Oleh:
NI MADE DIAH MAS PURBASARI
209012410
2. ETIOLOGI
Menurut Nurarif (2015), penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri
sendiri ataupun dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Secara garis besar, ikterus
neonatarum dapat dibagi :
a. Produksi yang berlebihan.
Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya, misalnya pada
hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas Rh, ABO, golongan darah lain,
defisiensi G6PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
b. Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi hepar
Gangguan ini dapat disebabkan oleh imaturitas hepar, kurangnya substrat
untuk konjugasi bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan
infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukorinil transferase (Sindrom Criggler-
Najjar). Penyebab lain adalah defisiensi protein Y dalam hepar yang berperanan
penting dalam uptake bilirubin ke sel hepar.
c. Gangguan transportasi
Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkut ke hepar.
Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat,
sulfarazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin
indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
d. Gangguan dalam eksresi
Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau di luar hepar.
Kelainan di luar hepar biasanya diakibatkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi
dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.
3. KLASIFIKASI
Menurut Sritamaja (2018), ikterik neonatus dapat diklasifikasikan menjadi dua
yaitu Ikterik Fisiologis dan Ikterik Patologis:
a. Ikterik fisiologis
Ikterik fisiologis yaitu warna kuning yang timbul pada hari kedua atau
ketiga dan tampak jelas pada hari kelima sampai keenam dan menghilang sampai
hari kesepuluh. Ikterik fisiologis tidak mempunyai dasar patologis potensi kern
ikterus (suatu kerusakan otak akibat perlengketan bilirubin indirek pada otak).
Bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik biasa, kadar bilirubin serum
pada bayi cukup bulan tidak lebih dari 12 mg/dl dan pada BBLR 10 mg/dl, dan
akan hilang pada hari keempat belas, kecepatan kadar bilirubin tidak melebihi 5%
perhari, kadar Bilirubin direk kurang dari 1 mg %, ikterus hilang pada 10 hari
pertama, tidak terbukti mempunyai hubungan dengan keadaan patologis tertentu,
dan bayi tampak biasa, minum baik, berat badan naik
b. Ikterik patologis
Ikterik ini mempunyai dasar patologis, ikterik timbul dalam 24 jam pertama
kehidupan: serum total lebih dari 12 mg/dl. Terjadi peningkatan kadar bilirubin 5
mg% atau lebih dalam 24 jam. Konsentrasi bilirubin serum melebihi 10 mg%
pada bayi kurang bulan (BBLR) dan 12,5 mg%pada bayi cukup bulan, ikterik
yang disertai dengan proses hemolisis (inkompatibilitas darah, defisiensi enzim
G-6-PD dan sepsis). Bilirubin direk lebih dari 1 mg/dl atau kenaikan bilirubin
serum 1 mg/dl per-jam atau lebih 5 mg/dl perhari. Ikterik menetap sesudah bayi
umur 10 hari (bayi cukup bulan) dan lebih dari 14 hari pada bayi baru lahir BBL,
dan ikterus yang disertai proses hemolisis (inkompatibilitas darah, sepsis).
Beberapa keadaan yang menimbulkan ikterik patologis:
1. Penyakit hemolitik, isoantibody karena ketidak cocokan golongan darah ibu
dan anak seperti rhesus antagonis, ABO dan sebagainya.
2. Kelainan dalam sel darah merah pada defisiensi G-PD (Glukosa-6 Phostat
Dehidrokiknase), talesemia dan lain-lain.
3. Hemolisis: Hematoma, polisitemia, perdarahan karena trauma lahir.
4. Infeksi: Septisemia, meningitis, infeksi saluran kemih, penyakit, karena
toksoplasmosis, sifilis, rubella, hepatitis dan sebagainya.
5. Kelainan metabolik: hipoglikemia, galaktosemia.
6. Obat- obatan yang menggantikan ikatan bilirubin dengan albumin seperti
solfonamida, salisilat, sodium benzoate, gentamisin, dan sebagainya.
7. Pirau enterohepatic yang meninggi: obstruksi usus letak tinggi, penyakit
hiscprung, stenosis, pilorik, meconium ileus dan sebagainya
4. FAKTOR RISIKO
Menurut Nurarif (2015), faktor risiko untuk timbulnya ikterus neonatorum antara lain:
a. Faktor Maternal
1) Ras atau kelompok etnik tertentu (Asia, Native American,Yunani)
2) Komplikasi kehamilan (DM, inkompatibilitas ABO dan Rh)
3) Penggunaan infus oksitosin dalam larutan hipotonik.
4) ASI
b. Faktor Perinatal
1) Trauma lahir (sefalhematom, ekimosis)
2) Infeksi (bakteri, virus, protozoa)
c. Faktor Neonatus
1) Prematuritas
2) Faktor genetik
3) Polisitemia
4) Obat (streptomisin, kloramfenikol, benzyl-alkohol, sulfisoxazol)
5) Rendahnya asupan ASI
6) Hipoglikemia
7) Hipoalbuminemia
5. PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan pada bayi usahakan di tempat penerangan yang cukup. Mintalah ibu
hadir selama pemeriksaan.
Frekuensi napas : Normal 30-60 X/menit, tanpa retraksi dada, tanpa suara merintih
pada fase ekspirasi Pada bayi prematur ditemukan retraksi dada
Denyut jantung: Normal 100 – 160 X/menit
Suhu Aksila: Normal 36,5 – 37,50C
Postur dan gerakan
Tonus Otot atau tingkat kesadaran
Kulit : Umumnya kulit bayi lembut
Warna kulit
Pemeriksaan warna kulit dilakukan dibawah sinar biasa (natural light)
Warna kulit kuning pada bayi yang disebut ikterus. Cara memeriksanya
dengan menekan tulang pada hidung atau dahi biasanya tampak bila kadar
bilirubin > 5 mg/dl. Keadaan ini abnormal pada bayi < 24 jam. Biasanya
disebabkan oleh inkompatibilitas rhesus, sepsis
Penilaian ikterus dilakukan dengan cara menekan jari telunjuk pemeriksa
pada tempat bayi yang tulangnya menonjol seperti tulang hidung, tulang
dada dan lutut.
Tali pusat
Mata
Kepala atau muka
Telinga
Abdomen
Refleks : biasanya terjadi penurunan refleks mengisap
Urine pekat dan Tinja pucat
6. PATOFISIOLOGI
Bilirubin adalah produk pemecahan hemoglobin yang berasal dari pengrusakan
sel darah merah/RBCs. Ketika RBCs rusak maka produknya kan masuk sirkulasi,
dimana hemoglobin pecah menjadi heme dan globin. Gloobin {protein} digunakan
kembali oleh tubuh sedangkan heme akan dirubah menjadi bilirubin unkonjugata dan
berikatan dengan albumin. Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat
penambahan beban bilirubin pada streptucocus hepar yang terlalu berlebihan.
Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan penghancuran eritrosit,
polisitemia, memendeknya umur eritrosit janin/bayi, meningkatnya bilirubin dari
sumber lain, atau terdapatnya peningkatan sirkulasi enterohepatik. Gangguan ambilan
bilirubin plasma terjadi apabila kadar protein-Z dan protein-Y terikat oleh anion lain,
misalnya pada bayi dengan asidosis atau dengan anoksia/hipoksia, ditentukan
gangguan konjugasi hepar (defisiensi enzim glukuronii transferase) atau bayi
menderita gangguan ekskresi, misalnya penderita hepatitis neonatal atau sumbatan
saluran empedu intra/ekstra hepatika.
Pada derajat tertentu, bilirubin ini akan bersifat toksik dan merusakan jaringan
otak. Toksisitas ini terutama ditemukan pada bilirubin indirek. Sifat indirek ini yang
memungkinkan efek patologik pada sel otak apabila bilirubin tadi dapat menembus
sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak ini disebut kernikterus atau
ensefalopati biliaris. Mudah tidaknya bilirubin melalui sawar darah otak ternyata tidak
hanya tergantung dari tingginya kadar bilirubin tetapi tergantung pula pada keadaan
neonatus sendiri. Bilirubin indirek akan mudah melalui sawar darah otak apabila pada
bayi terdapat keadaan imaturitas. Berat lahir rendah, hipoksia, hiperkarbia,
hipoglikemia dan kelainan susunan saraf pusat yang karena trauma atau infeksi.
Peningkatan kadar Bilirubin tubuh dapat terjadi pada beberapa keadaan.
Kejadian yang sering ditemukan adalah apabila terdapat penambahan beban Bilirubin
pada sel Hepar yang berlebihan. Hal ini dapat ditemukan bila terdapat peningkatan
penghancuran Eritrosit, Polisitemia. Gangguan pemecahan Bilirubin plasma juga dapat
menimbulkan peningkatan kadar Bilirubin tubuh. Hal ini dapat terjadi apabila kadar
protein Y dan Z berkurang, atau pada bayi hipoksia, asidosis.
Keadaan lain yang memperlihatkan peningkatan kadar Bilirubin adalah apabila
ditemukan gangguan konjugasi Hepar atau neonatus yang mengalami gangguan
ekskresi misalnya sumbatan saluran empedu. Pada derajat tertentu Bilirubin ini akan
bersifat toksik dan merusak jaringan tubuh. Toksisitas terutama ditemukan pada
Bilirubin Indirek yang bersifat sukar larut dalam air tapi mudah larut dalam lemak.
sifat ini memungkinkan terjadinya efek patologis pada sel otak apabila Bilirubin tadi
dapat menembus sawar darah otak. Kelainan yang terjadi pada otak disebut
kernikterus. Pada umumnya dianggap bahwa kelainan pada saraf pusat tersebut
mungkin akan timbul apabila kadar Bilirubin Indirek lebih dari 20 mg/dl. Mudah
tidaknya kadar Bilirubin melewati sawar darah otak ternyata tidak hanya tergantung
pada keadaan neonatus. Bilirubin Indirek akan mudah melalui sawar darah otak
apabila bayi terdapat keadaan BBLR, hipoksia, dan hipoglikemia (Nurarif, 2015).
7. PATHWAY
Hemoglobin
Globin Hema
Bilivirdin Feco
Dx : IKTERIK
NEONATUS Icterus pada sklera, leher dan badan
peningkatan bilirubin indirek > 12 Dx :
mg/dl GANGGUAN
Kurang informasi INTEGRITAS
terhadap penanganan Indikasi Fototerapi KULIT
ikterik neonatus
Sinar dengan intensitas
tinggi
Dx : DEFISIT
PENGETAHUAN
Dx : RISIKO Dx : RISIKO Dx :
CIDERA HYPOVOLEMIA HIPERTERMIA
9. KOMPLIKASI
Menurut Nurarif (2015), komplikasi pada ikterik neonatus :
Bilirubin enchepalopathy (komplikasi serius)
Kern ikterus; kerusakan neurologis, cerebral palsy, retardasi mental, hiperaktif,
bicara lambat, tidak ada koordinasi otot dan tangisan yang melengking.
10. PENATALAKSANAAN
Menurut Sritamaja (2018), penatalaksanaan medis pada ikterik neonatus :
1. Mempercepat metabolisme dan pengeluaran bilirubin
Menyusui bayi denga ASI, bilirubin dapat pecah jika bayi banyak
mengeluarkan feses dan urine, untuk itu bayi harus mendapatkan cukup ASI.
Seperti yang diketahui ASi memiliki zat zat terbaik yang dapat memperlancar
BAB dan BAK
Pemberian fenobarbital, fenobarbital berfungsi untuk mengadakan induksi
enzim mikrosoma, sehingga konjungsi bilirubin berlangsung dengan cepat.
2. Fototerapi
Fototerapi diberikan jika kadar bilirubin dari suatu senyawa tetrapirol yang
sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut dalam air, dan
dikeluarkan melalui urine, tinja, sehingga kadar bilirubin menurun.
Cara kerja fototerapi
Foto terapi dapat menimbulkan dekomposisi bilirubin dari suatu senyawa
tetrapirol yang sulit larut dalam air menjadi senyawa dipirol yang mudah larut
dalam air dan cairan empedu duodenum dan menyebabkan bertambahnya
pengeluaran cairan empedu kedalam usus sehingga peristaltik usus menngkat
dan bilirubin akan keluar dalam feses.
Mekanisme :
Terapi sinar dilakukan pada bayi dengan kadar billirubin indirek > 10
mg/dl dan bayi denga proses hemolisis ditandai dengan ikterus pada
hari I
Bayi diletakkan 8 inci di bawah sinar lampu. Jarak ini dianggap jarak yang
terbaik untuk mendapatkan energi yang optimal
Terapi sinar terdiri dari 10 buah lampu neon, paralel. Dipasang dalam
kotak yang berventilasi, energi cahaya yang optimal (350-470 nanometer),
dengan jarak 50 cm. Dibagian bawah kotak lampu dipasang fleksiglas
biru (untuk menahan sinar ultraviolet yang tidak bermanfaat untuk
penyinaran).
Saat penyinaran usahakan bagian tubuh terpapar seluas-luasnya, posisi
bayi diubah setiap 1 – 2 jam (menyeluruh).
Kedua mata dan gonad bayi ditutup dengan bahan yang dapat
memantulkan cahaya agar tidak membahayakan retina mata dan sel
reproduksi bayi..
Kadar billirubin dan Hb bayi dipantau secara berkala sekurang-kurangnya
tiap 24 jam.
Suhu bayi diukur secara berkala setiap 4-6 jam.
Hemoglobin harus diperiksa secara berkala terutama pada bayi dengan
hemolisis
Dihentikan bila kadar billirubin < 10 mg/dl.
Lamanya penyinaran biasanya tidak > 100 jam.
Penghentian/peninjauan kembali dilakukan bila ditemukan efek samping :
Enteritis, hypertermi, dehidrasi, kelainan kulit (ruam), gangguan minum,
letargi, dan iritabilitas.
Komplikasi fototerapi
Beberapa komplikasi yang dapat terjadi pada fototerapi adalah:
Terjadi dehidrasi karena pengaruh sinar lampu dan mengakibatkan
peningkatan Insensible Water Loss (penguapan cairan). Pada BBLR
kehilangan cairan dapat meningkat 2-3 kali lebih besar.
Frekuensi defekasi meningkat sebagai akibat meningkatnya bilirubin
indirek dalam cairan empedu dan meningkatkan peristaltik usus.
Timbul kelainan kulit sementara pada daerah yang terkena sinar (berupa
kulit kemerahan) tetapi akan hilang jika fototerapi selesai.
Gangguan pada retina jika mata tidak ditutup.
Kenaikan suhu akibat sinar lampu, jika hal ini terjadi sebagian lampu
dimatikan, tetapi diteruskan dan jika suhu terus naik, lampu semua
dimatikan sementara, dan berikan ekstra minum kepada bayi.
3. Transfusi tukar
Transfuse tukar dilakukan pada keadaan hyperbilirubinemia yang tidak
dapat diatasi dengan tindakan lain, misalnya telah diberikan fototerapi kadar
bilirubin tetap tinggi. Pada umumnya transfuse tukar dilakukan pada ikterus yang
disebabkan hemolisis yang terdapat pada ketidakselarasan rhesus ABO, defisiensi
enzim glukuronil transferase G-6-PD, infeksi toksoplasmosis dan sebagainya.
Indikasi untuk melakukan transfusi tukar adalah kadar bilirubin indirek
lebih dari 20 mg%, peningkatan kadar bilirubin indirek cepat yaitu 0,3-1 mg%
per-jam, anemia berat pada neonatus dengan gejala gagal jantung, bayi dengan
kadar hemoglobin tali pusat kurang dari 14 mg% dan uji comb positif. Tujuan
transfuse tukar adalah mengganti ertitrosit yang dapat menjadi hemolisis,
membuang antibody yang menyebabkan hemolisis, menurunkan kadar bilirubin
indirek dan memperbaiki anemia.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ikterik neonatus berhubungan dengan ikterus pada sclera, leher dan badan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan perubahan pigmentasi
(peningkatan kadar bilirubin)
3. Hipertermia berhubungan dengan indikasi fototerapi terpapar lingkungan panas
4. Defisit pengetahuan berhubungan dengan kurang terpapar informasi
5. Risiko hipovolemia berhubungan dengan efek samping fototherapi dan pemaparan
sinar dengan intensitas tinggi.
6. Risiko cedera berhubungan dengan ( terpapar zat kimia toksik) peningkatan
bilirubin indirek dalam darah yang bersifat toksik terhadap otak
C. INTERVENSI KEPERAWATAN
NO No Dx TUJUAN & KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 1 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama Fototerapi: Neonatus 1. Untuk mengetahui
…x24 Jam diharapkan ikterik neonates dapat 1. Monitor ikterik pada sclera seberapa ikterik yang
teratasi dengan kriteria hasil : dan kulit bayi dialami bayi
1. Elastisitas meningkat 2. Monitor tanda-tanda vital 2. Untuk mengetahui
2. Pigmentasi abnormal menurun bayi keadaan umum pasien
3. Tetap mempertahankan laktasi 3. Monitor efek samping 3. Untuk mencegah efek
fototerapi (mis : samping dari fototerapi
hipertermi, rush pada
kulit)
4. Berikan penutup mata 4. Untuk melindungi mata
pasien pada saat menjalani
fototerapi
5. Anjurkan ibu menyusui 5. Untuk pemenuhan nutrisi
sesering mungkin bayi, dan bayi dapat
mengeluarkan urine dan
feses harapannya agar
bilirubin yang berlebih
dapat larut dalam urine
dan feses untuk
menurunkan kadar
bilirubin
6. Edukasi keluarga 6. Agar keluarga memahami
mengenai prosedur dan mengenai prosedur dan
perawatan fototerapi perawatan fototerapi
7. Kolaborasi pemeriksaan 7. Untuk mengetahui kadar
darah vena bilirubin direk bilirubin dalam darah
dan indirek. 8. Untuk pemenuhan nutrisi
8. Kolaborasi dengan ahli bayi, dan bayi dapat
gizi mengenai frekuensi mengeluarkan urine dan
pemberian ASI feses harapannya agar
bilirubin yang berlebih
dapat larut dalam urine
dan feses untuk
menurunkan kadar
bilirubin
2 2 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Monitor aktivitas dan 1. Untuk memastikan bayi
…x24 Jam diharapkan gangguan integritas mobilisasi pasien dapat melakukan
kulit dapat teratasi dengan kriteria hasil: mobilisasi atau perubahan
1. Integritas kulit yang baik bisa posisi agar tidak terjadi
dipertahankan (sensasi, elastisitas, penekanan pada satu sisi
temperatur, hidrasi, pigmentasi) 2. Anjurkan pasien untuk 2. Agar kulit bayi terhindar
2. Tidak ada luka atau lesi pada kulit menggunakan pakaian dari lecet dan kemerahan
3. Perfusi jaringan baik yang longgar jika menggunakan pakaian
ketat
3. Jaga kebersihan kulit agar 3. Memaksimalkan elastisitas
tetap bersih dan kering turgor kulit bayi
4. Mobilisasi pasien ( ubah 4. Perubahan posisi
posisi pasien) setiap 2 jam mempertahankan sirkulasi
sekali yang adekuat dan
mencegah penekanan yang
berlebihan pada satu sisi
5. Oleskan lotion atau 5. Untuk mencegah
minyak/baby oil pada kerusakan kulit lebih parah
daerah tertekan
6. Memandikan pasien 6. Menjaga temperatur tubuh
dengan sabun dan air bayi agar tetap stabil serta
hangat menjaga kebersihan kulit
bayi
3 3 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi penyebab 1. Untuk mengetahui
…x 24 Jam diharapkan hipertermia dapat hipertermia (mis : penyebab hipertermia
teratasi dengan kriteria hasil : dehidrasi, terpapar
1. Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5- lingkungan panas)
37,5 °C) 2. Monitor suhu bayi sampai 2. Untuk memantau suhu
2. Nadi dan RR dalam rentang normal (N: stabil (36,50 C – 37,50 C) tubuh bayi apakah sudah
120-160 x / menit , RR: 40-60 x / menit) normal apa belum
3. Tidak ada perubahan warna kulit 3. Monitor warna dan suhu 3. Untuk memantau suhu
kulit tubuh bayi
4. Longgarkan atau lepaskan 4. Agar tidak terjadi
pakaian peningkatan suhu badan
bayi dan bayi dapat
mengeluarkan keringat
5. Tingkatkan asupan cairan 5. Untuk memenuhi
dan nutrisi yang adekuat kebutuhan cairan dan
nutrisi pasien
6. Anjurkan tirah baring 6. Memberikan kesempatan
pasien untuk istirahat lebih
banyak dalam pasca
penyembuhan
7. Kolaborasi pemberian 7. Untuk memenuhi
cairan dan elektrolit kebutuhan cairan pasien
intravena , jika perlu
4 4 Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi kemungkinan 1. Untuk mengetahui
…x 24 Jam diharapkan pengetahuan terhadap penyebab dengan cara penyebab keluarga pasien
penyakit dapat meningkat dengan kriteria hasil yang tepat mengalami defisit
1. Keluarga menyatakan pemahaman tentang pengetahuan
penyakit, kondisi, prognosis,dan program 2. Gambarkan tanda dan 2. Untuk memberikan
pengobatan gejala yang biasa muncul edukasi atau pemahaman
2. Keluarga mampu melaksanakan prosedur pada penyakit, dengan informasi mengenai
yang dijelaskan secara benat cara yang tepat penyakit yang dialami
3. Keluarga mampu menjelaskan kembali pasien
apa yang dijelaskan perawat/tim 3. Sediakan informasi pada 3. Agar keluarga pasien
kesehatan lain pasien tentang kondisi, memahami mengenai
dengan cara yang tepat kondisi yang dialami
pasien
4. Diskusikan pilihan terapi 4. Agar keluarga pasien
atau penanganan mengetahui terapi dan
penanganan yang akan
dilakukan demi proses
penyembuhan
5 5 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1. Periksa tanda dan gejala 1. Mengindentifikasi
…x… diharapkan status cairan membaik hypovolemia (mis : perubahan-perubahan yang
dengan kriteria hasil : frekuensi nadi meningkat, akan terjadi pada keadaan
1. Mempertahankan urine output sesuai nadi teraba lemah, turgor umum pasien terutama
dengan usia dan BB kulit menurun, membrane tanda dan gejala
2. Tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam mukosa kering) hipovolemia
batas normal (TD : Sistolik : 50-70 mmhg, 2. Monitor intake dan output 2. Membantu dalam
diastolic : 41-52 mmhg, N: 120-160 x / cairan menganalisa
menit , RR: 40-60 x / menit) keseimbangan cairan dan
3. Tidak ada tanda dehidrasi derajat kekurangan cairan
4. Elastisitas turgor kulit baik, membrane 3. Monitor berat badan 3. Untuk memonitor status
mukosa lembab nutrisi pasien
4. Monitor vital sign 4. Untuk mengetahui
keadaan umum pasien
5. Berikan asupan cairan oral 5. Untuk memenuhi
kebutuhan cairan pasien
6. Kolaborasi dalam 6. Pemberian cairan tepat
pemberian obat dan cairan melalui IV line sebagai
IV pengganti cairan yang
hilang
6 6 Setelah diberikan asuhan keperawatan selama 1. Identifikasi kebutuhan 1. Untuk meminimalkan
…x… diharapkan tingkat cedera menurun keselamatan kejadian risiko cedera
dengan kriteria hasil : terhadap pasien
1. Tidak ada lecet pada kulit 2. Identifikasi area 2. Hal-hal yang
2. Tidak ada memar lingkungan yang membahayakan
3. Tidak ada perdarahan menyebabkan cedera dilingkungan pasien dapat
berakibat fatal untuk
keselamatan pasien
3. Modifikasi lingkungan 3. Untuk meminimalkan
untuk meminimalkan kejadian risiko cedera
bahaya dan resiko terhadap pasien
4. Gunakan pengaman 4. Agar pasien terhindar dari
tempat tidur sesuai dengan risiko cedera yang
kebijakan fasilitas memungkinkan terjadi
pelayanan kesehatan pada pasien dan agar
pasien tetap safety
5. Ajarkan individu, keluarga 5. Untuk meminimalkan
dan kelompok resiko bahan berbahaya dan
tinggi bahaya lingkungan beresiko dari lingkungan
pasien
D. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Melaksanakan implementasi sesuai dengan apa yang direncanakan di intervensi keperawatan
E. EVALUASI
No Hari/Tgl/Jam No Evaluasi Nama dan
Diagnosa TTD
1 1 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Elastisitas meningkat, pigmentasi
abnormal menurun, tetap mempertahankan
laktasi
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
2 2 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Integritas kulit yang baik bisa
dipertahankan (sensasi, elastisitas,
temperatur, hidrasi, pigmentasi), tidak ada
luka atau lesi pada kulit, perfusi jaringan
baik
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
3 3 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Suhu tubuh dalam rentang normal (36,5-
37,5 °C), nadi dan RR dalam rentang normal
(N: 120-160 x / menit , RR: 40-60 x / menit),
tidak ada perubahan warna kulit
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
4 4 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Keluarga menyatakan pemahaman
tentang penyakit, kondisi, prognosis,dan
program pengobatan, keluarga mampu
melaksanakan prosedur yang dijelaskan
secara benat, keluarga mampu menjelaskan
kembali apa yang dijelaskan perawat/tim
kesehatan lain
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
5 5 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Mempertahankan urine output sesuai
dengan usia dan BB, tekanan darah, nadi,
suhu tubuh dalam batas normal (TD :
Sistolik : 50-70 mmhg, diastolic : 41-52
mmhg, N: 120-160 x / menit , RR: 40-60 x /
menit), tidak ada tanda dehidrasi, elastisitas
turgor kulit baik, membrane mukosa lembab
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
6 6 S=Data yang disampaikan langsung oleh
klien/keluarga
O= Tidak ada lecet pada kulit, tidak ada
memar, tidak ada perdarahan
A=Apakah kriteria hasil pada intervensi
tercapai, tercapai sebagian dan /atau tidak
tercapai
P=Planning/Rencana yang dibuat
berdasarkan hasil analisa: pertahankan
kondisi, lanjutkan intervensi dan/atau
modifikasi intervensi
DAFTAR PUSTAKA
Bulecheck, Gloria M.,dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Fifth Edition. Iowa:
Mosby Elsavier.
Lubis, N.M. 2013. Psikologi Kespro Wanita dan Perkembangan Reproduksinya Ditinjau dari
Aspek Fisik dan Psikologi. Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Moorhead, Sue dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC) Edisi ke-5.
Singapore:Elsevier
Nurarif, Amin Huda dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis dan NANDA NIC-NOC SLE/LES (Sistemik Lupus Eritematosus). Jilit
2. Hlm 221-226. Jogjakarta: Mediaction.
Slusher, dkk. 2013.. 2012. Fototerapi Sinar Matahari Yang Disaring Secara Selektif Aman dan
Berkhasiat untuk Pengobatan Penyakit Kuning Neonatal Di Nigeria. American
Academy of Pediatrics National Conference and Exhibition: New Orleans.
Tim Pogja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan
Indikator Diagnostik. Edisi 1. Jakarta: Dewan Pengurus Pusat PPNI.
Oleh :
I. IDENTITAS PASIEN
Nama : Bayi Ny.N
Tempat/tgl lahir : Denpasar, 14 Desember 2020
Umur : 3 Hari
No register : 12345
Diagnose medis : Hiperbilirubin
Tanggal MRS : 14 Desember 2020
Nama ayah/ibu : Tn.A
Pekerjaan Ayah : Wiraswasta
Pendidikan Ayah : SMA
Alamat/No Telp : Jl. Kartini No.107 Denpasar
Agama : Hindu
C. Post Natal
Usaha nafas
( ) dengan bantuan (√ ) tanpa bantuan
Kebutuhan resusitasi
Jenis dan lamanya : …….
APGAR Skor : 10
Bayi langsung menangis : Ya
Tangisan bayi : Kuat
Obat-obatan yang diberikan pada neonatus : Ibu pasien mengatakan tidak tau
Interaksi orangtua dan bayi
Trauma lahir : ( ) ada ( √) tidak
Narcosis : ( ) ada ( √) tidak
Keluarnya urine/BAB : (√ ) ada ( ) tidak
Respon fisiologis atau perilaku bermakna : Menangis
GENOGRAM
Ket :
: Perempuan
: Laki-Laki
: Garis keluarga
: Garis hubungan tinggal bersama
: Pasien
V. RIWAYAT SOSIAL
A. System pendukung/keluarga terdekat yang dapat dihubungi
Ibu pasien mengatakan yang terdekat adalah suaminya
D. Lingkungan rumah
Ibu pasien mengatakan tinggal dilingkungan yang aman nyaman serta bersih, tidak
terlalu bising dan rukun antar tetangga. Ventilasi udara dan pencahayaan dirumahnya
cukup.
F. Aktivitas
Sebelum sakit : Ibu pasien mengatakan bayinya bergerak aktif
Selama sakit : Ibu pasien mengatakan bayinya bergerak aktif
G. Tindakan keperawatan yang telah dilakukan
- Mengganti popok dan monitor adanya ruam atau lecet
- Memberikan ASI dalam botol atau dot
- Mengajarkan merawat bayi dirumah
H. Pemeriksaan penunjang : Hasil laboratorium
Jenis pemeriksaan Hasil Rentang normal Satuan Ket
Darah
Hb 12.3 L : 13-18 g / dl Normal
P : 11-16.5
Leukosit 8.1 4,0-11,0 Ribu Normal
Eosinofil 0 1-3 %
Basofil 0 0-1 % Normal
Staff 0 2-6 % -
Limfosit 22 20-40 % Normal
Monosit 0 2-8 % -
Trombosit 227 150-450 Ribu Normal
Golongan darah A A, AB, O, B - -
Hematokrit 40 40-50 Ribu Normal
Kimia Klinik
Jenis pemeriksaan Hasil Rentang Normal Satuan
Bilirubin total 10,33 0.3-1.2 mg/dl
4. Reflex
( √ ) Moro ( √ ) Menggenggam ( √ ) Menghisap
( ) lain-lain, sebutkan ……………………………………………..
5. Tonus/aktivitas
a. ( √ ) Aktif ( ) Tenang ( ) Letargi ( ) Kejang
b. ( √ ) Menangis keras ( ) Lemah
( ) Melengking ( ) Sulit mengangis
6. Kepala/leher
a. Fontanel anterior
( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar
( ) Menonjol ( ) Cekung
b. Sutura sagitalis
( ) Tepat ( √ ) Terpisah ( ) Menjauh
c. Gambaran wajah
( √ ) Simetris ( ) Asimetris
d. Holding
( √ ) Caput succedaneum ( ) Chepalohematoma
7. Mata
( √ ) Bersih ( ) Sekresi
8. THT
a. Telinga
( √ ) Normal ( ) Abnormal
b. Hidung
( √ ) Bilateral ( ) Obstruksi ( ) Cuping hidung
c. Palatum
( √ ) Normal ( ) Abnormal
9. Thoraks
a. ( √ ) Simetris ( ) Asimetris
b. Retraksi : ( ) Derajat I ( ) Derajat II ( ) Derajat III
c. Klavikula : ( √ ) Normal ( ) Abnormal
10. Paru-paru
a. Suara nafas
( √ ) sama kanan-kiri ( ) tidak sama kanan-kiri ( ) Bersih
( ) Ronchi ( ) Rales ( ) Sekret
b. Bunyi nafas
( √ ) Terdengar di semua lapang paru
( ) Tidak terddengar ( ) Menurun
c. Respirasi
( √ ) Spontan, jumlah : 40x/menit
( ) Sungkup/ Boxhead, jumlah : ……..x/menit
( ) Ventilasi assisted CPAP
11. Jantung
a. ( √ ) Bunyi normal sinus rhytm (NSR), jumlah: 120x/menit
( ) Murmur ( ) lain-lain, sebutkan ……………….
b. Waktu pengisian kapiler : batang tubuh < 2 detik
Ekstremitas < 2 detik
c. Nadi perifer
Kuat Lemah Tidak ada
Brachial kanan √
Brachial kiri √
Femoral kanan √
Femoral kiri √
12. Abdomen
a. ( √ ) Lunak ( ) Tegas ( ) Datar ( ) Kembung
b. Liver : ( √ ) kurang dari 2 cm ( ) lebih dari 2 cm
c. Umbilicus
( √ ) Normal ( ) Abnormal ( ) Inflamasi ( ) Drainase
13. Ekstremitas
a. ( √ ) semua ekstremitas gerak ( ) ROM terbatas ( ) tidak dapat dikaji
b. Ekstremitas atas dan bawah : ( √ ) Simetris ( ) Asimetris
14. Genital
( √ ) Perempuan normal ( ) laki-laki normal ( ) Ambivalen
15. Anus
( √ ) Paten ( ) Imperforata
16. Spina
( √ ) Normal ( ) Abnormal
17. Kulit
a. Warna : ( ) Pink ( ) Pucat ( √ ) Jaundice
b. ( ) Rash/kemerahan
c. ( ) Tanda lahir
18. Suhu
a. Lingkungan
( ) Penghangat radian ( ) Pengaturan suhu ( ) Inkubator
( √ ) Suhu ruang ( ) Boks terbuka
0
b. Suhu kulit : 36.0 C
VIII. PEMERIKSAAN REFLEKS PATOLOGIS
( √ ) Babinsky ( √ ) Chaddock ( √ ) Oppenheim
( √ ) Gordon ( √ ) Schaeffer ( √ ) Hoffman
( √ ) Tromner
IKTERIK NEONATUS
DS : Ikterus pada sklera, leher
Ibu pasien mengatakan dan badan peningkatan Defisit Pengetahuan
belum paham cara bilirubin indirek > 12
penanganan dirumah mg/dl
DO : Ikterik Neonatus
Ibu pasien tampak gelisah
dan bingung Kurang informasi
terhadap penanganan
ikterik neonatus
DEFISIT
PENGETAHUAN
XIV. IMPLEMENTASI
Tanggal / No Implementasi Evaluasi Nama/TTD
Jam dx
17 Desember 1 Memonitor ikterik pada sclera dan kulit S: -
2020 bayi O: : Kulit bayi tampak ikterik pada kepala,
08.30 WITA leher, badan atas, dan badan bawah, sklera Diah Mas P
ikterik, dan kadar bilirubin : 10,33 mg/dl
09.15 WITA 1 Menganjurkan ibu menyusui sesering
mungkin S: Ibu pasien mengatakan sudah memberikan
bayinya ASI Diah Mas P
O: -
13.00 WITA 2 Menggambarkan tanda dan gejala yang
biasa muncul pada penyakit, dengan cara S: Ibu pasien mengatakan belum begitu
yang tepat paham dengan tanda dan gejalanya karena ini Diah Mas P
merupakan anak pertamanya
O: -
19.15 WITA 2 Menyediakan informasi pada pasien
tentang kondisi, dengan cara yang tepat S: Ibu pasien mengatakan akan membaca
brosur yang telah diberikan serta mencari Diah Mas P
informasi lain dengan banyak membaca
O: Perawat tampak memberikan brosur
tentang perawatan bayi dengan hiperbilirubin
06.15 WITA 2 Mendiskusikan pilihan terapi atau
penanganan S: Ibu pasien mengatakan belum begitu
paham mengenai penanganan yang akan
diberikan pada anaknya Diah Mas P
O: Ibu pasien tampak menyetujui mengenai
penangan yang akan diberikan nanti kepada
anaknya
18 Desember 1 Memonitor ikterik pada sclera dan kulit S: -
2020 bayi O: Tubuh bayi (kepala, leher, badan atas, dan
08.30 WITA badan bawah) dan sklera sudah tidak ikterik, Diah Mas P
dan kadar bilirubin 10 mg/dl
13.00 WITA 1 Memonitor tanda-tanda vital bayi
S: -
O: Nadi : 120x/mnt, Suhu : 36.00C, dan Diah Mas P
RR : 40x/mnt
06.15 WITA 1 Menganjurkan ibu menyusui sesering
mungkin S: Ibu pasien mengatakan sudah memberikan
ASI secara langsung atau menggunakan dot
Diah Mas P
O : Ibu pasien tampak memberikan anaknya
ASI secara langsung
A : Masalah teratasi
A : Masalah teratasi