Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN DAN STRETEGI PELAKSANAAN

KEPERAWATAN JIWA DENGAN


“ ISOLASI SOSIAL ”

Disusun Oleh : Kelompok 4


Anggota Kelompok :
1. Siti Nadira Nurul Izza Al Maida (2021008)
2. Sherly Rahmanandini (2021031)
3. Celsa Nanda Kahirunnisa (2021018)
4. Asep Rahmatullah (2021025)
5. Siti Fauziah Nursyaravina (2021032)
6. Reinata Puri Pratama (2021043)

YAYASAN RAUDHATUL MUTA’ALLIMIN CISARUA BOGOR


AKADEMI KEPERAWATAN AL-IKHLAS
TAHUN 2022-2023
A. Kasus (Masalah Utama)

Isolasi Sosial

B. Proses Terjadinya Masalah

1) Pengertian

Isolasi sosial adalah keadaan di mana seseorang individu mengalami


penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu berinteraksi dengan orang lain
di sekitarnya.

Isolasi sosial adalah suatu gangguan hubungan interpersonal yang


terjadi akibat adanya kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan
perilaku maladaptif dan mengganggu fungsi seseorang dalam dalam hubungan
social.

Isolasi sosial adalah suatu keadaan kesepian yang dialami oleh


seseorang karena orang lain menyatakan sikap yang negatif dan mengancam.
Menarik diri merupakan percobaan untuk menghindari interaksi dengan orang
lain, menghindari hubungan dengan orang lain. Setiap individu memiliki potensi
untuk terlibat dalam hubungan sosial, pada berbagai tingkat hubungan, yaitu hubungan
intim yang biasa hingga ketergantungan. Keintiman pada tingkat ketergantungan,
dibutuhkan individu dalam menghadapi dan mengatasi kebutuhan dalam kehidupan
sehari-hari. Individu tidak mampu memenuhi kebutuhannya tanpa adanya hubungan
dengan lingkungan sosial.

Maka dari itu hubungan interpersonal perlu dibina oleh setiap individu.
Namun, hal tersebut akan sulit dilakukan bagi individu yang memiliki gangguan isolasi
sosial (Sutejo, 2018). Gangguan hubungan intrapersonal yang terjadi akibat adanya
kepribadian yang tidak fleksibel yang menimbulkan perilaku maladaptif dan
mengganggu fungsi seseorang dalam hubungan sosial (Deden & Rusdi, 2013).
Kesendirian yang dialami oleh individu dan dianggap timbul karena orang lain dan
sebagai suatu pernyataan negatif atau mengancam (Herdman, 2015).

2) Faktor Predisposisi

Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi


sosial

a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan
dari masa bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus
seseoarang sehingga mempunyai masalah respon sosial
mengisolasi diri. Sistem keluarga yang terganggu juga dapat
mempengaruhi terjadinya mengisolasi diri. Organisasi anggota
keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional untuk
mengembangkan gambaran yang lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif
sewajarnya dapat mengurangi masalah respon sosial.

b. Faktor Biologik

Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial


maladaptif. Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan
jiwa. Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.

c. Faktor Sosiokultural

Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan.


Ini merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku, dan sistem
nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan yang
tidak realitis terhadap hubungan merupakan faktor lain yang berkaitan
dengan gangguan ini (Deden & Rusdi, 2013).

3) Faktor Presipitasi

Menurut Stuart, (2016) Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat


menyebabkan seseorang mengisolasi diri. Faktorfaktor tersebut dapat berasal
dari berbagai stressor antara lain:

a. Stressor sosiokultural

Salah satu stresor sosial budaya adalah ketidakstabilan keluarga.


Perceraian adalah penyebab yang umum terjadi. Mobilitas dapat
memecahkan keluarga besar, merampas orang yang menjadi sistem
pendukung yang penting pada semua usia. Kurang kontak yang terjadi
antara generasi. Tradisi, yang menyediakan hubungan yang kuat dengan
masa lalu dan rasa identitas dalam keluarga besar, sering kurang
dipertahankan ketika keluarga terfregmentasi. Ketertarikan pada etnis
dan ”budaya” mencerminkan upaya orang yang terisolasi untuk
menghubungkan dirinya dengan identitas tertentu.

b. Stressor psikologik

Tingkat ansietas yang tinggi mengakibatkan gangguan


kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain. Kombinasi ansietas
yang berkepanjangan atau terus menerus dengan kemampuan koping
yang terbatas dapat menyebabkan masalah hubungan yang berat. Orang
dengan gangguan kepribadian borderline kemungkinan akan mengalami
tingkat ansietas yang membuatnya tidak mampu dalam menanggapi
peristiwa kehidupan yang memerlukan peningkatan otonomi dan
pemisahan contohnya lulus dari sekolah, pernikahan pekerjaan. Orang
yang memiliki gangguan kepribadian narsistik cenderung mengalami
ansietas yang tinggi, dan menyebabkan kesulitan berhubungan, ketika
orang berarti tidak memadai lagi memperhatikan untuk memelihara
harga diri seseorang yang rapuh.

4) Manifestasi Klinis

Menurut Deden & Rusdi, (2013) tanda dan gejala isolasi sosial yaitu :
Gejala subjektif :

a) Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain

b) Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain

c) Respon verbal kurang dan sangat singkat

d) Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang lain

e) Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu

f) Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan

g) Klien merasa tidak berguna

h) Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup


i) Klien merasa ditolak
Gejala objektif :

a) Klien banyak diam dan tidak mau bicara

b) Tidak mengikuti kegiatan

c) Banyak berdiam dikama

d) Klien menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang yang terdekat

e) Klien tampak sedih, ekpresi datar dan dangkal

f) Kontak mata kurang

g) Kurang spontan

h) Apatis

i) Ekspresi wajah kurang berseri

j) Tidak merawat diri dan tidak memperhatikan kebersihan diri

k) Mengisolasi diri

l) Tidak atau kurang sadar terhadap lingkungan sekitarnya

m) Masukkan makanan dan minuman terganggu

n) Retensi urin dan feses

o) Akktivitas menurun

p) Kurang energy

q) Rendah diri

r) Postur tubuh berubah.


5) Pohon Masalah

Resiko Tinggi Perilaku Kekerasan

Perubahan Persepsi Sensori: Halusinasi Effect

Isolasi Sosial: menarik diri Core Problem

Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah Causa

C. Masalah Keperawatan

Isolasi Sosial

D. Diagnosa Keperawatan

Menurut PPNI (2017) diagnosa yang mungkin muncul pada masalah harga
diri rendah adalah sebagai berikut :

1. Isolasi Sosial (D.0121)


2. Gangguan Persepsi Sensori (D.0085)
3. Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)
4. Perilaku Kekerasan (D.0132)
E. Rencana Tindakan Keperawatan

Promosi Sosialisasi ( I.13498)

1. Identifikasi kemampuan melakukan interksi dengan orang lain

2. Identifikasi hambatan melakukan interaksi dengan orang lain

3. Motivasi meningkatkan keterlibatan dalam suatu hubungan

4. Motivasi kesabaran dalam mengembangkan suatu hubungan

5. Motivasi dalam berpartisipasi dalam aktivitas baru motivasi berinteraksi di luar


lingkungan
6. Diskusikan kekuatan dan keterbatasan dalam berkomunikasi dengan orang lain

7. Diskusikan perencanaan di masa depan

8. Berikan umpan balik positif dalam perawatan diri

9. Berikan umpan balik positif pada setiap peningkatan kemampuan.


STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP-1) DENGAN
MASALAH ISOLASO SOSIAL

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas menurun,
cemas dan takut, klien mengatakan : Saya tidak mau, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa dan malu.

2. Diagnosa Keperawatan:

Isolasi Sosial

3. Tujuan

a. Pasien dapat membina hubungan saling percaya

b. Pasien dapat mengerti penyebab isolasi sosial pasien

c. Pasien dapat mengetahui keuntungan berinteraksi dengan orang lain.

d. Pasien dapat mengetahui kerugian tidak berinteraksi dengan orang lain.

e. Pasien dapat mengerti cara berkenalan dengan satu orang.

f. Pasien dapat bersedia memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

4. Tindakan Keperawatan

a. Membina hubungan saling percaya

b. Mengidentifikasi penyebab isolasi sosial pasien

c. Mendiskusikan dengan pasien keuntungan berinteraksi dengan orang


lain.

d. Mendiskusikan dengan pasien kerugian tidak berinteraksi dengan orang


lain.

e. Mengajarkan pasien cara berkenalan dengan satu orang.


f. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi Pelaksaanaan


Orientasi :

a. Salam terapeutik “ Selamat pagi ibu, perkenalkan nama saya ...(sebutkan) , saya
dipanggil ...(sebutkan), saya perawat yang akan merawat ibu pagi ini. Nama ibu
siapa dan senang dipanggil siapa ? “

b. Evaluasi

1) Bagaimana perasaan ibu S saat ini ?

2) Masih ingat ada kejadian apa sampai ibu S dibawa kerumah sakit ini ?

3) Apa keluhan ibu S hari ini ? Dari tadi saya perhatikan ibu S duduk menyendiri,
ibu S duduk menyendiri, ibu S tidak tampak ngobrol dengan teman-teman yang
lain ? Ibu S sudah mengenal teman-teman yang ada disini ?

c. Kontrak

1) Topik “ Bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang keluarga dan teman-


teman ibu S ? Juga tentang apa yang menyebabkan ibu S tidak mau ngobrol
dengan temanteman ?

2) Waktu “ Ibu mau berapa lama bercakap-cakap ? Bagaimana kalau 15 menit.”

3) Tempat “ Dimana enaknya kita duduk untuk berbincang-bincang ibu S ?


Bagaimana kalau disini saja ? “
Kerja:

“Siapa saja yang tinggal satu rumah dengan ibu S ? siapa yang paling dekat dengan ibu
S ? siapa yang jarang bercakap-cakap dengan ibu S ? Apa yang membuat ibu S jarang
bercakap-cakap denganya ?”

“Apa yang ibu S rasakan selama dirawat disini ? O... ibu S merasa sendirian ? Siapa
saja yang ibu S kenal diruangan ini ? O... belum ada ? Apa yang menyebabkan ibu S
tidak mempunyai teman disini dan tidak mau bergabung atau ngobrol dengan
temanteman yang ada disini ?”

”Kalau ibu S tidak mau bergaul dengan teman-teman atau orang lain, tanda-tandanya
apa saja ? mungkin ibu S selalu menyendiri ya... terus apalagi bu... (sebutkan)”
”Ibu S tahu keuntungan kalau kita mempunyai banyak teman ? coba sebutkan apa saja
? keuntungan dari mempunyai banyak teman itu bu S adalah... (sebutkan)”

”Nah kalau kerugian dari tidak mempunyai banyak teman ibu S tahu tidak ? coba
sebutkan apa saja ? Ya ibu S kerugian dari tidak mempunyai banyak teman adalah...
(sebutkan). Jadi banyak juga ruginya ya kalau kita tidak punya banyak teman. Kalau
begitu inginkan ibu S berkenalan dan bergaul dengan orang lain ?”

”Bagus. Bagaimana kalau sekarang kita belajar berkenalan dengan orang lain”

”Begini lo ibu S, untuk berkenalan dengan orang lain caranya adalah : pertama kita
mengucapkan salam sambil berjabat tangan, lalu “ perkenalkan nama lengkap, terus
bilang “ perkenalkan nama lengkap, terus nama panggilan yang disukai, asal kita dan
hobby kita. Contohnya seperti ini “ assalamualaikum, perkenalkan nama saya Febriana,
saya lebih senang dipanggil Febri, asal saya dari Bandung dan hobby nya membaca. h.
Selanjutnya ibu S menanyakan nama lengkap orang yang diajak kenalan, nama
panggilan yang disukai, menanyakan juga asal dan hobbynya. Contohnya seperti ini
nama ibu siapa? Senang dipanggil apa ? asalnya dari mana dan hobbynya apa ? i. Ayo
ibu S dicoba ! misalnya saya belum kenal dengan ibu S. Coba berkenalan dengan saya
! ya bagus sekali ! coba sekali lagi bu S. Bagus sekali ! “

”Setelah ibu S berkenalan dengan orang tersebut, ibu S bisa melanjutkan percakapan
tentang hal-hal yang menyenangkan misalkan tentang cuaca, hobi, keluarga, pekerjaan
dan sebagainya.”
Terminasi:

1) Evaluasi subyektif “Bagaimana perasaan ibu S setelah berbincang-bincang tentang


penyebab ibu S tidak mau bergaul dengan orang lain dan berlatih cara berkenalan”

2) Evaluasi obyektif “Coba ibu S ibu sebutkan kembali penyebab ibu S tidak mau bergaul
dengan orang lain ? apa saja tanda-tandanya bu ? terus keuntungan dan kerugianya apa
saja ? - Coba ibu S sebutkan cara berkenalan dengan orang lain, yaitu... ya bagus - Nah
sekarang coba ibu S praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Iya bagus”.

3) Topik “ Baik bu S sekarang bincang-bincangnya sudah selesai, bagaimana kalau 2 jam


lagi sekitar jam 11 saya akan datang kesini lagi untuk melatih ibu S berkenalan dengan
perawat lain yaitu teman saya perawat N “

4) Waktu “ ibu mau bertemu lagi jam berapa ? bagaimana kalau jam 9 ? “
5) Tempat “ ibu mau bercakap-cakap dimana ? “

STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 2) DENGAN


MASALAH ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas menurun,
cemas dan takut, klien mengatakan : Saya tidak mau, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa dan malu

2. Diagnosa Keperawatan:

Isolasi Sosial

3. Tujuan

a. Pasien dapat menetapkan kegiatan yang sesuai kemampuan

b. Pasien dapat melatih kegiatan yang sudah di lakukan sebelumnya

c. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan yang sudah


dilatih.

4. Tindakan Keperawatan

a. Memvalidasi masalah dan latihan sebelumnya.

b. Memberi kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan


dengan satu orang.

c. Membantu pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian.


B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan

Orientasi :

1) Salam terapeutik “ assalamualikum ibu S, sesuai dengan janji saya 2 jam yang
lalu sekarang saya datang lagi. Ibu S masih ingatkan dengan saya ? coba siapa
? iya bagus. Tujuan saya sekarang ini akan mengajarkan cara berkenalan dengan
perawat lain.”

2) Evaluasi “Bagaimana perasaan ibu S saat ini ? Apakah ibu S sudah hapal cara
berkenalan dengan orang lain ? apakah ibu S sudah mempraktikkannya dengan
pasien lain ? bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan tersebut ? Coba ibu
S praktikkan lagi cara berkenalan dengan saya. Ya bagus”

3) Kontrak “ baik sekarang kita akan berlatih berkenalan dengan orang pertama
yaitu perawat lain”

“ Mau berapa lama berlatihnya ? bagaiman kalau 10 menit ?” Dimana


tempatnya ? disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat N di ruanganya ya ! ”
Kerja:

“ Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus ! ”

“ Tadi caranya bagaimana ya bu ? yang pertama dilakukan adalah... (sebutkan).

Bagus bu S .”

“ Sekarang kita keruangnya suster N ya.” (Bersama-sama mendekati suster N)

“ Selamat pagi suster N, ini ibu S ingin berkenalan dengan suster N “

“ Baiklah ibu , sekarang ibu S bisa berkenalan dengan suster N seperti yang sudah

kita praktikkan. Ya bagus ibu S . ”

“ Ada lagi yang ingin ibu S tanyakan kepada suster N. Coba tanyakan tentang

keluarganya “

“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu S bisa sudahi perkenalan

ini. lalu ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan suster N, misalnya jam 1

siang nanti ”
“ Baiklah suster N, karena ibu S sudah selesai brkenalan, saya dan ibu S akan

kembali ke ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan

ruangan suster N) ”

“ Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan suster N. Ibu S merasa senang ?
iya, ibu S jadi mempunyai banyak teman ya”.
Terminasi :

1. Subyektif “ Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster N”

2. Obyektif “ coba ibu S sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu ”

3. Kontrak Topik, waktu dan tempat “ Besok pagi kita ketemu lagi ya, kita akan
berkenalan dengan orang kedua “ “ Mau jam berapa bu ? Baik jam 08.00 pagi.
Waktunya berpa lama ? ya 10 menit ” “ Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja
ya “ c. Rencana tindak lanjut “ Mari sekarang kita masukan dalam jadwal kegiatan
harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan ? Bagaimana kalau tiga kali sehari
/ Baik jadi jam 08.00 pagi, jam 10.00 dan jam 15. 00 sore. Jangan lupa dipraktikan
terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu S lakukan tadi. ” Jangan
lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan lancar. Misalnya
menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN (SP 3) DENGAN
MASALAH ISOLASI SOSIAL

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien

Klien tampak lebih suka sendiri, bingung bila disuruh memilih alternatif
tindakan, ingin mencederai diri/ mengahiri kehidupan, poduktifitas menurun,
cemas dan takut, klien mengatakan : Saya tidak mau, tidak bisa, tidak tahu apa-
apa dan malu

2. Diagnosa Keperawatan:

Isolasi Sosial

3. Tujuan

a. Pasien dapat melakukan kegiatan harian sesuai jadwal

b. Pasien dapat mempraktikan cara berkenalan dua orang atau lebih

c. Pasien dapat menyusun jadwal untuk melakukan kegiatan.

4. Tindakan Keperawatan

d. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian

e. Memberi kesempatan kepada pasien mempraktekan cara berkenalan


dengan dua orang atau lebih

f. Menganjurkan pasien memasukan dalam kegiatan harian.

B. Strategi Komunikasi Pelaksanaan

Orientasi

1. Salam terapeutik “ Selamat pagi ibu S, sesuai dengan janji saya kemarin sekarang saya
datang lagi. Ibu S masih ingatkan dengan saya ? coba siapa ? iya bagus ”

2. Evaluasi “ Apakah ibu S sudah hapal cara berkenalan dengan orang lain ? Apakah ibu
S sudah mempraktikkanya dengan pasien lain ? siapa saja yang yang sudah ibu S ajak
berkenalan ? coba sebutkan namanya ? iya bagus sekali ibu S sudah mempraktikanya
ya. Bagaimana perasaan ibu S setela berkenalan tersebut ”

3. Kontrak “ Baik sekarang kita akan berlatih lagi berkenalan dengan 2 orang ya bu, yaitu
perawat lain dan klien lain teman ibu yang ada di ruangan ini ”

“ Mau berapa lama berlatihnya bu S ? bagaimana kalau 10 menit”

“ Dimana tempatnya ? disini saja ya. Tapi nanti kita temui perawat D dan klien yang
belum dikenal bu S dirumahnya ”

Kerja

“ Ibu S, sudah tahu ya tadinya caranya berkenalan ? ya bagus “

“ Tadi caranya bagaimana ya bu ? yang pertama dilakukan adalah... (sebutkan). Bagus bu S .”


“ Sekarang kita keruangnya suster D ya.” (Bersama-sama mendekati suster D)

“ Selamat pagi suster N, ini ibu S ingin berkenalan dengan suster D “

“ Baiklah ibu , sekarang ibu S bisa berkenalan dengan suster D seperti yang sudah kita
praktikkan. Ya bagus ibu S . ”

“ Ada lagi yang ingin ibu S tanyakan kepada suster D. Coba tanyakan tentang keluarganya “

“ Kalau memang tidak ada lagi yang ingin dibicarakan, ibu S bisa sudahi perkenalan ini. lalu
ibu S bisa buat janji untuk bertemu lagi dengan suster N, misalnya jam 1 siang nanti ”

“ Baiklah suster N, karena ibu S sudah selesai brkenalan, saya dan ibu S akan kembali ke
ruangan ibu S. Selamat pagi (bersama-sama pasien meninggalkan ruangan suster N) ”

“ Bagaimana perasaan ibu S setelah berkenalan dengan suster N. Ibu S merasa senang ? iya,
ibu S jadi mempunyai banyak teman ya ”

Terminasi

a) Evaluasi respon

“ Bagaimana perasaan ibu S setelah kita berkenalan dengan suster D dan ibu K “

“ Coba ibu S sebutkan lagi cara berkenalanya. Ya bagus bu, jadi sekarang teman ibu S
sudah berapa ? namanya siapa saja ? iya bagus sekali bu S ”

b) Kontrak

“ Besok pagi pagi kita ketemu lagi ya, kita akan berkenalan dengan dua orang atau
lebih “

“ Mau jam berapa bu ? Bik jam 08.00 pagi. Waktunya berapa lama ? ya 10 menit “ 3)
“ Tempatnya dimana ? Baiklah disini saja ya “ c. Rencana tindak lanjut “ Mari sekarang
kita masukan dalam jadwal kegiatan harian ibu S. Mau jam berapa bu S berkenalan lagi
? Bagaimana kalau tiga kali sehari ? Baik jadi jam 09.00 pagi, jam 11.00 dan jam 16.00
sore. Jangan lupa dipraktikkan terus ya bu. Dan pertahankan terus apa yang sudah ibu
S lakukan tadi. “Jangan lupa untuk menanyakan topik lain supaya perkenalan berjalan
lancar. Misalnya menanyakan hobby, keluarga dan sebagainya.

Anda mungkin juga menyukai