Anda di halaman 1dari 13

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA KAMPUS SUMEDANG


Jln. Mayor Abdul Rahman No. 211 Kota Kaler Sumedang Utara Sumedang Telp. (0261)20124 Jalan Margamukti No. 93 Licin Cimalaka Sumedang
45353 Telp/Fax ( 0261) 203084/205172

INSTITUSI PENDIDIKAN : UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA PRODI


KEPERAWATAN KAMPUS SUMEDANG

NAMA MAHASISWA : ILHAM IMAMUDIN UTAMA

LAPORAN PENDAHULUAN

1. KASUS (Masalah Utama)


Isolasi Sosial
2. PROSES TERJADINYA MASALAH
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya.
(Damaiyanti, 2008).
Isolasi sosial juga merupakan kesepian yang dialami oleh individu dan dirasakan saat
didorong oleh keberadaan orang lain dan sebagai pernyataan negatif atau
mengaancam. (Nanda-I, 2012).
2. Rentang Respon
Berdasarkan buku keperawatan jiwa dari Stuart (2016) menyatakan bahwa manusia
adalah makhluk sosial, untuk mencapai kepuasan dalam kehidupan, mereka harus
membina hubungan interpersonal yang positif. Individu juga harus membina saling
tergantung yang merupakan keseimbangan antara ketergantungan dan kemandirian
dalam suatu hubungan.

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Menyendiri kesepian Manipulasi
Otonomi Menarik diri Impulsif
Kebersamaan ketergantungan Narkisme
Saling ketergantungan

1. Menyendiri (Solitude)
Merupakan respon yang dibutuhkan seseorang untuk merenungkan apa yang telah
dilakukan dilingkungan sosialnya dan suatu cara mengevaluasi diri untuk
menentukan langkah selanjutnya. Solitude umumnya dilakukan setelah melakukan
kegiatan.
2. Otonomi
Merupakan kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan ide-ide
pikiran, perasaan dalam hubungan sosial.
3. Kebersamaan (mutualisme)
Mutualisme adalah suatu kondisi dalam hubungan interpersonal dimana individu
tersebut mampu untuk saling memberi dan menerima.
4. Saling ketergantungan (Intedependen)
Intedependen merupakan kondisi saling ketergantungan antar inivide dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
5. Kesepian
Merupakan kondisi dimana individu merasa sendiri dan terasing dari lingkungannya.
6. Isolasi sosial
Merupakan suatu keadaan dimana seseorang menemukan kesulitan dalam membina
hubungan secara terbuka dengan orang lain.
7. Ketergantungan (Dependen)
Dependen terjadi bila seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri atau
kemampuannya untuk berfungsi secara sukses. Pada gangguan hubungan sosial jenis
ini orang lain diperlakukan sebagai objek, hubungan terpusat pada maslah
pengendalian orang lain, dan individu cenderung berorientasi pada dir sendiri atau
tujuan, bukan pada orang lain.
8. Manipulasi
Merupakan gangguan hubungan sosial yang terdapat pada individu yang menganggap
orang lain sebaga objek. Individu tersebut tidak dapat membina hubungan sosial
secara mendalam.
9. Impulsif
Individu impulsif tidak mampu merencanakan sesuatu, tidak mampu belajar dari
pengalaman, tidak dapat diandalkan, dan penilaian yang buruk.
10. Narkisisme
Pada individu narsisme terdapat harga diri yang rapuh, secara terus menerus berusaha
mendapatkan penghargaan dan pujian, sikap egosentrik, pencemburu, marah jika
orang lain tidak mendukung.

3. Faktor predisposisi
Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah:
1) Faktor perkembangan
Setiap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses,
karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat
masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adlah tempat pertama yang memberikan
pengalaman bagi individu dalam menjalin hubungan dengan orang lain. Kurangnya
stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi
akan memberikan rasa tidak aman yang dapat menghambat terbentuknya rasa
percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku
curiga pada orang lain maupun lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang
hangat sangat penting dalam masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai
objek.
2) Faktor Biologis
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi
skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya ada yang
menderita skizofrenia.
3) Faktor Sosial Budaya
Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung
terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-
norma yang salah dianut oleh satu keluarga seperti anggota tidak produktif
diasingkan diri dari lingkungan sosial.
Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat
dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan
skizofrenia.
4. Faktor presifitasi
Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal
maupun eksternal, meliputi:
1. Stresor sosial budaya
Stresor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya
penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kehilangan pasangan di usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat
dirmah sakit atau dipenjara. Semua ini dapat menibulkan isolasi sosial.
2. Stresor Biokimia
1. Teori Doapamine: kelebihan dopamine pada mesokortikal dan mesolimbik serta
tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinyaa skizofrenia.
2. Menurunnya MAO (Mono Amino Oksidasi) didalam darah akan meningkatkan
dopamine dalam otak. Karen salah satu kegiatan MAO adalah sebaga enzim
yang menurunkan dopamin, maka menurunnya MAO juga dapat merupakan
indikasi terjadinya skizofrenia.
3. Faktor endokrin: jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada klien
skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat.
5. Tanda dan Gejala
1) Gejala Subjektif
1) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain
2) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain
3) Respon verbal kurang dan sangat singkat
4) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain
5) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
6) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
7) Klien merasa tidak berguna
8) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup
9) Klien merasa di tolak
2) Gejala Objektif
10) Klien banyak diam dan tidak mau berbicara
11) Tidak mengikuti kegiatan
12) Banyak berdiam diri dikamar
13) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
14) Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal
15) Kontak mata kurang
16) Kurang spontan
17) Apatis (acuh terhadap lingkungan)
18) Ekspresi wajah kurang berseri
19) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri
20) Mengisolasi diri
21) Tidak atau urang sadar terhadap lingkungan sekitar
22) Masukan makanan dan minuman terganggu
23) Retensi urin dan feses
24) Aktivitas menurun
25) Kurang energi (tenaga)
26) Rendah diri
27) Postur tubuh berubah, misalnya sikap fetus/janin (khususnya pada posisi tidur)

3) MASALAH KEPERAWATAN DAN DATA YANG PERLU DIKAJI


1. Data mayor
Subjektif
a. Mengatakan malas berinteraksi
b. Mengatakan orang lain tidak menerima dirinya’
c. Merasa orang lain tidak selevel
Objktif
- Menyendiri
- Mengurung diri
- Tidak mau bercakap-cakap
2. Data Minor
Subjektif
1. Curiga dengan orang lain
2. Mendengar suara/melihat bayangan
3. Merasa tidak berguna
Objektif
1. Mematung
2. Mondar-mandir
3. Tidak inisiatif berhubungan dengan orang lain

d. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Isolasi sosial
1. Masalah lain yang mungkin muncul
28) Harga diri rendah kronis
29) Perubahan persepsi sensori: halusinasi
30) Koping keluarga tidak efektif
31) Koping individu tidak efektif
32) Intoleransi aktivitas
33) Defisit perawatan diri
34) Resiko tinggi mencederai diri, orang lain dan lingkungan
e. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

Diagnosa Perencanaan
No Rasional
keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi
1. Isolasi sosial Tujuan umum, Pasien Setelah 1 x 30 menit SP 1 : 1. Hubungan saling percaya
mampu : pertemuan pasien dapat : a. Bina hubungan saling percaya merupakan landasan dasar
1. Membina 1. Mampu membina dengan tindakan : interaksi perawat dengan klien
hubungan saling hubungan saling percaya Mengucapkan salam setiap sehingga klien terbuka dalam
percaya di tandai dengan pasien kali interaksi dengan pasien mengungkapkan masalahnya
2. Menyadari menunjukkan ekspresi 1. Berkenalan dengan dan menimbulkan sikap
penyebab isolasi wajah bersahabat, pasien : perkenalakan menerima terhadap orang lain
sosial memperlihatkan rasa nama dan nama
3. Pasien mampu senang, ada kontak mata, panggilan yang disukai, 2. Hal ini dapat membuat klien
berinteraksi mau berjabat tangan, mau serta tanyakan nama dan mengenal dan mengungkapkan
dengan orang lain menyebutkan namanya, nama panggilan pasien penyebab isolasi sosial yang
secara optimal. mau menjawab salam, 2. Menanyakan perasaaan terjadi
Tujuan Khusus : pasien mau duduk dan keluhan pasien saat 3. Hal ini dimaksudkan agar klien
Setelah dilakukan berdampingan dengan ini mempunyai keinginan
pertemuan …x perawat, mau 3. Buat kontrak asuhan apa berinteraksi dengan orang lain,
diharapkan klien mengutarakan masalah yang akan dilakukan Agar klien menyadari kerugian
dapat : yang dihadapi bersama pasien berapa yang ditimbulkan akibat
1. Bersikap terbuka 2. Mampu mengenal lama akan dikerjakan, berinteraksi dengan orang lain,
dan mau membina penyebab isolasi sosial, dan dimana tempatnya dan Dengan belajar berkenalan
hubungan saling keuntungan berhubungan 4. Setiap saat tunjukkan menimbulkan motivasi klien
dengan orang lain, dan sikap empati terhadap untuk berinteraksi dengan
percaya
kerugian tidak pasien orang lain
2. Berkenalan berhubungan dengan
dengan orang lain orang lain 4. Memberikan rasa
b. Bantu pasien mengenal
3. Mampu mengenal 3. Mampu berkenalan tanggungjawab pada pasien
penyebab isolasi sesuai
penyebab isolasi dengan perawat untuk melaksanakan kegiatan
dengan tindakan sebagai
dirinya 4. Mampu menyusun jadwal dengan teratur
berikut :
4. Mampu kegiatan harian
- Menanyakan pendapat
berkenalan
berinteraksi pasien tentang kebiasaan
dengan perawat berinteraksi dengan orang
dan sesama lain
pasien.
- Siapa yang satu rumah
dengan pasien
- Siapa yang dekat dengan
pasien. Apa sebabnya?
- Siapa yang tidak dekat
dengan pasien dan apa
sebabnya
- Menanyakan apa yang
menyebabkan pasien
tidak ingin berinteraksi
dengan orang lain
- Bantu pasien mengenal
keuntungan berhubungan
dengan orang lain dengan
cara mendiskusikan
keuntungan bila pasien
memiliki banyak teman
dan bergaul akrab dengan
mereka
- Bantu pasien mengenal
kerugian bila pasien
hanya mengurung diri
dan tidak bergaul dengan
orang lain
- Menjelaskan pengaruh
isolasi sosial terhdap
kesehatan fisik pasien

c. Latih dan ajarkan pasien


berkenalan dengan cara :
1. Jelaskan kepada pasien
cara berinteraksi dengan
orang lain
2. Berikan contoh bicara
berinteraksi dengan
perawat atau tamu
3. Sebutkan dulu nama kita
dan nama panggilan asal
dan hobi
4. Menanyakan nama, nama
panggilan asal dan hobi

d. Masukan dalam jadwal harian


-Berkenalan dengan 2- Setelah interaksi 1 x 30 menit SP 2 1. Menilai kemampuan dan
3 orang pasien : 1) Mengevaluasi kegiatan yang perkembangan pasien
-Mampu Berbicara 1. Mampu berinterakasi lalu (SP1). 2. Memberikan kesempatan dan
sambil melakukan dengan orang lain secara 2) Beri pujian motivasi klien untuk mau
kegiatan harian bertahap : berkenalan 3) Latih cara berbicara saat melakukan interaksi secara
-Memasukkan dalam dengan 2-3 orang melakukan kegiatan harian bertahap dan interaksi saat
jadwal kegiatan 2. Mampu berbicara sambil 4) Memasukkan pada jadwal melakukan kegiatan
harian melakukan kegiatan harian berkenalan dengan 2-3
harian orang pasien, perawat dan
3. Mampu memasukkan tamu, berbicara saat
dalam jadwal kegiatan melakukan kegiatan harian
harian
1. Berkenalan denga Setelah interaksi 1 x 30 menit SP 3 : 1. Sebagai dasar perawat untuk
4-5 orang dan pasien : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu menilai perkembangan klien
berbicara sambil - Mampu menyebutkan (SP 1 dan SP 2). dalam mengenal cara
melakuka kegiatan kegiatan yang sudah 2. Beri pujian berinteraksi
harian baru dilakukan 3. Latih cara berbicara saat 2. Memberikan motivasi klien
- Mampu berinteraksi melakukan kegiatan harian untuk berinteraksi dan
dengan orang lain secara (kegiatan baru) mendapatkan respon yang
bertahap : Berkenalan 4. Masukan pada jadwal kegiatan positif
dengan 4-5 orang sambil untuk latihan berkenalan 4-5 3. Memberikan motivasi dan rasa
berbicara sambil orang berbicara saat tanggungjawab pada pasien
melakukan kegiatan melakukan kegiatan harian untuk melaksanakan kegiatan
(baru) berkenalan dengan teratur
- Mampu memasukkan
dalam jadwal kegiatan
harian
1) Berbicara sambil Setelah interaksi 1 x 30 menit SP 4 : 1. Menilai perkembangan dan
melakukan pasien : 1. Evaluasi kegiatan lalu (SP 1, kemajuan pasien
kegiatan sosia 1. Mampu menyebutkan SP 2, dan SP 3). 2. Memberikan motivasi klien
kegiatan yang sudah 2. Beri pujian untuk berinteraksi dan
dilakukan 3. Latih cara bicara sosial : mendapatkan respon yang
2. Mampu berinteraksi meminta sesuatu, menjawab positif
dengan orang lain secara pertanyaan 3. Memberikan motivasi dan rasa
bertahap: berkenalan 4. Masukkan pada jadwal tanggungjawab pada pasien
dengan > 5 orang dan kegiatan untuk latihan untuk melaksanakan kegiatan
bersosialisasi berkenalan dengan >5 orang, berkenalan dengan teratur
3. Mampu memasukkan orang baru, berbicara saat
dalam jadwal kegiatan melakukan kegiatan dan
harian bersosialisasi
Keluarga mampu : Setelah interaksi 1 x 30 menit SP 1 2. Dengan penyuluhan dapat
1) Merawat pasien di keluarga : i. Beri penyuluhan kepada keluarga meibatkan keluarga dalam
rumah - Mampu mengidentifikasi tentang cara merawat pasien meningkatkan kemmapuan
masalah dan menjelaskan isolasi sosial di rumah keluarga untuk merawat pasien
cara merawat pasien ii. Identifikasi dan diskusikan sehingga meningkatkan
dengan isolasi sosial : masalah keluarga dalam perawatan pasien
berkenalan dan berbicara merawat pasien di rumah 3. Memberikan kesempatan
saat melakukan kegiataniii. Diskusikan bersama keluarga kepada keluarga
harian tentang isolasi sosial : mengungkapkan masalh
Pengertian, tanda dan gejala keluarga dalam merawat pasien
serta proses terjadinya di rumah
iv. Jelaskan dua cara merawat pasien 4. Meningkatkan pegetahuan dan
dengan berkenalan dan kemampuan keluarga untuk
berbicara saat melakukan mengenal masalah isolasi sosial
kegiatan harian yang dialami pasien
v. Anjurkan membantu pasien sesuai 5. Memberikan pemahaman dan
jadwal saat besuk meningkatkan kemmapuan cara
merawat pasien dengan isolasi
sosial
Setelah interaksi 1 x 30 menit SP 2 : Memberikan keyakinan dan rasa
keluarga : 1. Evaluasi kegiatan yang lalu percaya diri pada keluarga dalam
1. Mampu mempraktekan (SP1). merawat anggota keluarga dengan
cara merawat pasien 2. Beri pujian isolasi sosial
isolasi sosial dengan cara 3. Jelaskan kegiatan rumah
melakukan kegiatan tangga yang dapat melibatkan
harian pasien berbicara (makan,
gotong royong di lingkungan
rumah) di rumah
4. Latih cara membimbing
pasien berbicara dan beri
pujian
5. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan beri pujian
saat besuk
Setelah interaksi 1 x 30 menit SP 3: 1. Meningkatkan pengetahuan dan
keluarga : 1) Evaluasi kegiatan yang lalu ) kemamouan keluarga untuk
Mampu mempraktekan cara SP 1, Sp. merawat pasien
merawat pasien isolasi sosial 2) Beri pujian 2. Memberikan keyakinan dan
denga cara melakukan 3) Jelaskan cara melatih pasie arsa peracya dri pada kelyarga
kegiatan sosial melakukan kegaitan sosial dalam merawat anggota
seperti berbelanja ke warung, keluarga dengan isolasi sosial
meminta sesuatu, dll
4) Latih keluarga mengajak
pasien belanja saat besuk
5) Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal dan berikan
pujian saat besuk
Setelah interaksi 1 x 30 menit SP 4 1. Membantu memberikan rasa
keluarga : 1. Evaluasi kegaitan yang lalu tanggungjawab pada keluarga
Mampu membuat jadwal (SP1, SP2, Sp3). Beri pujian agar pasien melaksanakan
aktifitas di rumah/ 2. Jelaskan follow up ke kegaitan serta minum obat
perecanaan pulang pasien dan RSj/PKM, tanda kambuh, dengan teratur
melaksanakan follow up rujukan 2. Memberikan keyakinan pada
pasien setelah pulang 3. Anjurkan membantu pasien keluarga untuk melanjutkan
sesuai jadwal dan memberikan merawat keluarga dengan
pujian isolasi sosial
REFERENSI

Damaiyanti, M & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan jiwa. Bandung: Refika Aditama
Yosep, I & Sutini, T. (2007). Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung: Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai