Anda di halaman 1dari 12

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

DI RSJ DR. RADJIMAN WEDIODININGRAT LAWANG

Disusun Oleh :

Melani nur hidayati

(1901110583)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN AJARAN 2022/2023


LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu mengalami penurunan atau
bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Purba, dkk. 2008).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang merupakan mekanisme individu
terhadap sesuatu yang mengancam dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan
orang lain dan lingkungan (Dalami, dkk. 2009).

B. Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan factor presipitasi. Kegagalan
pada gangguan ini akan menumbulkan ketidakpercayaan pada individu, menimbulkan ras
pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan merasa tertekan. Keadaan
yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak ingin untuk berkomunikasi
dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam diri dan tidak mementingkan
kegiatan sehari-hari (Direja, 2011).
1. Faktor Predisposisi
Menurut Stuart G.W & Lararia, M.T, (2011) ada beberapa faktor
predisposisi penyebab isolasi sosial, meliputi :
a. Faktorperkembangan
Sistem keluarga yang terganggu dapat berperan dalam perkembangan
respon sosial maladaptif. Beberapa orang percaya bahwa individu yang
mengalami masalah ini adalah orang yang tidak berhasil memisahkan
dirinya dari orang tua. Norma keluarga mungkin tidak mendukung
hubungan dengan pihak diluar keluarga.
Tugas Perkembangan Berhubungan Dengan Pertumbuhan
Interpersonal :
1) Masa Bayi : Menetapkan rasa percaya
2) Masa Bermain : Mengembangkan otonom dan awal perilaku
3) Masa Pra Sekolah : Belajar menunjukkan inisiatif, rasa tanggung
jawab, dan hati nurani.
4) Masa Sekolah : Belajar berkompetisi, bekerjasama, dan
berkompromi
5) Masa Pra Remaja : Menjalin hubungan intim dengan teman
sesama jenis kelamin
6) Masa Remaja : Menjadi intim dengan teman lawan jenis
atau bergantung
7) Masa Dewasa Muda : Menjadi saling bergantung antara orang tua
dan teman, mencari pasangan, menikah dan mempunyai anak.
8) Masa Tengah : Baya Belajar menerima hasil kehidupan yang
dilalui.
9) Masa Dewasa Tua : Berduka karena kehilangan dan
mengembangkan perasaan keterikatan dengan budaya
b. Factor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan hubungan. Hal ini
akibat dari transiensi; norma yang tidak mendukung pendekatan terhadap
orang lain atau tidak menghargai anggota masyarakat yang kurang
produktif, seperti lanjut usia (lansia), orang cacat, dan penderita penyakit
kronis. Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan
sistem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realistis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini
c. Factor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respons sosial maladaptif.
Bukti terdahulu menunjukkan keterlibatan neurotransmiter dalam
perkembangan gangguan ini, namun tetap diperlukan penelitian lebih
lanjut.
d. Factor presipitasi
Menurut direja, (2011) ada beberapa faktor presipitasi isolasi
sosial, meliputi sebagai berikut:
1) Factor eksternal
Contohnya adalah stressor sosial budaya, yaitu stress yang
ditinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga.
2) Factor internal
Contohnya adalah stressor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat ansietas atau kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi
bersamaan dengan keterbatasan kemampuan individu untuk
mengatasinya. Ansietas ini dapat terjadi akibat tuntutan untuk
berpisah dengan orang terdekat atau tidak terpenuhnya kebutuhan
individu.

C. Tanda dan Gejala


Menurut Townsend, M.C, 1998 (dalam Muhith, A. 2015), tanda dan gejala isolasi sosial
meliputi :
1. Kurang spontan.
2. Apatis (acuh tak acuh terhadap lingkungan).
3. Ekspresi wajah kurang berseri (ekspresi sedih).
4. Afek tumpul
5. Tidak merawat dan memperhatikan kebersihan diri
6. Tidak ada atau kurang terhadap komunikasi verbal.
7. Menolak berhubungan dengan orang lain
8. Mengisolasi diri (menyendiri)
9. Kurang sadar dengan lingkungan sekitarnya.
10. Asupan makan dan minuman terganggu.
11. Aktivitas menurun.
12. Rendah diri.

Jadi perilaku ini biasanya disebabkan karena seseorang menilai dirinya rendah,
sehingga timbul perasaan malu untuk berinteraksi dengan orang lain. Bila tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut, maka akan menyebabkan perubahan sensori:
halusinasi dan resiko mencederai diri, orang lain, dan lingkungan sekitarnya. Perilaku
yang tertutup dengan orang lain juga bisa menyebabkan intoleransi aktivitas yang
akhirnya bias mempengaruhi terhadap ketidakmampuan untuk melakukan perawatan
secara mandiri.

D. Akibat yang Di Timbulkan


Perilaku isolasi sosial : menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi sensori halusinasi.
Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori yang salah (misalnya tanpa stimulus
eksternal) atau persepsi sensori yang tidak sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau
mendengarkan suara-suara yang sebenarnya tidak ada. Halusinasi adalah pencerapan tanpa adanya
rangsang apapun dari panca indera, di mana orang tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang
dapat disebabkan oleh psikotik, gangguan fungsional, organik atau histerik.Halusinasi merupakan
pengalaman mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang meliputi lima
perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman, perabaan), akan tetapi yang paling umum
adalah halusinasi pendengaran

E. Pohon Masalah / Pathway

Resiko gangguan sensori


Persepsi halusinaso

Isolasi sosial Deficit perawatan diri

Mekanisme koping
Tidak efektif

Gangguan konsep diri :


Harga diri rendah
F. Penatalaksanaan
1. Terapi Psikofarmakologi
a. Chlorpromazine
Indikasi: Untuk Syndrome Psikosis yaitu berdaya berat dalam kemampuan
menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya nilai norma sosial dan titik
diri terganggu. Berdaya berat dalam fungsi-fungsi mental: waham,
halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak
terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari- hari, tidak
mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Efek
samping: sedasi, gangguan otonomik (hipotensi, antikolinergik/
parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi dan defikasi, hidung
tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama
jantung), gangguan endokrin, metabolik, biasanya untuk pemakaian
jangka panjang.
b. Haloperidol (HLP)
Indikasi: Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi
netral serta dalam kehidupan sehari-hari. Efek samping: Sedasi dan
inhibisi prikomotor, gangguan otonomik.
c. Trihcxy phenidil (THP)
Indikasi: Segala jenis penyakit Parkinson, termasuk paksa ersepalitis dan
idiopatik, sindrom Parkinson, akibat obat misalnya reserpine dan
fenotiazine. Efek samping: Sedasi dan inhibisi psikomotor gangguan
otonomik
2. Terapi Psikososial
Membutuhkan waktu yang cukup lama dan merupakan bagian penting dalam
proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi ini meliputi: memberikan rasa aman
dan tenang, menciptakan lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima
pasien apa adanya, memotivasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaannya
secara verbal, bersikap ramah, sopan, dan jujur kepada pasien (Videbeck, 2012).
3. Terapi Individu
Terapi individual adalah metode yang menimbulkan perubahan pada individu
dengan cara mengkaji perasaan, sikap, cara pikir, dan perilaku-perilakunya.
Terapi ini meliputi hubungan satu-satu antara ahli terapi dan klien(Videbeck,
2012).
Terapi individu juga merupakan salah satu bentuk terapi yang dilakukan secara
individu oleh perawat kepada klien secara tatap muka perawat-klien dengan cara
yang terstruktur dan durasi waktu tertentu sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai
(Zakiyah, 2018)
4. Terapi Aktivitas Kelompok
Menurut Keliat (2015) terapi aktivitas kelompok sosialisasi merupakan suatu
rangkaian kegiatan kelompok dimana klien dengan masalah isolasi sosial akan
dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu yang ada di sekitarnya.
Sosialissai dapat pula dilakukan secara bertahap dari interpersonal, kelompok, dan
massa).
5. Terapi Okupasi
Terapi okupasi yaitu Suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktifitas atau tugas yang sengaja dipilih dengan
maksud untuk memperbaiki, memperkuat, meningkatkan harga diri seseorang,
dan penyesuaian diri dengan lingkungan. Contoh terapi okupasi yang dapat
dilakukan di rumah sakit adalah terapi berkebun, kelas bernyanyi, dan terapi
membuat kerajinan tangan yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan klien
dalam keterampilan dan bersosialisasi (Elisia, 2014)
6. Terapi Psikoreligius
Terapi keagamaan pada kasus-kasus gangguan jiwa ternyata juga banyak manfaat.
Misalnya angkat rawat inap pada klien skizofrenia yang mengikuti kegiatan
keagamaaan lebih rendah bila dibandingan dengan mereka yang tidak
mengikutinya (Dadang, 1999 dalam Yosep 2009).
Menurut Zakiah Darajat, perasaan berdosa merupakan faktor penyebab gangguan
jiwa yang berkaitan dengan penyakit-penyakit psikosomatik. Hal ini diakibatkan
karena seseorang merasa melakukan dosa tidak bisa terlepas dari perasaan
tersebut (Yosep, 2009).
7. Rehabilitasi
Program rehabilitasi biasanya diberikan di bagian lain rumah sakit yang
dikhususkan untuk rehabilitasi. Terdapat banyak kegiatan, antaranya terapi
okupasional yang meliputi kegiatan membuat kerajinan tangan, melukis,
menyanyi, dan lain-lain. Pada umumnya program rehabilitasi ini berlangsung 3-6
bulan (Yusuf, 2019).
8. Program Intervensi Keluarga
Intervensi keluarga memiliki banyak variasi, namun pada umumnya intervensi
yang dilakukan difokuskan pada aspek praktis dari kehidupan sehari-hari,
memberikan pendidikan kesehatan pada keluarga tentang isolasi sosial,
mengajarkan bagaimana cara berhubungan yang baik kepada anggota keluarga
yang memiliki masalah kejiwaan (Yusuf, 2019)
KONSEP DASAR KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan, agama, tangggal MRS ,
informan, tangggal pengkajian, No Rumah klien dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain) komunikasi kurang atau tidak
ada , berdiam diri dikamar ,menolak interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan
sehari-hari , dependen
3. Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua yang tidak realistis ,kegagalan /
frustasi berulang , tekanan dari kelompok sebaya; perubahan struktur sosial. Terjadi trauma yang
tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan
malu karena sesuatu yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba- tiba) perlakuan
orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif terhadap diri sendiri yang berlangsung
lama.
4. Aspek fisik/biologis Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB) dan
keluhafisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a) Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b) Konsep diri
1. Citra tubuh
Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah atau tidak menerima perubahan
tubuh yang telah terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan tubuh , persepsi
negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus
asaan, mengungkapkan ketakutan.
2. Identitas diri Ketidak pastian memandang diri , sukar menetapkan keinginan dan tidak mampu
mengambil keputusan .
3. Peran Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan penyakit , proses menua , putus
sekolah, PHK.
4. Ideal diri
Mengungkapkan keputus asaan karena penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi
5. Harga diri Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah terhadap diri sendiri , gangguan
hubungan sosial , merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya diri.
a. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan hubunga social dengan
orang lain terdekat dalam kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
b. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk ibadah ( spritual)
6. Status mental
Kontak mata klien kurang /tidak dapat mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu berhubungan dengan orang lain ,
Adanya perasaan keputusasaan dan kurang berharga dalam hidup.
7. Kebutuhan persiapan pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan membersihkan WC, membersikan
dan merapikan pakaian.
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat rapi
d. Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat beraktivitas didalam dan diluar
rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan benar
8. Mekanisme koping
Klien apabila mendapat masalah takut atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang
lain( lebih sering menggunakan koping menarik diri).
9. Aspek medic
Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy farmakologi ECT, Psikomotor, therapy
okopasional, TAK , dan rehabilitas

B. Diagnosa Keperawatan
Diagnosis keperawatan adalah suatu penilaian klinis mengenai respons klien terhadap
masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya, baik yang berlangsung aktual
maupun potensial.
C. Rencana Keperawatan
Perencanaan keperawatan adalah rencana tindakan keperawatan tertulis yang
menggambarkan masalah kesehatan pasien, hasil yang akan diharapkan, tindakan-
tindakan keperawatan dan kemajuan pasien secara spesifik

D. Implementasi
Beberapa prosedur tindakan keperawatan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat
sebelumnya

E. Evaluasi
1. S : Subjektif
Data berdasarkan keluhan pasien setelah dilakukan tindakan keperawatan
2. O : Objektif
Data berdasarkan hasil pengukuran atau hasil observasi langsung kepada pasien.
3. A : Assegment
Masalah keperawatan yang masih terjadi atau baru saja terjadi akibat perubahan status
kesehatan pasien yang telah teridentifikasi datanya dalam data subjektif dan objektif
4. P : Planning
Perencanaan tindakan keperawatan yang akan dilanjutkan, dihentikan, dimodifikasi, atau
menambah rencana tindakan keperawatan
DAFTAR PUSTAKA

Eko Prabowo (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Medical Book.

Lilik Ma’rifatul A (2011). Keperawatan Jiwa Aplikasi Praktik Klinik. Graha Ilmu.Trimelia
(2011).

Asuhan Keperawatan Klien Isolasi Sosial. CV. Trans Info Media

Anda mungkin juga menyukai