Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan
Gadar Kritis
Disusun Oleh:
KADARWATI
2022030123
1
ASUHAN KEPERAWATAN Ny.T DENGAN DIAGNOSA KEPERAWATAN
UTAMA GANGGUAN PERTUKARAN GAS PADA PASIEN DENGAN CHRONIC
KIDNEY DISEASE (CKD) DI RUANG ICU RSUD PREMBUN
Disusun Guna Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Stase Keperawatan
Gadar Kritis
Disusun Oleh:
KADARWATI
2022030123
1
LEMBAR PENGESAHAN
Telah disahkan
Hari : Sabtu
Pembimbing Akademik
2
DAFTAR ISI
Judul…………………………………………………………………………………..1
Halaman Judul………………………………………………………………………...1
Lembar Pengesahan…………………………………………………………………...2
Daftar Isi……………………………………………………………………………....3
BAB I…………………………………………………………………………………4
Pengertian……………………………………………………………………………..4
Etiologi………………………………………………………………………………..4
Batasan Karakteristik…………………………………………………………………5
Fokus Pengkajian……………………………………………………………………..5
Patofisiologi…………………………………………………………………………..6
Pathway………………………………………………………………………………7
Masalah Keperawatan………………………………………………………………..10
Intervensi Keperawatan………………………………………………...……………11
Implementasi…………………………………………………………………..……..13
Evaluasi……………………………………………………………………………....13
BAB II
Tinjauan Kasus………………………………………………………………………18
BAB III
Pembahasan………………………………………………………………………….28
3
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengertian
B. Etiologi
kronis. Akan tetapi, apapun penyebabnya, respon yang terjadi adalah penurunan
mengakibatkan CKD bisa disebabkan dari ginjal sendiri dan di luar ginjal.
Adapun penyebab gagal ginjal kronis menurut (Muttaqin & Sari, 2014)adalah
sebagai berikut :
4
1. Penyakit dari ginjal
edema dan gagal jantung. Edema paru dapat terjadi akibat gagal
organ ginjal. Jaringan yang ada pada ginjal, termasuk pembuluh darah
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), penyebab terjadinya gangguan
pertukaran gas adalah:
5
a. Ketidakseimbangan ventilasi-perfusi
C. Manifestasi Klinis
Menurut Tim Pokja SDKI DPP PPNI (2016), pada gangguan pertukaran gas terdapat
gejala dan tanda mayor dan minor yaitu:
1) Subjektif
2) Objektif
a) Dispnea
d) Takikardia
1) Subjektif
a) Pusing
b) Pengelihatan kabur
2) Objektif
a) Sianosis
b) Deaforesis
c) Gelisah
6
e) Pola napas abnormal (cepat atau lambat, reguler atau ireguler, dalam atau
dangkal)
g) Kesadaran menurun
D. Patofisiologi
Asam lambung yang semakin parah dapat menyebabkan gejala mual, kembung,
dan pengosongan, bahkan dapat menyebabkan iritasi lambung dan pendarahan.
Jika tidak ditangani, gangguan ini dapat menyebabkan melena, atau tinja
berwarna gelap. Ada kemungkinan siklus retensi menumpuk cairan seluler
berlebih, menyebabkan pembengkakan (edema). Edema menyebabkan
peningkatan kerja jantung, menyebabkan hipertrofi atau dilatasi ventrikel kiri dan
penurunan curah jantung. Siklus hipertrofi diikuti oleh penurunan aliran darah ke
ginjal. Hal ini menyebabkan retensi Na dan H2O, atau peningkatan kadar air. Hal
ini menyebabkan kelebihan volume cairan pada pasien CKD. Selain itu, fungsi
jantung atau peredaran darah yang buruk juga dapat menyebabkan hilangnya
kesadaran karena jantung tidak dapat memenuhi kebutuhan oksigen otak, yang
menyebabkan kematian sel. Hipertrofi ventrikel mengganggu difusi atau
pergerakan O2 dan CO2 sehingga menyebabkan pasien mengalami sesak napas.
Penurunan hemoglobin menyebabkan suplai HbO2 berkurang dan terjadi
defisiensi atau perfusi jaringan yang lemah pada pasien CKD
Hal ini juga disebabkan oleh pola hidup yang tidak sehat seperti: Pola makan
seperti fast food, jarang minum air putih, dan stressor lain yang merugikan ginjal.
Kebiasaan buruk ini dapat menjadi faktor risiko kerusakan ginja (34). Ini terjadi
karena tubuh merespons saat kita makan makanan cepat saji dan mengirimkan
7
lebih banyak pembawa glukosa dan protein pengatur yang mungkin berasal dari
makanan cepat saji. Anda mengalami kekurangan glukosa darah dan kadar
glukosa yang meningkat pesat. Ini juga dapat berdampak serius pada kinerja dan
kesehatan ginjal. Dapat juga disimpulkan bahwa patofisiologi CKD yang dialami
pada awal kehidupan juga bergantung pada kehidupan sehari-hari pada awal
kehidupan Manifestasi patologis umum terakhir dari CKD adalah fibrosis ginjal.
Fibrosis ginjal adalah kegagalan penyembuhan luka jaringan ginjal setelah cedera
kronis dan jangka panjang dan ditandai dengan adanya glomerulosklerosis, atrofi
tubular, dan fibrosis interstitial. Glomerulosklerosis disebabkan oleh kerusakan
dan disfungsi endotel, otot polos dan proliferasi sel mesangial, serta kerusakan
podosit yang biasanya melapisi membran dasar glomerulus.
Hipertrofi sisa nefron disebabkan oleh peningkatan terus menerus pada GFR dan
adanya tekanan filtrasi melintasi penghalang filtrasi glomerulus (yaitu, hipertensi
glomerulus), menunjukkan hiperfiltrasi glomerulus. Bersama-sama, hiperfiltrasi
glomerulus dan hipertensi glomerulus menginduksi ekspresi faktor pertumbuhan
transformasi dan reseptor faktor pertumbuhan epidermal, meningkatkan hipertrofi
nefron, dan meningkatkan luas permukaan filtrasi, sehingga mengurangi
hipertensi glomerulus.
Ketika kebutuhan oksigen sangat tinggi, ginjal menjadi sangat aktif secara
metabolik. Selama timbulnya penyakit ginjal kronis, kapiler interstisial menjadi
semakin bocor (sindrom kebocoran kapiler ginjal). Ini berarti sejumlah besar
protein plasma yang biasanya tidak pernah mencapai interstitium ginjal dapat
mencapai interstitium ginjal dan memicu respons peradangan. Penurunan luas
permukaan interstitial kapiler yang progresif ini menyebabkan hipoksia pada
pemecahan kolagen yang disintesis pada ginjal yang sehat. Karena kolagen,
protein membran dasar, proteoglikan, dan glikoprotein diawetkan pada ginjal
yang mengalami cedera kronis, daerah fibrostromal yang terkena berhubungan
erat dengan fungsi ginjal dan prognosis ginjal jangka panjang. sedang
mengerjakan
8
ekspansi mesangial, tanda awal glomerulosklerosis.
9
PATHWAY
Penyakit pada saringan (glomerulus): glomerulonefritis. Penyakit sitemik: diabetes melitus, hipertensi, kolesterol tinggi
Infeksi kuman: pyelonefritis, ureteritis. Keganasan pada ginjal
Batu ginjal: nefrolitiasis. Kista di ginjal: polcystis kidney -
Mekanisme kompensasi dan adaptasi dari nefron menyebabkan kematian nefron meningkat, membentuk jaringan parut dan aliran darah ginjal
GFR turun menyebabkan kegagalan mempertahankan metabolisme dan keseimbangan cairan dan elektrolit
Sekresi eriprotein
Hipoalbumin
Produksi hemoglobin
Bun, Kreatin
Filtrasi Glomerulus
Suplai O2 ke jaringan Katabolisme protein dalam sel
Produksi sampah di aliran darah
GFR Gangguan saluran gastrointstinal
Fatique/malais Retensi Na, Ureum
Mual dan muntah
Edema Masuk kulit Asidosis metabolik
10
F. Konsep Asuhan Keperawatan Pada Pasien dengan CKD
Pengkajian
1. Identitas
Usia diatas 50-59 tahun beresiko tinggi mengalami CKD karena laju
filtrasi glomerulus yang menurun dengan prevelansi 25,1% dari 183 sampel yang
dilakukannya dan menurutnya sebagian besar pasien yang memiliki resiko terkena
hanya 47% dengan faktor resiko tinggi pada CKD adalah salah satunya memiliki
riwayat penyakit DM. Hal ini dikarenakan gaya hidup tidak sehat seperti
2. Keluhan Utama
Keluhan utama yang didapat biasanya bervariasi, mulai dari urine output
sedikit sampai tidak dapat BAK, gelisah sampai penurunan kesadaran, tidak selera
makan (anoreksia), mual, muntah, mulut terasa kering, rasa lelah, nafas berbau
3. Riwayat Penyakit
pola nafas, kelemahan fisik, adanya perubahan kulit, adanya nafas berbau amonia
dan perubahan pemenuhan nutrisi. Kaji sedah kemana saja klien meminta
4. Riwayat Penyakit
Dahulu kaji adanya riwayat penyakit gagal ginjal akut, infeksi saluran
Hyperplasia (BPH) dan prostatektomi. Kaji adanya riwayat penyakit batu saluran
kemih, infeksi sistem perkemihan yang berulang, penyakit diabetes mellitus dan
11
penyakit hipertensi pada masa sebelumnya yang menjadi predisposisi penyebab.
Penting untuk dikaji mengenai riwayat pemakaian obat obatan masa lalu dan
5. Riwayat Penyakit
keluarga tidak terlalu berdampak pada penyakit ini. Namun pencetus sekunder
6. Psikososial
suhu dan kedalaman serta distribusi kapiler memengaruhi warna kulit bukan
merupakan indeks pucat yang dapat d andalkan. Warna kuku, telapak tangan,dan
membran mukosa bibir serta konjungtiva dapat digunakan lebih baik guna meilai
kepucatan
a. B1 (Breath)
pengiriman oksigen.
b. B2 (Blood)
12
Takikardi dan bising jantung menggambarkan beban kerja dan curah
jantung yang meningkat, pucat pada kuku, telapak tanan, serta membran
coroner.
c. B3 (Brain)
berdengung).
d. B4 (Bladder)
e. B5 (Bowel)
f. B6 (Bone)
H. Intervensi Keperawatan
Intervensi keperawatan ini sesuai dengan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018) serta tujuan dan kriteria hasil sesuai dengan (Tim Pokja SIKI DPP PPNI,
2018).
13
pertukaran gas meningkat
Rencana Tindakan
Rencana tindakan Gangguan perukaran gas
No Intervensi Rasional
1. Pemantauan respirasi (I. 01014)
Monitor frekuensi, irama, kedalaman, Memantau frekuensi, irama dan upaya
dan upaya napas napas
Monitor adanya sumbatan jalan napas Memantau adanya sumbatan dijalan
Monitor saturasi oksigen napas
Auskultasi bunyi napas Memantau saturasi oksigen klien
Atur interval pemantauan respirasi Mengetahui kkedalaman bunyi napas
sesuai kondisi pasien Mengatur pemantauan kondisi respirasi
pasien
2. Terapi oksigen (I. 01026)
Monitor kecepatan aliran oksigen Memantau kecepatan aliran oksigen
Monitor tingkat kecemasan akibat yang diberikan
terapi oksigen Memantau respon pemberian terapi
Pertahankan kepatenan jalan napas oksigen
Gunakan perangkat oksigen yang Agar mendapatkan jalan nafas yang
sesuai dengan tingkat mobilitas pasien paten
Kolaborasi pemberian oksigen saat Agar sesuai dengan kondisi dan
istirahat/tidur memudahkan mobilitas
Agar memudahkan pasien untuk
bernapas saat beristirahat
14
membaik Kadar kreatinin plasma
membaik
Keseimbangan asam Kadar pH membaik
basa Frekuensi napas membaik
(L. 04034) hal 40 Kadar CO2 membaik
Rencana Tindakan
Rencana tindakan Hipervolemia
No Intervensi Rasional
1. Manajemen hypervolemia (I. 03114 Manajemen hypervolemia (I. 03114
hal 181) hal 181)
Identifikasi penyebab hypervolemia Mengetahui penyebab hypervolemia
Rencana Tindakan
15
Tabel 2. 7 Rencana tindakan Defisit nutrisi
No Intervensi Rasional
1. Manajemen nutrisi (I. 03119 hal Manajemen nutrisi (I. 03119 hal 200)
200) Memantau status nutrisi
Identifikasi status nutrisi Mengetahui hasil laboratorium
Monitor hasil laboratorium Mengetahui adanya alergi pada pasien
Identifikasi alergi dan intoleransi Memantau asupan makanan yang
makanan dimakan pasien
Monitor asupan makanan Membantu pasien dala
Ajarkan diet yang diprogramkan
2. Pemantauan Cairan (I. 03121 hal Pemantauan Cairan (I. 03121 hal
238) 238)
Monitor frekuensi dan kekuatan nadi Memantau tanda vital
Monitor hasil pemeriksaan serum Mengetaui hasil laboratorium
Monitor intake dan output cairan Memantau intake dan output cairan
I. Implementasi Keperawatan
Pelaksanaan rencana keperawatan kegiatan atau tindakan yang diberikan
kepada pasien sesuai dengan rencana keperawatan yang telah ditetapkan, tetapi
J. Evaluasi
Dilaksanakan suatu penilaian terhadap asuhan keperawatan yang telah
diberikan atau dilaksanakan dengan berpegang teguh pada tujuan yang ingin
dicapai. Pada bagian ini ditentukan apakah perencanaan sudah tercapai atau
belum, dapat juga tercapai sebagaian atau timbul masalah baru (Nursalam, 2014).
16
BAB II
TINJAUAN KASUS
Keluarga mengatakan sejak 1 bulan yang lalu pasien mengatakan lemes lalu sesak
nafas dan kaki nya bengkak
R
N
Riwayat di IGD : pasien dating dengan keluhan sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu,
sulit beraktifitas, kaki bengkak, namun saat ini sudah tidak bengkak, tidak mual
T
N
A
H
U
E A
W
H
U
S
I
D
E A
D
K
17
Riwayat Allergi : tidak ditemukan riwayat alergi
Riwayat Pengobatan : Bila sakit klien hanya berobat di mantra terdekat
Riwayat penyakit sebelumnya dan Riwayat penyakit keluarga: Klien mengatakan tidak
ada anggota keluarga dari klien yang memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi
dan diabetes, klien juga mengatakan tidak ada anggota keluarga yang memiliki riwayat
penyakit yang sama dengan klien
Masalah Keperawatan:
Pola nafas tidak efektif
18
Pulse Oxymetri:
D
B
Apatis ◻ Koma GCS : ◻ Eye 5 ◻ Verbal 5 ◻ Motorik .5
Pupil : ◻ √Isokor ◻ Unisokor ◻ Pinpoint ◻ Midriasis
Refleks Cahaya: ◻ √Ada ◻ Tidak Ada
Refleks Muntah: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Refleks fisiologis: ◻ √Patela (+) ◻ Lain-lain … …
Refleks patologis : ◻ Kaku Kuduk (-) ◻ Babinzky (-) ◻ Kernig (-) ◻ Lain-lain
... ...
19
CPP: …..mmHg
Lain-lain: … …
Masalah Keperawatan:
Masalah Keperawatan:
TB : 155.cm BB : 42 kg
W
20
)
&
l
N
21
Kepala
E
O
Bentuk : mesochepal
Rambut : rambut berwarna hitam, kering dan kusam
T
E
Kulit kepala : sedikit berminyak
H
Dada; Paru
Bentuk : ◻ √normal ◻ pigeon chest ◻ barrel chest ◻ flail chest
Lesi : ◻ Ada ◻√ Tidak ◻ Lokasi ... ...
Retraksi otot bantu nafas : ◻ √Ada ◻ Tidak Ada
Vokal fremitus: ◻ Ada ◻√ Tidak
Perkusi : ◻ Normal ◻ √Tidak , dengan bunyi…….
Bunyi Paru : ◻ √Vesikuler ◻ Bronchovasikuler ◻ bronchial
Bunyi tambahan Paru: ◻√ Ronchi ◻ Wheezing ◻ crachless
Dada; Jantung
Denyut : ◻ Terlihat ◻ √Tidak ◻ Lokasi ... ...
Denyut : ◻ √Teraba ◻ Tidak ◻ Lokasi ... ...
Perkusi : ◻ normal,……. ◻ √Tidak normal, ... ...
Bunyi Jantung: ◻√ normal ◻ ada suara tambahan
Suara tamabahan: ◻ gallop ◻ murmur ◻ friction rub
Abdomen
Inspeksi:
Bentuk: ◻ datar ◻ cembung ◻√ cekung
Asites: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Luka Jahit: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
22
Ruam: ◻ Ada ◻√ Tidak Ada
Ekimosis: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Dilatasi vena: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Pulsasi aorta: ◻ Ada, lokasi……… ◻√ Tidak Ada
Lingkar Perut: 67.cm
Auskultasi, bising usus: 25 x
Palpasi:
Distensi: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Nyeri: ◻ Ada, Lokasi………………. ◻ √Tidak Ada
Hepar: ◻ Teraba ◻ √Tidak Teraba
Perkusi, ◻ √Pekak ◻ Timpani
Ekstremitas
Edema: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Lokasi: ………..
Pitting Edema:…..mm
Terpasang IVFD: ◻ √perifer ◻ central
Syringe pump: ◻√ Ada, jenis obat furosemid ◻ Tidak Ada
Infus pump: ◻ Ada, jenis cairan nacl. ◻ Tidak Ada
Kulit
Sianosis: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Pallor: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Eritema: ◻ Ada ◻√ Tidak Ada
Jaundice: ◻ Ada ◻√ Tidak Ada
Petekie: ◻ Ada ◻ √Tidak Ada
Lesi: ◻ Bula ◻ pustula ◻ vesikel ◻ sisik ◻ √Tidak Ada
Data Sekunder
1. Data Penunjang
a. Pemeriksaan Laboratorium (abnormal)
23
Tanggal Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan Satuan
14-03-2023 Hemoglobin 7,2 11,7-15,5 g/dl
Leukosit 30,2 3,6 - 11 Ribu/Ul
SGOT 40 < 31 U/l
SGPT 11 < 32 U/l
Ureum 305 10-50 mg/dl
Creatinin 11,6 0,5-0,9 mg/dl
15-03-2023 Hemoglobin 12,0
Ureum 158
Creatinin 5,5
15-03-2023 Analisis Blood Gas
PH 7,483 7,38-7,46
PCo2 14,6 70-700
Po2 169,3
AaDo2 526,0
Tanggal................................................................................................................
.............................................................................................................................. ..
............................................................................................................................ ....
..........................................................................................................................
c. Pemeriksaan Thoraks
Tanggal.................................................................................................................
.............................................................................................................................. ..
............................................................................................................................ ....
..........................................................................................................................
d. Pemeriksaan EKG (melampirkan gambarnya)
Tanggal 15 Maret 2023 = ST elevasi
Lampiran gambar ekg
Deskripsi................................................................................................................
.............................................................................................................................. ..
............................................................................................................................
2. Terapi
24
No Tanggal Nama therapi Dosis No Tanggal Nama Dosis
therapi
1. 15-03- Ceftriaxon 2 x 1 gr
2023 Ciprofloxacin 2 x 200mg
Furosemid 2 x 40 mg
Ranitidin 2 x 50 mg
Mecobalamin 1 x 500mg
Metyl Prednison 3 x 32,25 mg
Nebulizer
Fentolin:Flexotid 3x1
25
ANALISA DATA
NO DATA FOKUS ETIOLOGI MECHANISM PROBLEM
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Pola Nafas Tidak Efektif b.d Penurunan Eksapansi Paru (D.0005)
2. Perfusi Perifer Tidak Efektif b.d Penurunan Konsentrasi hemoglobin ( D.0009)
3. Hipervolemia b.d Kelebihan Asupan Cairan ( D.0022)
26
RENCANA KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan Intervensi Rasional
Keperawatan
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Tanggal/Dx Implementasi Respon TT
D
EVALUASI
Tanggal Dx. SOAP
Kep
PEMBAHASA
dengan diagnosis medis Cronic Kidney Disease (CKD) + Anemia di ruang ICU
pendekatan studi kasus untuk mendapatkan kesenjangan antara teori dan praktek
evaluasi.
Pengkajian
Penulis melakukan pengkaian pada Ny. T dengan melakukan anamnesa
pada pasien dan keluarga, melakukan pemeriksaan fisik dan mendapatkan data
1. Identitas
tahun pekerjaan ibu rumah tangga. Menurut Hervinda (2014). penderita CKD
faktor risiko utama terjadinya CKD, karena penyakit CKD dapat dipengaruhi oleh
ras, faktor genetik, dan lingkungan. CKD merupakan penyakit multifaktorial, ada
beberapa hal yang diduga sebagai faktor risiko terjadinya penyakit ginjal kronik
Menurut penulis penderita penyakit CKD tidak berkaitan dengan jenis kelamin,
bertambahnya usia, maka organ tubuh manusia akan mengalami penurunan pada
fungsinya. Hal ini dapat diperberat oleh penyakit penyerta dan pola hidup
anatomi, fisiologi dan sitologi pada ginjal. Setelah usia 30 tahun, ginjal akan
mengalami atrofi dan ketebalan kortek ginjal akan berkurang sekitar 20% setiap
dekade. Perubahan lain yang akan terjadi seiring dengan bertambahnya usia
2. Keluhan Utama
Keluhan utama pada Ny.T dengan CKD adalah sesak nafas. Keluhan
utama yang paling sering dirasakan oleh penderita gagal ginjal kronik adalah
sesak nafas, nafas tampak cepat dan dalam atau yang disebut pernafasan kusmaul
(Nurjanah, 2020). Hal tersebut dapat terjadi karena adanya penumpukan cairan di
dalam jaringan paru atau dalam rongga dada, ginjal yang terganggu
cairan, sesak nafas juga dapat disebabkan karena pH darah menurun akibat
2020). Menurut penulis sesak nafas yang terjadi pada pasien dapat disebabkan
oleh input cairan yang berlebihan sehingga dapat memperberat kerja ginjal. Maka
output cairan pada tubuh berkurang dan menumpuk pada paru yang menyebabkan
terima oleh tim medis untuk rawat inap, pasien di lakukan rawat inap di ruang
Ny. T di dapatkan hasil hemoglobin di bawah normal yaitu 7,2 gr/dL (13-
17g/dL). Ny. T mendapat terapi pemberian tranfusi PRC 2 bag durante HD.
Menurut Sanglah (2021) ketika ginjal mengalami masalah seperti adanya penyakit
ginjal kronik maka hormon eritropoietin tidak dapat terbentuk atau berkurangnya
jumlah eritropoietin yang dibentuk oleh ginjal dan dapat menyebabkan tidak
dibuatnya eritrosit baru pada sumsum tulang sehingga anemia yang terjadi tidak
yang berarti adanya penurunan laju filtrasi glomerulus atau peningkatan stadium
dari penyakit ginjal kronik. Menurut penulis, keadaan pasien anemia merupakan
amlodipine 5mg dan candesartan 8mg. Kondisi ini akan menyebabkan iskemik
Pemeriksaan Fisik
1. B1 (Breath)
anemia adalah kurangnya sel darah merah, pada pasien yang mengalami anemi
akan menimbulkan sesak nafas. Salah satu fungsi dari sel darah merah yaitu
kurangnya oksigen didalam dalam tubuh yang berakibat dari kurangnya sel darah
merah. Menurut panulis terjadinya takipnea pada pasien dikarenakan anemia yang
2. B2 (Blood)
Saat pengkajian tanda tanda vital klien ditemukan TD: 130/80 mmHg, HR:
102 x/menit, suara jantung S1 S2 tunggal, irama jantung klien regular dengan
akral teraba dingin, membrane mukosa tampak pucat, dengan CRT > 3 detik,
turgor kulit klien menurun, terdapat edema pada ekstermitas bawah dengan edema
sering terjadi pada pasien CKD. Tekanan darah biasanya terjadi peningkatan dan
dapat terjadi hipertensi masif (tekanan darah >200 mmHg) (Tarwoto, 2016).
metabolisme dalam sel berubah dari aerob menjadi anaerob. Menurut penulis Ny.
3. B3 (Brain)
Pada kondisi pasien pemeriksaan status neurologis nervus kranialis, yaitu : Nervus
cranial I pasien mampu membedakan antara bau makanan dan obat, Nervus
cranial II pasien dapat melihat lapang pandang secara normal, Nervus cranial III
baik, Nervus cranial VI pasien mampu menggerakkan bola mata ke arah lateral,
Nervus cranial VII otot wajah pasien simetris tidak ada masalah, Nervus cranial
VIII pasien dapat mendengar dengan baik, Nervus cranial IX pasien tidak ada
pasien dapat menahan bahu, Nervus cranial XII pasien dapat menjululurkan lidah.
disfungsi otak keseluruhan akibat ureum (Purwanto, 2016). Menurut penulis pada
penderita CKD dapat trjadi defisit neurologis karena disfungsi otak disebabkan
oleh ureum.
.
:
Setelah penulis melakukan pengamatan dan melaksanakan asuhan
keperawatan secara langsung pada pasien dengan diagnosis medis Chronic Kidney
Disease (CKD) dengan tindakan HD di Ruang ICU RSUD Prembun selama 1x24
jam pada tanggal 17 Maret 2023, kemudian penulis dapat menarik simpulan
keperawatan pada pasien dengan diagnosis medis Chronic Kidney Disease (CKD)
+ Anemia.
Kesimpulan
1. Pengkajian pada Ny. T pada tanggal 17 Maret 2023 di Ruang ICU RSUD
tindakan HD, dengan keluhan utama pasien mengeluh sesak napas, kesadaran
composmetis, GCS 15, pasien sudah terpasang O2 nasal 3 lpm, pasien tampak
lemah dan pucat, CRT > 3 detik, nilai hemoglobin 7,2 g/dL, tampak kedua
menimbulkan masalah keperawatan antara lain : Pola nafas tidak efektif, perfusi
Pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya napas, perfusi
infeksi.
3. Intervensi Keperawatan pada Ny. T dengan diagnosis medis Chronic
keperawatan dengan kriteria hasil untuk : Pola nafas tidak efektif menggunakan
menejemen jalan napas diharapkan sesak bekurang, frekuensi napas membaik 16-
18, penggunaan otot bantu napas menurun. Perfusi perifer tidak efektif dengan
nyeri menurun.
keperawatan dengan pola nafas tidak efektif berhubungan dengan hambatan upaya
napas dengan manajemen jalan napas, perfusi perifer tidak efektif berhubungan
Kidney Disease (CKD) dengan tindakan HD. Pada diagnosis keperawatan yang
konsentrasi hemoglobin dan resiko infeksi. Diagnosis tertasi sebagian pola napas
Senduk, C. R., Palar, S., & Rotty, L. W. A. (2016). Hubungan anemia dengan
https://doi.org/10.35790/ecl.4.1.2016.10941
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia
46(September), 152–155.
https://doi.org/10.31539/jks.v3i2.1094
1.pdf