Anda di halaman 1dari 24

Asuhan Keperawatan Isolasi Sosial

Almina Tarigan, S.Kep, Ns, M.K.M


ISOLASI SOSIAL
• Keadaan dimana
seorang individu
mengalami penurunan
atau bahkan sama sekali
tidak mampu
berinteraksi dengan
orang lain disekitarnya
ISOLASI SOSIAL
• Suatu keadaan kesepian yang dialami oleh
seseorang karena orang lain menyatakan sikap
yang negatif dan mengancam
• Pasien mungkin merasa ditolak, tidak diterima,
kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain
KARAKTERISTIK ISOLASI SOSIAL
• Tinggal sendiri dalam ruangan
• Ketidakmampuan untuk berkomunikasi
• Menarik diri
• Kurangnya kontak mata
• Ketidak sesuaian atau ketidakmatangan minat dan
aktivitas dengan perkembangan atau terhadap usia
• Pengulangan, tindakan yang tidak bermakna.
• Mengekspresikan perasaan penolakan atau kesepian
yang ditimbulkan oleh orang lain.
• Mengalami perasaan yang berbeda dengan orang lain
• Merasa tidak aman ditengah orang banyak 
Rentang Respon Isolasi Sosial

Adaptif Mal Adaptif

Menyendiri Kesepian Manipulatif


Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan Ketergantungan Narkisisme
• Respon Adpatif : respon individu dlm m’selesaikan masalah yg
masih dpt diterima oleh norma2 sosial dan budaya yg umum
berlaku (masih dlm batas normal), meliputi :
 Menyendiri : respon seseorg untuk merenungkan apa yg telah
dilakukan di lingkungan sosial dan juga suatu cara
mengevaluasi diri untuk menentukan langkah berikutnya.
 Otonomi : Kemampuan individu m’tentukan dan
m’sampaikan ide, pikiran, perasaan dlm hub sosial
 Kebersamaan : indivud mampu saling m’beri dan
menerima
 Saling ketergantungan : hub saling tergantung antar
individu dlm rangka m’bina hub interpersonal
• Respon mal adaptif : respon
individu dlm penyelesaian
masalah menyimpang dari
norma2 sosial dan budaya
lingkungannya, meliputi :
 Manipulasi : orang lain
diperlakukan sbg objek,
hubungan terpusat pd
masalah pengendalian orang
lain dan individu cenderung
berorientasi pd diri sendiri
atau tujuan, bukan pada
orang lain
 Impulsif : individu impulsif tidak mampu merencanakan
sesuatu, tidak mampu belajar dari pengalaman, tidak
dapat diandalkan
 Narkisisme : harga diri yang rapuh, secara terus
menerus berusaha m’dapatkan penghargaan dan pujian,
sikap egosentris, pencemburu, marah jika orang lain
tidak m’dukung
Faktor predisposisi ( faktor pendukung terjadinya
gangguan dlm hubungan sosial)
 Faktor tumbang : tugas perkembangan pada fase
tumbang tidak terselesaikan.
Contoh : Masa bayi Mentapkan landasan rasa percaya
Rasa tidak percaya pada diri sendiri dan orang lain,
serta menarik diri
Faktor komunikasi dalam keluarga : komunikasi
yang tidak jelas (suatu keadaan dimana seorang
anggota keluarga menerima pesan yang saling
bertentangan dlm waktu yg bersamaan), ekpresi
emosi yg tinggi dlm klg yg m’hambat untuk berhub
dgn lingkungan diluar klg.
 Faktor sosial budaya : isolasi sosial/
m’asingkan diri dari lingk sosial. Disebabkan
norma2 yang salah dianut klg, spt : anggota
klg tdk produktif ( lansia, berpenyakit kronis
dan penyandang cacat) diasingkan dr
lingkungan sosialnya

 Faktor biologis : gangguan dlm otak, spt pada


skizofrenia terdpt struktur otak yg abnormal
( atropi otak, perubahan ukuran dan bentuk
sel2 dlm limbik dan daerah kortikal)
 Faktor presipitasi
Stressor pencetus pada umumnya mencakup peristiwa
kehidupan yang menimbulkan stress seperti kehilangan,
yang mempengaruhi kemampuan individu untuk
berhubungan dengan orang lain dan menyebabkan
ansietas.

 Faktor eksternal : stressor sosial budaya : stres yg


ditimbulkan oleh faktor sosial budaya ( keluarga)
 Faktor Internal : stresor psikologik : stres tjd akibat
ansietas berkepanjangan disertai keterbatasan
kemampuan m’atasinya
Mekanisme koping (sangat bervariasi) :
1) Regresi yaitu perkembangan atau tingkah laku
yang mundur
2) Proyeksi yaitu kelemahan dan kekurangan pada
diri sendiri dilontarkan pada orang lain.
3) Represi yaitu mengesampingkan impuls atau
ingatan yang menyakitkan
4) Isolasi yaitu menghindarkan diri dari interaksi
dengan lingkungan luar
 Perilaku
 Menarik diri : kurang spontan, apatis, ekspresi wajah
kurang berseri, defisit perawatan diri, komunikasi
kurang, isolasi diri, aktivitas menurun, kurang
berenergi, rendah diri, postur tubuh sikap fetus
 Curiga : tdk percaya org lain, bermusuhan, isolasi
sosial, paranoia
 Manipulasi : kurang asertif, isolasi sosial, harga diri
rendah, tergantung pd orang lain, ekspresi perasaan
tdk langsung pd tujuan
ASKEP ISOLASI
SOSIAL
PENGKAJIAN
Pengkajian pada pasien isolasi sosial dapat dilakukan melalui
wawancara dan observasi: Adapun hal-hal yang perlu dikaji dalam
wawancara yaitu (Keliat, 2009):
1) Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain.
2) Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Pasien mengatakn hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
4) Pasien merasa lambat dan bosan menghabiskan waktu
5) Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
6) Pasien merasa tidak berguna
7) Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
DIAGNOSA KEPERAWATAN

ISOLASI SOSIAL
MENARIK DIRI
INTERVENSI KEPERAWATAN
1. pasien dapat membina hubungan saling percaya
2. pasien dapat menyadari penyebab isolasi sosiaL
3. pasien dapat berinteraksi dengan orang lain
1.1 pasien mampu berkomunikasi dengan baik
dengan perawat
1.2 pasien dapat menyebutkan penyebab dan
tanda menarik diri
1.3 pasien mampu berinteraksi dengan perawat,
keluarga, dan pasien lain
STRATEGI PERTEMUAN ISOLASI SOSIAL
SP1
1. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien Mendiskusikan
masalah yang dirasakan keluarga dalam merawat pasien
2. Berdiskusi dengan pasien tentang keuntungan berinteraksi
dengan orang lain Menjelaskan pengertian, tanda dan gejala
isolasi sosial yang dialami pasien beserta proses terjadinya.
3. Berdiskusi dengan pasien tentang kerugian berinteraksi dengan
orang lain Menjelaskan cara-cara merawat pasien isolasi social
4. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang
5. Menganjurkan pasien memasukkan kegiatan latihan
berbincang-bincang dengan orang lain dalam kegiatan harian
SP2
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat pasien dengan isolasi social
2. Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan satu
orang Melatih keluarga mempraktekkan cara
merawat langsung kepada pasien isolasi social
3. Membantu pasien memasukkan kegiatan
latihan berbincang-bincang dengan orang lain
sebagai salah satu kegiatan harian
SP3
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
Membantu keluarga membuat jadwal aktivitas
di rumah termasuk minum obat (discharge
planning)
2. Memberikan kesempatan kepada pasien
mempraktekkan cara berkenalan dengan dua
orang atau lebih Menjelaskan follow up pasien
setelah pulang
3. Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian
FASE KERJA
FASE ORIENTASI
1. Salam terapeutik
2. Evaluasi/validasi
3. Kontrak
FASE KERJA
FASE TERMINASI
4. Evaluasi respon klien
5. Tindak lanjut
6. Kontrak yg akan datang
SEMOGA BERMANFAAT

Anda mungkin juga menyukai