Anda di halaman 1dari 32

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kondisi hipertensi atau penyakitn darah tinggi merupakan penyakit. degeneratif
atau tidak menular yang kasusnya sebagai penyumbang angka kesakitan dan kematian
di masyarakat. Tekanan darah tinggi tidak terkontrol dengan baik menyebabkan tekanan
darah tinggi, hipertensi adalah penyakit yang berbahaya karena jika penyakit hipertensi
tidak dapat terkontrol dapat menyebabkan komplikasi berbahaya seperti penyakit jantung
koroner, gangguan pada mata dan penyakit ginjal hal ini menyebabkan hipertensi
menjadi satu akibat kematian tertinggi di dunia (Abidin, 2020).

Menurut Word Health Organization (WHO) Hipertensi mempengaruhi


26,4% dari populasi global, sekitar 972 juta di seluruh dunia. Prevalensi di Eropa
Barat adalah 44% dan di Amerika Utara 28%. Pada tahun 2050 ke depan,
diproyeksikan sekitar 87 persen penduduk akan terkena hipertensi. Persentase
hipertensi saat ini tertinggi di negara berkembang. Menurut WHO pada tahun
2020 sebanyak 1,56 miliar orang dewasa di dunia akan hidup dengan hipertensi.
Hipertensi membunuh hampir 8 miliar orang setiap tahun dan hampir 1,5 juta
orang setiap tahun di kawasan Asia Timur-Selatan. Wilayah Asia Tenggara 36%
orang dewasa menderita hipertensi. WHO memperkirakan sekitar tiga kali lipat
peningkatan kasus hipertensi akan terjadi pada tahun 2050, terutama di negara
berkembang, dari 639 juta kasus pada tahun 2000 menjadi 1,15 miliar pada
tahun 2025 dan 3,45 miliar pada tahun 2050. (Meriyani, 2020).
Prevalensi penderita hipertensi di Indonesia diperkirakan mencapai 15 juta
orang tetapi hanya 4% yang mengalami hipertensi. Prevalensi hipertensi di
Indonesia sebesar 25,8% dari total penduduk per orang dan meningkat menjadi
34,1% pada tahun 2018 (Sunandar, 2020). Prevalensi hipertensi di Gorontalo
berdasarkan hasil pengukuran pada usia 18 tahun adalah 29,0%, tertinggi di
Kabupaten Gorontalo (41,0%), diikuti oleh Bone Bolango (29,7%), Kota
Gorontalo (22,2%), Gorontalo Utara ( 22,1%) dan Pohuwato (20,1%). Catatan
BPDANP ini menunjukkan bahwa penderita hipertensi masih sangat tinggi (Profil
Kesehatan Provinsi Gorontalo, 2020). Pada tahun 2021, antara bulan Januari
hingga April, angka kejadian hipertensi di Desa Timbuolo Tengah mencapai 31
orang. Dampak terburuk dari hipertensi adalah kematian karena hipertensi
bersifat multifaktorial atau tidak dapat dijelaskan hanya dengan satu mekanisme
tunggal. Beberapa faktor patofisiologi yang mempengaruhi terjadinya hipertensi
adalah peningkatan sistem saraf simpatis, peningkatan hormon retensi natrium
dan vasokonstriktor, asupan natrium yang tinggi, asupan kalium dan kalsium
yang tidak adekuat, peningkatan sekresi renin mengakibatkan peningkatan
angiotensin II dan aldosteron, kurangnya vasodilator seperti oksida nitrat. dan
prostasiklin. , diabetes mellitus, resistensi insulin, obesitas (Kitt et al, 2019).
Selain itu, faktor risiko dapat mempengaruhi peningkatan prevalensi hipertensi
yaitu faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan faktor risiko yang dapat
dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah riwayat keluarga
hipertensi, jenis kelamin, usia di atas 65 tahun dan adanya penyakit seperti
diabetes atau penyakit ginjal. Sedangkan faktor risiko yang dapat dimodifikasi
adalah gaya hidup termasuk pola makan yang tidak sehat seperti diet tinggi
garam dan kolesterol, rendahnya asupan buah dan sayuran, aktivitas fisik yang
rendah, konsumsi alkohol dan tembakau, tingkat stres dan kelebihan berat badan
atau obesitas, faktor risiko Kondisi yang dapat dimodifikasi ini dapat dihindari
dengan perhatiannkeluarga (WHO, 2019).
Dampak tugas kesehatan keluarga pada penderita hipertensi belum
terlaksana secara optimal, dibuktikan dengan hipertensi semakin meningkat
setiap tahunnya, penyebab peningkatan hipertensi adalah gaya hidup dan
kesehatan yang tidak terkontrol dengan baik, keluarga memiliki belum mampu
mengenali masalah kesehatan yang terjadi pada anggota keluarga lainnya,
keluarga belum mampu mengambil keputusan jika salah satu anggota keluarga
mengalami hipertensi, keluarga belum mampu merawat anggota keluarga lainnya
dengan baik ketika sakit, keluarga tidak dapat mengubah dan memperbaiki
lingkungan
Upaya pemerintah mengatasi hipertensi yaitu ditetapkannya program GERMAS
merupakan gerakan pembangunan dan peningkatan kesehatan yang bertujuan
meningkatkan kesadaran, kemampuan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang
untuk mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Tujuan i
GERSMAS adalah meningkatkan pencegahan penyakit dan deteksi dini (pemeriksaan
kesehatan secara rutin). Untuk itu ditawarkan suatu hal baru berupa model pendekatan
keluarga yang berbasis pada pelaksanaan gerakan masyarakat sehat menuju perubahan
derajat kesehatan pada penderita hipertensi, mengingat GERMAS merupakan tindakan

2
sistematis dan terencana yang dilakukan dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan
berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup (Widarti et al, 2010). 2020).
Keluarga merupakan penjaga kesehatan pertama, dimana sebuah keluarga
mampu menjadi pengaruh bagi anggota keluarga lainnya dalam kesehatan keluarga.
Fungsi pelayanan kesehatan adalah suatu fungsi dalam keluarga dengan
menitikberatkan pada aspek kesehatan keluarga yang terjadi akibat interaksi dan pola
perkembangan keluarga dan hal ini akan tercipta dengan baik di dalamnya untuk
pengambilan keputusan terhadap suatu masalah kesehatan. Dari fungsi tersebut untuk
menjaga kesehatan keluarga agar dapat mempertahankan produktivitas yang tinggi dan
kemampuan keluarga dalam mengelola kesehatan keluarga dan individu (Abidin, 2020).
keluarga memiliki kebiasaan hidup yang tidak sehat dan keluarganya tidak mampu
melaksanakan tugas kesehatan sehingga anggota keluarga tetap menjalani gaya hidup
yang dapat menyebabkan hipertensi. Dalam hal ini, keluarga merupakan salah satu kunci
utama penyelesaian masalah hipertensi di masyarakat. Keluarga memiliki lima tugas
kesehatan yang harus dilaksanakan oleh keluarga yang meliputi tugas mengenali
masalah kesehatan, memutuskan penyelesaian masalah kesehatan, merawat anggota
keluarga yang sakit, memodifikasi lingkungan agar tetap nyaman, memanfaatkan fasilitas
kesehatan. Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas kesehatan
mengakibatkan keluarga terus menjalani gaya hidup yang dapat menyebabkan hipertensi
(Kurniawan, 2018).
Penelitian yang dilakukan oleh Sunandar dan Suheti (2020) hasil penelitian
menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara pelaksanaan tugas
kesehatan keluarga dengan tekanan darah anggota keluarga. Dari hasil penelitian
disarankan bagi keluarga agar melaksanakan tugas kesehatan keluarga dengan sebaik-
baiknya, dengan cara setiap anggota keluarga memberikan perhatian, bantuan dan
dorongan atau dengan kata saling mendukung antara yang satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan peneliti di lokasi penelitian yaitu 5
orang dari Desa Timbuolo Tengah, sebanyak 30% masyarakat memiliki pekerjaan
sebagai petani dan 45% sebagai kuli bangunan, berdasarkan observasi bahwa
peningkatan hipertensi di masyarakat Desa Timbuolo Tengah disebabkan oleh kesehatan
masyarakat yang tidak terkontrol. nah karena masyarakat lebih fokus pada pekerjaannya,
kurangnya perhatian dari keluarga terhadap kesehatan penderita hipertensi seperti tidak
mengetahui bahwa pasien menderita hipertensi, tidak segera mengambil keputusan agar
pasien segera diperiksakan, tidak menemani pasien melakukan pemeriksaan, tidak
mengingatkan pasien memperhatikan makanan, tidak ada inisiatif keluarga untuk
membenahi lingkungan rumah agar penderita hipertensi betah di rumah dan tidak
menawarkan penderita hipertensi untuk memeriksakan kesehatannya di Puskesmas

3
membuat hipertensi yang diderita tidak terkontrol dengan baik. Berdasarkan uraian latar
belakang diatas maka peneliti tertarik melakukan penelitian tentang “Hubungan Tugas
Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi Di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan
Botupingge Kabupaten Bone Bolango”.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat
diidentifikasi dalam penelitian ini adalah:

1. Di Desa Timbuolo Tengah kejadian hipertensi tahun 2021 antara Januari-April telah
mencapai 31 pasien.

2. Kematian karena hipertensi menempati urutan yang lebih tinggi dibandingkan


penyebab lainnya.

3. Bahaya hipertensi yang tidak terkontrol dapat menimbulkan komplikasi yang


berbahaya, seperti penyakit jantung koroner, stroke, ginjal dan gangguan
penglihatan.

1.3 Rumusan Masalah


Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan masalah
penelitian yaitu. “Apakah ada hubungan antara tugas kesehatan keluarga dengan
kejadian hipertensi di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone
Bolango?”

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan tugas kesehatan keluarga dengan
kejadian hipertensi di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone
Bolango.
1.4.2 Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi usia, jenis kelamin dan pendidikan responden di Desa
Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
2. Untuk mengidentifikasi tugas kesehatan Desa Timbuolo Tengah Kecamatan
Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
3. Untuk mengidentifikasi kejadian hipertensi di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan
Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
4. Untuk menganalisis hubungan tugas kesehatan keluarga dengan kejadian
hipertensi di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone
Bolango.

4
1.4 Manfaat Penelitian
1.4.1 Manfaat Teoretis
Penelitian ini dapat menjadi informasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan
(akademik) dan teknologi serta dapat diterapkan dalam asuhan profesional.
1.4.2 Manfaat Praktis

1. Bagi Pemerintah dan Pemerintah Desa


Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pihak terkait seperti
Pemerintah Desa, Dinas Kesehatan, Puskesmas dan keluarga dapat terjalin
kerjasama di bidang kesehatan untuk meminimalisir penderitaan hipertensi.
2. Bagikan Pendidikan
Penelitian minimal dapat bermanfaat bagi perawat dan mahasiswa dalam
melaksanakan asuhan keperawatan kepada pasien hipertensi.
3. Bagi Peneliti Selanjutnya
Penelitian ini menambah pengetahuan dalam melakukan praktik keperawatan
dan sebagai sumber referensi penelitian selanjutnya, dengan menambahkan
variabel penelitian seperti aktivitas fisik.

5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Hipertensi


2.1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi merupakan penyakit yang mematikan. Padahal, hipertensi tidak
bisa langsung membunuh penderitanya karena hipertensi memicu terjadinya
penyakit lain yang tergolong berat dan mematikan serta dapat meningkatkan
risiko gagal jantung, stroke, dan gagal ginjal. Hipertensi, penyakit tekanan darah
tinggi, adalah kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah
pada dinding arteri. Kondisi ini menyebabkan jantung bekerja lebih keras untuk
mengedarkan darah ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah. Tekanan darah
saat jantung berkontraksi atau berdenyut untuk memompa darah. Saat istirahat,
sistolik dikatakan normal jika nilainya 100/140 mmHg, sedangkan diastolik
dikatakan normal jika berada pada nilai 60-90 (Fathoni, 2020).
Hipertensi adalah suatu kondisi gangguan hemodinamik yang terjadi pada
aliran dan pembuluh darah yang umum terjadi di masyarakat tanpa disadari akan
menjadi suatu kondisi yang mampu menimbulkan penyakit serius yang
berdampak signifikan terhadap derajat kesehatan setiap individu. Resistensi
terhadap pemompaan darah dan akibatnya meningkatkan beban kerja jantung
dan arteri yang jika terus berlanjut dapat mengakibatkan kerusakan serius pada
jantung dan pembuluh darah. Kondisi seperti ini dapat terjadi karena
ketidaktahuan dalam pengaturan hidup sehat yaitu dari bentuk pola hidup yang
tidak sehat, adanya pengobatan hipertensi yang tidak teratur dan lengkap, serta
penyakit penyerta lainnya yang menjadikan kejadian hipertensi dan atau status
hipertensi. hipertensi lebih tinggi (Ferawati, 2020). ).
2.1.2 Etiologi Hipertensi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi disebabkan oleh beberapa faktor
yang saling mempengaruhi secara kuat. Kondisi setiap orang tidak sama
sehingga faktor penyebab hipertensi pada setiap orang sangat banyak. Berikut
ini adalah faktor-faktor penyebab hipertensi secara umum. Salah satu hal tentang
tubuh kita adalah kita akan mudah menderita hipertensi (Supriati, 2020):
1. Racun
Racun adalah produk limbah yang harus dibuang karena beracun. Dalam
keadaan normal, hati kita akan mengeluarkan produk limbah melalui saluran
usus dan kulit. Sedangkan ginjal membuang sisa-sisa limbah melalui saluran
kemih atau kandung kemih.
2. Faktor Genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga
dengan orang tua hipertensi dan berisiko dua kali lebih besar menderita
hipertensi dibandingkan individu yang tidak memiliki riwayat keluarga
hipertensi atau tekanan darah. Ada baiknya mulai sekarang kita periksa
riwayat kesehatan keluarga agar bisa diantisipasi pencegahan.
a. Usia
Kepekaan terhadap hipertensi akan meningkat dengan bertambahnya
usia seseorang, individu yang berusia diatas 40 tahun tekanan sistolik
meningkat rata-rata 20 mmHg dan terus meningkat, 50-60% memiliki
tekanan darah lebih besar atau sama dengan 140/0 mmHg. Inilah efek
degenerasi yang terjadi pada orang yang bertambah tua. Proses
penuaan merupakan wajar yang tidak bisa kita hindari. Namun, menjadi
tua dengan tetap sehat adalah sesuatu yang bisa kita coba sejak awal.
Kesehatan adalah anugerah paling berharga bagi hidup kita selain iman.
b. Jenis kelamin
Setiap jenis kelamin memiliki struktur organ dan hormon yang berbeda.
Begitu juga untuk wanita dan pria. Berkenaan dengan hipertensi atau
tekanan darah, pria memiliki risiko lebih tinggi terkena hipertensi dini, pria
juga memiliki risiko morbiditas dan mortalitas kardiovaskular yang lebih
besar. Sementara itu, wanita biasanya rentan terkena hipertensi atau
tekanan darah saat berusia di atas 50 tahun. Sangat penting bagi kita
untuk menjaga kesehatan sejak dini. Terutama mereka yang memiliki
riwayat keluarga atau riwayat penyakit keluarga.
c. Etnis
Setiap etnis memiliki kekhasan masing-masing yang menjadi ciri khas
dan perbedan satu sama dengan lainnya. Hipertensi atau tekanan darah
lebih banyak pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih.
Pada orang kulit hitam ditemukan kadar rennin lebih rendah dan sensitif
terhadap vasofresin yang lebih besar.

7
d. Stres
Stres akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan curah
jantung sehingga menstimulasi aktivitas saraf simpatetik. Stres yang
dialami seseorang akan meningkatkan saraf simpatetis akan memicu
kerja jantung dan menyebabkan peningkatan tekanan darah.
e. Kegemukan
Penelitian epidemiologi menyebutkan adanya hubungan antara berat
badan dengan tekanan darah baik pasien hipertensi maupun normotensi.
Pada populasi yang tidak ada peningkatan berat badan seiring umur,
tidak dijumpai peningkatan tekanan darah sesuai peningkatan umur.
sangat mempengaruhi peningkatan tekanan darah adalah kegemukan
pada tubuh bagian atas dengan peningkatan jumlah lemak pada bagian
perut atau kegemukan terpusar.
f. Nutrisi
Sodium adalah penyebab penting terjadinya hipertensi primer. Asupan
garam tinggi akan menyebabkan pengeluaran berlebihan dari hormon
natriouretik yang secara tidak langsung akan meningkatkan tekanan
darah. Asupan garam tinggi dapat terdeteksi yaitu lebih dari 14 gram
perhari atau jika dikonversi kedalam takaran sendok makan adalah lebih
dari 2 sendok makan. bukan berarti kita makan garam 2 sendok perhari
tetapi garam tersebut terdapat dalam makanan-makanan asin atau gurih
yang kita makan setiap harinya.
g. Merokok
Merokok menjadi salah satu faktor resiko hipertensi atau tekanan darah
yang dapat dimodifikasi. Merokok adalah faktor resiko yang potensial
untuk ditiadakan dalam upaya melawan arus peningkatan tekanan darah
khusunya dan penyakit kardiovaskuler secara umum di Indonesia.
h. Narkoba
Komponen zat aditif dalam narkoba juga akan memicu peningkatan
tekanan darah. Penyakit kecanduan narkoba kelihatanya sepele sangat
mematikan. Efek buruk yang ditimbulkan sangatlah besar. Adanya
banyak pihak, terutama generasi muda yang akan beralasan
menggunakan narkoba dengan alasan life style dan pergaulan, akan

8
tetapi mereka tidak mengerti bahwa itu adalah hidup sehat dan terbebas
dari kematian sia-sia.
i. Alkohol
Penggunaan alkohol secara berlebihan juga akan memicu tekanan
darah seseorang. Selain tidak bagus bagi tekanan darah kita, alkohol
juga membuat kita kecanduan yang akan sangat menyulitkan untuk
lepas. Menghentikan kebiasaan mengkonsumsi alkohol sangatlah baik,
tidak hanya bagi hipertensi tetapi juga untuk kesehatan kita secara
keseluruhan.
j. Kafein
Kopi adalah bahan minuman yang banyak mengandung kafein. Demikian
pula dengan teh walapun kandungan nya tidak banyak dari kopi.
Kandungan kafein selain tidak baik pada tekanan darah dalam jangka
panjang, pada orang tertentu juga menimbulkan efek yang tidak baik
seperti tidak bisa tidur, jantung berdebar-debar, sesak nafas, dll.
k. Kurang Olahraga
Zaman modern seperti ini, banyak kegiatan yang dapat dilakukan
dengan cara cepat dan praktis, sehingga secara otomatis tubuh akan
tidak mudah bergerak. Selain itu, dengan adanya kesibukan yang luar
biasa, manusia pun merasa tidak punya waktu untuk olahraga.
Akibatnya, kondisi inilah yang memicu kolesterol dan juga adanya
tekanan darah yang terus menguat sehingga memunculkan tekanan
darah atau hipertensi.
l. Kolesterol Tinggi
Kandungan lemak yang berlebihan dalam darah dapat menyebabkan
timbulnya kolesterol pada dinding pembuluh darah. Hal ini dapat
membuat pembuluh darah menyempitkan akibatnya tekanan darah akan
meningkat.
2.1.3 Klasifikasi Hipertensi
Menurut World Health Organization (WHO dalam Fathoni, 2020) klasifikasi
tekanan darah pada orang dewasa dibagi menjadi kelompok hipertensi, normal,
prehipertensi, hipertensi derajat 1, hipertensi derajat 2, dan hipertensi tingkat

9
darurat.Tabel 1. Klasifikasi Tekanan Darah Menuru t WHO
Kategori Tekanan Sistolik (mmHg) Tekanan Diastol (mmHg)
Hipotensi <90 <60
Normal 90-119 60-79
Prehipertensi 120-139 80-89
Hipertensi derajat I 140-159 90-99
Hipertensi derajat II 160-179 100-109
Hipertensi derajat III ≥ 180 ≥ 110
Hipertensi Sistolik terisolsi ≥ 190 < 90
Sumber : (WHO dalam Fathoni, 2020)

2.1.4 Patofisiologi hipertensi


Mekanisme yang mengontrol kontraksi dan relaksasi pembuluh darah terletak di
pusat vasomotor, di medula otak. Dari pusat vasomotor ini dimulai di saraf simpatis yang
terus menuruni medula spinalis dan keluar dari koma medula spinalis ke ganglia simpatis
thoraks dan abdomen. Stimulasi pusat vasomotor disampaikan dalam bentuk impuls
yang berjalan ke bawah melalui sistem saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini,
neuron preganglionik melepaskan asetilkolin, yang merangsang serabut saraf
postganglionik ke pembuluh darah, di mana pelepasan nerpepinefrin menyebabkan
pembuluh darah menyempit. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsangan vasokonstriksi. Individu
dengan hipertensi sangat sensitif terhadap norepinefrin, meskipun tidak jelas mengapa
hal ini terjadi. Pada saat yang sama sistem saraf simpatis merangsang pembuluh darah
sebagai respons terhadap rangsangan emosional, kelenjar adrenal juga dirangsang,
menghasilkan aktivitas vasokonstriksi tambahan. Korteks adrenal mensekresi kontison
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respon vasokonstriktor pembuluh darah,
menyebabkan vasokonstriksi yang mengakibatkan pelepasan renin. Renin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu
vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang pemilihan aldosteron oleh korteks
adenal. Hormon ini menyebabkan retensi natrium dan air di tubulus ginjal, yang
menyebabkan peningkatan volume intravaskular. Semua faktor ini cenderung memicu
hipertensi. Untuk pertimbangan gerontologi. Pembuluh struktural dan fungsional dari
sistem vaskular perifer bertanggung jawab atas perubahan tekanan darah pada orang
tua. Perubahan ini termasuk aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan
penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya mengurangi
distensi dan kekuatan pembuluh darah. Akibatnya, aorta dan arteri besar berkurang
kemampuannya untuk menampung volume darah yang dipompa oleh jantung,
mengakibatkan penurunan curah jantung dan peningkatan resistensi perifer (Padila, 2012
dalam Fathoni, 2020).
2.1.5 Kriteria ipertensi

10
Tekanan darah umumnya diukur dengan menggunakan manometer air raksa
yang dinyatakan sebagai rasio sistolik terhadap diastolik, misalnya 120/70 mmHg. Kriteria
warga desa menurut Cahawaty (2018) adalah:
1. Normal, jika hasil pengukuran sistolik <130 dan diastolik <85 mmHg.
2. Hipertensi ringan, jika hasil pengukuran sistolik 131-159 dan diastolik 86-99 mmHg.
3. Hipertensi sedang, jika hasil pengukuran sistolik 160-179 dan diastolik 100-
109nmmHg.
4. Hipertensi berat, jika hasil pengukuran sistolik 180-209 dan diastolik 110-
119nmmHg.
2.1.6 Gejala klinis hipertensi
Hipertensi tidak memiliki gejala yang spesifik. Secara fisik, penderita hipertensi
juga tidak menunjukkan kelainan apapun. Gejala hipertensi cenderung menyerupai gejala
atau keluhan kesehatan pada umumnya sehingga sebagian orang tidak menyadari
bahwa dirinya menderita hipertensi. Gejala umum yang terjadi pada penderita hipertensi
antara lain jantung berdebar-debar, pandangan kabur, sakit kepala disertai rasa berat di
tengkuk, kadang disertai mual dan muntah, gelisah, nyeri di dada, mudah lelah, wajah
memerah. , dan mimisan. Hipertensi berat biasanya disertai komplikasi dengan beberapa
gejala antaranya gangguan penglihatan, gangguan saraf, gangguan jantung, dan
gangguan serebral (otak). Gangguan serebral ini dapat menyebabkan kejang dan
pendarahan pada pembuluh darah otak, kelumpuhan, gangguan kesadaran, bahkan
koma. Kumpulan gejala tergantung pada seberapa tinggi tekanan darah dan berapa lama
tekanan darah tinggi dikendalikan dan tidak mempertahankan pengobatan. Selain itu,
gejala tersebut juga menunjukkan komplikasi akibat hipertensi yang mengarah pada
penyakit lain, seperti penyakit jantung, stroke, penyakit ginjal dan gangguan penglihatan
(Yanita, 2017 dalam Soleha, 2021).
2.1.7 Komplikasi hipertensi
Jika seseorang mengalami tekanan darah maka ia akan mengalami komplikasi
penyakit lain, (Padila, 2012 dalam Fathoni, 2020) seperti:
1. Ginjal
2. Merusak kinerja otak
3. Merusak kinerja jantung
4. Kerusakan Mata
5. Resistensi pembuluh darah
Tekanan darah tinggi dapat menyebabkan gagal jantung dan penyakit jantung
koroner. penderita hipertensi, beban kerja jantung akan meningkat, dan jantung akan
rileks dan mengurangi elastisitasnya. Akibatnya, jantung tidak mampu lagi memompa
sehingga banyak cairan di paru-paru dan jaringan tubuh lainnya yang bisa menyebabkan

11
sesak napas. Komplikasi di otak, meningkatkan risiko stroke, jika tidak diobati, risiko
stroke 7 kali lebih besar. Tekanan darah tinggi juga menyebabkan kerusakan ginjal,
tekanan darah tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada sistem penyaringan di ginjal,
akibatnya semakin lama ginjal tidak mengeluarkan zat-zat yang tidak dibutuhkan oleh
tubuh yang masuk melalui aliran darah dan menumpuk di ginjal. tubuh. Pada mata
hipertensi dapat menyebabkan retinopati hipertensif dan dapat menyebabkan kebutaan
(Wulandari, 2018).
2.1.8 Penatalaksanaan hipertensi
Pengobatan dapat dilakukan dengan pengobatan tradisional dan modern.
Tujuannya agar tidak terjadi komplikasi dan dampak yang lebih serius bagi
kesehatan (Yekti, 2016 dalam Fathoni, 2020).
1. Obat Tradisional (non farmakologi)
Perawatan ini menggunakan bahan-bahan alami yang ada di sekitar kita.
Perawatan ini tidak memiliki efek samping tetapi perawatan ini tidak bisa
langsung dilakukan, dibutuhkan kesabaran, kesabaran dan manfaat yang
baru atau terlihat jangka panjang. Bahan-bahan alami yang sudah tidak
asing lagi dan terbukti ampuh mengobati tekanan darah yaitu mengkudu
(morinda citrifolia), daun salam (syzigium polyanthum), rumput laut
(laminajaponica), mentimun (cucumis sativus), dan temulawak (curcuma
aeruginoa roxb).

2. Pengobatan modern (farmakologi)


Perawatan ini menggunakan obat-obatan kimia, biasanya obat ini ditangani
dan diawasi oleh dokter setelah pasien tekanan darah menjalani
serangkaian proses pemeriksaan. Namun untuk pemakaian dan
penggunaannya harus dengan resep dan pengawasan dokter, mengingat
ada efek samping dan indikasi tertentu hanya dipahami oleh dokter yaitu
diuretik thiazide merupakan obat pertama yang diberikan oleh sistem saraf
simpatis untuk mengatasi tekanan darah, bisa juga membantu ginjal
membuang garam dan air. penghambat air dan adrenergik yang
menghalangi efek sistem saraf simpatik, obat hipertensi termasuk kaptopril,
amlodipin.

2.2 Konsep Keluarga


2.2.1 Pengertian Keluarga

12
Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat terdiri dari kepala keluarga dan
beberapa orang yang berkumpul dan tinggal dalam satu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Keluarga adalah ikatan atau persekutuan hidup
atas dasar perkawinan antara orang dewasa berlainan jenis kelamin yang hidup bersama
atau seorang laki-laki atau perempuan yang seorang diri dengan atau tanpa anak, baik
anak sendiri maupun anak angkat dan hidup dalam suatu rumah tangga (Padila, 2012). .
di Simamora, 2020).
Keluarga adalah perkumpulan dua individu lebih yang terikat oleh hubungan darah,
perkawinan atau adopsi dan setiap anggota keluarga selalu berinteraksi satu sama lain.
Keluarga adalah ikatan atau persekutuan hidup atas dasar perkawinan antara orang
dewasa yang berbeda jenis kelamin yang hidup bersama atau seorang pria atau seorang
wanita yang sendirian dengan atau tanpa anak, baik anak-anaknya sendiri atau diadopsi
dan hidup dalam suatu rumah tangga. Keluarga adalah sekelompok orang yang memiliki
ikatan perkawinan, kelahiran dan adopsi yang bertujuan untuk menciptakan, memelihara
budaya dan meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional dan sosial setiap
anggota keluarga (Friedman, 2013 dalam Toleu, 2020).
Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami, istri, dan
anak-anak yang memiliki ikatan yang sangat erat dan saling berhubungan untuk
mencapai suatu tujuan. Dalam masa tumbuh kembang anak, diperlukan interaksi yang
baik antara orang tua dan anak. Interaksi yang baik ditentukan oleh kualitas pemahaman
orang tua dan anak untuk mencapai keinginan sebuah keluarga (Soetjiningsih, 2012
dalam Simamora, 2020).

2.2.2 Fungsi keluarga


Dalam kehidupan sehari-hari, ada beberapa peran keluarga yang dapat kita amati,
(Padila, 2012 dalam Toleu, 2020) yaitu:

1. Fungsi pendidikan adalah mempersiapkan kedewasaan dan masa depan keluarga,


khususnya anak-anak.

2. Fungsi proteksi, yaitu mencegah agar seluruh anggota keluarga merasa aman dan
nyaman.

3. Fungsi biologis, adalah untuk dapat meneruskan generasi, berbagi cinta dan kasih
sayang antar keluarga.

4. Fungsi sosialisasi adalah mempersiapkan anggota keluarga, terutama anak-anak,


menjadi anggota masyarakat yang baik.

13
5. Fungsi agama adalah untuk menginformasikan dan mengajak anggota keluarga
melalui kepala keluarga untuk menanamkan agama yang mengatur kehidupan hari
ini dan masa yang akan datang.

6. Fungsi ekonomi, adalah mencari pendapatan dan mengelola pendapatan sedemikian


rupa untuk memenuhi keinginan keluarga.

Menurut Dion (2013 dalam Toleu, 2020) ada tiga fungsi utama keluarga terhadap
anggota keluarga, yaitu:

1. Cinta

Yaitu memberikan kasih sayang, perhatian, keamanan, kehangatan kepada anggota


keluarga sehingga memungkinkan mereka untuk tumbuh dan berkembang sesuai
dengan usia dan kebutuhannya.

2. Asuh

Yaitu terhadap kebutuhan akan pengasuhan dan pengasuhan anak agar


kesehatannya selalu terjaga, sehingga diharapkan menjadi anak-anak secara fisik,
mental, sosial dan spiritual.

3. Pertajam

Yaitu untuk memenuhi kebutuhan pendidikan anak, agar mereka siap menjadi orang
dewasa yang mandiri dalam mempersiapkan masa depan.
2.2.3 Peranan Keluarga
Peran keluarga dapat diamati dari sikap, sifat dan aktivitas interpersonal yang
berhubungan dengan individu dalam posisi atau situasi khusus. Berbagai peran yang ada
dalam keluarga (Padila, 2012 dalam Simamora, 2020) adalah peran ayah, peran ibu, dan
peran anak.

1. Peran ayah

Ayah sebagai suami bagi istri dan ayah bagi anak, berfungsi sebagai kepala
keluarga, pencari nafkah, pembimbing, pelindung, pemberi rasa aman dan nyaman,
serta sebagai anggota lingkaran sosial.

2. Peran ibu

Ibu sebagai istri dan ibu dari anak-anak, memiliki peran untuk mengurus rumah
tangga, pelindung dan anggota lingkaran sosial, sebagai pengasuh dan pembimbing
bagi bayinya, dan juga dapat berfungsi sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.

3. Peran anak

14
Anak melakukan peran psikososial sesuai dengan tingkat kemajuannya, baik secara
fisik, sosial, spiritual, dan psikologis.

2.2.4 Tipe Keluarga


Pembagian jenis keluarga tergantung pada konteks ilmiah dan orang-orang yang
mengelompokkannya. Secara tradisional, keluarga dikelompokkan menjadi dua (Dion
dan Betan, 2013 dalam Simamora, 2020), yaitu:

1. Keluarga inti adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu, dan anak yang
diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya.

2. Keluarga besar adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih
memiliki hubungan darah (kakek, nenek, paman-bibi).

Dion dan Betan (Simamora, 2020), menyatakan bahwa dengan berkembangnya


peran individu dan meningkatnya rasa individualisme, pengelompokan tipe keluarga
selain dua di atas berkembang menjadi:

1. Keluarga yang dibentuk kembali (Dyadic family) adalah keluarga baru yang terbentuk
dari pasangan yang telah bercerai atau kehilangan pasangannya.

2. Keluarga dengan orang tua tunggal adalah keluarga yang terdiri dari satu orang tua
dengan anak karena perceraian atau penelantaran pasangannya.

3. Ibu dengan anak di luar nikah (ibu remaja yang belum menikah)

4. Orang dewasa (laki-laki atau perempuan) yang hidup sendiri tanpa pernah menikah
(Orang dewasa lajang yang hidup sendiri).

5. Keluarga dengan anak-anak tanpa pernikahan sebelumnya (keluarga kumpul kebo


heteroseksual non-militer).

6. Keluarga yang dibentuk oleh pasangan sesama jenis (keluarga gay dan lesbian).

2.2.5 Jenis Dukungan Keluarga


Menurut Friedman dalam (Santika, 2018) ada berbagai bentuk sumber dukungan
keluarga seperti:

1. Dukungan informasi

Dukungan informasional adalah keluarga yang berfungsi sebagai pemberi informasi,


dimana keluarga menjelaskan tentang pemberian nasehat, saran, informasi yang
dapat digunakan untuk mengungkap suatu masalah.

2. Dukungan penilaian atau penghargaan

15
Pengkajian dukungan adalah keluarga yang bertindak membimbing dan menengahi
pemecahan masalah, sebagai sumber dan validator identitas anggota keluarga
termasuk memberikan dukungan, penghargaan, perhatian.

3. Dukungan instrumental

Dukungan instrumental adalah bahwa keluarga merupakan sumber bantuan praktis


dan konkrit, termasuk dalam hal kebutuhan finansial, makan, minum dan istirahat.

4. Dukungan emosional

Dukungan emosional adalah keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk
istirahat dan pemulihan serta membantu pengendalian diri emosi. Dukungan
emosional meliputi dukungan yang diwujudkan dalam bentuk kepercayaan dan
perhatian.
2.2.6 Ciri-Ciri Keluarga
1 Ciri-ciri keluarga menurut Robert Mac Iver dan Charles Horton (Toleu, 2020):
a. Keluarga adalah hubungan perkawinan
b. Keluarga merupakan suatu lembaga yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang sengaja dibentuk atau dipertahankan
c. Keluarga memiliki sistem tata nama (nomen clatur) termasuk perhitungan
keturunan
d. Keluarga memiliki fungsi ekonomi yang dibentuk oleh anggotanya terkait dengan
kemampuan untuk memiliki keturunan dan membesarkan anak.
e. Keluarga adalah tempat tinggal bersama, rumah atau rumah tangga.

2. Karakteristik Keluarga Indonesia (Toleu, 2020):

a. Memiliki ikatan yang sangat erat berdasarkan semangat gotong royong.


b. Terinspirasi oleh nilai-nilai budaya timur
c. Umumnya dipimpin oleh suami, meskipun proses pemutusan hubungan kerja
dilakukan secara musyawarah
d. Monogram
e. Bertanggung jawab
f. Memiliki semangat gotong royong

2.2.7 Struktur Keluarga


Menurut Dion dan Betan dalam (Simamora, 2020), menyatakan bahwa struktur
keluarga yang terdapat di Indonesia secara umum yaitu :

1. Berdasarkan jalur hubungan darah


a. Patrilineal

16
Yang dimaksudkan dengan sturuktur patrilineal adalah keluarga sedarah yang
terdiri dari sanak saudara dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun berdasarkan garis keturunan ayah.
b. Matrilineal
Yang dimaksud dengan struktur matrilineal adalah keluarga sedarah yang terdiri
dari sanak saudara sedarah dalam beberapa generasi di mana hubungan itu
disusun melalui garis keturunan ibu.

2. Berdasarkan keberadaan tempat tinggal

a. Matrilokal
Merupakan sepasang suami istri yang mana setelah menikah dan tinggal
bersama keluarga sedarah istri.
b. Patrilokal
Merupakan sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah suami.

3. Berdasarkan pribadi pengambilan keputusan

Keputusan merupakan peran yang harus dilakukan oleh suami dan atau istri
sebagai dasar bagi Pembina keluarga, namun tidak selamanya pengambilan keputusan
dilaksanakan bersama-sama. Berikut adalah pembagian struktur berdasarkan siapa yang
mengambil keputusan, adalah sebagai berikut :
a. Patriakal: Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak suami. Pengambilan
keputusan bagi keluarga yang menganut struktur partiakal memang didasarkan
pada peran ayah yang mengetuk, namun dalam menentukan keputusan tersebut
seharusnya melibatkan ibu sebagai orang yang mempertimbangkan.
b. Matriakal: Dominasi pengambilan keputusan ada pada pihak istri. Dalam struktur
matriakal, peran istri adalah sebagai pengambil keputusan. Namun, seharusnya
perlu melibatkan suami dalam mempertimbangkan keputusain tersebut.

1.1.1 Tugas Kesehatan Keluarga


Menurut Harmoko dalam (Toleu, 2020) menulis lima tugas kesehatan keluarga, yaitu
sebagai berikut:

1. Mengetahui Masalah Kesehatan Keluarga

Kesehatan merupakan kebutuhan keluarga yang tidak boleh diabaikan, karena tanpa
kesehatan semuanya akan sia-sia. Orang tua perlu mengetahui keadaan kesehatan
dan perubahan yang dialami oleh anggota keluarganya. Perubahan sekecil apapun
yang dialami oleh anggota keluarga secara tidak langsung akan menjadi perhatian
keluarga atau orang tua. Jika Anda melihat perubahan, keluarga perlu mencatat

17
Kapan itu terjadi, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa banyak perubahan itu
terjadi.

2. Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan yang Tepat

Tugas ini merupakan usaha utama keluarga untuk mencari pertolongan yang tepat
sesuai dengan keadaan keluarga, dengan mempertimbangkan anggota keluarga
mana yang memiliki kemampuan untuk memutuskan suatu tindakan. Tindakan
kesehatan yang dilakukan oleh keluarga diharapkan tepat sehingga masalah
kesehatan saat ini dapat dikurangi atau teratasi. Jika keluarga memiliki keterbatasan
dalam mengambil keputusan, maka keluarga dapat meminta bantuan orang lain di
lingkungan tempat tinggalnya.

3. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit

Sering mengalami keterbatasan, maka anggota keluarga yang mengalami gangguan


kesehatan perlu mendapatkan tindakan atau pengobatan lanjutan agar tidak terjadi
masalah yang lebih parah. Pengobatan dapat dilakukan di institusi pelayanan
kesehatan atau di rumah jika keluarga memiliki kemampuan untuk melakukan
tindakan pertolongan pertama. Ketika memberikan perawatan kepada anggota
keluarga yang sakit, keluarga harus menyadari hal-hal berikut:
a. Keadaan penyakit
b. Sifat dan perkembangan perawat yang dibutuhkan untuk perawatan
c. Ketersediaan fasilitas yang diperlukan untuk pemeliharaan
d. Sumber daya dalam keluarga
e. Sikap keluarga terhadap orang sakit
f. Sikap atau pandangan keluarga

4. Kebersamaan antar anggota keluargaMenggunakan Fasilitas Kesehatan yang Ada di


Masyarakat Apabila mengalami gangguan kesehatan atau masalah yang berkaitan
dengan kesehatan keluarga atau anggota keluarga harus dapat memanfaatkan
fasilitas kesehatan yang ada di sekitarnya. Keluarga dapat berkonsultasi atatu
meminta bantuan tenaga keperawatan untuk memecahkan masalah yang dialami
anggota keluarganya, sehingga dapat bebas dari segala penyakit. Ketika merujuk
anggota keluarga ke fasilitas kesehatan, keluarga harus mengetahui hal-hal berikut
ini :
a. Keberadaan fasilitas kesehatan
b. Keuntungan-keuntungan yang dapat diperoleh dari fasilitas kesehatan
c. Tingkat kepercayaan keluarga terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
d. Pengalaman yang kuranmg baik terhadap petugas dan fasilitas kesehatan
e. Fasilitas kesehatan yang ada terjangkau oleh keluarga

18
Menurut Friedman (2010 dalam Simamora, 2020) keluarga memiliki kewajiban
dalam bidang kesehatan yaitu: memahami masalah kesehatan setiap anggota keluarga,
mengambil bekal dalam kegiatan penyembuhan yang tepat bagi anggota keluarga,
memberikan perawatan bagi anggota keluarga yang mengalami gangguan kesehatan
dan membantu anggota keluarga yang mengalami masalah kesehatan. masih sangat
muda, menjaga suasana rumah yang mengutamakan kesehatan dan pengembangan
kepribadian anggota keluarga, menjaga hubungan timbal balik antara keluarga dengan
dinas kesehatan dengan memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada.
Menurut Padila (2012 dalam Simamora, 2020) ada beberapa tugas pokok
keluarga yang juga berkaitan dengan tugas kesehatan keluarga sebagai berikut:
pemeliharaan fisik seluruh anggota keluarga, pemeliharaan kesehatan dalam keluarga,
pemeliharaan sumber energi dalam keluarga. , pembagian kewajiban anggota keluarga.
sesuai dengan perannya masing-masing, sosialisasi antar anggota keluarga, pengaturan
jumlah anggota keluarga, menjaga ketertiban anggota keluarga, membangkitkan
semangat dan semangat bagi seluruh anggota keluarga.

1.1.2 Peranannkeluarga dalamnmemberikan perawatannkesehatan.keluarga


Keluarga berperan dalam memberikan pelayanan kesehatan terapeutik kepada
anggota keluarga yang menderita suatu penyakit. Keperawatan adalah suatu usaha yang
bertumpu pada manusia untuk meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan demi
terwujudnya manusia yang sehat seutuhnya, penderita yang mendapat perhatian dan
pertolongan yang dibutuhkannya. seseorang atau keluarga biasanya cenderung lebih
mudah mengikuti saran medis daripada penderita yang kurang mendapat dukungan
sosial (peran keluarga). Keluarga memegang peranan yang sangat penting dalam
manajemen medis anggota keluarga yang sakit (Prasetyawan, 2012 dalam Toleu, 2020).
Tujuan perawatan individu dalam konteks keluarga:

1. Memecahkan masalah yang dihadapi individu terkait dengan latar belakang


keluarganya.

2. Memecahkan masalah yang dihadapi individu dengan dukungan, bantuan atau peran
keluarga.

3. Terselenggaranya pemberian asuhan keperawatan yang paripurna kepada sasaran


individu dari keluarganya, sebagai tindak lanjut pelayanan rawat inap dan rawat jalan.

4. Meningkatkan kesadaran keluarga dan anggota keluarga yang belum mencari


pelayanan untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan dasar yang tersedia.

5. Meningkatkan kemampuan individu dan keluarganya untuk mengatasi masalah


kesehatannya secara mandiri.

19
1.2 PenelitiannRelevan
Tabeln2.nPenelitiannRelevan
Nama danb Judul
No Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan
Penelitian
1. Sunandar dan Suheti.Hasil penelitian1. Waktu penelitian 1. Tugas
2020. Pelaksanaan Limamenunjukkan terdapat2. tempat penelitian kesehatan
Tugas Kesehatan Padahubungan yang signifikan3. jumlah sampel pada keluarga
Keluarga Dengan Klienantara pelaksanaan tugas penelitian 2. Sama-sama
Hipertensi kesehatan keluarga dengan meneliti
tekanan darah anggota penderita
keluarga. hipertensi
3. Menggunakan
uji chi-squar
4. pendekatan
cross sectional

2. Yudi, 2021. PengaruhHasil penelitian1. Waktu penelitian Persamaan dalam


Edukasi Melalui Mediamenunjukkan bahwa2. tempat penelitian penelitian ini
Kalender Terhadapterdapat perbedaan rata-3. jumlah sampel adalah
Pelaksanaan Tugasrata penerapan tugas penelitian pelaksanaan tugas
Kesehatan Keluargakesehatan keluarga dimana4. variabel kesehatan
Penderita Hipertensi. median sebelumnya. Uji independen keluarga bagi
statistik Wilcoxon (edukasi media penderita
menemukan bahwa ada kalender) hipertensi
pengaruh edukasi dengan5. Uji statistic
media kalender terhadap Wilcoxon
peningkatan pelaksanaan
tugas kesehatan keluarga
penderita hipertensi
3. Widarti et al, 2020.Hasil analisis statistik1. Waktu penelitian Persamaan dalam
Model Pendekatanmenunjukkan bahwa ada2. tempat penelitian penelitian ini yaitu
Pelaksanaan Tugasperbedaan bermakna3. jumlah sampel pada variabel
Kesehatan Keluargasebelum dan sesudah penelitian tugas kesehatan
Berbasis Implementasiimplementasi perilaku4. variabel kolesterol keluarga terhadap
GERMAS TerhadapGERMAS pada kelompok5. Desain penelitian pasien hipertensi
Perubahan Statusperlakuan untuk status Quasi-
Kesehatan Dankesehatan, tekanan darah experimental
Kolesterol Pada Pasiensystole diastole, dan dengan bentuk
Hipertensi kolesterol. nonrandomized
prentest – post
testmcontrol group
design
6. Analisis statistik
menggunakan T-
test, Mann-
whitney test, dan
Wilcoxson tes

Nama dan Judul


No Hasil Penelitian Perbedaan Persamaan.
Penelitian.
4. Abidin, 2020.Hasil penelitian ini1.Waktu penelitian Persamaan alam
Implementasi Fungsimenunjukkan bahwa ada2.tempat penelitian penelitian ini yaitu
Pemeliharaan Kesehatanhubungan pelaksanaan3.jumlah sampel variabel hipertensi
Keluarga denganfungsi pemeliharaan penelitian

20
Pengetahuan Terapikesehatan keluarga tentang4.Variabel
Komplementer padapengetahuan tentang terapi Pelaksanaan
Penderita Hipertensi dikomplementer pada pasien Fungsi
Balenrejo Bojonegoro hipertensi Pemeliharaan
Kesehatan
Keluarga
5.Pengetahuan
terapi
komplementer
6.Kuantitatif non
eksperimental
dengan
pendekatan
korelasional
dengan teknik
simple random
sampling
7.Uji statistik
Kendalls taun b

5. Fitri, 2020. DukunganHasil uji statistik univariat1.Waktu penelitian Persamaan dalam


untuk Keluarga Prapada aplikasi komputer2.tempat penelitian penelitian ini yaitu
Lansia Yang Menderitamenunjukkan bahwa3.jumlah sampel variabel hipertensi
Hipertensi di Desadukungan keluarga pra penelitian dan jumlah
Indralaya Mulya lansia yang menderita4.variabel pra lansia sampel yang
hipertensi di Desa Desain Jenis digunakan yaitu
Indralaya Mulya sudah penelitian yang tidak lebih dari 35
baik. digunakan adalah responden
deskriptif dengan
pendekatan cross
sectional

21
1.3 Kerangka Teori

Klasifikasi Hipertensi :
Tugas Kesehatan Keluarga
Hipotensi <90/<60
Normal 90-119/60-79
Mengenal Masalah Kesehatan Prehipertensi 120-139/80-89
Keluarga Hipertensi derajat I 140-159/90-99
Hipertensi derajat II 160-179/100-109
Hipertensi derajat III 180/≥ 110
Membuat Keputusan Tindakan Hipertensi sistolik terisolasi 190/< 90
Kesehatan yang Tepat

Memberi Perawatan pada


AnggotanKeluarga yang.Sakit Kejadian Hipertensi

MempertahankanmSuasana Hipertensi Primer


Rumahnyang Sehatn
Hipertensi Sekunder
Menggunakan Fasilitas
Kesehatan yang Ada di
Masyarakat

Gambar 1. Kerangka Teori


Sumber : Harmoko (2012 Fathoni, 2020), Padila (2013 Toleu, 2020)

Keterangan :
: Diteliti

: Tidak diteliti

22
1.4 Kerangkankonsep

Variabelnindenpent VariabelnDependent

Tugas Kesehatan
Keluargan Kejadian Hipertensi

Gamban 2.nKerangkanKonsep

Keterangann:
: Variabel Bebas (Independent)
: Variabel Terikat (Dependent)
: Hubungan

1.5 Hipotesis Penelitian


1. Ha (Hipotesis Alternatif)
Ada Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi di Desa
Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
2. Ho (Hipotesis Nol)
Tidak Ada Hubungan TugasmKesehatan KeluargamDengan Kejadian
Hipertensi di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten
Bone Bolango.

23
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 DesainmPenelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei analitik dan menggunakan
desain penelitian crossnsectional yang digunakan untuk mengetahui.hubungan
antara variabel bebas dan variabelnterikat. Jenisnpenelitian ini.adalah observasi
atau pengumpulan data sekaligus (pointntimenapproach), yaitu penelitian yang
mempelajari hubungan antara faktor risiko (independen) dan faktor (dependen),
yangnmelakukan pengamatan atau pengukuran variabel secara bersamaan dan
pada waktu yang bersamaan. . Penelitian.ini dilakukan untuk melihat apakah ada
hubungan antara tugas kesehatan keluarga dengan kejadian hipertensi di
DesanTimbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian


1.2.1 Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge
Kabupaten Bone Bolango.
1.2.2 Waktu Penelitian
Waktu penelitian akan dilakukan pada bulan Agustus sampai dengan bulan
September tahun 2021. Penelitian ini dimulai dari penyusunan proposal dengan
mengambil data awal di tempat penelitian.

3.3 Variabel Penelitian


Variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja.yang
ditetapkannoleh peneliti untuk mempelajari sehingga diperoleh informasi tentang hasil
tersebut, variabel penelitian dapat dibagi menjadi 2 yaitu :
3.3.1 Variabel Independen (bebas).
Variabel bebas merupakan variabel yang menjadi sebab timbulnya atau
berubahnya variabel dependen (terikat). Variabel pada penelitian ini adalah tugas
kesehatan keluarga.

3.3.2 Variabel Dependen (terikat).

24
Variabel terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat
karena adanya variabel bebas. Variabel dependent adalah kejadian hipertensi.

3.4 DefinisinOperasional
Definisi operasional adalah definisi mengenai variabel yang di rumuskan
berdasarkan karakteristik-karakteristik variabel yang diamati. Adapun definisi
operasional.dari penelitian ini yaitu sebagainberikut :
Tabel 3. Defenisi Operasional
Variabeln Definisin Parametern Alat ukurn Kategorin Skalan
Tugas Keluarga Tugas kesehatan Kuisioner 1. Baik, apabila skor Ordinal
Kesehatan berperan keluarga : mencapai 75%
Keluarga mendukung 1.Mengenal Masalah
selama masa Kesehatan.Keluarga 2. Cukup, apabila skor
penyembuhan 2.Membuatn mencapai 50-75%
dan pemulihan Keputusan Tindakan
anggota keluarga Kesehatan yang Tepat 3. Kurang, apabila
yang menderita 3.Memberi Perawatan skor mencapai
hipertensi. pada Anggota ≤50%
Keluarga.yang.Sakit
4.Mempertahankan
Suasana Rumah yang
Sehat
5.Menggunakan
Fasilitas Kesehatan
yang Ada
di Masyarakat.

Kejadia Kejadian Klasifikasi Hipertensi : Pengukuran 1. Hipertensi ringan, Ordinal


Hipertensi peningkatan 1.Hipotensi.<90/<60 Tekanan Darah apabila sistolik
tekanan darah2.Normaln90-119/60-79 131-159 dan
yang terjadi pada3.Prehipertensin120- diastolik 86-99
seseorang 139/80-89 mmHg
4.Hipertensi derajat I 2. Hipertensi sedang,
140-159/90-99 apabila
5.Hipertensi derajat II sistolikn160-179
160-179/100-109 dan diastolik 100-
6.Hipertensi derajat III ≥ 109mmHg.
180/≥ 110 3. Hipertensi berat,
7.Hipertensi terisolsi ≥ apabila sistolik
190/< 90 180-209 dan
diastolik 110-119
mmHg

3.5 Populasi dan Sampel


3.5.1 Populasi.

25
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh jumlah penderita hipertensi
yang berada di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone
Bolango yaitu sebanyak 31 orang penderita hipertensi.
3.5.2 Sampel dan Tehnik PengambilannSampel
Pada penelitian ini jumlah sampel yaitu 31 responden dengan pemilihan
sampel dilakukan dengan cara purposive sampling. Purposive sampling adalah
salah satu tehnik sampling non rendom sampling dimana penelitib menentukan
pengambilan sampel denganncara menentukan kriteria inklusi dan eksklusi.
Adapun kriteria sampel dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Kriteria Inklusi
a. Penderita hipertensi yang berusia ≥ 40 tahun
b. Masyarakat Desa Timbuolo Tengah yang dinyatakan sebagai penderita
hipertensi
c. Masyarakat bersedia menjadi responden
2. Kriteria Eksklusi
a. Tidak tercatat sebagai masyarakat Desa Timbuolo Tengah
b. Masyarakat tidak bersedia menjadi responden

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian adalah alat ukur seperti tes, kuisioner, pedoman
wawancara, pedoman observasi dan prosedur operasinal penilaian (SOP) yang
akan digunakan untuk pengumpulan data. Jenis instrumen yang digunakan
dalam penelitian ini yaitu, sfigmomanometer untuk mengukur tekanan darah dan
lembar kuisioner yang berisi seperangkat pernyataan tertulis yang ditujukan
kepada responden dan dijawab oleh responden dengan memberi tand check list
pada kolom yang tersedia. Adapun kuisoner yang digunakan oleh peneliti
diadopsi dari penelitian. Kuesioner berikut.dalam penelitiannini adalah kuesioner
tugas keluarga. Kuesioner ini adalah kuesioner yang dimodifikasi dari Marinda
(2017), adapun kisi-kisi kuesioner dalam penelitian ini yaitu:

Tabel.4. Kisi-kisinkuisioner
Variabel Indikator Soal No. Item Jumlah
Tugas 1. Mengetahui Masalah Kesehatan Keluarga 1,2,3,4,5,6 6
Keluarga

26
2. Membuat Keputusan Tindakan Kesehatan
yang Tepat 7,8,9,10,11,12 6

3. Merawat Anggota Keluarga yang Sakit 13,14,15,16 4


4. Menjaga Suasana Rumah yang Sehat 17,18, 19,20,21 5
5. Memanfaatkan fasilitas kesehatan yang ada
di masyarakat 22,23,24,25,26 5

3.6.1 Uji Validitas


Validitas adalah indeks yang menunjukkan alat ukur itu benar-benar
mengukur apa yang sedang diukur. Demikian juga kuesioner sebagai alat ukur
harus mengukur apa yang sedang diukur. Untuk mengetahui apakah angket
yang telah kita susun mampu mengukur apa yang ingin kita ukur, maka perlu
dilakukan uji korelasi antara skor (nilai) setiap item (pertanyaan) dengan skor
total angket. Pelaksanaan uji validitas direncanakan akan dilakukan di Desa
Timbuolo Timur. Pengujian akan dilakukan terhadap 20 orang responden yang
menderita hipertensi dengan 26 pernyataan kuesioner tugas kesehatan keluarga
dengan menggunakan korelasi product moment, makantaraf signifikan inialah
0.444n(n=26 danmα = 0,05). Adapun rumus teknik korelasi “product moment”
adalah sebagai berikut :

Keterangann:
N = Jumlah responden
X = Skor pertanyaan
Y = Skor total
XYn = Skor pertanyaan dikalimskor total
r = Taraf signifikan
Kemudian skor masing-masing item dihitung korelasinya dengan skor total.
Jika nilai korelasi > tingkat signifikansi maka dinyatakan valid, tetapi jika nilai
korelasi < tingkat signifikansi maka dinyatakan tidak valid. Sedangkan pengujian
validitas menggunakan program SPSS menggunakan korelasi. Instrumen
dikatakan valid jika nilai korelasi (korelasi pearson) positif, dan nilai probabilitas
korelasi [(sig.(2-tailed)] tingkat signifikan (α) adalah 0,05.

27
3.6.2 Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah indeks yang menunjukkan sejauh mana suatu alat ukur
dapat dipercaya atau reliabel. Artinya menunjukkan sejauh mana hasil
pengukuran tetap konsisten atau tetap mendasar ketika dua atau lebih
pengukuran dilakukan terhadap gejala yang sama, dengan menggunakan alat
ukur yang sama. Reliabilitas dihitung menggunakan rumus Croncbach's Alpha
sebagai berikut:

r=

Keterangan :
r = Reliabilitas instrument
k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal
∑σb2 = Jumlah varian butir
σ2 t = Jumlah total
Apabila diperoleh r hitung>dan r tabel, maka kuesioner tersebut dinyatakan
reliable.

3.7 Teknik Pengumpulan Data


3.7.1 Data Primer
Data primer adalah data yang dikumpulkan sendiri. Data primer dalam penelitian
ini adalah data yang diperoleh langsung dari responden melalui observasi langsung atau
wawancara dengan responden.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari hasil survei di lapangan dan
data yang dikumpulkan dari wilayah kerja tempat penelitian berada. Data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari kepegawaian
kantor Desa Timbuolo Tengah Kecamatan Botupingge Kabupaten Bone Bolango.
3.8 Tekhnik Pengolahan Data
Pengolahan data dilakukan secara manual dan elektronik menggunakan kalkulator
dan komputer dengan program SPSS. Pengolahan data ini dapat dilakukan melalui
tahapan sebagai berikut:

28
1. Pengumpulan Data
Padantahap inimdata yangmtelah dikumpulkanmdilakukan pemeriksaan kejelasan
dannkelengkapan pengisian instrumen pengumpulan data saat penelitian
berlangsung. Jika terdapat ketidaklengkapan data maka diklarifikasi langsung
dengan responden yang bersangkutan saat itu juga.
2. Pengkodeannatauncoding
Pemberian simbol dan penyederhanaan data dengan pengkodean. Tujuan dari
pengkodean ini adalah untuk mempermudah analisis data dan juga mempercepat
pemasukan data.
3. Proses pengolahan/penginputan data Pengolahan adalah mengolah data agar
data yang telah dimasukkan dapat dianalisa. Pengolahan data dapat dilakukan
dengan cara memasukkan data. Pada tahap ini data diolah untuk keperluan
analisis data. Data tersebut diolah menggunakan aplikasi komputer dengan
program SPSS (Statistical Product and Service Solution).
4. Tabulatingn(Tabulasi)
Tabulasi atau penyusunan data ini menjadi sangat penting karena akan
memudahkan analisis data statistik, baik yang menggunakan statistik deskriptif
maupun analisis dengan statistik inferensial. Tabulasi dapat dilakukan dengan
beberapa cara yaitu secara manual dan tabulasi menggunakan beberapa software
atau program yang sudah ada pada komputer atau software yang dapat di
download dan di install di komputer. Setelah data diolah dengan menggunakan
program SPSS, kemudian data tersebut dikelompokkan ke dalam tabel kerja,
seperti tabel distribusi karakteristik responden, distribusi jawaban kuesioner
responden.
3.9 Tekhnik Analisa Data
3.9.1 AnalisisnUnivariat
Analisis univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran dengan mendeskripsikan
masing-masing variabel dalam penelitian dengan melihat distribusi frekuensi
menggunakan rumus.

P = x 100 %
Keterangann :
P : Presentasi
F : Jumlah penerapan yang sesuai prosedur (nilai 1)
N : Jumlah item observasi
100% : Bilangan konstanta

29
3.9.2 Analisis Bivariat
Analisis bivariat ini dilakukan untuk membuktikan hipotesis melalui uji chi
square dengan bantuan program SPSS untuk mengetahui besarnya hubungan
atau pengaruh kedua variabel bebas dan terikat. Analisis tabel silang ini
menggunakan taraf signifikansi 5% (p < 0,05). Jika p value < 0,05 maka hipotesis
nol ditolak sehingga kedua variabel yang dianalisis mempunyai hubungan atau
pengaruh yang signifikan, sebaliknya jika p value > 0,05 maka hipotesis nol
diterima sehingga kedua variabel yang dianalisis tidak signifikan. hubungan atau
pengaruh.

3.10 Hipotesis Statistik


Hipotesis statistik dalam penelitian ini adalah sebagai berikut
H0 : Dikatakan tidak bermakna jika mempunyai nilai p ≥ 0,05. Maka Ha ditolakn
dan Ho diterima yang berarti tidak terdapat Hubungan Tugas Kesehatan
Keluarga Dengan Kejadian Hipertensi di.Desa Timbuolo.Tengah
Kecamatan Botupingge Kabupaten BonenBolango.
Ha : Dikatakan bermakna jika mempunyai nilai p ≤ 0,05. Maka Ha diterima,dan
Ho ditolak yang berarti terdapat Hubungan Tugas Kesehatan Keluarga
Dengan Kejadian Hipertensi di Desa Timbuolo Tengah Kecamatan
Botupingge Kabupaten Bone Bolango.

3.11 Etika Penelitian


Masalah etika dalam penelitian merupakan masalah yang sangat penting
mengingat penelitian akan berhubungan dengan manusia, sehingga aspek etika
penelitian harus diperhatikan karena manusia memiliki hak asasi manusia. Peneliti
mengajukan izin terlebih dahulu kepada Kepala Desa Timbuolo Tengah, kemudian
setelah mendapat persetujuan lebih lanjut peneliti melakukan penelitian dengan
menekankan pada masalah etika yang meliputi:

1. Surat Lamaran
Responden Peneliti akan membuat surat pernyataan yang berisi penjelasan tentang
penelitian yang meliputi topik penelitian, tujuan penelitian dan syarat menjadi
responden

2. Informed Concent atau informasi bagi responden

30
Sebelum melakukan tindakan, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan penelitian
yang akan dilakukan. Jika responden bersedia untuk diperiksa, maka responden
harus menandatangani lembar persetujuan dan tidak memaksa.

3. Anonimitas atau tanpa nama


Untuk menjaga kerahasiaan responden dalam penelitian, peneliti tidak
mencantumkan namanya pada lembar data dan kuesioner, cukup dengan
memberikan nomor kode pada setiap lembar yang hanya diketahui oleh peneliti.

4. Kerahasiaan
Kerahasiaan responden dijamin oleh peneliti. Hanya kelompok data tertentu yang
disajikan atau dilaporkan sebagai hasil penelitian.

5. Akurasi
Berhati-hatilah dan hindari kesalahan karena kelalaian mencatat secara teratur
pekerjaan yang Anda lakukan, misalnya kapan dan di mana pendataan dilakukan.
Perhatikan juga alamat korespondensi responden, jurnal atau lembaga penerbitan
lainnya.

31
3.12 Alur Penelitian

Studi Pendahuluan

Permohonan Penelitian

Permohonan izin pada pihak Desa Timbuolo Tengah

Informed Consent

Bersedia Tidak Bersedia

Mengisi lembar kuesioner Tampa nama

Pengumpulan data dan kerahasiaan


pengolahan data (SPSS)

Analisis Data

Hasil

Gambar 3. Skema alur penelitian

32

Anda mungkin juga menyukai