Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

ISOLASI SOSIAL

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas individu mata kuliah Praktik Klinik
Keperawatan Jiwa

Dosen Penguji: Eki Pratidina, S.Kp., MM

Oleh:
SITI NURAENI
191FK01124
TINGKAT 3B

FAKULTAS KEPERAWATAN PRODI D III KEPERAWATAN


UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG
2021
A. KASUS Isolasi Sosial
A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina hubungan
yang berarti dengan orang lain (Damayanti, 2012).
Isolasi sosial atau menarik diri merupakan keadaan seorang
individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat & Akemat, 2015).

B. Tanda dan Gejala


Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial : menarik diri
sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang
spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan
kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli
lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi uriendan feses,
aktivitas menurun, posisi baring seperti feses, menolak berhubungan
dengan orang lain. (Yusuf, dkk. 2015)
1) Data Subyektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data
subyektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-
kata “tidak”, “iya”, “tidak tahu”.
2) Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyindir), klien tampak dari orang
lain, misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-
cakap dengan klien lain/ perawat
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah. Klien kurang
mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegatan sehari-hari. Artinya perawatn diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.

C. Rentang Respon

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
1) Respon adaptif
a. Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normalketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif.
b. Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan
apa yang terjadi di lingkungannya.
c. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan menyampaikan
ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
d. Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
e. Interdependen, saling ketergantungan  antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptif
a. Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara trebuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap orang
lain.
6. Etiologi Faktor predisposisi
Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi
sosial (Yosep,I., & Sutini, T. 2014)
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa bayi
sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga profesional
untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat tentang hubungan
antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan kolaboratif dapat
mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan
berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga dapat
menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan
sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini.
7. Faktor presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor
antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan dapat
menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan (menarik
diri).
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain.
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
8. Mekanisme Koping
a. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represi.
b. Perilaku Dependen : regresic.
c. Perilaku Manipulatif : regresi, represid.
d. Isolasi atau menarik diri : regresi, repsesi. Isolasi
(Eko prabowo:2014:113)
B. Proses Terjadinya Masalah
Salah satu gangguan berhubungan social diantanranya perilaku menarik
diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga yang bias
dialamipasien dengan latar belakang yang penuh dengan permasalahan,
ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.Perasaan tidak berharga menyebabkan
pasien makin sulit dalam mengembangkan berhubungan dengan orang lain.
Akibatnya pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktifitas dan kurangnya perhatian dan kebersihan diri. Pasien semakin
tenggelam dalam perjalinan terhadap penampilan dan tingkah laki masa lalu
serta tingkah laku yang tidak sesuai dalam kenyataan, sehingga berakibat lanjut
halusinasi (Eko prabowo, 2014).

C. Pohon masalah
Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Defisit Perawatan Diri


Isolasi Sosial

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Adapun Pengkajian Keperawatan (O’Brien, dkk. 2014)
1. Data yang perlu dikaji
a. Data Mayor
Data Subjektif
1) Mengatakan malas berinteraksi
2) Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Data Objektif
1) Menyendiri
2) Tidak ada kontak mata
3) Mengurung diri
4) Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
5) Tegang gelisah
b. Data Minor
Data Subjektif :
1) Curiga dengan orang lain
2) Mendengar suara/melihat bayangan
3) Merasa kesepian
4) Merasa tidak berguna
5) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
Data Objektif
1) Mematung
2) Mondar-mandir tanpa arah
3) Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
E. Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang muncul adalah (Nanda, 2018)
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi.
F. Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa

Hari/Tgl Diagnosa Perencanaan


keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional

Isolasi sosial TUM: Setelah 4 x Setelah 2 x 1 menit pertemuan


15 menit klien klien mampu membina
dapat berinteraksi hubungan saling percaya 1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
dengan orang lain dengan perawat dengan menggunakan prinsip percaya merupakan
TUK 1: klien 1. Klien dapat komunikasi terapeutik langkah awal untuk
dapat membina mengungkapkan perasaan a. Sapa klien dengan ramah, baik menentukan
hubungan saling dan keberadaannya secara verbal maupun norverbal keberhasilan
percaya (BHSP) verbal b. Perkenalkan diri dengan sopan rencana selanjutnya
a. Klien mau menjawab c. Tanyakan nama lengkap dan
salam nama panggilan yang disukai
b. Klien mau berjabat pasien
tangan d. Jelaskan tujuan pertemuan
c. Mau menjawab e. Jujur dan tepati janji
pertanyaan f. Tunjukan sikap empati dan
d. Ada kontak mata menerima klien apa adanya
e. Klien mau duduk g. Beri perhatian pada klien dan
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan klien
perawat
TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Berikan kesempatan kepada Dengan
Klien dapat penyebab isolasi sosial yang klien untuk mengungkapkan mengungkapkan
menyebutkan berasal dari: perasaan penyebab isolasi sosial perasaan, bisa
penyebab isolasi a. Diri sendiri atahu tidak mau bergaul. mengetahui
sosial b. Orang lain 2. Diskusikan bersama klien penyebab isolasi
c. Lingkungan tentang perilaku menarik diri, sosial
tanda dan gejala.
3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 3 klien Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang Reinforment dapat
dapat keuntungan berhubungan keuntungan dan manfaat meningkatkan
menyebutkan dengan orang lain, misalnya bergaul dengan orang lain harga diri
keuntungan banyak teman, tidak sendiri dan 2. Beri kesempatan kepada klien
berhubungan bisa diskusi untuk mengungkapkan
dengan orang lain perasaannya tentang
dan kerugian keuntungan berhubungan
tidak dengan orang lain
berhubungan 3. Diskusikan bersama klien
dengan orang lain tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain
c. Beri reinforcment positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan orang
lain
TUK 4 klien Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien membina Mengetahui sejauh
dapat kerugian tidak berhubungan hubungan denga orang lain mana pengetahuan
melaksanakan dengan orang lain misalnya 2. Dorong dan bantu klien untuk klien tentang
hubungan sosial sendiri, tidak punya teman dan berhubungan dengan orang lain berhubungan
secara bertahap sepi melalui: dengan orang lain.
3. Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
5. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
6. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
TUK 5 klien Klien dapat 1. Dorong klien untuk Agar klien lebih
dapat mendemonstrasikan hubungan mengungkapkan perasaannya percaya diri untuk
mengungkapkan dengan orang lain bila berhubungan dengan orang berhubungan
perasaannya a. klien-perawat lain dengan orang lain.
setelah b. klien-perawat-perawat lain 2. Diskusikan dengan klien Mengetahui sejauh
berhubungan c. klien-perawat-perawat lain- manfaat berhubungan dengan mana pengetahuan
dengan orang lain klien lain orang lain klien tentang
d. klien-kelompok kecil 3. Beri reinforCment positif atas kerugian bila tidak
kemampuan klien berhubungan
mengungkapkan perasaan dengan orang lain
manfaat berhubungan dengan
orang lain
TUK 6 Klien Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien lebih
dapat perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalkan diri percaya diri dan
memberdayakan dengan orang lain untuk: b. Sampaikan tujuan tahu akibat tidak
sistem pendukung a. Diri sendiri c. Membuat kontrak berhubungan
atahu keluarga b. Orang lain d. Explorasi perasaan keluarga dengan orang lain.
atahu keluarga 2. Diskusikan dengan anggota
mampu Keluarga dapat: keluarga tentang: Mengetahui sejauh
mengembangkan a. Menjelaskan a. Perilaku menarik diri mana pengetahuan
kemampuan klien perasaannya b. Penyebab perilaku menarik tentang membina
untuk b. Menjelaskan cara diri hubungan dengan
berhubungan merawat klien menarik c. Cara keluarga menghadapi orang lain.
dengan orang diri klien yang sedang menarik
lain. c. Mendemonstrasikan diri. Klien mungkin
cara perawatan klien 3. Dorong anggota keluarga untuk dapat mengoobati
menarik diri memberikan dukungan kepada perasaan tidak
d. Berpartisipasi dalam klien berkomunikasi dengan nyaman, bimbang
perawatan klien klien berkomunikasi dengan karena memulai
menarik diri. orang lain. hubungan dengan
4. Anjurkan anggota keluarga untuk orang lain.
secara rutin dan bergantian Reinforceiment
mengunjungi klien secara dapat
bergantian minimal 1x meningkatkan
seminggu. kepercayaan diri
5. Beri reinforceiment atas hal-hal klien.
yang telah dicapai oleh keluarga.
Dengan dukungan
keluarga, klien
akan merasa
diperhatikan.
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North Amercan Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid2. Jogjakarta : Medication.
Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC
O’Brien, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai