ISOLASI SOSIAL
DISUSUN OLEH:
DEWI NURPITASARI
NIM: 2014401110021
Peseptor Akademik :
TAHUN 2022/2023
1. Pengertian
Isolasi sosial adalah keadaan ketika individu mengalami penurunan atau bahkan
sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain dan sekitarnya. Pasien
mungkin merasa ditolak,dan tidak mampu membina hubungan yang berarti
dengan orang lain. (Keliat, dkk.2019)
2. Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor prespitasi.
Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidakpercayaan pada individu,
menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan
merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang
tidak ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka
berdiam diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari hari (Direja, 2019).
2
1) Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi sosial
a) Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi sampai
dewasa tua akan menjadi pencetus seseoarang sehingga mempunyai masalah
respon sosial mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya mengisolasi diri. Organisasi anggota keluarga bekerja
sama dengan tenaga profesional untuk mengembangkan gambaran yang lebih
tepat tentang hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaboratif sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial.
b) Faktor Sosiokultural
2) Faktor presipitasi
Menurut Stuart, (2016) Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan
seseorang mengisolasi diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dari berbagai
stressor antara lain:
a) Stressor sosiokultural
3
Salah satu stresor sosial budaya adalah ketidakstabilan keluarga. Perceraian
adalah penyebab yang umum terjadi. Mobilitas dapat memecahkan keluarga besar,
merampas orang yang menjadi sistem pendukung yang penting pada semua usia.
Kurang kontak yang terjadi antara generasi. Tradisi, yang menyediakan hubungan
yang kuat dengan masa lalu dan rasa identitas dalam keluarga besar, sering kurang
dipertahankan ketika keluarga terfregmentasi. Ketertarikan pada etnis
dan”budaya” mencerminkan upaya orang yang terisolasi untuk menghubungkan
dirinya dengan identitas tertentu.
b) Stressor psikologik
Salah satu gangguan berhubungan social diantaranya perilaku menarik diri atau
isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias
dialamipasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.Perasaan tidak berharga menyebabkan
pasien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain.
Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktifitas dan kurangnya perhatian dan kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam
dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laki masa lalu serta tingkah
laku yang tidak sesuai dalam kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(Prabowo, 2014)
Patways
4
Resiko Gangguan Sensori Persepsi Halusinasi
↑
4. Manifestasi klinik
Menurut Pusdiklatnakes (2015) tanda dan gejala isolasi sosial dapat dinilai dari
ungkapan klien yang menunjukkan penilaian negatif tentang hubungan sosial dan
didukung dengan data observasi:
a) Data subjektif
1) Perasaan sepi
4) Ketidakmampuan berkonsentrasi
5) Perasan ditolak
5
b) Data objektif
1) Banyak diam
3) Menyendiri
5) Tampak sedih
7) Muka datar
5. Pemeriksaan penunjang
6.1. Penatalaksanaan Medis
norma sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi-fungsi
mental: waham, halusinasi, gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau,
6
tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari -hari, tidak
mampu bekerja, hubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin.
1) Terapi kelompok
2) Terapi lingkungan
7
Manusia tidak dapat dipisahkan dari lingkungan sehingga aspek lingkungn
harus mendapatkan perhatian khusus dalam kaitanya untuk menjaga dan
memelihara kesehatan manusia. Lingkungan berkaitan erat dengan stimulus
psikologis seseorang yang akan berdampak pada kesembuhan, karena
lingkungan tersebut akan memberikan dampak baik pada kondisi fisik
maupun kondisi psikologis seseorang.
7. Komplikasi
Klien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah laku
yang tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi resiko
gangguan sensori persepsi: halusinasi, mencederai diri sendiri, orang lain serta
lingkungan dan penurunan aktifitas sehingga dapat menyebabkan defisit
perawatan diri (Dalami, 2019)
8. Prognosis
Perilaku isolasi sosial: menarik diri dapat berisiko terjadinya perubahan persepsi
sensori halusinasi. Perubahan persepsi sensori halusinasi adalah persepsi sensori
yang salah (misalnya tanpa stimulus eksternal) atau persepsi sensori yang tidak
sesuai dengan realita/kenyataan seperti melihat bayangan atau mendengarkan
suara-suara yang sebenarnya tidak ada.
Halusinasi adalah tanpa adanya rangsang apapun dari panca indera, di mana orang
tersebut sadar dan dalam keadaan terbangun yang dapat disebabkan oleh psikotik,
gangguan fungsional, organik atau histerik Halusinasi merupakan pengalaman
mempersepsikan yang terjadi tanpa adanya stimulus sensori eksternal yang
meliputi lima perasaan (pengelihatan, pendengaran, pengecapan, penciuman,
perabaan), akan tetapi yang paling umum adalah halusinasi pendengaran. (Rusdi,
2013)
8
9. Tinjauan teoritis berdasarkan kasus
9
Lepaskan baju dan penutup tubuh pasien agar dapat dicari semua
cidera yang mungkin ada, jika ada kecurigan cederaleher atau
tulang belakang, maka imobilisasi in line harus dikerjakan.
2. Pemeriksaan fisik
10
1. Keadaan umum
Penampilan klien , TTV, tingkat kesadaran, data antropometri
2. Kulit
Kebersihan kulit, turgor kulit, warna kulit, apakah ada luka atau
tidak, apakah ada sianosis atau tidak
3. Kepala dan leher
Struktur, kebersihan bagian kepala dan leher, warna rambut,
apakah ada lesi atau tidak, apakah ada pembesaran kelenjar
tiroid atau tidak
4. Penglihatan dan mata
Struktur, kebersihan bagian mata, pergerakan bola mata, fungsi
alat indra, konjungtiva, sklera
5. Penciuman dan hidung
Struktur, kebersihan bagian hidung, fungsi alat indra, apakah
ada peradangan atau tidak
6. Pendengaran dan telinga
Struktur, kebersihan bagian hidung, fungsi alat indra, apakah
ada peradangan atau tidak
7. Mulut dan gigi
Kebersihan bagian mulut, fungsi gigi, mukosa bibir, apakah
ada gangguan menelan atau tidak, apakah ada perdarahan atau
tidak
8. Dada, pernafasan, dan sirkulasi
Sirkulasi, struktur, pergerakan dinding dada, frekuensi, getaran,
bunyi, apakah ada sianosis atau tidak, apakah ada cuping
hidung atau tidak, Capilarry Refill Time (CRT)
9. Abdomen
Bentuk, pergerakan nafas, bising usus, turgor kulit, bunyi,
apakah ada benjolan atau tidak
10. Genetalia dan reproduksi
11
Jenis kelamin, kebersihan bagian genetalia, warna kulit
bokong, apakah ada peradangan atau tidak
11. Ekstremitas atas dan bawah
Ekstremitas bagian atas (tangan), ekstremitas bagian bawah
(kaki), apakah ada kelemahan atau tidak, apakah mampu
beraktivitas secara mandiri atau tidak
c. Diagnosa keperawatan
1. Isolasi sosial : Menarik diri
12
orang lain perasaan penyebab berhubungan
4. Klien dapat isolasi sosial atau dengan orang lain
melaksanakan tidak mau bergaul
hubungan sosial 3. Kaji pengetahuan
secara bertahap klien tentang
keuntungan dan
manfaat bergaul
dengan orang lain
4. Kaji kemampuan klien
membina hubungan
dengan orang lain
Daftar pustaka
13
Dalami, Ermawati dkk. (2019). Asuhan Keperawatan Dengan Gangguan
Jiwa.Jakarta
Dermawan, Deden dan Rusdi. (2018). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Gosyen Publishing
Keliat, Budi Anna, dkk. (2019). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Edisi 2.
Jakarta:EGC
Stuart, G., w. (2016). Prinsip Dan Praktik Keperawatan Jiwa Stuart. Jakarta:
elaevier
14