Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN

PADA PASIEN PERSALINAN NORMAL

OLEH :
NAMA : NI KOMANG SURYANTINI
NIM : 18.321.2890
KELAS : A12-B

PROGRAM STUDI SI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR
2020
LAPORAN PENDAHULUAN PERSALINAN NORMAL

A. KONSEP DASAR PENYAKIT


1. Definisi Persalinan
Persalinan adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau
hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh
ibu (Mitayani, 2009).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan janin turun ke
dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal (partus spontan) adalah proses
lahirnya bayi pada letak belakang kepala yang dapat hidup dengan tenaga ibu sendiri dan
uri, tanpa alat serta tidak melukai ibu dan bayi yang umumnya berlangsung kurang dari
24 jam melalui jalan lahir. Partus di anggap spontan atau normal jika wanita berada
dalam masa aterm, tidak terjadi komplikasi, terdapat satu janin presentasi puncak kepala
dan persalinana selesai dalam 24 jam. Partus spontan adalah proses pengeluaran janin
yang terjadi pada kehamilan cukup bulan dengan ketentuan ibu atau tanpa anjuran atau
obat-obatan( Bobak, 2010).

2. Etiologi Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011). Terdapat beberapa teori antara lain :
a. Teori oxytocin, pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
b. Keregangan otot-otot, seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
c. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan
hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone adalah Sebagai penenang
otot- otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
d. Teori placenta menjadi tua, yaitu turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
e. Teori distensi rahim, yaitu rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
f. Teori iritasi mekanik, yaitu dibelakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
g. Induksi partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.
Pathway
Kehamilan (37-42 Minggu)

Tanda-Tanda Inpartu

Proses persalinan

Kala I Kala II Kala III Kala IV

Kontraksi Uterus Partus Pelepasan Plasenta Post Partum

Nyeri Tekanan mekanis pada persentasi Nyeri Akut Resiko Perdarahan

Trauma jaringan laserasi Devisit Volume Cairan Resiko Infeksi


Ansietas
Nyeri Akut
3. Proses Persalinan

Persalinan dibagi dalam empat kala yaitu :


a. Kala I (kala pembukaan)

In partu (partu mulai) ditandai dengan keluarnya lendir bercampur


darah, servik mulai membuka dan mendatar, darah berasal dari pecahnya
pembuluh darah kapiler, kanalis servikalis. Kala pembukaan dibagi menjadi 2
fase :
1. Fase laten
- Dimulai sejak awal kontraksi yang menyebabkan penipisan dan
pembukaan serviks secar bertahap.
- Berlangsung hingga seviks membuka kurang dari 4 cm, umumnya fase
laten berlangsung hingga 8 jam.
2. Fase aktif
- Frekuensi dan lama kontraksi uterus akan meningkat secara bartahap
(kontraksi dianggap akurat/memadai jika terjadi 3 kali atau lebih dalam
waktu 10 menit, dan berlangsung selama 40 detik atau lebih)
- Dari pembukaan 4 cm hingga mencapai pembukaan lengkap atau 10 cm,
akan terjadi dengan kecepatan rata-rata 1 cm per jam (nulipara atau
primigravida) atau lebih dari 1 cm hingga 2 cm (multipara).

b. Kala II (pengeluaran janin)


His terkoordinir cepat dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali, kepala
janin telah turun dan masuk ruang panggul, sehingga terjadilah tekanan pada
otot-otot dasar panggul yang secara reflek menimbulkan rasa ngedan karena
tekanan pada rectum sehingga merasa seperti BAB dengan tanda anus membuka.
Kala II pada primi 1,5-2 jam, pada multi 0.5 jam. Mekanisme persalinan antara
lain :

1. Engagement
- Diameter biparietal melewati PAP
- Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan sedangkan multipara terjadi
permulaan persalinan
- Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-
Flexi Ringan
2. Descent (Turunnya Kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
- Tekanan cairan ketuban
- Tekanan langsung oleh fundus uteri
- Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
- Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
3. Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar
panggul, flexi (dagu lebih mendekati dada).
4. Rotation Internal
- Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
- Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir(Bidang
tengah dan PBP)
- Terjadinya bersama dengan majunya kepala
- Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul.
5. Extension
Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas.
6. Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk
menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam.Ukuran bahu
menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP.
7. Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai hypomoklion, lahir bahu belakang,
bahu depan, badan seluruhnya.

c. Kala III (pengeluaran plasenta)


Kala tiga persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan
lahirnya plasenta. Setelah bayi lahir, kontraksi, rahim istirahat sebentar, uterus
teraba keras, plasenta menjadi tebal 2x sebelumnya. Beberapa saat kemudian
timbul his, dalam waktu 5-10 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam
vagina dan akan lahir secara spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas
simpisis/fundus uteri, seluruh proses berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir.
Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc.
Kala III terdiri dari 2 fase, yaitu :
1. Fase pelepasan uri
Cara lepasnya uri ada beberapa cara :
- Schultze, yaitu lepasnya uri seperti kita menutup payung, cara ini paling
sering terjadi. Menurut cara ini perdarahan ini biasanya tidak ada sebelum
uri lahir.
- Duncan, yaitu lepasnya uri mulai dari pinggir. Darah akan mengalir keluar
antara selaput ketuban.
2. Fase pengeluaran uri
- Kustner, yaitu dengan meletakkan tangan disertai tekanan pada/di atas
simfisis. Tali pusat diteganggangkan bila tali pusat masuk artinya belum
lepas, bila diam atau maju artinya sudah lepas.
- Klein, yaitu saat ada his, rahim kita dorong, bila tali pusat kembali artinya
belum lepas. Diam atau turun artinya lepas.
- Strassman, yaitu tegangkan tali pusat dan ketok pada fundus, bila tali pusat
bergetar artinya belum lepas. Tak bergetar artinya sudah lepas.

d. Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan, antara lain :
- Tingkat kesadaran ibu
- Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
- Kontraksi uterus
- Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500
cc. Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus.

4. Klasifikasi Persalinan
a. Persalinan spontan, yaitu jika persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, yaitu jika proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, yaitu jika kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan rangsangan.

5. Gejala Klinis Persalinan

Apabila ibu hamil mengalami tanda-tanda seperti dibawah ini, mengindikasikan


bahwa proses persalinan akan segera berlangsung. Ada dua macam tanda persalinan
antara lain :
a. Tanda persalianan asli (true labor)
- Kontraksi, tejadi secara teratur, makin lama makin kuat/kencang, semakin
lama, dan dalam waktu yang semakin berdekatan. Intensitas kontraksi
meningkat bila sambil berjalan. Dirasakan dipunggung bagian bawah dan
menyebar kebagian bawah abdomen.
- Serviks, memperlihatkan perubahan yang cepat (lunak, dilatasi yang ditandai
dengan adanya perdarahan). Perubahan keposisi anterior, sulit ditentukan
tanpa pemeriksaan vagina.
- Janin, bagian presentasi biasanya sudah berada dirongga pelvis (sering disebut
“lightening/dropping”). Keadaan ini meningkatkan kemudahan bernafas, dan
pada saat yang bersamaan kandung kemih akan tertekan akibat dorongan
bagian presentasi janin kearah rongga pelvis).
b. Tanda persalinan palsu (false labor)
- Kontraksi, terjadi secara tidak teratur atau teratur tetapi hanya sebentar.
Kontraksi berhenti jika berjalan atau jika berubah posisi. Dirasakan di daerah
punggung atau abdomen diatas navel.
- Serviks, mungkin lunak tetapi tidak ada dilatasi atau tanda-tanda adanya
perdarahan. Seringkali di posisi posterior, tidak dapat dipastikan tanpa
pemeriksan vagina
- Janin, bagian presentasi biasanya belum masuk rongga pelvis.

6. Pemeriksaan Penunjang Persalinan

Ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan seorang ibu hamil menjelang
persalinan, berikut diantaranya :
a. Tekanan darah

Pemeriksaan tekanan darah bermanfaat untuk mendeteksi kondisi tekanan darah


tinggi yang bisa menyebabkan gejala preeklampsia atau keracunan kehamilan.
b. Berat badan

Kenaikan berat badan ataupun penurunan berat badan yang terlalu berlebih bisa
mengarah pada suatu kelainan. Preeklampsia biasanya ditandai oleh naiknya berat
badan secara berlebihan.
c. Gula darah

Pemeriksaan gula darah pada ibu hamil sebaiknya dilakukan sejak kandungan
berusia 20 minggu, hal ini berguna untuk mendeteksi risiko diabetes pada
kehamilan (diabetes gestasional).
d. Hemoglobin, feritin dan zat besi

Pemeriksaan ini akan menggolongkan apakah ibu beresiko tinggi atau tidak. Jika
hemoglobin rendah saat ibu akan melahirkan, maka diperlukan transfusi, demikian
juga ketika ibu membutuhkan zat besi maka diperlukan suplementasi zat besi yang
lebih intensif.
e. Urinalisis

Pemeriksaan ini bermanfaat untuk mendeteksi adanya preeklampsia ataupun


infeksi saluran kemih.
f. Golongan darah dan rhesus calon ibu

Pemeriksaan ini mesti rutin dilakukan sebagai persiapan menjelang persalinan.


Selain itu juga untuk mendeteksi kelainan yang disebut Inkompabilitas ABO atau
gangguan darah pada bayi yang disebabkan perbedaan faktor rhesus ibu-bayi.
g. Pemeriksaan payudara

Pemeriksaan payudara bermanfaat untuk persiapan laktasi ibu saat persalinan.


Saat bayi harus segera menetek, maka payudara ibu telah siap untuk memberikan
ASI yang diperlukan.
h. Pemeriksaan denyut jantung janin

Pemeriksaan ini untuk mendeteksi kondisi yang berhubungan dengan kesehatan


janin. Pemeriksaan ini dilakukan menjelang persalinan sebelum dan saat ibu
merasa mulas. Jika ada stres yang mengancam, maka perlu dilakukan operasi
seksio sesaria segera.
i. Ultrasonografi

Pemeriksaan ultrasonografi bermanfaat untuk menentukan posisi, usia, berat


badan, lingkar perut, lingkar kepala dan kelainan yang mungkin terjadi pada bayi.

7. Penatalaksanaan
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature

B. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN


1. Pengkajian
a. Biodata klien meliputi :
- Nama
- Umur dalam kategori usia subur (15-49 tahun). Bila didapatkan terlalu muda
(kurang dari 20 tahun) atau terlalu tua (lebih dari 35 tahun) merupakan
kelompok resiko tinggi.
- Pendidikan
- Pekerjaan
- Alamat klien
b. Keluhan Utama
c. Riwayat penyakit sekarang
d. Riwayat penyakit dahulu
e. Riwayat penyakit keluarga
f. Riwayat Obstetri
- Riwayat haid, ditemukan amenorhhea (aterm 38-42 minggu), prematur kurang
dari 37 minggu
- Riwayat kebidanan, adanya gerakan janin, rasa pusing, mual muntah, dan lain-
lain.
g. Riwayat psikososial, spiritual dan budaya
h. Pola Kebutuhan sehari-hari
 Nutrisi
 Istirahat tidur
 Aktivitas
 Eliminasi
 Personal Hygiene
 Seksual
i. Pemeriksaan
1. Pemeriksaan umum meliputi :
- Tinggi badan dan berat badan.
- Tekanan Darah, Suhu, nadi dan pernafasan
2. Pemeriksaan fisik
- Kepala dan leher
- Dada
- Perut
- Genetalia
- Ekstremitas
3. Pemeriksaan penunjang

2. Observasi Kala I-Kala IV


a. Kala I
1. Pengkajian
 Anamnesa
- Nama, umur, dan alamat
- Gravida dan para
- Hari pertama haid terakhir (HPHT)
- Riwayat alergi obat
- Riwayat kehamilan sekarang
- Riwayat kehamilan sebelumnya
- Riwayat medis lainnya seperti hipertensi
- Riwayat medis saat ini (sakit kepala, pusing, mual, muntah atau
nyeri epigastrium).
 Pemeriksaan fisik
- Nilai keadaan umum, suasana hati, tingkat kegelisahan, warna
konjungtiva, kebersihan, status gizi, dan kebutuhan cairan tubuh
- Nilai tanda-tanda vital (TD, Nadi, suhu, dan pernafasan), untuk
akurasi lakukan pemeriksaan TD dan nadi diantara dua kontraksi.
- Pemeriksaan abdomen : menentukan tinggi fundus, kontraksi
uterus.
- Palpasi jumlah kontraksi dalam 10 menit, durasi dan lamanya
kontraksi
- Memantau denyut jantung janin (normal 120-160x/menit)
- Nilai pembukaan dan penipisan serviks
- ilai penurunan bagian terbawah dan apakah sudah masuk rongga
panggul
b. Kala II
Pengkajian
- Aktivitas/istirahat
- Sirkulasi
- Integritas Ego
- Eleminasi
- Nyeri/ketidak nyamanan
- Pernafasan
- Keamanan
- Seksualitas

c. Kala III
Pengkajian
 Aktivitas/istirahat
 Sirkulasi
 Makanan/cairan
 Nyeri/ketidaknyamanan
 Seksualitas
 Pemeriksaan fisik
- Kondisi umum ibu : tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
tubuh), status mental klien.
- Inspeksi : perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah
melahirkan plasenta.
- Palpasi : tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun
sesudah pengeluaran plasenta.

d. Kala IV
Pengkajian
- Aktivitas/Istirahat
- Sirkulasi
- Integritas Ego
- Eleminasi
- Makanan/cairan
- Neurosensori
- Nyeri/ketidaknyamanan
- Seksualitas
- Penyuluhan/pembelajaran
- Pemeriksaan Diagnostik

4. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan :
- Agen pencedera fisiologis (missalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, prosedur operasi,
trauma)
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Mengeluh nyeri - Tekanan darah meningkat
- Tampak meringis - Pola napas berubah
- Gelisah - Nafsu makan berubah
- Frekuensi nadi meningkat - Diaporesis
- Sulit tidur - Proses berpikir terganggu

2. Nyeri melahirkan berhubungan dengan :


- Dilatasi serviks
- Pengeluaran janin
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Mengeluh nyeri - Mual
- Perineum terasa tertekan - Nafsu makan menurun/meningkat
- Ekspresi wajah meringis - Tekanan darah meningkat
- Uterus teraba membulat - Frekuensi nadi meningkat

3. Kelelahan berhubungan dengan :


- Gangguan tidur
- Kondisi fisiologis (missal kehamilan, penyakit tertentu)
- Stress berlebih
- Depresi
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Merasa kurang tenaga - Libido menurun
- Mengeluh lelah - Kebutuhan istirahat meningkat
- Tampak lesu

4. Ansietas berhubungan dengan :


- Kekhawatiran mengalami kegagalan
- Krisis situasional
- Krisis maturasional
- Ancaman terhadap konsep diri

Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Merasa bingung - Mengeluh pusing
- Merasa khawatir - Anoreksia
- Sulit berkonsentrasi - Frekuensi napas meningkat
- Tampak gelisah - Frekuensi nadi meningkat
- Tampak tegang - Tekanan darah meningkat
- Sulit tidur - Sering berkemih

5. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan Manajemen nyeri :
asuhan keperawatan
1. Lakukan pengkajian 1. Pengkajian nyeri
diharapkan nyeri
nyeri secara dilakukan untuk
yang dialami pasien
komprehensif, durasi, mengetahui tingkat
berkurang dengan
frekuensi, kualitas dan keparahan nyeri yang
kriteria hasil :
faktor presipitasi (O) dirasakan pasien.
- Mampu 2. Dukung istirahat/tidur 2. Istirahat yang cukup
mengontrol nyeri yang adekuat untuk membantu mengurangi
- Nyeri berkurang mengurangi nyeri (N) nyeri yang dirasakan
- Mampu pasien.
mengenali nyeri
(skala,intensia, 3. Ajarkan tentang teknik

frekuensi dan non farmakologi (E) 3. Teknik non

tanda nyeri) farmakologi membantu


mengurangi nyeri yang
dirasakan.
4. Kolaborasi pemberian
4. Kolaborasi dalam
analgetik (C)
pemerian analgetik
untuk menentukan
dosis yang tepat
2 Setelah diberikan 1. Observasi BJJ, his dan 1. Mengetahui kemajuan
asuhan keperawatan pembukaan jalan lahir (O) dari proses persalinan
diharapkan nyeri 2. Lakukan pemijatan pada 2. Pemijatan dapat
melahirkan pasien tulang punggung (N) membantu mengurang
berkurang dengan nyeri yang dirasakan
kriteria hasil : 3. Ajarkan cara mengedan ibu
(E) 3. Ibu mengetahui cra
- His semakin kuat
mnegedan yang baik
- Timbul rasa ingin
dan benar
mengedan 4. Kolaborasi untuk
4. Membantu
- Perut terasa sakit menolong persalinan (C)
mengeluarkan janin dan
memantau kondisi ibu

3 Setelah diberikan Manajemen energy :


asuhan keperawatan
1. Monitor asupan nutrisi 1. Mengetahui asupan
diharapkan kelelahan
untuk mengetahui sumber nutrisi yang tepat untuk
pasien berkurang
energi yang adekuat (O) pasien
dengan kriteria hasil :
2. Tingkatkan tirah baring
- Tidak terlihat lesu (N)
- Tidak terlihat lelah 2. Istirahat yang cukup

- Selera makan baik membantu memulihkan


3. Intruksikan pasien dan energi pasien
keluarga mengenai 3. Pasien dan keluarga
kelelahan (E) mengtahui tanda dan
4. Konsulkan dengan ahli gejala yang muncul saat
gizi menegnai cara kelelahan
meningkatkan asupan 4. Pemberian nutrisi yang
energy dari makanan (C) tepat membatu
memulihkan kembali
kondisi pasien
4 Setelah diberikan Penguranga kecemasan
1. Kaji tanda verbal dan non
asuhan keperawatan
verbal kecemasan (O) 1. Mengetahui respon
diharapkan pasien
kecemasan pasien baik
tidak mengalami
verbal maupun non
ansietas dengan 2. Dorong keluarga untuk
verbal
kriteria hasil : mendampingi klien
dengan cara yang tepat (C) 2. Dukungan keluarga
- Wajah tidak sangan membantu
tegang untuk mengurangi
- Tidak terlihat 3. Intruksikan klien untuk kecemasan yang
menggunakan teknik
gelisah relaksasi (E) dirasakan pasien
- Tekanan darah 3. Teknik relaksasi
Terapi relaksasi
normal membantu mengurang
kecemasan yang
4. Minta pasien untuk rileks
dialami pasien
(N)

5. Tunjukkan dan prkatekan


teknik relaksasi pada klien 4. Rileks akan membantu
(N) pasien agar bisa tenang
5. Pasien mampu
melakukan teknik
relaksai dengan baik
utuk mengurangi
kecemasan

6. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.

7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan
Format SOAP.

DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Moco
Media
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Moco Med
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
“ INTRANATAL “

ASUHAN KEPERAWATAN PADA Ny.T


DENGAN G1000 UK40Mg10HrT/H+pk1saktif
DI RUANG VK
RSUD SANJIWANI GIANYAR
TANGGAL 13 JUNI 2020

I. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Penanggung Jawab
Nama : Ny.T Nama : Tn.T
Umur : 24 Thn Umur : 25 Thn
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Petani
Agama : Menikah Alamat : Tegalalang
Suku : Indonesia Status perkawinan : Menikah
Alamat : Tegalalang Agama : Hindu
No CM : 667747
Tanggal MRS : 13 juli 2020
Tanggal Pengkajian : 13 juli 2020
Sumberinformasi : Pasien, keluarga, dan Catatan Medis Pasien

II. DATA KESEHATAN


a. Keluhan Utama
pasien mengeluh sakit perut hilang timbul 3-4x dalam 10 menit
b. Keluhan saat dikaji :
Pasien mengatakan produksi asi tidak mau keluar dan belum sempat menyusui bayi
c. Riwayat keluhan
Pasien datang ke UGD pada tanggal 13 juli 2020 jam 06.00 wita kemudia
dipindahkan ke ruang VK RSUD Sanjiwani dengan keluhan utama sakit perut ilang
timbul kontraksi kuat 3-4x dalam 10 menit bayi lahir jam 08.45 wita, DJJ
150x/menit, BBL : 3500 Gram, FB : 52 cm, bayi segera menangis, plasenta lengkap
jam 14:00 wita ibu dipindahkan keruang nifas

III. RIWAYAT OBSTETRI DAN


GINEKOLOGI
1. RiwayatMenstruarsi :
 Menarche : umur : 12 Thn Siklus : 28 teratur (√ ) tidak ( )
 Banyaknya : 60cc
 Lama : 4 hari
 Keluhan : tidak ada
 HPHT : 13 Juli 2020
2. Riwayat pernikahan
 Menikah : 1 kali Lama : 3 tahun

3. Riwayat kehamilan, persalinan, nifas yang lalu :

Anak Ke Kehamilan Persalinan Komplikasi nifas Anak

N Thn Umur Peny jen penolong Peny Laserasi infeksi Perdar Jenis BB Pj
o kehamilan ulit is ulit ahan Kelamin
1 2020 40 Mg - - - perawat - - - - Laki- 3500 52
10 Hr - dokter laki Gram Cm

4. Riwayat kehamilan saat ini


Status Obstetrikus :
 G1 P0 A0 H0 UK : 40 minggu
 TP : 20 April 2021
 ANC kehamilan sekarang : Bidan
Trimester I :
Pasien mengatakan selalu melakukan pemeriksaan ANC dipuskesmas
sebanyak 3x dengan bidan di puskesmas
Trimester II :
Pasien mengatakan selalu melakukan pemeriksaan ANC dipuskesmas
sebanyak 3x dengan bidan dan diberi vitamin untuk di minum 1 hari sekali
Trimester III :
Pasien mengatakan selalu melakukan pemeriksaan ANC dipuskesmas
sebanyak 3x dengan bidan dan diberi vitamin untuk di minum 1 hari sekali

5. Riwayat keluarga berencana


 Akseptor KB :-
 Jenis : - Lama : -
 Masalah : -

IV. RIWAYAT PENYAKIT


1. Klien: Tidak ada
2. Keluarga : Tidak ada

V. POLA FUNGSIONAL KESEHATAN


1. Pemeliharan dan persepsi terhadap kesehatan
Pasien mengatakan biasa kontrol ke bidan kadang ke dokter spesialis kebidanan,
dan minum vitamin sesuai anjuran (1x1 tablet). Pasien mengatakan selama
kehamilan tetap bekerja pada pagi dan siang hari seperti biasa dan pasien tidak
merasa kelelahan dengan aktivitas tersebut. Waktu istirahat di rumah dikatakan
cukup. Jika pasien maupun keluarganya ada yang sakit, pasien dan keluarga selalu
memeriksakan dirinya di pelayanan kesehatan (Rumah sakit, praktek dokter).
2. Nutrisi / metabolic
Pasien mengatakan makan 3-4 kali sehari dan setiap kali makan habis 1 porsi
dengan menu nasi, sayur dan lauk-pauk. Pasien minum 4-5 gelas perhari ( 100-
1250cc).
3. Pola eliminasi
Semenjak hamil pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam BAB,
pasien BAB 1 kali sehari. Pasien mengatakan frekuensi BAK lebih sering, BAK
3-4 kali sehari (750-1000 ml) dengan warna kuning jernih.
4. Pola aktivitas dan latihan
Kemampuanperawatandiri 0 1 2 3 4
Makan / minum √
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Mobilisasi di tempattidur √
Berpindah √
Ambulasi ROM √
0 : mandiri, 1 : alat Bantu, 2 : dibantu orang lain, 3 : dibantu orang lain dan alat, 4
:tergantung total

5. Oksigenasi:
pasien bernafas spontan dan tidak ada keluhan sesak nafas serta tidak
menggunakan alat bantu pernapasan
6. Pola tidur dan istirahat
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidur, pasien tidur
7-8 jam perhari
7. Pola perseptual
Komunikasi lancar dan memori baik. Saat pengkajian pasien mengtakan produksi
asi tidak mau keluar.
8. Polaper sepsidiri
Pasien mengatakan takut persalinannya tidak lancar dan khawatir bila dilakukan
operasi.
9. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan melakukan hubungan seksual dengan suaminya 1-2 kali
seminggu, tidak ada hambatan dan keluhan mengenai aktivitas seksualnya, namun
pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi dengan suaminya setelah
umur kehamilannya memasuki 8 bulan. Karena takut akan mengganggu
kehamilannya
10. Pola peran – hubungan
Hubungan suami istri tampak harmonis. Pasien sempat didampingi dan diberikan
semangat oleh suaminya saat di ruang persalinan.
11. Pola manajemen koping stress
Pasien mengeluh sakit perut yang dirasakan hilang timbul dan Oleh petugas
kesehatan pasien disarankan untuk tidak panik, berdoa dan menarik napas dalam
dan pasien mau melaksanakan anjuran tersebut.
12. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Hindu dan biasa bersembahyang setiap hari. Pasien
berdoa agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat.

VI. PEMERIKSAAN FISIK


Keadaan umum :
 GCS : E4V5M5
 Tingkat kesadaran : Composmetis
 Tanda – tanda vital : TD : 110/70 mmHg, N: 80x/menit
RR : 20x/menit, S: 36 ºC
 BB : 56 kg, TB: 159 cm, LILA : 25 cm

Head toetoe :
 Kepala
Wajah : simetris, tidak ada nyeri tekan, rambut bersih
Sklera : aninterik
Konjungtiva : : ananemis
Pembesaran limphe node : tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
Telinga : simestris kanan kiri, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak ada cairan, tidak ada nyeri tekan
 Kulit
Linea nigra (+)
Striae gravidarum (+)
Pucat (-)
Cloasma (+)

 Dada
Payudara
Areola : Hitam
Putting : menonjol
Tanda dimpling / retraksi : Tidak ada
Pengeluaran ASI : Kolostrum tidak keluar
Jantung : S1 S2 tunggal reguler Paru: Vesikulr

 Abdomen
Linea : + Striae : +
Pembesaran sesuai UK : -
Gerakan Janin :+ Kontraksi : Kuat
Luka bekas operasi: tidak ada
Ballottement :+
Leopold I : Kepala / bokong / kosong
TFU: Dua jari di bawah processus xyopodeus
Leopold II : Kanan : punggung/bagian kecil/bokong /kepala
Kiri : punggung / bagian kecil /bokong/kepala
Leopold III : Presentasi kepala / bokong/kosong
Leopold IV :Bagian masuk PAP (konvergen/divergen/sejajar)
Penurunan kepala : 2/5 (penurunan bag.terbawah dengan metode lima jari )
Kontraksi : kuat 3-4 x dalam 10 menit
DJJ : 150x/menit Bisingusus : 30x/menit

 Genetaliadan perineum :
Kebersihan : Baik
Pengeluaran : Air ketuban Karakteristik : Warna jernih
Hasil VT : Normal PO lunak 02cm off 50% ketuban (-) teraba kepala
Hemoroid : Tidak ada

 Ekstremitas
Atas :
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
CRT : Kurang dari 2 detik
Bawah :
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
CRT : Kurang dari 2 detik
Refleks : Tidak terdapat gangguan refleks

VII. DATA PENUNJANG


 Pemeriksaan Laboratorium: Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 13
juni 2020 pukul 05.49 wita dengan :
- Pemeriksaan darah lengkap (DL)
- Pemeriksaan gula darah sewaktu (GSD)
 Pemeriksaan USG : Tidak terkaji

VIII. DIAGNOSA MEDIS


G1000 UK40Mg10HrT/H+pk1saktif

IX. PENGOBATAN
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Rl 20 tpm IV Cairan infus ini digunakan
menggantikan cairan tubuh
yang hilang, mengoreksi
ketidak seimbangan
elektrolit
2 Amoxilin 500 mg Oral Obat untuk mengatasi
berbagai jenis infeksi
bakteri
3 paracetamol 500 mg Oral Obat yang digunakan
sebagai analgetik ( perada
nyeri) dan antipiretik
(penurun panas atau
demam)
4 Vitamin A 1 x 200 Iu Oral Mencegah dan mengobati
kekurangan vitamin A
FORMAT OBSERVASI KALA I-KALA IV

No. Hasil Observasi Keterangan


1 Kala 1 - Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg - Observasi DJJ
N : 85x/menit - Observasi VT
S : 36 ºC - Observasi His
RR : 20x/menit
His : 3-4 x dalam 10 menit
DJJ : 150x/menit
2 Kala II - Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg - Observasi DJJ
N : 85x/menit - Observasi VT
S : 36 ºC - Observasi His
RR : 20x/menit - Bayi lahir pada pukul
VT : 3-4 x dalam 10 menit 08.45 wita
DJJ : 148x/menit - BB : 3500 Gram
- FB : 52 Cm

3 Kala III - Observasi TTV


TD : 110/70 mmHg - Plasenta lahir
N : 85x/menit
S : 36 ºC
RR : 20x/menit
Plasenta lahir
4 Kala IV - Observasi hecting
Terdapat luka pada perineum grade II - Observasi TTV
TD : 110/70 mmHg
N : 84x/menit
S : 36,5 ºC
RR : 20x/menit
KALA I
A. DATA FOKUS KALA I
DS : pasien mengatakan cemas
DO : pasien tampak gelisah dan ketakutan

ANALISA DATA KALA I


DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Pasien mengatakan Kontraksi pada uterus Ansietas
Cemas ↓
DO : Pasien tampak gelisah Keadaan fisikologis
dan ketakutan terganggu

Kawatir dan cemas akan
proses persalinan

Ansietas

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :


1. Ansietas berhubungan dengan stressor ditandai dengan wajah tampak tegang dan
gelisah

ii. RENCANA KEPERAWATAN KALA I


RencanaKeperawatan
No Tgl / jam Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1 13 juli Ansietas Setelah dilakukan Pengurangan kecemasan 1.
2020 asuhan keperawatan 1. kaji tanda verbal dan 1. untuk mengetahui
3x24jam diharapkan non verbal kecemasan tanda verbal dan non
kecemasan pasien 2. berikan objek yang verbal pasien
berkurang dengan menunjukan 2. Untuk mengurangi
kreteria hasil: perasaan aman rasa cemas pada
- wajah tidak tegang 3. berikan informasi pasien
- gelisah berkurang faktual terkait 3. Untuk mengetahui
- pasien tidak diagnosis, perawatan informasi
ketakutan dan prognosis 4. Untuk mengetahui
4. kolaborasi dengan obat apa saja yang
dokter tentang diberikan kepada
penggunakan obat- pasien
obatan untuk
mengurangi
kecemasan secara
tepat

iii. IMPLEMENTASI KALA I

Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf


/Nama
13 juli 2020 1 1. mengkaji tanda verbal dan DS : -
non verbal kecemasan DO : pasien sudah tidak
ada tanda verbal
dan non verval Suryantini

2. memberikan objek yang DS : pasien mengatakan


menunjukan perasaan lebih tenang
aman DO: pasien tampak Suryantini
tenang

3. memberikan informasi DS : pasien mengatakan


faktual terkait diagnosis, mengerti tentang
perawatan dan prognosis informasi yang
disampaikan
DO : psien tampak Suryantini
mengerti tentang
informasi yang
disampaikan
4. mengkolaborasi dengan
dokter tentang DS: -
penggunakan obat-obatan DO : pasien tampak
untuk mengurangi sudah tidak cemas Suryantini
kecemasan secara tepat lagi setelah
diberikan obat

iv. EVALUASI KALA I


Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
13 juli 1 S : Pasien mengatakan cemas dan gelisah
2020 O : Pasien tampak sudah tidak cemas lagi dan gelisah
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi

KALA II
B. DATA FOKUS KALA II
DS : Pasien mengeluh nyeri
P : Akibat kontraksi
Q : Seperti diremas-remas
R : Dibagian punggung dan perut bawah
S : 7 (0-10)
T : Terus Menerus
DO : pasien tampak meringis dan gelisah

ANALISA DATA KALA II

DATA ETIOLOGI MASALAH


DS : Pasien Pasien mengeluh nyeri Partus Nyeri akut
P : Akibat kontraksi
Q : Seperti diremas-remas Tekanan mekanis pada
R :Dibagian punggung dan perut persentasi
bawah
S : 7 (0-10) Trauma jaringan laserasi
T : Terus Menerus
DO : Pasien tampak meringis dan gelisah Nyeri Akut

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan pasien
mengeluh nyeri, pasien tampak meringis dan gelisah

C. RENCANA KEPERAWATAN KALA II


No Tgl / Diagnosa RencanaKeperawatan
Tujuan Intervensi Rasional
jam
1 13 juli Nyeri Setelah dilakukan asuhan Manejemen nyeri 1. untuk mengetahui
2020 akut keperawatan 3x24 jam 1. Monitor kepuasan manajemen nyeri
diharapkan pasien mampu pasien terhadap dalam interval yang
mengontrol nyeri yang manajemen nyeri spesifik
dirasakan dengan kreteria dalam interval yang 2. Agar pasien
hasil : spesifik mengetahui obat
- Pasien tidak gelisah 2. Ajarkan metode apa yang bisa
- tidak meringis parmakologi untuk menurunkan nyeri
- nyeri terkontrol menurunkan nyeri 3. Agar pasien
3. Berikan informasi mengetahui
mengenai nyeri, informasi yang
penyebab nyeri, menyebabkan nyeri
berapa lama nyeri 4. Untuk mengetahui
akan dirasakan dan pemberian obat
aktisifasi dari analgesik
ketidak nyamanan
dari prosedur
4. kolaborasi dengan
dokter terkait
dengan pemeberian
obat analgesik

D. IMPLEMENTASI KALA II
Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf/Nama
13 juli 1 1. Memonitor kepuasan pasien terhadap DS : -
2020 manajemen nyeri dalam interval DO : pasien tampak puas
yang spesifik terhadap manajemen Suryantini
nyeri
2. Mengajarkan metode parmakologi DS : Pasien mengatakan
untuk menurunkan nyeri mengerti tentang
metode parmakologi Suryantini
yang disampaikan
DO : Pasien tampak
Mengerti tentang
metode parmakologi
yang disampaikan
3. Berikan informasi mengenai nyeri, DS : Pasien mengatakan
penyebab nyeri, berapa lama nyeri mengerti tentang
akan dirasakan dan aktisipasi dari informasi yang Suryantini
ketidak nyamanan dari prosedur disampaikan
DO : Pasien tampak
mengerti tentang
informasi yang
disampaikan
4 Mengkolaborasi dengan dokter terkait DS : -
dengan pemeberian obat analgesik DO : pasien tampak tidak suryantini
tidak nyeri lagi
setelah diberikan obat

E. EVALUASI KALA II
Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
13 juli 1 S : Pasien mengatakan mengeluh nyeri
2020 O : Pasien tampak sudah tidak gelisah dan meringis lagi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi

KALA III
A. DATA FOKUS KALA III
DS : Pasien mengeluh nyeri
P : Akibat kontraksi
Q : Seperti diremas-remas
R : Dibagian punggung dan perineum
S : 7 (0-10)
T : Terus Menerus
DO : - pasien tampak meringis dan gelisah
- Terdapat luka efisiotomi pada perineum
DS : Pasien mengatakan lemas
DO : Pasien terlihat lemas dan keletihan

B. ANALISA DATA KALA III


DATA ETIOLOGI MASALAH
DS : Pasien mengeluh nyeri Kontraksi uterus Nyeri akut
P : Akibat kontraksi (pelepasan plasenta)
Q : Seperti diremas-remas
R : Dibagian punggung dan Saraf aferen servik dan uterus
perineum masuk kemdulla
S : 7 (0-10) Spinalis melalui akar
T : Terus Menerus posterior T10-L1
DO : - pasien tampak meringis dan
gelisah Nyeri akut
- Terdapat luka efisiotomi pada
perineum
DS : Pasien mengatakan lemas Reflek mengedan Keletihan

DO : Paien terlihat lemas dan keletihan Energy berkurang

Kelelahan

Keletihan

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :


1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis ditandai dengan
pasien mengeluh nyeri, pasien tampak meringis dan gelisah
2 Keletihan berhubungan dengan peningkatan kelelahan fisik ditandai dengan
pasien tampak lemas dan kelelahan

C. RENCANA KEPERAWATAN KALA III

No Tgl / Diagnosa RencanaKeperawatan


Tujuan Intervensi Rasional
jam
1 13 juli Nyeri Setelah dilakukan asuhan Manejemen nyeri 1. untuk mengetahui
2020 akut keperawatan 3 x 24 jam 1. Monitor kepuasan Manajemen nyeri
diharapkan pasien mampu pasien terhadap dalam interval
mengontrol nyeri yang manajemen nyeri yang spesifik
dirasakan dengan kreteria dalam interval yang 2. Agar pasien
hasil : spesifik mengetahui obat
- Pasien tidak gelisah 2 Ajarkan metode apa yang bisa
- tidak meringis parmakologi untuk menurunkan
- nyeri terkontrol menurunkan nyeri nyeri
3. Berikan informasi 3. Agar pasien
mengenai nyeri, mengetahui
penyebab nyeri, informasi yang
berapa lama nyeri menyebabkan
akan dirasakan dan nyeri
aktisifasi dari ketidak 4. Untuk mengetahui
nyamanan dari pemberian obat
prosedur analgesik
4. kolaborasi dengan
dokter terkait dengan
pemeberian obat
analgesik
2 13 juli Keletihan Setelah dilakukan asuhan Manajemen energy : 1. Untuk mngetahui
2020 keperawatan 3 x 24 jam 1. Monito rintake/ Asupan nutrisi
diharapkan pasien asupan nutrisi untuk Yang tepat untuk
keletihan pasien berkurang mengetahui sumber Pasien
dengan kreteria hasil: energy yang adekuat 2. Untuk
- Tidak terlihat lesu 2. Bantu pasien dalam mempermudah
- Tidak terlihat lemas aktivitas sehari-hari pasien melakukan
yang teratur sesuai aktivitas sehari-
kebutuhan (ambulasi, hari
berpindah, bergerak, 3. Untuk membantu
dan perawatan diri) memulihkan
3. Ajarkan pasien untuk energy pasien
tidur siang bila 4. Untuk mengetahui
diperlukan makanan apa yang
4. Konsultsi dengan ahli dapat memulihkan
gizi mengenai cara energy pasien
meningkatkan asupan
energy dari makanan

D. IMPLEMENTASI KALA III


Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf/
Nama
13 juli 1 1. Memonitor kepuasan pasien terhadap DS : -
2020 manajemen nyeri dalam interval yang DO: pasien tampak puas
spesifik terhadap manajemen Suryantini
nyeri
2. Mengajarkan metode parmakologi DS : Pasien mengatakan
untuk menurunkan nyeri Mengerti tentang
metode parmakologi Suryantini

yang disampaikan
DO : Pasien tampak
Mengerti tentang
metode parmakologi
yang disampaikan
3. Berikan informasi mengenai nyeri, DS : Pasien mengatakan
penyebab nyeri, berapa lama nyeri mengerti tentang
Suryantini
akan dirasakan dan aktisifasi dari informasi yang
ketidak nyamanan dari prosedur disampaikan
DO : Pasien tampak
mengerti tentang
informasi yang
disampaikan
4 Mengkolaborasi dengan dokter terkait DS : -
dengan pemeberian obat analgesik DO : pasien tampak tidak
tidak nyeri lagi suryantini
setelah diberikan
obat
13 juli 2 1. Memonito rintake/ asupan nutrisi DS : -
2020 untuk mengetahui sumber energy yang DO : Pasien mampu
adekuat mengetahui sumber Suryantini
energy yang adekuat
2. Membantu pasien dalam aktivitas DS : Pasien mengtakan
sehari-hari yang teratur sesuai tidak bisa
kebutuhan (ambulasi, berpindah, melakukan aktivitas
bergerak, dan perawatan diri) DO : Pasien tampak bisa
melakukan aktivitas Suryantini

setelah di bantu oleh


perawat
3. Menganjurkan pasien untuk tidur DS : Pasien mengatakan
siang bila diperlukan keletihan sudah
suryantini
berkurang setelah
istirahat
DO : pasien tampak
berenergi
4. Mengkonsultasi dengan ahli gizi DS : -
suryantini
mengenai cara meningkatkan DO : Pasien tampak
asupan energy dari makanan tampak berenergi
setelah diberikan
makanan

E. EVALUASI KALA III


Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
13 juli 1 S : Pasien mengatakan mengeluh nyeri
2020 O : Pasien tampak sudah tidak gelisah dan meringis lagi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
13 juli
2020 2 S : Pasien mengtakan lemas
O : Pasien tampak sudah tidak terlihat lesu dan lemas
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi

KALA IV
A. DATA FOKUS KALA IV
DS : Pasien mengatakan asi tidak mau keluar dan belum sempat menyusui bayi
DO : Pasien tampak kelelahandan tidak mampu menyusui bayi

B. ANALISA DATA KALA IV


DATA ETIOLOGI MASALAH

DS : Pasien mengatakan Kelelahan maternal Menyusui tidak efektif


asi tidak mau keluar
dan belum sempat Produksi asi tidak
menyusui bayi Adekuat

DO : Pasien tampak Asi tidak menetes


kelelahan dan tidak
mampu menyusui Menyusui tidak
bayi Efekif

Diagnosa keperawatan berdasarkan prioritas :


1 Menyusui tidak efektif berhubungan dengan ketidak kuatan suplai asi ditandai dengan
pasien tampak kelelahan dan ASI tidak menetes/memancar
C. RENCANA KEPERAWATAN KALA IV
RencanaKeperawatan
No Tgl / jam Diagnosa
Tujuan Intervensi Rasional
1 Rabu, 13 Menyusui Setelah dilakukan Edukasi menyusui 1. untuk mengetahui
2020 juli Tidak asuhan keperawatan 1. Observasi tujuan atau tujuan atau keinginan
efektif 3x24jam diharapkan keinginan menyusui menyusui pada pasien
status menyusui 2. Ajarkan perawatan 2. Untuk mempercepat
dengan kreteria hasil payudara pijat atau mempermudah
- pelekatan bayi oksitosin dan terapi pengeluaran ASI
pada payudara ibu musik kelasik 3. Agar pasien
- suplai ASI adekuat 3. Jelaskan manfaat mengetahui manfaat
- Tetesan/pancaran menyusui bagi ibu menyusui bayi
ASI dan bayi Untuk menyemangati
4. Libatkan sistem pasien dalam pemberian
pendukung suami, ASI
keluarga, tenaga
kesehatan, dan
masyarakat

D. IMPLEMENTASI KALA IV
Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf/Nama
13 juli 2020 1 1. mengobservasi tujuan atau DS : pasien mengatakan
keinginan menyusui ingin menyusui bayinya
DO : Pasien terlihat ingin Suryantini
Menyusui bayinya

2. mengajarkan perawatan DS : pasien mengatakan


payudara pijat oksitosin bisa melakukan
dan terapi musik kelasik perawatan payudara
pijat oksitosin
DO : pasien tampak Suryantini

mengerti dan bisa


melakukannya dengan
baik
3. menjelaskan manfaat DS : pasien mengatakan
menyusui bagi ibu dan mengerti tentang
bayi informasi yang
disampaikan Suryantini
DO : psien tampak mengerti
tentang informasi yang
disampaikan
DS: pasien mengatakan
4. melibatkan sistem lebih percaya diri Suryantini

pendukung suami, untuk menyusui karna


keluarga, tenaga kesehatan, dekungan dari suami
dan masyarakat DO: pasien tampak percaya
diri untuk menyusui

E. EVALUASI KALA IV
Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
13 juli 1 S : Pasien mengatakan ingin menyusui bayinya, merasa mampu
2020 meyusui, dan payudara sudah tidak sakit lagi saat dipegang
setelah melakukan pijat oksitosin
O : Pasien terlihat sudah mampu menyusui bayi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi

Denpasar, 14 Juli 2020

Mengetahui
Clinical Teacher/CT 1 Mahasiswa

(Ns. Ni Ketut Citrawati, S.Kep.,M.Kep) (Ni Komang Suryantini)


NIK. 2.04.10.277 NIM: 18.321.2890
Peningkatan Produksi Asi Ibu Menyusui Pasca Melalui Pemberian
Pijat Oksitosin dan Terapi Musik Klasik (Mozart) Wilayah Kerja
Puskesmas Kradenan 2

Maryatun, Dyah Kusuma Wardhani, Eska


Dwi P STIKES ’Aisyiyah Surakarta
Tun_Marya@yahoo.com

Doi : https://doi.org/10.30787/gaster.v17i2.400
Received: April 2019 | Revised: Mei 2019 | Accepted: July 2019

ABSTRAK
Latar belakang: Air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi. Kehidupan awal seorang
bayi akan rentan dan beresiko terhadap masalah ancaman kesakitan dan kematian.
Seorang Ibu terutama pada primigravida pada awal persalinan akan mengalami kesulitan
dalam pengeluaran ASI. Tujuan: mengetahui perbedaan pemberian pijat oksitosin dan
terapi musik klasik (mozart) terhadap jumlah produksi ASI. Metode: JenisPenelitian
kuantitatif komperatif. Populasi ibu menyusui yang melahirkan. Sampel sebanyak 34
responden yang dibagi dalam dua kelompok yang menggunakan metode non probability
sampling. Instrumen penelitian adalah observasi,. Hasil: Hasil uji Mann Whitney Test
produksi ASI kelompok Pijat oksitosin dan kelompok Terapi musik klasik diperoleh nilai
signifikansi (p-value) 0,011, rata-rata selisih pada kelompok pijat oksitosin lebih tinggi
dari pada selisih produksi ASI pada kelompok terapi musik yaitu 65,91 > 53,41
Simpulan: Terdapat perbedaan antar pijat oksitosin dan musik klasik. Produksi ASI lebih
banyak pijat oksitosin bila dibandingkan musik klasik.
Kata kunci: produksi ASI; ibu post partum; pijat oksitosin; musik klasik (Mozart)

ABSTRACT
Background: A mother especially in primigravida at the beginning childbirth expenditure
will experienced difficulty in place.The knows the difference: the massage oksitosin and
therapeutic classical music to the production Objective: know the difference of giving of
oxytocin massage and classical music therapy (mozart) to the amount of milk production
at Method: This research includes comperative quantitative research. The population of
breastfeeding mothers who gave birth. Samples of 34 respondents were divided into two
groups using non-probability sampling method. The research instrument was observation.
Research Result: Result of Mann Whitney Test of production difference of ASI of ASI
production group Massage of oxytocin and group of classical music therapy obtained with
value of significance (p-value) 0,011. The value of test significance (p-value) lower than
0.05 (0.011 <0.05), where the average difference in the oxytocin massage group was
higher than the difference in milk production in the music therapy
group that is 65,91> 53,41.Conclusion: There is a different between oxytocin massage and
mozart classical music. More breast milk production in the oxytocin massage when compered
to classical music.
Keyword: milk production, post partum mother, oxytocin massage, classical music (Mozart)

PENDAHULUAN pada ibu post partum.

Seorang ibu pasca melahirkan


mempunyai kecemasan yang meningkat
sebagai respon adaptasi fungsi fisiologis.
Kecemasan yang berlebihan dapat
mengakibatkan terhambatnya pembentukan
hormone relaksasi yang dapat memicu
pengeluaran oksitosin. Memperbanyak
produksi ASI dapat dilakukan juga dengan
teknik pijat Oksitosin. Prosedur Pijat
oksitosin merupakan pemijatan yang
bertujuan untuk merangsang hormone
oksitosin dan prolaktin setelah ibu
melahirkan, untuk memperlancar produksi
ASI (Indriyani, 2016).

ASI merupakan cairan yang sangat


penting untuk bayi karena memiliki
kandungan zat antibodi dapat menjaga bayi
dari infeksi. Namun ternyata tidak semua ibu
postpartum dapat memproduksi ASI
dengan jumlah yang cukup bagi bayinya.
Upaya-upaya untuk meningkatkan produksi
ASI pada ibu postpartum adalah
meningkatkan hormon oksitosin dan
bagaimana menekan timbulnya kecemasan
Faktor yang dapat mempengaruhi
produksi ASI itu berasal dari hormonal
(hormon prolaktin dan hormon oksitosin),
kurangnya pengetahuan ibu, rasa percaya
diri yang kurang dan kurangnya dukungan
suami serta keluarga. Gangguan proses
pemberian ASI juga dipengaruhi oleh
suasana hati ibu yang rileks dan santai,
apabila suasana hati ibu tidak rileks dan
santai akan menyebabkan ASI sulit untuk
keluar dan juga nutrisi ibu saat menyusui
juga harus terpenuhi (Sulistyoningsih,
2011).

Penelitian Dewi (2016) menyebutkan


bahwa peningkatan produksi ASI juga
bisa dengan terapi musik klasik (Mozart)
yang bertujuan sebagai terapi relaksasi.
M e n d e n g a r k a n irama mus ik dapat
mempengaruhi sistem pada otak yang akan
menekan fungsi poros hipotalamus,
hipofisis dan kelenjar adrenal untuk
menghambat pengeluaran hormon stres
sehingga produksi hormon oksitosin dan
prolaktin lebih maksimal. Tujuan dalam
penelitian ini mengetahui perbedaan
Pemberian Pijat Oksitosin Dan Terapi
Musik Klasik (Mozart) Terhadap Jumlah
Produksi ASI Pada Ibu Menyusui ?”.
BAHAN DAN METODE sedikit yaitu sebanyak 15 responden (88%).
Hasil penelitian serupa oleh Rahayu (2015)
Jenis Penelitian kuantitatif komperatif
menunjukkan bahwa produksi ASI sebelum
dengan Metode rancangan metode Quasi
dilakukan terapi pijat oksitosin menunjukkan
Eksperiment design dengan rancangan
bahwa sebagian besar memiliki produksi ASI
Two Group pre-test-post-test. Populasi dari
yang sedikit 15 (88%). Penurunan produksi
penelitian ini adalah ibu yang menyusui
ASI pada hari-hari awal menyusui setelah
Sampel penelitian non probability sampling
melahirkan dapat disebabkan karena
dengan metode purposive sampling sebanyak
kurangnya rangsangan hormon prolaktin dan
34 responden yaitu 15 kelompok pijat
oksitosin yang sangat berperan dalam
oksitosin dan 15 kelompok terapi musik
kelancaran ASI
klasik (mozart) .Penelitian menggunkan
analisa univariat, bivariat dengan uji Faktor-faktor yang mempengaruhi pada

Wilcoxon untuk membedakan pretest-posttest proses menyusui merupakan suatu masalah

masing- masing kelompok dan uji Man bagi seorang ibu menyusui. Hambatan

Whitney untuk membedakan antar kelompok. saat menyusui ada beberapa yaitu kurang
pengetahuan keluarga tentang pemberian
HASIL DAN PEMBAHASAN ASI, ibu merasa tidak percaya diri, dan
kurang dukungan baik suami maupun
Tabel 1. Jumlah produksi ASI pada ibu
menyusui sebelum dilakukan keluarga dan beberapa faktor yang
intervensi terapi pijat oksitosin
mempengaruhi produksi ASI makanan ibu
Terapi pijat oksitosin harus terjaga, hormonal, psikologi dan social
Kategori
Frekuensi Persentase (%) (rasa percaya diri ibu, kontak langsung ibu
Sedikit 15 88
Normal 2 12 bayi dan interaksi ibu dengan bayi)
Banyak 0 0
(Sulistyoningsih, 2011). Kondisi ini sejalan
Total 17 100
dengan penelitian Azizah dan Yulinda
(2017) menunjukkan bahwa faktor- faktor
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
yang mempengaruhi ASI yaitu frekuensi
besar ibu pasca salin sebelum dilakukan
menyusui, berat badan bayi, usia kehamilan
perlakuan memiliki produksi ASI yang
saat persalinan, paritas, stres dan penggunaan
kontrasepsi.
makanan
Tabel 2. Jumlah produksi ASI pada ibu
menyusui sebelum dilakukan
intervensi terapi musik klasik
(mozart)

Terapi musik klasik (Mozart)


Kategori
Frekuensi Persentase (%)
Sedikit 14 82
Normal 3 18
Banyak 0 0

Total 17 100

Tabel 2 menunjukkan bahwa sebagian


besar ibu pasca salin yang belum
mendapatkan perlakukan terapi musik
klasik (mozart) mempunyai produksi ASI
sedikit sebesar 14 responden (82%).
Banyak faktor yang mempengaruhi
produksi ASI seorang ibu pasca
melahirkan. Penelitian Jannah, (2011)
menjelaskan dalam penelitiannya bahwa
faktor yang berhubungan dengan produksi
ASI yang sedikit antara lain faktor psikis
responden. Sebaiknya menyusui bayi secara
non jadwal (on demand) karena bayi akan
menentukan sendiri kebutuhannya. Isapan
bayi sangat berpengaruh pada ransangan
isapan produksi ASI selanjutnya.

Faktor-faktor yang berhubungan dengan


produksi ASI yaitu faktor makanan dimana
kebutuhan kalori ibu perhari harus terdiri
dari 60-70% karbohidrat, 10-20% protein,
dan 20- 30% lemak. Kalori ini didapat dari
yang dikonsumsi ibu dalam sehari (Nutrisi
Bangsa, 2013). Hal tersebut sebagaimana
dikemukakan pada penelitian Nurliawati
(2010), yang menjelaskan bahwa produksi
ASI dipengaruhi oleh beberapa faktor, baik
yang langsung misalnya, perilaku menyusui,
psikologis ibu, fisiologis ibu, ataupun yang
tidak langsung misalnya, sosial kultural dan
bayi, yang akan berpengaruh terhadap
psikologis ibu. Faktor lain yang bisa
mempengaruhi produksi ASI adalah berat
badan lahir bayi. Bayi dengan berat badan
lahir rendah atau kurang dari 2.500 gram
mempunyai resiko dalam masalah menyusui
dikarenakan oleh refleks hisap yang lemah.

Tabel 3. Jumlah produksi ASI pada ibu


menyusui setelah dilakukan
intervensi terapi pijat oksitosin

Terapi pijat oksitosin


Kategori
Frekuensi Persentase (%)
Sedikit 0 0
Normal 0
Banyak 17 100

Total 17 100

Tabel 3 menunjukkan menunjukkan


Hasil penelitian menunjukkan produksi ASI
setelah dilakukan intervensi pada kelompok
pijat oksitosin menunjukkan semuanya
dalam kategori banyak yaitu sebanyak 17
untuk
(100%). Tidak semua ibu postpartum
langsung mengeluarkan ASI karena
pengeluaran ASI merupakan suatu
interaksi yang sangat komplek antara
rangsangan mekanik, saraf dan bermacam-
macam hormon yang berpengaruh terhadap
pengeluaran oksitosin. Pengeluaran hormon
oksitosin selain dipengaruh oleh isapan
bayi juga dipengaruhi oleh reseptor yang
terletak pada sistem duktus, bila duktus
melebar atau menjadi lunak maka secara
reflektoris dikeluarkan oksitosin oleh
hipofise yang berperan untuk memeras air
susu dari alveoli (Soetjiningsih, 2013).

Upaya untuk meningkatkan produksi


ASI pada ibu melahirkan secara khusus
difokuskan kepada upaya untuk
meningkatkan kinerja hormon oksitosin.
Efek dari pijat oksitosin itu sendiri bisa
dilihat reaksinya setelah 6-12 jam pemijatan.
Pijat oksitosin adalah suatu tindakan
pemijatan tulang belakang mulai dari nervus
ke 5-6 sampai scapula yang akan
mempercepat kerja saraf parasimpatis untuk
menyampaikan perintah ke otak bagian
belakang sehingga oksitosin keluar
(Hamranani, 2010).

Hasil penelitian Azriani dan Handayani


(2016) pijat oksitosin dapat memberikan
rangsangan pada payudara myoepithelial
berkontaksi, sehingga ASI dapat
dikeluarkan dengan mudah dan lancar.
Pemijatan ini dapat mestimulus sistem saraf
perifer, meningkatkan rangsangan dan
konduksi impuls saraf, dapat melemahkan
dan meghentikan rasa sakit dan dapat
memperbaiki aliran darah ke jaringan dan
organ tubuh. Pemijatan ini juga dapat
membuat otot menjadi tidak tegang dan
memberikan efek terapeutik yang dapat
menimbulkan rasa nyaman dan rileksasi
sehingga ibu mengeluarkan ASInya juga
lancar (Azriani dan Handayani, 2016).
Menurut penelitian Sriyati dan Sari (2015)
pemijatan punggung atas merupakan suatu
titik akupesur yang berdampak pada untuk
memperlancar ASI. Saraf yang ada
dipayudara itu berasal dari tulang belakang
bagian atas diantara tulang belikat. Tulang
belakang pada perempuan sering mengalami
ketegangan otot. Ketegangan otot ini dapat
dilakukan pemijatan dengan cara memijat
punggung atas supaya dapat merilekskan
bahu dan dapat menstimulasi refleks let-
down dan dapat membantu proses laktasi
pada ibu yang sedang mengalami gangguan
produksi ASI. Kesimpulan pada penelitian
ini menunjukkan bahwa ada pengaruh pijat
oksitosin terhadap jumlah produksi ASI
pada ibu menyusui.
Tabel 4. Jumlah produksi ASI pada ibu
oksitosin diperlukan dukungan suami selama
menyusui setelah dilakukan intervensi
terapi musik klasik (Mozart) proses menyusui (Roesli, 2010).

Terapi musik klasik (Mozart) Upaya untuk menurunkan tingkat


Kategori kecemasan ibu menyusui adalah pemberian
Frekuensi Persentase (%)
Sedikit 0
Normal 3 0 terapi relaksasi salah satunya terapi musik
18
Banyak 14
82 klasik (Mozart). Hal ini sejalan dengan
Total 17 100
penelitian Dewi (2016) terapi musik klasik
(Mozart) bertujuan sebagai terapi relaksasi
Tabel 4 menunjukkan bahwa Hasil karena musik dapat mempengaruhi sistem
penelitian menunjukkan bahwa produksi ASI pada otak yang akan menekan fungsi poros
setelah dilakukan intervensi pada kelompok hipotalamus, hipofisis dan kelenjar adrenal
terapi musik klasik (mozart) sebagian besar untuk menghambat pengeluaran hormon
adalah banyak sebanyak 14 (82%) dan stres (epinefrin, norepinefrin, dopa,
sisanya adalah normal sebanyak 3 (18%). kortikosteroid) sehingga produksi hormon
Setelah melahirkan, ibu merasa cemas, tidak oksitosin dan prolaktin lebih maksimal.
tenang, hilang semangat, dan kurang Musik klasik mempunyai fungsi sebagai
dukungan dari suami maupun keluarga besar. menenangkan pikiran dan emosi, serta
Ini merupakan hal normal yang perlu mengoptimalkan tempo, ritme, melodi dan
diantisipasi suami maupun pihak keluarga. harmoni yang teratur sehingga dapat
Ibu yang melahirkan anak pertama biasanya menghasilkan gelombang alfa dan
banyak ayah yang lebih sibuk dengan bayinya gelombang beta dalam gendang telinga
dari pada memperhatikan kebutuhan sang sehingga memberikan efek ketenangan yang
istri. Kondisi ini jika terus- menerus membuat otak siap menerima masukan baru,
berlanjut maka ibu akan merasa bahwa efek rileks, dan menidurkan. Secara umum
perhatian suami padanya telah menipis musik menimbulkan gelombang vibrasi yang
sehingga muncul asumsi-asumsi negatif. dapat menimbulkan stimulus pada gendang
Perasaan negatif ini akan membuat refleks pendengaran. Stimulasi itu ditransmisikan
oksitosin menurun dan produksi ASI pun pada susunan saraf pusat (limbic system) di
terhambat. Meningkatkan produksi hormon sentral
hypothalamus atau kelenjar sentral memiliki
Tabel 5. Pre test dan Post test produksi ASI
susunan saraf pusat akan mengatur segala kelompok intervensi Pijat oksitosin

sesuatunya untuk mengaitkan musik dengan


Pengamatan Rerata Pvalue Keputusan uji
respon tertentu sehingga dapat meningkatkan Pre test 53,59
0,000 H0 ditolak
Post test 119,53
produksi ASI. Hal ini juga sejalan dengan
penelitian Manurung et al (2011) Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test
mengatakan bahwa ada pengaruh terapi diperoleh nilai p-value =0,000, sehingga
musik terhadap penurunan kejadian disimpulkan terdapat perbedaan produksi
postpartum blues yang sangat bermakna ASI sebelum dan sesudah pemberian pijat
setelah dilakukan intervensi selama 3 hari oksitosin, sehingga disimpulkan bahwa
diberikan terapi musik klasik, dengan pemberian pijat oksitosin signifikan
demikian telah direkomendasikan sebagai meningkatkan produksi ASI.
terapi relaksasi selama fase child- bearing
Ibu po stpartum tidak l a n g s u n g
yang digunakan untuk mengatasi berbagai
mengeluarkan ASI karena pengeluaran ASI
faktor yang mempengaruhi stres pada ibu.
merupakan suatu interaksi yang sangat
Pelayanan kesehatan dapat melaksanakan
komplek antara rangsangan mekanik, saraf
terapi musik dengan memutar musik klasik
dan bermacam-macam hormon yang
secara kontinue dan terjadwal sehingga dapat
berpengaruh terhadap pengeluaran oksitosin.
membantu ibu postpartum menjadi rileks.
Pengeluaran hormon oksitosin selain
Berdasarkan adanya peningkatan jumlah dipengaruh oleh isapan bayi juga
ASI setelah intervensi, maka disimpulkan dipengaruhi oleh reseptor yang terletak pada
bahwa pemberian intervensi pada ibu post sistem duktus, bila duktus melebar atau
partum yaitu dengan terapi musik klasik menjadi lunak maka secara reflektoris
(Mozart) dapat meningkatkan jumlah dikeluarkan oksitosin oleh hipofise yang
produksi ASI ibu post partum pemberian berperan untuk memeras air susu dari alveoli
terapi musik klasik (Mozart) berdampak pada (Soetjiningsih, 2013).
penurunan tingkat stressing pada ibu post
Upaya pengeluaran ASI ada 2 hal yang
partum sehingga kecemasan pada ibu post
mempengaruhi yaitu produksi dan
partum dapat diturunkan.
pengeluaran. Produksi ASI dipengaruhi oleh
hormon prolaktin sedangkan pengeluaran Hasil uji Wilcoxon Signed Rank Test
dipengaruhi oleh hormon oksitosin. Hormon diperoleh niali p-value =0,000, sehingga
oksitosin akan keluar melalui rangsangan ke disimpulkan terdapat perbedaan produksi
puting susu melalui isapan mulut bayi atau ASI sebelum dan sesudah pemberian terapi
melalui pijatan pada tulang belakang ibu musik klasik (mozart). Ketidakmampuan
bayi, dengan dilakukan pijatan pada tulang menyusui membuat ibu post partum semakin
belakang ibu akan merasa tenang, rileks, merasa tidak percaya diri dan cemas.
meningkatkan ambang rasa nyeri dan Kondisi ini bila tidak ditangani akan
mencintai bayinya, sehingga dengan begitu membuat ibu stress dan produksi ASI akan

hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat semakin berkurang. Faktor psikis dimana

keluar. Melalui pijatan atau rangsangan pada masa nifas merupakan salah satu fase yang

tulang belakang, neurotransmiter akan memerlukan adaptasi psikologis. Perubahan

merangsang medulla oblongata langsung peran seorang ibu memerlukan adaptasi

mengirim pesan ke hypothalamus di yang harus dijalani. Tanggung jawab

hypofise posterior untuk mengeluarkan bertambah dengan adanya bayi yang baru

oksitosin sehingga menyebabkan buah lahir. Dorongan dan perhatian anggota

dada mengeluarkan air susunya. Pemijatan keluarga lainnya merupakkan dorongan

yang dilakukan di daerah tulang belakang positif untuk ibu (Suherini, 2009).

ini juga akan merileksasi ketegangan dan Upaya yang harus dilakukan dari
menghilangkan stress dan dengan begitu tenaga medis khususnya bidan dan perawat
hormon oksitosoin keluar dan akan untuk dapat membantu ibu mengatasi
membantu pengeluaran air susu ibu, ketidaknyamanan dan memberikan intervensi
dibantu dengan isapan bayi pada puting susu agar ibu merasa lebih nyaman sehingga
pada saat segera setelah bayi lahir dengan ASI dapat keluar dengan lancar. Dunia Ilmu
keadaan bayi normal (Guyton, 2007). keperawatan,terdapat teknik komplementer

Tabel 6 Pre test dan Post test produksi ASI terapi musik untuk menenangkan jiwa bagi
kelompok intervensi Terapi musik orang yang mendengarkannya (Nurgiwiati,
klasik (mozart)
2015)
Pengamatan Rerata Pvalue Keputusan
uji
Menurut penelitian Jayamala et al
Pre test 54,35
0,000 H0 ditolak
Post test 107,76
(2015) terapi musik merupakan terapi yang dapat meningkatkan ASI antar
kelompok
produksi ASI dan intervensi
dapat digunakan terapi pijat
oksitosin
dalam berbagai dan musik
klasik
bidang. Mekanisme
(mozart)
terapi musik dapat
Pengamatan
mempengaruhi
Kelompok
emosional positif
Rerata
pada
Pvalue
vasoreaktifitas
endotel yang harus
tetap diidentifikasi,
salah satunya yaitu
endorfindan sekresi
oksitosin.
Mendengarkan
musik dapat
mestimulus
hipotalamus, respon
fisiologi dan
rangsangan
emosional. Terapi
musik dapat
mengurangi
kecemasan pada ibu
setelah melahirkan
dan memperlancar
produksi ASI.

Tabel 7 Perbedaan
jumlah
produksi
didukung oleh yaitu orang tu dapat Whitne
1 6 y Test
0 diperole
Sulistyorini et al berkomunikasi dan 0,02
7 7 h
(2016) yang bersambung rasa ,

menyimpulkan dengan anak selama 7 Hasil


Hasil uji Mann kelompok terapi
adanya pengaruh didalam kandungan,
Whitney Test musik klasik
pemberian terapi merangsang
pretest diperoleh (mozart). Hasil
musik klasik pertumbuhan otak
dengan nilai penelitian ini
(Mozart) terhadap anak dan
signifikansi (p-
inisiasi menyusui, motoriknya.
value) 0,742
durasi menyusui, Tabel 8 Besar disimpulkan tidak
dan volume ASI perbedaan
selisih terdapat perbedaan
pada ibu menyusui. produksi produksi ASI
ASI
Memperdengarkan
kelompok sebelum pemberian
musik klasik Pijat
oksitosin pijat oksitosin dan
(mozart) secara dan pemberian terapi
teratur semenjak kelompok
Terapi musik klasik
kehamilan dapa musik
(mozart).
klasik
memberikan
(mozart)
Hasil uji Mann
banyak efek positif
Pijat
Whitney Test
oksi 53
,5
Kelompok
Pvalue posttest diperoleh
tosi 9
n
P Te 0,742 dengan nilai
r rapi 54,35
Pijat oksitosin 65,91
e m signifikansi (p-
usik
t
e
klasi value) 0,027sehingga
k
s (mo
t disimpulkan terdapat
zart)
Pijat 0 perbedaan produksi
1 Terapi ,
oksi 1 musik
tosi 9 klasik 0
,
5 (mozar 1 ASI sesudah
n 3 t)
53,41 1
P t Te rapi m usik klasik (mozart) perlakuan antara
o
s kelompok pijat
t
t
e
oksitosin dan
s
dengan nilai
signi fikansi ( p-
value ) 0,011
sehingga
disimpulkan
terdapat perbedaan
selisih produksi
ASI perlakuan
antara kelompok
pijat oksitosin dan
kelompok terapi
musik klasik
(mozart).
Kesimpulan bahwa
pemberian pijat
oksitosin lebih
efektif dalam
meningkatkan
produksi ASI
dibandingkan
dengan terapi
musik klasik
(Mozart).

Air Susu Ibu


(ASI) merupakan
makanan dengan
kandungan gizi
terbaik sesuai
dengan
yang diperah susunya tidak diperdengarkan
kebutuhan anak untuk dapat tumbuh dan
berkembang secara optimal. Modal dasar
pem- bentukan manusia berkualitas dimulai
sejak dalam kandungan disertai dengan
pemberian ASI ekslusif sampai anak berusia
6 bulan dan dilanjutkan hingga anak berusia
2 tahun. Masa ini adalah masa golden
period (0-5 tahun) dimana kemampuan anak
dalam menyerap informasi sangatlah tinggi
(Kosim, 2009).

Ketidakmampuan menyusui membuat


ibu post partum semakin merasa tidak
percaya diri dan cemas. Kondisi ini bila tidak
ditangani akan membuat ibu stress dan
produksi ASI akan semakin berkurang.
Upaya yang lain yaitu dari tenaga medis
khususnya bidan dan perawat untuk dapat
membantu ibu mengatasi ketidaknyamanan
dan memberikan intervensi agar ibu merasa
lebih nyaman sehingga ASI dapat keluar
dengan lancar.

Dunia ilmu keperawatan, terdapat teknik


komplementer terapi musik untuk
menenangkan jiwa bagiorang yang
mendengarkannya.Penelitian yang dilakukan
pada sapi membuktikan bahwa sapi yang
mendengarkan musik sambil diperas air
susunya akan menghasilkan volume air susu
yang lebih banyak dibandingkan dengan sapi
penelitian ini untuk mengembangkan bentuk
musik. Perubahan kondisi ini merangsang
kepedulian terhadap pemberian ASI .
pengeluaran hormone prolaktin (Vianna,
2011).

Teknik relaksasi lain yang dapat


digunakan adalah pijat oksitosin yakni
pemijatan tulang belakang pada nervus ke
5-6 sampai ke scapula yang akan
mempercepat kerja otot syaraf
parasimpatis yang merangsang hipofise
posterior, sehingga produksi ASI menjadi
lancar. Hasil penelitian membuktikan bahwa
terdapat hubungan saat dimulainya seorang
ibu mulai menyusui bayinya setelah partus
dengan kelelahan ibu akibat partus,
peningkatan hormon stres dan penurunan
frekuensi pemberian ASI. Pemijatan
oksitosin diharapkan mampu merangsang
pengeluaran hormon prolaktin (Sari, 2017).

SIMPULAN DAN SARAN

Terdapat perbedaan jumlah produksi


antar kelompok yang diberikan tindakan
pijat oksitosin dengan kelompok yang diberi
tindakan terapi musik klasik (mozart),
dimana produksi ASI sesudah pemberian
terapi pijat oksitosin lebih tinggi
dibandingkan produksi ASI sesudah
pemberian terapi musik klasik (Mozart).
Perlunya menambah variable dalam
DAFTAR PUSTAKA

Azizah, I., dan Yulinda, D. 2017. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu
Postpartum Di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta. Jurnal Media Ilmu Kesehatan 6(1): 71-75.

Azriani, D., dan Handayani, S. 2016. The Effect Of Oxytocin Massage On Breast Milk
Production.
Journal Of Dama International Researchers (DIJR) 1(8): 47-50.

Dewi, R. 2016. Efektifitas Pemberian Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Produksi Air
Susu
Ibu (ASI). Jurnal Kesehatan Masyarakat 10(2): 78-85.

Guyton, H. 2007. Fisiologi kedokteran: Buku Ajar. EGC. Jakarta.

Hamranani, S. S. T. 2011. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post
Partum Dengan Persalinan Lama Di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Klaten. Jurnal
Ilmu Kesehatan 6(12).

Indriyani, D., Asmuji., dan Wahyuni, S. 2016. Edukasi Postnatal: Pendekatan Family
Centered
Maternity. Trans Medika. Yogyakarta.

Jannah, N. 2011. Asuhan Kebidanan Ibu Nifas. Ar-Ruzz. Yogyakarta.

Jayamala, AK., Lakshmanagowda, P. B., Pradeep, G. C. M., dan Gotoro, J. 2015. Impact Of
Music Therapy On Breast Milk Secretion In Mothers Of Premature Newborns. Journal
Of Clinical And Diagnostic Research 9 (4): 04-06.

Kosim, M. S. 2009. Buku Ajar Neonatologi. IDAI. Jakarta.

Manurung,S., Lestari, L. R., Suryati, B., Miradwiyana, B., Karma, A dan Paulina, K. 2011.
Efektivitas Terapi Musik Terhadap Pencegahan Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di
Ruang Kebidanan RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Jurnal Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan 14(1): 17–23.

Nurgiwiati, E. 2015. Terapi Alternatif dan Komplementer dalam Bidang Keperawatan. In


Media. Bogor.

Nurliawati, E. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produksi Air Susu Ibu
Pada Ibu Pasca Seksio Sesarea Di Wilayah Kota Dan Kabpaten Tasikmalaya. Tesis.
Universitas Indonesia. Jakarta
Nutrisi Bangsa. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI. Sari Husada, < http://www.
sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Kehamilan-dan-Menyusui/Menyusui/Faktor-Yang-
Mempengaruhi-Lancarnya-ASI. >. Diakses 02 Juli 2018.

Rahayu, D., Santoso, B., dan Yunitasari, E. 2015. Produksi ASI Ibu Dengan Intervensi
Acupresure Point For Lactation Dan Pijat Oksitosin. Jurnal Ners 10(1): 9-19.

Roesli, U. 2010. Bayi Sehat Berkat ASI Ekslusif. Elex Media Komputindo.Jakarta

Soetjiningsih. 2013. Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta..

Sriyati., dan Sari, Y. K. 2015. Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum
Di
Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Jurnal Ners dan Kebidanan 2(2): 141-149.

Suherini.2009. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. EGC. Jakarta.

Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta.

Sulistyorini, E., Anies., Julianti, H. P., dan Setiani, O. 2014. Efektifitas Terapi Musik Klasik
(Mozart) TerhadapWaktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini Dan DurasiMenyusu
Bayi. Jurnal Kebidanan Indonesia 5(2): 69-78.

Vianna, M. N,. Barbosa, A. P., Carvalbaes., Curba, A. J. 2011. Music therapy May Increase
Breastfeeding Rates Among Mothers of Premature Newborn: a Randomized controlled
trrial. Journal Pediatr (Rio J) 2011: 87(3) : 206-212.
ANALISA JURNAL
“Peningkatan Produksi Asi Ibu Menyusui Pasca Melalui Pemberian
Pijat Oksitosin dan Terapi Musik Klasik (Mozart) Wilayah Kerja
Puskesmas Kradenan 2”

P (Populasi) : ibu yang menyusui

S (Sample) : non probability sampling dengan metode


purposive sampling sebanyak 34 responden yaitu 15
P P (  POPULASI dan SAMPEL)
kelompok pijat oksitosin dan 15 kelompok terapi
musik klasik (mozart)

Hasil uji Mann Whitney Test diperoleh nilai signifikasi (p-


value) 0,011 sehingga dapat disimpulkan terdapat
perbedaan selisih produksi ASI perlakuan antara
kelompok pijat oksitosin dan kelompok musik klasik
(Mozart). Maka, pemberian pijat oksitosin lebih efektif
I (Intervention)
dalam meningkatkan produksi ASI dibandingkan dengan
terapi musik klasik (Mozart).
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui
perbandingan produksi ASI ibu pasca melahirkan tanpa
melakukan pijat oksitosin ataupun dengan terapi musik
C (Comparasion)
klasik (Mozart) dengan perbandingan ibu pasca
melahirkan yang melakukan pemijatan serta terapi.
kelompok pijat oksitosin menunjukkan semuanya dalam
kategori banyak yaitu sebanyak 17 berkontaksi, sehingga
ASI dapat dikeluarkan dengan mudah dan lancar.
Sedangkan untuk menurunkan tingkat kecemasan ibu
menyusui adalah pemberian terapi relaksasi salah
satunya terapi music klasik (Mozart).
Dengan penelitian ini maka diharapkan ibu pasca

O (Outcome) melahirkan yang mengalami kecemasan bisa


menanggulangi sedikitnya produksi ASI dengan solusi yang
sudah dipaparkan yakni, pijat oksitosin atau terapi musik
klasik (Mozart).
T (Time) Data penelitian diambil, direvisi, serta diterima pada bulan
April-Juni 2019 di Puskesmas Kradenan 2.

Anda mungkin juga menyukai