Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN

ISOLASI SOSIAL DIRUANG INTENSIF WANITA


RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM

Tanggal 15 April 2019 s/d 11 Mei 2019

Oleh :
Lita Wulandari, S.Kep
NIM 18NS254

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS SARI MULIA
BANJARMASIN
2019
LEMBAR PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN PADA KLIEN DENGAN


ISOLASI SOSIAL DIRUANG INTENSIF WANITA
RUMAH SAKIT JIWA DAERAH SAMBANG LIHUM

Tanggal 15 April 2019 s/d 11 Mei 2019

Oleh :
Lita Wulandari, S.Kep
NIM 18NS254

Banjarmasin, 2019
Mengetahui,

Preseptor Akademik, Preseptor Klinik

………………………… ……………………….
NIP. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN

A. KASUS Isolasi Sosial


A. Definisi
Isolasi sosial adalah keadaan dimana seseorang individu
mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak mampu
berinteraksi dengan orang lain disekitarnya. Pasien mungkin merasa
ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Damayanti, 2012).
Isolasi sosial adalah gangguan dalam berhubungan yang
merupakan mekanisme individu terhadap sesuatu yang mengancam
dirinya dengan cara menghindari interaksi dengan orang lain dan
lingkungan (Keliat, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri merupakan keadaan seorang
individu yang mengalami penurunan atau bahkan sama sekali tidak
mampu berinteraksi dengan orang lain di sekitarnya. Pasien mungkin
merasa ditolak, tidak diterima, kesepian, dan tidak mampu membina
hubungan yang berarti dengan orang lain (Keliat & Akemat, 2015).
Isolasi sosial atau menarik diri adalah suatu pengalaman
menyendiri dari seseorang dan perasaan segan terhadap orang lain
sebagai sesuatu yang negatif atau keadaan yang mengancam
(Nurhaeni H.dkk, 2011)

B. Tanda dan Gejala


Menurut Towsend.M.C dan Carpenito L.J Isolasi sosial : menarik diri
sering ditemukan adanya tanda dan gejala sebagai berikut: kurang
spontan, apatis, ekspresi wajah tidak berseri, tidak memperhatikan
kebersihan diri, komunikasi verbal kurang, menyendiri, tidak peduli
lingkungan, asupan makanan terganggu, retensi uriendan feses,
aktivitas menurun, posisi baring seperti feses, menolak berhubungan
dengan orang lain. (Yusuf, dkk. 2015)
1) Data Subyektif
Sukar didapati jika klien menolak berkomunikasi. Beberapa data
subyektif adalah menjawab pertanyaan dengan singkat, seperti kata-
kata “tidak”, “iya”, “tidak tahu”.
2) Data obyektif
Observasi yang dilakukan pada klien akan ditemukan:
a. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul.
b. Menghindar dari orang lain (menyindir), klien tampak dari orang
lain, misalnya pada saat makan.
c. Komunikasi kurang/ tidak ada. Klien tidak tampak bercakap-
cakap dengan klien lain/ perawat
d. Tidak ada kontak mata, klien lebih sering menunduk.
e. Berdiam diri di kamar/ tempat terpisah. Klien kurang
mobilitasnya.
f. Menolak berhubungan dengan orang lain. Klien memutuskan
percakapan atau pergi jika diajak bercakap-cakap.
g. Tidak melakukan kegatan sehari-hari. Artinya perawatn diri dan
kegiatan rumah tangga sehari-hari tidak dilakukan.
h. Posisi janin pada saat tidur.

C. Rentang Respon

Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
1) Respon adaptif
a. Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normalketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif.
b. Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan
apa yang terjadi di lingkungannya.
c. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
d. Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
e. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptif
a. Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara trebuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap
orang lain.

6. Etiologi Faktor predisposisi


Ada berbagai faktor yang menjadi pendukung terjadinya perilaku isolasi
sosial (Yosep,I., & Sutini, T. 2014)
a. Faktor perkembangan
Tiap gangguan dalam pencapaian tugas perkembangan dari masa
bayi sampai dewasa tua akan menjadi pencetus seseorang sehingga
mempunyai masalah respon sosial menarik diri. Sistem keluarga yang
terganggu juga dapat mempengaruhi terjadinya menarik diri.
Organisasi anggota keluarga bekerja sama dengan tenaga
profesional untuk mengembangkan gambaran yng lebih tepat tentang
hubungan antara kelainan jiwa dan stress keluarga. Pendekatan
kolaboratif dapat mengurangi masalah respon sosial menarik diri.
b. Faktor biologik
Faktor genetik dapat menunjang terhadap respon sosial maladaptif.
Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa.
Kelainan struktur otak, seperti atropi, pembesaran ventrikel,
penurunan berat dan volume otak serta perubahan limbik diduga
dapat menyebabkan skizofrenia.
c. Faktor sosiokultural
Isolasi sosial merupakan faktor dalam gangguan berhubungan. Ini
merupakan akibat dari norma yang tidak mendukung pendekatan
terhadap orang lain, atau tidak menghargai anggota masyarakat yang
tidak produktif, seperti lansia, orang cacat dan berpenyakit kronik.
Isolasi dapat dapat terjadi karena mengadopsi norma, perilaku dan
sitem nilai yang berbeda dari yang dimiliki budaya mayoritas. Harapan
yang tidak realistis terhadap hubungn merupakan faktor lain yang
berkaitan dengan gangguan ini.

7. Faktor presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor
antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan
dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan
(menarik diri).
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain.
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.

8. Mekanisme Koping
a. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represi.
b. Perilaku Dependen : regresic.
c. Perilaku Manipulatif : regresi, represid.
d. Isolasi atau menarik diri : regresi, repsesi. Isolasi
(Eko prabowo:2014:113)

B. Proses Terjadinya Masalah


Salah satu gangguan berhubungan social diantanranya perilaku
menarik diri atau isolasi social yang disebabkan oleh perasaan tidak berharga
yang bias dialamipasien dengan latar belakang yang penuh dengan
permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan kecemasan.Perasaan tidak
berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam mengembangkan
berhubungan dengan orang lain. Akibatnya pasien menjadi regresi atau
mundur, mengalami penurunan dalam aktifitas dan kurangnya perhatian dan
kebersihan diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalinan terhadap
penampilan dan tingkah laki masa lalu serta tingkah laku yang tidak sesuai
dalam kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi (Eko prabowo, 2014).
C. Pohon masalah
Resiko Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

Isolasi Sosial Defisit Perawatan Diri

Mekanisme Koping Tidak Efektif

Gangguan Konsep Diri: Harga Diri Rendah

D. Masalah Keperawatan dan Data yang Perlu Dikaji


Adapun Pengkajian Keperawatan (O’Brien, dkk. 2014)
1. Data yang perlu dikaji
a. Data Mayor
Data Subjektif
1) Mengatakan malas berinteraksi
2) Mengatakan orang lain tidak mau menerima dirinya
Data Objektif
1) Menyendiri
2) Tidak ada kontak mata
3) Mengurung diri
4) Tidak mau bercakap-cakap dengan orang lain
5) Tegang gelisah
b. Data Minor
Data Subjektif :
1) Curiga dengan orang lain
2) Mendengar suara/melihat bayangan
3) Merasa kesepian
4) Merasa tidak berguna
5) Merasa tidak aman berada dengan orang lain
Data Objektif
1) Mematung
2) Mondar-mandir tanpa arah
3) Tidak berinisiatif berhubungan dengan orang lain
E. Diagnosa Keperawatan
Adapun masalah keperawatan yang muncul adalah (Nanda, 2018)
1. Isolasi sosial : Menarik diri
2. Gangguan konsep diri : Harga diri rendah
3. Gangguan persepsi sensori : Halusinasi.
F. Rencana Tindakan Keperawatan Jiwa

Hari/Tgl Diagnosa Perencanaan


keperawatan
Tujuan Kriteria evaluasi Intervensi Rasional

Isolasi sosial TUM: Setelah 4 x Setelah 2 x 1 menit pertemuan


15 menit klien klien mampu membina
1. Bina hubungan saling percaya Hubungan saling
dapat berinteraksi hubungan saling percaya
dengan menggunakan prinsip percaya
dengan orang dengan perawat
komunikasi terapeutik merupakan
lain 1. Klien dapat
a. Sapa klien dengan ramah, langkah awal untuk
TUK 1: klien mengungkapkan perasaan
baik verbal maupun norverbal menentukan
dapat membina dan keberadaannya secara
b. Perkenalkan diri dengan keberhasilan
hubungan saling verbal
sopan rencana
percaya (BHSP) a. Klien mau menjawab
c. Tanyakan nama lengkap dan selanjutnya
salam
nama panggilan yang disukai
b. Klien mau berjabat
pasien
tangan
d. Jelaskan tujuan pertemuan
c. Mau menjawab
e. Jujur dan tepati janji
pertanyaan f. Tunjukan sikap empati dan
d. Ada kontak mata menerima klien apa adanya
e. Klien mau duduk g. Beri perhatian pada klien dan
berdampingan dengan perhatikan kebutuhan klien
perawat
TUK 2 Klien dapat menyebutkan 1. Berikan kesempatan kepada Dengan
Klien dapat penyebab isolasi sosial yang klien untuk mengungkapkan mengungkapkan
menyebutkan berasal dari: perasaan penyebab isolasi perasaan, bisa
penyebab isolasi a. Diri sendiri sosial atahu tidak mau bergaul. mengetahui
sosial b. Orang lain 2. Diskusikan bersama klien penyebab isolasi
c. Lingkungan tentang perilaku menarik diri, sosial
tanda dan gejala.
3. Berikan pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya
TUK 3 klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji pengetahuan klien tentang Reinforment dapat
menyebutkan keuntungan berhubungan keuntungan dan manfaat meningkatkan
keuntungan dengan orang lain, misalnya bergaul dengan orang lain harga diri
berhubungan banyak teman, tidak sendiri 2. Beri kesempatan kepada klien
dengan orang dan bisa diskusi untuk mengungkapkan
lain dan kerugian perasaannya tentang
tidak keuntungan berhubungan
berhubungan dengan orang lain
dengan orang 3. Diskusikan bersama klien
lain tentang manfaat berhubungan
dengan orang lain
4. Kaji pengetahuan klien tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan orang lain
a. Beri kesempatan klien
untuk mengungkapkan
perasaan tentang kerugian
bila tidak berhubungan
dengan orang lain
b. Diskusikan bersama klien
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
c. Beri reinforcment positif
terhadap kemampuan
mengungkapkan perasaan
tentang kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
TUK 4 klien dapat Klien dapat menyebutkan 1. Kaji kemampuan klien membina Mengetahui sejauh
melaksanakan kerugian tidak berhubungan hubungan denga orang lain mana pengetahuan
hubungan sosial dengan orang lain misalnya 2. Dorong dan bantu klien untuk klien tentang
secara bertahap sendiri, tidak punya teman dan berhubungan dengan orang lain berhubungan
sepi melalui: dengan orang lain.
3. Bantu klien mengevaluasi
manfaat berhubungan dengan
orang lain
4. Diskusikan jadwal harian yang
dapat dilakukan bersama klien
dalam mengisi waktu
5. Motivasi klien untuk mengikuti
kegiatan terapi aktivitas
kelompok sosialisasi
6. Beri reinforcement atas
kegiatan klien dalam kegiatan
ruangan
TUK 5 klien dapat Klien dapat 1. Dorong klien untuk Agar klien lebih
mengungkapkan mendemonstrasikan hubungan mengungkapkan perasaannya percaya diri untuk
bila berhubungan dengan orang berhubungan
perasaannya dengan orang lain
lain dengan orang lain.
setelah a. klien-perawat 2. Diskusikan dengan klien Mengetahui sejauh
berhubungan b. klien-perawat-perawat lain manfaat berhubungan dengan mana pengetahuan
orang lain klien tentang
dengan orang c. klien-perawat-perawat lain-
3. Beri reinforCment positif atas kerugian bila tidak
lain klien lain kemampuan klien berhubungan
d. klien-kelompok kecil mengungkapkan perasaan dengan orang lain
manfaat berhubungan dengan
orang lain

TUK 6Klien Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien lebih
dapat perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalkan diri percaya diri dan
b. Sampaikan tujuan tahu akibat tidak
memberdayakan dengan orang lain untuk:
c. Membuat kontrak berhubungan
sistem a. Diri sendiri d. Explorasi perasaan keluarga dengan orang lain.
pendukung atahu b. Orang lain 2. Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang: Mengetahui sejauh
keluarga atahu
a. Perilaku menarik diri mana pengetahuan
keluarga mampu Keluarga dapat: b. Penyebab perilaku menarik tentang membina
diri hubungan dengan
mengembangkan a. Menjelaskan c. Cara keluarga menghadapi orang lain.
kemampuan klien perasaannya klien yang sedang menarik
diri. Klien mungkin
untuk b. Menjelaskan cara
3. Dorong anggota keluarga untuk dapat mengoobati
berhubungan merawat klien menarik memberikan dukungan kepada perasaan tidak
dengan orang diri klien berkomunikasi dengan nyaman, bimbang
klien berkomunikasi dengan karena memulai
lain. c. Mendemonstrasikan
orang lain. hubungan dengan
cara perawatan klien 4. Anjurkan anggota keluarga untuk orang lain.
menarik diri secara rutin dan bergantian Reinforceiment
mengunjungi klien secara dapat
d. Berpartisipasi dalam
bergantian minimal 1x meningkatkan
perawatan klien seminggu. kepercayaan diri
menarik diri. 5. Beri reinforceiment atas hal-hal klien.
yang telah dicapai oleh
keluarga. Dengan dukungan
keluarga, klien
akan merasa
diperhatikan.
Strategi Pelaksanaan
Adapun strategi pelaksanaan Isolasi Sosial, yaitu (O’Brien, 2014) :
Sp pasien Sp Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Mengidentikasi penyebab isolasi 1. Diskusikan masalah yang
pasien : siapa yang serumah, dirasakan keluarga dalam
siapa yang dekat, yang tidak merawat pasien
dekat, dan apa sebabnya. 2. Jelaskan pengertian isolasi
2. Mendiskusikan dengan pasien sosial, tanda dan gejala serta
tentang keuntungan punya teman proses terjadinya isolasi sosial
dan bercakap-cakap (gunakan booklet)
3. Mendiskusikan dengan pasien 3. Jelaskan cara merawat pasien
tentang kerugian tidak punya dengan isolasi sosial
teman dan tidak bercakap-cakap. 4. Latih dua cara merawat : cara
4. Latih cara berkenalan dengan berkenalan, berbicara saat
pasien dan perawat atau tamu. melakukan kegiatan harian.
5. Masukan pada jadwal kegiatan 5. Ajurkan membantu pasien
untuk latihan berkenalan. sesuai jadwal dan memberikan
pujian saat besuk.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
(berapa orang beri pujian) dalam merawat / melatih pasien
2. Latih cara berbicara saat berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian (latih 2 melakukan kegiatan harian.
kegiatan) Beri pujian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan 2. Jelaskan kegiatan rumah
untuk latihan berkenalan 2-3 tangga yang dapat melibatkan
orang pasien, perawat dan tamu, pasien berbicara (makan,
berbicara saat melakukan sholat bersama) di rumah
kegiatan harian. 3. Latih cara membimbing pasien
berbicara dan memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal saat besuk.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (berapa orang) dan dalam merawat / melatih
bicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara pasien
kegiatan harian. Beri pujian. saat melakukan kegiatan
2. Latih cara berbicara saat harian. Beri pujian.
melakukan kegiatan harian (2 2. Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan baru) melakukan termasuk minum
3. Masukan pada jadwal kegiatan obat ( discharge planning)
untuk latihan berkenalan 4-5 3. Menjelaskan follow up pasien
orang, berbicara saat melakukan 4 setelah pulang
kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat dalam merawat / melatih pasien
melakukan empat kegiatan harian. berkenalan, berbicara saat
Beri pujian melakukan kegiatan harian /
2. Latih cara bicara sosial : meminta RT, berbelanja. Beri pujian.
sesuatu, menjawab pertanyaan. 2. Jelaskan follow up ke RSJ/
3. Masukan pada jadwal kegiatan PKM, tanda kambuh dan
untuk latihan berkenalan >5 oang, rujukan.
orang baru, berbicara saat 3. Anjurkan membantu pasien
melakukan kegiatan harian dan sesuai jadwal kegiatan dan
sosialisasi. memberikan pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat dalam merawat / melatih pasien
melakukan kegiatan harian dan berkenalan, berbicara saat
sosialisasi. Beri pujian melakukan kegiatan harian. RT,
2. Latih kegiatan harian berbelanja dan kegiatan lan
3. Nilai kemampuan yang telah dan follow up. Beri pujian.
mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi. merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ /
PKM
DAFTAR PUSTAKA

Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North Amercan Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid2. Jogjakarta : Medication.
Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC
O’Brien, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika

Anda mungkin juga menyukai