Anda di halaman 1dari 1

Komplikasi Sepsis Neonatorium

komplikasi sepsis neonatorum adalah meningitis, kejang, hipotermi,


hiperbilirubinemia, gangguan nafas, dan minum

Hiperbilirubinemia merupakan salah satu fenomena klinis yang paling sering


ditemukan pada bayi baru lahir. Umumnya merupakan transisi fisiologis yang lazim pada
60%-70% bayi aterm dan hampir semua bayi preterm

Bilirubin hasil pemecahan heme disebut bilirubin indirek, pada kadar >20 mg/dL
dapat menembus sawar darah otak dan bersifat toksik terhadap sel otak.Hiperbilirubinemia
berat dapat menekan konsumsi O2 dan menekan oksidasi fosforilasi yang menyebabkan
kerusakan sel otak menetap dan berakibat disfungsi neuronal, ensefalopati yang dikenal
sebagai kernicterus.(Halisanti, 2017)

Hiperbilirubinemia adalah suatu keadaan dimana kadar bilirubinemia tidak melewati


15 mg% dan kecepatan peningkatan kadar bilirubin tidak melebihi 5 mg% per hari.
Hiperbilirubinemia adalah masalah patofisiologi berkaitan erat dengan status kematangan
bayi dan gangguan kimia serta konsekuensi dari ketidakmatangan organ dan sistem

Hiperbilirubinemia dimana bayi yang mengalami hiperbilirubinemia biasanya terjadi


pada neonatus berat badan lahir < 2000 gram, masa gestasi < 36 minggu, asfiksia, hipoksia,
sindrom gangguan pernapasan dan lain-lain . Selain itu hiperbilirubinemia juga disebabkan
oleh hipoksia/asfiksia Asfiksia berarti hipoksia progresif, penimbunan CO2 dan asidosis.
Asfiksia juga mempengaruhi fungsi organ lainnya. Pada bayi yang mengalami kekurangan
oksigen terjadi pernafasan cepat dalam periode yang singkat. Apabila asfiksia berlanjut, bayi
akan menunjukkan pernafasan megap-megap yang dalam, denyut jantung terus menurun,
tekanan darah bayi menurun dan bayi terlihat lemas

Tingginya kadar biliribubin yang dapat menimbulkan efek patologi pada bayi
berbeda-beda, jika tidak dapat dikendalikan akan menjurus ke kernicterus. Kernicterus adalah
enselopati bilirubin yang biasanya ditemukan pada neonatus cukup bulan dengan ikterus
berat (bilirubin indirek lebih dari 20 mg%) dan disertai penyakit hemolitik berat dan pada
autopsi ditemukan bercak bilirubin pada otak.(Prasetyowati et al., 2016)

Daftar pustaka

Halisanti, O. (2017). Hubungan Antara Sepsis Neonatorum dengan Terjadinya Ikterus


Neonatorum di RSUD Karanganyar.
Prasetyowati, Herlina, & Ridwam, M. (2016). Hubungan Bblr Dan Asfiksia Dengan
Kejadian Hiperbilirubinemia Di Ruang Neonatus RSUD A. Yani Kota Metro
Prasetyowati. 9(2), 7–13.

Anda mungkin juga menyukai