Anda di halaman 1dari 45

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASKEP

CHRONIC KIDNEY DISEASE

Oleh Kelompok IV B
A12-B

Gusti Ayu Ratna Dewi (18.3212866)


Kadek Dwi Melanie Rahayu (18.321.2874)
Komang Elly Merlina (18.321.2875)
Made Okthaviani Susilawati Dewi (18.321.2876)
Ni Kadek Ayu Dewi Cahyani (18.321.2877)

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM SARJANA


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
WIRA MEDIKA BALI
DENPASAR

2020
KATA PENGANTAR

Puja dan puji syukur yang tiada terhingga penulis haturkan kehadapan Ida
Sang Hyang Widhi Wasa ( Tuhan Yang Maha Esa ) karena atas rahmat dan
karunia-Nya karya tulis yang berjudul “Laporan Pendahuluan Dan Askep Chronic
Kidney Disease” ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Tulisan ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan
Medikal Bedah II dalam menempuh pendidikan Program Studi Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Wira Medika Bali.
Dalam keberhasilan penyusunan tulisan ini tentunya tidak luput dari
bantuan beberapa pihak. Untuk itu, penulis menyampaikan terima kasih yang
setulus-tulusnya kepada pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan tulisan
ini.
Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari yang sempurna, oleh
karena itu kritik dan saran perbaikan sangat diharapkan demi karya-karya penulis
berikutnya. Semoga tulisan ini ada manfaatnya.

Denpasar, 17 April 2020

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN

LAPORAN PENDAHULUAN
A. LAPORAN PENDAHULUAN CKD
1.1 Definisi
Chronic kidney disease (CKD) atau penyakit ginjal kronis didefinisikan
sebagai kerusakan ginjal untuk sedikitnya 3 bulan dengan atau tanpa penurunan
glomerulus filtration rate (GFR).CKD atau gagal ginjal kronis (GGK)
didefinisikan sebagai kondisi dimana ginjal mengalami penurunan fungsi secara
lambat, progresif, irreversibel, dan samar (insidious) dimana kemampuan tubuh
gagal dalam mempertahankan metabolism, cairan, dan keseimbangan elektrolit,
sehingga terjadi uremia atau azotemia.Gagal ginjal kronik berdasarkan National
Kidney Foundation (NKF) Kidney Disease Outcome Quality Initiative (K/000/)
Guidelines Update tahun 2002 dalam panduan pelayanan medic model
interdisiplin penatalaksanaan oleh Dr. Imam Rasjidi, definisi penyakit gagal ginjal
kronik (GGK) adalah:
1. Kerusakan ginjal > 3 bulan, berupa kelainan struktur ginjal, dapat atau tanpa
disertai penurunan Laju Filtrasi Glomerulus (LFG) yang ditandai dengan:
- Kelainan patologi, dan
- Adanya pertanda kerusakan ginjal, dapat berupa kelainan laboratorium darah
atau urine, atau kelainan radiologi.
2. LFG < 60 ml/ menit/1,73 m2 selama >3 bulan, dapat disertai atau tanpa
disertai kerusakan ginjal.
Gagal Ginjal Kronik (CRF) atau penyakit ginjal tahap akhir
adalah gangguan fungsi ginjal yang menahun bersifat progresif dan
irreversibel. Dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan
metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan
uremia (retensi urea dan sampah nitrogen lain dalam darah) ( KMB,
Vol 2 hal 1448).
Gagal ginjal kronis adalah suatu sindrom klinis yang disebabkan
penurunan fungsi ginjal yang bersifat menahun, berlangsung progresif
dan cukup lanjut, hal ini terjadi bila laju filtrasi glomerular kurang dari
50 mL/min. (Suyono, et al, 2001)
Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa gagal ginjal kronik
(GGK) atau Chronic Kidney Disease (CKD) adalah gangguan fungsi renal dimana
terjadi penurunan fungsi ginjal yang cukup berat secara perlahan-lahan (menahun)
yang progresif dan irreversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk
mempertahankan metabolisme dan kesimbangan cairan dan elektrolit.

1.2 Etiologi
Penyebab dari gagal ginjal kronis antara lain :
1. Infeksi saluran kemih (pielonefritiskronis)
2. Penyakit peradangan(glomerulonefritis)
3. Penyakitvaskulerhipertensif(nefrosklerosis,stenosisarterirenalis)
4. Gangguan jaringan penyambung (SLE, poliarteritis nodusa,
sklerosis sitemik)
5. Penyakit kongenital dan herediter (penyakit ginjal polikistik,
asidosis tubulusginjal)
6. Penyakit metabolik (DM, gout,hiperparatiroidisme)
7. Nefropatitoksik
8. Nefropatiobstruktif(batusalurankemih) (Price &Wilson,1994)
Penyebab gagal ginjal kronik cukup banyak tetapi untuk
keperluan klinis dapat dibagi dalam 2 kelompok:
1. Penyakit parenkimginjal
a. Penyakit ginjal primer : Glomerulonefritis, Mielonefritis,
Ginjal polikistik, Tbc ginjal
b. Penyakit ginjal sekunder : Nefritis lupus, Nefropati,
Amilordosis ginjal, Poliarteritis nodasa, Sclerosis sistemik
progresif, Gout, Dm
2. Penyakit ginjal obstruktif : pembesaran prostat,Batu saluran
kemih, Refluksureter,Secara garis besar penyebab gagal ginjal
dapat dikategorikan Infeksi yang berulang dan nefron yang
memburukObstruksi saluran kemihDestruksi pembuluh darah
akibat diabetes dan hipertensi yanglama Scar pada jaringan dan
trauma langsung pada ginjal.

1.3 Patofisiologi
Disfungsi ginjal mengakibatkan keadaan patologik yang komplek
termasuk diantaranya penurunan GFR (Glumerular Filtration Rate), pengeluaran
produksi urine dan eksresi air yang abnormal, ketidakseimbangan elektrolit dan
metabolik abnormal. Homeostatis dipertahankan oleh hipertropi nefron. Hal ini
terjadi karena hipertrofi nefron hanya dapat mempertahankan eksresi solates dan
sisa-sisa produksi dengan jalan menurunkan reabsorbsi air sehingga terjadi
hipostenuria (kehilangan kemampuan memekatkan urin) dan polyuria adalah
peningkatan output ginjal. Hipostenuria dan polyuria adalah tanda awal CKDdan
dapat menyebabkan dehidrasi ringan. Perkembangan penyakit selanjutnya,
kemampuan memekatkan urin menjadi semakin berkurang. Osmolitasnya
(isotenuria). Jika fungsi ginjal mencapai tingkat ini serum BUN meningkat secara
otomatis, dan pasien akan beresiko kelebihan beban cairan seiring dengan output
urin yang makin tidak adekuat. Pasien dengan CKD mungkin menjadi dehidrasi/
mengalami kelebihan beban cairan tergantung pada tingkat gagalginjal.
Perubahan metabolik pada gagal ginjal juga menyebabkan gangguan
eksresi BUN dan kreatinin. Kreatinin sebagian dieksresikan oleh tubulus ginjal
dan penurunan fungsi ginjal berdampak pada pembentukan serum kreatinin.
Adanya peningkatan konsentrasi BUN dan kreatinin dalam darah disebut
azotemia dan merupakan salah satu petunjuk gagal ginjal.
Perubahan kardiak pada CKD menyebabkan sejumlah gangguan system
kardiovaskuler. Manifestasi umumnya diantaranya anemia, hipertensi, gagal
jantung kongestif, dan perikaraitis, anemia disebabkan oleh penurunan tingkat
eritropetin, penurunan masa hidup sel darah merah akibat dari uremia,defisiensi
besi danperdarahangastrointestinal.
Hipertropi terjadi karena peningkatan tekanan darah akibat overlood cairan
dan sodium dan kesalahan fungsi system renin. Angiostin aldosteron CRF
menyebabkan peningkatan beban kerja jantung karena anemia, hipertensi, dan
kelebihan cairan (Brunner & Suddart, 2007).
Tahap gangguan ginjal antar lain:
1) Tahap 1 : Diminishid RenalReserve
Tahap ini penurunan fungsi ginjal, tetapi tidak terjadi penumpukan sisa- sisa
metabolik dan ginjal yang sehat akan melakukan kompensasi terhadap
gangguan yang sakit tersebut.
2) Tahap II : Renal Insufficiency (insufisiensiginjal)
Pada tahap ini dikategorikan ringan apabila 40-80% fungsi normal, sedang
apabia 15-140% fungsi normal dan berat bila fungsi ginjal normal hanya 2-
20%. Pada insufisiensi ginjal sisa-sisa metabolik mulai berakumulasi dalam
darah karena jaringan ginjal yang lebih sehat tidak dapat berkompensasi
secara terus menerus terhadap kehilangan fungsi ginjal karena adanya
penyakit tersebut. Tingkat BUN, Kreatinin, asam urat, dan fosfor
mengalami peningkatan tergantung pada tingkat penurunan fungsi ginjal.
3) Tahap III : End Stage Renal Desease (penyakit ginjal tahaplanjut)
Sejumlah besar sisa nitrogen (BUN, Kreatinin) berakumulasi dalam darah
dan ginjal tidak mampu mempertahankan hemostatis. Ketidakseimbangan
cairan dan elektrolit terjadi bila segera dianalisa akan menjadi fatal/
kematian.
1.4 Pahtway

InfeksiSaluran Kemis Penyakitmetabolik Nefropati toksik gangguan


Penyakitvaskulerhipertensi Gangguanjaringanikat(DM)

GAGAL GINJAL KRONIK

Renin meningkat Proteinuria Penurunan fungsi Peningkatan kadar


Penurunan laju infiltrasi glomelurus
ginjal kreatinin dan
BUNserum

Ginjal tidak mampu Angiotensi I Kadar protein Asotemia


mengencerkan urin sec. maksimal meningkat dalam darah turun
Penurunan fungsi
ginjalProduksi
eritropotin
menurun
Angiotensi I Kadar protein Syndrom uremia
meningkat dalam darah turun

Produk urin turun


AngiotensinII Penurunan Organ GI
dan kepekatan
urinmeningkat
Peningkatan Penurunan
Cairankeluarke pembentukan eritrosit
Na&K Vasikontrisi
pembuluh darah ekstravaskuler
Di kulit
(pruritus)
Disuria/anuria Edema
Tekanan darah
meningkat Anemia
Masuk ke
Mual muntah
vaskuler

Dx : Intoleransi
aktivitas
Berikan NaOH
dengan air

Peningkatan Vol. vaskuler


Dx : Perubahan
Nutrisi Kurang
Beban jantung Tekanan hidrostatik meningkat DariKebutuhan
meningkat

Sifat semi permiable pembuluh


Dx : Risiko
Dx : Perubahan Pola darah meningkat
Penurunan Curah
Nafas
Jantung

ekstravasasi

Dx : Kelebihan
Vol. Cairan

( Brunner & Suddart, 2013 Levin, 2010 Price, 2006 Smeltzer, 2009).
1.5 Manifestasi Klinis

Menurut Corwin, 2009 gambaran klinis pada gagal ginjal yaitu:

- Pada gagal ginjal stadium 1, tidak tampak gejala-gekala klinis.


- Seiring dengan perburukan penyakit, penurunan pembentukan eritropoietin
menyebabkan keletihan kronis dan muncul tanda-tanda awal hipoksia
jaringan dan gangguan kardiovaskular.
- Dapat timbul poliuria (peningkatan pengeluaran urin) karena ginjal tidak
mampu memekatkan urin seiring dengan perburukan penyakit.
- Pada gagal ginjal stadium akhir, pengeluaran urin turut akibat GFR rendah.
Menurut Baradero, 2008:
Parameter
Penyebab Tanda/ gejala pengkajian

Sistem
hematopoietic Anemia, cepat lelah Hematokrit
Eritropoietin menurun Trombositopenia Hemoglobin
Perdarahan Ekimosis Hitung trombosit
Trombositopenia Perdarahan Petekie dan hematoma
ringan Hematemesis dan
Kegiatan trombosit melena
menurun
Sistem
kardiovaskular Hipervolemia Tanda vital
Kelebihan beban Hipertensi Berat badan
cairan Takikardi Elektrocardiogram
Mekanisme renin- Disritmia Auskultasi jantung
angiotensin Gagal jantung Pemantauan elektrolit
Anemia kongestif Kaji keluhan nyeri
Hipertensi kronik Pericarditis
Toksin uremik dalam
cairan pericardium
Sistem pernapasan
Mekanisme Takipnea Pengkajian pernapasan
kompensasi untuk Pernapasan Hasil pemeriksaan gas
asidosis metabolic kussmaul darah arteri
Toksin uremik Halitosis uremik Inspeksi mukosa oral
Paru uremik atau fetor Tanda vital
Kelebihan beban Sputum yang
cairan lengket
Batuk disertai nyeri
Suhu tubuh
meningkat
Hilar pneumonitis
Pleularr friction rub
Edema paru
Sistem
gastrointestinal Anoreksia Asupan dan haluaran
Perubahan kegiatan Mual dan muntah Hematokrit
trombosit Perdarahan Hemoglobin
Toksin uremik serum gastrointestinal Uji guaiak untuk feses
Ketidakseimbangan Distensi abdomen Kaji feses
elektrolit Diare dan konstipasi Kaji nyeri abdomen
Urea diubah menjadi
amonia oleh saliva
Sistem neurologi
Toksin uremik Perubahan tingkat Tingkat kesadaran
Ketidakseimbangan kesadaran; letargi, Refleks
elektrolit bingung, stupor, dan Elektroensefalogram
Edema serebral koma Keseimbangan
karena perpidahan Kejang elektrolit
cairan Tidur terganggu
Asteriksis
Sistem skeletal
Absorbsi kalsium Osteodistrofi ginjal Faktor serum
menurun Rickets ginjal Kalsium serum
Ekskresi fosfat Nyeri sendi Kaji nyeri sendi
menurun Pertumbuhan lambat
pada anak
Kulit
Anemia Pucat Lecet, lebam, dan luka
Pigmentasi Pigmentasi Kaji warna kulit
Kelenjar keringat Pruritus Perhatikan garukan
mengecil Ekimosis pada kulit
Kegiatan kelenjar Lecet
lemak menurun Uremic frosts
Ekskresi sisa
metabolism melalui
kulit
Sistem perkemihan
Kerusakan nefron Haluaran urin Asupan dan haluaran
berkurang BUN dan kreatinin
Berat jenis urin serum
menurun Elektrolit serum
Proteinuria Berat jenis urin
Fragmen dan sel
dalam urin
Natrium dalam urin
berkurang
Sistem reproduksi
Abnormalitas Infertilitas Menstruasi
hormonal Libido menurun Hamatokrit
Anemia Disfungsi ereksi Hemoglobin
Hipertensi Anemorea
Malnutrisi Lambat pubertas
1.6 Penatalaksanaan
Secara garis besar penatalaksanaan gagal ginjal kronik menurut dr. Imam Rasjidi
dalam bukunya yang berjudul Panduan Pelayanan Medik Model Interdisiplin
Penatalaksaan Kanker Serviks dengan Gangguan ginjal meliputi:
1. Pengobatan penyakit dasar atas diagnosis yang ada
2. Pengobatan terhadap penyakit penyerta
3. Penghambatan progresivitas penurunan fungsi ginjal
4. Pencegahan dan pengobatan terhadap penyait kardiovaskular
5. Pencegahan dan pengobatan terhadap komplikasi
6. Persiapan dan pemilihan terapi pengganti ginjal, khususnya apabila sudah
didapatkan gejala dan tanda-tanda uremia.

Terapi non farmakologis:

1. Pengaturan asupan protein:


- Pasien non dialysis 0,6-0,75 g/ kg BB ideal/ hari sesuai dengan CCT
dan toleransi pasien
- Pasien hemodialisis 1-1,2 g/ kg BB ideal/ hari
- Pasien peritoneal dialysis 1,3 g/ kg BB/ hari
2. Pengaturan asupan kalori: 35 kal/ kg BB ideal/ hari
3. Pengaturan asupan lemak: 30-40% dari kalori total dan mengandung
jumlah yang sama antara lemak bebas jenuh dan tidak jenuh.
4. Pengaturan asupan karbohidrat: 50-60% dari kalori total
5. Pengaturan asupan garam dan mineral
- Garam (NaCl): 2-3 g/ hari
- Kalium 40-70 mEq/ kg BB/ hari
- Fosfor: 5-10 mg/ kg BB/ hari
- Pasien HD 17 mg/ hari
- Kalsium: 1400-1600 mg/ hari
- Besi: 10-18 mg/ hari
- Magnesium: 200-300 mg/ hari
- Asam folat pasien hemodialisa: 5 mg
- Air: jumlah urine 24 jam + 500 ml (IWL)
Pada CAPD air disesuaikan dengan jumlah dialisat yang keluar. Kenaikan
berat badan diantara waktu HD <5% BB kering.
1. Terapi farmakologis:
- Kontrol tekanan darah
Penghambat ACE atau antagonis reseptor Angiotensin II → evaluasi
kratinin dan kalium serum. Bila kreatini serum >35% atau timbul
hiperkalemi, hentikan terapi ini.
- Penghambat kalsium
- Diuretik
- Pada pasien DM, gula darah dikontrol. Hindari memaka metforminin
dan obat-obatan sulfonylurea dengan masa kerja yang panjang. Target
HbA1C untuk DM Tipe I 0,2 di ats normal tertinggi. Untuk DM Tipe
II adalah 6%.
- Koreksi anemia dengan target Hb 10-12 g/ dL
- Kontrol hiperfosfatemi: kalsium karbonat atau kalsium asetat
- Kontrol osteodistrol renal: kalsitriol
- Koreksi asidosis metabolic dengan target HCO3 20-22 mEq/L
- Koreksi hiperkalemia
- Kontrol dislipidemia dengan target LDL <100 mg/dl, dianjurkan
golongan statin
- Terapi ginjal pengganti

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN CKD


1. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian yang dapat dilakukan pada pasien dengan GGK dalam Muttaqin
(2011) meliputi :
a. Keluhan utama
Keluhan utama yang didapat bisanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran,
tidak selera makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa
lelah, nafas berbau ureum dan gatal pada kulit.
b. Riwayat Kesehatan Sekarang
Kaji onset penurunan urine output, penurunan kesadaran, perubaha
pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas
berbau amonia, dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sudah ke
mana saja klien meminta pertolongan untuk mengatasi
masalahnya dan mendapat pengobatan apa.
c. Riwayat Kesehatan Dahulu
Kaji adanya riwayat penyakit GGA, infeksi saluran kemih, payah
jantung, penggunaan obat-obat nefrotoksik, BPH, dan
prostatekstomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran kemih,
infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit DM, penyakit
hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi
penyebab. Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat-
obatan masa lalu dan adanya riwayat alergi terhadap jenis obat
kemudian dokumentasikan.
d. Psikososial
Adanya perubahan fungsi struktur tubuh dan adanya tindakan
dialisis akan menyebabkan penderita mengalami gangguan pada
gambaran diri. Lamanya perawatan, banyaknya biaya perawwatan
dan pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan,
gangguan konsep diri dan gangguan peran pada keluarga (self
esteem).
e. PemeriksaanFisik
1) B1(Breathing)
Klien bernapas dengan bau urine (fetor amonia) sering didapatkan
pada fase ini. Respon uremia didapatkan adanya adanya
pernapasan Kusmaul. Pola nafas cepat dan dalam merupakan upaya
untuk melakukan pembuangan karbondioksida yang menumpuk
disirkulasi.
2) B2(Blood)
Pada kondisi uremia berat, tindakan auskultasi perawat akan
menemukan adanya friction rub yang merupakan tanda khas efusi
perikardial. Didapatkan tanda dan gejala gagal jantung kongestif,
TD meningkat,akral dingin,CRT >3detik, palpitasi, nyeri dada
atau angina dan sesak nafas , gangguan irama jantung, edema
penurunan perfusi perifer sekunder dari penurunan curah jantung
akibat hiperkalemia dan gangguan konduksi elektrikal otot
ventrikel.
Pada sistem hematologi sering didapatkan adanya anemia. Anemia
sebagai akibat dari penurunan produksi eroteopoetin, lesi GI
uremik, penurunan usia sel darah merah dan kehilangan darah
biasanya dari saluran GI, kecenderungan mengalami perdarahan
sekunder daritrombositopenia.
3) B3(Brain)
Didapatkan penuruunan tingkat kesadaran, disfungsi serebral, seperti
proses pikir dan disorientasi. Klien sering didapatkan adanya
kejang, aadanya neuropati perifer, burning feet syndrome, restless
leg syndrome, kram otot dan nyeri otot.
4) B4(Bladder)
Penurunan urine output <400ml/hr sampai anuria, terjadi
penurunan libido berat.
5) B5(Bowel)
Didapatkan adnya mual dan muntah, anoreksia dan diare sekunder
dari bau mulut amonia, peradangan mukoa mulut, dan ulkus
saluran cerna sehingga sering didapatkan penurunan intake nutrisi
dari kebutuhan.
6) B6(Bone)
Didapatkan adnaya nyeri panggul, sakit kepala, kram otot, nyeri
kaki (memburuk saat malm hari), kulit gatal, ada/berulangnya
infeksi, pruritus, demam(sepsis, dehidrasi), petekie, area ekimosis
pada kulit, fraktur tulang, defosit fosfat kalsium pada kulit ,
jaringan lunak dan keterbatasan gerak sendi. Didapatkan adanya
kelemahan fisik secara umum sekunder dari anemia dan penurunan
perfusi perifer dari hipertensi.
2. DiagnosaKeperawatan
Diagnosa keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik
menurut Doenges (2000), dan Smeltzer (2008) adalah:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, diet berlebihan dan retensi cairan dannatrium.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
intake inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet dan
penurunan membrane mukosamulut.
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial
dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi
jantung, akumulasi toksik, kalsifikasi jaringanlunak.
d. Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan fisiologis
seperti akumulasi toksin (urea, amonia)
e. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi
toksik dalam kulit dan gangguan turgor kulit, gangguan
statusmetabolik.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedurdialisis.
g. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit
gagal ginjal kronik berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi dan kurangnyainformasi.

3. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan pada penyakit gagal ginjal kronik
menurut Doenges (2000), dan Smeltzer (2008)adalah:
a. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan penurunan haluaran
urine, diet berlebihan dan retensi cairan dannatrium.
Tujuan: Mempertahankan berat tubuh ideal tanpa kelebihan cairan.
Kriteria hasil:
1) Menunjukkan perubahan-perubahan berat badan yang lambat.
2) Mempertahankan pembatasan diet dan cairan.
3) Menunjukkan turgor kulit normal tanpa edema.
4) Menunjukkan tanda-tanda vitalnormal.
5) Menunjukkan tidak adanya distensi vena leher.
6) Melaporkan adanya kemudahan dalam bernafas atau tidak terjadi
nafas pendek.
7) Melakukan hygiene oral dengan sering.
8) Melaporkan penurunan rasa haus.
9) Melaporkan berkurangnya kekeringan pada membrane
mukosamulut. Intervensi:
1) Kaji status cairan
a) Timbang berat badan harian
b) Keseimbangan masukan dan haluaran
c) Turgor kulit dan adanya edema
d) Distensi vena leher
e) Tekanan darah, denyut dan irama nadi.
Rasional : Pengkajian merupakan dasar berkelanjutan untuk
memantau perubahan dan mengevaluasi intervensi.
2) Batasi masukan cairan
Rasional : Pembatasan cairan akan menentukan berat tubuh ideal,
haluaran urine dan respons terhadap terapi.
3) Identifikasi sumber potensialcairan
a) Medikasi dan cairan yang digunakan untuk pengobatan, oral
dan intravena
b) Makanan
Rasional : Sumber kelebihan cairan yang tidak
diketahui dapat diidentifikasi
4) Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang pembatasan cairan.
Rasional : Pemahaman meningkatkan kerjasama pasien dan
keluarga dalam pembatasan cairan.
5) Bantu pasien dalam menghadapi ketidaknyamanan akibat
pembatasan cairan. Rasional : Kenyamanan pasien meningkatkan
kepatuhan terhadap pembatasan diet.
6) Tingkatkan dan dorong hygiene oral dengansering.
Rasional : Hygiene oral mengurangi kekeringan membran
mukosa mulut.
b. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet
dan penurunan membrane mukosamulut.
Tujuan: Mempertahankan masukan nutrisi yang adekuat Kriteria
hasil :
1) Mengkonsumsi protein yang mengandung nilai biologistinggi
2) Memilih makanan yang menimbulkan nafsu makan dalam
pembatasandiet
3) Mematuhi medikasi sesuai jadwal untuk mengatasi anoreksia
dan tidak menimbulkan rasa kenyang
4) Menjelaskan dengan kata-kata sendiri rasional
pembatasan diet dan hubungannya dengan kadar kreatinin
dan urea
5) Mengkonsulkan daftar makanan yang dapatditerima
6) Melaporkan peningkatan nafsumakan
7) Menunjukkan tidak adanya perlambatan atau penurunan berat
badan yang cepat
8) Menunjukkan turgor kulit yang normal tanpa edema, kadar
albumin plasma dapatditerima
Intervensi :
1) Kaji statusnutrisi
a) perubahan beratbadan
b) pengukuranantropometrik
c) nilai laboratorium (elektrolit serum, BUN, kreatinin,
protein, transferin dan kadar besi).
Rasional : Menyediakan data dasar untuk memantau perubahan dan
mengevaluasi intervensi.
2) Kaji pola diet dan nutrisi pasien
a) Riwayat diet
b) Makanan kesukaan
c) Hitung kalori.
Rasional : Pola diet sekarang dan dahulu dapat dipertimbangkan
dalam menyusun menu.
3) Kaji faktor-faktor yang dapat merubah masukan nutrisi:
a) Anoreksia, mual danmuntah
b) Diet yang tidak menyenangkan bagipasien
c) Depresi
d) Kurang memahami diet
Rasional : Menyediakan informasi mengenai faktor lain yang dapat
diubah atau dihilangkan untuk meningkatkan masukan diet.
4) Menyediakan makanan kesukaan pasien dalam batas-batas diet.
Rasional : Mendorong peningkatan masukan diet.
5) Tingkatkan masukan protein yang mengandung nilai biologis
tinggi: telur, produk susu,daging.
Rasional : Protein lengkap diberikan untuk mencapai
keseimbangan nitrogen yang diperlukan untuk pertumbuhan
dan penyembuhan.
6) Anjurkan camilan tinggi kalori, rendah protein, rendah natrium,
diantara waktumakan.
Rasional : Mengurangi makanan dan protein yang dibatasi dan
menyediakan kalori untuk energi, membagi protein untuk
pertumbuhan dan penyembuhan jaringan.
7) Ubah jadwal medikasi sehingga medikasi ini tidak segera
diberikan sebelum makan.
Rasional : Ingesti medikasi sebelum makan menyebabkan anoreksia
dan rasa kenyang.
8) Jelaskan rasional pembatasan diet dan hubungannya dengan
penyakit ginjal dan peningkatan urea dan kadar kreatinin.
Rasional : Meningkatkan pemahaman pasien tentang hubungan
antara diet, urea, kadar kreatinin dengan penyakit renal.
9) Sediakan jadwal makanan yang dianjurkan secara tertulis dan
anjurkan untuk memperbaiki rasa tanpa menggunakan natrium
atau kalium.
Rasional : Daftar yang dibuat menyediakan pendekatan positif
terhadap pembatasan diet dan merupakan referensi untuk pasien
dan keluarga yang dapat digunakan dirumah.
10) Ciptakan lingkungan yang menyenangkan selama waktu
makan.
Rasional : Faktor yang tidak menyenangkan yang berperan dalam
menimbulkan anoreksia
11) Timbang berat badanharian.
Rasional : Untuk memantau status cairan dan nutrisi.
12) Kaji bukti adanya masukan protein yang tidak adekuat:
a) Pembentukanedema
b) Penyembuhan yanglambat
c) Penurunan kadaralbumin
Rasional : Masukan protein yang tidak adekuat dapat menyebabkan
penurunan albumin dan protein lain, pembentukan edema dan
perlambatan penyembuhan.
c. Resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja
miokardial dan tahanan vaskuler sistemik, gangguan frekuensi,
irama, konduksi jantung (ketidakseimbangan elektrolit, hipoksia),

akumulasi toksik (urea), kalsifikasi jaringan lunak (deposit Ca+


fosfat)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan curah jantung dapat
dipertahankan
Kriteria Hasil :
1) Tanda-tanda vital dalam batas normal: tekanan darah: 90/60-
130/90 mmHg, nadi 60-80 x/menit, kuat,teratur.
2) Akralhangat
3) Capillary refill kurang dari 3detik
4) Nilai laboratorium dalam batas normal (kalium 3,5-5,1 mmol/L,
urea 15- 39mg/dl)
Intervensi :
1) Auskultasi bunyi jantung dan paru, evaluasi adanya edema
perifer atau kongesti vaskuler dan keluhan dispnea, awasi
tekanan darah, perhatikan postural misalnya : duduk, berbaring
danberdiri.
Rasional : Mengkaji adanya takikardi, takipnea, dispnea, gemerisik,
mengi dan edema.
2) Evaluasi bunyi jantung akan terjadi friction rub, tekanan darah,
nadi perifer, pengisisan kapiler, kongesti vaskuler, suhu tubuh
dan mental. Rasional : Mengkaji adanya kedaruratanmedik.
3) Kaji tingkat aktivitas dan respon terhadapaktivitas.
Rasional : Ketidakseimbangan dapat mengangu kondisi
dan fungsi jantung.
4) Kolaborasikan pemeriksaan laboratorium yaitu kalium.
Rasional : Menurunkan tahanan vaskuler sistemik.
d. Perubahan proses fikir berhubungan dengan perubahan
fisiologis seperti akumulasi toksin (urea, amonia)
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien dapat
mempertahankan tingkat mental atau terjadi peningkatan tingkat
mental
Kriteria hasil :
1) Tidak terjadi disorientasi terhadap orang, tempat danwaktu
2) Tidak mengalami gangguan kemampuan dalam mengambil
keputusan
3) Tidak terjadi perubahan perilaku misalnya peka, menarik diri,
depresi ataupunpsikosis
4) Tidak terjadi gangguan lapang perhatian misalnya, penurunan
kemampuan untuk mengemukakanpendapat
5) Nilai laboratorium dalam batas normal (ureum) 15-39 mg/dl,
kreatinin 0,6-1,3 mg/dl)
Intervensi :
1) Kaji luasnya gangguan kemampuan berfikir, memori dan orientasi
serta perhatikan lapangpandang.
Rasional : Memberikan perbandingan untuk mengevaluasi
perkembangan atau perbaikan gangguan.
2) Pastikan dari orang terdekat tingkat mental klienbiasa.
Rasional : Beberapa perbaikan dalam mental, mungkin
diharapkan dengan perbaikan kadar urea, kreatinin, elektrolit
dan pH serum yang lebih normal.
3) Berikan orang terdekat informasi tentang statusklien.
Rasional : Dapat membantu menurunkan kekacauan dan
meningkatkan kemungkinan komunikasi dapat dipahami.
4) Komunikasikan informasi dengan kalimat pendek dansederhana.
Rasional : Perbaikan peningkatan atau keseimbangan dapat
mempengaruhi kognitif atau mental.
5) Tingkatkan istirahat adekuat dan tidak mengganggu periode tidur.
Rasional : Gangguan tidur dapat menganggu kemampuan
kognitif lebih lanjut.
6) Awasi pemeriksaan labolatorium misalnya urea dan kreatinin.
Rasional : Perbaikan hipoksia dapat mempengaruhi kognitif.
7) Berikan tambahan O2 sesuai indikasi
Rasional : Perbaikan hipoksia dapat mempengaruhi kognitif.
e. Resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan dengan akumulasi
toksik dalam kulit dan gangguan turgor kulit (edema, dehidrasi),
gangguan status metabolic, sirkulasi (anemia dengan iskemia
jaringan), neuropati perifer
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan tidak terjadi integritas
kulit
Kriteria Hasil :
1) Klien menunjukkan perilaku atau tehnik untuk mencegah
kerusakan atau cidera kulit
2) Tidak terjadi kerusakan integritas kulit
3) Tidak terjadi edema
4) Gejala neuropati perifer berkurang Intervensi :
1) Inspeksi kulit terhadap perubahan warna, turgor dan perhatikan
adanya kemerahan, ekimosis,purpura.
Rasional : Mengetahui adanya sirkulasi atau kerusakan
yang dapat menimbulkan pembentukan dekubitus atau
infeksi.
2) Pantau masukan cairan dan hidrasi kulit dan membran mukosa.
Rasional : Mendeteksi adanya dehidrasi atau hidrasi berlebihan
yang mempengaruhi sirkulasi dan integritas jaringan pada
tingkat seluler.
3) Inspeksi area tubuh terhadapedema.
Rasional : Jaringan edema lebih cenderung rusak atau robek.
4) Ubah posisi dengan sering menggerakkan klien dengan perlahan,
beri bantalan pada tonjolan tulang.
Rasional : Menurunkan tekanan pada edema, meningkatkan
peninggian aliran balik statis vena sebagai pembentukan
edema.
5) Pertahankan linen kering, dan selidiki keluhangatal.
Rasional : Menurunkan iritasi dermal dan resiko kerusakan kulit.
6) Pertahankan kukupendek
Rasional : Menurunkan resiko cedera dermal.
f. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedurdialysis.
Tujuan : Berpartisipasi dalam aktivitas yang dapat ditoleransi Kriteria
Hasil :
1) Menunjukkan perubahan pola hidup yangperlu.
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan.
3) Menunjukkan ekspresi rileks dan tidak cemas. Intervensi :
1) Kaji faktor yang menyebabkan keletihan:
a) Anemia
b) Ketidakseimbangan cairan dan elektrolit
c) Retensi produk sampah
d) Depresi
Rasional : Menyediakan informasi tentang indikasi tingkat
keletihan
2) Tingkatkan kemandirian dalam aktivitas perawatan diri yang
dapat ditoleransi, bantu jika keletihan terjadi.
Rasional : Meningkatkan aktivitas ringan/sedang dan
memperbaiki harga diri.
3) Anjurkan aktivitas alternatif sambil istirahat.
Rasional : Mendorong latitan dan aktivitas dalam batas-batas
yang dapat ditoleransi dan istirahat yang adekuat.
4) Anjurkan untuk beristirahat setelah dialysis.
Rasional : Dianjurkan setelah dialysis, yang bagi banyak pasien
sangat melelahkan.
g. Kurang pengetahuan tentang pencegahan dan perawatan penyakit
gagal ginjal kronik berhubungan dengan keterbatasan kognitif, salah
interpretasi informasi dan kurangnya informasi.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan klien menyatakan
pemahaman tentang kondisi atau proses penyakit dan pengobatan.
Kriteria Hasil :
1) Menunjukkan perubahan pola hidup yang perlu.
2) Berpartisipasi dalam program pengobatan.
3) Menunjukkan ekspresi rileks dan tidak cemas. Intervensi :
1) Diskusikan tentang manifestasi klinik yang mungkin muncul pada
klien dan cara perawatannya.
Rasional : Mengurangi kecemasan klien dan membeikan
pemahaman dalam perawatannya
2) Kaji ulang tentang tindakan untuk mencegah perdarahan dan
informasikan pada klien misalnya penggunaan sikat gigi yang
halus, memakai alas kaki atau sandal jika berjalan-jalan,
menghindari konstipasi, olah raga atau aktivitas yangberlebihan.
Rasional : Menurunkan resiko cedera sehubungan dengan
perubahan faktor pembekuan atau penurunan jumlah
trombosit.
3) Kaji ulang pembatasan diet, termasuk fosfat (contoh : produk
susu, unggas, jagung, kacang) dan magnesium (contoh : produk
gandum, polong-polongan). Rasional : Pembatasan fosfat
merangsang kelenjar paratiroid untuk pergeseran kalsium dari
tulang (osteodistrofi ginjal) dan akumulasi magnesium dapat
mengganggu fungsi neurologis danmental.
4) Diskusikan tentang terapi pengobatan yang diberikan.
Rasional : Memberikan pemahaman tentang fungsi obat dan
memotivasi klien untuk menggunakannya
5) Identifikasi keadaan yang memerlukan evaluasi medik segera.
Rasional : Memberi penanganan segera tentang kondisi-kondisi
yang memerlukan penanganan medik.

4. Pelaksanaan Keperawatan
Merupakan inisiatif dari rencana tindakan untuk mencapai tujuan
yang spesifik. Tahap pelaksanaan dimulai setelah rencana tindakan
disusun dan ditunjukkan pada nursing orders untuk membantu klien
mencapai tujuan yang diharapkan. Oleh karena itu rencana tindakan yang
spesifik dilaksanakan untuk memodifikasi faktor – faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan klien (Nursalam, 2008).

5. Evaluasi keperawatan
Perencanaan evaluasi memuat cerita hasil keberhasilan proses dan
keberhasilan tindakan keperawatan. Keberhasilan proses dapat dilihat
dengan jalan membandingkan antara proses dengan pedoman / rencana
proses tersebut. Sedangkan keberhasilan tindakan dapat dilihat dengan
antara tingkat kemandirian klien dalam kehidupan sehari – hari dan tingkat
kemajuan kesehatan klien dengan tujuan yang telah dirumuskan
sebelumnya.
BAB II
PEMBAHASAN
FORMAT LAPORAN ASUHAN KEPERAWATAN
BERDASARKAN FORMAT GORDON
ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. A
DENGAN DIAGNOSA MEDIS CKD
DI RUMAH SAKIT B
TANGGAL 16-18 APRIL 2020

I. PENGKAJIAN
1. Identitas
1. Identitas Pasien
Nama : Tn. A
Umur : 30 tahun
Agama : Hindu
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku Bangsa : Indonesia
Alamat : Jln. Mawar
Tanggal Masuk : 16 April 2020
Tanggal Pengkajian : 16 April 2020
No. Register : 4xxxxx
Diagnosa Medis : CKD

2. Identitas Penanggung Jawab


Nama : Ny. B
Umur : 28 tahun
Hub. Dengan Pasien : Istri Pasien
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Jln. Mawar
2. Status Kesehatan
1. Status Kesehatan Saat Ini
1. Keluhan Utama (Saat MRS dan saat ini)
Saat MRS : pasien mengeluh kakinya bengkak
Saat Ini : pasien mengeluhkan kakinya bengkak, nyeri pinggang, skala
nyeri 4, dan kencing sedikit-sedikit dan sedikit berbuih

2. Alasan masuk rumah sakit dan perjalanan penyakit saat ini


Pasien datang ke rumah sakit dengan keluhan kakinya bengkak dan nyeri
pada pingggang , skala nyeri 4, nyeri seperti ditusuk-tusuk saat
beraktivitas dan nyeri terasa hilang timul pasien mengatakan kencingnya
sedikit-sedikit dan sedikit berbuih, setelah dilakukan pemeriksaan
diketahui terdapat piiying odema derajat 3, psien didiagnosa CKD.

3. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya


Pasien datang ke rumah sakit untuk pengobatan yang lebih efektif.

2. Satus Kesehatan Masa Lalu


1. Penyakit yang pernah dialami
Dapat ditemukan, pasien mengatakan tidak pernah atau tidak ada
penyakit yang pernah dialami sebelumnya.

2. Pernah dirawat
Dapat ditemukan, pasien mengatakan tidak pernah dirawat di rumah sakit.

3. Alergi
Dapat ditemukan, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat alergi.

4. Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol dll)


Dapat ditemukan, pasien mengatakan tidak memiliki kebiasaan minum
kopi atau minum alkohol , pasien mengatakan tidak merokok.
3. Riwayat Penyakit Keluarga
Dapat ditemukan, pasien mengatakan tidak ada riwayat keluarga yang
memiliki penyakit yang sama dengan pasien.

4. Diagnosa Medis dan therapy


Diagnosa medis : CKD
Therapy:

3. Pola Kebutuhan Dasar ( Data Bio-psiko-sosio-kultural-spiritual)


a.Pola Persepsi dan Manajemen Kesehatan
Pasien mengeluh kakinya bengkak dan nyeri pinggang, skala nyeri 4
b. Pola Nutrisi-Metabolik
 Sebelum sakit :
Sebelum sakit pasien mengatakan makan seperti biasa 3x sehari dengan
nasi dan lauk lengkap , minum air yang cukup 8 gelas perhari serta
makan buah.
 Saat sakit :
Saat saat sakit pasien mangatakan makan seperti biasa 3x sehari
dengan menu makanan yang diberikan di rumah sakit, minum air 8
gelas perhari.

c.P ola Eliminasi


1) BAB
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit, BAB 1x sehari dengan konsistensi
lunak berbentuk berwarna kuning
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit, BAB sedikit sulit 1x sehari dengan
konsistensi lembek berwarna kuning.

2) BAK
 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit BAK pasien normal 1.500 cc
perhari dengan warna kuning jernih pancaran kuat.
 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit BAK sedikit-sedikit dan sedikit berbuih,
merasa tidak lega saat BAK.

d.P ola aktivitas dan latihan


1) Aktivitas
Kemampuan 0 1 2 3 4
Perawatan Diri
Makan dan √
minum
Mandi √
Toileting √
Berpakaian √
Berpindah √
0: mandiri, 1: Alat bantu, 2: dibantu orang lain, 3: dibantu orang lain
dan alat, 4: tergantung total

2) Latihan
 Sebelum sakit
Dapat ditemukan sebelum sakit pasien dapat melakukan aktivitas dan
kegiatan di rumah dengan mandiri.

 Saat sakit
Dapat ditemukan saat sakit tidak dapat melakukan aktivitas seperti
biasa karena masih dirawat di rumah sakit

e.Pola kognitif dan Persepsi


Pasien mengatakan sebelum dan saat sakit mampu berkomunikasi
dengan baik, suara jelas tidak mengalami gangguan pancaindra
f. Pola Persepsi-Konsep diri
Citra Diri: Pasien mengatakan tidak merasa malu dengan dirinya dan
percaya diri meskipun dirawat di RS.
Ideal Diri: Pasien mengatakan ingin cepat sembuh dan segera pulang
Harga Diri: Pasien mengatakan tidak malu dengan kondisinya saat ini.
Peran Diri: Pasien mengatakan suami bagi istrinya dan ayah bagi kedua
anaknya,saat sakit pasien merasakan adanya perubahan peran
pada dirinya karena masih dirawat di RS.
Identitas Diri: Pasien dapat mengenali dirinya bahwa dia adalah seorang
laki-laki berusia30 tahun.

g.P ola Tidur dan Istirahat


 Sebelum sakit :
Pasien mengatakan sebelum sakit dapat tidur dengan nyenyak dan
normal 7-8 jam per hari

 Saat sakit :
Pasien mengatakan saat sakit tidur pasien terganggu karena kondisi
lingkungan rumah sakit dan nyeri yang dirasakan , pasien dapat tidur 5-
6 jam per hari.

h.Pola Peran-Hubungan
Pasien mengatakan memiliki hubungan baik dengan keluarga, dan
masyarakat dikarenakan keluarga yang menunggu selalu bergantian dan
banyak pula tetangga yang menjenguk pasien.

i. Pola Seksual-Reproduksi
 Sebelum sakit :
Dapat ditemukan,tidak terdapat kelainan pada organ reproduksinya,
pasien memiliki 2 orang anak.

 Saat sakit :
Dapat ditemukan ,tidak terdapat kelainan pada organ reproduksinya,
pasien memiliki 2 orang anak.

j. Pola Toleransi Stress-Koping


Pasien mengatakan tidak cemas karena pasien menganggap sakitnya
adalah ujian dari tuhan dan ketika pasien merasa cemas serta ada
masalah pasien selalu menceritakannya dengan keluarganya.

k.Pola Nilai-Kepercayaan
Pasien mengatakan beragama Hindu dan selalu berdoa untuk
kesembuhannya.

4. Pengkajian Fisik
a. Keadaan umum : komposmetis
Tingkat kesadaran : komposmetis / apatis / somnolen / sopor/koma
GCS : verbal : 6 Psikomotor: 5 Mata : 4
b. Tanda-tanda Vital : Nadi = 100 x/menit, Suhu = 37º C , TD = 140/80
mmHg, RR = 24 x/menit
c. Keadaan fisik
a. Kepala dan leher :
Kepala:
I: Dapat ditemukan, rambut pasien berwarna hitam, pertumbuhan
rambut baik, simetris, konjungtiva anemis, mata simetris, telinga
simetris, tidak ada cairan, penciuman baik, mukosa lembab
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan pada
kepala, tidak ada nyeri tekan

Leher:
I: Dapat ditemukan, leher simetris kanan dan kiri , tidak ada jejas
maupun luka
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.
b. Dada :
 Paru
I: Dapat ditemukan, rambut pasien berwarna hitam,
pertumbuhan rambut baik, simetris.
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat benjolan dan nyeri tekan
pada kepala
Leher
I: Dapat ditemukan, leher simetris kanan dan kiri , tidak ada
jejas maupun luka
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat nyeri tekan, tidak terdapat
pembesaran kelenjar tiroid.

 Jantung
I: Dapat ditemukan, ictus cordic tidak nampak
P: Dapat ditemukan, ictus cordic kuat angkat
P:Dapat ditemukan, ICS 4&5 sinistra terdengar suara dellnes
A:Dapat ditemukan, ICS 5&6 mid clavicula suara normal
S1+S2 tunggal reguler.

c. Payudara dan ketiak :


I: Terdapat rambut pada ketiak, tidak terdapat luka maupun lesi
P: tidak terdapat nyeri tekan, maupun benjolan

d. abdomen :
I: Dapat ditemukan, dinding perut cekung dari dada, tidak ada lesi
A: Dapat ditemukan, terdengar bising usus dan peristaltik usus
15x/menit,
P: Dapat ditemukan,terdengar suara tympani
P:Dapat ditemukan, tidak ada nyeri tekan, dan tidak ada
penumpukan cairan
e. Genetalia :
I: Dapat ditemukan, tidak terdapat luka, tidak terdapat pembesaran
skrotum, terpasang DC
P: Dapat ditemukan, tidak terdapat nyeri tekan

f. Integumen :
I: Dapat ditemukan,tidak ada lesi,tidak ada benjolan
P: tidak ada nyeri tekan

g. Ekstremitas :
 Atas
I: Dapat ditemukan, tidak terdapat jejas maupun luka pada
tangan pasien, terpasang infus ditangan kanan.
P:Dapat ditemukan, Tidak terdapat nyeri tekan maupun
benjolan pada tangan, akral teraba hangat.

 Bawah
I: Dapat ditemukan, tidak terdapat luka pada kaki pasien ,
simetris antara kanan dan kiri,
P: Dapat ditemukan, terdapat pitting edema derajat 3

h. Neurologis :
 Status mental dan emosi :
Tidak Terkaji

 Pengkajian saraf kranial :


Ke-12 saraf kranial normal
 Pemeriksaan refleks :
Dapat ditemukan,Refleks patella pasien normal

b. Pemeriksaan Penunjang
1. Data laboratorium yang berhubungan
Hasil laboratorium menunjukkan albuminuria

2. Pemeriksaan radiologi
Tidak terkaji

3. Hasil konsultasi
Tidak terkaji

4. Pemeriksaan penunjang diagnostic lain


Tidak terkaji
5. ANALISA DATA
A. Tabel Analisa Data
DATA ETIOLOGI MASALAH
(Sesuai dengan patofisiologi)
DS : Pasien mengeluh nyeri Kerusakan ginjal
pinggang Nyeri Akut
GFR menurun
DO :
Gangguan fungsi ginjal berlangsung
P : pasien mengeluh nyeri
pinggang saat berativitas kronik
Q : nyeri seperti ditusuk-tusuk
CKD
R : nyeri di bagian pinggang
Kerusakan tubulus
S: skala nyeri 4
T: nyeri yang dirasakan hilang Terganggunya fungsi absorbsi, sekresi,
timbul
eksresi
TD : 140/80 mmHg
Menumpuknya toksik metabolit
N : 100 x/menit
RR : 24 x/menit Urenia
S : 37ºC
Iritasi saraf perasa nyeri

NYERI AKUT

Gangguan pada ginjal


DS : pasien mengatakan Kelebihan Volume
Tidak dapat berfungsi sebagai pengatur
kencing sedikit-sedikit dan Cairan
hemodinamik
sedikit berbuih
DO: Aliran darah ke ginjal menurun
5. Kaki pasien bengkak
GFR menurun
6. Piiting odema derajat 3
Pelepasan renin-angiostenin
7. Hasil lab albuminuria
TD : 140/80 mmHg Vasokontrksi, retensi Na & H2O
RR : 24 x/menit
Peningkatakan tekanan darah
Peningkatan tekanan hidrostatik kapiler

Mendorong cairan keluar dari

intravaskuler ke interstitial

Odema

Kelebihan Volume Cairan


B. Tabel Daftar Diagnosa Keperawatan /Masalah Kolaboratif Berdasarkan
Prioritas

NO TANGGAL / DIAGNOSA KEPERAWATAN TANGGAL Ttd


JAM TERATASI
DITEMUKAN
1. Kamis, 16 Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisik Sabtu, 18 April
April 2020 ditandai dengan pasien mengeluh nyeri pinggang, 2020
09.00 WITA nyeri terasa saat beraktivitas dan istirahat, skala nyeri
4, nyeri seperti ditusuk-tusuk, nyeri yang dirasakan
hilang timbul dengan TD: 140/80 mmHg, N : 100
x/menit, RR: 24 x/menit

2. Kamis, 16 Kelebihan volume cairan berhubungan dengan Sabtu, 18 April


April 2020 penurunan haluaran urine ditandai dengan pasien 2020
09.30 WITA mengatakan kencing sedikit-sedikit dan sedikit
berbuih, kaki pasien bengkak, piting odema derajat 3,
hasil lab menunjukkan albuminuria, TD : 140/80
mmHg, RR : 24 x/menit
C. Rencana Tindakan Keperawatan
Rencana Perawatan Ttd
Hari/ No
Tujuan dan Kriteria
Tgl Dx Intervensi Rasional
Hasil
Kamis, 1. Setelah dilakukan Manajemen nyeri: 1. Untuk mengetahui
16 April asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri penyebab dan frekuensi
2020 selama 3x 24 jam komprehensif yang meliputi nyeri.
diharapkan nyeri pasien lokasi, karakteristik, 2. Untuk mengurangi
berkurang dengan onset/durasi, frekuensi, nyeri.
kriteria hasil: kualitas, intensitas atau 3. Untuk membantu
1. Mengenali kapan beratnya nyeri dan faktor memanjemen nyeri yang
nyeri terjadi (skala pencetus. dirasakan
nyeri berkurang 2. Kurangi atau eliminasi 4. Untuk membantu
menjadi 2) faktor-faktor yang dapat pasien mengatasi nyeri
2. Menggunakan mencetuskan atau dengan cara non-
tindakan pencegahan meningkatkan nyeri farmakologi selain
3. Tanda-tanda vital (misalnya, ketakutan, dengan obat-obatan.
pasien dalam batas kelelahan, keadaan monoton
normal. dan kurang pengetahuan).
3. Ajarkan prinsip-prinsip
manajemen nyeri.
4. Kolaborasi dengan pasien,
orang terdekat dan tim
kesehatan lainnya untuk
memilih dan
mengimplementasikan
tindakan penurun nyeri
nonfarmakologi sesuai
kebutuhan.
Kamis, 2. Setelah dilakukan Manajemen Hipervolemia: 1. Untuk mengetahui
16 asuhan keperawatan 1. Monitor intake dan output. jumlah intake dan output
April selama 3x 24 jam 2. Reposisi pasien dengan edema cairan.
2020 diharapkan volume dependent secara teratur, 2. Untuk meningkatkan
cairan pasien berkurang sesuai kebutuhan. rasa nyaman pasien.
atau seimbang dengan 3. Instruksikan pasien dan 3. Untuk membantu
kriteria hasil: keluarga penggunaan catatan pasien mengetahui
1. Pasien terbebas dari asupan output , sesuai jumlah asupan aoutput
odema kebutuhan. yang diperlukan.
2. Tanda-tanda vital 4. Kolaborasi pemberian diuretik 4. Untuk membantu
pasien dalam batas sesuai program. mngurangi kadar air dan
normal natrium dalam tubuh.
3. Balance cairan
seimbang
4. BAK normal
D. Implementasi Keperawatan
Hari/ Ttd
No Dx Tindakan Keperawatan Evaluasi proses
Tgl/Jam
Kamis, 1. Manajemen nyeri: 1. Ds: pasien mengatakan nyeri
16 April 1. Melakukan pengkajian nyeri yang dirasakan di bagian pinggang
2020 komprehensif yang meliputi lokasi, Do: pasien menunjukkan pinggang
10.00 karakteristik, onset/durasi, frekuensi, 2. Ds: pasien mengatakan nyeri
WITA kualitas, intensitas atau beratnya nyeri dirasakan saat beraktivitas, skala
dan faktor pencetus. nyeri 2
2. Mengurangi atau eliminasi faktor- Do: pasien mengungkapkan
faktor yang dapat mencetuskan atau pencetus nyeri.
meningkatkan nyeri (misalnya, 3. Ds: pasien mengatahan paham
ketakutan, kelelahan, keadaan dengan prinsip manajemen nyeri
monoton dan kurang pengetahuan) yang diajarkan.
3. Mengajarkan prinsip-prinsip nyeri. Do: pasien tampak paham dan
4. Mengkolaborasikan dengan pasien, antusias.
orang terdekat dan tim kesehatan 4. Ds: pasien mengatakan mau
lainnya untuk memilih dan melakukan pengobatan
mengimplementasikan tindakan nonfarmakologi untuk mengatasi
penurun nyeri nonfarmakologi sesuai nyeri.
kebutuhan. Do: pasien tampak antusias dan
memahami informasi yang
disarankan.
Kamis, 2. Manajemen Hipervolemia: 1. Ds: pasien mengatakan
16 April 1. Memonitor intake dan output. kencingnya sedikit-sedikit dan
2020 2. Mereposisi pasien dengan edema tidak lancar.
11.00 dependent secara teratur, sesuai Do: infus terpasang dan masuk
WITA kebutuhan. NaCl 16 tpm
3. Menginstruksikan pasien dan 2. Ds: pasien mengatakan merasa
keluarga penggunaan catatan nyaman.
asupan output , sesuai kebutuhan. Do : pasien tampak kooperatif.
4. Mengkolaborasikan pemberian 3. Ds : pasien mengatakan
diuretik sesuai program. kencingnya masih sedikit-sedikit
Do: pasien tampak kooperatif
4. Ds: pasien bertanya manfaat
pemberian diuretik.
Do: pasien tampak kooperatif dan
antusias.
E. Evaluasi Keperawatan
Hari/Tgl
No No Dx Evaluasi TTd
Jam
1. Sabtu, 18 April 1. S : Pasien mengatakan nyeri sudah mulai
2020 berkurang, skala nyeri 1
17.00 WITA O : Pasien tampak lebih rileks
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 º C
A : Masalah keperawatan nyeri akut
teratasi
P : Pertahankan kondisi pasien.

2. Sabtu, 18 April 2. S : Pasien mengatakan kencing sedikit-


2020 sedikit, tidak lancar
18.00 WITA O : Tampak odema di kaki, piting odema
derajat 3
TD: 120/80 mmHg
N : 80 x/menit
RR : 20 x/menit
S : 36,5 º C
A : Masalah Keperawatan Kelebihan
volume cairan belum teratasi.
P : Lanjutkan intervensi :
1. Memonitor intake dan output.
2. Mereposisi pasien dengan edema
dependent secara teratur, sesuai
kebutuhan.
3. Menginstruksikan pasien dan
keluarga penggunaan catatan
asupan output , sesuai kebutuhan.
4. Mengkolaborasikan pemberian
diuretik sesuai program.

Pembahasan
1. Diagnosa 1 Nyeri akut : pada kasus ini di dapat pasien mengeluh nyeri pada
bagian pinggang dengan skala 4, ini berhubungan dengan akibat dari
kerusakan ginjal yang dialami sehingga menyebabkan iritasi pada saraf perasa
nyeri akibat menumpukknya toksik metabolit.

2. Diagnosa 2 Kelebihan volume cairan : pada kasus ini dimana pasien


mengatakan kencing sedikit² dan sedikit berbuih, lalu terdapat kaki pasien
bengkak, pitting edema derajat 3 akibat dari gangguan pada ginjal sehingga
aliran darah ke ginjal yang mendorong cairan keluar dari intravaskuler ke
intestitial.
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

Gagal ginjal kronis merupakan kegagalan fungsi ginjal untuk


mempertahankan metabolisme serta keseimbangan cairan dan elektrolit akibat
destruksi struktur ginjal yang progresif dengan manifestasi penumpukan sisa
metabolit (toksik uremik) di dalam darah. Banyak kondisi klinis yang bisa
menyebabkan terjadinya gagal ginjal kronik, akan tetapi, apapun sebabnya,
respons yang terjadi adalah penurunan fungsi ginjal secara progresif. Dan gagal
ginjal kronik juga dapat memberikan tanda dan gejala secara sitemik bagi tubuh
serta masalah keperawatan berupa Kelebihan volume cairan berhubungan dengan
penurunan haluaran urine, diet berlebihan dan retensi cairan dan natrium,
perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake
inadekuat, mual, muntah, anoreksia, pembatasan diet dan penurunan membrane
mukosa mulut, resiko penurunan curah jantung berhubungan dengan
ketidakseimbangan cairan mempengaruhi sirkulasi, kerja miokardial dan tahanan
vaskuler sistemik, gangguan frekuensi, irama, konduksi jantung, akumulasi
toksik, kalsifikasi jaringan lunak, resiko kerusakan intregitas kulit berhubungan
dengan akumulasi toksik dalam kulit dan gangguan turgor kulit, gangguan status
metabolic dan Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, anemia, retensi
produk sampah dan prosedurdialisis.
Salah satu penatalaksanaan medis pada pasien dengan gagal ginjal kronik
adalah dialysis. Dialysis juga dapat dilakukan untuk mencegah komplikasi gagal
ginjal yand serius, seperti hyperkalemia, pericarditis, dan kejang. Dialysis
memperbaiki abnormalitas biokimia; menyebabkan cairan, protein, dan natrium
dapat dikonsumsi secara bebas; menghilangkan kecenderungan perdarahan; dan
membantu penyembuhan luka.

Saran

1. Bagi mahasiswa supaya memberikan asuhan keperawatan yang tepat


kepada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sesuai dengan
perkembanganilmu.
2. Bagi institusi agar dapat mengembangkan konsep asuhan keperawatan
pada pasien dengan Chronic Kidney Disease(CKD).
3. Bagi tenaga kesehatan agar menerapkan asuhan keperawatan yang tepat
kepada pasien dengan Chronic Kidney Disease (CKD) sesuai dengan
perkembanganilmu.
DAFTAR PUSTAKA

Long, B.C. Essential of medical – surgical nursing : A nursing process


approach. Alih bahasa : Yayasan IAPK. Bandung: IAPK
Padjajaran; 1996 (Buku asli diterbitkan tahun1989)

Smeltzer, S.C. & Bare, B.G. Brunner and Suddarth’s textbook of


medical– surgical nursing. 8th Edition. Alih bahasa : Waluyo,
A. Jakarta: EGC; 2000 (Buku asli diterbitkan tahun1996)
Alam, Syamsir dan Iwan Hadibroto. 2007. Gagal ginjal: Panduan Lengkap untuk
Penderita dan keluarganya. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
Baradero, Mary. 2008. Klien gangguan ginjal. Jakarta: EGC.
Corwin, Elizabeth J. 2009. Patofisiologi: Buku Saku. Jakarta: EGC.
Doengoes, M.E., Moorhouse, M.F., Geissler, A.C. 2000 Nursing care plans:
Guidelines for planning and documenting patients care. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai