OLEH :
NAMA : NI KOMANG SURYANTINI
NIM : 18.321.2890
KELAS : A12-B
2. Etiologi Persalinan
Penyebab persalinan belum pasti diketahui, namun beberapa teori menghubungkan
dengan faktor hormonal, struktur rahim, sirkulasi rahim, pengaruh
tekanan pada saraf dan nutrisi (Hafifah, 2011). Terdapat beberapa teori antara lain :
a. Teori oxytocin, pada akhir kehamilan kadar oxytocin bertambah. Oleh karena itu
timbul kontraksi otot-otot rahim.
b. Keregangan otot-otot, seperti halnya dengan kandung kencing dan lambung bila
dindingnya teregang oleh karena isinya bertambah maka timbul kontraksi untuk
mengeluarkan isinya.Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan
makin teregang otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan.
c. Teori penurunan hormone 1-2 minggu sebelum partus mulai, terjadi penurunan
hormone progesterone dan estrogen. Fungsi progesterone adalah Sebagai penenang
otot- otot polos rahim dan akan menyebabkan kekejangan pembuluh darah sehingga
timbul his bila progesterone turun.
d. Teori placenta menjadi tua, yaitu turunnya kadar hormone estrogen dan progesterone
menyebabkan kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan kontraksi rahim.
e. Teori distensi rahim, yaitu rahim yang menjadi besar dan merenggang menyebabkan
iskemik otot-otot rahim sehingga mengganggu sirkulasi utero-plasenta.
f. Teori iritasi mekanik, yaitu dibelakang servik terlihat ganglion servikale (fleksus
franterrhauss). Bila ganglion ini digeser dan di tekan misalnya oleh kepala janin akan
timbul kontraksi uterus.
g. Induksi partus dapat pula ditimbulkan dengan jalan gagang laminaria yang dimasukan
dalam kanalis servikalis dengan tujuan merangsang pleksus frankenhauser,
amniotomi (pemecahan ketuban), oksitosin drip yaitu pemberian oksitosin menurut
tetesan perinfus.
Pathway
Kehamilan (37-42 Minggu)
Tanda-Tanda Inpartu
Proses persalinan
1. Engagement
- Diameter biparietal melewati PAP
- Nullipara terjadi 2 minggu sebelum persalinan sedangkan multipara terjadi
permulaan persalinan
- Kebanyakan kepala masuk PAP dengan sagitalis melintang pada PAP-
Flexi Ringan
2. Descent (Turunnya Kepala)
Turunnya presentasi pada inlet disebabkan oleh 4 hal :
- Tekanan cairan ketuban
- Tekanan langsung oleh fundus uteri
- Kontraksi diafragma dan otot perut (kala II)
- Melurusnya badan janin akibat kontraksi uterus.
3. Flexion
Majunya kepala mendapat tekanan dari servix, dinding panggul atau dasar
panggul, flexi (dagu lebih mendekati dada).
4. Rotation Internal
- Bagian terendah memutar ke depan ke bawah symphisis
- Usaha untuk menyesuaikan posisi kepala dengan bentuk jalan lahir(Bidang
tengah dan PBP)
- Terjadinya bersama dengan majunya kepala
- Rotasi muka belakang secara lengkap terjadi setelah kepala di dasar
panggul.
5. Extension
Defleksi kepala, karena sumbu PBP mengarah ke depan dan atas.
6. Rotation External
Setelah kepala lahir, kepala memutar kembali ke arah panggul anak untuk
menghilangkan torsi leher akibat putaran paksi dalam.Ukuran bahu
menempatkan pada ukuran muka belakang dari PBP.
7. Expulsi
Bahu depan di bawah symphisis sebagai hypomoklion, lahir bahu belakang,
bahu depan, badan seluruhnya.
d. Kala IV
Kala empat persalinan dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir
selama 2 jam. Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena
perdarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang
dilakukan, antara lain :
- Tingkat kesadaran ibu
- Pemeriksaan TTV : tekanan darah, nadi, pernafasan
- Kontraksi uterus
- Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500
cc. Pengawasan, selama 2 jam setelah bayi dan plasenta lahir, mengamati keadaan
ibu terutama terhadap bahaya perdarahan post partum. Dengan menjaga kondisi
kontraksi dan retraksi uterus yang kuat dan terus-menerus.
4. Klasifikasi Persalinan
a. Persalinan spontan, yaitu jika persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan
ibu sendiri.
b. Persalinan buatan, yaitu jika proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar.
c. Persalinan anjuran, yaitu jika kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan rangsangan.
Ada beberapa pemeriksaan yang harus dilakukan seorang ibu hamil menjelang
persalinan, berikut diantaranya :
a. Tekanan darah
Kenaikan berat badan ataupun penurunan berat badan yang terlalu berlebih bisa
mengarah pada suatu kelainan. Preeklampsia biasanya ditandai oleh naiknya berat
badan secara berlebihan.
c. Gula darah
Pemeriksaan gula darah pada ibu hamil sebaiknya dilakukan sejak kandungan
berusia 20 minggu, hal ini berguna untuk mendeteksi risiko diabetes pada
kehamilan (diabetes gestasional).
d. Hemoglobin, feritin dan zat besi
Pemeriksaan ini akan menggolongkan apakah ibu beresiko tinggi atau tidak. Jika
hemoglobin rendah saat ibu akan melahirkan, maka diperlukan transfusi, demikian
juga ketika ibu membutuhkan zat besi maka diperlukan suplementasi zat besi yang
lebih intensif.
e. Urinalisis
7. Penatalaksanaan
1. Kaji kondisi fisik klien
2. Menganjurkan klien untuk tidak coitus
3. Menganjurkan klien istirahat
4. Mengobservasi perdarahan
5. Memeriksa tanda vital
6. Memeriksa kadar Hb
7. Berikan cairan pengganti intravena RL
8. Berikan betametason untuk pematangan paru bila perlu dan bila fetus masih
premature
c. Kala III
Pengkajian
Aktivitas/istirahat
Sirkulasi
Makanan/cairan
Nyeri/ketidaknyamanan
Seksualitas
Pemeriksaan fisik
- Kondisi umum ibu : tanda vital (tekanan darah, nadi, respirasi, suhu
tubuh), status mental klien.
- Inspeksi : perdarahan aktif dan terus menerus sebelum atau sesudah
melahirkan plasenta.
- Palpasi : tinggi fundus uteri dan konsistensinya baik sebelum maupun
sesudah pengeluaran plasenta.
d. Kala IV
Pengkajian
- Aktivitas/Istirahat
- Sirkulasi
- Integritas Ego
- Eleminasi
- Makanan/cairan
- Neurosensori
- Nyeri/ketidaknyamanan
- Seksualitas
- Penyuluhan/pembelajaran
- Pemeriksaan Diagnostik
4. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan :
- Agen pencedera fisiologis (missalnya inflamasi, iskemia, neoplasma)
- Agen pencedera kimiawi (misalnya terbakar, bahan kimia iritan)
- Agen pencedera fisik (misalnya abses, amputasi, terbakar, prosedur operasi,
trauma)
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Mengeluh nyeri - Tekanan darah meningkat
- Tampak meringis - Pola napas berubah
- Gelisah - Nafsu makan berubah
- Frekuensi nadi meningkat - Diaporesis
- Sulit tidur - Proses berpikir terganggu
Ditandai dengan :
Gejala dan tanda mayor Gejala dan tanda minor
- Merasa bingung - Mengeluh pusing
- Merasa khawatir - Anoreksia
- Sulit berkonsentrasi - Frekuensi napas meningkat
- Tampak gelisah - Frekuensi nadi meningkat
- Tampak tegang - Tekanan darah meningkat
- Sulit tidur - Sering berkemih
5. Intervensi Keperawatan
No. Tujuan dan Kriteria
Intervensi Rasional
Dx Hasil
1 Setelah diberikan Manajemen nyeri :
asuhan keperawatan
1. Lakukan pengkajian 1. Pengkajian nyeri
diharapkan nyeri
nyeri secara dilakukan untuk
yang dialami pasien
komprehensif, durasi, mengetahui tingkat
berkurang dengan
frekuensi, kualitas dan keparahan nyeri yang
kriteria hasil :
faktor presipitasi (O) dirasakan pasien.
- Mampu 2. Dukung istirahat/tidur 2. Istirahat yang cukup
mengontrol nyeri yang adekuat untuk membantu mengurangi
- Nyeri berkurang mengurangi nyeri (N) nyeri yang dirasakan
- Mampu pasien.
mengenali nyeri
(skala,intensia, 3. Ajarkan tentang teknik
6. Implementasi Keperawatan
Implementasi dilaksanakan sesuai dengan intervensi yang telah dibuat.
7. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi dalam keperawatan merupakan kegiatan dalam menilai tindakan
keperawatan yang telah ditentukan, untuk mengetahui pemenuhan kebutuhan klien
secara optimal dan mengukur hasil dari proses keperawatan yang dilakukan dengan
Format SOAP.
DAFTAR PUSTAKA
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. 2016. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia Definisi dan
Indikator Diagnostik. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Bulechek, Gloria, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Indonesia : Moco
Media
Moorhead, Sue, dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Indonesia : Moco Med
FORMAT ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS
“ INTRANATAL “
I. PENGKAJIAN
I. IDENTITAS PASIEN
Penanggung Jawab
Nama : Ny.T Nama : Tn.T
Umur : 24 Thn Umur : 25 Thn
Pendidikan : SMP Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Swasta Jenis kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Menikah Pekerjaan : Petani
Agama : Menikah Alamat : Tegalalang
Suku : Indonesia Status perkawinan : Menikah
Alamat : Tegalalang Agama : Hindu
No CM : 667747
Tanggal MRS : 13 juli 2020
Tanggal Pengkajian : 13 juli 2020
Sumberinformasi : Pasien, keluarga, dan Catatan Medis Pasien
N Thn Umur Peny jen penolong Peny Laserasi infeksi Perdar Jenis BB Pj
o kehamilan ulit is ulit ahan Kelamin
1 2020 40 Mg - - - perawat - - - - Laki- 3500 52
10 Hr - dokter laki Gram Cm
5. Oksigenasi:
pasien bernafas spontan dan tidak ada keluhan sesak nafas serta tidak
menggunakan alat bantu pernapasan
6. Pola tidur dan istirahat
Pasien mengatakan tidak mengalami gangguan dalam istirahat tidur, pasien tidur
7-8 jam perhari
7. Pola perseptual
Komunikasi lancar dan memori baik. Saat pengkajian pasien mengtakan produksi
asi tidak mau keluar.
8. Polaper sepsidiri
Pasien mengatakan takut persalinannya tidak lancar dan khawatir bila dilakukan
operasi.
9. Pola seksual dan reproduksi
Pasien mengatakan melakukan hubungan seksual dengan suaminya 1-2 kali
seminggu, tidak ada hambatan dan keluhan mengenai aktivitas seksualnya, namun
pasien tidak pernah melakukan hubungan seksual lagi dengan suaminya setelah
umur kehamilannya memasuki 8 bulan. Karena takut akan mengganggu
kehamilannya
10. Pola peran – hubungan
Hubungan suami istri tampak harmonis. Pasien sempat didampingi dan diberikan
semangat oleh suaminya saat di ruang persalinan.
11. Pola manajemen koping stress
Pasien mengeluh sakit perut yang dirasakan hilang timbul dan Oleh petugas
kesehatan pasien disarankan untuk tidak panik, berdoa dan menarik napas dalam
dan pasien mau melaksanakan anjuran tersebut.
12. Sistem nilai dan keyakinan
Pasien mengatakan beragama Hindu dan biasa bersembahyang setiap hari. Pasien
berdoa agar dapat melahirkan bayinya dengan selamat.
Head toetoe :
Kepala
Wajah : simetris, tidak ada nyeri tekan, rambut bersih
Sklera : aninterik
Konjungtiva : : ananemis
Pembesaran limphe node : tidak ada
Pembesaran kelenjar tiroid : tidak ada
Telinga : simestris kanan kiri, tidak menggunakan alat bantu
pendengaran, tidak ada cairan, tidak ada nyeri tekan
Kulit
Linea nigra (+)
Striae gravidarum (+)
Pucat (-)
Cloasma (+)
Dada
Payudara
Areola : Hitam
Putting : menonjol
Tanda dimpling / retraksi : Tidak ada
Pengeluaran ASI : Kolostrum tidak keluar
Jantung : S1 S2 tunggal reguler Paru: Vesikulr
Abdomen
Linea : + Striae : +
Pembesaran sesuai UK : -
Gerakan Janin :+ Kontraksi : Kuat
Luka bekas operasi: tidak ada
Ballottement :+
Leopold I : Kepala / bokong / kosong
TFU: Dua jari di bawah processus xyopodeus
Leopold II : Kanan : punggung/bagian kecil/bokong /kepala
Kiri : punggung / bagian kecil /bokong/kepala
Leopold III : Presentasi kepala / bokong/kosong
Leopold IV :Bagian masuk PAP (konvergen/divergen/sejajar)
Penurunan kepala : 2/5 (penurunan bag.terbawah dengan metode lima jari )
Kontraksi : kuat 3-4 x dalam 10 menit
DJJ : 150x/menit Bisingusus : 30x/menit
Genetaliadan perineum :
Kebersihan : Baik
Pengeluaran : Air ketuban Karakteristik : Warna jernih
Hasil VT : Normal PO lunak 02cm off 50% ketuban (-) teraba kepala
Hemoroid : Tidak ada
Ekstremitas
Atas :
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
CRT : Kurang dari 2 detik
Bawah :
Oedema : Tidak ada
Varises : Tidak ada
CRT : Kurang dari 2 detik
Refleks : Tidak terdapat gangguan refleks
IX. PENGOBATAN
No Nama Obat Dosis Rute Indikasi
1 Rl 20 tpm IV Cairan infus ini digunakan
menggantikan cairan tubuh
yang hilang, mengoreksi
ketidak seimbangan
elektrolit
2 Amoxilin 500 mg Oral Obat untuk mengatasi
berbagai jenis infeksi
bakteri
3 paracetamol 500 mg Oral Obat yang digunakan
sebagai analgetik ( perada
nyeri) dan antipiretik
(penurun panas atau
demam)
4 Vitamin A 1 x 200 Iu Oral Mencegah dan mengobati
kekurangan vitamin A
FORMAT OBSERVASI KALA I-KALA IV
KALA II
B. DATA FOKUS KALA II
DS : Pasien mengeluh nyeri
P : Akibat kontraksi
Q : Seperti diremas-remas
R : Dibagian punggung dan perut bawah
S : 7 (0-10)
T : Terus Menerus
DO : pasien tampak meringis dan gelisah
D. IMPLEMENTASI KALA II
Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf/Nama
13 juli 1 1. Memonitor kepuasan pasien terhadap DS : -
2020 manajemen nyeri dalam interval DO : pasien tampak puas
yang spesifik terhadap manajemen Suryantini
nyeri
2. Mengajarkan metode parmakologi DS : Pasien mengatakan
untuk menurunkan nyeri mengerti tentang
metode parmakologi Suryantini
yang disampaikan
DO : Pasien tampak
Mengerti tentang
metode parmakologi
yang disampaikan
3. Berikan informasi mengenai nyeri, DS : Pasien mengatakan
penyebab nyeri, berapa lama nyeri mengerti tentang
akan dirasakan dan aktisipasi dari informasi yang Suryantini
ketidak nyamanan dari prosedur disampaikan
DO : Pasien tampak
mengerti tentang
informasi yang
disampaikan
4 Mengkolaborasi dengan dokter terkait DS : -
dengan pemeberian obat analgesik DO : pasien tampak tidak suryantini
tidak nyeri lagi
setelah diberikan obat
E. EVALUASI KALA II
Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
13 juli 1 S : Pasien mengatakan mengeluh nyeri
2020 O : Pasien tampak sudah tidak gelisah dan meringis lagi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
KALA III
A. DATA FOKUS KALA III
DS : Pasien mengeluh nyeri
P : Akibat kontraksi
Q : Seperti diremas-remas
R : Dibagian punggung dan perineum
S : 7 (0-10)
T : Terus Menerus
DO : - pasien tampak meringis dan gelisah
- Terdapat luka efisiotomi pada perineum
DS : Pasien mengatakan lemas
DO : Pasien terlihat lemas dan keletihan
Kelelahan
Keletihan
yang disampaikan
DO : Pasien tampak
Mengerti tentang
metode parmakologi
yang disampaikan
3. Berikan informasi mengenai nyeri, DS : Pasien mengatakan
penyebab nyeri, berapa lama nyeri mengerti tentang
Suryantini
akan dirasakan dan aktisifasi dari informasi yang
ketidak nyamanan dari prosedur disampaikan
DO : Pasien tampak
mengerti tentang
informasi yang
disampaikan
4 Mengkolaborasi dengan dokter terkait DS : -
dengan pemeberian obat analgesik DO : pasien tampak tidak
tidak nyeri lagi suryantini
setelah diberikan
obat
13 juli 2 1. Memonito rintake/ asupan nutrisi DS : -
2020 untuk mengetahui sumber energy yang DO : Pasien mampu
adekuat mengetahui sumber Suryantini
energy yang adekuat
2. Membantu pasien dalam aktivitas DS : Pasien mengtakan
sehari-hari yang teratur sesuai tidak bisa
kebutuhan (ambulasi, berpindah, melakukan aktivitas
bergerak, dan perawatan diri) DO : Pasien tampak bisa
melakukan aktivitas Suryantini
KALA IV
A. DATA FOKUS KALA IV
DS : Pasien mengatakan asi tidak mau keluar dan belum sempat menyusui bayi
DO : Pasien tampak kelelahandan tidak mampu menyusui bayi
D. IMPLEMENTASI KALA IV
Tgl/Jam No.Dx Implementasi Evaluasi Proses Paraf/Nama
13 juli 2020 1 1. mengobservasi tujuan atau DS : pasien mengatakan
keinginan menyusui ingin menyusui bayinya
DO : Pasien terlihat ingin Suryantini
Menyusui bayinya
E. EVALUASI KALA IV
Tgl/Jam No Dx Evaluasi Hasil
13 juli 1 S : Pasien mengatakan ingin menyusui bayinya, merasa mampu
2020 meyusui, dan payudara sudah tidak sakit lagi saat dipegang
setelah melakukan pijat oksitosin
O : Pasien terlihat sudah mampu menyusui bayi
A : Masalah teratasi
P : Pertahankan kondisi
Mengetahui
Clinical Teacher/CT 1 Mahasiswa
Doi : https://doi.org/10.30787/gaster.v17i2.400
Received: April 2019 | Revised: Mei 2019 | Accepted: July 2019
ABSTRAK
Latar belakang: Air susu ibu adalah makanan terbaik bagi bayi. Kehidupan awal seorang
bayi akan rentan dan beresiko terhadap masalah ancaman kesakitan dan kematian.
Seorang Ibu terutama pada primigravida pada awal persalinan akan mengalami kesulitan
dalam pengeluaran ASI. Tujuan: mengetahui perbedaan pemberian pijat oksitosin dan
terapi musik klasik (mozart) terhadap jumlah produksi ASI. Metode: JenisPenelitian
kuantitatif komperatif. Populasi ibu menyusui yang melahirkan. Sampel sebanyak 34
responden yang dibagi dalam dua kelompok yang menggunakan metode non probability
sampling. Instrumen penelitian adalah observasi,. Hasil: Hasil uji Mann Whitney Test
produksi ASI kelompok Pijat oksitosin dan kelompok Terapi musik klasik diperoleh nilai
signifikansi (p-value) 0,011, rata-rata selisih pada kelompok pijat oksitosin lebih tinggi
dari pada selisih produksi ASI pada kelompok terapi musik yaitu 65,91 > 53,41
Simpulan: Terdapat perbedaan antar pijat oksitosin dan musik klasik. Produksi ASI lebih
banyak pijat oksitosin bila dibandingkan musik klasik.
Kata kunci: produksi ASI; ibu post partum; pijat oksitosin; musik klasik (Mozart)
ABSTRACT
Background: A mother especially in primigravida at the beginning childbirth expenditure
will experienced difficulty in place.The knows the difference: the massage oksitosin and
therapeutic classical music to the production Objective: know the difference of giving of
oxytocin massage and classical music therapy (mozart) to the amount of milk production
at Method: This research includes comperative quantitative research. The population of
breastfeeding mothers who gave birth. Samples of 34 respondents were divided into two
groups using non-probability sampling method. The research instrument was observation.
Research Result: Result of Mann Whitney Test of production difference of ASI of ASI
production group Massage of oxytocin and group of classical music therapy obtained with
value of significance (p-value) 0,011. The value of test significance (p-value) lower than
0.05 (0.011 <0.05), where the average difference in the oxytocin massage group was
higher than the difference in milk production in the music therapy
group that is 65,91> 53,41.Conclusion: There is a different between oxytocin massage and
mozart classical music. More breast milk production in the oxytocin massage when compered
to classical music.
Keyword: milk production, post partum mother, oxytocin massage, classical music (Mozart)
masing- masing kelompok dan uji Man bagi seorang ibu menyusui. Hambatan
Whitney untuk membedakan antar kelompok. saat menyusui ada beberapa yaitu kurang
pengetahuan keluarga tentang pemberian
HASIL DAN PEMBAHASAN ASI, ibu merasa tidak percaya diri, dan
kurang dukungan baik suami maupun
Tabel 1. Jumlah produksi ASI pada ibu
menyusui sebelum dilakukan keluarga dan beberapa faktor yang
intervensi terapi pijat oksitosin
mempengaruhi produksi ASI makanan ibu
Terapi pijat oksitosin harus terjaga, hormonal, psikologi dan social
Kategori
Frekuensi Persentase (%) (rasa percaya diri ibu, kontak langsung ibu
Sedikit 15 88
Normal 2 12 bayi dan interaksi ibu dengan bayi)
Banyak 0 0
(Sulistyoningsih, 2011). Kondisi ini sejalan
Total 17 100
dengan penelitian Azizah dan Yulinda
(2017) menunjukkan bahwa faktor- faktor
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian
yang mempengaruhi ASI yaitu frekuensi
besar ibu pasca salin sebelum dilakukan
menyusui, berat badan bayi, usia kehamilan
perlakuan memiliki produksi ASI yang
saat persalinan, paritas, stres dan penggunaan
kontrasepsi.
makanan
Tabel 2. Jumlah produksi ASI pada ibu
menyusui sebelum dilakukan
intervensi terapi musik klasik
(mozart)
Total 17 100
Total 17 100
hormon oksitosin keluar dan ASI pun cepat semakin berkurang. Faktor psikis dimana
keluar. Melalui pijatan atau rangsangan pada masa nifas merupakan salah satu fase yang
hypofise posterior untuk mengeluarkan bertambah dengan adanya bayi yang baru
yang dilakukan di daerah tulang belakang positif untuk ibu (Suherini, 2009).
ini juga akan merileksasi ketegangan dan Upaya yang harus dilakukan dari
menghilangkan stress dan dengan begitu tenaga medis khususnya bidan dan perawat
hormon oksitosoin keluar dan akan untuk dapat membantu ibu mengatasi
membantu pengeluaran air susu ibu, ketidaknyamanan dan memberikan intervensi
dibantu dengan isapan bayi pada puting susu agar ibu merasa lebih nyaman sehingga
pada saat segera setelah bayi lahir dengan ASI dapat keluar dengan lancar. Dunia Ilmu
keadaan bayi normal (Guyton, 2007). keperawatan,terdapat teknik komplementer
Tabel 6 Pre test dan Post test produksi ASI terapi musik untuk menenangkan jiwa bagi
kelompok intervensi Terapi musik orang yang mendengarkannya (Nurgiwiati,
klasik (mozart)
2015)
Pengamatan Rerata Pvalue Keputusan
uji
Menurut penelitian Jayamala et al
Pre test 54,35
0,000 H0 ditolak
Post test 107,76
(2015) terapi musik merupakan terapi yang dapat meningkatkan ASI antar
kelompok
produksi ASI dan intervensi
dapat digunakan terapi pijat
oksitosin
dalam berbagai dan musik
klasik
bidang. Mekanisme
(mozart)
terapi musik dapat
Pengamatan
mempengaruhi
Kelompok
emosional positif
Rerata
pada
Pvalue
vasoreaktifitas
endotel yang harus
tetap diidentifikasi,
salah satunya yaitu
endorfindan sekresi
oksitosin.
Mendengarkan
musik dapat
mestimulus
hipotalamus, respon
fisiologi dan
rangsangan
emosional. Terapi
musik dapat
mengurangi
kecemasan pada ibu
setelah melahirkan
dan memperlancar
produksi ASI.
Tabel 7 Perbedaan
jumlah
produksi
didukung oleh yaitu orang tu dapat Whitne
1 6 y Test
0 diperole
Sulistyorini et al berkomunikasi dan 0,02
7 7 h
(2016) yang bersambung rasa ,
Azizah, I., dan Yulinda, D. 2017. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Pengeluaran ASI Pada Ibu
Postpartum Di BPM Pipin Heriyanti Yogyakarta. Jurnal Media Ilmu Kesehatan 6(1): 71-75.
Azriani, D., dan Handayani, S. 2016. The Effect Of Oxytocin Massage On Breast Milk
Production.
Journal Of Dama International Researchers (DIJR) 1(8): 47-50.
Dewi, R. 2016. Efektifitas Pemberian Terapi Musik Klasik (Mozart) Terhadap Produksi Air
Susu
Ibu (ASI). Jurnal Kesehatan Masyarakat 10(2): 78-85.
Hamranani, S. S. T. 2011. Pengaruh Pijat Oksitosin Terhadap Involusi Uterus Pada Ibu Post
Partum Dengan Persalinan Lama Di Rumah Sakit Wilayah Kabupaten Klaten. Jurnal
Ilmu Kesehatan 6(12).
Indriyani, D., Asmuji., dan Wahyuni, S. 2016. Edukasi Postnatal: Pendekatan Family
Centered
Maternity. Trans Medika. Yogyakarta.
Jayamala, AK., Lakshmanagowda, P. B., Pradeep, G. C. M., dan Gotoro, J. 2015. Impact Of
Music Therapy On Breast Milk Secretion In Mothers Of Premature Newborns. Journal
Of Clinical And Diagnostic Research 9 (4): 04-06.
Manurung,S., Lestari, L. R., Suryati, B., Miradwiyana, B., Karma, A dan Paulina, K. 2011.
Efektivitas Terapi Musik Terhadap Pencegahan Postpartum Blues Pada Ibu Primipara Di
Ruang Kebidanan RSUP Cipto Mangunkusumo Jakarta Pusat. Jurnal Buletin Penelitian
Sistem Kesehatan 14(1): 17–23.
Nurliawati, E. 2010. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Produksi Air Susu Ibu
Pada Ibu Pasca Seksio Sesarea Di Wilayah Kota Dan Kabpaten Tasikmalaya. Tesis.
Universitas Indonesia. Jakarta
Nutrisi Bangsa. 2013. Faktor Yang Mempengaruhi Produksi ASI. Sari Husada, < http://www.
sarihusada.co.id/Nutrisi-Untuk-Bangsa/Kehamilan-dan-Menyusui/Menyusui/Faktor-Yang-
Mempengaruhi-Lancarnya-ASI. >. Diakses 02 Juli 2018.
Rahayu, D., Santoso, B., dan Yunitasari, E. 2015. Produksi ASI Ibu Dengan Intervensi
Acupresure Point For Lactation Dan Pijat Oksitosin. Jurnal Ners 10(1): 9-19.
Roesli, U. 2010. Bayi Sehat Berkat ASI Ekslusif. Elex Media Komputindo.Jakarta
Soetjiningsih. 2013. Seri Gizi Klinik ASI Petunjuk untuk Tenaga Kesehatan. EGC. Jakarta..
Sriyati., dan Sari, Y. K. 2015. Pengaruh Pijat Punggung Terhadap Produksi ASI Ibu Post Partum
Di
Ruang Cempaka RSUD Ngudi Waluyo Wlingi. Jurnal Ners dan Kebidanan 2(2): 141-149.
Sulistyoningsih, H. 2011. Gizi Untuk Ibu dan Anak. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Sulistyorini, E., Anies., Julianti, H. P., dan Setiani, O. 2014. Efektifitas Terapi Musik Klasik
(Mozart) TerhadapWaktu Keberhasilan Inisiasi Menyusu Dini Dan DurasiMenyusu
Bayi. Jurnal Kebidanan Indonesia 5(2): 69-78.
Vianna, M. N,. Barbosa, A. P., Carvalbaes., Curba, A. J. 2011. Music therapy May Increase
Breastfeeding Rates Among Mothers of Premature Newborn: a Randomized controlled
trrial. Journal Pediatr (Rio J) 2011: 87(3) : 206-212.
ANALISA JURNAL
“Peningkatan Produksi Asi Ibu Menyusui Pasca Melalui Pemberian
Pijat Oksitosin dan Terapi Musik Klasik (Mozart) Wilayah Kerja
Puskesmas Kradenan 2”