Anda di halaman 1dari 3

ANALISIS JURNAL MENGGUNAKAN IMRAD

Penulis Gang Wang & Lagu Junnian

Tahun Terbit 2017


Judul Comprehensive nursing intervention effect in
treating hypertensive cerebral
hemorrhage by minimally invasive surgery.
Lembaga Penerbit Biomedical Research

Volume, Nomer, & Halaman Volume 28 Nomor 20 (9024-9027)

Tanggal Terbit 1 November

1. INTRODUCTION
Perdarahan intracerebral akibat hipertensi adalah komplikasi yang parah dan
juga jenis penyakit stroke dengan tingkat kecacatan yang lebih tinggi. Dalam
praktek klinis, pendarahan intracerebral akibat hipertensi biasanya diobati
dengan pembedahan invasif minimal, yang dapat mengurangi efek tekanan
hematoma pada jaringan otak pasien, sehingga dapat meningkatkan fungsi
saraf pasien. Perawatan klinis menunjukkan bahwa perawatan hematoma
tidak berpengaruh signifikan terhadap hipertensi, pembedahan invasif
minimal harus lebih direkomendasikan. Operasi invasif minimal dapat
meningkatkan pemulihan fungsi pergerakan pasien dan menghindari
komplikasi parah pada periode pasca operasi. Dilaporkan bahwa
pembedahan invasive minimal aman dan efektif pada pasien Hypertensive
Intracerebral Hemorrhage (HICH) dengan volume hematoma> 50 ml. Karena
invasif minimal, tingkat pemulihan lebih baik, tingkat kematian lebih rendah,
dan komplikasi lebih sedikit, pendekatan ini dianggap lebih unggul daripada
kraniotomi .

2. METHODE
Pengumpulkan berkas dan analisis klinis 2600 Pasien dengan pendarahan
intracerebral, yang diterima oleh rumah sakit dari Juni 2013 Hingga Januari
2016. Pasien-Pasien yang di operasi dibagi secara acak menjadi dua
Kelompok dengan jangka waktu pasien yang sama, Dan kedua Kelompok
Pasien dirawat dengan Operasi invasif minimal. kedua Kelompok
diaplikasikan dengan metode keperawatan yang berbeda Dan dinamai
sebagai Kelompok keperawatan yang komprehensif dan Kelompok Kontrol,
masing-masing. Ada 1.300 Pasien di setiap Kelompok. Lalu kedua kelompok
di bandingkan hearts hal skor SAS Dan SDS, SKOR Fugl-Meyer, dan indeks
Barthel sebelum dan sesudah di intervensi keperawatan. Adapun metode
intervensi yang dilakukan ialah sebelum operasi, staf perawat harus
memahami kebutuhan status mental pasien, dan memberi mereka konseling
psikologis yang diperlukan dengan memberi tahu mereka pengetahuan
tentang perawatan bedah. Dalam proses pembedahan, harus menjaga
ruang operasi tetap bersih dan nyaman, dan melakukan pemantauan
pernapasan pasien dan kondisi tekanan darah. Amati kondisi perubahan
pupil pasien, berikan terapi inhalasi oksigen dan hilangkan sekresi oral.
Setelah operasi, saat diruangan perawatan perawat harus selalu memantau
tabung drainase dan menjaga pasien dari gangguan mood yang dapat
menyebabkan pasien stress, dan secara ketat mengontrol waktu plug-in dari
tabung drainase. Biarkan pasien makan makanan dengan kandungan
vitamin dan protein yang lebih tinggi sambil menghindari asupan makanan
yang memicu terjadinya ICH.

3. RESULT
Ada perbaikan yang signifikan untuk kedua kelompok dalam hal SAS dan
SDS skor, skor Fugl-Meyer, dan indeks Barthel, dimana intervensi
keperawatan yang komprehensif memiliki hasil peningkatan yang lebih tinggi
dari peningkatan kelompok kontrol. Hasil menunjukan perawatan
komprehensif sebesar 75,9% dan perawatan kelompok control hanya
sebesar 47,3%. Parameter ini sebelum dan setelah dilakukan intervensi
keperawatan signifikansi nilai statistik (P <0,05). Kedua kelompok pasien
mengalami perbedaan derajat infeksi kemih dan infeksi paru selama
pengobatan, Melalui membandingkan indeks antara sebelum dan sesudah
intervensi keperawatan dari kedua kelompok, dapat menemukan ada
peningkatan yang signifikan dari indeks setelah intervensi keperawatan
untuk kedua kelompok, di mana kelompok keperawatan yang komprehensif
mencapai tingkat peningkatan indeks yang lebih tinggi, dengan perbedaan
statistik yang signifikan. Oleh karena itu, ini menunjukkan bahwa intervensi
keperawatan yang komprehensif dapat mencapai efek keperawatan yang
lebih signifikan, P <0,05.
4. DISCUSSION
Perdarahan intracerebral akibat hipetensi adalah komplikasi umum dan
paling serius dengan tingkat kematian dan tingkat kecacatan yang tinggi.
Dalam praktiknya, mengobati pendarahan intracerebral akibat hipertensi
dengan pembedahan minimal invasif dapat secara efektif menghilangkan
hematoma otak, sehingga dapat meningkatkan fungsi saraf pasien. Oleh
karena itu, operasi invasif minimal telah banyak digunakan dalam praktek
klinis untuk mengobati pendarahan otak hipertensi. Untuk pasien dalam
periode perioperatif, melakukan perawatan komprehensif sesuai dengan
kondisi spesifik setiap pasien secara efektif dapat meningkatkan
kemampuan hidup sehari-hari, meningkatkan rehabilitasi tubuh, dan
meningkatkan hubungan antara perawat dan pasien. Karena upaya peran
staf perawat, efek prognosis pasien bisa lebih signifikan. Setelah melakukan
operasi invasif minimal untuk pasien dengan pendarahan intracerebral akibat
hipertensi, perlu untuk mengadopsi intervensi keperawatan yang
komprehensif, yang secara signifikan dapat meningkatkan status psikologis
dan fungsi pergerakan pasien. Oleh karena itu harus memperkuat
penerapan intervensi keperawatan yang komprehensif dalam praktik klinis.
Tingkat efektifitas intervensi keperawatan adalah 75,9%, intervensi
keperawatan ini sangat dapat diterapkan diruangan stroke center karena
semua perawat telah berkompeten untuk memberikan perawatan yang
komprehensif pada pasien dengan perdarahan intracerebral, sehingga dapat
efek kuratif dari operasi dapat ditingkatkan. Penelitian ini sangat bermanfaat
agar seluruh perawat dapat melakukan intervensi ini guna untuk
meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien yang mengalami
perdarahan pada intraserebral.
Saran untuk penelitian ini, setelah melakukan penelitian untuk intervensi
keperawatan ni ada baiknya untuk membuat standar prosedur untuk
panduan seluruh perawat agar meningkatkan pelayanan keperawatan dan
intervensi keperawatan yang komrehensif agar mencapai derajat kesehatan
yang tinggi pada pasien dengan perdarahan intracerebral.

Anda mungkin juga menyukai