Oleh Kelompok IV B
A12-B
2020
KATA PENGANTAR
Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ) karena atas rahmat dan
karunia-Nya karya tulis yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Askep Chronic
Kidney Disease” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II dalam menempuh pendidikan Program Studi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentunya tidak luput dari
bantuan beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tulisan
ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-karya penulis
berikutnya. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
LAPORAN PENDAHULUAN
A. LAPORAN PENDAHULUAN CKD
1.1 Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR).CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidious) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolism, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia.Gagal ginjal kronik berdasarkan National
Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/000/)
Guidelines Update tahun 2002 dalam panduan pelayanan medic model
interdisiplin penatalaksanaan oleh Dr. Imam Rasjidi, definisi penyakit gagal ginjal
kronik (GGK) adalah:
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, berupa kelainan struktur ginjal, dapat atau tanpa
disertai penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang ditandai dengan:
- Kelainan patologi, dan
- Adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan laboratorium darah
atau urine, atau kelainan radiologi.
2. LFG < 60 ml/ menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau tanpa
disertai kerusakan ginjal.
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir
adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB,
Vol 2 hal 1448).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif
dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari
50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik
(GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi renal dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun)
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan kesimbangan cairan dan elektrolit.
1.2 Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritiskronis)
2. Penyakit peradangan(glomerulonefritis)
3. Penyakitvaskulerhipertensif(nefrosklerosis,stenosisarterirenalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa,
sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulusginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout,hiperparatiroidisme)
7. Nefropatitoksik
8. Nefropatiobstruktif(batusalurankemih) (Price &Wilson,1994)
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk
keperluan klinis dapat dibagi dalam 2 kelompok:
1. Penyakit parenkimginjal
a. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis,
Ginjal polikistik, Tbc ginjal
b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati,
Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik
progresif, Gout, Dm
2. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat,Batu saluran
kemih, Refluksureter,Secara garis besar penyebab gagal ginjal
dapat dikategorikan Infeksi yang berulang dan nefron yang
memburukObstruksi saluran kemihDestruksi pembuluh darah
akibat diabetes dan hipertensi yanglama Scar pada jaringan dan
trauma langsung pada ginjal.
1.3 Patofisiologi
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek
termasuk diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran
produksi urine dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan
metabolik abnormal. Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini
terjadi karena hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan
sisa-sisa produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi
hipostenuria (kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan polyuria adalah
peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan polyuria adalah tanda awal CKDdan
dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Perkembangan penyakit selanjutnya,
kemampuan memekatkan urin menjadi semakin berkurang. Osmolitasnya
(isotenuria). Jika fungsi ginjal mencapai tingkat ini serum BUN meningkat secara
otomatis, dan pasien akan beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan output
urin yang makin tidak adekuat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi dehidrasi/
mengalami kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagalginjal.
Perubahan metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan
eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus ginjal
dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin.
Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah disebut
azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal.
Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkat
eritropetin, penurunan masa hidup sel darah merah akibat dari uremia,defisiensi
besi danperdarahangastrointestinal.
Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan darah akibat overlood cairan
dan sodium dan kesalahan fungsi system renin. Angiostin aldosteron CRF
menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena anemia, hipertensi, dan
kelebihan cairan (Brunner & Suddart, 2007).
Tahap gangguan ginjal antar lain:
1) Tahap 1 : Diminishid RenalReserve
Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan sisa- sisa
metabolik dan ginjal yang sehat akan melakukan kompensasi terhadap
gangguan yang sakit tersebut.
2) Tahap II : Renal Insufficiency (insufisiensiginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal, sedang
apabia 15-140% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal normal hanya 2-
20%. Pada insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolik mulai berakumulasi dalam
darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat tidak dapat berkompensasi
secara terus menerus terhadap kehilangan fungsi ginjal karena adanya
penyakit tersebut. Tingkat BUN, Kreatinin, asam urat, dan fosfor
mengalami peningkatan tergantung pada tingkat penurunan fungsi ginjal.
3) Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahaplanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN, Kreatinin) berakumulasi dalam darah
dan ginjal tidak mampu mempertahankan hemostatis. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit terjadi bila segera dianalisa akan menjadi fatal/
kematian.
1.4 Pahtway
Dx : Intoleransi
aktivitas
Berikan NaOH
dengan air
ekstravasasi
Dx : Kelebihan
Vol. Cairan
( Brunner & Suddart, 2013 Levin, 2010 Price, 2006 Smeltzer, 2009).
1.5 Manifestasi Klinis
Sistem
hematopoietic Anemia, cepat lelah Hematokrit
Eritropoietin menurun Trombositopenia Hemoglobin
Perdarahan Ekimosis Hitung trombosit
Trombositopenia Perdarahan Petekie dan hematoma
ringan Hematemesis dan
Kegiatan trombosit melena
menurun
Sistem
kardiovaskular Hipervolemia Tanda vital
Kelebihan beban Hipertensi Berat badan
cairan Takikardi Elektrocardiogram
Mekanisme renin- Disritmia Auskultasi jantung
angiotensin Gagal jantung Pemantauan elektrolit
Anemia kongestif Kaji keluhan nyeri
Hipertensi kronik Pericarditis
Toksin uremik dalam
cairan pericardium
Sistem pernapasan
Mekanisme Takipnea Pengkajian pernapasan
kompensasi untuk Pernapasan Hasil pemeriksaan gas
asidosis metabolic kussmaul darah arteri
Toksin uremik Halitosis uremik Inspeksi mukosa oral
Paru uremik atau fetor Tanda vital
Kelebihan beban Sputum yang
cairan lengket
Batuk disertai nyeri
Suhu tubuh
meningkat
Hilar pneumonitis
Pleularr friction rub
Edema paru
Sistem
gastrointestinal Anoreksia Asupan dan haluaran
Perubahan kegiatan Mual dan muntah Hematokrit
trombosit Perdarahan Hemoglobin
Toksin uremik serum gastrointestinal Uji guaiak untuk feses
Ketidakseimbangan Distensi abdomen Kaji feses
elektrolit Diare dan konstipasi Kaji nyeri abdomen
Urea diubah menjadi
amonia oleh saliva
Sistem neurologi
Toksin uremik Perubahan tingkat Tingkat kesadaran
Ketidakseimbangan kesadaran; letargi, Refleks
elektrolit bingung, stupor, dan Elektroensefalogram
Edema serebral koma Keseimbangan
karena perpidahan Kejang elektrolit
cairan Tidur terganggu
Asteriksis
Sistem skeletal
Absorbsi kalsium Osteodistrofi ginjal Faktor serum
menurun Rickets ginjal Kalsium serum
Ekskresi fosfat Nyeri sendi Kaji nyeri sendi
menurun Pertumbuhan lambat
pada anak
Kulit
Anemia Pucat Lecet, lebam, dan luka
Pigmentasi Pigmentasi Kaji warna kulit
Kelenjar keringat Pruritus Perhatikan garukan
mengecil Ekimosis pada kulit
Kegiatan kelenjar Lecet
lemak menurun Uremic frosts
Ekskresi sisa
metabolism melalui
kulit
Sistem perkemihan
Kerusakan nefron Haluaran urin Asupan dan haluaran
berkurang BUN dan kreatinin
Berat jenis urin serum
menurun Elektrolit serum
Proteinuria Berat jenis urin
Fragmen dan sel
dalam urin
Natrium dalam urin
berkurang
Sistem reproduksi
Abnormalitas Infertilitas Menstruasi
hormonal Libido menurun Hamatokrit
Anemia Disfungsi ereksi Hemoglobin
Hipertensi Anemorea
Malnutrisi Lambat pubertas
1.6 Penatalaksanaan
Secara garis besar penatalaksanaan gagal ginjal kronik menurut dr. Imam Rasjidi
dalam bukunya yang berjudul Panduan Pelayanan Medik Model Interdisiplin
Penatalaksaan Kanker Serviks dengan Gangguan ginjal meliputi:
1. Pengobatan penyakit dasar atas diagnosis yang ada
2. Pengobatan terhadap penyakit penyerta
3. Penghambatan progresivitas penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyait kardiovaskular
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap komplikasi
6. Persiapan dan pemilihan terapi pengganti ginjal, khususnya apabila sudah
didapatkan gejala dan tanda-tanda uremia.
3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik
menurut Doenges (2000), dan Smeltzer (2008)adalah:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, diet berlebihan dan retensi cairan dannatrium.
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan yang lambat.
2) Mempertahankan pembatasan diet dan cairan.
3) Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema.
4) Menunjukkan tanda-tanda vitalnormal.
5) Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher.
6) Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi
nafas pendek.
7) Melakukan hygiene oral dengan sering.
8) Melaporkan penurunan rasa haus.
9) Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membrane
mukosamulut. Intervensi:
1) Kaji status cairan
a) Timbang berat badan harian
b) Keseimbangan masukan dan haluaran
c) Turgor kulit dan adanya edema
d) Distensi vena leher
e) Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional : Pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2) Batasi masukan cairan
Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal,
haluaran urine dan respons terhadap terapi.
3) Identifikasi sumber potensialcairan
a) Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan, oral
dan intravena
b) Makanan
Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi
4) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan.
5) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan. Rasional : Kenyamanan pasien meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet.
6) Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengansering.
Rasional : Hygiene oral mengurangi kekeringan membran
mukosa mulut.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet
dan penurunan membrane mukosamulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Kriteria
hasil :
1) Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologistinggi
2) Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam
pembatasandiet
3) Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia
dan tidak menimbulkan rasa kenyang
4) Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional
pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin
dan urea
5) Mengkonsulkan daftar makanan yang dapatditerima
6) Melaporkan peningkatan nafsumakan
7) Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat
badan yang cepat
8) Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar
albumin plasma dapatditerima
Intervensi :
1) Kaji statusnutrisi
a) perubahan beratbadan
b) pengukuranantropometrik
c) nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin,
protein, transferin dan kadar besi).
Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
2) Kaji pola diet dan nutrisi pasien
a) Riwayat diet
b) Makanan kesukaan
c) Hitung kalori.
Rasional : Pola diet sekarang dan dahulu dapat dipertimbangkan
dalam menyusun menu.
3) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi:
a) Anoreksia, mual danmuntah
b) Diet yang tidak menyenangkan bagipasien
c) Depresi
d) Kurang memahami diet
Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat
diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
4) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional : Mendorong peningkatan masukan diet.
5) Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi: telur, produk susu,daging.
Rasional : Protein lengkap diberikan untuk mencapai
keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan penyembuhan.
6) Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium,
diantara waktumakan.
Rasional : Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan
menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
7) Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera
diberikan sebelum makan.
Rasional : Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia
dan rasa kenyang.
8) Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
Rasional : Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan
antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.
9) Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan secara tertulis dan
anjurkan untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium
atau kalium.
Rasional : Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif
terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien
dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.
10) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan.
Rasional : Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam
menimbulkan anoreksia
11) Timbang berat badanharian.
Rasional : Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
12) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat:
a) Pembentukanedema
b) Penyembuhan yanglambat
c) Penurunan kadaralbumin
Rasional : Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan
penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema dan
perlambatan penyembuhan.
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja
miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi,
irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia),
4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008).
5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD
DI RUMAH SAKIT B
TANGGAL 16-18 APRIL 2020
I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Mawar
Tanggal Masuk : 16 April 2020
Tanggal Pengkajian : 16 April 2020
No. Register : 4xxxxx
Diagnosa Medis : CKD
2. Pernah dirawat
Dapat ditemukan, pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit.
3. Alergi
Dapat ditemukan, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.
2) BAK
Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAK pasien normal 1.500 cc
perhari dengan warna kuning jernih pancaran kuat.
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit BAK sedikit-sedikit dan sedikit berbuih,
merasa tidak lega saat BAK.
2) Latihan
Sebelum sakit
Dapat ditemukan sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas dan
kegiatan di rumah dengan mandiri.
Saat sakit
Dapat ditemukan saat sakit tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasa karena masih dirawat di rumah sakit
Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit tidur pasien terganggu karena kondisi
lingkungan rumah sakit dan nyeri yang dirasakan , pasien dapat tidur 5-
6 jam per hari.
h.Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga, dan
masyarakat dikarenakan keluarga yang menunggu selalu bergantian dan
banyak pula tetangga yang menjenguk pasien.
i. Pola Seksual-Reproduksi
Sebelum sakit :
Dapat ditemukan,tidak terdapat kelainan pada organ reproduksinya,
pasien memiliki 2 orang anak.
Saat sakit :
Dapat ditemukan ,tidak terdapat kelainan pada organ reproduksinya,
pasien memiliki 2 orang anak.
k.Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Hindu dan selalu berdoa untuk
kesembuhannya.
4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : komposmetis
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal : 6 Psikomotor: 5 Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 100 x/menit, Suhu = 37º C , TD = 140/80
mmHg, RR = 24 x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepala:
I: Dapat ditemukan, rambut pasien berwarna hitam, pertumbuhan
rambut baik, simetris, konjungtiva anemis, mata simetris, telinga
simetris, tidak ada cairan, penciuman baik, mukosa lembab
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada
kepala, tidak ada nyeri tekan
Leher:
I: Dapat ditemukan, leher simetris kanan dan kiri , tidak ada jejas
maupun luka
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.
b. Dada :
Paru
I: Dapat ditemukan, rambut pasien berwarna hitam,
pertumbuhan rambut baik, simetris.
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
pada kepala
Leher
I: Dapat ditemukan, leher simetris kanan dan kiri , tidak ada
jejas maupun luka
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.
Jantung
I: Dapat ditemukan, ictus cordic tidak nampak
P: Dapat ditemukan, ictus cordic kuat angkat
P:Dapat ditemukan, ICS 4&5 sinistra terdengar suara dellnes
A:Dapat ditemukan, ICS 5&6 mid clavicula suara normal
S1+S2 tunggal reguler.
d. abdomen :
I: Dapat ditemukan, dinding perut cekung dari dada, tidak ada lesi
A: Dapat ditemukan, terdengar bising usus dan peristaltik usus
15x/menit,
P: Dapat ditemukan,terdengar suara tympani
P:Dapat ditemukan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
penumpukan cairan
e. Genetalia :
I: Dapat ditemukan, tidak terdapat luka, tidak terdapat pembesaran
skrotum, terpasang DC
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat nyeri tekan
f. Integumen :
I: Dapat ditemukan,tidak ada lesi,tidak ada benjolan
P: tidak ada nyeri tekan
g. Ekstremitas :
Atas
I: Dapat ditemukan, tidak terdapat jejas maupun luka pada
tangan pasien, terpasang infus ditangan kanan.
P:Dapat ditemukan, Tidak terdapat nyeri tekan maupun
benjolan pada tangan, akral teraba hangat.
Bawah
I: Dapat ditemukan, tidak terdapat luka pada kaki pasien ,
simetris antara kanan dan kiri,
P: Dapat ditemukan, terdapat pitting edema derajat 3
h. Neurologis :
Status mental dan emosi :
Tidak Terkaji
b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Hasil laboratorium menunjukkan albuminuria
2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji
3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji
NYERI AKUT
intravaskuler ke interstitial
Odema
Pembahasan
1. Diagnosa 1 Nyeri akut : pada kasus ini di dapat pasien mengeluh nyeri pada
bagian pinggang dengan skala 4, ini berhubungan dengan akibat dari
kerusakan ginjal yang dialami sehingga menyebabkan iritasi pada saraf perasa
nyeri akibat menumpukknya toksik metabolit.
Kesimpulan
Saran