Anda di halaman 1dari 53

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA

DENGAN HIPERTENSI

Disusun Oleh :
Rossalia Dwi Anggraeni
(201701191)

Program Study Profesi Ners


Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Bina Sehat PPNI Mojokerto
2020/2021
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Asuhan keperawatan keluarga digunakan untuk membantu menyelesaikan
masalah kesehatan keluarga dengan menggunakan pendekatan proses keperawatan.
Agar pelayanan kesehatan yang diberikan dapat diterima oleh keluarga, maka perawat
harus mengerti, memahami tipe dan struktur keluarga, Tahu tingkat pencapaian
keluarga dalam melakukan fungsinya dan Perlu paham setiap tahap perkembangan
keluarga dan tugas perkembangannya.
Pada keluarga terdapat tahap perkembangan dan tugas perkembangan. Tahap
perkembangan keluarga menurut teori Duval 1985 dalam Setiadi (2008) dibagi dalam
delapan tahap perkembangan, yaitu keluarga baru (Berganning Family), keluarga
dengan anak pertama < 30 bulan (Childbearing), keluarga dengan anak pra sekolah,
keluarga dengan anak usia sekolah (6-13 tahun), keluarga dengan anak remaja (13-20
tahun), keluarga dengan anak dewasa (anak pertama meninggalkan rumah), keluarga
usia pertengahan (Midlle Age Family), dan keluarga lanjut usia.
Status sehat atau sakit dalam keluarga saling mempengaruhi satu sama lain.
Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi seluruh keluarga dan sebaliknya
mempengaruhi jalanya suatu penyakit dan status kesehatan anggota. Keluarga
cenderung dalam pembuatan keputusan dan dan proses terapeutik pada setiap tahap
sehat dan sakit pada para anggota keluarga. Keluarga merupakan para anggota sebuah
keluarga baiasanya hidup bersama- sama dalam satu rumah tangga, atau jika mereka
hidup secra terpisah, mereka tetap menganggap rumah tangga tersebut sebagai rumag
tangga mereka.
Data World Health Organization (WHO) tahun 2015 menunjukkan sekitar
1,13 Miliar orang di dunia menyandang hipertensi, artinya 1 dari 3 orang di dunia
terdiagnosis hipertensi. Jumlah penyandang hipertensi terus meningkat setiap
tahunnya, diperkirakan pada tahun 2025 akan ada 1,5 Miliar orang yang terkena
hipertensi, dan diperkirakan setiap tahunnya 10,44 juta orang meninggal akibat
hipertensi dan komplikasinya (Situmorang, 2019). Prevalensi Hipertensi yang tinggi
tidak hanya terjadi di negara maju tetapi juga di negara berkembang seperti di
Indonesia. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2018
menunjukkan angka prevalensi Hipertensi hasil pengukuran mencapai 34,1%
meningkat tajam dari 25,8% pada tahun 2013, dengan angka prevalensi tertinggi di
Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 44,1% dan terendah di provinsi Papua sebesar
22,2%. Provinsi Gorontalo sendiri pada hasil Riskesdas 2013 mencapai 29,0% dan
pada Riskesdas tahun 2018 menjadi 31,0% dan berada pada urutan ke 20 dari 34
Provinsi (Kemenkes RI, 2018) dikutip dalam (Adam, 2019). Hasil wawancara pada
puskesmas di Kabupaten kepulauan ARU pada yang menderita hipertensi 40% lansia
mengalami Hipertensi karenakan factor gaya hidup dan 40% pada lansia dan usia
produktif, genetic 40% yang aktif ke serta puskemas untuk kontor tekanan darah dan
20% dikarenakan takut puskemesmas disebakan takut tertular covid-19.
Pada umummya semakin bertambahnya usia maka semakin besar pula risiko
terjadinya Hipertensi. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan struktur pembuluh
darah seperti penyempitan lumen, serta dinding pembuluh darah menjadi kaku dan
elastisitasnya berkurang sehingga meningkatkan tekanan darah. (Adam, 2019). Faktor
yang dapat menyebabkan Hipertensi antara lain kebiasaan hidup atau perilaku
kebiasaan mengkonsumsi natrium yang tinggi, kegemukan, stres, merokok, dan
minum alkohol (Padila, 2013). Adapun tingginya prevalensi Hipertensi menurut
dikarenakan gaya hidup yang tidak sehat seperti kurangnya olahraga/aktivitas fisik,
kebiasaan merokok, dan mengkonsumsi makanan yang tinggi kadar lemaknya (Ainun,
Sidik, & Rismayanti, 2014) dikutip dalam (Adam, 2019). . Hipertensi merupakan
penyebab kematian dan kesakitan yang tinggi. Darah tinggi sering diberi gelar the
silent killer karena merupakan pembunuh tersembunyi yang menyebabkan kematian
yang tanda-tanda awalnya tidak diketahui atau tanpa gejala sama sekali (Larasiska A
& Priyantari W, 2017)
Hipertensi sebenarnya merupakan penyakit yang bisa diatasi dengan perilaku
hidup sehat. Seorang dapat menghindari penyakit tersebut apabila dapat mengontrol
pola makan, pola istirahat, pola aktivitas dengan baik dan juga menghindari hal-hal
yang dapat merusak kesehatan semisal merokok, begadang, maupun makan makanan
yang dapat memacu penyakit Hipertensi (Adam, 2019).
Salah satu upaya untuk menciptakan sikap penderita patuh dalam pengobatan
adalah dengan adanya dukungan keluarga. Hal ini karena keluarga sebagai individu
terdekat dari penderita. Tidak hanya memberikan dukungan dalam bentuk lisan,
namun keluarga juga harus mampu memberikan dukungan 4 dalam bentuk sikap.
Misalnya, keluarga membantu penderita untuk mencapai suatu pelayanan kesehatan
(Elmiani, 2012). Keluarga dapat menjadi faktor yang sangat berpengaruh dalam
menentukan keyakinan dan nilai kesehatan individu serta dapat juga menemukan
tentang program pengobatan yang dapat individu atau penderita terima. Dukungan
yang dibutuhkan klien bukan hanya dari perawat, tetapi juga dukungan dari keluarga.
Bentuk dukungan keluargalah yang mempunyai pengaruh besar terhadap kesehatan
klien. Untuk memenuhi kebutuhan klien terhadap dukungan keluarga ini maka
perawat dapat menjalankan perannya sebagai fasilitator yang memfasilitasi klien
dengan keluarganya. Selain itu perawat perlu melibatkan peran serta keluarga dalam
pemberian asuhan keperawatan (Elmiani, 2012)

1.2 Tujuan
1. Tujuan Umum
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam mengatasi masalah kesehatan
sendiri.
2. Tujuan Khusus
Ditingkatkannya kemampuan keluarga dalam :
a) Mengenal masalah kesehatan keluarga
b) Merumuskan tindakan yang tepat untuk mengatasi masalah kesehatan keluarga.
c) Melakukan tindakan keperawatan kesehatan kepada anggota keluarga yang
sakit, mempunyai gangguan fungsi tubuh, dan atau yang membutuhkan bantuan
asuhan keperawatan.
d) Memelihara lingkungan " fisik, psikis dan sosial ' sehingga dapat menunjang
peningkatan kesehatan keluarga.
e) Memanfaatkan sumber daya yang ada di masyarakat, misalnya Puskesmas,
Puskesmas Pembantu, Kartu Sehat, dan Posyandu untuk memperoleh pelayanan
kesehatan.

1.3 Manfaat
Hasil laporan ini diharapkan dapat memberikan informasi dalam bidang keperawatan
keluarga tentang asuhan keperawatan keluarga dengan hipertensi.
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Keluarga

2.1.1 Definisi Keluarga


Keluarga adalah suatu system sosial yang berisi dua atau lebih orang yang
hidup bersama yang mempunyai hubungan darah, perkawinan atau adopsi, tingga
bersama dan saling menguntungkan, empunyai tujuan bersama, mempunyai
generasi peneus, saling pengertian dan saling menyayangi. (Murray & Zentner,
1997) dikutip dari (Achjar, 2010) Keluarga merupakan sekumpulan orang yang
dihubungkan oleh perkawinan, adopsi dan kelahiran yang bertujuan menciptakan
dan mempertahankan budaya yang umum, meningkatkan perkembangan fisik,
mental, emosional dan social dari individu-individu yang ada didalamnya terlihat
dari pola interaksi yang saling ketergantungan untuk mencapai tujuan bersama.
(Friedman, 1998) Berdasarkan kedua pengertian di atas dapat diambil kesimpulan
bahwa Keluarga adalah unit terkecil dari mastarakat yang terdiri dari dua orang
atau lebih dengan ikatan perkawinan, kelahiran atau adopsi yang tinggal di satu
tempat/ rumah, saling berinteraksi satu sama lain, mempunyai peran masing-
masing dan mempertahankan suatu kebudayaan.

2.1.2 Ciri-ciri Keluarga


A. Menurut Robert Iver dan Charles Horton yang di kutip dari (Setiadi, 2008)
1. Keluarga merupakan hubungan perkawinan
2. Keluarga bentuk suatu kelembagaan yang berkaitan dengan hubungan
perkawinan yang senganja dibentuk atau dipelihara.
3. Keluarga mempunyai suatu system tata nama (Nomen Clatur) termasuk
perhitungan garis keturunan.
4. Keluarga mempunyai fumgsi ekonomi yang dibentuk oleh anggota-
anggotanya berkaitan dengan kemampuan untuk mempunyai keturunan dan
membesarkan anak.
5. Keluarga merupakan tempat tingggal bersama, ruamh atau rumah tangga.
B. Ciri keluarga Indonesia (Setiadi, 2008)
1. Mempunyai ikatan yang sangat erat dengan dilandasi semangat gotong
royong.
2. Dijiwai oleh nilai kebudayaan ketimuran.
3. Umumnya dipimpim oleh suami meskipun proses pemutusan dilakukan secara
musyawarah.

2.1.3 Struktur Keluarga


Menurut Friedman (1998) struktur keluarga terdiri atas :
A. Pola dan proses komunikasi
1. Pola interaksi keluarga yang berfungsi :
a. Bersifat terbuka dan jujur.
b. Selalu menyelesaikan konflik keluarga.
c. Berfikiran positif.
d. Tidak mengulang-ulang isu dan pendapat sendiri.
2. Karakteristik komunikasi keluarga berfungsi untuk :
a. Karakteristik pengirim Yakin dalam mengemukakan sesuatu atau pendapat, apa yang
disampaikan jelas dan berkualitas, selalu meminta dan menerima umpan balik.
b. Karakteristik penerima Siap mendengarkan, memberi umpan balik, dan melakukan
validasi.
B. Struktur Peran
Peran adalah serangkaian perilaku yang diharapkan sesuai dengan posisi sosial
yang diberikan. Yang dimaksud dengan posisi atau status adalah posisi individu
dalam masyarakat misalnya sebagai suami, istri, anak dan sebagainya. Tetapi
kadang peran ini tidak dapat dijalankan oleh masing-masing individu dengan baik.
Ada beberapa anak yang terpaksa mencari nafkah untuk memenuhi kebutuhan
anggota keluarga yang lain, sedangkan orang tua mereka entah kemana atau malah
berdiam diri di rumah.
C. Struktur kekuatan kekuatan merupakan kemampuan (potensial dan aktual) dari
individu untuk mengendalikan atau mempengaruhi untuk merubah perilaku orang
lain kearah positif ada beberapa macam tipe struktur kekuatan :
1. Legimati power
Wewenang primer yang merujuk pada kepercayaan bersama bahwa dalam
suatu keluarga satu orang mempunyai hak untuk mengontrol tingkah laku
anggota keluarga yang lain.
2. Referent power
Kekuasan yang dimilikiorang-orang tertentu terhadap orang lain karena
identifikasi positif terhadap mereka,seperti identifikasi positif seorang anak
dengan orang tua (role mode).
3. Reward power
Pengaruh kekuasaan karena adanya harapan yang akan diterima oleh
seseorang dari orang yang mempunyai pengaruh karena kepatuhan seseorang.
Seperti ketaatan anak terhadap orang tua.
4. Coercive power
Sumber kekuasaan mempunyai kemampuan untuk menghukum dengan
paksaan,ancaman, atau kekerasan bila mereka tidak mau taat.
5. Affectif power
Kekuasaan yang diberikan melalui manipulasi dengan memberikan atau tidak
memberikan afeksi atau kehangatan, cinta kasih misalnya hubungan seksual
pasangan suami istri.
D. Nilai-nilai keluarga
Nilai merupakan suatu sistem, sikap dan kepercayaan yang secara sadar atau tidak
mempersatukan anggota keluarga dalam satu budaya. Nilai keluarga juga
merupakan suatu pedoman bagi perkembangan norma dan peraturan. Norma
adalah perilaku yang baik, menurut masyarakat berdasarkan sistem nilai dalam
keluarga. Budaya adalah kumpulan dari pola perilaku yang dapat dipelajari, dibagi
dan ditularkan dengan tujuan untuk menyelesaikan masalah.

2.1.4 Tipe Keluarga


Dalam (Murwani, 2007) di sebutkan beberapa tipe keluarga yaitu :
A. Tipe Keluarga Tradisional
1. Keluarga Inti ( Nuclear Family ) , adalah keluarga yang terdiri dari ayah, ibu
dan anak-anak.
2. Keluarga Besar ( Exstended Family ), adalah keluarga inti di tambah dengan
sanak saudara, misalnya nenek, keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan
sebagainya.
3. Keluarga “Dyad” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari suami dan istri
tanpa anak.
4. “Single Parent” yaitu suatu rumah tangga yang terdiri dari satu orang tua
(ayah/ibu) dengan anak (kandung/angkat). Kondisi ini dapat disebabkan oleh
perceraian atau kematian.
5. “Single Adult” yaitu suatu rumah tangga yang hanya terdiri seorang dewasa
(misalnya seorang yang telah dewasa kemudian tinggal kost untuk bekerja
atau kuliah)
B. Tipe Keluarga Non Tradisional
1. The Unmarriedteenege mather
Keluarga yang terdiri dari orang tua (terutama ibu) dengan anak dari
hubungan tanpa nikah
2. The Stepparent Family
Keluarga dengan orang tua tiri.
3. Commune Family
Beberapa pasangan keluarga (dengan anaknya) yang tidak ada hubungan
saudara hidup bersama dalam satu rumah, sumber dan fasilitas yang sama,
pengalaman yang sama : sosialisasi anak dengan melelui aktivitas kelompok
atau membesarkan anak bersama.
4. The Non Marital Heterosexual Conhibitang Family
Keluarga yang hidup bersama dan berganti – ganti pasangan tanpa melelui
pernikahan.
5. Gay And Lesbian Family
Seseorang yang mempunyai persamaan sex hidup bersama sebagaimana
suami – istri (marital partners).
6. Cohibiting Couple
Orang dewasa yang hidup bersama diluar ikatan perkawinan karena beberapa
alas an tertentu.
7. Group-Marriage Family
Beberapa orang dewasa menggunakan alat – alat rumah tangga bersama yang
saling merasa sudah menikah, berbagi sesuatu termasuk sexual dan
membesarkan anaknya.
8. Group Network Family
Keluarga inti yang dibatasi aturan atau nilai – nilai, hidup bersama atau
berdekatan satu sama lainnya dan saling menggunakan barang – barang
rumah tangga bersama, pelayanan dan tanggung jawab membesarkan
anaknya.
9. Foster Family
Keluarga menerima anak yang tidak ada hubungan keluarga atau saudara
didalam waktu sementara, pada saat orang tua anak tersebut perlu
mendapatkan bantuan untuk menyatukan kembali keluarga yang aslinya.
10. Homeless Family
Keluarga yang terbentuk dan tidak mempunyai perlindungan yang permanent
karena krisis personal yang dihubungkan dengan keadaan ekonomi dan atau
problem kesehatan mental.
11. Gang.
Sebuah bentuk keluarga yang destruktif dari orang- orang muda yang mencari
ikatan emosional dan keluarga yang mempunyai perhatian tetapi berkembang
dalam kekerasan dan criminal dalam kehidupannya.

2.1.5 Fungsi Keluarga


Menurut Friedman (1986) mengidentifikasi lima fungsi keluarga, sebagai berikut:
A. Fungsi Afektif
Fungsi afektif berhubungan erat dengan fungsi internal keluarga, yang
merupakan basis kekuatan keluarga. Fungsi afektif berguna untuk pemenuhan
kebutuhan psikososial. Keberhasilan melaksanakan fungsi afektif tampak pada
kebahagiaan dan kegembiraan dari seluruh anggota keluarga. Tiap anggota
keluarga saling mempertahankan iklim yang positif. Hal tersebut dapat dipelajari
dan dikembangkan melalui interaksi dan hubungan dalam keluarga. Dengan
demikian, keluarga yang berhasil melaksanakan fungsi afektif, seluruh anggota
keluarga dapat mengembangkan konsep diri positif.
Komponen yang perlu dipenuhi oleh keluarga dalam melaksanakan fungsi
afektif adalah :
1. Saling mengasuh : cinta kasih, kehangatan, saling menerima, saling
mendukung antar anggota keluarga, mendapatkan kasih sayang dan dukungan
dari anggota yang lain. Maka kemampuannya untuk memberikan kasih
sayang akan meningkat, yang pada akhirnya tercipta hubungan yang hangat
dan saling mendukung. Hubbungan intim didalam keluarga merupakan modal
dasar dalam memeberikan hubungan dengan orang lain diluar keluarga/
masyarakat.
2. Saling menghargai. Bila anggota keluarga saling menghargai dan mengakui
keberadaan dan hak setiap anggota keluarga serta selalu mempertahankan
iklim yang positif, maka fungsi afektif akan tercapai.
3. Ikatan dan identifikasi ikatan keluarga dimulai sejak pasangan sepakat
memulai hidup baru. Ikatan antar anggota keluarga dikembangkan melalui
proses identifikasi dan penyesuaian pada berbagai aspek kehidupan anggota
keluarga. Orang tua harus mengembangkan proses identifikasi yang positif
sehingga anak-anak dapat meniru tingkah laku yang positif dari kedua orang
tuanya.
Fungsi afektif merupakan “sumber energi” yang menentukan kebahagiaan
keluarga. Keretakan keluarga, kenakalan anak atau masalah keluarga, timbul
karena fungsi afektif di dalam keluarga tidak dapat terpenuhi.
B. Fungsi Sosialisasi
Sosialisasi adalah proses perkembangan dan perubahan yang dilalui individu,
yang menghasilkan interaksi sosial dan belajar berperan dalam lingkungan sosial.
Sosialisasi dimulai sejak manusia lahir. Keluarga merupakan tempat individu
untuk belajar bersosialisasi, misalnya anak yang baru lahir dia akan menatap ayah,
ibu, dan orang-orang yang ada di sekitarnya Kemudian beranjak balita dia mulai
belajar bersosialisasi dengan lingkungan sekitar meskipun demikian keluarga tetap
berperan penting dalam bersosialisasi. Keberhasilan perkembangan individu dan
keluarga dicapai melalui interaksi atau hubungan antar anggota keluarga yang
diwujudkan dalam sosialisasi.
C. Fungsi Reproduksi
Keluarga berfungsi untuk meneruskan keturunan dan menambah sumber daya
manusia. Maka dengan ikatan suatu perkawinan yang sah, selain untuk memenuhi
kebutuhan biologis pada pasangan tujuan untuk membentuk keluarga adalah untuk
meneruskan keturunan.
D. Fungsi Ekonomi
Fungsi ekonomi merupakan fungsi keluarga untuk memenuhi kebutuhan
seluruh anggota keluarga seperti memenuhi kebutuhan akan makanan, pakaian,
dan tempat tinggal. Banyak pasangan sekarang kita lihat dengan penghasilan yang
tidak seimbang antara suami dan istri, hal ini menjadikan permasalahan yang
berujung pada perceraian.
E. Fungsi Perawatan Kesehatan
Keluarga juga berperan atau berfungsi untuk melaksanakan praktek asuhan
kesehatan, yaitu untuk mencegah terjadinya gangguan kesehatan dan atau merawat
anggota keluarga yang sakit. Kemampuan keluarga dalam memberikan asuhan
kesehatan mempengaruhi status kesehatan keluarga. Kesanggupan keluarga
melaksanakan pemeliharaan kesehatan dapat dilihat dari tugas kesehatan keluarga
yang dilaksanakan. Keluarga yang dapat melaksanakana tugas kesehatan berarti
sanggup menyelesaikan masalah kesehatan.

2.1.6 Tugas Keluarga Dalam Bidang Kesehatan


Menurut Freedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang kesehatan
yang harus dilakukan, yaitu :
A. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya
Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara tidak
langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga, maka apabila
menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat kapan erjadinya, perubahan apa
yang terjadi dan beberapa besar perubahannya.
B. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi keluarga
Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari pertolongan
yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan pertimbangan siapa diantara
keluarga yang mempunyai kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan
keluarga maka segera melakukan tindakan tepat agar masalah kesehatan dapat
dikurangi atau bahkan teratasi. Jika keluarga mempunyai keterbatasan seyogyanya
meminta bantuan orang lain dilingkungan sekitar keluarga.
C. Memberikan keperawatan anggotanya yang sakit atau yang tidak dapat membantu
dirinya sendiri karena cacat atau usianya yang terlalu muda.
Perawatan ini dapat dilakukan tindakan dirumah apabila keluarga memiliki
kemampuan melakukan tindakan untuk pertolongan pertama atau kepelayanan
kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjjutan agar masalah yang lebih parah
tidak terjadi.
D. Mempertahankan suasana dirumah yang menguntungkan kesehatan dan
perkembangan kepribadian anggota keluarga.
E. Mempertahankan hubungan timbale balik antara keluarga dan lembaga kesehatan
(pemanfaatan fasilitas kesehatan yang ada)

2.1.7 Tahap Perkembangan Keluarga


Menurut Duval (1985) dalam Setiadi (2008), membagi keluarga dalam 8 tahap
perkembangan, yaitu:
A. Keluarga Baru (Berganning Family)
Pasangan baru menikah yang belum mempunyai anak. Tugas perkembangan
keluarga tahap ini antara lain adalah :
1. Membina hubungan intim yang memuaskan.
2. Menetapkan tujuan bersama.
3. Membina hubungan dengan keluarga lain, teman dan kelompok social.
4. Mendiskusikan rencana memiliki anak atau KB.
5. Persiapan menjadi orang tua.
6. Memehami prenatal care (pengertisn kehamilan, persalinan dan menjadi
orang tua).
B. Keluarga dengan anak pertama < 30 bulan (Child Bearing).
Masa ini merupakan transisi menjadi orang tua yang akan menimbulkan krisis
keluarga. Studi klasik Le Master (1957) dari 46 orang tua dinyatakan 17 % tidak
bermasalah selebihnya bermasalah dalam hal :
1. Suami merasa diabaikan.
2. Peningkatan perselisihan dan argument.
3. Interupsi dalam jadwal kontinu.
4. Kehidupan seksusl dan social terganggu dan menurun.

Tugas perkembangan keluarga tahap ini antara lain adalah :


1. Adaptasi perubahan anggota keluarga (peran, interaksi, seksual dan kegiatan).
2. Mempertahankan hubungan yang memuaskan dengan pasangan.
3. Membagi peran dan tanggung jawab (bagaimana peran orang tua terhadap
bayi dengan memberi sentuhan dan kehangatan).
4. Bimbingan orang tua tentang pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Konseling KB post partum 6 minggu.
6. Menata ruang untuk anak.
7. Biaya / dana Child Bearing.
8. Memfasilitasi role learning angggota keluarga.
9. Mengadakan kebiasaan keagamaan secara rutin.
C. Keluarga dengan Anak Pra Sekolah
Tugas perkembangannya adalah menyesuaikan pada kebutuhan pada anak pra
sekolah (sesuai dengan tumbuh kembang, proses belajar dan kotak sosial) dan
merencanakan kelahiran berikutnya. Tugas perkembangan keluarga pada saat ini
adalah :
1. Pemenuhan kebutuhan anggota keluarga.
2. Membantu anak bersosialisasi.
3. Beradaptasi dengan anak baru lahir, anakl yang lain juga terpenuhi.
4. Mempertahankan hubungan di dalam maupun di luar keluarga.
5. Pembagian waktu, individu, pasangan dan anak.
6. Merencanakan kegiatan dan waktu stimulasi tumbuh dan kembang anak.
D. Keluarga dengan Anak Usia Sekolah (6 – 13 tahun)
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Membantu sosialisasi anak terhadap lingkungan luar rumah, sekolah dan
lingkungan lebih luas.
2. Mendoprong anak untuk mencapai pengembangan daya intelektual.
3. Menyediakan aktivitas untuk anak.
4. Menyesuaikan pada aktivitas komuniti dengan mengikut sertakan anak.
5. Memenuhi kebutuhan yang meningkat termasuk biaya kehidupan dan
kesehatan anggota keluarga.
E. Keluarga dengan Anak Remaja (13-20 tahun).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Pengembangan terhadap remaja (memberikan kebebasan yang seimbang dan
brertanggung jawab mengingat remaja adalah seorang yang dewasa muda dan
mulai memiliki otonomi).
2. Memelihara komunikasi terbuka antara anak dan orange tua.hindari
perdebatan, kecurigaan dan permusuhan.
3. Memelihara hubungan intim dalam keluarga.
4. Mempersiapkan perubahan system peran dan peraturan anggota keluarga
untuk memenuhi kebutuhan tumbuh kembang anggota keluarga.
F. Keluarga dengan Anak Dewasa (anak 1 meninggalkan rumah).
Tugas perkembangan keluarga mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan
menerim,a kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada
dalam keluarga, berperan sebagai suami istri, kakek dan nenek. Tugas
perkembangan keluarga pada saat ini adalh :
1. Memperluas keluarga inti menjadi keluarga besar.
2. Mempertahankan keintiman.
3. Menbantu anak untuk mandiri sebagai keluarga baru di masyarakat.
4. Mempersiapkan anak untuk hidup mandiri dan menerima kepergian anaknya.
5. Menata kembali fasilitas dan sumber yang ada pada keluarga.
6. Berperan suami – istri kakek dan nenek.
7. Menciptakan lingkungan rumah yang dapat menjadi contoh bagi anak –
anaknya.
G. Keluarga Usia Pertengahan (Midle Age Family).
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Mempunyai lebih banyak waktu dan kebebasan dalam mengolah minat social
dan waktu santai.
2. Memuluhkan hubungan antara generasi muda tua.
3. Keakrapan dengan pasangan.
4. Memelihara hubungan/kontak dengan anak dan keluarga.
5. Persiapan masa tua/ pension.
H. Keluarga Lanjut Usia.
Tugas perkembangan keluarga pada saat ini adalah :
1. Penyesuaian tahap masa pension dengan cara merubah cara hidup.
2. Menerima kematian pasangan, kawan dan mempersiapkan kematian.

3. Mempertahankan keakraban pasangan dan saling merawat.


4. Melakukan life review masa lalu.

2.1.8 Peran Perawat dalam Asuhan Keperawatan Keperawatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan dalam pemberian asuhan keperawatan
kesehatan keluarga, ada beberapa peranan yang dapat dilakukan oleh perawat
antara lain adalah
A. Pengenal kesehatan (health monitor)
Perawat membantu keluarga untuk mengenal penyimpangan dari keadaan
normal tentang kesehatannya dengan menganalisa data secara objektif serta
membuat keluarga sadar akan akibat masalah dalam perkembangan keluarga.
B. Pemberian pelayanan pada anggota keluarga yang sakit, dengan memberikan
asuhan keperawatan kepada anggota keluarga yang sakit
C. Koordinator pelayanan kesehatan dan keperawatan kesehatan keluarga, yaitu
berperan dalam mengkoordinir pelayanan kesehatan keluaraga baik secara
berkelompok maupun individu.
D. Fasilitator, yaitu dengan cara menjadikan pelayanan kesehatan itu mudah
dijangkau oleh keluarga dan membantu mencarikan jalan pemecahannya.
E. Pendidik kesehatan, yaitu merubah perilaku keluarga dan perilaku tidak sehat
menjadi perilaku sehat.
F. Penyuluh dan konsultan, yang berperan dalam memberikan petunjuk tentang
asuhan keperawatan dasar dalam keluarga.
Dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap keluarga perawat tidak
dapat bekerja sendiri, melainkan bekerja sama secara tim dan bekerja sama dengan
profesi lain untuk mencapai asuhan keperawatan keluarga dengan baik.

2.1.9 Prinsip Perawatan Kesehatan Keluarga


Setiadi (2008) mengatakan ada beberapa prinsip penting yang perlu
diperhatikan dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga yaitu :
A. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan kesehatan.
B. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan Kesehatan keluarga sehat sebagai tujuan
utama.
C. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam mencapai peningkatan
kesehatan keluarga.
D. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan keluarga, perawat melibatkan peran
aktif seluruh keluarga dalam merumuskan masalah dan ebutuhan keluarga dalam
mengatasi masalah kesehatannya.
E. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat proinotif dan preventif
dengan tidak mengabaikan upaya kuratif dan rehabilitatif.
F. Dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga, keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk kepentingan
kesehatan keluarga.
G. Sasaran Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga adalah keluarga secara
keseluruhan.
H. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan Asuhan Keperawatan
kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan masalah dengan menggunakan
proses keperawatan.
I. Kegiatan utama dalam memberikan Asuhan Keperawatan kesehatan keluarga
adalah penyuluhan kesehatan dan Asuhan Keperawatan kesehatan dasar atau
perawatan dirumah.
J. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
Keluarga-keluarga yang tergolong resiko tinggi dalam bidang kesehatan antara
lain adalah :
1. Keluarga dengan anggota keluarga dalam masa usia subur dengan masalah :
a. Tingkat sosial ekonomi yang rendah.
b. Keluarga kurang tahu atau tidak mampu mengatasi masalah kesehatan
sendiri.
c. Keluarga dengan keturunan yang kurang baik atau keluarga dengan
penyakit keturunan.
2. Keluarga dengan Ibu dengan resiko tinggi kebidanan yaitu :
a. Umur Ibu (16 tahun/lebih dari 35 tahun).
b. Menderita kekurangan gizi (anemia).
c. Menderita hipertensi.
d. Primipara dan Multipara.
e. Riwayat persalinan atau komplikasi
3. Keluarga dalam anak menjadi resiko tinggi karena :
a. Lahir prematur (BBLR).
b. Berat badan sukar naik.
c. Lahir dengan cacat bawaan.
d. ASI Ibu kurang sehingga tidak mencukupi kebutuhan bayi.
e. Ibu menderita penyakit menular yang dapat mengancam bayi dan
anaknya.
4. Keluarga mempunyai masalah hubungan antara anggota keluarga
a. Anak yang tidak pernah dikehendaki pernah mencoba untuk
digugurkan.
b. Tidak ada kesesuaian pendapat antara anggota keluarga dan sering
timbul cekcok dan ketegangan.
c. Ada anggota keluarga yang sering sakit
d. Salah satu anggota (suami atau istri) meninggal, cerai, lari
meninggalkan rumah.

2.2 Konsep Dasar Hipertensi


2.2.1 Definisi
Hipertensi adalah suatu keadaan ketika seseorang mengalami peningkatan
tekanan darah diatas normal atau peningkatan abnormal secara terus menerus
lebih dari suatu periode, dengan tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan tekanan
diastolik diatas 90mmHg. (Aspiani, 2014)
Hipertensi atau darah tinggi adalah penyakit kelainan jantung dan
pembuluh darah yang ditandai dengan peningkatan tekanan darah. WHO (World
Health Organization) memberikan batasan tekanan darah normal adalah 140/90
mmHg, dan tekanan darah sama atau diatas 160/95 mmHg dinyatakan sebagai
hipertensi. Batasan ini tidak membedakan antara usia danjenis kelamin (Marliani,
2007). Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (hypertension) adalah suatu keadaan
dimana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang
ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada
pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang
berupa cuff air raksa (sphygmomanometer) ataupun alat digital lain (Ratna Dewi
Pudiastuti,2015).
Hipertensi menurut Sylvia A. Price dalam Nanda NIC-NOC ( 2015 )
merupakan peningkatan tekanan darah sistolik sedikitnya 140 mmHg atau
tekanan diastolic sedikitnya 90 mmHg. Hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
menderita penyakit jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti syaraf,
ginjal dan pembuluh darah dan makin tinggi tekanan darah, makin berar
resikonya.
2.2.1 Etiologi
Berdasarkan penyebabnya hipertensi terbagi menjadi dua golongan
menurut (Aspiani, 2014) :
1. Hipertensi primer atau hipertensi esensial
Hipertensi primer atau hipertensi esensial disebut juga hipertensi idiopatik
karena tidak diketahui penyebabnya. Faktor yang memengaruhi yaitu :
(Aspiani, 2014)
a. Genetik
Individu yang mempunyai riwayat keluarga dengan hipertensi, beresiko
tinggi untuk mendapatkan penyakit ini. Faktor genetik ini tidak dapat
dikendalikan, jika memiliki riwayat keluarga yang memliki tekanan darah
tinggi.
b. Jenis kelamin dan usia
Laki - laki berusia 35- 50 tahun dan wanita menopause beresiko tinggi
untuk mengalami hipertensi. Jika usia bertambah maka tekanan darah
meningkat faktor ini tidak dapat dikendalikan serta jenis kelamin laki–laki
lebih tinggi dari pada perempuan.
c. Diet
Konsumsi diet tinggi garam secara langsung berhubungan dengan
berkembangnya hipertensi. Faktor ini bisa dikendalikan oleh penderita
dengan mengurangi konsumsinya, jika garam yang dikonsumsi berlebihan,
ginjal yang bertugas untuk mengolah garam akan menahan cairan lebih
banyak dari pada yang seharusnya didalam tubuh. Banyaknya cairan yang
tertahan menyebabkan peningkatan pada volume darah. Beban ekstra yang
dibawa oleh pembuluh darah inilah yang menyebabkan pembuluh darah
bekerja ekstra yakni adanya peningkatan tekanan darah didalam dinding
pembuluh darah dan menyebabkan tekanan darah meningkat.
d. Berat badan
Faktor ini dapat dikendalikan dimana bisa menjaga berat badan dalam
keadaan normal atau ideal. Obesitas (>25% diatas BB ideal) dikaitkan
dengan berkembangnya peningkatan tekanan darah atau hipertensi.
e. Gaya hidup
Faktor ini dapat dikendalikan dengan pasien hidup dengan pola hidup sehat
dengan menghindari faktor pemicu hipertensi yaitu merokok, dengan
merokok berkaitan dengan jumlah rokok yang dihisap dalam waktu sehari
dan dapat menghabiskan berapa putung rokok dan lama merokok
berpengaruh dengan tekanan darah pasien. Konsumsi alkohol yang sering,
atau berlebihan dan terus menerus dapat meningkatkan tekanan darah
pasien sebaiknya jika memiliki tekanan darah tinggi pasien diminta untuk
menghindari alkohol agar tekanan darah pasien dalam batas stabil dan
pelihara gaya hidup sehat penting agar terhindar dari komplikasi yang bisa
terjadi.
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder terjadiakibat penyebab yang jelas.salah satu
contoh hipertensi sekunder adalah hipertensi vaskular rena, yang terjadiakibat
stenosi arteri renalis. Kelainan ini dapat bersifat kongenital atau akibat
aterosklerosis.stenosis arteri renalis menurunkan aliran darah ke
ginjalsehingga terjadi pengaktifan baroreseptor ginjal, perangsangan pelepasn
renin, dan pembentukan angiostenin II. Angiostenin II secara langsung
meningkatkan tekanan darahdan secara tidak langsung meningkatkan sintesis
andosteron danreabsorbsi natrium. Apabiladapat dilakukan perbaikan pada
stenosis,atau apabila ginjal yang terkena diangkat,tekanan darah akan
kembalike normal (Aspiani, 2014).
2.2.2 Manifestasi Klinis
Gambaran klinis pasien hipertensi meliputi nyeri kepala saat terjaga, kadang-
kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan darah intrakranial.
Penglihatan kabur akibat kerusakan retina akibathipertensi. Ayunan langkah yang
tidak mantap karena kerusakan susunan saraf pusat. Nokturia karena peningkatan
aliran darah ginjal dan filtrasi glomerulus. Edema dependen dan pembengkakan
akibat peningkatan tekanan kapiler. Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita
hipertensi yaitu pusing, muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara
tiba-tiba, tengkuk terasa pegal dan lain-lain. Menurut Kasron (2001), manifestasi
klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu : Mengeluh sakit kepala,
pusing Lemas, kelelahan, Sesak nafas, Gelisah, Mual Muntah, Epistaksis, Kesadaran
menurun.
Manifestasi klinis pada klien dengan hipertensi adalah :
1. Peningkatan tekanan darah > 140/90 mmHg 2.
2. Sakit kepala
3. Pusing / migraine
4. Rasa berat ditengkuk
5. Penyempitan pembuluh darah
6. Sukar tidur
7. Lemah dan lelah
8. Nokturia
9. Azotemia
10. Sulit bernafas saat beraktivitas

2.2.3 Pathway

Umur Jenis kelamin Gaya hidup Obesitas

Elastisitas menurun,
arteriosklerosisi

Hipertensi

Kerusakan vaskuler pembulu darah

Perubahan struktur

Penyumbatan pembulu darah

Vasokontruksi

Gangguan sirkulasi

Otak Ginjal Pembulu darah Retina

Vasokonstriksi Spasme
Suplai O2 pembulu darah sistemik Koroner arteriole
Resistensi
pembulu otak gijal
darah otak menurun
Vasokontruksi Iskemi Diplopia
meningkat Sinkop Blood flow miokard
menurun
Afterload Resti injuri
Gangguan Respon RAA meninghkat Nyeri dada
perfusi
jaringan
Rangsangan
aldosteron
Penurunan Fatique
Nyeri curah jantung
Gangguan Retensi Na
kepala pola tidur Intoleransi
Edema aktivitas
2.2.4 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan nonfarmakologis dengan modifikasi gaya hidup sangat
penting dalam mencegah tekanan darah tinggi dan merupakan bagian yang
tidak dapat dipisahkan mengobati tekanan darah tinggi , berbagai macam cara
memodifikasi gaya hidup untuk menurunkan tekanan darah yaitu : (Aspiani,
2014)
a. Pengaturan diet
a. Rendah garam, diet rendah garam dapat menurunkan tekanan darah pada
klien hipertensi. Dengan pengurangan konsumsi garam dapat mengurangi
stimulasi sistem renin- angiostensin sehingga sangata berpotensi sebagai
anti hipertensi. Jumlah asupan natrium yang dianjurkan 50-100 mmol
atau setara dengan 3-6 gram garam per hari.
b. Diet tinggi kalium, dapat menurunkan tekanan darah tetapi
mekanismenya belum jelas. Pemberian kalium secara intravena dapat
menyebabkan vasodilatasi, yang dipercaya dimediasi oleh oksidanitat
pada dinding vaskular.
c. Diet kaya buah sayur.
d. Diet rendah kolesterol sebagai pencegah terjadinya jantung koroner.
b. Penurunan berat badan
Mengatasi obesitas, pada sebagian orang dengan cara menurunkan berat
badan mengurangi tekanan darah, kemungkinan dengan mengurangi beban
kerja jantung dan voume sekuncup. Pada beberapa studi menunjukan bahwa
obesitas berhubungan dengan kejadian hipertensi dan hipertrofi ventrikel
kiri. Jadi, penurunan berat badan adalah hal yangs angat efektif untuk
menurunkan tekanan darah. Penurunan berat badan (1 kg/minggu) sangat
dianjurkan. Penurunan berat badan dengan menggunakan obat-obatan perlu
menjadi perhatian khusus karenan umumnya obat penurunan penurunan
berat badan yang terjual bebas mengandung simpasimpatomimetik, sehingga
dapat meningkatkan tekanan darah, memperburuk angina atau gejala gagal
jantung dan terjadinya eksaserbasi aritmia.
c. Olahraga teratur seperti berjalan, lari, berenang, bersepeda bermanfaat untuk
menurunkan tekanan darah dan memperbaiki kedaan jantung.. olahraga
isotonik dapat juga meningkatkan fungsi endotel, vasoldilatasin perifer, dan
mengurangi katekolamin plasma. Olahraga teratur selama 30 menit
sebanyak 3-4 kali dalam satu minggu sangat dianjurkan untuk menurunkan
tekanan darah. Olahraga meningkatkan kadar HDL, yang dapat mengurangi
terbentuknya arterosklerosis akibat hipertensi.
d. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat dengan cara berhenti merokok
dan tidak mengkonsumsi alkohol, penting untuk mengurangi efek jangka
oanjang hipertensi karena asap rokok diketahui menurunkan aliran darah ke
berbagai organ dan dapat meningkatkan kerja jantung.
2. Penatalaksanaan Farmakologis
a. Terapi oksigen
b. Pemantauan hemodinamik
c. Pemantauan jantung
d. Obat-obatan :
1) Diuretik : Chlorthalidon, Hydromax, Lasix, Aldactone, Dyrenium
Diuretic bekerja melalui berbagai mekanisme untuk mengurangi curah
jantung dengan mendorong ginjal meningkatkan ekskresi garam dan
airnya. Sebagai diuretik (tiazid) juga dapat menurunkan TPR.
Penghambat enzim mengubah angiostensin II atau inhibitor
ACE berfungsi untuk menurunkan angiostenin II dengan menghambat
enzim yang diperlukan untuk mengubah angiostenin I menjadi
angiostenin II. Kondisi ini menurunkan darah secara langsung dengan
menurunkan TPR, dan secara tidak langsung dengan menurunakan
sekresi aldosterne, yang akhirnya meningkatkan pengeluaran natrium

2.3 Konsep Asuhan Keperawatan Keluarga

2.3.1 Pengkajian
Pada tahap ini, perawat wajib melakukan pengkajian atas permasalahan
yang ada. Yaitu tahapan dimana seorang perawat harus menggali informasi secara
terus-menerus dari anggota keluarga yang dibinanya.
Dalam proses pengkajian ini, dibutuhkan pendekatan agar keluarga dapat
secara terbuka memberikan data-data yang dobutuhkan. Sealain itu, diperlukan
metode yang tepat bagi perawat untuk mendapatkan data dari pengkajian yang
akurat dan sesuai dengan keadaan keluarga.
Pengkajian merupakan suatu proses berkelanjutan, yang dilakukan secara
teru-menerus dan bertahap. Sehingga proses ini tidak hanya sekali saja dilakukan.
Perawat harus mampu menggambarkan kondisi/situasi pasien sebelunya
dan saat ini, sehingga informasi tersebut bisa digunakan untuk memprediksi
tindakan dimasa yang akan datang. Hal-hal yang dikaji dalam keluarga adalah :
A. Data umum
Menurut effendy (1998), pengumpulan data dapat dilakukan melalui empat cara
yaitu wawancara, observasi, pemeriksaan fisik, dan studi dokumentasi. Cara-cara
ini tidak harus dilakukan secara berurutan, melainkan yang paling
memungkinkan lebih dahulu. Data-data umum yang diperoleh pastilah akan
banyak. Oleh sebab itu, perawat perawat perlu melakukan pemilihan data .
beberapa data umum yang perlu dikaji dalam tahap ini.
1. Informasi dasar
Data ini biasanya merupakan data tertulis, yang mudah kita peroleh
dari kartu keluarga (KK). Dari KK ini, kita akan mendapatkan informasi dasar
berupa alamat lengkap, nama kepala keluarga dan anggota keluarga,
komposisi keluarga, dan lain-lain. Selain itu, perawat perlu menjelaskan tipe
keluarga, masalah apa saja yang dihadapi, kendala dalam upaya penyelesaian
sebelumnya, dan lain sebagainya.
2. Tipe bangsa
Mengetahui suku dan budaya pasien beserta keluarganya merupakan
hal penting. Dari budaya keluarga tersebut, kita akan mengetahui bagaimana
kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh keluarga.
3. Agama
Semua agama ada bagian tertentu dalam mengajarkan kebersihan dan
kesehatan. Mengetahui agama pasien dan keluarga tidak hanya sebatas nama
agamanya, melainkan bagaimana mereka mengamalkan ajaran-ajaran agama
atau kepercayaan.
4. Status sosial ekonomi keluarga
Status sosial ekonomi keluarga cenderung menentukan bagaimana
sebuah keluarga menjaga kesehatan anggota kelurganya. Bisa jadi seseorang
mendapatkan status sosial karena pengaruhnya di masyarakat atau komunitas.
Selain itu, kebutuhan dan pengeluaran keluarga juga menjadi penyebab
berukutnya. Artinya, perawat juga perlu mengetahui tingkat komsumsi
keluarga beserta anggotanya.
5. Aktivitas rekreasi keluarga
Rekreasi keluarga bisa menentukan kadar stres keluarga sehingga
menimbulkan beban dan pada akhirnya membuat sakit. Akan tetapi, bentuk
rekreasi tidak hanya dilihat dari mana pergi bersama keluarga, melainkan hal-
hal yang sederhana yang bisa dilakukan dirumah. Misalnya menonton televisi,
membaca buku, mendengarkan musik, dan hal-hal yang bisa menghibur.
B. Riwayat dan tahap perkembangan keluarga
Keluarga sebagai sebuah kelompok akan senantiasa dinamis, selalu
mengalami perkembangan, baik dari sisi psikologis, sosial, ekonomi, budaya
maupun komposisinya. Beberapa halyang perlu dikaji dalam tahap ini adalah:
1. Tahap perkembangan saat ini.Bagaimana kondisi paling baru dari keluarga?
Inilah yang menjadifokus utama. Tidak hanya dari sisi kesehatan melainkan
dariberbagai sisi. Misalnya faktor ekonomi, karena keluarga tidakmampu
mencukupi kebutuhan makan yang sehat dan aman, makaanggota keluarga
mudahterkena penyakit.
2. Tugas perkembangan keluarga yang belum terbenuhiKeluarga dan setiap
anggota keluarganya memiliki peran dan tugasnya masing-masing. Setiap
tugas itu, sebaiknya dibuat daftar,mana saja tugasyang sudah diselesaikan.
Dengan begitu, akantampak tugas apa saja yang belom dilaksanakan. Jika ada
beberapatugasyang belum diselesaikan, kemudia dikaji kendala apayang
menyebabkannya.Laluapakah tugas tersebut harus diselesaikansegeraataupun
bisa ditunda.
3. Riwayat keluarga intiBagian riwayatkeluargainti ini, tidak hanya dikaji
tentang riwayat kesehatan. Apakah ada anggota keluarga yangmemiliki
riwayatpenyakityang beresiko menurun, bagaimana pencegahan
penyakitdengan imunisasi, fasilitas kesehatan apa sajayang pernah diakses,
riwayat penyakityang pernah diderita, serta riwayat perkembangandan
kejadian-kejadian atau pengalaman pentingyang berhubungandengan
kesahatan.
4. Riwayat keluarga sebelumnya Riwayat keluarga besar dari pihak suami dan
istrijuga dibutuhkan.Hal ini karena ada penyakit yang bersifat genetik atau
berpotensi menurun kepada anak cucu. Jika hal ini dapat dideteksi lebih
awal,dapat dilakukan berbagai pencegahan atau antisipasi.
C. Data lingkungan
Lingkungan dimana kita berada sangat memengaruhi keluarga dalam hal
kesehatan. Menciptakan lingkungan yang positif akan berdampak lebih baik bagi
setiap anggota keluarga. Dalm hal ini beberapa data lingkungan yang diperlukan
untuk kajian proses keprawatan keluarga adalah :
1. Karakteristik rumah
Sebuah rumah bisa memengaruhi kesehatan penghuni. Oleh sebab itu,
perawat membutuhkan data karakteristik rumah yang dihuni sebuah keluarga
dengan melihat luas rumah, tipe rumah, jumlah ruangan dan fungsinya,
sirkulasi udara dan sianr matahari yang masuk, pendinginan udara AC atau
kipas angin, pencahayaan, banyaknya jendela, tata letak perabotan,
penempatan septictank beserta kapasitas dan jenisnya, jarak sumber air dari
septictank, konsumsu makanan olahan dan konsumsi air minum keluarga, dan
lain sebagainya.
2. Karakteristik tetangga
Setelah dari dalam rumah, data yang harus dicari selanjutnya adalah
lingkungan di sekitas rumah. Perawat perlu mencari tahu lingkungan fisik,
kebiasaan, kesepakatan atau aturan penduduk setemapat, dan budaya yang
memengaruhi kesehatan.
3. Perkumpulan keluarga dan interaksi dengan masyarakat
Selain interaksi dengan tetangga dan lingkunga RT-RW, tentu setiap
individu atau keluarga memiliki pergaulan sendiri, baik di komunikasi hobi,
kantor, sekolah, maupun hanya teman main. Interaksi ini juga bisa digunakan
untuk melacak jejak dariman penyakit yang didapatkan oleh pasien. Apakah
iya mendapatkan penyakit dari pergaulannya dari luar atau bukan.
4. Mobilitas geografis keluarga
Salah satu dari perkembangan keluarga adalah mobilitas geografis.
Apakah pasien beserta keluarga sering berpindah tempah tinggal ? paling
minimal berpindah dari rumah orang tua menuju rumah sendiri. Atau jika
merantau, dimana sajah iya pernah kontrak rumah. Atau sebagai pegawai
ditugaskan di berbagai kota mana saja.
5. Sistem pendukung keluarga
Setiap keluarga tentu menyediakan bebagai fasilitas berupa prabot bagi
anggota keluarganya. Fasilitas-fasilitas ini lah yang perlu dikaji sistem
pendukung keluarga . akan tetapi, dalam proses data itu saja yang dibutuhkan,
melainkan juga berapa anggota keluarga yang sehat sehingga bisa membatu
yang sakit.
D. Struktur keluarga
Pada bagian sebelumnya telah dibahas mengenai struktur keluarga. Dari
seluruh struktur itu, perawat harus memiliki datanya. Data yang dibutuhkan
untuk proseskeperawtan proses keperawatan keluarga ini adalah :
1. Pola komunikasi keluarga
Perawat diharuskan untuk melakukan observasi terhadap seluruh
anggota keluarga dalam berhubungnsatu sama lain. Apakah komunikasi
dalam keluarga berfungsi dengan baik atau sebaiknya. Komunikasi yang
berjalan baik mudah diketahui dari anggota keluarga yang menjadi pendengar
yang baik, pola komunikasi yang tepat, penyampaian pesan yang jelas,
keterlibatan perasaan dalam berinteraksi.
2. Struktur kekuatan keluarga
Kekuatan keluarga diukur dari peran dominan anggota keluarga. Oleh
sebab itu, seseorang perawat membutuhkan data tentang siapa yang dominan
dalam mengambilan keputusan untuk keluarga, mengelola anggaran, tempat
tinggal, tempat kerja, mendidik anak dan lain sebagainya.
3. Struktur peran keluarga
Setiap anggota keluarga memiliki perannya masing-masing. Tidak ada
satu pun anggota keluarga yang terlepas dari perannya, baik dari orang tua
maupun anak-anak. Peran ini berjalan dengan sendirinya, meski tanpa
disepakati terlebih dahulu. Perawat perlu mengetahui seluruh peran tersebut
dan bagaimana peran itu dijalankan. Jika ada masalah dengan peran tersebut,
siapa yang biasanya akan memberikan pengertian, menilai pertumbuhan,
pengalaman baru, teknik dan pola komunikasi.
E. Fungsi keluarga
Fungsi keluarga ini juga telah dibahas pada bab sebelunya. Namun dari
setiap fungsi, beberapa hal perlu ditekankan dan harus diketahui oleh perawat.
1. Fungsi efektif
a. Bagaimana pola kebutuhan keluarga dan responnya?
b. Apakah individu merasakan individu lain dalam keluarga?
c. Apakah pasangan suami istri mampu menggambarkan kebutuhan
personal lain dan anggota yang lain ?
d. Bagaimana sensitivitas antara anggota keluarga ?
e. Bagaimana keluarga menanamkan perasaan kebersamaan dengan anggota
keluarga ?
f. Bagaimana anggota keluarga saling memercayai, memberikan perhatian
dan saling mendukung satu sama lain?
g. Bagaimana hubungan dan interaksi keluarga dengan lingkungan?
h. Apakah adanya kedekatan khusus anggota keluarga dengan anggota
keluarga yang lain, keterpisahan dan keterikatan ?
2. Fungsi sosial
a. Bagaimana keluarga membesarkan anak, termasuk pula kontrol perilaku,
penghargaan, disiplin, kebebasan dan ketergantungan, hukuman,
memberi dan menerima cinta sesuai tingkatan usia ? siapa yang paling
bertanggung jawab ?
b. Kebudayaan yang dianut dalam membesarkan kesehatan ?

c. Apakah keluarga merupakan resiko tinggi mendapat masalah dalam


membesarkan anak? Faktor risiko apa yang memungkinkan ?
d. Apakah lingkungan memberikan dukungan dalam perkembangan anak,
seperti tempat bermain dan istirahat dikamar tidur sendiri ?
3. Fungsi reproduksi
a. Berapa jumlah anak ?
b. Bagaimana keluarga merencanakan jumlah anak ?
c. Metode apa yang digunakan keluarga dalam pengendalian?
F. Stres dan koping keluarga
Dalam tahapan ini, seorang perawat harus mengetahui bagaimana keluarga
menghadapi dan merespon stresor, dan strategi apa yang digunakan untuk
menghadapi dan menyelesaikannya.
G. Pemeriksaan kesehatan
Data selanjutnya yang harus dikumpulkan oleh perawat adalah data tentang
kesehatan fisik. Tidak hanya kondisi pasien, melainkan kesehatan seluruh
anggota keluarga. Beberapa bagian yang harus diperiksa adalah sebagai berikut :
1. Tanda-tanda vital
Tanda-tanda vital yang harus diperiksa adalah suhu badan, nadi,
pernafasan, dan tekanan darah.
2. Antropometri
Pemeriksaan ii meliputi tinggi badan, berat badan, lingkar perut,
lingkar kepala, dan lingkar lengan. Pada beberapa kasus, berat badan akan
mengalami penurunan.
3. Pernafasan
Pernafasan yang harus diperiksa meliputi pola pernafasan, bentuk dada
saat bernafas, dan apakah ada bunyi yang di luar kebiasaan orang bernafas.
4. Cardiovasculer
Dalam pemeriksaan cardiovasculer ini biasanya tidak ditemukan
adanya kelainan, denyut nadi cepat dan lemah.
5. Pencernaan
Pemeriksaan pada pencernaan untuk mengetahui gejala mual dan
muntah, peristaltik usus, mukosa bibir dan mulut, anoreksia, dan buang air
besar.
6. Perkemihan
Perawat mencari tahu tentang volume diuresis. Apakah mengalami
penurunan atau justru peningkatan.
7. Muskuloskeletal
Dari pemeriksaan ini perawat akan mengetahui apakah ada outpu yang
berlebihan sehingga membuat fisik menjadi lemah.
8. Pengindraan
Indra yang perlu diperiksa oleh perawat utamanya adalah mata, hidung
dan telinga. Apakh masih normal atau sudah mengalami perubahan atau
kelainan.
9. Reproduksi
Apakah reproduksi masih berfungsi dengan baik atau sebaliknya. Jika
sebaliknya, maka gejala apa saja yang menunjukkan akan hal itu.
10. Bagaimana kesadaran pasien selama menjalanin masa pengobatan ? apa
yang membuat kesadaran menurun?

H. Harapan keluarga
Pada bagian ini perlu diuraikan bagaimana harapan keluarga pasien
terhadap penyakit yang diderita pasien. Selain itu, sebagai pendukung dan
motivasi, perawat juga perlu mengetahui bagaimana atau apa saja harapan
keluarga terhadap perawat.

2.3.2 Perumusan Masalah


Setelah dilakukan pengkajian, maka dapat dirumuskan masalah kesahatan
dalam keperawatan keluarga. Rumusan masalah kesehatan keluarga yang dibuat
tersebut harus menggambarkankeadaan kesehatan dan status kesehatankeluarga.
Dalam menyusun masalah kesehatan dan keperawatan keluarga, kita harus
mengacu pada tipologi masalah kesehatan dan keperawatan serta sejumlah alasan
dari ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas keluarga dalam
bidang kesehatan. Berikut tipologi masalah kesehatan keluarga yang
dikelompokan menjadi 3 kelompok masalah besar :
A. Ancaman kesehatan
Ancaman kesehatan merupakan keadaan-keadaan yang dapat memungkinkan
terjadinya penyakit, kecelakaan, dan kegagalan dalam mencapai potensi kesehatan.
Ancaman kesehatan ini antara lain sebagai berikut :
1. Penyakit keturunan, seperti asma bronkiale, diabetes.
2. Keluarga/anggota keluarga penderita penyakit menular, seperti TBc, gonore,
hepatitis.
3. Jumlah anggota keluarga terlalu besar dan tidak sesuai dengan kemampuan dan
sumber daya keluarga. Seperti keluarga denganpemasukan kecil, tapi memiliki
anak banyak.
4. Risiko terjadinya kecelakaan dalam keluarga. Seperti kebiasaan meletakkan
benda tajam disembarang tempat atau kondisi tangga rumah yang terlalu
curam.
5. Kekurangan atau kelebihan gizi dari masing-masing anggota keluarga.
6. Sanitasi lingkungan buruk antara lain :
a. Ventilasi dan penerangan kurang baik
b. Tempat pembuangan samoah tidak memenuhi standar
c. Sumber air tercemari oleh tempat pembuangan tinja yang tidak
diperhitungkan
d. Tempat pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat

e. Sumber air minum tidak memenuhi syarat


f. Kebisingan
g. Udara tercemar
7. Kebiasaan-kebiasaan yang merugikan kesehatan, antara lain
a. Merokok
b. Minuman keras
c. Kebiasaan telanjang kaki
d. Makan obat tanpa resep
e. Kebersihan personal kurang
8. Sifat kepribadian yang melekat, misalnya pemarah
9. Riwayat persalinan sulit
10. Memainkan peran yang tidak sesuai, misalnya anak wanita memaikan peranan
ibu karena meninggal. Anak laki-laki memainkan peran ayah.
11. Imunisasi anak tidak lengkap
a. Kurang/ tidak sehat
kurang/tidak sehat adalah kegagalan dalam memantapkan kesehatan.
Lingkup dari kondisi ini antara lain :
b. Keadaan sakit, baik sesudah maupun sebelum diagnosa.
c. Kegagalan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak yang tidak sesuai
dengan pertumbuhan normal.
B. Situasi krisis
Situasi krisis adalah saat-saat yang banyak menuntut individu atau keluarga
dalam menyesuaikan diri termasuk juga dalam hal sumber daya keluarga. Lingkup
situasi ini antara lain sebagai berikut :
1. Perkawinan
2. Kehamilan
3. Persalinan
4. Masa nifas
5. Menjadi orang tua
6. Penambangan anggota keluarga, misanya bayi baru lahir
7. Abortus
8. Anak masuk sekolah
9. Anak remaja
10. Kehilangan pekerjaan
11. Kematian anggota keluarga pindah rumah
Ketidakmampuan keluarga dalam melaksanakan tugas-tugas kesehatan dan
perawatan dibagi dalam lima kelompok :
1. Ketidak sanggupan mengenal masalah kesehatan keluarga. Adapun sebabnya
antara lain :
a. Kurangnya ketidaktahuan / ketidaktahuan fakta
b. Rasa takut akibat masalah diketahui
c. Sikap dan fasafah hidup
2. Ketidak sanggupan keluarga mengambil keputusan dalam melakukan tindakan
yang tepat. Adapun sebabnya antara lain:
a. Tidak memahami mengenai sifat, berat, dan luasnya masalah
b. Masalah kehesatan tidak begitu menonjol
c. Keluarga tidak sanggup memecahkan masalah karena kurang pengetahuan,
dan kurang sumber daya keluarga
d. Tidak sanggup memilih tindakan diantara beberapa pilihan
e. Ketidak cocokan pendapat dari anggota-anggota keluarga
f. Tidak tahu tentang masalah kesehtan yang ada
g. Takut dari akibat tindakan
h. Sikap terhadap masalah kesahatan
i. Fasilitas kesehatan tidak terjangkau
j. Kurang percatya terhadap petugas dan lembaga kesehatan
k. Kesalahan informasi terhadap tindakan yang diharapkan
3. Ketidak maupuan merawat anggota keluarga yang sakit. Adapun sebabnya antara
lain :
a. Tidak mengetahui keadaan penyakit, misalnya: sifat, penyebab, penyebaran
penyakit, perjalanan penyakit, gejala, dan perawatannya serta pertumbuhan
dan perkembangan anak
b. Tidak mengetahui perkembangan perawatan yang dibutuhkan
c. Kurang / tidak ada fasilitas yang diperlukan untuk perawatan
d. Tidak seimbang sumber-sumber yanga da di dalam keluarga, misalnya
keuangan, anggota keluarga yang bertanggung jawa, fasilitas fisaik untuk
perawatan.
e. Sikap terhadap sakit
f. Konflik individu dalam keluarga
g. Sikap dan penadangan hidup
h. Perilaku yang mementingkan diri sendiri
Yang dapat memengaruhi kesehatan dan perkembangan pribadi anggota
keluarga. Adapun penyebabnya yaitu:
a. Sumber-sumber keluarga tidak cukup, diantaranya keuangan, tanggung
jawab/wewenang, keadaan fisik rumah yang tidak memenuhi syarat
b. Kerang dapat melihat keuntungan dan manfaat pemeliharaan lingkungan
rumah
c. Ketidaktahuan pentingnya sanitasi lingkungan
d. Konflik personal dalam keluarga
e. Ketidaktahuan tentang usaha pencegahan penyakit
f. Sikap dan pandangan hidup
g. Ketidak kompakan keluarga, karena sifat mementingkan diri sendiri, tidak
ada kesepakatan, acuh tak acuh terhadap anggota keluarga yang mempunya
masalah
4. Ketidak mampuan menggunakan sumber di masyarakat guna memelihara
kesehatan. Adapun penyebab yaitu:
a. Tidak tahu bahwa fasilitas kesehatan itu ada
b. Tidak memahami keuntungan yang diperoleh
c. Kurang percaya terhadap petugas kesehatan dan lembaga kesehatan
d. Rasa takut pada akibat dari tindakan
e. Pengalaman yang kurang baik dari petugas kesehatan
f. Tidak terjangkau fasilitas yang diperlukan
g. Rasa asing dan tidak ada dukungan dari masyarakat
h. Sikap dan falsafah hidup

2.3.3 Penerapan Prioritas


Dalam berbagai kasus, skala prioritas selalu dibutuhkan untuk
meminimalisir risiko, memaksimalkan perawatan dan pengobatan, serta
untukpengambilan keputusan yang tepat. Skala prioritas ini diperoleh dari
berbagai data yang telas didapat, untuk kemudian diolah dan pada akhirnya skala
perioritas ini akan membantu dalam penangan pada pasien, baik untuk perawatan
maupun keluarga. Contoh skala prioritas sebagai berikut :
A. Skala prioritas keperawatan keluarga
No. KRITERIA BOBOT PERHITUNGAN PEMBENARAN
Sifat Masalah
Skala :
1. Potensial = 1 1
Resiko = 2
Aktual = 3
Kemungkinan
masalah untuk di
ubah
2. Skala : 2
Mudah = 2
Sebagian = 1
Tidak dapat = 0
Potensial masalah
untuk di cegah
Skala :
3. 1
Tinggi = 3
Cukup = 2
Rendah = 1
Menonjolnya masalah
:
Cegah
Skala :
4. Segera ditangani = 2 1
Masalah ada tapi tidak
perlu = 1
Masalah tidak
dirasakan = 0
Jumlah
Skoring
Setelah menentukan skala prioritas sesuai dengan tabel, langkah selanjutnya
membuat skoring. Rumus seperti berikut :
Skor
Bobot
Angka tertinggi
1. Tentukan angka dari skor tertinggi terlebih dahulu. Biasanya angka
tertinggi adalah 5.
2. Skor yang dimaksud diambil dari skla prioritas . tentu skor pada setiap
kriteria.
3. Skor dibagi dengan angka tertinggi.
4. Kemudian dikali dengan bobot skor.
5. Jumlahkan skor dari semua kriteria.
Dengan adanya prioritas, kita akan mengetahui tingkat kedaruratan pasien
yang membutuhkan penanganan cepat atau lambat, masing-masing kriteria
memberikan sumbangan masukan atas menanganan.
B. Kriteria sifat masalah
Menentukan sifat masalah ini dari tiga poin pokok, yaitu tidak/kurang sehat,
ancaman kesehatan dan keadaan sejahtera.
Tidak atau kurang sehat merupakan kondisi dimana anggota keluarga
terserang suatu penyakit. Hal ini mengacu pada kondisi sebelum terkena penyakit
dan perkembangan atau pertumbuhan yang tidak sesuai dengan kondisi
semmestinya. Acaman kesehatan merupakan kondisi yang memungkinkan
anggota keluarga terserang penyakit atau mencapai kondisi petensial yang ideal
tentang kesehatan. Ancaman ini bisa berlaku dari penyakit yang ringan hing
paling berat. Sumber dari penyakit ini biasanya dari konsumsi, pola hidup, gaya
hidup sehari-hari.
Keadaan sejahtera suatu keluarga bisa menjadi penentu suatu masalah.
Kondisi akan mengacu pada tersedinya fasilitas kesehatan, konsumsi, pola hidup,
dan gaya hidup yang diterapkan oleh keluarga.
C. Kriteria kemungkinan masalah dapat diubah
Kriteria ini mengacu pada tingkat penanganan kasus pada pasien. Tingkat
penanganan terdiri dari tiga bagian, yaitu mudah,sebagian, dan tidak ada
kemungkinan untuk diubah. Sebaiknya, yang mudah terlebih dahulu ditangani
sebelum melakukan penanganan yang lain.
D. Kriteria pontensi pencegahan masalah
Potensi ini juga mengacu pada tingkatan, yaitu tinggi, cukup, dan rendah.
Berbedanya tingkatkan ditentukan oleh berbagai faktor. Kemungkinan yang
paling dekat adalah tingkat pendidik atau perolehan informasi tentang kesehatan,
kondisi kesejahteraan keluarga, perhatian keluarga, fasilitas rumah, dan lain
sebagainya.
E. Kriteria masalah yang mononjol
Masalah yang menonjol biasanya mudah terlihat ketika menangi pasien.
Namun hal ini tetap memerlukan pemeriksaan terlebih dahulu agar tindakan
terlebih dahulu agar tindakan yang dilakukan tepat. Prioritas yang perlu ditangani
berdasarkan :
1. Masalah yang benar-benar harus segera ditangani.
2. Ada maslah tetapi tetapi tidak harus segera ditangani.
3. Ada masalah tetapi tidak dirasakan.

2.3.4 Diagnosa Keprawatan


Diagnosa keperawatan adalah keputusan klinis mengenai keluarga, atau
masyarakat yang diperoleh melalui suatu proses pengumpulan data dan analisa
data secara cermat, memberikan dasar untuk menetapkan tindakan-tindakan
dimana perawat bertanggung jawab untuk melaksanakannya.
A. Komponen diagnosa keperawtan
1. Problem (P/Masalah)
Masalah merupakan kondisi yang tidak sesuai dengan kondisi ideal,
atau sesuai dengan perkembangan. Hal ini menjadi acuan perawat untuk
memberikan gambaran kondisi pesien sebelum dilakukan tindakan
keperawatan. Tujuan dari diagnosis ini adalah untuk menjelaskan status
kesehatan pasien atau masalah kesehatan yang sedang dihadapi dengan cara
yang jelas dan singkat sehingga mudah dipahami oleh pasien.
Hal ini akan mampu meningkatkan kerjasama perawat dalam
mendefinisikan diagnosis dari data pengkajian dan intervensi keperawatan,
sehingga dapat meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
2. Etiologi (E/Penyebab)
Dari masalah yang ada, memudian dicari berbagai penyebab yang
dapat menunjukan permasalahan. Penyebab inilah yang akan memberikan
arah terhadap terapi keperawatan. Penyebab yang terjadi biasanya meliputi
perilaku, lingkungan, interaksi, antara perilaku dan lingkungan.
Unsur-unsur dalam identifikasi etiologi adalah :
a. Patofisiologi penyakit, yaitu semua proses penyakit, akut atau kronis yang
dapat menyebabkan / mendukung masalah.
b. Situasional yaitu pengaruh individu dan lingkungan. Hal ini bisa menjadi
sebab kurangnya pengetahuan, sosial, dan lain sebagainya.
c. Medikasi yaitu fasilitas dari program pengobatan atau perawatan.
d. Maturasional yaitu proses pertumbuhan menjadi dewasa. Apakah
pertumbuhan ini sesuai dengan usianya atau tidak.
e. Adolesent yaitu ketergantungan dalam kelompok yang menyebabkan
kurangnya inisiatif.
f. Young adult yaitu kondisi seseorang menikah, hamil, menjadi orang tua.
g. Dewasa yaitu tekanan karier dan tanda-tanda pubertas.
3. Sign & symptom (S/Tanda & gejala)
Pada poin ini, yang perlu dikaji lebih lanjut adalah ciri, tanda atau
gejala. Sign and symptom merupakan informasi yang sangat diperlukan untuk
merumuskan diagnosis keperawatan.
Dari deskripsi di depan, maka ditentukan rumus yang sudah di sepakati
bersama. Rumus tersebut adalah : PE/PES.
B. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan diagnosa keperawatan
Perawatan juga harus memperhatikan beberapa hal berikut sebelum
memutuskan diagnosa.
1. Berorientasi pada klien, keluarga dan masyarakat.
2. Bersfat aktual dan potensial.
3. Dapat diatasi dengan intervensi keperawatan.
4. Menyatakan masalah kesehatan individu, keluarga dan masyarakat, serta
faktor-faktor penyebab timbulnya masalah tersebut.

2.3.5 Rencana Keperawatan


Perencanaan adalah pengembangan strategi desain untuk mencegah,
mengurahi atau mengoreksi masalah-masalah yang diidentifikasikan pada
diagnosis keperawatan tahap ini, dimulai setelah menentukan diagnosis
keperawatan dan mengimpulkan rencana dokumentasi (Nursalam, 2002).
Membuat perencanaan merupakan salah satu tahapan dari proses dimulainya
tindakan untuk menuju tujuan yang lebih spesifik. Kriteria dan standar
merupakan penyertaan spesifik tentang hasil yang diharapkan dari setiap tindakan
keperawata berdasarkan tujuan khusus yang telah ditetapkan.

2.3.6 Tindakan Keperawatan Keluarga


Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan disusun. Pearwat
membantuk pasien mencapai tujuan yang diharapka, oleh karena itu rencana
tindakan yang spesifik ini dilaksanakan untuk memodifikasi fakto-faktor yang
memengaruhi maslah kesehatan pasien.
Tujuan dari pelaksanaan ini adalah membantu pasien dalam mencapai
tujuan yang telah ditetapkan, yang mencakup peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, pemulihan kesehatan, dan memfasilitasi koping. Selama tahap
pelaksanaan, perawat harus melakukan pengumpulan data dan memilih tindakan
keperawatan yang paling sesuai dengan kebutuhan pasien. Semua tindakan
keperawatan dicatat kedalam format yang telah ditetapkan oleh institusi.

2.3.7 Tahap Evaluasi


Evaluasi merupakan tahap integral pada proses keperawatan. Apa yang
kurang dapat ditambahkan, dan apabila mendapatkan kasus baru dan mampu
diselesaikan dengan baik, maka hal itu disebut sebagai keberhasilan atau temuan
sebuah penelitian.
Evaluasi bisa dimulai dari pengumpulan data, apakah masih perlu direvisi
untuk menentukan, apakah informasi yang telah dikumpukan sudah mencukupi,
dan apakah perilaku yang diobservasi yang sudah sesuai. Diagnosa juga perlu di
evaluasi dala hal keakuratan dan kelengkapannya.. tujan dan intervensi evaluasi
adalah untuk menentukan apakah tujuan tersebut dapat dicapai secara efektif.
Tahap ini di lakuan sesuai dengan formatif dan sumatif. Evaluasi formatif
adalah evaluasi yang dilakukan selama proses asuhan keperawatan, sedangkan
evaluasi sumatif adalah evaluasi akhir.
Untuk dilakukan evaluasi, ada baiknya dsusun dengan menggunakan
SOAP secara operasional :
S : adalah berbagai persoalan yang disampaikan oleh keluarga setelah di lakukan
tindakan keperawatan. Misalnya yang tadinya dirasakan sakit, kini tidak sakit lagi
O : adalah berbagai persoalan yang ditemukan oleh perawat setelah dilakukan
tindakan keperawatan Misalnya, berat badan naik 1 kg dalam 1 bulan .
A : adalah analisa dari hasil yang telah dicapai dengan mengacu pada tujuan yang
terkait dengan diagnosis .
P : adalah perencanaan direncanakan kembali setelah mendapatkan hasil dari
respons keluarga pada tahap evaluasi
BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Pengkajian Keperawatan Keluarga Hipertensi


1. Identitas Umum Keluarga
1. Nama KK : Ibu. M
2. Alamat : Sidoarjo
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Umur : 51 Tahun
5. Status perkawinan : Menikah
6. Agama : Islam
7. Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
8. Pendidikan terakhir : SMA
9. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
10. Tanggal Pengkajian : 15 April 2021
2. Komposisi Keluarga
N Nama Jenis Umur Hubungan Pendidikan Agama Pekerjaan
o Kelamin Keluarga

1. Bpk. S L 52 thn KK SMA Islam TNI


2. Ibu. M P 51 thn Istri SMA Islam IRT
3. Sdr. N P 24 thn Anak S1 Islam Belum Bekerja
4. Sdr. V P 18 thn Anak SMA Islam Pelajar
3. Genogram :

Keterangan :
: laki-laki
: Perempuan
: Meninggal
: Tinggal serumah
: Klien

4. Tipe Keluarga
Tipe keluarga Ibu.M merupakan Nucear family. Keluarga yang terdiri atas Ayah,
Ibu, dan Anak-anak.
5. Suku Bangsa
Keluarga klien berasal dari suku Jawa atau Indonesia kebudayaan yang dianut tidak
bertentangan dengan masalah kesehatan, bahasa sehari-hari yang digunakan yaitu
bahasa Jawa.
6. Agama
Agama seluruh anggota keluarga adalah agama islam
7. Status Sosial Ekonomi Keluarga
Sumber pendapatan keluarga diperoleh dari suami yang bekerja sebagai TNI
a) Anggota keluarga yang mencari nafkah :
Ibu.M mengatakan yang bekerja mencari nafkah yaitu Bpk.S sendiri.
b) Penghasilan :
Ibu.M mengatakan untuk penghasilan setiap bulannya yaitu -/+
Rp.4.000.000/bulan.
c) Pengeluaran :
Untuk sandang, pangan, papan dari hasil kerja Bpk.S Mempunyai BPJS
Ketenagakerjaan
d) Harta benda yang dimiliki (perabot, transportasi, dll)
Televisi, kipas angin, sepeda motor 3, 1 set kursi tamu, dll.
8. Aktivitas Rekreasi Keluarga:
Rekreasi digunakan untuk mengisi kekosongan waktu dengan menonton televisi
bersama dirumah, rekreasi di luar rumah kadang – kadang
3.2 Riwayat Kesehatan
1. Tahap Perkembangan Saat Ini
Keluarga mencapai tahap perkembangan ke VI yaitu keluarga dengan anak dewasa
(Launching Center Families)
a. Tahap perkembangan keluarga yang belum terpenuhi :
Tahap perkembangan keluarga Ibu.M merupakan tahap VI keluarga dengan anak
dewasa. Ibu.M mempersiapkan anak pertamanya untuk hidup mandiri dan bisa
menerima kepergian anaknya, menata kembali fasilitas dan sumber yang ada dalam
keluarga.
b. Riwayat kesehatan keluarga inti:
No Nama Umur Keadaan Kesehatan Masalah Tindakan
Kesehatan yang telah
dilakukan
2. Ibu.M 51 thn a. Ibu.M mengatakan tidak Hipertensi Meminum
bisa tidur karena obat rutin dari
merasakan kepalanya
puskesmas
pusing
b. Terdapat lingkaran
hitaman disekitar mata
klien
c. Klien tampak sering
menguap
d. Ibu.M mengatakan
bahwa dirinya
mempunyai riwayat
hipertensi
e. Ibu.M mengatakan
bahwa beliau suka
makan-makanan asin dan
bersantan

c. Riwayat kesehatan keluarga sebelumnya


Ibu.M menderita hipertensi, Ibunya Ibu.M dahulunya juga mempunyai riwayat
hipertensi. Ibu.M menderita penyakit hipertensi sejak 3 tahun yang lalu.
d. Pengkajian Lingkungan
 Karakteristik Rumah
Keluarga Ibu.M tinggal di rumah permanen dengan luas tanah 150 m2 dan luas
bangunan 100 m2 terdiri dari 75 % berlantai keramik. Ventilasi baik cahaya
matahari bisa masuk melalui jendela maupun pintu. Penerangan dengan
menggunakan listrik. Sedangkan air bersih diperoleh dari sumur bor. Pengelolaan
sampah dilakukan dengan penempatan di tempat tertutup yang selanjutnya diambil
oleh petugas sampah.
 Karakteristik Tetangga dan Komunitas RW
Hubungan antar tetangga saling membantu, bila ada tetangga yang membangun
rumah dikerjakan saling gotong royong.
 Mobilitas Geografis Keluarga
Sebagian penduduk Desa Kedung rawan RT 10 RW 05 tidak pernah melakukan
transmigrasi maupun imigrasi
 Perkumpulan Keluarga dan Interaksi dengan Masyarakat
Ibu.M mengatakan sudah tidak bekerja tetapi beliau memasak sehari-harinya pada
waktu pagi dan sore hari
 System Pendudukung Keluarga
Jumlah anggota keluarga Ibu.M adalah 4 orang dan mereka saling membatu anggota
keluarga yang sakit.
3.3 Struktur Keluarga
a. Pola/cara Komunikasi Keluarga:
Anggota keluarga menggunakan bahasa jawa dalam berkomunikasi sehari-harinya
dan mendapatkan informasi kesehatan dari petugas kesehatan dan televisi.
b. Struktur Kekuatan Keluarga:
Ibu.M menderita Hipertensi dan anggota keluarga lainnya dalam keadaanya sehat
c. Struktur Peran (peran masing/masing anggota keluarga)
Ibu.M berperan sebagai istri dan Bpk.S sebagai kepala keluarga. Sedangkan Sdr.N
dan Sdr.V sebagai Anak
d. Nilai dan Norma Keluarga
Keluarga percaya bahwa hidup sudah ada yang mengatur demikian pula dengan
sehat dan sakit keluarga juga percaya bahwa tiap sakit ada obatnya, bila ada keluarga
yang sakit dibawa ke petugas kesehatan yang terdekat. Keluarga Ibu.M percaya
bahwa kesehatan sangat penting sehingga berusaha mempertahankan kondisi sehat.
3.4 Fungsi Keluarga
a. Fungsi Afektif
Hubungan antara keluarga baik, mendukung bila ada yang sakit langsung dibawa ke
petugas kesehatan terdekat atau rumah sakit. Anggota keluarga saling menyayangi
dan memperhatikan. Tapi kadang karena kesibukan masing-masing hal itu susah
dilakukan. Persoalan dalam keluarga sering dibicarakan sehingga terjalin
komunikasi yang baik.
b. Fungsi sosialisasi
Setiap hari keluarga selalu berkumpul di rumah, hubungan dalam keluarga baik dan
selalu mentaati norma yang baik. Sosialisasi dilakukan dengan mengikuti kegiatan
di lingkungan seperti arisan, pengajian, kebersihan lingkungan.
c. Fungsi perawatan kesehatan
1) Keluarga sebenarnya sudah mengetahui jika Ibu.M mengalami hipertensi saat
sakit pernah dibawa ke klinik dokter terdekat tapi setelah itu tidak pernah
melakukan cek rutin ke puskesmas maupun ke RS. Dan keluarga juga tidak
mengetahui apa penyebab dari hipertensi itu sendiri dan tanda-tandanya orang
terkena hipertensi.
2) Kemampuan keluarga mengambil keputusan tindakan kesehatan yang tepat :
Setelah keluarga mengetahui bahwa Ibu.M ini mengalami hipertensi saat
diperiksakan ke dokter dekat rumahnya. Ibu.M ini diberitahu oleh dokter bahwa
untuk periksa rutin ke puskesmas atau RS tapi Ibu.M tidak mau dan menganggap
tekanan darah yang tinggi ini biasa-biasa saja karena jika kepalanya pusing hanya
dibuat tidur atau istirahat saja. Keluarga juga tidak mengetahui akibat dari
hipertensi yang apabila tidak ditangani lebih lanjut.
3) Kemampuan keluarga merawat anggota keluarga yang sakit :
Jika ada salah satu keluarganya yang sakit Sdr.N mengatakan keluarga yang lain
juga ikut khawatir dan ikut merawat anggota keluarganya dengan pengetahuan
seadanya
4) Kemampuan keluarga memelihara lingkungan rumah yang sehat :
Keluarga menyadari bahwa manfaat lingkungan yang bersih dapat mencegah
berbagai penyakit, karenanya lingkungan rumah sudah terlihat bersih ventilasi
juga baik.
5) Kemampuan keluarga menggunakan fasilitas kesehatan di masyarakat :
Ibu.M mengatakan jika ada salah satu anggota keluarganya yang sakit dibawa ke
dokter yang dekat dengan rumahnya terlebih dahulu setelah itu jika kondisinya
jelek butuh rawat inap baru dirujuk ke RS dan Ibu.M mengatakan seluruh
anggota keluarganya sudah memiliki kartu jaminan kesekatan yaitu BPJS.
d. Fungsi Ekonomi
Keluarga Ibu.M merupakan keluarga pra sejahtera, dimana bisa memenuhi makan 3
kali sehari, ibadah, berpakaian berbeda untuk berbagi keperluan
3.5 Stres Dan Koping Keluarga
1. Stressor jangka pendek dan panjang
Menurut Ibu.M stressor jangka pendeknya adalah takut kondisinya memburuk atau
drop lagi. Sedangkan stressor jangka panjangnya adalah jika saat stress dan
kondisinya memburuk karena memikirkan keadaan yang tak kunjung sembuh serta
biaya pengobatan yang semakin mahal.
2. Kemampuan keluarga berespon terhadap stressor
Keluarga telah berusaha untuk bekerja keras demi memenuhi kebutuhan keluarga.
Sedangkan Sdr.N selalu khawatir dengan kondisi kesehatan kedua orang tuanya
3. Strategi koping yang digunakan
Keluarga Ibu.M selalu melampiaskan kesedihanya kepada keluarga
4. Strategi adaptasi disfungsional
Keluarga tidak mampu untuk beradaptasi dengan permasalahan yang dihadapi.
Menyadari masalah, kurang mampu mengambil tindakan, dan keterbatasan ekonomi.
3.6 Pemeriksaan Fisik
No. Pemeriksaan Nama
Fisik Anggota
Keluarga
Ibu.M
1. Keadaan Umum Baik
TD (mmHg) 150/100
mmHg
N (x/menit) 80 x/menit
RR (x/menit) 20 x/menit
BB (kg) 90 kg
TB (cm) 158 cm
2. Kepala
Rambut Rambut
lurus,
persebaran
merata dan
beruban
Mata Penglihatan
sedikit kabur
Konjungtiva Merah muda
Sklera Putih
Hidung Bersih, tidak
ada benjolan
Mulut Kondisi
mulut bersih,
mukosa bibir
kering
Telinga Bersih, tidak
ada benjolan
3. Leher
Kelenjar Tiroid Tidak ada
pembesaran
kelenjar
tiroid
4 Paru-paru Inspeksi :
ekspansi
dada kana
dan kiri
simetris,
tidak ada
penggunaan
otot bantu
nafas, tidak
ada lesi
Palpasi :
tidak ada
nyeri tekan,
vokal
fremitus dada
kanan dan
kiri sama
Perkusi :
sonor
Auskultasi :
vesikuler,
tidak ada
suara nafas
tambahan
5 Jantung Inspeksi :
Tidak terlihat
denyut
jantung di IS
ke-5
Palpasi :
teraba denyut
jantung di IS
ke-5
Perkusi :
pekak
Auskultasi :
tunggal
reguler (S1
lub dan S2
dub)
5. Abdomen Inpeksi :
bentuk perut
buncit, tidak
ada lesi
Auskultasi :
bising usus
13 x/menit
Perkusi :
timpani
Palpasi :
tidak ada
nyeri tekan,
tidak ada
pembesaran
hepar
7. Ekstremitas Tidak ada
fraktur,
turgor kulit
lembab, CRT
< 2 dtk,
warna kulit
sawo
matang, tidak
ada odema,
tidak ada
luka,
kekuatan otot

3.7 Pemeriksaan Penunjang

Tes GDA Bpk.S : 120 mg/dl

3.8 Analisa Data

No Data Penyebab Masalah


1. Data Subjektif : Ketidakefektifan Gangguan pola
a. Ibu.M mengatakan bahwa Manajemen tidur
beliau mempunyai riwayat Kesehatan dalam
darah tinggi sudah 3 tahun keluarga
yang lalu
b. Ibu.M mengatakan tidak bisa
tidur karena merasakan
kepalanya pusing dan tidur
hanya 5 jam saja.
c. Keluarga mengatakan bahwa
Ibu.M sudah tidak pernah
kontrol karena dirasa sudah
membaik
d. Selama sakit ini Ibu.M masih
sering makan-makanan asin,
dan sudah jarang periksa atau
kontrol ke pelayanan
kesehatan.
Data Objektif :
Ibu.M terdapat lingkaran hitaman
disekitar mata Klien
Tampak sklera pada konjungtiva
kemerahan
Klien tampak sering menguap
Klien tampak kurang
berkonsentrasi saat dilakukan
pengkajian
Hasil pemeriksaan fisik :
TD : 150/100 mmHg
Nadi : 80x/menit
RR : 20x/menit
Kekuatan kotot saat pemeriksaan
5 5

5 5

3.9 Scoring Prioritas masalah


1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Ketidakefektifan Manajemen Kesehatan
dalam keluarga
No Kriteria Skala Bobot Scoring Pembenaran
1 - Sifat masalah 3 3 3/3x3 = 3 Masalah nyeri
o Aktual (3) kepala
o Resiko (2) mengganggu pola
o Potensial (1) tidur Ibu.M setiap
hari
Kemungkinan masalah 1 2 1/2x2 = 1 Dengan
dapat diubah informasi yang
o Tinggi (2) cukup, maka akan
menambah
o Sedang (1) wawasan dan
o Rendah (0 pengetahuan
keluarga
mengenai
penyakit
Hipertensi
Potensial masalah untuk 2 1 2/3x1 = Hipertensi
dicegah 2/3 adalah penyakit
o Mudah (3) yang dapat
o Cukup (2) dikendalikan
o Tidak dapat (1) apabila keluarga
mengetahui
bagaimana cara
penanganan dan
perawatan
Hipertensi
Menonjolnya masalah 2 1 2/2x1 = 1 Masalah
a. Masalah dirasakan oleh
dirasakan dan Ibu.M dan bisa
perlu penanganan menjadi lebih
segera. (2) serius bila tidak
b. Masalah di segera ditangani
rasakan, tidak
perlu di tangani
segera (1)
c. Masalah tidak
dirasakan (0)
Total Skor 5,6

3.10 Prioritas masalah


No. Diagnosa Score
1. Gangguan pola tidur berhubungan dengan Ketidakefektifan 5,6
Manajemen Kesehatan dalam keluarga

3.11 Intervensi keperawatan


N DP Tujuan Intervensi Rencana evaluasi
o. Kriteria Standart
1 Kurang TU : 1. kaji Respon 1. Keluarga
. informasi pada Ny. Pengetahuan ulang pengetahuan Verbal : keluarga mampu menyebutkan
M berhubungan bertambah keluarga tentang dapat pengertian Hipertensi
dengan setelah definisi dan tanda menyebutkan adalah menurut
ketidakmampuan dilakukan gejala hipertensi, definisi dan tanda WHO, batas tekanan
keluarga/individu tindakan beri reinforcemen gejala darah yang masih
mengambil selama 2 hari positif atas dianggap normal
keputusan untuk pada keluarga jawaban, jelaskan keluarga adalah 140/90 mmHg
mendapatkan Ny. M dan tanyakan dapat dan tekanan darah
informasi tentang TK : kembali. menyebutkan sama atau diatas
hipertensi setelah 2. kaji penyebab dan 160/95 mmHg
dilakukan ulang pengetahuan akibat hipertensi dinyatakan sebagai
pendidikan keluarga tentang hipertensi
kesehatan penyebab dan keluarga (Soeparman, 1999).
tindakan akibat hipertensi, dapat menyebutkan 5 dari 8
keperawatan beri reinforcemen menjelaskan tanda dan gejala
selama 1 x 30 positif atas penatalaksanaan hipertensi dengan
mnt keluarga jawaban yang hipertensi baik : Kepala pusing
diharapkan : diberikan, jelaskan Telinga berdengung
1. dan tanyakan keluarga Gemeter, tremor
Mengenal kembali kembali. sanggup Mudah marah Mual
masalah 3. beri menciptakan dan muntah Rasa
hipertensi penjelasan tentang lingkungan yang berat di tengkuk
2. penatalaksanaan nyaman Jantung berdebar–
keluarga hipertensi, debar Denyut Nadi
mampu motivasi keluarga keluarga cepat Lelah dan lemas
mengambil untuk mematuhi sanggup 2. menyebutkan 4
keputusan penatalaksanaan, memanfaatkan dari 7 penyebab
tentang beri reinforcement fasilitas hipertensi dengan
masalah positif atas kesehatan baik :
hiprtensi jawaban, tanyakan a. Asupan
3. dapat kembali kembali garam yang tinggi
merawat penatalaksanaan b. Stress
anggota hipertensi psikologis
keluarga 4. beri c.Faktor
dengan motivasi keluarga genetic (keturunan)
hipertensi untuk membuat d. Kurang olah
4. dapat lingkungan raga
memodifikasi senyaman e. Kebiasaan
lingkungan mungkin, beri hidup yang tidak baik
5. reinforcement seperti merokok dan
memanfaatkan positif atas alkohol
fasilitas jawaban. f.
kesehatan 5. motivasi Penyempitan
keluarga untuk pembuluh darah oleh
memanfaatkan lemak/kolesterol
fasilitas kesehatan, tinggi
beri reinforcement g. Keturunan
positif atas (genetik)
jawaban
Akibat
Hipertensi
a. Stroke
b. Penyakit
jantung
c. Penyakit
ginjal
d. Gangguan
penglihatan
2. Sebutkan 4
dari 8
penatalaksanaan
hipertensi dengan
baik
a. Periksakan
tekanan darah secara
teratur
b. Diit
Menghindari - makanan
yang berlemak
- Mengurangi
asin atau garam
c. Menjaga
keseimbangan berat
badan
d. Hindari
minum minuman keras
(beralkohol) dan
kurangi/hentikan
merokok
e. Istirahat yang
cukup
f. Hindari stress
g. Olah raga
yang teratur
h. Taati
petunjuk pemakian obat
dari dokter

3.12 Implementasi dan evaluasi


No. Tgl/ DIAGNOSA IMPLEMENTASI EVALUASI
jam KEPEARWATAN
1 13.0 Kurang 1. Mengucapkan salam. S:
4.2021 informasi pada Ny. 2. Menanyakan keadaan - Keluarga menjawab salam,
09.0 S berhubungan kesehatan keluarga. mempersilahkan duduk, dan
0 WIB dengan 3. Mengingatkan kontrak mengsatakan keluarga sehat-
ketidakmampuan dan tujuan pertemuan. sehat saja. Saya masih ingat
keluarga/individu 4. Mengkaji ulang kita janji hari ini..
mengambil pengetahuan keluarga - Ny.S mengatakan belum
keputusan untuk tentang definisi dan begitu mengerti tentang
mendapatkan tanda gejala hipertensi, Hipertensi, tandatandanya,
informasi tentang memberi reinforcemen penyebab, akibat,
hipertensi positif jawaban yang penatalaksanaan.
diberikan, menjelaskan - Keluarga mengatakan paham
dan menanyakan dengan apa yang dijelaskan
kembali. perawat. - Keluarga
5. Mengkaji ulang mengatakan akan
pengetahuan keluarga mencobanya.
tentang penyebab dan O:
akibat hipertensi, - Keluarga
memberi reinforcemen mendengarkan dan
positif jawaban yang memperhatikan
diberikan, menjelaskan - Keluarga kooperatif
dan menanyakan A : Tujuan tercapai
kembali. P : Motivasi keluarga
6. Memberi penjelasan untuk mematuhi
tentang penatalaksanaan penatalaksanaan hipertensi.
hipertensi, memotivasi
keluarga untuk mematuhi
penatalaksanaan,
menanyakan kembali
penatalaksanaan
hipertensi, memberi
reinforcement positif
jawaban
7. Memberi motivasi
keluarga untuk membuat
lingkungan senyaman
mungkin.
8. Memotivasi keluarga
untuk memanfaatkan
fasilitas kesehatan

Anda mungkin juga menyukai