Anda di halaman 1dari 44

LAPORAN PRAKTEK PUSKESMAS MATITI PRODI

D-III KEPERAWATAN STIKES KESEHATAN BARU


KECAMATAN DOLOKSANGGUL KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2023

DISUSUN OLEH :

Mesi Gultom 2114001


Dora Manik 2114002
Elekta Hasugian 2114003
Esra Pandiangan 2114004
Eunike Purba 2114005
Greis Pardede 2114006
Hizkia Siburian 2114007
Ida Simanullang 2114008
Iren Simamora 2114009
Joys Manalu 2114010
Leryanti Situmorang 2114011
Marieta Irene Gulo 2114012
Marito Pakpahan 2114013

PRODI D-III KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU


KESEHATAN KESEHATAN BARU KABUPATEN
HUMBANG HASUNDUTAN
TAHUN 2023
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Menurut American Heart Association (AHA), penduduk Amerika yang


berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5 juta
jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya
(Kemenkes RI, 2014). Diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus hipertensi
terutama terjadi di negara berkembang pada tahun 2025, dari jumlah 639 juta kasus
di tahun 2000. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 1,15 miliar kasus di
tahun 2025 (Ardiansyah, 2012).
Hipertensi selain dikenal sebagai penyakit, juga merupakan faktor risiko
penyakit jantung, pembuluh darah, ginjal, stroke dan diabetes mellitus, World
Health Organization (WHO) Tahun 2017 melaporkan setidaknya terdapat 975 juta
kasus hipertensi di dunia dan akan meningkat menjadi 1,1 milyar kasus pada tahun
2025 atau sekitar 29 % penduduk dunia. Dimana 333 juta kasus di negara maju
dan 639 juta kasus di negara-negara berkembang termasuk indonesia. (Kemenkes
RI, 2018).

Prevalensi hipertensi di Indonesia menurut Riskesdas tahun 2018 yang didapat


melalui pengukuran pada umur ≥ 18 tahun sebesar 34,1 %. Prevelensi hipertensi
di Indonesia yang didapat melalui kuesioner terdiagnosis tenaga kesehatan
sebesar 8,4 %, yang didiagnosis tenaga kesehatan atau sedang minum obat
sebesar 8,8 %, yang minum obat sendiri. Penyakit terbanyak pada usia lanjut
berdasarkan Riset Kesehatan Dasar tahun 2018 adalah hipertensi dengan
prevalensi 45,9% pada usia 55-64 tahun, 57,6% pada usia 65,74% dan 63,8% pada
usia ≥ 75 tahun.
Hipertensi di Sulawesi Tenggara tahun 2018 tercatat masih sangat tinggi
yaitu 11.265 kasus dan pada tahun 2019 tercatat sebesar 41.818 kasus, dari data
yang terdiagnosis hipertensi tertinggi pada perempuan yaitu sebanyak 21.007 jiwa
(34,47%) dan terendah pada laki-laki sebanyak 20.811 jiwa (50,32%).
Prevalensi hipertensi meningkat sejalan dengan perubahan gaya hidup
seperti merokok, obesitas, aktivitas fisik, dan stres psikososial. Hipertensi
sudahmenjadi masalah kesehatan masyarakat (public health problem) danakan
menjadi masalah yang lebih besar jika tidak ditanggulangi sejak dini.
Pengendalian hipertensi, bahkan di negara maju pun, belum memuaskan.
(Kemenkes RI, 2018).Menurut Join National on Detection, Evaluation and
Treatment of Higt Blodd Presure (JNC) (2014) hipentensi merupakan
peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik yang lebih tinggi dari
140/90 mmHg dan diklasifikasikan sesuai derajat keparahannya, memiliki
rentang dari normal tinggi sampai
hipertensi emergensi.

Penatalaksanaan hipertensi bertumpu pada pilar pengobatan standar dan merubah


gaya hidup yang meliputi mengatur pola makan, mengatur koping stress,mengatur
pola aktivitas, menghindari alkohol, dan rokok. Penatalaksanaan hipertensi
dengan obat saat ini memang telah mengalami kemajuan, tetapi terdapat banyak
laporan yang menyampaikan bahwa penderita yang datang ke Rumah Sakit akan
datang lagi dengan keluhan tekanan darahnya tidak mengalami penurunan
bermakna meskipun sudah diobati (Dalimartha, 2012).
Penanganan hipertensi akan lebih baik jika diintegrasikan dengan sistem
kesehatan karena menyangkut aspek ketenagaan, sarana dan obat obatan. Obat
yang telah berhasil diproduksi teknologi kedokteran harganya masih relatif mahal
sehingga menjadi kendala penanganan hipertensi, terutama bagi yang memerlukan
pengobatan jangka panjang (Depkes RI, 2017).
Pengendalian penyakit hipertensi dilakukan dengan cara promosi kesehatan
dengan harapan bahwa dapat memelihara, meningkatkan dan melindungi
kesehatan diri serta kondisi lingkungan sosial dengan meningkatkan kesadaran
masyarakat mengenai perilaku hidup sehat. Preventif juga menjadi cara
penanganan hipertensi dengan melarang merokok, peningkatan gizi seimbang,
aktifitas fisik dengan mencegah timbulnya faktor resiko menjadi lebih buruk,
menghindari terjadinya rekurensi faktor resiko.(Heri, 2012).
Aktivitas fisik yang teratur menurut Davis (2010) dapat menurunkan
atherosklerosis yang merupakan salah satu penyebab hipertensi. Selain itu,
aktivitas fisik teratur dapat menurunkan tekanan sistolik sebesar 10 mmHg dan
tekanan diastolik 7,5 mmHg. Berdasarkan penelitian Sugiharto (2011)
menemukan bahwa responden yang tidak memiliki kebiasaan olahraga
meningkatkan risiko hipertensi sebesar 4,73 kali dibandingkan dengan responden

yang memiliki kebiasaan olahraga. Sesuai dengan rekomendasi (WHO-ISH) dan


(JNC VI) dalam menangani penderita hipertensi khususnya hipertensi ringan,
melakukan kegiatan olahraga yang terprogram sudah menjadi satu komponen
dasar pengobatan hipertensi sebelum pemberian obat–obatan (WHO, 2017).
Proporsi penderita hipertensi yang tidak rutin dan tidak minum obat sangat
tinggi yaitu sebesar 32,3% tidak rutin berobat dan tidak minum obat sebesar 13,3%
dengan bebagai macam alasan yaitu sudah merasa sehat, tidak rutin ke faskes,
sering lupa dan tidak mampu membeli obat. (Riskesdas, 2018).
1.1 Tujuan
1.1.1 Tujuan Umum
Mampu mengembangkan pola pikir ilmiah dalam melaksanakan asuhan kebidanan
keluarga dan juga agar mahasiswa dapat secara nyata memberikan asuhan
keperawatan kepada keluarga tentang Hipertensi.

1.1.2 Tujuan Khusus


Untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat tentang hipertensi, khususnya :

a. Pengertian hipertensi
b. Etiologi hipertensi
c. Jenis hipertensi
d. Patofisiologi
e. Klasifikasi hipertensi
f. Gejala hipertensi
g. Faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi
h. Komplikasi hipertensi
i. Pencegahan hipertensi
j. Makanan yang diperbolehkan
k. Makanan yang tidak diperbolehkan.
1.2 Manfaat
1.2.1 Untuk mengaplikasikan ilmu keperawatan penyakit dalam yang telah
diperoleh selama dibangku kuliah pada pasien secara langsung.
1.2.2 Sebagai bahan dan media referensi bagi mahasiswa, petugas kesehatan
dan masyarakat secara umum.
1.2.3 Bagi klien dan masyarakat, memberikan informasi tentang penyakit
hipertensi dan perawatannya.
1.2.4 Bagi institusi pendidikan, merupakan sumbangan ilmiah bagi dunia
pendidikan dan dapat menjadi referensi atau kajian empiris untuk peneliti
selanjutnya.
1.2.5 Bagi Puskesmas, dapat dijadikan masukan untuk petugas kesehatan agar
lebih meningkatkan penyuluhan tentang penyakit hipertensi dan
perawatannya dan memaksimalkan asuhan keperawatan yang diberikan
pada pasien dengan diagnosa medis hipertensi.
6

BAB II
TINJAUAN KASUS
2.1 Konsep Keluarga
2.1.1 Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan sekumpulan orang yang dihubungkan oleh ikatan
perkawinan, adopsi, kelahiran yang bertujuan menciptakan dan mempertahankan
budaya yang umum: meningkatkan perkembangan fisik, mental, emosional, dan
sosial dari tiap anggota. Keluarga merupakan aspek terpenting dalam unit terkecil
dalam masyarakat, penerima asuhan, kesehatan anggota keluarga dan kualitas
kehidupan keluarga saling berhubungan, dan menempati posisi antara individu
dan masyarakat (Harmoko, 2012)
Keluarga adalah dua atau lebih individu yang bergabung karena hubungan
darah, perkawinan, dan adopsi dalam satu rumah tangga, yang berinteraksi satu
dengan lainnya dalam peran dan menciptakan serta mempertahankan suatu budaya
(Ali, 2010)
Keluarga adalah dua orang atau lebih yang dibentuk berdasarkan ikatan
perkawinan yang sah, mampu memenuhi kebutuhan hidup spritual dan material
yang layak, bertaqwa kepada Tuhan, memiliki hubungan yang selaras, serasi dan
seimbang antara anggota keluarga dan masyarakat serta lingkungannya
(Sudiharto, 2007)
2.1.2 Struktur Keluarga
Struktur keluarga ada bermacam-macam diantaranya adalah :
a. Bilateral : adalah keluarga sdarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ayah
b. Matrilineal : adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak saudara sedarah
dalam beberapa generasi dimana hubungan itu disusun melalui jalur garis
ibu
c. Matrilokal : sepasang suami istri yang tinggal bersama keluarga sedarah istri
d. Patrilokal : adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama kelaurga
sedarah suami
7

e. Keluarga kawinan : adalah hubungan suami istri sebagai dasar bagi


peminaan keluarga dan beberapa sanak saudara yang menajdi bagian
keluarga karena adanya hubungan dengan suami atau istri.
2.1.3 Ciri- Ciri Struktur Keluarga
a. Terorganisasi : saling berhubungan, saling ketergantungan antara anggota
keluarga
b. Ada keterbatasan : setiap anggota memiliki kebebasan tetapi mereka juga
mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi dan tugasnya masing-
masing
c. Ada perbedaan dan kekhususan : setiap anggota keluarga mempunyai
peranan dan fungsinya masing-masing
2.1.4 Fungsi Keluarga
Menurut Marilyn M. Friedman (2010) fungsi keluarga dibagi menjadi 5
yaitu :
a. Fungsi Afektif yaitu,Memfasilitasi stabilisasi kepribadian orang
dewasa,memenuhi kebutuhan psikologis anggota keluarga.
b. Fungsi Sosialisasi yaitu,Memfasilitasi sosialisasi primer anak yang bertujuan
menjadi anak sebagai anggota masyarakat yang produktif serta memberikan
status pada anggota keluarga.
c. Fungsi Reproduksi yaitu,untuk mempertahankan kontinuitas keluarga
selama beberapa generasi dan untuk keberlangsungan hidup masyarakat.
d. Fungsi Ekonomi yaitu,Menyediakan sumber ekonomi yang cukup alokasi
efektifnya.
e. Fungsi perawatan kesehatan yaitu,Menyadiakan kebutuhan fisik-
makanan,pakaian,tempat tinggal,perawatan kesehatan.
Berdasarkan UU No.10 Tahun 1992 PP No.21 Tahun 1994 tertulis fungsi
keluarga dalam 8 bentuk yaitu:

a. Fungsi Keagamaan
1. Membina norma ajaran-ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup
seluruh anggota keluarga
8

2. Menerjemahkan agama kedalam tingkah laku hidup sehari-hari kepada


seluruh anggota keluarga
3. Memberikan contoh konkrit dalam hidup sehari-hari dalam pengalaman
dari ajaran agama
4. Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang kurang diperolehnya disekolah atau masyarakat
5. Membina rasa, sikap, dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
pondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
b. Fungsi Budaya
1. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan
norma-norma dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin
dipertahankan
2. Membina tugas-tugas kelurga lembaga untuk menyaring norma dan
budaya asing yang tidak sesuai
3. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya
mencari pemecahan masalah dari berbagai pengaruh negatif globalisasi
dunia
4. Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga yang anggotanya dapat
berpartisipasi berperilaku yang baik sesuai dengan norma bangsa
indonesia dalam menghadapi tantangan globalisasi
5. Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan
budaya masyarakat atau bangsa untuk menjungjung terwujudnya norma
keluarga kecil bahagia sejahtera
c. Fungsi Cinta Kasih
1. Menumbuh kembangkan potensi kasih sayang yang telah ada antar
anggota keluarga kedalam simbol-simbol nyata secara optimal dan terus
menerus
2. Membina tingkkah laku saling menyanyangi baik anatar keluarga secara
kuantitatif dan kualitatif
3. Membina praktek kecintaan terhadap kehidupan duniawi dalam keluarga
secara serasi, selaras dan seimbang
9

4. Membina rasa, sikap dan praktek hidup keluarga yang mampu


memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal
menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera
d. Fungsi Perlindungan
1. Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak
aman yang timbul dari dalam maupun dari luar keluarga
2. Membina keamanan keluarga baik fisik maupun psikis dan berbagai
bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar
3. Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai
modal menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera
e. Fungsi Reproduksi
1. Membina Kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat baik bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya
2. Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan keluarga
dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental
3. Mengamalkan kaidah-kaidah reproduksi sehat, baik yang berkaitan
dengan waktu melahirkan, jarak antara dua anak dan jumlah ideal anak
yang diinginkan dalam keluarga
4. Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal yang
kondusif menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera
f. Fungsi Sosialisasi
1. Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga
sebagai wahana pendidikan dan sosialisasi anak pertama dan utama
2. Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai
pusat tempat anak dapat mencari pemecahan dan berbagai konflik dan
permasalahan yang dijumpainya baik dilingkungan sekolah maupun
masyarakat
3. Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukan untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan (fisik dan
mental), yang kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun
masyarakat
10

4. Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga


sehingga tidak saja bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi
orangtua, dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama
menuju keluarga kecil bahagia dan sejahtera
g. Fungsi Ekonomi
1. Melakukan kegiatan ekonomi baik diluar maupun didalam lingkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan
kehidupan keluarga
2. Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan
dan keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga
3. Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua diluar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan secara serasi, selaras
dan seimbang
4. Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarag sebagai modal untuk
mewujudkan keluarga kecil bahagia dan sejahtera
h. Fungsi Pelestarian Lingkungan
1. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan internal
keluarga
2. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan eksternal
keluarga
3. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan yang
serasi, selaras dan seimbang dan antara lingkungan keluarga dengan
lingkungan hidup masyarakat sekitarnya
4. Membina kesadaran, sikap dan praktek pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia dan
sejahtera.
2.1.5 Tipe/ Bentuk Keluarga
Tipe keluarga menurut Harmoko (2012) yaitu sebagai berikut:
a. Keluarga inti (nuclear family) adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan
anak-anak yang tinggal dalam satu rumah ditetapkan oleh sanksi-sanksi
11

legal dalam suatu ikatan perkawinan, satu/ keduanya dapat bekerja diluar
rumah
b. Keluarga besar (exstended family) adalah keluarga inti tambah dengan sanak
saudara, misalnya nenek, kakek, keponakan, saudara sepupu, paman bibi
dan sebagaianya
c. Keluarga berantai (serial family) adalah keluarga yang terdiri dari wanita
dan pria yang menikah lebih dari sati kali dan merupakan satu keluarga inti
d. Keluarga duda / janda (single family) adalah keluarga yang terjadi karena
perceraian atau kematian
e. Keluarga berkomposisi (cmposite) adalah keluarga yang perkawinannya
berpoligami dan hidup secara bersama
f. Keluarga kabitas (cahabitation) adalah dua orang yang menjadi satu tanpa
pernikahan tetapi membentuk suatu kekeluargaan
Tipe kekeluargaan Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar
(extended family), karena masyarakat Indonesia dengan adat istiadat yang
sangat kuat.
2.1.6 Peranan Keluarga
Berbagai peranan yang terdapat dalam keluarga adalah sebagai berikut:
a. Peranan ayah : ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak berperan sebagai
pencari nafkah, pendidik, pelindung dan memberi rasa aman, sebagai kepala
keluarga, sebagai anggota dari kelompok sosial serta sebagai anggota
masyarakat dari lingkungannya.
b. Peranan ibu : sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu mempunyai
pertanan untuk mengurus rumah tangga, sebagai pengasuh dari anak-
anaknya, pelindung dan sebagai salah satu kelompok dari peranan sosialnya
serta sebagai sanggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
dapat berperan sebagai nafkah tanbahan dalam kekeluargaan
c. Peranan anak : anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial sesuai dengan
tingkat perkembangannya baik fisik, mental, social dan spiritual. (uraian
selengkapnya dapat dipelajari dalam perawatan anak)
2.2 Hipertensi
12

2.2.1 Pengertian Hipertensi


Hipertensi atau penyakit tekanan darah tinggi adalah suatu gangguan pada
pembuluh darah yang mengakibatkan suplai oksigen dan nutrisi yang dibawa oleh
darah, terhambat sampai ke jaringan tubuh yang membutuhkannya (Sustrani,
2006).
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan pembuluh
darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World Health
Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90 mmHg,
dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai hipertensi.
Batasan ini tidak membedakan antara usia dan jenis kelamin (Marliani, 2007).
Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana
tekanan sistoliknya di atas 140 mmHg dan diastolik di atas 90 mmHg. Pada
populasi lansia, hipertensi didefinisikan sebagai tekanan sistolik 160 mmHg dan
tekanan diastolik 90 mmHg (Rohaendi, 2008).
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah
sistolik lebih dari 140 mmHg dan tekananan darah diastolik lebih dari 90 mmHg
pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dengan keadaan cukup
istirahat/ tenang. Peningkatan tekananan darah yang berlangsung dalam waktu
lama (peristen) dapat menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung
(penyakit jantung koroner) dan otak bila tidak dideteksi secara dini dan mendapat
pengobatan yang memadai (Kemenkes RI, 2014).
2.2.2 Etiologi
Menurut Sutanto (2009), penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia
adalah terjadinya perubahan – perubahan pada :
a. Elastisitas dinding aorta menurun
b. Katub jantung menebal dan menjadi kaku
c. Kemampuan jantung memompa darah menurun 1% setiap tahun sesudah
berumur 20 tahun, kemampuan jantung memompa darah menurun
menyebabkan menurunnya kontraksi dan volumenya.
d. Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karenakurangnya
efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
13

e. Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer


Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dikelompokkan menjadi dua.
Yang pertama hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya. Yang kedua
hipertensi sekunder, disebabkan kelainan ginjal dan kelainan kelenjar tiroid. Yang
banyak terjadi adalah hipertensi primer, sekitar 92-94% dari kasus hipertensi.
Dengan kata lain, sebagian besar hipertensi tidak dapat dipastikan penyebabnya
(Marliani, 2007).
2.2.3 Jenis Hipertensi
Hipertensi dapat didiagnosa sebagai penyakit yang berdiri sendiri, tetapi
lebih sering dijumpai terkait dengan penyakit lain, misalnya obesitas, dan diabetes
melitus. Berdasarkan penyebabnya, hipertpensi dapat dikelompokkan menjadi dua
golongan, yaitu:
a. Hipertensi esensial atau hipertensi primer
Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya (Gunawan, 2001).
Sebanyak 90-95 persen kasus hipertensi yang terjadi tidak diketahui dengan pasti
apa penyebabnya. Para pakar menunjuk stress sebagai tuduhan utama, setelah itu
banyak faktor lain yang mempengaruhi, dan para pakar juga menemukan
hubungan antara riwayat keluarga penderita hipertensi (genetik) dengan resiko
untuk juga menderita penyakit ini. Faktor- faktor lain yang dapat dimasukkan
dalam daftar penyebab hipertensi jenis ini adalah lingkungan,dan faktor yang
meningkatkan resikonya seperti obesitas, konsumsi alkohol, dan merokok.
b. Hipertensi renal atau hipertensi sekunder
Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit lain (Gunawan, 2001). Pada 5-
10 persen kasus sisanya, penyebab spesifiknya sudah diketahui, yaitu gangguan
hormonal, penyakit jantung, diabetes, ginjal, penyakit pembuluh darah atau
berhubungan dengan kehamilan. Garam dapur akan memperburuk hipertensi, tapi
bukan faktor penyebab.
2.2.4 Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak. Dari pusat vasomotor ini
bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar
14

dari kolumna medulla spinalis ganglia simpatis di toraks dan abdomen.


Rangsangan pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke
bawah melalui system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut saraf pasca
ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan dilepaskannya noreepineprin
mengakibatkan konstriksi pembuluh darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan
ketakutan dapat mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi. Individu dengan hipertensi sangat sensitiv terhadap norepinefrin,
meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana sistem saraf simpatis merangsang pembuluh
darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar adrenal juga terangsang,
mengakibatkan tambahan aktivitas vasokonstriksi. Medulla adrenal mensekresi
epinefrin, yang menyebabkan vasokonstriksi. Korteks adrenal mensekresi kortisol
dan steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor pembuluh
darah. Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran ke ginjal,
menyebabkan pelepasan rennin. Renin merangsang pembentukan angiotensin I
yang kemudian diubah menjadi angiotensin II, suatu vasokonstriktor kuat, yang
pada gilirannya merangsang sekresi aldosteron oleh korteks adrenal. Hormon ini
menyebabkan retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan
peningkatan volume intra vaskuler. Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi.
Sebagai pertimbangan gerontologis dimana terjadi perubahan struktural dan
fungsional pada system pembuluh perifer bertanggungjawab pada perubahan
tekanan darah yang terjadi pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi
aterosklerosis, hilangnya elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi
otot polos pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan arteri besar
berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume darah yang dipompa
oleh jantung (volume sekuncup) mengakibatkan penurunan curang jantung dan
peningkatan tahanan perifer (Rohaendi, 2008).
2.2.5 Klasifikasi Hipertensi
15

a. Klasifikasi hipertensi menurut WHO (World Health Organization) dalam


Rohaendi (2008):
b. Tekanan darah normal, yakni tekanan sistolik kurang atau sama dengan 140
mmHg dan tekanan diastoliknya kurang atau sama dengan 90 mmHg.
c. Tekanan darah borderline (perbatasan), yakni tekanan sistolik 140-159
mmHg dan tekanan diastoliknya 90-94 mmHg
d. Tekanan darah tinggi atau hipertensi, yakni sistolik 1ebih besar atau sama
dengan 160 mmHg dan tekanan diastoliknya lebih besar atau sama dengan
95mmHg.

Menurut Salma Elsanti (2009), klasifikasi penyakit hipertensi terdiri dari:


Tekanan sistolik:
(a) < 119 mmHg : Normal
(b) 120-139 mmHg : Pra hipertensi
(c) 140-159 mmHg : Hipertensi derajat 1
(d) > 160 mmHg : hipertensi derajat 2
Tekanan diastolik
(a) < 79 mmHg : Normal
(b) 80-89 mmHg : pra hipertensi
(c) 90-99 mmHg : hipertensi derajat 1
(d) >100mmHg : hipertensi derajat 2
Stadium 1: Hipertensi ringan (140-159 mmHg 90-99 mmHg)
Stadium 2: Hipertensi sedang (160-179 mmHg 100-109 mmHg)
Stadium 3: Hipertensi berat (180-209 mmHg 110-119 mmHg)
2.2.6 Gejala Hipertensi
Hipertensi sulit disadari oleh seseorang karena hipertensi tidak memiliki
gejala khusus. Menurut Sutanto (2009), gejala-gejala yang mudah diamati antara
lain yaitu :
16

a. Gejala ringan seperti pusing atau sakit kepala


b. Sering gelisah
c. Wajah merah
d. Tengkuk terasa pegal
e. Mudah marah
f. Telinga berdengung
g. Sukar tidur
h. Sesak napas
i. Rasa berat ditengkuk
j. Mudah lelah
k. Mata berkunang-kunang
l. Mimisan ( keluar darah dari hidung).
2.2.7 Faktor Resiko Yang Mempengaruhi Hipertensi
Menurut Elsanti (2009), faktor resiko yang mempengaruhi hipertensi yang
dapat atau tidak dapat dikontrol, antara lain:
a. Faktor Resiko Yang Tidak Dapat Dikontrol:
1. Jenis kelamin
Prevalensi terjadinya hipertensi pada pria sama dengan wanita. Namun wanita
terlindung dari penyakit kardiovaskuler sebelum menopause. Wanita yang belum
mengalami menopause dilindungi oleh hormon estrogen yang berperan dalam
meningkatkan kadar High Density Lipoprotein (HDL). Kadar kolesterol HDL
yang tinggi merupakan faktor pelindung dalam mencegah terjadinya proses
aterosklerosis. Efek perlindungan estrogen dianggap sebagai penjelasan adanya
imunitas wanita pada usia premenopause. Pada premenopause wanita mulai
kehilangan sedikit demi sedikit hormon estrogen yang selama ini melindungi
pembuluh darah dari kerusakan. Proses ini terus berlanjut dimana hormon
estrogen tersebut berubah kuantitasnya sesuai dengan umur wanita secara alami,
yang umumnya mulai terjadi pada wanita umur 45-55 tahun. Dari hasil penelitian
didapatkan hasil lebih dari setengah penderita hipertensi berjenis kelamin wanita
sekitar 56,5%. (Anggraini dkk, 2009).
17

Hipertensi lebih banyak terjadi pada pria bila terjadi pada usia dewasa muda.
Tetapi lebih banyak menyerang wanita setelah umur 55 tahun, sekitar 60%
penderita hipertensi adalah wanita. Hal ini sering dikaitkan dengan perubahan
hormon setelah menopause (Marliani, 2007).
2. Umur
Semakin tinggi umur seseorang semakin tinggi tekanan darahnya, jadi orang
yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan darah yang tinggi dari orang yang
berusia lebih muda. Hipertensi pada usia lanjut harus ditangani secara khusus. Hal
ini disebabkan pada usia tersebut ginjal dan hati mulai menurun, karena itu dosis
obat yang diberikan harus benar-benar tepat. Tetapi pada kebanyakan kasus ,
hipertensi banyak terjadi pada usia lanjut. Pada wanita, hipertensi sering terjadi
pada usia diatas 50 tahun. Hal ini disebabkan terjadinya perubahan hormon
sesudah menopause.
Hanns Peter (2009) mengemukakan bahwa kondisi yang berkaitan dengan
usia ini adalah produk samping dari keausan arteriosklerosis dari arteri-arteri
utama, terutama aorta, dan akibat dari berkurangnya kelenturan. Dengan
mengerasnya arteri-arteri ini dan menjadi semakin kaku, arteri dan aorta itu
kehilangan daya penyesuaian diri.
Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga
prevalensi dikalangan usia lanjut cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian
sekitar 50 % diatas umur 60 tahun. Arteri kehilangan elastisitas atau kelenturan
serta tekanan darah meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Peningkatan
kasus hipertensi akan berkembang pada umur lima puluhan dan enampuluhan.
Dengan bertambahnya umur, dapat meningkatkan risiko hipertensi
3. Keturunan (Genetik)
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu
mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan peningkatan
kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium
Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai risiko dua kali lebih
besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga
dengan riwayat hipertensi. Selain itu didapatkan 70-80% kasus hipertensi esensial
18

dengan riwayat hipertensi dalam keluarga (Anggraini dkk, 2009). Seseorang akan
memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan hipertensi jika orang
tuanya adalah penderita hipertensi (Marliani, 2007).
Menurut Rohaendi (2008), mengatakan bahwa Tekanan darah tinggi
cenderung diwariskan dalam keluarganya. Jika salah seorang dari orang tua anda
ada yang mengidap tekanan darah tinggi, maka anda akan mempunyai peluang
sebesar 25% untuk mewarisinya selama hidup anda. Jika kedua orang tua
mempunyai tekanan darah tingi maka peluang anda untuk terkena penyakit ini
akan meningkat menjadi 60%.
b. Faktor Resiko Yang Dapat Dikontrol:
1. Obesitas
Pada usia pertengahan ( + 50 tahun ) dan dewasa lanjut asupan kalori
sehingga mengimbangi penurunan kebutuhan energi karena kurangnya aktivitas.
Itu sebabnya berat badan meningkat. Obesitas dapat memperburuk kondisi lansia.
Kelompok lansia karena dapat memicu timbulnya berbagai penyakit seperti
artritis, jantung dan pembuluh darah, hipertensi (Rohendi, 2008).
Untuk mengetahui seseorang mengalami obesitas atau tidak, dapatdilakukan
dengan mengukur berat badan dengan tinggi badan, yang kemudian disebut
dengan Indeks Massa Tubuh (IMT). Rumus perhitungan IMT adalah sebagai
berikut:
Berat Badan (kg)
IMT =
Tinggi Badan (m) x Tinggi Badan (m)
IMT berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah
sistolik. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang obes 5 kali lebih
tinggi dibandingkan dengan seorang yang berat badannya normal. Pada penderita
hipertensi ditemukan sekitar 20-30% memiliki berat badan lebih.
Obesitas beresiko terhadap munculnya berbagai penyakit jantung dan
pembuluh darah. Disebut obesitas apabila melebihi Body Mass Index (BMI) atau
Indeks Massa Tubuh (IMT). BMI untuk orang Indonesia adalah 25. BMI
memberikan gambaran tentang resiko kesehatan yang berhubungan dengan berat
19

badan. Marliani juga mengemukakan bahwa penderita hipertensi sebagian besar


mempunyai berat badan berlebih, tetapi tidak menutup kemungkinan orang yang
berat badanya normal (tidak obesitas) dapat menderita hipertensi. Curah jantung
dan sirkulasi volume darah penderita hipertensi yang obesitas lebih tinggi
dibandingkan dengan berat badannya normal. (Marliani,2007).
2. Kurang olahraga
Olahraga banyak dihubungkan dengan pengelolaan penyakit tidak menular,
karena olahraga isotonik dan teratur dapat menurunkan tahanan perifer yang akan
menurunkan tekanan darah (untuk hipertensi) dan melatih otot jantung sehingga
menjadi terbiasa apabila jantung harus melakukan pekerjaan yang lebih berat
karena adanya kondisi tertentu.
Kurangnya aktivitas fisik menaikan risiko tekanan darah tinggi karena
bertambahnya risiko untuk menjadi gemuk. Orang-orang yang tidak aktif
cenderung mempunyai detak jantung lebih cepat dan otot jantung mereka harus
bekerja lebih keras pada setiap kontraksi, semakin keras dan sering jantung harus
memompa semakin besar pula kekuaan yang mendesak arteri. Latihan fisik
berupa berjalan kaki selama 30-60 menit setiap hari sangat bermanfaat untuk
menjaga jantung dan peredaran darah. Bagi penderita tekanan darah tinggi,
jantung atau masalah pada peredaran darah, sebaiknya tidak menggunakan beban
waktu jalan. Riset di Oregon Health Science kelompok laki-laki dengan wanita
yang kurang aktivitas fisik dengan kelompok yang beraktifitas fisik dapat
menurunkan sekitar 6,5% kolesterol LDL (Low Density Lipoprotein) faktor
penting penyebab pergeseran arteri (Rohaendi, 2008).
3. Kebiasaan Merokok
Merokok menyebabkan peninggian tekanan darah. Perokok berat dapat
dihubungkan dengan peningkatan insiden hipertensi maligna dan risiko terjadinya
stenosis arteri renal yang mengalami ateriosklerosis. Dalam penelitian kohort
prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s
Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subyek yang awalnya tidak ada riwayat
hipertensi, 51% subyek tidak merokok, 36% merupakan perokok pemula, 5%
subyek merokok 1-14 batang rokok perhari dan 8% subyek yang merokok lebih
20

dari 15 batang perhari. Subyek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun.
Kesimpulan dalam penelitian ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada
kelompok subyek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari
(Rahyani, 2007).
4. Mengkonsumsi garam berlebih
Badan kesehatan dunia yaitu World Health Organization (WHO)
merekomendasikan pola konsumsi garam yang dapat mengurangi risiko terjadinya
hipertensi. Kadar yodium yang direkomendasikan adalah tidak lebih dari 100
mmol (sekitar 2,4 gram yodium atau 6 gram garam) perhari. Konsumsi natrium
yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler
meningkat. Untuk menormalkannya cairan intraseluler ditarik ke luar, sehingga
volume cairan ekstraseluler meningkat. Meningkatnya volume cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. (Wolff, 2008).
5. Minum alkohol
Banyak penelitian membuktikan bahwa alkohol dapat merusak jantung dan
organ-organ lain, termasuk pembuluh darah. Kebiasaan minum alkohol berlebihan
termasuk salah satu faktor resiko hipertensi (Marliani, 2007).
6. Stress
Hubungan antara stress dengan hipertensi diduga melalui aktivitas saraf
simpatis peningkatan saraf dapat menaikan tekanan darah secara intermiten (tidak
menentu). Stress yang berkepanjangan dapat mengakibatkan tekanan darah
menetap tinggi. Walaupun hal ini belum terbukti akan tetapi angka kejadian di
masyarakat perkotaan lebih tinggi dibandingkan dengan di pedesaan. Hal ini dapat
dihubungkan dengan pengaruh stress yang dialami kelompok masyarakat yang
tinggal di kota (Rohaendi, 2003). Menurut Anggraini dkk, (2009)
menagatakan Stress akan meningkatkan resistensi pembuluh darah perifer dan
curah jantung sehingga akan menstimulasi aktivitas saraf simpatis. Adapun stress
ini dapat berhubungan dengan pekerjaan, kelas sosial, ekonomi, dan karakteristik
personal.
21

c. Komplikasi Hipertensi
Menurut Sustrani (2006), membiarkan hipertensi membiarkan jantung bekerja
lebih keras dan membiarkan proses perusakan dinding pembuluh darah
berlangsung dengan lebih cepat. Hipertensi meningkatkan resiko penyakit jantung
dua kali dan meningkatkan resiko stroke delapan kalindibanding dengan orang
yang tidak mengalami hipertensi.
Selain itu hipertensi juga menyebabkan terjadinya payah jantung, gangguan
pada ginjal dan kebutaan. Penelitian juga menunjukkan bahwa hipertensi dapat
mengecilkan volume otak, sehingga mengakibatkan penurunan fungsi kognitif
dan intelektual. Yang paling parah adalah efek jangka panjangnya yang berupa
kematian mendadak.
1. Penyakit jantung koroner dan arteri
Ketika usia bertambah lanjut, seluruh pembuluh darah di tubuh akan semakin
mengeras, terutama di jantung, otak dan ginjal. Hipertensi sering diasosiasikan
dengan kondisi arteri yang mengeras ini.
2. Payah jantung
Payah jantung (Congestive heart failure) adalah kondisi dimana jantung tidak
mampu lagi memompa darah yang dibutuhkan tubuh. Kondisi ini terjadi karena
kerusakan otot jantung atau system listrik jantung.
3. Stroke
Hipertensi adalah faktor penyebab utama terjadinya stroke, karena tekanan darah
yang terlalu tinggi dapat menyebabkan pembuluh darah yang sudah lemah
menjadi pecah. Bila hal ini terjadi pada pembuluh darah di otak, maka terjadi
perdarahan otak yang dapat berakibat kematian. Stroke juga dapat terjadi akibat
sumbatan dari gumpalan darah yang macet di pembuluh yang sudah menyempit.
4. Kerusakan ginjal
Hipertensi dapat menyempitkan dan menebalkan aliran darah yang menuju ginjal,
yang berfungsi sebagai penyaring kotoran tubuh. Dengan adanya gangguan
tersebut, ginjal menyaring lebih sedikit cairan dan membuangnya kembali
kedarah. Gagal ginjal dapat terjadi dan diperlukan cangkok ginjal baru.
5. Kerusakan penglihatan
22

Hipertensi dapat menyebabkan pecahnya pembuluh darah di mata, sehingga


mengakibatkan mata menjadi kabur atau kebutaan.
d. Pencegahan Hipertensi
Agar terhindar dari komplikasi fatal hipertensi, harus diambil tindakan
pencegahan yang baik (stop High Blood Pressure), antara lain menurut bukunya
(Gunawan, 2001),dengan cara sebagai berikut:
1. Mengurangi konsumsi garam.
Pembatasan konsumsi garam sangat dianjurkan, maksimal 2 g garam dapur untuk
diet setiap hari.
2. Menghindari kegemukan (obesitas).
Hindarkan kegemukan (obesitas) dengan menjaga berat badan (b.b) normal atau
tidak berlebihan. Batasan kegemukan adalah jika berat badan lebih 10% dari berat
badan normal.
3. Membatasi konsumsi lemak.
Membatasi konsumsi lemak dilakukan agar kadar kolesterol darah tidak terlalu
tinggi. Kadar kolesterol darah yang tinggi dapat mengakibatkan terjadinya
endapan kolesterol dalam dinding pembuluh darah. Lama kelamaan, jika endapan
kolesterol bertambah akan menyumbat pembuluh nadi dan menggangu peredaran
darah. Dengan demikian, akan memperberat kerja jantung dan secara tidak
langsung memperparah hipertensi.
4. Olahraga teratur.
Menurut penelitian, olahraga secara teratur dapat meyerap atau menghilangkan
endapan kolesterol dan pembuluh nadi. Olahraga yang dimaksud adalah latihan
menggerakkan semua sendi dan otot tubuh (latihan isotonik atau dinamik), seperti
gerak jalan, berenang, naik sepeda. Tidak dianjurkan melakukan olahraga yang
menegangkan seperti tinju, gulat, atau angkat besi, karena latihan yang berat
bahkan dapat menimbulkan hipertensi.
5. Makan banyak buah dan sayuran segar.
Buah dan sayuran segar mengandung banyak vitamin dan mineral. Buah yang
banyak mengandung mineral kalium dapat membantu menurunkan tekanan darah.
6. Tidak merokok dan minum alkohol.
23

7. Latihan relaksasi atau meditasi.


Relaksasi atau meditasi berguna untuk mengurangi stress atau ketegangan jiwa.
Relaksasi dilaksanakan dengan mengencangkan dan mengendorkan otot tubuh
sambil membayangkan sesuatu yang damai, indah, dan menyenangkan. Relaksasi
dapat pula dilakukan dengan mendengarkan musik, atau bernyanyi.
8. Berusaha membina hidup yang positif.
Dalam kehidupan dunia modern yang penuh dengan persaingan, tuntutan atau
tantangan yang menumpuk menjadi tekanan atau beban stress (ketegangan) bagi
setiap orang. Jika tekanan stress terlampau besar sehingga melampaui daya tahan
individu, akan menimbulkan sakit kepala, suka marah, tidak bisa tidur, ataupun
timbul hipertensi. Agar terhindar dari efek negative tersebut, orang harus berusaha
membina hidup yang positif.:
e. Makanan Yang Di Perbolehkan
1. Bayam
Bayam merupakan sumber magnesium yang sangat baik. Tidak hanya melindungi
dari penyakit jantung, tetapi juga dapat mengurangi tekanan darah. Selain itu,
kandungan folat dalam bayam dapat melindungi tubuh dari homosistein yang
membuat bahan kimia berbahaya. Penelitian telah menunjukkan bahwa tingkat
tinggi asam amino (homosistein) dapat menyebabkan serangan jantung dan stroke.

2. Kacang-kacangan
Kacang-kacangan, seperti kacang tanah, almond, kacang merah mengandung
magnesium dan potasium. Potasium dikenal cukup efektif menurunkan tekanan
darah tinggi.
3. Pisang
Buah ini tidak hanya menawarkan rasa lezat tetapi juga membuat tekanan darah
lebih sehat. Pisang mengandung kalium dan serat tinggi yang bermanfaat
mencegah penyakit jantung. Penelitian juga menunjukkan bahwa satu pisang
sehari cukup untuk membantu mencegah tekanan darah tinggi.
4. Kedelai
24

Banyak sekali keuntungan mengonsumsi kacang kedelai bagi kesehatan Anda.


Salah satunya dalah menurunkan kolesterol jahat dan tekanan darah tinggi.
Kandungan isoflavonnya memang sangat bermanfaat bagi kesehatan.
5. Kentang
Nutrisi dari kentang sering hilang karena cara memasaknya yang tidak sehat.
Padahal kandungan mineral, serat dan potasium pada kentang sangat tinggi yang
sangat baik untuk menstabilkan tekanan darah.
6. Coklat pekat
Pecinta cokelat pasti akan senang, karena kandungan flavonoid dalam cokelat
dapat membantu menurunkan tekanan darah dengan merangsang produksi nitrat
oksida. Nitrat oksida membuat sinyal otot-otot sekitar pembuluh darah untuk lebih
relaks, dan menyebabkan aliran darah meningkat.
f. Makanan Yang Tidak Di Perbolehkan
1. Roti, kue yang dimasak dengan garam dapur atau soda.
2. Ginjal, hati, lidah, sardin, keju, otak, semua makanan yang diawetkan
dengan menggunakan garam dapur; seperti daging asap, ham, ikan kaleng,
kornet, dan ebi.
3. Sayuran dan buah yang diawetkan dengan garam dapur; seperti sawi asin,
asinan, acar.
4. Garam dapur, soda kue, baking powder , MSG (penyedap rasa).
5. Margarin dan mentega biasa.
6. Bumbu yang mengandung garam dapur yaitu terasi, kecap, saus tomat,
petis, tauco.
Keterangan:
Makanan nomor 1, 3, 4, 6 adalah pangan yang mengandung garam
(terutama mengandung ion natrium atau Na +). Ion natrium yang tinggi dalam
darah dapat meningkatkan kandungan air sehingga kerja jantung meningkat dan
dapat meningkatkan tekanan darah.
Sedangkan makanan nomor 2, 5,adalah pangan yang mengandung
lemak/minyak dan kolesterol tinggi. Konsumsi lemak dan minyak yang tinggi
akan meningkatkan kandungan kolesterol dalam darah (terutama pangan dengan
25

kandungan asam lemak jenuh tinggi). Kolesterol yang tinggi dalam darah dapat
menyebabkan timbulnya penyumbatan pembuluh darah sehingga tekanan darah
menjadi tinggi (hipertensi).

2.2.8 Penatalaksanaan Hipertensi


Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan
angka kesakitan dan angka kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara
seminimal mungkin menurunkan gangguan terhadap kualitas hidup penderita
(Depkes RI, 2006). Upaya penatalaksanaan hipertensi pada dasarnya dapat
dilakukan melalui terapi non farmakologi dan terapi farmakologi (Direktorat
Pengendalian Penyakit Tidak Menular, 2013 : 23-39).
1. Terapi non farmakologi dapat dilakukan dengan melakukan pengendalian
faktor resiko, yaitu :
a.Makan gizi seimbang
b.Mengatasi obesitas
c.Melakukan olahraga teratur
d.Berhenti merokok
e.Mengurangi konsumsi alcohol.
2. Terapi Farmakologi
a.Pola Pengobatan Hipertensi
Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal, masa kerja yang panjang
sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat ditambahkan
selama beberapa bulan pertama perjalan terapi. Pemilihan obat atau kombinasi
yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap
obat antihipertensi.
b.Antihipertensi
Antihipertensi merupakan jenis pengobatan baik oral maupun parental, yang
bertujuan untuk menurunkan tekanan darah tinggi (Hipertensi). Tekanan darah
tinggi atau hipertensi merupakan peningkatan tekanan darah sehingga tekanan
sistolic lebih dari 140 mmHg dan tekanan darah diastolic lebih besar dari
90mmHg (Priyanto, 2010).
26

C. Prinsip Pemberian Obat Antihipertensi


Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Tidak Menular dalam pedoman teknis
penemuan dan tatalaksana hipertensi 2006 mengemukakan beberapa prinsip
pemberian obat antihipertensi sebagai berikut :
1. Pengobatan hipertensi sekunder lebih mengutamakan pengobatan
penyebabnya.
2. Pengobatan hipertensi essensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah
dengan harapan memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
3. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat
antihipertensi
4. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan seumur
hidup.
5. Jika tekanan darah terkontrol maka pemberian obat dapat dikontrol dengan
catatan obat yang diberikan untuk pemakaian selam 30 hari tanpa keluhan
baru.
6. Untuk penderita hipertensi yang baru diperlukan kontrol ulang 4 kali dalam
sebulan, apabila tekanan darah sistolik > 160mmHg atau diastolic >100mmHg
sebaiknya diberikan terapi kombinasi setelah kunjungan kedua (dalam minggu
kedua) tekanan darah tidak dapat dikontrol
d.Jenis Obat Antihipertensi
Jenis obat yang sering digunakan adalah sebagai berikut :
1. Diuretic, golongan tiazid merupakan obat pertama terapi hipertensi
2. Penghambat (Beta Blocker), melalui penurunan laju nadi dan
daya pompa jantung. Obat ini dapat menurunkan resiko PJK.
3. Golongan penghambat angiotensin converting enzym (ACE) dan
Angiotensin receptor blocker (ARB), memiliki efek vasodilatasi sehingga
meringankan beban jantung. ACE maupun ARB diindikasikan terutama
pada pasien hipertensi dengan gagal jantung. Obat-obatan yang termasuk
golongan ACE adalah valsartan, lisinopril, ramipril (Depkes RI ,2013 : 34)
27

4. Golongan Calsium channel Blocker (CBB) menghambat masuknya


kalsium kedalam arteri, sehingga menyebabkan dilatasi arteri
koroner dan arteri perifer.

2.2.9 Komplikasi
Tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama akan merusak
endhotel arteri dan mempercepat atherosclerosis. Komplikasi dari hipertensi
termasuk rusaknya organ tubuuh seperti jantung, mata, ginjal, otak dan pembuluh
darah besar. Hipertensi adalah faktor resiko utama untuk penyakit serebrovaskular
(stroke, transient ischemic attack), penyakit arteri koroner (infark miokard,
angina), gagal ginjal, dan atrial fibrilasi. Bila penderita hipertensi memiliki faktor
– faktor resiko kardiovaskular maka akan meningkatkan mortalitas dan mordibitas
akibat gangguan kardiovaskulernya. Menurut study Framinghan, pasien dengan
hipertensi mempunyai peningkatan resiko yang bermakna untuk penyakit koroner,
stroke, penyakit arteri perifer, gagal ginjal, dan gagal jantung (Muchid, 2006 : 7).
28

BAB III
LAPORAN KASUS

3.1 Pengkajian
3.1.1 Identitas
Kepala Keluarga : Tn.M
Alamat : Desa Bonan Dolok I
Pekerjaan KK : Petani
Pendidikan KK : SMA
3.1.2 Komposisi Anggota Keluarga

Hubungan Status imunisasi K


No Nama JK Umur
dgn KK BCG POLIO DPT HB CPK e
t
2. Ny.L P Istri 57 th sehat
3. An.K L Anak 24 th v v v v v v v v v v v v sehat
4. An.Y P Anak 20 th v v v v v v v v v v v v sehat

3.1.3 Genogram

Keterangan :

:laki2

:Pr
29

: Meninggal

: Klien

: Tinggal serumah

3.1.4 Status Sosial ekonomi keluarga

Kebutuhan sehari-hari Keluarga Ny.L semua dipenuhi Ny.L dengan


pendapatan perbulan Rp.1.000.000,-. Ny.L bekerja sebagai petani.
Pengeluaran keluarga Ny.L diantaranya untuk kebutuhan makan sehari
hari.
3.1.5 Aktivitas Rekreasi keluarga

Keluarga Ny.L sesekali melakukan rekreasi keluarga diluar kota.


Aktifitas rekreasi keluarga yang sering Dilakukan yaitu dengan
menonton televisi dan berkumpul bersama tetangga di depan rumah.

3.2 Riwayat dan Tahap Perkembangan Keluarga

3.2.1 Tahap perkembangan keluarga saat ini


Ny. L memiliki dua anak, anak K berusia 16 tahun anak pertama
masih bersekolah dan anak Y umur 13 tahun anak kedua masih
bersekolah. Keluarga ini berada dalam tahap V yaitu keluarga dengan
anak remaja.
3.2.2 Tugas perkembangan keluarga yang belum terpenuhi
Ny.L berharap agar anaknya masih bersekolah dan dapat terus
melanjutkan pendidikan.
3.2.3 Riwayat kesehatan keluarga inti
Dalam keluarga Ny.L terdapat satu orang yang sedang menderita sakit
yaitu Ny.L sendiri dimana memiliki riwayat penyakit hipertensi
selama ± 1 tahun. Ny.L mengeluh pusing, kepala terasa berat dan nyeri
di pundak serta istirahat tidur yang kurang, skala nyeri 5
30

(sedang). Ny.L mengatakan keluhannya dirasakan sejak 1 bulan


terakhir ini dan sebelumnya pernah berobat ke dokter praktek dan
puskesmas dan diberikan obat. Setelah minum obat keluhan sedikit
berkurang. Karena keterbatasan biaya untuk pengobatan Ny.L tidak
kontrol lagi ke puskesmas terdekat sehingga penyakitnya kambuh lagi.
3.2.4 Data Lingkungan
a) Karakteristik Rumah
Rumah keluarga Ny.Lmerupakan rumah pribadi/sendiri
b) Luas rumah dan tipe rumah
Luas rumah 42 m2 dengan ukuran 6x7 meter terdiri dari ruang
tamu, 2 kamar tidur , 1 ruang keluarga, dapur dan WC. lantai
rumah dari semen dengan tiperumah semi permanen
c) Penerangan dan ventilasi
Arah rumah Ny.L menghadap timur, cahaya matahari dapat
masuk saat pagi dengan jendela 6 buah, pada malam hari
menggunakan penerangan listrik.
d) Jamban
Jamban keluarga Ny.L terletak didalam rumah dengan kondisi
cukup bersih, keluarga Ny.L menggunakan septik tank dan
berjarak lebih dari 10meter dari sumber air.
e) Sumber air minum

Sumber air minum menggunakan PDAM. Air minum dimasak


sampaimendidik dan didinginkan

3.2.5 Fungsi Keluarga


a. Fungsi afektif
Anggota keluarga saling menyayangi, memiliki dan mendukung.
Persolan dalam rumah tangga selalu dibicarakan bersama sehingga
tidak memicu terjadinya masalah.
b. Fungsi Sosialisasi
Diantara anggota kelurga Ny.L berusaha selalu berinteraksi satu
31

dengan lainnya, begitu pula berinteraksi dengan masyarakat


sekitarnya. Keluarga berusuaha bertingk laku dan perperilaku yang
sesuai dengan norma yang dianutdi lingkungannya
c. Fungsi Reproduksi
Keluarga Ny. L sudah memiliki 2 orang anak dan Ny. N masih ber
KB
3.3 Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Ny.L An. K An.Y


Keadaan umum Klien tampak baik, Baik,
lemah, kesadaran kesadaran
kesadaran composmentis composmentis
composmentis TD : 110/80 TD : 100/80
TD : 120/100 mmHg mmHg
mmHg N : 76x/m N : 84x/m
N : 80x/m R : 20x/m R : 20x/m
R : 20x/m S : 36,50 C S : 36,70 C
S : 370 C
Integumen Bentuk kepala Bentuk kepala Bentuk kepala
mesosephal, mesosephal, mesosephal,
rambut rambut hitam, rambut hitam,
beruban, kulit kulit kepala kulit kepala
kepala bersih, bersih, kulit bersih, kulit
warna kulit sawomatang, sawomatang,
sawomatang, turgor kulit turgor kulit
turgor kulit baik, CR < 2 baik, CR < 2
baik, CR<2 detik, warna detik, warna
detik. dasar kuku dasar kuku
Wajah transparan. transparan.
meringis,
32

dengan skala
nyeri 5
(sedang)

Sistem Mata simetris Mata simetris Mata simetris


Penglihatan kiri dan kiri dan kiri dan
kanan, kanan, kanan,
konjungtiva konjungtiva konjungtiva
anemis, sklera merah muda, mera muda,
kekuningan, sklera putih, sklera putih,
fungsi kornea fungsi kornea fungsi kornea
baik, baik, baik,
penglihatan penglihatan penglihatan
baik, refleks baik, refleks baik, refleks
pupil isokor, pupil isokor, pupil isokor,
visus normal visus normal visus normal
Sistem Hidung Hidung Hidung
penciuman simetris, simetris, simetris,
bersih tidak bersih tidak bersih tidak
ada sekret, ada sekret, ada sekret,
fungsi fungsi fungsi
penciuman penciuman penciuman
baik. baik. baik.
Sistem Teling Teling Teling
pendengaran simetris, tidak simetris, tidak simetris, tidak
ada serumen, ada serumen, ada serumen,
fungsi fungsi fungsi
pendengaran pendengaran pendengaran
baik baik baik
33

Sistem Bentuk dada Bentuk dada Bentuk dada


pernapasan normochest, normochest, normochest,
bunyi napas bunyi napas bunyi napas
vesikuler, vesikuler, vesikuler,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
bunyi napas bunyi napas bunyi napas
tambahan. tambahan. tambahan.
Sistem Irama jantung Irama jantung Irama jantung
kardiovaskuler reguler, tidak reguler, tidak reguler, tidak
ada distensi ada distensi ada distensi
JVP, JVP, JVP,
pengisian pengisian pengisian
kapiler baik. kapiler baik. kapiler baik.
Sistem Bibir Bibir Bibir
gastrointestinal berwarna berwarna berwarna
pucat, tidak pucat, tidak merah muda,
ada stomatitis, ada stomatitis, tidak ada
mukosa bibir stomatitis,
mukosa bibir lembab, mukosa bibir
lembab, jumlah gigi lembab,
jumlah gigi lengkap, jumlah gigi
lengkap, warna putih lengkap,
warna putih kekuningan, warna putih
kekuningan, refleks kekuningan,
refleks menelan baik, refleks
menelan baik, fungsi menelan baik,
fungsi pengecapan fungsi
pengecapan baik, pengecapan
baik, peristaltik baik,
peristaltik normal, tidak peristaltik
34

normal, tidak ada nyeri normal, tidak


ada nyeri tekan pada ada nyeri
tekan pada abdomen. tekan pada
abdomen. abdomen.

Sistem endokrin Tidak ada Tidak ada Tidak ada


pembesaran pembesaran pembesaran
kelenjer tiroid kelenjer tiroid kelenjer tiroid

Sistem Tidak terdapat Tidak terdapat Tidak terdapat


perkemihan nyeri tekan nyeri tekan nyeri tekan
pada kandung pada kandung pada kandung
kemih, kemih, kemih,
frekuensi frekuensi frekuensi
berkemih 4- berkemih 4- berkemih 4-
5x/hari, warna 5x/hari, warna 5x/hari, warna
kuning muda kuning muda kuning muda
Sistem Tidak ada Tidak ada Tidak ada
reproduksi keluhan keluhan keluhan

Sistem Pergerakan Pergerakan Pergerakan


muskuloskeletal sendi normal, sendi normal, sendi normal,
tidak terdapat tidak terdapat tidak terdapat
edema dan edema dan edema dan
varises varises varises

3.4 Analisa Data


35

No Data Penyebab Masalah


1 DS Agen cedera Nyeri akut
➢ Ny.L mengeluh pusing, biologis
kepala terasa berat dan
nyeri di pundak
➢ Ny.L mengeluh istirahat
tidur yang kurang
➢ Skala nyeri 5 (sedang)

DO
➢ TD : 150/90 mmHg
➢ HR : 80 x/ menit
➢ RR : 20 x/ menit
➢ SB : 370C
➢ Tampak meringis
2 DS Sumber daya Ketidakefektifan
➢ Tn.M mengatakan pernah tidak cukup pemeliharaan
membawa Ny.L ke kesehatan
puskesmas dan ke dokter,
setelah obat habis tidak
pernah lagi ke puskesmas
➢ Tn.M mengatakan tidak
mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Ny.L
DO
➢ Tn. L tampak lemas
➢ TD : 150/90 mmHg
➢ HR : 80 x/ menit
➢ RR : 20 x/ menit
➢ SB : 370C

3.5 Diagnosa Keperawatan Keluarga


36

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan


Ny.L mengeluh pusing, kepala terasa berat dan nyeri di pundak serta
istirahattidur yang kurang., TD : 150/90 mmHg, HR : 80 x/ menit, Skala
nyeri 5 (sedang) dan tampak meringis.

b. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber


daya tidak cukup ditandai dengan Tn.M mengatakan pernah membawa
Ny.L ke puskesmas dan ke dokter, setelah obat habis tidak pernah lagi ke
puskesmas, Tn.M mengatakan tidak mengetahui bagaimana cara
memulihkan kondisi Ny. L, dan TD : 150/90 mmHg

3.6 Intervensi Keperawatan


No Diagnosa SLKI SIKI

1. Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri


berhubungan perawatan selama 3x24 ▪ Lakukan
dengan agen jam, klien akan mencapai pengkajiannyeri secara
cedera biologis : komprehensif
ditandai dengan Tingkat nyeri menurun termasuk lokasi,
Tn. L mengeluh Kriteria hasil : karakteristik, durasi,
pusing, kepala - Skala Nyeri frekuensi, kualitas dan
terasa berat, Tn. L berkurang faktor presipitasi
mengatakan sering - Klien melaporkan ▪ Observasi
nyeri leher dan rasa nyeri reaksi nonverbal dari
pundak, TD : berkurang ketidaknyamanan
150/90 mmHg, - Klien dapat ▪ Gunakan teknik
HR : 80 x/ menit, menggunakan komunikasi terapeutik
Skala nyeri 5 teknik non untuk mengetahui
(sedang) dan farmakologi dalam pengalaman nyeri
tampak meringis. menurunkan nyeri pasien
▪ Kontrol lingkungan
yang dapat
37

mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
▪ Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
▪ Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri
2 Ketidakefektifan Setelah dilakukan Pengajaran: proses
pemeliharaan perawatan selama 3 x 24 penyakit
kesehatan jam, klien dan Keluarga • Kaji tingkat
berhubungan dapat mencapai : pengetahuan
dengan sumber Tingkat pengetahuan keluarga tentang
daya tidak cukup meningkat hipertensi
ditandai dengan • Lakukan HE dengan
Ny. N penyuluhan tentang
mengatakan hipertensi
pernah membawa • Review ulang hasil
Tn. L ke penyuluhan
38

puskesmas dan ke Partisipasi perawatan Dukungan perilaku


dokter, setelah meningkat keputusan
obat habis tidak • Kaji kemampuan
pernah lagi ke keluarga merawat
puskesmas, Ny. N anggota keluarga
mengatakan tidak yang sakit
mengetahui • Bantu keluarga
bagaimana cara membuat bahan
memulihkan herbal untuk
kondisi Tn. L, dan menurunkan TD
TD : 150/90 • Demonstrasikan
mmHg cara pembuatan
herbal untuk
menurunkan TD
Kepatuhan perilaku Mengunjungi fasilitas
kesehatan
• Kaji kemampuan
keluarga
menggunakan
fasilitas kesehatan
• Berikan dukungan
keluarga
menggunakan JKN
• Lakukan HE tentang
pentingnya
pengobatan teratur
pada hipertensi
39

3.7 Implementasi Keperawatan


No. Tanggal dan Intervensi Paraf Evaluasi
Dx waktu
1. 15 Februari 1. Melakukan pengkajian S: Ny.L
2023 nyeri secara komprehensif mengatakan
2. Mengobservasi reaksi masih pusing
09.30
nonverbal dari dan kepala
ketidaknyamanan terasa berat
3. menggunakan teknik O:
komunikasi terapeutik - skala nyeri
untuk mengetahui 5 sedang
pengalaman nyeri pasien - TTV
4. Mengontrol lingkungan TD:
yang dapat mempengaruhi 150/100
nyeri seperti suhu ruangan, mmHg HR:
pencahayaan dan 80x/m
Kebisingan
5. Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi
6. Memberikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
2. 15 Februari 1. Mengkaji tingkat S: keluarga
2023 pengetahuan keluarga Mengatakan
tentang hipertensi mengerti
11.30
hasil : keluarga belum O : pengetahuan
mengerti tentang 70%kategori
hipertensi, bagaimana baik
penanganannya di rumah P : intervensi
dan dampak bila tidak selesai
diobati
40

2. Melakukan penyuluhan
tentang hipertensi
Hasil :

Klien dan anggota


keluarga antusias dan
mendengarkan dengan
seksama penyuluhan
hipertensi
3. mereview hasil
penyuluhan
Hasil :

Keluarga dapat

mengulangi 70%

penjelasan tentang
hipertensi dan dapat
menjawab pertanyaan
yang diajukan 100%
41

1 16 Februari 1. Melakukan pengkajian S: Ny.L


2023 nyeri secara komprehensif
2. Mengobservasi reaksi mengatakan
10.30
nonverbal dari masih pusing
ketidaknyamanan berkurang dan
3. menggunakan teknik kepala terasa
komunikasi terapeutik ringan
untuk mengetahui O:
pengalaman nyeri pasien
4. Mengontrol lingkungan - skala nyeri
yang dapat mempengaruhi 3 (ringan)
nyeri seperti suhu ruangan, - TTV
pencahayaan dan
kebisingan TD: 130/80
5. Mengajarkan tentang
teknik non farmakologi mmHg
6. Memberikan analgetik HR: 76x/m
untuk mengurangi nyeri

2 16 Februari 2023 1. Mengkaji pengetahuan S : keluarga


keluarga tentang mengatakan
11.30
hipertensi mengunjungin
Hasil : keluarga dapat faskes
memberikan penjelasan
O : pengetahuan
80 % benar
80% kategori
2. Mengkaji kemampuan
baik
keluarga merawat
A : massalah
anggotakeluarga yang
teratasi
sakit Hasil : keluarga
hanya memberikan P : intervensi
selesai
42

perawatan seadanya
dengan memijat
3. Membantu keluarga
membuat bahan herbal
untuk menurunkan TD
Hasil : keluarga memilih
untuk memberikan Jus
ketimun
4. Mendemonstrasikan cara
pembuatan herbal untuk
menurunkan TD
Hasil : keluarga dapat
membut jus timun untuk
menurunkan TD
5. Mengkaji kemampuan
keluarga menggunakan
fasilitas kesehatan
Hasil : keluarga tidak
memiliki JKN dan biaya
terbatas untuk obat
6. Memberikan dukungan
keluarga menggunakan
JKN
Hasil : keluarga bersedia
untuk mengurus BPJS
melalui Kelurahan
43

3.8 Evaluasi Keperawatan


No. NOC Saat Hari I Hari II Hari III
pengkajian

1. Tingkat nyeri Skala 5 Skala 5 Skala 4 Skala 3


(Sedang) (Sedang) (sedang) (Ringan)

2. Pengajaran: 30% 30% 70% 80%


proses penyakit
(Kurang) (Kurang) (Baik) (Baik)

3 Partisipasi dan 30% 30% 40% 90%


perilaku
(Kurang) (Kurang) (Kurang) (Baik)
kepatuhan
44

BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Seseorang dikatakan terkena hipertensi adalah dimana tekanan darah sistolik >
140 mmHg dan tekanan diastolik > 90 mmHg. Penyakit ini adalah penyakit yang
berbahaya karena merupakan salah satu faktorresiko terjadinya stroke.
Hipertensi berdasarkan penyebabnya dibagi menjadi dua yaitu :
A. Hipertensi primer atau esensial merupakan hipertensi dengan penyebab
yang tidak diketahui secara pasti/
B. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyebab
spesifik tertentu, misalnya penyakit ginjal, penyakit endokrin atau
karena penyakit koartasio aorta.
4.2 Saran
Setelah membaca laporan ini saya berpesan kepada para pembaca agar selalu
menjaga kesehatan. Kesehatan merupakan anugrah yang tak ternilai harganya.
Karena di dalam tubuh yang sehat terdapat jiwa yang sehat. Selalu memperhatikan
asupan makanan yang masuk dalam tubuh kita/ Makanlah makanan yang bergizi
tinggi yang dapat memenuhi semua kebutuhan tubuh kita agar tidak terjadi
hipertensi.

Anda mungkin juga menyukai