Disusun Oleh:
Kaltsum Khanza
PO.62.20.1.22.018
NIM : PO.62.20.1.22.018
(………………………………) (………………………………………)
LAPORAN PENDAHULUAN
PADA KLIEN DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA ISOLASI
SOSIAL
A. MASALAH UTAMA
Isolasi sosial: Menarik diri
b. Faktor Presipitasi
Menurut Sutejo (2017) ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan
gangguan isolasi sosial. Antara lain berasal dari stresorstresor sebagai berikut:
1) Stresor Sosiokultural Stresor sosial budaya dapat memicu penurunan
keseimbangan unit keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang
dicintai, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat di rumah sakit atau
dipenjara.
2) Stresor Psikologik Intensitas ansietas berat yang berkepanjangan akan
menyebabkan menurunnya kemampuan seseorang untuk berhubungan
dengan orang lain.
b. Stressor presipitasi
1) Stressor sosial budaya
Stres dapat ditimbulkan oleh beberapa faktor antara faktor lain dan faktor
keluarga seperti menurunnya stabilitas unit keluarga dan berpisah dari orang
yang berarti dalam kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
2) Stressor psikologis
Tingkat kecemasan berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan
keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah
dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi kebutuhan
ketergantungan dapat menimbulkan kecemasan tingkat tinggi. (Prabowo,
2014: 111).
5. Pohon Masalah
6. ANALISA
Setelah data terkumpul, maka tahap selanjutnya adalah menganalisa data untuk
merumuskan masalah-masalah yang dihadapi klien. Data tersebut diklasifikasikan
menjadi data subyektif dan obyektif:
a. Data Subyektif
Menyatakan mendengar suara-suara dan melihat sesuatu yang tidak nyata, tidak
percaya terhadap lingkungan, sulit tidur, tidak dapat memusatkan perhatian dan
konsentrasi, rasa berdosa, menyesal dan bingung terhadap halusinasi, perasaan
tidak aman, merasa cemas, takut dan kadang-kadang panik kebingungan.
b. Data Obyektif
Tidak dapat membedakan hal yang nyata dan tidak nyata, pembicaraan kacau
kadang tidak masuk akal, sulit membuat keputusan, tidak perhatian terhadap
perawatan dirinya, sering manyangkal dirinya sakit atau kurang menyadari
adanya masalah, ekspresi wajah sedih, ketakutan atau gembira, klien tampak
gelisah, insight kurang, tidak ada minat untuk makan.
7. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pada klien dengan perilaku halusinasi adalah Gangguan
sensori persepsi (D.0085). Sedangkan diagnosa keperawatan terkait lainnya adalah
Isolasi sosial (D.0121) dan risiko perilaku kekerasan (D.0146).
8. Rencana Keperawatan
Dalam rencana keperawatan pada klien gangguan persepsi sensori memiliki
tujuan agar persepsi sensori klien membaik (SLKI. L.09083).
Kriteria hasil yang dicapai antara lain:
- Perilaku halusinasi menurun
- Menarik diri menurun
- Konsentrasi membaik
Dalan buku SIKI intervensi yang diambil adalah Manajemen Halusinasi
(I.09288) dan tindakan yang dilakukan adalah
Observasi
- Monitor perilaku yang mengindikasi halusinasi
- Monitor dan sesuaikan tingkat aktivitas dan stimulasi lingkungan
- Monitor isi halusinasi (mis. kekerasaan atau membahayakan diri)
Terapeutik
- Pertahankan lingkungan yang aman
- Lakukan tindakan keselamatan ketika tidak dapat mengontrol perilaku
(mis. limit setting, pembatasan wilayah, pengekangan fisik, seklusi)
- Diskusikan perasaan dan respon terhadap halusinasi
- Hindari perdebatan tentang validasi halusinasi
Edukasi
- Anjurkan memonitor sendiri situasi terjadinya halusinasi
- Anjurkan bicara pada orang yang dipercaya untuk memberi dukungan dan
umpan balik korektif terhadap halusinasi
- Anjurkan melakukan distraksi (mis. mendengarkan musik melakukan
aktivitas dan teknik relaksasi)
- Ajarkan pasien dan keluarga cara mengontrol halusinasi
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian obat antipsikotik dan anti ansietas Jika perlu
9. Implementasi Keperawatan
1. Membina saling percaya
2. Menciptakan lingkungan yang aman
3. Memonitor isi, frekuensi, waktu halusinasi yang dialami
4. Mendiskusikan klien terhadap halusinasinya
5. Mengajarkan klien mengontrol halusinasi
6. Menganjurkan klien mengontrol halusinasi dengan menerapkan aktifitas
terjadwal
7. Menjelaskan tentang aktifitas terjadwal
8. Menjelaskan pentingnya aktifitas sehari hari sesuai dengan jadwal yang dibuat
9. Menjelaskan menggunakan obat secara teratur
10. Melibatkan keluarga dalam membuat aktifitas terjadwal