Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN PADA

PASIEN DENGAN ISOLASI SOSIAL:


MENARIK DIRI
STIKes Banten
Fransiska Haryati
PENGERTIAN
 Isolasi sosial adalah keadaan seorang individu mengalami
penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan
tidak mampu membina hubungan yang berarti dengan
orang lain (Rawlins, 1993 dalam Yusuf, dkk, 2014)
 Relasi yg sehat dapat digambarkan dg adanya komunikasi
yg terbuka, mau menerima org lain, dan adanya rasa
empati. Pemutusan hubungan interpersonal berkaitan
erat dg ketidakpuasan individu dalam proses hubungan
yg disebabkan oleh kurang terlibatnya dalam proses
hubungan dan respons lingkungan yg negatif. Hal
tersebut akan memicu rasa tidak percaya diri dan
keinginan untuk menghindar dari orang lain
Gangguan Hubungan Sosial :
1. Menarik diri: menemukan kesulitan dalam
membina hubungan dengan orang lain.
2. Dependen: sangat bergantung pada orang lain
sehingga individu mengalami kegagalan dalam
mengembangkan rasa percaya diri.
3. Manipulasi: individu berorientasi pada diri
sendiri dan tujuan yang hendak dicapainya tanpa
mempedulikan orang lain dan lingkungan dan
cenderung menjadikan orang lain sebagai objek.
Proses Terjadinya Isolasi Sosial
Proses terjadinya Isolasi sosial pada pasien akan
dijelaskan dengan menggunakan konsep stress
adaptasi Stuart yang meliputi stressor dari faktor
predisposisi dan presipitasi.
RENTANG RESPON

Adaptif

Menyendiri Merasa sendiri • Maladaptif


Manipulasi
(solitude) (loneliness) • Impulsif
• Otonomi • Menarik diri • Narsisme
• Bekerja sama (withdrawal)
(mutualisme) • Tergantung
• Saling bergantung (dependent)
(interdependence)
PENGKAJIAN
1. Faktor predisposisi
2. Faktor Presipitasi
3. Mekanisme Koping
4. Perilaku
Predisposisi
Faktor Biologis
1) Adanya faktor herediter dimana ada riwayata anggota keluarga yang
mengalami gangguan jiwa. Adanya risiko bunuh diri, riwayat penyakit atau
trauma kepala, dan riwayat penggunaan NAPZA. Selain itu ditemukan
adanya kondisi patologis otak, yang dapat diketahui dari hasil
pemeriksaan struktur otak melalui pemeriksaan CT Scan dan hasil
pemeriksaan MRI untuk melihat gangguan struktur dan fungsi otak
(Thomb, 2000).

2) Faktor Psikologis
Pasiendengan masalah isolasi sosial, seringkali mengalami kegagalan yang
berulang dalam mencapai keinginan/harapan, hal ini mengakibatkan
terganggunya konsep diri, yang pada akhirnya akan berdampak dalam
membina hubungan dengan orang lain.Koping individual yang digunakan
pada pasiendengan isolasi sosial dalam mengatasi masalahnya,
biasanya maladaptif. Koping yang biasa digunakan meliputi: represi, supresi,
sublimasi dan proyeksi. Perilaku isolasi sosial timbul akibat adanya
3) Faktor Sosial Budaya
Faktor predisposisi sosial budaya pada
pasien dengan isolasi sosial, seringkali
diakibatkan karena pasienberasal dari golongan
sosial ekonomi rendah hal ini mengakibatkan
ketidakmampuan pasiendalam memenuhi
kebutuhan. Kondisi tersebut memicu timbulnya
stres yang terus menerus, sehingga fokus
pasienhanya pada pemenuhan kebutuhannya dan
mengabaikan hubungan sosialisasi dengan
lingkungan sekitarnya.
Faktor Presipitasi
- Ditemukan adanya riwayat penyakit infeksi, penyakit kronis
atau kelainan struktur otak.
- Faktor lainnya pengalaman abuse dalam keluarga. Penerapan
aturan atau tuntutan dikeluarga atau masyarakat yang sering
tidak sesuai dengan pasien dan konflik antar masyarakat.
- Selain itu pada pasien yang mengalami isolasi sosial, dapat
ditemukan adanya pengalaman negatif pasienyang tidak
menyenangkan terhadap gambaran dirinya, ketidakjelasan
atau berlebihnya peran yang dimiliki serta mengalami krisis
identitas.
- Pengalaman kegagalan yang berulang dalam mencapai
harapan atau cita-cita, serta kurangnya penghargaan baik
dari diri sendiri maupun lingkungan.
Faktor-faktor diatas, menyebabkan gangguan dalam
berinteraksi sosial dengan orang lain, yang pada akhirnya
menjadi masalah isolasi sosial.
MEKANISME KOPING
1. Regresi
2. Represi
3. Proyeksi
4. Menarik diri
PERILAKU
1. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
2. Menghindari orang lain, tampak menyendiri, dan
memisahkan diri dari orang lain.
3. Komunikasi kurang/tidak ada, pasien tidak tampak
bercakap-cakap dengan orang lain.
4. Tidak ada kontak mata dan sering menunduk.
5. Berdiam diri di kamar.
6. Menolak berhubungan dengan orang lain, memutuskan
pembicaraan, atau pergi saat diajak bercakap-cakap.
7. Tidak tampak melakukan kegiatan sehari-hari,
perawatan diri kurang, dan kegiatan rumah tangga tidak
dilakukan.
8. Posisi janin pada saat tidur.
PENGKAJAN
Pengkajian
1. Pengkajian pasien isolasi sosial dapat dilakukan
melalui wawancara dan observasi kepada pasien
dan keluarga.
2. Tanda dan gejala isolasi sosial dapat ditemukan
dengan wawancara, melelui bentuk pertanyaan
sebagai berikut:
a. Bagaimana perasaan Anda saat berinteraksi
dengan orang lain?
b. Bagaimana perasaan Anda ketika berhubungan
dengan orang lain? Apa yang Anda rasakan?
Apakah Anda merasa nyaman ?
c. Bagaimana penilaian Anda terhadap orang-
orang di sekeliling Anda (keluarga atau
tetangga)?
d. Apakah Anda mempunyai anggota keluarga atau
teman terdekat? Bila punya siapa anggota
keluarga dan teman dekatnya itu?
e. Adakah anggota keluarga atau teman yang tidak
dekat dengan Anda? Bila punya siapa anggota
keluarga dan teman yang tidak dekatnya itu?
f. Apa yang membuat Anda tidak dekat dengan
orang tersebut?
TANDA DAN GEJALA

1. Klien menyendiri
2. Tidak mau berinteraksi dengan ornag lain
3. Tidak ada kontak mata
4. Menunduk saat diajak bicara
5. Jika ditanya, klien hanya menjawab dengan
singkat “ya”, “tidak”, “tidak tahu” bahkan
tidak menjawab sama sekali.
Pohon Masalah

Gangguan Persepsi Sensori : Efek (akibat)


Halusisnasi

Isolasi Sosial
Core Problem

Harga Diri Rendah Causa


MASALAH KEPERAWATAN
Diagnosis Keperawatan
1. Risiko perubahan sensori persepsi: halusinasi
berhubungan dengan menarik diri.
2. Isolasi sosial: menarik diri berhubungan dengan harga
diri rendah.
RENCANA TINDAKAN
Tindakan Keperawatan untuk Pasien
1. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, pasien mampu melakukan hal berikut.
a. Membina hubungan saling percaya
b. Menyadari penyebab isolasi sosial.
c. Berinteraksi dengan orang lain.

2. Tindakan
a. Membina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam setiap kali berinteraksi dengan pasien.
2) Berkenalan dengan pasien, seperti perkenalkan nama dan nama
panggilan yang Anda sukai, serta tanyakan nama dan nama
panggilan
pasien.
3) Menanyakan perasaan dan keluhan pasien saat ini.
4) Buat kontrak asuhan, misalnya apa yang Anda
akan lakukan bersama pasien,berapa lama akan
dikerjakan, dan tempatnya di mana.
5) Jelaskan bahwa Anda akan merahasiakan
informasi yang diperoleh untuk kepentingan
terapi.
6) Setiap saat tunjukkan sikap empati terhadap
pasien.
7) Penuhi kebutuhan dasar pasien bila
memungkinkan.
b. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi sosial.
1) Tanyakan pendapat pasien tentang kebiasaan berinteraksi
dengan orang lain.
2) Tanyakan apa yang menyebabkan pasien tidak ingin
berinteraksi dengan orang lain.
3) Diskusikan keuntungan bila pasien memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan mereka.
4) Diskusikan kerugian bila pasien hanya mengurung diri dan
tidak bergaul dengan orang lain.
5) Jelaskan pengaruh isolasi sosial terhadap kesehatan fisik
pasien.
c. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain secara bertahap.
1) Jelaskan kepada pasien cara berinteraksi dengan orang lain.
2) Berikan contoh cara berbicara dengan orang lain.
3) Beri kesempatan pasien mempraktikkan cara berinteraksi
dengan orang lain yang dilakukan di hadapan Anda.
4) Mulailah bantu pasien berinteraksi dengan satu
orang teman/anggota keluarga.
5) Bila pasien sudah menunjukkan kemajuan,
tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, tiga,
empat orang, dan seterusnya.
6) Beri pujian untuk setiap kemajuan interaksi
yang telah dilakukan oleh pasien.
7) Siap mendengarkan ekspresi perasaan pasien
setelah berinteraksi dengan orang lain. Mungkin
pasien akan mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannya.
8) Beri dorongan terus-menerus agar pasien tetap
semangat meningkatkan interaksinya.
d. Melatih pasien mengikuti kegiatan kelompok
1) Jelaskan kepada pasien manfaat mengikuti
kegiatan kelompok
2) Berikan kesempatan pasien mengenalkan diri
di dalam kelompok
3) Libatkan pasien dalam aktivitas atau
kegiatan kelompok
Tindakan Keperawatan
a. Bina hubungan saling percaya.
1) Mengucapkan salam terapeutik.
2) Berjabat tangan.
3) Menjelaskan tujuan interaksi.
4) Membuat kontrak topik, waktu, dan tempat
setiap kali bertemu pasien.
b. Diskusikan bersama pasien penyebab menarik
diri
c. Diskusikan bersama pasien akibat menarik diri
d. Latih pasien cara berkenalan dengan orang lain
e. Libatkan pasien dalam aktivitas kelompok
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien
isolasi sosial di rumah.
2. Tindakan
Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial.
a. Menjelaskan tentang hal berikut :
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial.
3) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya.
4) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
5) Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien.
b. Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien.
c. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
berkomunikasi dengan pasien.
STRATEGI PELAKSANAAN
1. Membina hubungan saling percaya
2. Membantu pasien menyadari perilaku isolasi
sosial.
3. Melatih pasien berinteraksi dengan orang lain
secara bertahap.
4. Melatih pasien mengikuti aktivitas atau
kegiatan kelompok
 SP-K : Membina hubungan saling percaya
Tujuan : terjalin komunikasi yang efektif dan kooperatif
1. Fase Orientasi
Salam terapeutik :
”Assalamu’alaikum, Selamat pagi pak Agus kenalkan saya adalah
perawat Tina yang bertugas di ruang Mawar ini, saya dinas pagi
dari jam 7 pagi sampai 2 siang.”
Validasi data:
”Bagaimana perasaan pak Agus hari ini?” “ Saya melihat bapak dari
tadi menyendiri di kamar, yuuk pak Agus ngobrol dengan temen2
yang lain” “ Kenapa tidak mau pak?”
Kontrak ( topik,tujuan,waktu, tempat)
“Baik pak Agus, bagaimana kalau kita bercakap-cakap selama 15
menit tentang mengapa pak Agus tidak mau ngobrol dengan
orang. Tujuannya supaya pak Agus mengetahui apa penyebab pak
Agus suka menyendir. Kita berbincang –bincang selama 15 menit
dan tempat apakah disni saja atau di luar kamar pak”
2. Fase Kerja
“ Apa yang menyebabkan pak Agus suka menyendiri?”
“ Apakah ada pengalaman yang tidak menyenangkan
yang pak Agus alami?”
“ O... Pak Agus pernah ditinggal pacar menikah?”
“ Mengapa pacar meningalkan pak Agus ?”
“ O… pacar pak Agus sering menghina dan
meremehkan pak Agus karena hanya bekerja
sebagai sopir angkot”
“ Lalu kenapa pak Agus suka menyendiri?”
“ Saya memahami kekecewaan pak Agus, tapi dengan
menyendiri justru akan membuat pak Agus
menderita”
“ Mengobrol dengan orang lain akan membuat pak Agus
lebih tenang karena pak Agus tidak fokus pada
masalah yang membuat pak Agus menderita”

3. Fase Terminasi
Evaluasi
“ Bagaimana perasaan pak Agus setelah kita bincang-
bincang pagi ini...?”
“ Apa saja yang kita bicarakan hari ini, coba bisa pak
Agus ulangi”?
Rencana Tindak Lanjut:
“ Bagiamana kalau besok kita berbincang2 lagi?”
Topik
“Kita berbincang2 tentang manfaat menjalin
hubungan dengan orang”
Tujuan:
“ Agar pak Agus mampu memahami manfaat
menjalin hubungan dengan orang lain”
Tempat dan waktu
“ Bagaimana kalau tempatnya di luar kamar…
waktunya 15 menit?”
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga

1. Tujuan
Setelah tindakan keperawatan, keluarga mampu merawat pasien
isolasi sosial di rumah.
2. Tindakan
Melatih keluarga merawat pasien isolasi sosial.
a. Menjelaskan tentang hal berikut :
1) Masalah isolasi sosial dan dampaknya pada pasien.
2) Penyebab isolasi sosial.
3) Sikap keluarga untuk membantu pasien mengatasi isolasi sosialnya.
4) Pengobatan yang berkelanjutan dan mencegah putus obat.
5) Tempat rujukan bertanya dan fasilitas kesehatan yang tersedia
bagi pasien.
b. Memperagakan cara berkomunikasi dengan pasien.
c. Memberi kesempatan kepada keluarga untuk mempraktikkan cara
berkomunikasi dengan pasien.
EVALUASI
1. Evaluasi kemampuan pasien
a. Pasien menunjukkan rasa percayanya kepada saudara
sebagai perawat dengan ditandai dengan pasien mau
bekerja sama secara aktif dalam melaksanakan program
yang saudara usulkan kepada pasien.
b. Pasien mengungkapkan hal-hal yang menyebabkan tidak
mau bergaul dengan orang lain, kerugian tidak mau
bergaul, dan keuntungan bergaul dengan orang lain.
c. Pasien menunjukkan kemajuan dalam berinteraksi
dengan orang lain secara bertahap.
2. Evaluasi kemampuan keluarga
Keluarga ikut bekerja sama merawat pasien sesuai anjuran
yang Anda berikan.
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai