Tahap saat terjadi bencana banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Penyelenggaraan piket banjir di setiap posko
b. Pengoperasian system peringatan banjir
c. Pemantauan tinggi muka air dan debit air pada setiap titik pengamatan
d. Melaporkan hasil pemantauan pada saat mencapai tingkat siaga kepada
instansi terkait, untuk kemudian diinformasikan kepada masyarakat sesuai
dengan Standar Prosedur Operasional Banjir (SPOB).
e. Prediksi bencana banjir
f. Informasi dan pelaporan, dapat menggunakan radio komunikasi bencana
banjir.
g. Pemberitaan banjir dengan sirene, kentongan dan sarana lainnya dari
masing-masing pos pengamatan berdasarkan informasi dari posko banjir.
h. Evaluasi penduduk sesuai dengan prosedur
i. Memberikan bantuan kepada penduduk
2. Tahap setelah terjadinya banjir
Kegiatan yang dilakukan adalah :
a. Pemulihan Kembali permukaan penduduk, prasarana umum, bangunan
pengendali banjir, dan lain-lain
b. Pengembalian penduduk ke tempat semula
c. Pengamatan, pendataan kerugian, dan kerusakan banjir.
21
segenap gejala yang dapat ditangkap oleh pengalaman melalui pengindraan
(Darmadi, 2017).
Pengetahuan adalah suatu hasil dari rasa keingintahuan melalui proses
sensori, terutama pada mata dan telinga terhadap objek tertentu. Pengetahuan
merupakan domain yang penting dalam terbentuknya perilaku terbuka atau open
behavior (Donsu, 2017).
2.3.2 Tingkat Pengetahuan
Tingkat pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif menurut
Notoatmojo (2012) mempunyai enam tingkatan, yaitu :
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat kembali (recall) suatu materi yang telah
dipelajari dan diterima dari sebelumnya. Tahu merupakan tingkatan yang
paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa
yang telah dipelajari antara lain mampu menyebutkan, menguraikan,
mendefinisikan suatu materi secara benar. Misalnya, seorang masyarakat
mampu menyebutkan tentang mitigasi bencana banjir secara benar.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami merupakan suatu kemampuan untuk menjelaskan dan
menginterpretasikan materi yang diketahui secara benar. Orang yang telah
paham terhadap suatu materi atau objek harus dapat menyebutkan,
menjelaskan, menyimpulkan, dan sebagainya.
c. Aplikasi (Application)
Aplikasi merupakan kemampuan seseorang yang telah memahami suatu
materi atau objek dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang
diketahui tersebut pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini
dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus,
metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
Misalnhya, seseorang yang telah paham tentang proses pendidikan
kesehatan, maka dia akan mudah melakukan kegiatan pendidikan kesehatan
dimana saja dan seterusnya.
d. Anlisis (Analysis)
Analisis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk menjabarkan materi
atau objek tertentu ke dalam komponen-komponen yang terdapat dalam suatu
masalah dan berkaitan satu sama lain. Pengetahuan seseorang sudah
22
sampai pada tingkat analisis, apabila orang tersebut telah dapat
membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan membuat diagram (bagan)
terhadap pengetahuan atas objek tertentu.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan atau
menghubungkan bagian-bagian suatu objek tertentu kedalam bentuk
keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sitesis adalah suatu kemampuan
untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang telah ada.
Misalnya, dapat meringkas suatu cerita dengan menggunakan bahasa sendiri,
dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca atau didengar.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi merupakan suatu kemampuan seseorang untuk melakukan penilaian
terhadap suatu materi atau objek tertentu. Penilaian itu didasarkan pada suatu
kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah
ada.
2.3.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut (Astutik 2013) ada tujuh faktor yang mempengaruhi pengetahuan
seseorang, yaitu :
a. Tingkat Pendidikan
Pendidikan merupakan suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan
kemampuan sesorang agar dapat memahami suatu hal. Pendidikan
mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi Pendidikan seseorang, semakin
mudah orang tersebut menerima informasi. Pengetahuan sangat erat
kaitannya dengan Pendidikan dimana diharapkan seseorang dengan
Pendidikan tinggi, maka orang tersebut akan semakin luas pengetahuannya.
b. Pekerjaan
Pekerjaan adalah suatu kegiatan yang harus dilakukan terutama untuk
memenuhi kebutuhan setiap hari. Lingkungan pekerjaan dapat membuat
seseorang memperoleh pengalaman dan pengetahuan baik secara langsung
maupun tidak langsung. Misalnya, seseorang yang bekerja sebagai tenaga
medis akan lebih mengerti mengenai penyakit dan pengelolaanya daripada
non tenaga medis.
c. Umur
23
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang.
Dengan bertambahnya umur individu, daya tangkap dan pola pikir seseorang
akan lebih berkembang, sehingga pengetahuan yang diperoleh semakin
membaik.
d. Minat
Minat merupakan suatu keingana yang tinggi terhadap suatu hal. Minat
menjadikan seseorang untuk mencoba dan menekuni, sehigga seeorang
memperoleh pengetahuan yang lebih mendalam.
e. Pengalaman
Pengalaman merupakan suatu kejadian yang dialami seseorang pada masa
lalu. Pada umumnya semakin banyak pengalaman seseorang, semakin
bertambah pengetahuan yang didapatkan. Dalam hal ini, pengetahuan ibu
dari anak yang pernah atau bahkan sering mengalami diare seharusnya lebih
tinggi daripada pengetahuan ibu dari anak yang belum pernah mengalami
diare sebelumnya.
f. Lingkungan
Lingkungan merupakan segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik
lingkungan fisik, biologis, maupun social. L;ingkungan berpengaruh terhadap
proses masuknya pengetahuan kedalam individu yang berada di dalam
lingkungan tersebut. Contohya, apabila suatu wilayah mempunyai sikap
menjaga kebersihan lingkungan, maka sangat mungkin masyarakat sekitarnya
mempunyai sikap menjaga kebersihan lingkungan.
g. Informasi
Seseorang yang mempunyai sumber informasi yang lebih banyalk akan
mempunyai pengetahuan yang lebih luas. Pada umumnya semakin mudah
memperoleh informasi semakin cepat seseorang memperoleh pengetahuan
yang baru.
2.3.4 Pengukuran Pengetahuan
Menurut (Arikunto,2010 dalam Sanifah 2018), pengukuran pengetahuan
dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi
materi yang akan di ukur dari subjek atau responden ke dalam pengetahuan
yang ingin di ukur dan disesuaikan dengan tingkatnya, Adapun jenis pertanyaan
24
yang dapat digunakan untuk pengukuran pengetahuan secara umum dibagi
menjadi 2 jenis yaitu :
1. Pertanyaan Subjektif
Penggunaan pertanyaan subjektif dengan jenis pertanyaan esay digunakan
dengan penilaian yang melibatkan factor subjektif dari penilai, sehingga hasil
nilai akan berbeda dari setiap penilai dari waktu ke waktu.
2. Pertanyaan Objektif
Jenis pertanyaan objektif seperti pilihan ganda (multiple choise), betul
salah dan pertanyaan menjodohkan dapat dinilai secara pas oleh penilai.
Menurut (Arikunto, 2010 dalam Sanifah 2018), pengukuran tingkat
pengetahuan dapat dikategorikan menjadi 3 yaitu sebagai berikut :
a. Pengetahuan baik bila responden dapat menjawab 76-100 % dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
b. Pengetahuan cukup bila responden dapat menjawab 56-75 % dengan
benar dari total jawaban pertanyaan.
c. Pengetahuan kurang bila responden menjawab <56% dari total jawaban
pertanyaan.
25
bencana
banjir,aspek
pengendalian
banjir,aspek
sistem
sarana dan
prasarana,da
n aspek sikap
partisipasi.
26
2.5.1 Kerangka Teori
Kerangka teori merupakan suatu kerangka untuk menjawab pertanyaan
penelitian. Istilah “teori” disini menunjuk pada sumber penyusunan kerangka
dapat berupa teori yang ada, definisi konsep, atau dapat dari logika (Sumantri,
2014). Berdasarkan tinjauan teori yang telah dibahas sebelumnya, peneliti
merangkumnya dalam kerangka teori berikut ini :
Bencana Banjir
Pengetahuan
Masyarakat tentang Mitigasi Bencana
Mitigasi Bencana Banjir
Banjir
27
2.5.2 Kerangka Konsep
Kerangka konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi
dari hal-hal yang khusus. Oleh karena konsep merupakan abstrak, maka konsep
tidak dapat diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati melalui konstruk
atau yang lebih dikenal dengan nama variable. Jadi variabel adalah symbol atau
lambing yang menunjukan nilai atau bilangan dari konsep (Notoatmodjo, 2014).
Adapun yang menjadi kerangka konsep dalam penelitian ini adalah Pengetahuan
Masyarakat tentang Mitigasi Bencana sebagai variabel bebas dan Kejadian
Bencana Banjir sebagai variabel terikat.
Pengetahuan
Kejadian Bencana
Masyarakat Tentang
Banjir
Mitigasi Bencana
Keterangan
: Variabel Independen
: Variabel Dependen
: Garis penghubung
Gambar 2. Kerangka Konsep
28
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
3.1.1 Lokasi Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Mohungo, Kecamatan Tilamuta,
Kabupaten Boalemo
3.1.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Juli samppai dengan bulan
Agustus 2021. Penelitian ini dimulai dari proses penyusunan proposal dengan
mengambil data awal di tempat penelitian.
29
3.4 Definisi Operasional Penelitian
Tabel 2. Definisi Operasional
N Variabel Definisi Paramete Alat Kategori Skala
o Operasional
r Ukur
1 Variabel Penegtahua Mitigasi Kuisione 1. pengetahuan Ordina
Independen n tentang
bencana r baik : 5-10 l
Pengetahua mitigasi
n bencana (≥50%)
Masyarakat adalah hal
2. pengetahuan
tentang yang
mitigasi dibutuhkan kurang : <5
bencana masyarakat
(<50%)
yang tinggal
di daerah
rawan
bencana
karena
berbagai
informasi
mengenai
jenis
bencana
yang
mungkin
mengancam
mereka
2 Variabel Kejadian Bencana Kuisione 1. Pengetahua Ordina
dependen bencana
Banjir r n baik : 15- l
Kejadian banjir adalah
bencana hal yang 30 (≥50%)
banjir harus
2. Pengetahua
diketahui
oleh n kurang :
masyarakat
<15 (<50%)
agar siap
dengan
kedatangan
bencana
banjir
30
Arifin,2016). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh masyarakat Desa
Mohungo Kecamatan Tilamuta. Berjumlah 2625 jiwa.
3.5.2 Sampel
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang di miliki oleh
populasi tersebut. Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa sampel
merupakan Sebagian jumlah yang dimiliki oleh populasi . (Sugiyono,2013:81
dalam Zakaria Hamzah 2020).
Sampel penelitian ini adalah Sebagian dari populasi masyarakat yang ada
di Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta, dengan menggunakan rumus Slovin:
N
n=
1+ Ne ²
Keterangan :
n : Jumlah sampel
N : Jumlah seluruh anggota populasi
e : Eror level (Tingkat kesalahan ) yang diinginkan 10% (0,01)
Populasi yang terdapat dalam penelitian ini berjimlah 2625 jiwa dan
presisi yang ditetapkan atau tingkat signifikan 0,10, maka besarnya
sampel pada penelitian ini adalah :
N
n= =
1+ Ne ²
N
n= 2
1+( N x e )
2,625 2,625
n= = = 99,69 dibulatkan menjadi 100
1+ 2,625 x 0,10 x 0,10 26,26
Sehingga jumlah sampel pada penelitian ini adalah bila dibulatkan 100
jiwa di Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta.
31
c. Bisa membaca dan menulis
2. Kriteria Eksklusi
a. Anak yang berusia 0-15 tahun
b. Tidak bisa membaca
3.6 Teknik Pengumpulan Data
3.6.1 Jenis Data
1. Data Primer
Data primer adalah data yang diperoleh dengan cara melakukan
observasi dan menggunakan instrument penelitian kuisioner yang dijawab
langsung oleh sampel untuk mengetahui tingkat pengetahuan tentang mitigasi
bencana banjir di Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta.
2. Data Sekunder
Data sekunder pada penelitian ini menggunakan data-data yang
didapatkan dari Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta.
3.6.2 Instrumen Penelitian
Instrument penelitian adalah alat-lat yang digunakan untuk pengumpulan
data (Notoatmojo, 2014). Penelitian ini menggunakan lembar identitas
responden, dan lembar kuisioner. Lembar identitas responden digunakan untuk
mencatat data identitas responden meliputi : inisial nama, umur, jenis kelamin,
untuk menggambarkan karakteristik responden. Sedangkan lembar kuisioner
digunakan untuk mencatat hasil dari masing-masing pertanyaan tiap variabel
yang terdiri dari : Pengetahuan Masyarakat tentang mitigasi bencana dengan
kejadian bencana banjir.
32
3.7.2 Analisa Bivariat
33
Ha : Dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p < 0,05. Maka Ha diterima
dan Ho ditolak yang berarti tidak terdapat Hubungan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Mitigasi Bencana Dengana Kejadian Bencana
Banjir.
34
3.10 Alur Penelitian
Studi Pendahuluan
Permohonan Penelitian
Tanpa Nama
Analisis Data
Hasil
35
DAFTAR PUSTAKA
BNPB. (2020). Banjir, Bencana Alam Mematikan Hingga Agustus 2020. Diambil
kembali dari Badan Nasional Penanggulangan Bencana: Diakses pada 20
Mei 2020
Desy Fatma. (2017). Teknik Mitigasi Banjir dan Tanah Longsor. Balikpapan:
Tropenbos International Indonesia Programme.
36
Gultom, Agustina Boru. (2012). Pengaruh Pengetahuan dan Sikap Terhadap
Kesiapsiagaan Tenaga Kesehatan Puskesmas Kampung Baru
Menghadapi Bencana Banjir di Kecamatan Medan Maimun. Tesis.
Medan: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara
Hidayat, A.A.. (2014). Metode penelitian keperawatan dan teknis analisis data.
Jakarta : Salemba Medika
37
WHO. (2017). WHO FLOODS. Dari World Health Organization: diakses tanggal
20 Mei 2020
Lampiran 1
38
Lampiran 2
39
Lampiran 3
40
Lampiran 4
41
Website :http://www.umgo.ac.id/Email : info@umgo.ac.id Tlp./fax(0435) 881135881136
Kepada
Yth Calon Responden Penelitian
Di –
Tempat
Dengan Hormat,
Saya yang bertandatangan di bawah ini adalah mahasiswa Program Studi
S1 Keperawatan Universitas Muhammadiyah Gorontalo
NIM : C01417134
Akan melaksanakan penelitian dengan judul “Hubungan Pengetahuan
Masyarakat Tentang Mitigasi Bencana Dengan Kejadian Bencana Banjir Di Desa
Mohungo Kecamatan Tilamuta”. Penelitian ini tidak menimbulkan akibat yang
merugikan bagi semua responden. Kerahasiaan responden akan dijaga dan hanya
akan digunakan untuk kepentingan penelitian. Apabila responden menyetujui maka
mohon kesediannya untuk mengisi dan menandatangani lembar persetujuan
menjadi responden.
Atas perhatian dan ketersediaannya, sebagai responden. Peneliti
mengucapkan terimakasih.
Gorontalo, Juli 2021
Peneliti
Nurmalia R. Mantu
42
Lampiran 5
(……………………..)
43
Lampiran 6
LEMBAR KUESIONER
(Hubungan Pengetahuan Masyarakat Tentang Mitigasi Bencana Dengan
Kejadian Bencana Banjir Di Desa Mohungo Kecamatan Tilamuta)
A. Identitas Responden
Nama/Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir :
No. Tlpon/WA :
Petunjuk Pengisian Kuesioner
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini dengan teliti, kemudian
beri tanda checklist (√) pada jawaban yang sesuai dengan pilihan anda.
Keterangan
B : Benar
S : Salah
B. Kuesioner Pengetahuan Tentang Mitigasi Bencana
Jawaban
No. Pernyataan
Benar Salah
1. Mitigasi bencana merupakan serangkaian upaya untuk
mengurangi resiko bencana banjir.
2.
Upaya mitigasi bencana banjir dibagi menjadi 3 yaitu,
upaya mitigasi non struktural, struktural, dan
peningkatan peran serta masyarakat
3. Melaksanakan perencanaan logistik dan penyediaan
dana, peralatan dan material yang di perlukan untuk
kegiatan/upaya tanggap darurat termasuk upaya
dalam mitigasi bencana banjir
44
4. Pembangunan tembok penahan dan tanggul di
sepanjang sungai, tembok laut sepanjang pantai
yang rawan badai atau tsunami akan sangat
mengurangi bencana banjir pada tingkat debit banjir.
5. Pengerukan sungai, pembuatan seutan sungai baik
secara saluran terbuka maupun tertutup atau
terowongan dapat membantu mengurangi terjadinya
banjir
6.
Penyebab banjir yaitu dengan tidak membuang
sampah/limbah padat ke sungai, saluran dan sistem
drainase
7. Membangun jembatan dan atau bangunan yang
menghalangi atau mempersempit palung aliran
sungai dapat mencegah banjir
8.
Melakukan penggundulan hutan di daerah tangkapan
air dapat mencegah/mengurangi terjadinya bencana
banjir.
9. Melakukan praktek pertanian dan penggunaan lahan
yang bertentangan dengan kaidah kaidah konservasi
air dan tanah
10.
setiap keluarga sebaiknya memiliki peralatan
penyelamatan dan evakuasi sederhana untuk
mengantisipasi bila terjadi resiko bencana.
(Sumber : Mantu, 2021)
51
C. Kuesioner Tentang Bencana Banjir
Petunjuk pengisian
Jawablah pertanyaan dibawah ini sesuai dengan pengetahuan yang
saudara/I miliki dengan memberikan tanda checklist (X) pada pilihan
jawaban di bawah ini.
1. Bencana alam merupakan fenomena alam yang luar biasa yang
menyebabkan korban jiwa, lingkungan, dan tidak dapat diatasi oleh
masyarakat.
a. Benar
b. Salah
2. Menghindari atau mengurangi resikko dan mempersiapkan diri untuk
melakukan uapaya tanggap darurat yang efektif adalah bentuk
kesiapsiagaan.
a. Benar
b. Salah
3. Banjir merupakan bencana alam yang disebakan oleh factor manusia
a. Benar
b. Salah
4. Mengurangi bahaya yang terjadi akibat bencana banjir dengan
serangkaian upaya-upaya yang dilakukan secara cepat dan tepat
merupakan tujuan utama kesiapsiagaan terhadap bencana banjir.
a. Benar
b. Salah
5. Pengadaan pemantauan secara tehnis untuk mengevaluasi dan
merencanakan pemulihan kondisi masyarakat merupakan factor utama
yang menentukan area mana yang harus diberikan prioritas yang
pertama untuk dilakukan Tindakan.
a. Benar
b. Salah
6. Kerusuhan politik merupakan kasus yang disebakan oleh bencana
banjir dengan tingkat ancaman dan resiko yang tinggi.
a. Benar
b. Salah
7. Bencana banjir yang parah dapat menyebabkan berbagai penyakit
52
seperti diare, thypus, penyakit kulit dan kanker.
a. Benar
b. Salah
8. Makanan yang telah terkontaminasi dengan air banjir, yang telah basi,
atau yang telah jamuran dapat menyebabkan keracunan dan penyakit
perut
a. Benar
b. Salah
9. Panel listrik tidak perlu dimatikan saat banjir terjadi
a. Benar
b. Salah
10. Untuk menghindari resiko bencana banjir yang tinggi, sebaiknya kita
tetap menunggu di dalam rumah.
a. Benar
b. Sala
Selamat Mengerjakan
53