Oleh :
Lita Wulandari, S.Kep
NIM 18NS254
Oleh :
Lita Wulandari, S.Kep
NIM 18NS254
Banjarmasin, 2019
Mengetahui,
………………………… ……………………….
NIP. NIK.
LAPORAN PENDAHULUAN
C. Rentang Respon
Berikut ini akan dijelaskan tentang respon yang terjadi pada isolasi sosial:
1) Respon adaptif
a. Adalah respon yang masih dapat diterima oleh norma-norma sosial
dan kebudayaan secara umum berlaku. Dengan kata lain individu
tersebut masih dalam batas normalketika menyelesaikan masalah.
Berikut ini adalah sikap termasuk respon adaptif.
b. Menyendiri, respon yang dibutuh kan seseorang untuk merenungkan
apa yang terjadi di lingkungannya.
c. Otonomi, kemampuan individu untuk menentukan dan
menyampaikan ide, pikiran, dan perasaan dalam hubungan sosial.
d. Bekerja sama, kemmapuan individu yang saling membutuhkan satu
sama lain.
e. Interdependen, saling ketergantungan antara individu dengan orang
lain dalam membina hubungan interpersonal.
2) Respon maladaptif
a. Adalah respon yang menyimpang dari norma sosial dan kehidupan di
suatu tempat. Berikut ini adalah perilaku yang termasuk respon
maladaptif.
b. Menarik diri, seseorang yang mengalami kesulitan dalam membina
hubungan secara trebuka dengan orang lain.
c. Ketergantungan, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya diri
sehingga tergantung dengan orang lain.
d. Manipulasi seseorang yang mengganggu orang lain sebagai objek
individu sehingga tidak dapat membina hubungan sosial secara
mendalam.
e. Curiga, seseorang gagal mengembangkan rasa percaya terhadap
orang lain.
7. Faktor presipitasi
Ada beberapa faktor presipitasi yang dapat menyebabkan seseorang
menarik diri. Faktor-faktor tersebut dapat berasal dario berbagai stressor
antara lain:
a. Stressor sosiokultural
Stressor sosial budaya dapat menyebabkan terjadinya gaangguan
dalam membina hubungan dengan orang lain, misalnya menurunnya
stabilitas unit keluarga, berpisah dari orang yang berarti dalam
kehidupannya, misalnya karena dirawat di rumah sakit.
b. Stressor psikologik
Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan keterbatasan
kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk berpisah dengan
orang terdekat atau kegagalan orang lain untuk memenuhi
kebutuhannya hal ini dapat menimbulkan ansietas tinggi bahkan
dapat menimbulkan seseorang mengalami gangguan hubungan
(menarik diri).
c. Stressor intelektual
1) Kurangnya pemahaman diri dalam ketidakmampuan untuk
berbagai pikiran dan perasaan yang mengganggu pengembangan
hubungan dengan orang lain.
2) Klien dengan “kegagalan” adalah orang yang kesepian dan
kesulitan dalam menghadapi hidup. Mereka juga akan sulit
berkomunikasi dengan orang lain.
3) Ketidakmampuan seseorang membangun kepercayaan dengan
orang lain akan persepsi yang menyimpang dan akan berakibat
pada gangguan berhubungan dengan orang lain.
d. Stressor fisik
1) Kehidupan bayi atau keguguran dapat menyebabkan seseorang
menarik diri dari orang lain
2) Penyakit kronik dapat menyebabkan seseorang minder atau malu
sehingga mengakibatkan menarik diri dari orang lain.
8. Mekanisme Koping
a. Perilaku curiga : regresi, proyeksi, represi.
b. Perilaku Dependen : regresic.
c. Perilaku Manipulatif : regresi, represid.
d. Isolasi atau menarik diri : regresi, repsesi. Isolasi
(Eko prabowo:2014:113)
TUK 6Klien Klien dapat mengungkapkan 1. BHSP dengan keluarga Agar klien lebih
dapat perasaan setelah berhubungan a. Salam, perkenalkan diri percaya diri dan
b. Sampaikan tujuan tahu akibat tidak
memberdayakan dengan orang lain untuk:
c. Membuat kontrak berhubungan
sistem a. Diri sendiri d. Explorasi perasaan keluarga dengan orang lain.
pendukung atahu b. Orang lain 2. Diskusikan dengan anggota
keluarga tentang: Mengetahui sejauh
keluarga atahu
a. Perilaku menarik diri mana pengetahuan
keluarga mampu Keluarga dapat: b. Penyebab perilaku menarik tentang membina
diri hubungan dengan
mengembangkan a. Menjelaskan c. Cara keluarga menghadapi orang lain.
kemampuan klien perasaannya klien yang sedang menarik
diri. Klien mungkin
untuk b. Menjelaskan cara
3. Dorong anggota keluarga untuk dapat mengoobati
berhubungan merawat klien menarik memberikan dukungan kepada perasaan tidak
dengan orang diri klien berkomunikasi dengan nyaman, bimbang
klien berkomunikasi dengan karena memulai
lain. c. Mendemonstrasikan
orang lain. hubungan dengan
cara perawatan klien 4. Anjurkan anggota keluarga untuk orang lain.
menarik diri secara rutin dan bergantian Reinforceiment
mengunjungi klien secara dapat
d. Berpartisipasi dalam
bergantian minimal 1x meningkatkan
perawatan klien seminggu. kepercayaan diri
menarik diri. 5. Beri reinforceiment atas hal-hal klien.
yang telah dicapai oleh
keluarga. Dengan dukungan
keluarga, klien
akan merasa
diperhatikan.
Strategi Pelaksanaan
Adapun strategi pelaksanaan Isolasi Sosial, yaitu (O’Brien, 2014) :
Sp pasien Sp Keluarga
Strategi Pelaksanaan 1 Strategi Pelaksanaan 1
1. Mengidentikasi penyebab isolasi 1. Diskusikan masalah yang
pasien : siapa yang serumah, dirasakan keluarga dalam
siapa yang dekat, yang tidak merawat pasien
dekat, dan apa sebabnya. 2. Jelaskan pengertian isolasi
2. Mendiskusikan dengan pasien sosial, tanda dan gejala serta
tentang keuntungan punya teman proses terjadinya isolasi sosial
dan bercakap-cakap (gunakan booklet)
3. Mendiskusikan dengan pasien 3. Jelaskan cara merawat pasien
tentang kerugian tidak punya dengan isolasi sosial
teman dan tidak bercakap-cakap. 4. Latih dua cara merawat : cara
4. Latih cara berkenalan dengan berkenalan, berbicara saat
pasien dan perawat atau tamu. melakukan kegiatan harian.
5. Masukan pada jadwal kegiatan 5. Ajurkan membantu pasien
untuk latihan berkenalan. sesuai jadwal dan memberikan
pujian saat besuk.
Strategi Pelaksanaan 2 Strategi Pelaksanaan 2
1. Evaluasi kegiatan berkenalan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
(berapa orang beri pujian) dalam merawat / melatih pasien
2. Latih cara berbicara saat berkenalan dan berbicara saat
melakukan kegiatan harian (latih 2 melakukan kegiatan harian.
kegiatan) Beri pujian
3. Masukkan pada jadwal kegiatan 2. Jelaskan kegiatan rumah
untuk latihan berkenalan 2-3 tangga yang dapat melibatkan
orang pasien, perawat dan tamu, pasien berbicara (makan,
berbicara saat melakukan sholat bersama) di rumah
kegiatan harian. 3. Latih cara membimbing pasien
berbicara dan memberi pujian
4. Anjurkan membantu pasien
sesuai jadwal saat besuk.
Strategi Pelaksanaan 3 Strategi Pelaksanaan 3
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan (berapa orang) dan dalam merawat / melatih
bicara saat melakukan dua berkenalan, berbicara pasien
kegiatan harian. Beri pujian. saat melakukan kegiatan
2. Latih cara berbicara saat harian. Beri pujian.
melakukan kegiatan harian (2 2. Jelaskan cara melatih pasien
kegiatan baru) melakukan termasuk minum
3. Masukan pada jadwal kegiatan obat ( discharge planning)
untuk latihan berkenalan 4-5 3. Menjelaskan follow up pasien
orang, berbicara saat melakukan 4 setelah pulang
kegiatan harian.
Strategi Pelaksanaan 4 Strategi Pelaksanaan 4
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat dalam merawat / melatih pasien
melakukan empat kegiatan harian. berkenalan, berbicara saat
Beri pujian melakukan kegiatan harian /
2. Latih cara bicara sosial : meminta RT, berbelanja. Beri pujian.
sesuatu, menjawab pertanyaan. 2. Jelaskan follow up ke RSJ/
3. Masukan pada jadwal kegiatan PKM, tanda kambuh dan
untuk latihan berkenalan >5 oang, rujukan.
orang baru, berbicara saat 3. Anjurkan membantu pasien
melakukan kegiatan harian dan sesuai jadwal kegiatan dan
sosialisasi. memberikan pujian.
Strategi Pelaksanaan 5 Strategi Pelaksanaan 5
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga
berkenalan, bicara saat dalam merawat / melatih pasien
melakukan kegiatan harian dan berkenalan, berbicara saat
sosialisasi. Beri pujian melakukan kegiatan harian. RT,
2. Latih kegiatan harian berbelanja dan kegiatan lan
3. Nilai kemampuan yang telah dan follow up. Beri pujian.
mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga
4. Nilai apakah isolasi sosial teratasi. merawat pasien
3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol ke RSJ /
PKM
DAFTAR PUSTAKA
Damayanti, M., & Iskandar. 2012. Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.
Keliat, B. A. 2015. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta : EGC
Keliat, B. A., Akemat, Helena, N., & Nurhaeni, H. 2012. Keperawatan Kesehatan
Jiwa Komunitas: CHMN (Basic Course). Jakarta : Buku Kedokteran EGC.
Munith, A. 2015. Pendidikan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Andi.
Nurarif, A.H., & Kusuma, H. 2018. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis & NANDA (North Amercan Nursing Diagnosis
Association) NIC-NOC Jilid2. Jogjakarta : Medication.
Nurhaeni H.dkk, 2011.Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas.Jakarta:EGC
O’Brien, dkk. 2014. Keperawatan Kesehatan Jiwa Pskiatrik Teori dan Praktik.
Jakarta : EGC.
Yosep,I., & Sutini, T. 2014. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Yusuf, dkk. 2015. Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta : Salemba
Medika