PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sehat merupakan hak setiap individu dan hal tersebut sudah dijamin di dalam konstitusi
Negara ini. Hal ini berarti setiap orang memiliki hak untuk memiliki hidup secara sehat,
tidak memandang jenis kelamin, usia, pekerjaan, status ekonomin dan lainnya. Konsep
sehat dan sakit adalah konsep yang sangat kompleks karena terdapat banyak faktor yang
mempengaruhi kondisi sehat maupun sakit baik faktor internal maupun eksternal.
Kesehatan yang dimaksud tidak hanya soal fisik, namun terkait juga dengan mental, sosial
dan spiritual.
Sehat dapat diartikan sebagai kondisi yang normal dan alami, yang bersifat dinamis dan
sifatnya terus menerus berubah. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), Sehat
merupakan suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun sosial, tidak hanya
terbebas dari penyakit atau kelemahan/cacat. Dapat diartikan bahwa sehat bukan sekedar
terbebas dari penyakit atau cacat. Orang yang tidak berpenyakit pun tentunya belum tentu
dikatakan sehat. Sedangkan menurut Undang-undang Repuplik Indonesia Nomor 36 tahun
2009, sehat adalah keadaan sehat baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang
memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomi.
Indonesia sebagai salah satu Negara berkembang juga tak luput dari segala permasalahan
yang ada di berbagai bidang, salah satunya adalah bidang kesehatan. Beberapa masalah
kesehatan di Negara ini masih tergolong cukup menghawatirkan, bahkan angkanya
diprediksi terus meningkat. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 mencatat
terdapat beberapa penyakit dengan tinggi prevalensi tertinggi di Indonesia yang menyebar
di provinsi-provinsi di Indonesia. Salah satu masalah kesehatan yang menjadi perhatian
yaitu penyakit tekanan darah tinggi atau yang lebih dikenal dengan penyakit hipertensi.
Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang berusia diatas 20
tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir
sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya (Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan
sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi terutama terjadi di negara berkembang pada tahun
2025, dari jumlah 639 juta kasus di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat
menjadi 1,15 miliar kasus di tahun 2025 (Ardiansyah, 2012).
Hipertensi yang tidak mendapat penanganan dengan baik dapat menyebabkan komplikasi
seperti beberapa penyakit, seperti Stroke, Penyakit Jantung Koroner, Diabetes, Gagal
Ginjal dan Kebutaan (Depkes RI, 2003). Stroke dan Penyakit Jantung Koroner
merupakan penyebab kematian tertinggi dari komplikasi yang disebabkan oleh hipertensi.
Kerusakan organ target akibat komplikasi Hipertensi akan tergantung kepada besarnya
peningkatan tekanan darah dan lamanya kondisi tekanan darah yang tidak terdiagnosis dan
tidak diobati. Kompilkasi dari hipertensi yang tidak segera ditangani juga dapat
menyerang organ-organ tubuh penderita. Organ-organ tubuh yang menjadi target antara
lain otak, mata, jantung, ginjal, dan dapat juga berakibat kepada pembuluh darah arteri
perifer itu sendiri.
Data Riset Kesehatan Dasar juga menyebutkan bahwa Hipertensi banyak terjadi pada
umur 35-44 tahun (6,3%), umur 45-54 tahun (11,9%), dan umur 55-64 tahun (17,2%).
Sedangkan menurut status ekonominya, proporsi Hipertensi terbanyak pada tingkat
menengah bawah (27,2%) dan menengah (25,9%).
Menurut data Sample Registration System (SRS) Indonesia tahun 2014, Hipertensi dengan
komplikasi (5,3%) merupakan penyebab kematian nomor 5 (lima) pada semua kategori
umur. Bahkan, data World Health Organization (WHO) tahun 2011 menunjukkan satu
milyar orang di dunia menderita Hipertensi, 2/3 diantaranya berada di negara berkembang
yang berpenghasilan rendah sampai sedang. Prevalensi Hipertensi akan terus meningkat
tajam dan diprediksi pada tahun 2025 sebanyak 29% orang dewasa di seluruh dunia
terkena Hipertensi. Hipertensi telah mengakibatkan kematian sekitar 8 juta orang setiap
tahun, dimana 1,5 juta kematian terjadi di Asia Tenggara yang 1/3 populasinya menderita
Hipertensi sehingga dapat menyebabkan peningkatan beban biaya kesehatan.
DKI Jakarta sendiri sebagai ibukota negara meskipun tercatat memiliki prevalensi
hipertensi yang lebih rendah dari daerah lain (20,0%) akan tetapi tetap harus
mewaspadai permasalahan tersebutkarena penyakit ini dapat juga disebabkan
karena gaya hidup ataupun prilaku diamana penduduk ibukota yang banyak bergaya
hidup, berprilaku kurang sehat seperti makan makanan cepat saji, alkohol maupun
tidak berolah raga. Menurut data yang dihimpun dari Profil Sudinkes Provindi DKI
Jakarta tahun 2016, dari pengukuran tekanan darah yang dilakukan pada penduduk
yang berusia ≥ 18 tahun di dapatkan data 527, 391 penduduk (41,97%) menderita
hipertensi dengan rasio laki-laki yang menderita hipertensi sebanyak 62,25 persen
dan selebihnya adalah perempuan. Menurut American Heart Association (AHA),
penduduk Amerika yang berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai
angka hingga 74,5 juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui
penyebabnya
Melihat permasalahan yang dapat ditimbulkan oleh penyakit hipertensi, maka perlu
dilakukan suatu upaya melalui proses keperawatan keluarga oleh tenaga kesehatan,
khususnya tenaga perawat di sekitar daerah setempat melalui proses keperawatan
keluarga dimana tenaga kesehatan memberikan pelayanan kepada keluarga Fungsi
keluarga diharapkan dapat mengidentifikasi masalah yang ada dan diharapkan dapat
memberikan perawatan kesehatan yang bersifat preventif dan secara bersama-sama
merawat anggota keluarga yang sakit. Kesanggupan keluarga melaksanakan
perawatan dan pemeliharaaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Tugas-tugas kesehatan pada keluarga yaitu mengenal masalah
kesehatan keluarga, membuat keputusan tindakan kesehatan yang tepat, memberi
perawatan pada anggota keluarga yang sakit, mempertahankan suasana rumah yang
sehat, serta menggunakan fasilitas kesehatan yang ada di masyarakat (Mubarak,2010).
Upaya yang paling penting dalam penyembuhan hipertensi dengan mengenal dan
melakukan perawatan pada anggota keluarga yang tepat merupakan tindakan yang
tepat untuk menghadapi pasien dengan hipertensi untuk mencegah komplikasi dan
serangan berulang.
Menurut data yang diperoleh pada saat praktik keperawatan komunitas di enam RW
Kelurahan Susukan, Kecamatan Ciracas, Kota Jakrta Timur tahun 2017, diperoleh data
jumlah lansia yang menderita penyakit hipertensi dalam 3 bulan terakhir secara
keseluruhan di (RT 02, RT 06, RT 07, RT08, RT 09, RT10) diperoleh data bahwa
hipertensi menempati urutan teratas yang diderita warga binaan yaitu sebanyak 31,50
persen, diikuti asam urat 21,26 persen dan diabetes mellitus sebanyak 16,64 persen.
Berdasarkan latar belakang diatas, penulis tertarik untuk membuat Karya Tulis Ilmiah
yang berjudul ”Asuhan Keperawatan Keluarga dengan Hipertensi di RW.002, Kelurahan
Susukan, Kecamatan Ciracas, Jakarta Timur Tahun 2017”
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
masalah hipertensi
C. Ruang Lingkup
D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Mahasiswa
Dalam penulisan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menggunakan metode penulisan
secara deskriptif, naratif, dan studi kepustakaan. Metode ini dengan cara
pengumpulan data melalui observasi terhadap semua keadaan yang terjadi melalui
1. Anamnesa
2. Observasi
3. Studi dokumenter
4. Studi Kepustakaan
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang penyusunan Karya Tulis Ilmiah
penulisan.