ISOLASI SOSIAL
Isolasi social adalah gangguan hibungan interpersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel, sehingga menimbulkan perilaku maladaptive dan
mengganggu dungsi seseorang dalam berhubungan, komunikasi terapeutik dapat
merubah dirinya menjadi seorang yang lebih terbuka dan dapat berinteraksi terhadap
lingkungan.(muni aritonang 2018).
Isolasi sosial jika tidak segera mendapat penanganan atau terapi maka akan
menimbulkan berbagai masalah-masalah seperti pasien semakin terpuruk dengan
kondisinya terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu yang tidak sesuai dengan
realita sehingga menyebabkan pasien mengalami halusinsi, selain itu juga
menyebabkan terjadinya penurunan terhadap kemampuan perawatan diri (defisit
perawatan diri) (Prabowo, 2014).
B. Etiologi
Gangguan ini terjadi akibat adanya faktor predisposisi dan faktor prespitasi.
Kegagalan pada gangguan ini akan menimbulkan ketidakpercayaan pada individu,
menimbulkan rasa pesimis, ragu, takut salah, tidak percaya pada orang lain dan
merasa tertekan. Keadaan yang seperti ini akan menimbulkan dampak seseorang tidak
ingin untuk berkomunikasi dengan orang lain, suka menyendiri, lebih suka berdiam
diri dan tidak mementingkan kegiatan sehari hari ( Direja, 2011).
2) Faktor presipitasi
C. Pohon Masalah
D. Manifestasi Klinis
Menurut Deden & Rusdi, (2013) tanda dan gejala isolasi sosial yaitu :
Gejala subjektif :
4) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat
5) Klien tampak sedih, ekpresi datar dan dangkal
7) Kurang spontan
8) Apatis
Pasien dengan isolasi sosial semakin tenggelam dalam perjalanan dan tingkah
laku masa lalu primitif antara lain pembicaraan yang autistic dan tingkah laku yang
tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut menjadi risiko gangguan
sensori persepsi: halusinasi, menciderai diri sendiri, orang lain serta lingkungan dan
penurunan aktivitas sehingga dapat menyebabkan defisit perawatan diri (Deden &
Rusdi, 2013).
E. Rentan Respon
Dalam membina hubungan sisoal, individu berada pada rentang adaptif dan
maladaftif. Respon adaftif adalah respon yang dapat di terima secara norma dan adat
sedangkan respon mal adaftif adalah respon yang dilakukan individu dalam
menyelesaikan maslah kurang dapat di terima secara norma sosial dna budaya (Badar,
2016). Adapun rentang respon hubungan sosial adalah sebagai berikut :
- Saling ketergantungan
Berikut penjelasan tentang respon yag terjadi pada isolasi sosial menurut Direja
(2011) :
F. Mekanisme Koping
G. Analisa Data
Data Subjektif:
Sukar di dapati jika klien menolak berkomunikasi, Beberapa data subjektif adalah
menjawab pertanyaan dengan singkat. Seperti kata-kata “tidak”. “iya”, “tidak tahu”.
Data Objektif
3. Menghindarai orang lain ( menyendiri ), klien nampak memisahkan diri dari orang
lain, misalnya pada saat makan.
4. Komunikasi kurang atau tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-cakap dengan klien
lain / perawat
4. Tidur berlebihan
7. Banyak bergairah
9. Kegiatan menurun
10. Immobilisasi
I. Penatalaksanaan
A. Pengkajian
1. Pengumpulan Data
1) Identitas Klien
Pada umunya identitas klien yang di kaji pada klien dengan masalah
utama kerusakan Interaksi Sosial Menarik diri Adalah : biodata yang
meliputi nama, umur, terjadi pada umur antara 15-40 tahun, bisa terjadi
pada semua jenis kelamin status perkawinan, tanggal MRS, informasi,
tanggal pengkajian, No rumah klien dan alamat rumah klien, agama
Pendidikan serta pekerjaan dapat menjadi focus untuk terjadinya
penyakit Kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri.
4. Keluhan fisik
Biasanya menggalami gangguan pola makan dan tidur sehingga bisa terjadi
penurunan berat badan, klien biasanya tidak menghiraukan kebersihan dirinya.
5. Aspeks psikososial
7. Konsep diri
Pada umunya klien dengan kerusakan Interaksi social pada kasus Menari Diri
magalami gangguan konsep diri seperti
a) Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi atau yang akan
terjadi, menolak penjelasan perubahan tubuh, persepsi negatif tentang
tubuh.
b) Identitas diri : Ketidak pastian memandang diri, sukar menetapkan
keinginan dan tidak mampu mengambil kepeutusan.
e) Harga diri: perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri
sendiri, gangguan hubungan social, merendahkan martabat, mencederai diri,
dan kurang percaya diri. Klien mempunyai gangguan atau hambatan dalam
menlakukan hubungan social dengan orang lain terdekat dalam kehidupan,
kelompok yang di ikuti dalam masyarakat. Keyakinan klien terhadap tuhan
dan kegiatan untuk beribadah (spiritual).
g) Status mental
l) Afek : Afek klien biasanya datar, yaitu tidak bereaksi terhadap rangsangan
yang normal.
n) Persepsi : Klien dengan kerusakan Interaksi sosial Pada kasus Menarik Diri
pada umumnya mengalami gangguan persepsi terutama halusinasi
pendengaran, klien biasanya mendengar suara-suara yang mengancam,
sehingga klien cendrung sering menyendiri dan melamun.
o) Isi pikier : Klien dengar kerusakan Interaksi Sosial pada kasus Menarik Diri
pada umumnya mengalami gangguan isi pikir : Waham terutama waham
curiga.
p) Proses piker : Proses pikir pada klien dengan kerusakan Interaksi social
Pada kasus Menarik Diri akan kehilangan asocial, tiba tiba terhambat atau
blocking serta inkoherensi dalam proses pikir.
u) Daya titik diri : Klien mengalami daya titik diri karena klien akan
mengingkari penyakit yang di deritanya.
3. Mandi. Klien dengan kerusakan Interaksi social pada Kasus Menarik Diri
biasanya tidak memiliki minat dalam perawatan diri ( mandi).
4. Istirahat dan tidur : Kebutuhan istirahat dan tidur klien biasanya terganggu
9. Mekanisme koping
Klien mendapat perlakuan yang tidak wajar dari lingkungan seperti klien di
rendahkan atau di ejek karena klien menderita gangguan jiwa.
11. Pengetahuan
Klien dengan kerusakan interaksi social pada kasus Menarik Diri, kurang
mengetahui dalam mencari bantuan, factor predisposisi, koping mekanisme
dan system pendukung dan obat-obatan Iingga penyakit klien semakin berat.
Meliputi diagnosa medis dan terapi obat-obatan yang di gunakan oleh klien
selama perawatan.
Kontak mata klien kurang / tidak dapat mempertahankan kontak mata. Kurang
dapat memulai pembicaraan, klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain, Adanya perasaan keputusasaan dan kurang
berharga dalam hidup.
B. Pohon Masalah
C. Analisa Data
1. Masalah keperawatan
b. Data subyektif
D. Diagnosa Keperawatan
Tujuan khusus :
Tindakan :
Tindakan :
Tindakan ;
Tindakan :
2. Dorong dan bantu klien untuk berhubungan dengan orang lain melalui
tahap
K-P : Klien – Perawat
Tindakan :
Tindakan :
- Jelaskan tujuan
- Buat kontrak
5. Beri reinforcement positif atas hal-hal yang telah di capai oleh keluarga.
F. Evaluasi
Prabowo, E. (2014). Konsep & Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. (J. Budi, Ed.)
(1st ed.). Yogyakarta.
Dermawan & Rusdi. (2013) Keperawatan Jiwa Konsep Dan Kerangka Kerja Asuhan
Keperawatan Jiwa, Edisi 1. Yogyakarta: Gosyen Publishing.
Ade. (2011). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Medika As Putri
(2019) Alat pengumpulan data poltekes. Tkj.
Rusdi. (2013). Konsep dan Kerangka Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta:
Gosyen Publishing