Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN DEFISIT PERAWATAN DIRI

Oleh:
Susanti Marilalan
NIM : NH0118085

CI Institusi

(Ns. Sudirman, S. Kep., M.kes)


NIP/ NIDN

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)
NANI HASANUDDIN MAKASSAR
2021
LAPORAN PENDAHULUAN DEFISIT PERAWATAN DIRI
KONSEP KEPERAWATAN

A. Definisi
Defisit perawatan diri adalah suatu keadaan seseorang mengalami kelainan
dalam kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas kehidupan
sehari-hari secara mandiri. Tidak ada keinginan untuk mandi secara teratur, tidak
menyisir rambut pakaian kotor, bau badan, bau napas, dan penampilan tidak rapi.
Defisit perawatan diri merupakan salah satu masalah yang timbul pada pasien
gangguan jiwa (Rohima, 2020).
Defisit perawatan diri adalah salah satu kemampuan dasar manusia dalam
memenuhi kebutuhannyya guna mempertahankan hidupnya, kesehatannya dan
kesejahteraannya sesuai dengan kondisi kesehatannya.Klien dinyatakan terganggu
perawatan dirinya jika tidak dapat melakukan perawatan dirinya (Azizah, L.A.
Zainuri, I. Akbar, 2016).

B. Tanda dan Gejala


1. Mandi/ hygiene
Klien mengalami ketidakmampuan dalam membersikan badan, memperoleh
atau mendapatkan sumber air, mengatur suhu atau aliran air mandi,
mendapatkan pperlengkapan mandi, mengeringkan tubuh, serta masuk dan
keluar kamar mmandi
2. Berpakaian/bershias
Klienmempunyai kkelemahan dalam meletakan atau mengambil potongan
pakaian, menanggalkan pakaian, serta memperoleh aatau menukarpakaian.
Klian juga memiliki ketidakmapuan untukpengenakan pakaian dalam, memilih
pakain, menggunakan alat tambahan, menggunakan kancing tarikmelepaskan
pakaian, mengguankan kaos kaki, mempertahankan penampilan pada tingkat
yang memuaskan, mengambil pakaian dan mengenakan sepatu.
3. Makan
Klien mempunyai ketidakmampuan dalam menelan makanan, mempersiapkan
makanan, menangani perkakas, mengunya makanan, menggunakan alat
tambahan, mendapatkan makanan, membuka container, memanipulasi
makanan dalam mulut, mengambil makanan dalam wadahlalu memasukannya
ke mulut, melengkai makan, mencerna makanan menurut, cara yang diterima
masyarakat, mengambil cangkir atau gelas, serta mencerna cukup makanan
dengan aman
4. Eliminasi
Klien memiliki keterbatasan atau ketidakmampuan dalam mendapatkan jamban
atau kamar kecil, duduk atau bangkit dari jamban, memanipulasi pakaian untuk
toileting, membersihkan diri setelah BAB/BAK dengan tepat, dan menyiram
toilet atau kamar kecil.
Menurut Depkes (2000) dalam (Yosep, I, H. Sutini, 2016), tanda dan gejala klien
dengan defisit perawatan diri adalah sebagai berikut :
1. Fisik
a) Badan bauh, pakaian kotor
b) Rambut dan kulit kotor
c) Kuku panjang dan kotor
d) Gigi kotor disertai mulut bauh
e) Penampilan tidak rapih
2. Psikologis
a) Malas, tidak ada inisiatif
b) Menarik diri, isolasi diri
c) Merasa tak berdaya, rendah diri dan merasa terhina
3. Sosial
a) Interaksi kurang
b) Kegiatan kurang
c) Tidak mampu berperilaku sesuai normal
d) Cara makan tidak teratur, Bak dan BAB di sembarang tempat, gosok gigi
dan mandi tidak mampu mandiri.

C. Etiologi
1. Faktor predisposisi
a. Perkembangan
Eluarga terlalu melindungi dan menjalani klien sehingga perkembangan
inisiatif terganggu.
b. Biologis
Penyakit kronis yang menyebabkan klien tidak mampu melakukan
perawatan diri
c. Kemampuan realitas turun
Klien dengan gangguan jiwa dengan kemampuan realitas yang kurang
menyebabkan ketidakpedulian dirinya dan lingkungan termauk perwatan
diri.
d. Sosial
Kurang dukungan dan latihan kemampuan perawatan diri
lingkungannya. Situasi lingkungan mempengaruhi latihan kemampuan
dalam perawatan diri
2. Faktor presipitasi
Yang merupakan faktor presipitasi defisit perawatan diri adalah kurang
penurunan motifasi, kerusakan kognisi atau perceptual, cemas, lelah/lemah
yaang dialami iindividu sehingga menyebabkan individu kurang mampu
melakukan perawatan diri.
MenurutDepkes (2000) dalam (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016),
Faktor-faktor yang mempengaruhi personal hygiene adalah :
a. Body Image. Gambarann individu terhadap dirinya sangat mempengaruhi
kebersihan diri misalnya dengan adanya perubahan fisik sehingga individu
tidak peduli dengan kebersihan dirinya.
b. Praktik Sosial. Pada anak-anak selaluu dimanja dalam kebersihan diri,
maka kemungkinan akan terjadi perubahan pola personel hygiene.
c. Status Sosial Ekonomi. Personel hygiene memerlukan alat dan bahan
seperti sabun, pasta gigi, sikat gigi, shampo, alat mandi yang semuanya
memerlukan uang untuk menyediakannya.
d. Pengetahuan. Pengetahuan personel hygiene sangat penting karena
pengetahuan yang baik dapat meningkantkan kesehatan. Misalnya pada
pasien penderita diabetes melitus ia harus menjaga kebersihan kakinya.
e. Budaya. Di sebagian masyarakat jika indicidu sakit tertentu tidak boleh
dimandikan.
f. Kebiasaan seseorang. Ada kebiasaan orang yang menggunakan produk
tertentu dalam perawatan diri seperti penggunaan sabun, shampo dan lain-
lain.
g. Kondisi fisik atau psikis. Pada keadaan tertentu/sakit kemampuan untuk
merawat dirii berkurang dan perlu bantuan untuk melakukannya.
Dampak yang sering timbul pada mmasalah personel hygiene :
1) Dampak fisik
Banyak gangguan kesehatan yang diderita seseorang karena tidak
terpeliharanya kebersihan perorangan dengan baik, gangguan fisik
yang sering terjadi adalah : Gangguan integritas kulit, gangguan
membrane mukosa mulut, infeksi pada mata dan telinga dan gangguan
fisik pada kuku
2) Dampak psikososial
Masalah sosial yang berhubungan dengan personel hygiene adalah
gangguan kebutuhan rasa nyaman, kebutuhan dicintai dan mencintai,
kebutuhan harga diri, aktualisasi diri dan gangguan interaksi sosial.

D. Patofisiologi
Kurangnya perawatan diri pada pasien dengan gangguan jiwa terjadi akibat
adanya perubahan proses pikir sehingga kemampuan untuk melakukan aktivitas diri
menurun. Kurang perawatan diri tampak dari ketidakmampuan merawat kebersihan
diri, makan secara mandiri, berhias diri secara mandiri, dan toileting (buang air
besar/ buang air kecil) secara mandiri. (Yosep, I, H. Sutini, 2016).
Defisit perawatan diri terjadi diawali dengan proses terjadinya gangguan
jiwa yang dialami oleh klien sehingga menyebabkan munculnya gangguan defisit
perawatan diri pada klien. Pada klien skizofrenia dapat mengalami defisit
perawatan diri yang signifikan.Tidak memerhatikan kebutuhan higiene dan berhias
biasa terjadi terutama selama episode psikotik. Dampak yang dapat dinilai sebagai
manifestasi adanya gangguan adalah pada perilaku maladaptif pasien Secara
biologi riset neurobiologikal mempunyai fokus pada tiga area otak yang dipercaya
dapat melibatkan perilaku agresi yaitu sistem limbik, lobus frontalis dan
hypothalamus. Sistem Limbik merupakan cicin kortek yang berlokasi dipermukaan
medial masing-masing hemisfer dan mengelilingi pusat kutup serebrum. Fungsinya
adalah mengatur persyarafan otonom dan emosi. Menyimpan dan menyatukan
informasi berhubungan dengan emosi, tempat penyimpanan memori dan
pengolahan informasi. Disfungsi pada sistem ini akan menghadirkan beberapa
gejala klinik seperti hambatan emosi dan perubahan kebribadian. Lobus Frontal
berperan penting menjadi media yang sangat berarti dalam perilaku dan berpikir
rasional, yang saling berhubungan dengan sistem limbik Lobus frontal terlibat
dalam dua fungsi serebral utama yaitu kontrol motorik gerakan voluntir termasuk
fungsi bicara, fungsi fikir dan kontrol berbagai ekspresi emosi. Kerusakan pada
daerah lobus frontal dapat meyebabkan gangguan berfikir, dan gagguan dalam
bicara/disorganisasi pembicaraan serta tidak mampu mengontrol emosi sehingga
berperilaku maladaptif seperti tidak mau merawat diri : mandi, berpakaian/berhias,
makan, toileting. Kondisi ini menunjukkan gejala defisit perawatan diri.
Hypotalamus adalah bagian dari diensefalon yaitu bagian dalam dari serebrum yang
menghubungkan otak tengah dengan hemisfer serebrum. Fungsi utamanya adalah
sebagai respon tingkah laku terhadap emosi dan juga mengatur mood dan
motivasi.Kerusakan hipotalamus membuat seseorang kehilangan mood dan
motivasi sehingga kurang aktivitas dan dan malas melakukan sesuatu. Kondisi
seperti ini sering kita temui pada klien dengan defisit perawatan diri , dimana klien
butuh lebih banyak motivasi dan dukungan untuk dapat merawat dirinya. Ganguan
defisit perawatan diri juga dapat terjadi karena ketidakseimbangan dari beberapa
neurotransmitter. misalnya: Dopamine fungsinya mencakup regulasi gerak dan
koordinasi, emosi, kemampuan pemecahan masalah secara volunter. Transmisi
dopamin berimplikasi pada penyebab gangguan emosi tertentu. Pada klien
skizoprenia dopamin dapat mempengaruhi fungsi kognitif (alam pikir), afektif
(alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) kondisi ini pada klien dengan defisit
perawatan diri memiliki perilaku yang menyimpang seperti tidak berkeinginan
untuk melakukan perawatan diri.
Serotonin berperan sebagai pengontrol nafsu makan, tidur, alam perasaan,
halusinasi, persepsi nyeri, muntah. Serotonin dapat mempengaruhi fungsi kognitif
(alam pikir), afektif (alam perasaan) dan psikomotor (perilaku) Jika terjadi
penurunan serotonin akan mengakibatkan kecenderungan perilaku yang kearah
maladaptif. Pada klien dengan defisit perawatan diri perilaku yang maladaptif dapat
terlihat dengan tidak adanya aktifitas dalam melakukan perawatan diri seperti :
mandi, berganti pakaian, makan dan toileting.
Norepinephrin berfungsi untuk kesiagaan, pusat perhatian dan orientasi;
proses pembelajaran dan memori. Jika terjadi penurunan kadar norepinephrine akan
dapat mengakibatkan kelemahan sehingga perilaku yang ditampilkan klien
cendrung negatif seperti tidak mau mandi, tidak mau makan maupun tidak mau
berhias dan toileting. (Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, 2016)

E. Fase
Pada mulanya klien merasa dirinya tidak berharga lagi sehingga merasa
tidak aman berhubungan dengan orang lain. Biasanya klien berasal dari lingkungan
yang penuh permasalahan, ketegangan, kecemasan dimana-mana, tidak mungkin
mengembangkan kehangatan emosional, dan hubungan positif dengan orang lain
yang melibatkan diri dalam situasi yang baru. Ia terus berusaha mendapatkan rasa
aman. Begitu menyakitkan sehingga rasa nyaman itu tidak tercapai. Hal ini
menyebabkan ia membayangkan nasionalisasi dan mengaburkan realitas dari pada
kenyataan. Keadaan dimana seorang individu mengalami atau beresiko mengalami
suatu ketidakmampuan dalam mengalami stressor interval atau lingkungan dengan
adekuatnya (Badar, 2016).

F. Rentang Respon

Respon Adaptif Respon


Maladaptif

Pola perawatan diri Kadang perawatan diri Tidak melakukan


seimbang kadang tidak

Penjelasan :
1. Pola perawatan dari seimbang : saat klien mendapat stres dan mampu untuk
berprilaku adaptif maka pola perawatan yang dilakukan klien seimbang,
klien masih malakukan peawatan diri
2. Kadang perawatan diri kadang tidak : saat klien mendapatkan stres kadang-
kadang klien tidak memperhatikan perawatan dirinya
3. Tidak melakukan perawatan diri : klien mengatakan dia tidak peduli dan
tidak bisa melakukan perawatan diri saat stressor.

G. Jenis
Menurut Nanda (2015), jenis perawatan diri terdiri dari :
1. Defisit perawatan diri: mandi;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan mandi/
berkativitas perawatan diri untuk diri sendiri
2. Defisit perawatan diri : berpakaian ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas
berpakaian dan beriasuntuk diri sendiri
3. Defisit perawatan diri: makan ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan aktivitas sendiri
4. Defisit perawatan diri: eliminasi ;
Hambatan kemampuan untuk melakukan atau menyelesaikan elimiinasi sendiri

H. Mekanisme Koping
1. Regresi
Kemunduran akibat stress terhadap perilaku dan menemukan ciri khas sari
suatu taraf perkembangan yang lebih dini.
2. Penyangkalan (Denial)
Menyatakan ketidak setujuanterhadap realitia dengan mengingkari realitas
tersebut. Mekanisme pertahanan ini adalah paling sederhana dan primitive
3. Isolasi diri, menarik diri
4. Sikap mengelompokkan orang/ keadaan hanya sebagai semuanya baik atau
semuanya buruk, kegagalan menandukkan niali-nilai postif dan negatif didalam
diri sendiri.
5. Intelektualisasi
Penggunaan logika dan alsan yang berlebihan untuk menghindari pengalaman
yang mengganggu (Badar, 2016)

I. Perilaku
Perilaku klien tidak yakin dengan apa yang diharapkan jika perilaku klien
tidak lazim atau tidak dapat diperkirakan keluarga. Juga dapat merasa bersalah atau
bertanggung jawab dengan meyakini bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan
penuh cinta dan dukungan klien bahwa mereka gagal menyediakan kehidupan
dirumah dan dukungan (Badar, 2016)

J. Penatalaksanaan
Pasien dengan gangguan defisit perawatan diri tidak membutuhkan
perawatan medis karena hanya mengalami gangguan jiwa, pasien lebih
membutuhkan terapi kejiwaan melalui komunikasi terapeutik .
DEFISIT PERAWATAN DIRI
PROSES KEPERAWATAN

A. Pengkajian
1. Data Fokus
1. Status Mental
Penampilan
[ ] Tidak rapi
[ ] Pengunaan oakaian tidak sesuai
[ ] Cara berpakaian tidak seperti biasanya
Jelaskan…………………………………
Masalah Keperawatan………………………………………
2. Kebutuhan sehari-hari
1) Kebersihan diri
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
2) Makan
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
3) BAB/BAK
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
4) Berpakaian/berhias
[ ] Bantuan Minimal [ ] Bantuan Total
Jelaskan………………………………………….
Masalah Keperawatan……………………………………..

2. Masalah Keperawatan Yang Kemungkinan Muncul


1) Defisit keperawatan diri
2) Harga diri rendah
3) Resiko tinggi isolasi sosial
3. Analisa Data
DATA PENGKAJIAN MASALAH KEPERAWATAN
Data Subjektif:
 Klien mengatakan dirinya malas
mandi karena airnya dingin, atau di
RS tidak tersedia alat mandi
 Klien mengatakan dirinya malas
berdandan
 Klien mengatakan ingin disuapi
makan
 Klien mengatakan jarang
membersihkan alat kelaminnya
setelah BAK maupun BAB.
Data Objektif
 Ketidakmampuan
mandi/membersihkan diri ditandai
dengan rambut kotor, gigi kotor,
kulit berdaki, dan berbau, serta DEFISIT PERAWATAN DIRI

kuku panjang dan kotor


 Ketidakmampuan
berapakaian/berhias ditandai
dengan rambut acak-acakan,
pakaian kotor dan tidak rapi,
pakaian tidak sesuai, tidak
bercukur (laki-laki), atau tidak
berdandan (wanita).
 Ketidakmampuan makan secara
mandiri, ditandai dengan
ketidakmampuan mengambil
makanan sendiri, makan
berceceran dan makan tidak pada
tempatnya.
 Ketidakmampuan BAB/BAK
secara mandiri ditandai BAB/BAK
tidak pada tempatnya, tidak
membersihkan diri dengan baik
setelah BAB/BAK
4. Pohon Masalah
Efek Risiko Tinggi Isolasi Sosial

Core Problem Defisit Perawatan Diri

Etiologi Harga Diri Rendah Kronis

B. Diagnosa Keperawata
Defisit perawatan diri kebersihan diri, makan, berdandan dan BAK/BAB

C. Intervensi
Pasien Keluarga
SPIP SPIK
1. Identifikasi masalah perawatan 1. Diskusi maslah yang dirasakan
diri: Kebersihan diri, berdandan, dalam merawat pasien
makan/minum, BAK/BAB 2. Jelaskan pengertian, tanda & gejala,
2. Jelaskan pentingnya kebersihan dan proses terjadinya defisit
3. Jelaskan cara dan alat kebersihan perawatan diri
diri 3. Jelaskan cara merawat defisit
4. Latih cara menjaga kebersihan perawatan diri
diri : Mandi dan ganti pakaian, 4. Latih dua cara merawat: kebersihan
sikat gigi, cuci rambut, potong diri dan berdandan
kuku 5. Anjurkan membantu pasien sesuai
5. Masuk pada jadwal kegiatan untuk jadwal dan memberikan pujian
latihan mandi, sikat gigi (2 kali
perhari), cuci rambut (2 kali
perminggu), ptong kuku (satu kali
perminggu)
SPIIP SPIIK
1. Evalusi kegiatan kebersihan diri, 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
beri pujian merawat/melatih pasien kebersihan
2. Jelaskan cara dan alat untuk diri, beri pujian
berdandan 2. Latih dua (yang lain) cara
3. Latih cara berdandan setelah merawat: makan & minum, BAB
kebersihan diri & BAK
4. Masukan pada jadwal kegiatan 3. Anjurkan membantu pasien sesui
untuk kebersihan diri dan jadwal dan memberi pujian
berdandan
SPIIIP SPIIIK
1. Evaluasi kegiatan kebersihan dairi 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
dan berdandan. Beri pujian merawat/melatih pasien kebersihan
2. Jelaskan cara dan alat makan dan diri dan berdandan. Beri pujian
minum 2. Bimbing keluarga merawat
3. Latih cara makan dan minum yang kebersihan diri dan berdandan dan
baik makan & minum pasien
4. Masukan pada jadwal kegiatan 3. Anjurkan membantu pasien sesui
untuk latihan kebersihan diri, jadwal dan berikan pujian
berdandan dan makan & minum
yang baik
SPIVP SPIVK
1. Evaluasi kegiatan kebersihan diri 1. Evaluasi keluarga dalam
dan berdandan, makan & minum, merawat/melatih pasien kebersihan
beri pujian diri dan berdandan. Beri pujian
2. Jelaskan cara BAB & BAK 2. Bimbing keluarga merawat
3. Latih BAB & BAK yang baik kebersihan diri dan berdandan dan
4. Masukan pada jadwal kegiatan makan & minum pasien
untuk latihan kebersihan diri, 3. Anjurkan membantu pasien sesui
berdandan dan makan & minum jadwal dan berikan pujian
yang baik, BAB & BAK
SPVP SPVK
1. Evaluasi kegiatan latihan 1. Evaluasi kegiatan keluarga dalam
perawatan diri: kebersihan diri, merawat/melatih pasien dalam
berdandan, makan & minum, BAB perawatan diri: kebersihan diri,
& BAK. Beri pujian berdandan, makan & minum, BAB
2. Latih kegiatan harian &BAK. Beri pujian
3. Niali kemampuan mandiri 2. Nilai kemampuan keluarga
4. Niali apakah perawatan diri telah merawat pasien
baik 3. Nilai kemampuan keluarga
melakukan kontrol RSJ/PKM

D. Implementasi
Implementasi keperawatan disesuiakan dengan rencana tindakan
keperawatn.Dengan memperhatikan mengutaman masalah utama yang aktual
dan mengancam integritas klien dan lingkungan. (Febriana, D, 2017)

E. Evaluasi
Perencanaan evaluasi memuat criteria keberhasilan proses dan keberhasilan
intervensi. Keberhasilan proses dapat dilihat dengan jalan membandingkan
antara proses dengan pedoman/rencana proses tersebut. Sedangkan keberhasilan
tindakan dapat dilihat dengan membandingkan antara tingkat kemandirian
pasien dalam kehidupan sehari-hari dan tingkat kemajuan kesehatan pasien
dengan tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Metode penulisan evaluasi
keperawatan dalam progress notes/catatan perkembangan pasien dapat dilakukan
dengan pendekatan SOAP: (Febriana, D, 2017)
S (Subjective) : adalah informasi berupa ungkapan yang didapat dari klien
setelah tindakan diberikan
O (Objective) : adalah hasil yang di dapat berupa pengamatan, penilaian,
pengukuran yang dilakukan oleh perawat setelah tindakan dilakukan
A (Assesment): Defisit Perawatan Diri Positif (+).
P (Planing) : Latihan cara perawatan kebersihan diri 3x. (Febriana, D, 2017)
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L.A. Zainuri, I. Akbar, A. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa -
Teori dan Aplikasi Praktik Klinik (1st ed.). Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Badar. (2016). Asuhan Keperawatan Profesional Jiwa Pada Pasien Dengan Masalah
Utama “Isolasi Sosial.” Bogor: Penerbit In Media.

Febriana, D, V. (2017). Konsep Dasar Keperawatan. Yogyakarta: Healthy.

Rohima, D. A. (2020). Karya tulis ilmiah studi dokumentasi defisit perawatan diri pada
pasien dengan skizofrenia. Akademi Keperawatan YKY Yogyakarta.

Yosep, I, H. Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa (7th ed.). Bandung: PT
Refika Aditama.

Anda mungkin juga menyukai