OLEH :
Mengetahui
Kepala Ruangan Midel RS Willian Booth Surabaya
ii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas berkah dan
RahmatNya, kami dapat menyelesaikan laporan tentang Asuhan Keperawatan An.
T Dengan Hipertermia Pada Kejang Demam Di Ruang Midel Rumah Sakit
William Booth Surabaya Periode 17-28 Mei 2022. Laporan lengkap ini bertujuan
untuk memenuhi tugas profesi keperawatan pada stase Keperawatan Dasar Profesi
kami sebagai mahasiswa profesi di STIKes William Booth Surabaya, untuk
memperoleh gelar Ners. Laporan ini tidak akan selesai tanpa bantuan dari
beberapa pihak. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada :
1. Lina Mahayaty, M.Kep.,Ns.,Sp.Kep.An selaku Ketua STIKes William Booth
Surabaya.
2. Hendro Djoko Tjahjono, M.Kep.Ns.,Sp.,Kep.M.B selaku Ketua Prodi
Keperawatan STIKes William Booth Surabaya.
3. Budi Artini, S.Kep.,Ns.,M.Kep selaku ketua PJMK Stase Keperawatan Dasar
Profesi yang sudah memberikan bimbingan dan arahan selama praktek di
Rumah Sakit William Booth Surabaya.
4. dr. TB Rijanto, DFM selaku Direktur Rumah Sakit William Booth Surabaya
yang telah memberikan ijin memakai lahan praktek di Rumah Sakit William
Booth Surabaya.
5. Roslina Ginting,S.Kep.,Ns, selaku Kepala Bidang Keperawatan yang telah
memberikan izin kepada kami untuk melakukan praktik profesi di Rumah
Sakit William Booth Surabaya.
6. Elly Tjitra W, S. Kep,. Ns., selaku Kepala Ruangan Midel Rumah Sakit
William Booth Surabaya yang telah banyak memberikan bimbingan dan
pengarahan.
7. Setyo Budi, S.Kep, Ners selaku pembimbing CI Klinik di Rumah Sakit
William Booth Surabaya yang banyak memberikan pengarahan dan ilmu.
8. An. T sebagai klien dalam tugas stase Keperawatan Dasar Profesi dan
keluarga yang telah mendukung, memberi kami kesempatan dan menerima
kami dengan senang hati.
9. Rekan-rekan mahasiswa Program Profesi Ners Angkatan I STIKes William
iii
Booth Surabaya yang telah bekerjasama dalam mengerjakan tugas-tugas di
stase Keperawatan Dasar Profesi.
10. Seluruh pihak yang telah membantu kelancaran dalam pembuatan laporan
Askep ini yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.
Kami berharap laporan ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan
serta pengetahuan bagi para pembaca. Kami menyadari bahwa laporan ini jauh
dari kata sempurna, maka kami memohon kritik dan saran untuk perbaikan agar
menjadi lebih baik.
iv
DAFTAR ISI
Halaman
Cover..............................................................................................................................i
Lembar Persetujuan......................................................................................................ii
Kata Pengantar.............................................................................................................iii
Daftar Isi.......................................................................................................................v
BAB 1 PENDAHULUAN............................................................................................1
1.1 Latar Belakang............................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................3
1.3 Tujuan.........................................................................................................3
1.3.1 Tujuan Umum...................................................................................3
1.3.2 Tujuan Khusus..................................................................................3
1.4 Manfaat.......................................................................................................3
BAB 4 PEMBAHASAN............................................................................................37
v
BAB 5 KESIMPULAN.............................................................................................43
5.1 Kesimpulan...............................................................................................43
5.2 Saran.........................................................................................................44
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................45
vi
BAB 1
PENDAHULUAN
1. 1 Latar Belakang
Anak adalah salah satu pewaris setiap bangsa, sebagai pewaris juga
merupakan pendukung cita-cita perjuangan bangsa. Mereka perlu
mempersiapkan diri untuk kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara di
masa depan. Anak agar dapat tumbuh dan berkembang secara maksimal perlu
dipersiapkan agar kelak menjadi dewasa yang sehat, baik fisik, mental, maupun
sosial emosional. Anak agar dapat tumbuh dan berkembang perlu dilakukan
upaya untuk memaksimalkan potensi yang dimiliki dan menjadikannya sebagai
sumber daya manusia masa depan yang berkualitas. Pertumbuhan dan
perkembangan seorang anak dapat dipengaruhi oleh salah satunya adalah
infeksi (UNICEF, 2020).
Tubuh manusia dalam menangani proses infeksi akan menyebabkan
kenaikan suhu pada tubuhnya yang disebut sebagai demam. Demam adalah
proses alami tubuh untuk melawan infeksi yang masuk ke dalam tubuh ketika
suhu meningkat melebihi suhu tubuh normal (>37,5°C). Demam merupakan
suatu keadaan suhu tubuh diatas normal sebagai akibat peningkatan pusat
pengatur suhu di hipotalamus. Demam pada anak sebagian besar merupakan
akibat dari perubahan pada pusat panas (termoregulasi) di hipotalamus.
Penyakit – penyakit yang ditandai dengan adanya demam dapat menyerang
sistem tubuh. Demam selain berperan dalam meningkatkan perkembangan
imunitas spesifik dan non spesifik juga membantu pemulihan atau pertahanan
terhadap infeksi. Demam adalah salah satu faktor resiko utama penyebab
kejang demam. Kejang demam merupakan kelainan neurologis yang paling
sering terjadi pada anak, 1 dari 25 anak akan mengalami satu kali kejang
demam. Hal ini dikarenakan, anak yang masih berusia dibawah 5 tahun sangat
rentan terhadap berbagai penyakit disebabkan sistem kekebalan tubuh belum
terbangun secara sempurna (Windawati and Alfiyanti, 2020).
Barata, 2020 dalam Buletin RSPON dikatakan kasus ini menyerang 50
juta orang setiap tahunnya di seluruh belahan bumi dan 2,4 juta penderita baru
1
setiap tahunnya. Kasus kejang demam di Indonesia sebanyak 2-4% terjadi pada
anak berumur 6 bulan sampai 5 tahun. Angka kejadian kejang demam di
Indonesia pada tahun 2017 sebesar 17,4% anak mengalami kejang demam dan
mengalami peningkatan pada tahun 2018 dengan kejadian kejang sebesar
22,2% (Pelealu, Palendeng and Kallo, 2019). Data kejang demam di Denpasar
tahun 2019 yaitu sebanyak 108 dengan kejang demam kompleks dan 4 kasus
dengan kejang demam sederhana. Sekitar sepertiga dari kasus kejang demam
akan mengalami minimal satu kali kejadian kejang demam berulang. Beberapa
penelitian sebelumnya melaporkan tingkat berulangnya kejadian kejang demam
berkisar antara 20,9-65%. Rata-rata suhu saat kejang pada subjek dengan
kejang demam berulang yaitu 38,4oC, yang berarti sebagian besar subjek
dengan kejang demam berulang memiliki suhu saat kejang <38,5oC. (Hardika
and Mahailni, 2019)
Masalah tumbuh kembang pada anak dengan kejang demam juga dapat
berdampak buruk, salah satunya berpengaruh pada proses perkembangan otak.
Jika seorang anak mengalami lebih dari 4 kejang demam per tahun, proses
perkembangan dapat terganggu. Kejang demam ini mungkin disebabkan oleh
infeksi otak. Kondisi ini dapat menyebabkan kecacatan pada anak, yang dapat
memperlambat perkembangan dan pertumbuhannya. Anak-anak dengan lebih
dari 2-4 kali kejang demam berisiko terkena epilepsi. Gangguan perkembangan
dan pertumbuhan pada anak dengan kejang demam dapat menyebabkan
keterlambatan proses kognitif mereka, yang dikenal sebagai gangguan memori
kognitif. Gangguan memori kognitif pada anak usia dini akibat kejang demam
berulang membuat anak sulit mengingat dan membentuk memori. Pembentukan
memori dan memori akan terbentuk pada anak berusia 18 bulan (UNICEF,
2020)
Hipertermi merupakan kondisi yang dapat menyebabkan kejang pada
anak. Diperlukan upaya untuk mengelola demam agar dapat mencegah
terjadinya kejang pada anak. Hipertermia adalah keadaan meningkatnya suhu
tubuh di atas rentang normal tubuh. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2018).
Hasil observasi yang dilakukan oleh mahasiswa pada An. T di ruang
Midel Rumah Sakit William Booth Surabaya Hipertermia pada diagnosa Medis
2
Kejang Demam. Apabila Hipertermia yang dialami oleh klien tidak segera
diatasi maka akan mengganggu aktivitas lain klien sehari-hari dan menyebabkan
risiko kejang berulang.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka mahasiswa tertarik
melaksanakan asuhan keperawatan yang dituangkan dalam bentuk laporan kasus
dengan judul “Asuhan Keperawatan pada An. T dengan Hipertermia pada
Diagnosa Medis Kejang Demam di Ruang Midel Rumah Sakit William Booth
Surabaya”.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Laporan kasus ini bertujuan untuk memberikan asuhan
keperawatan
kepada pasien An. T pada Diagnosa Medis Kejang Demam dengan
masalah Hipertermia.
1.3.2 Tujuan Khusus
a. Mampu melakukan pengkajian keperawatan pada An. T ?
b. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. T ?
c. Mampu melakukan perencanaan tindakan keperawatan pada An. T ?
d. Mampu melakukan intervensi keperawatan pada An. T ?
e. Mampu melakukan evaluasi tindakan keperawatan pada An. T ?
1.4 Manfaat
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatan serta menambah
wawasan dalam memahami penerapan langkah-langkah asuhan
3
keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan
khususnya bagi klien Kejang Demam dengan masalah Hipertermia.
2. Bagi Praktik Keperawatan
Menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada
klien Kejang Demam dengan masalah Hipertermia.
3. Bagi Klien dan keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang cara merawat, memenuhi kebutuhan
aman dan nyaman serta meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam
merawat anggota keluarga yang mengalami sakit Kejang Demam dengan
masalah Hipertermia
4. Bagi Mahasiswa
Memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam melaksanakan asuhan
keperawatan pada klien yang mengalami sakit Kejang Demam dengan
masalah Hipertermia.
4
BAB 2
TINJAUAN TEORI
2.1.2 Etiologi
Penyebab hipertermi, menurut (PPNI, 2018) adalah :
a. Dehidrasi
b. Terpapar lingkungan panas
c. Proses penyakit (misal : infeksi, kanker)
d. Ketidaksesuaian pakaian dengan suhu lingkungan
e. Peningkatan laju metabolisme
f. Respon trauma
g. Aktivitas berlebih
h. Penggunaan incubator
5
2.1.3 Tanda dan gejala
Menurut PPNI (2018) Hipertermia terdiri dari gejala dan tanda mayor
dan gejala tanda minor. Adapun gejala dan tanda tersebut adalah :
a.Gejala dan Tanda Mayor
1) Suhu tubuh diatas normal
Suhu tubuh diatas normal yaitu > 37,8°C (100°F) per oral atau 38,8°C
(101°F) per rectal.
b.Gejala dan Tanda Minor
1)Kulit merah
Kulit merah dan terdapat bintik-bintik merah (ptikie)
2) Kejang
Kejang merupakan suatu kondisi di mana otot-otot tubuh berkontraksi
secara tidak terkendali akibat dari adanya peningkatan temperatur yang
tinggi.
3) Takikardia
Takikardia adalah suatu kondisi yang menggambarkan dimana denyut
jantung yang lebih cepat daripada denyut jantung normal.
4)Takipnea
Takipnea adalah suatu kondisi yang menggambarkan dimana pernapasan
yang cepat dan dangkal
5)Kulit terasa hangat
Kulit terasa hangat terjadi karena adanya vasodilatasi pebuluh darah
sehingga kulit menjadi hangat.
2.1.3 Patofisiologi
Patofisiologi kejang demam masih belum diketahui dengan jelas. Kejang
demam merupakan salah satu bentuk unik dari kejang yang berhubungan dengan
kenaikan suhu tubuh. Faktor predisposisi diduga menyebabkan kejang demam
adalah genetic.Studi pada binatang menunjukkan adanya kemungkinan
hubungan antara pyrogen, endogen seperti interleukin1-beta dan peningkatan
aktivitas sel saraf yang mengakibatkan demam dan aktivitas kejang (Alomedika,
2019).
6
2.1.4 WOC KEJANG DEMAM
7
2.1.6 Penatalaksanaan
Menurut Maiti & Bidinger (2018). Pengobatan medis saat terjadi kejang
a. Pemberian diazepam supositoria pada saat kejang sangat efektif dalam
menghentikan kejang, dengan dosis pemberian:
1) 5 mg untuk anak < 3 tahun atau dosis 7,5 mg untuk anak > 3 tahun
2) 4 mg untuk BB < 10 kg dan 10 mg untuk anak dengan BB > 10 kg 0,5 0,7
mg/kgBB/kali
b. Diazepam intravena juga dapat diberikan dengan dosis sebesar 0,2-0,5
mg/kgBB. Pemberian secara perlahan lahan dengan kecepatan 0,5-1
mg/menit untuk menghindari depresi pernafasan, bila kejang berhenti
sebelum obat habis, hentikan penyuntikan. Diazepam dapat diberikan 2 kali
dengan jarak 5 menit bila anak masih kejang, Diazepam tidak dianjurkan
diberikan per IM karena tidak diabsorbsi dengan baik.
c. Bila tetap masih kejang, berikan fenitoin per IV sebanyak 15 mg/kgBB
perlahan lahan, kejang yang berlanjut dapat diberikan pentobarbital 50 mg IM
dan pasang ventilator bila perlu. Setelah kejang berhenti Bila kejang berhenti
dan tidak berlanjut, pengobatan cukup dilanjutkan dengan pengobatan
intermitten yang diberikan pada anak demam untuk mencegah terjadinya
kejang demam. Obat yang diberikan berupa:
1) Antipirentik
Parasetamol atau asetaminofen 10-15 mg/kgBB/kali diberikan 4 kali atau
tiap 6 jam. Berikan dosis rendah dan pertimbangan efek samping berupa
hiperhidrosis.
2) Ibuprofen 10 mg/kgBB/kali diberikan 3 kali
3) Antikonvulsan
4) Berikan diazepam oral dosis 0,3-0,5 mg/kgBB setiap 8 jam pada saat
demam menurunkan risiko berulang
5) Diazepam rektal dosis 0,5 mg/kgBB/hari sebanyak 3 kali perhari. Bila
kejang berulang, berikan pengobatan rumatan dengan fenobarbital atau
asam valproat dengan dosis asam valproat 15-40 mg/kgBB/hari dibagi 2-
3 dosis, sedangkan fenobarbital 3-5 mg/kgBB/hari dibagi dalam 2 dosis.
8
d. Pengobatan keperawatan saat terjadi kejang demam :
1) Saat terjadi serangan mendadak yang harus diperhatikan pertama kali
adalah ABC (Airway, Breathing, Circulation)
2) Setelah ABC aman, baringkan pasien ditempat yang rata untuk mencegah
terjadinya perpindahan posisi tubuh kearah danger.
3) Kepala dimiringkan dan pasang sundip lidah yang sudah di bungkus
kasa.
4) Singkirkan benda-benda yang ada disekitar pasien yang bisa
menyebabkan bahaya.
5) Lepaskan pakaian yang mengganggu pernapasan.
6) Bila suhu tinggi berikan kompres hangat.
7) Setelah pasien sadar dan terbangun berikan minum air hangat.
8) Jangan diberikan selimut tebal karena uap panas akan sulit dilepaskan
(Nayiro, 2017).
9
Pemeriksaan radiologi seperti foto x-ray kepala danpencitraan sperti CT-
scan dan MRI jarang dilakukan. Indikasi dilakukan pemeriksaan ini
adalah hemiparesis, paresis nervus VI, dan papilledema (Wong V, dkk,
2002).
2.1.7.4 Pemeriksaan Laboratorium
Dilakukannya pemeriksaan laboratorium ini atas adanya indikasi
dicurigai hipoglikemia, imbalance electrolit, dan adanya penyakit infeksi
yang mendasari timbulnya kejang (Chris, 2014). Pemeriksaan darah
perifer, pemeriksaan serum elektrolt, dan pemeriksaan glukosa darah
dapat dilakukan pada kejang demam. Kultur darah tidak rutin dilakukan
pada penderita kejang demam karena menurut penelitian yang dilakukan
ileh Paul (2010). Menerangakan kadar bakteri pasin kejang demam sama
dengan penderita demam tanpa kejang.
10
• Apakah ada keluarga yang menderita penyakit yang bersifat
menular dan menurun.
b. Breathing (sistem respirasi)
Pasien belum sadar dilakukan evaluasi seperti pola nafas, tanda-tanda
obstruksi, pernapasan cuping hidung, frekuensi nafas, pergerakan rongga
dada: apakah simetris atau tidak, suara nafas tambahan: apakah tidak ada
obstruksi total, udara nafas yang keluar dari hidung, sianosis pada
ekstremitas, auskultasi : adanya wheezing atau ronchi.
c. Blood (sistem kardiovaskuler)
Sistem kardiovaskuler menilai tekanan darah, nadi, perfusi perifer, status
hidrasi (hipotermi, syok) dan kadar Hb.
d. Brain (sistem saraf pusat)
Sistem saraf pusat menilai kesadaran pasien dengan GCS (Glasgow Coma
Scale) dan perhatikan gejala kenaikan TIK.
e. Bladder (sistem urogenetalis)
Sistem urogenetalis diperiksa kuantitas, kualitas, warna, kepekatan urine,
untuk menilai : apakah pasien masih dehidrasi, apakah ada kerusakan
ginjal saat operasi, gagal ginjal akut (GGA).
f. Bowel (sistem gastrointestinalis)Sistem gastrointestinalis diperiksa:
adanya dilatasi lambung, tanda-tanda cairan bebas, distensi abdomen
perdarahan lambung post operasi, obstruksi atau hipoperistaltik, gangguan
organ lain, misalnya hepar, lien, pancreas, dilatasi usus halus. Pasien
dengan post operasi mayor sering mengalami kembung yang mengganggu
pernafasan, karena pasien bernafas dengan diafragma.
g. Bone (sistem muskuloskletal)
Sistem musculoskeletal dinilai adnaya tanda-tanda sianosis, warna kuku,
perdarahan post operasi, gangguan neurologis, gerakan ekstremitas.
h. Psikososial kultural
Peran pasien dalam keluarga apa itu status emosional meningkat, interaksi
meningkat, interaksi sosial terganggu, adanya rasa cemas yang berlebihan,
hubungan dengan tetangga tidak harmonis, status dalam pekerjaan, dan
apakah pasien rajin dalam melakukan ibadah sehari-hari (Murzella, 2020).
11
2.2.2 Diagnosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai
respons klien terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang
dialaminya baik berlangsung aktual maupun potensial. Diagnosa keperawatan
bertujuan untuk mengidentifikasi respons klien individu, keluarga dan komunitas
terhadap situasi yang berkaitan dengan kesehatan. Diagnosa keperawatan yang
sering muncul pada kasus Kejang Demam (SDKI DPP PPNI 2018) :
a. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan laju metabolisme D.0130-
Hipertermia merupakan suhu tubuh meningkat diatas rentang normal tubuh.
b. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan jalan napas terganggu D.0005-
Ketidakefektifan pola napas merupakan inspirasi dan/atau ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi adekuat.
c. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan sensasi D.0136 - Risiko
Cedera merupakan beresiko mengalami bahaya atau kerusakan fisik yang
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi
baik.
d. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sirkulasi otak D.0017 - Risiko perfusi serebral tidak efektif merupakan
berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.
e. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia D.0009 –
Perfusi perifer tidak efektif menupakan penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang dapat mengganggu metabolism tubuh.
f. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi D.0003- Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau
kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler.
g. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan gangguan kejang
D.0107 – Risiko gangguan perkembangan merupakan beresiko mengalami
gangguan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usianya.
12
2.2.3 Rencana Keperawatan
Menurut persatuan perawat nasional indonesia (2018) intervensi
keperawatan adalah segala treatment yang dikerjakan oleh perawat yang
didasarkan pada pengetahuan dan penilaian klinis untuk mencapai luaran
(outcome) yang diharapkan.
Penatalaksanaan berdasarkan (PPNI, 2018) :
1. Manajemen Hipertermia (I. 15506) hal 181
a) Observasi
- Identifikasi penyebab hipertermia (misal. Dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator).
- Monitor suhu tubuh
- Monitor kadar elektrolit
- Monitor haluaran urine
- Monitor komplikasi akibat hipertermia
b) Terapeutik
- Sediakan lingkungan yang dingin
- Longgarkan atau lepasakan pakaian
- Basashi dan kipasi permukaan tubuh
- Berikan cairan oral
c) Edukasi
- Anjurkan tirah baring
d) Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena, jia perlu.
13
a. Tindakan Observasi yaitu tindakan yang dianjukan untuk mengumpulkan
dan menganalisis data status kesehatan pasien. Tindakan ini umumnya
diawali dengan kata periksa, identifikasi, atau monitor.
b. Tindakan Terapeutik yaitu tindakan yang secara langsung dapat berefek
memulihkan status kesehatan pasien atau dapat mencegah perburukan
masalah kesehatan pasien dan umumnya menggunakan kata lakukan,
berikan, dan sebagainya.
c. Tindakan Edukasi yaitu tindakan yang ditunjukkan untuk meningkatkan
kemampuan pasien dalam merawat dirinya dengan membantu pasien dalam
memperoleh perilaku baru yang dapat mengatasi masalah dan umumnya
menggunakan kata ajarkan, anjurkan, latih, dan sebagainya.
d. Tindakan Kolaborasi yaitu tindakan yang membutuhkan kerjasama baik
perawat lainnya maupun profesi kesehatan lainnya. Tindakan ini
membutuhkan gabungan antara pengetahuan dan keterampilan baik perawat
maupun profesi kesehatan lainnya serta umumnya menggunakan kata
kolaborasi, rujuk, atau konsultasi.
14
O (Objektif) : merupakan data yang di dapatkan berdasarkan hasil pengukuran
atau observasi perawat yang dilakukan secara langsung pada pasien dan yang
dirasakan pasien setelah tindakan keperawatan.
A (Assesment) : merupakan interpretasi dari data subjektif dan objektif.
P (Planing) : merupakan perencanaan keperawatan yang akan dilanjutkan,
dihentikan, dimodifikasi dan ditambah dari rencana tindakan keperawatan yang
telah ditentukan sebelumnya.
15
BAB 3
TINJAUAN KASUS
3.1 Pengkajian
Pengkajian tanggal : 17-5-2022 Waktu : 09.40 wib Alo dan autoanamnesa
Tanggal MRS : 17-5-2022 Jam : 09.40 wib
Ruangan/No.bed : Midel/ 30-2 No.RM : 100.35.40.30
Dx Masuk/Medis : Febris Leucositosis No. Reg. : ……………
Nama : An. T
Umur : 4 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Belum Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : Belum Sekolah
Pekerjaan :-
Suku/bangsa : Jawa/ WNI
Alamat : Ngesong Dukuh Kupng Gg II/7, Surabaya
Golongan darah : -
Genogram : Klien merupakan anak ke dua dari dua bersaudara, kakak paisen
Identitas
laki-laki, klien tinggal serumah dengan Ayah, Ibu dan kakak laki-
lakinya.
16
Keluhan utama : Panas
Riwayat Penyakit saat ini :
Ibu mengatakan anak panas 3 hari sejak hari minggu malam tanggal 15/5/2022.
Makan sedikit harus dipaksa, tenggorokannya sakit untuk menelan. Sudah dibawa ke
RS Kodam obat yang diberikan puyer campuran 3x1 sachet namn tidak ada
perubahan. Kemudian dibawa ke IGD RS William Booth karena takut anak kejang.
Di ID dilakukan cek DL, Swab Antigen. Hsil laborat yang abnormal Leukosit :
Riwayat Sakit dan Kesehatan
17.300. Kemudian di IGD dilakukan pasang iv line no. 24 pada kaki kanan, diberikan
injeksi Santagesic 150 mg, Infus D51/2 NS 14 tts/menit. MRS di Midel kamar 30-2.
Tanda Vital :TD : - Nadi : 102x/mnt Suhu : 37,8°C RR : 20x/mnt SpO2 : 99%
Kesadaran: Compos Mentis Apatis Somnolen Sopor Koma
Masalah Keperawatan:
Hipertermia, Nausea, Ansietas
17
a. Bentuk Dada: normochest barrel-chest funnel-chest pigeon-chest
Keluhan: sesak nyeri waktu nafas/nyeri saat palpasi
Batuk: produktif tidak produktif hemoptoe
Sekret/jumlah:............... Konsistensi:...................
Warna:............... Bau:.............................
b. Ekspansi paru simetris tertinggal kiri/kanan
c. Irama nafas teratur tidak teratur
d. Jenis Dispnoe Kusmaul Cheyne Stokes Lainnya:….........
e. Suara nafas Trakeal/Vesikuler/bronco-vesikuler Stridor friction-rub
Ronchi Wheezing Serak/parau Lainnya: …
f. Alat bantu nafas ya tidak
B1 (Breath)
Pernafasan
Jenis:................. flow...........lpm
g. Deviasi trakea ya tidak
h. Pernafasan cuping hidung ya tidak
i. Retraksi supraclavicula ya tidak
j. Retraksi otot intercostalis/otot bantu nafas ya tidak
k. Perkusi dada sonor/resonan redup pekak hipersonor
l. Vocal/tactile fremitus simetris tidak simetris
m. Sianosis sentral (lidah/mukosa) perifer (kuku)
n. Peningkatan tekanan vena jugularis ya tidak
o. Clubbing fingers ya tidak
p. Lain-lain: …………………………
18
Keluhan nyeri dada ya tidak
Lokasi nyeri : tenggorokan Intensitas/frekwensi: hilang timbul
Kualitas nyeri: seperti ditusuk-tusuk Waktu: saat untuk menelan (makan)
Irama jantung reguler ireguler
S1/S2 Tunggal ya tidak asystole cardiac arrest
Suara jantung normal (lub-dub) murmur gallop friction-rub
Palpitasi ya tidak
Kardiovaskuler
B2 (Blood)
19
Masalah Keperawatan: Nyeri Akut
Produksi urine : jumlah : 1400 ml/hari/jam warna : kuning bau : khas amoniak
Alat bantu (kateter dll) ya tidak
Kandung kencing membesar ya tidak
nyeri tekan ya tidak
Intake cairan oral: 1150 cc/hr parenteral: cc/hr
Lain-lain : BC/21 jam = +100 cc, dengan IWL = 300 cc 10x100 =1000, 4x50 =
200 1200 x 25 : 100 %
20
a. Mulut bersih kotor berbau palatoschizis
b. Mukosa lembab kering stomatitis
c. Gigi lengkap tidak lengkap palsu jelaskan:…….
d. Tenggorokan sakit menelan kesulitan menelan
pembesaran tonsil nyeri tekan
e. Abdomen tegang kembung ascites spider-nervi
Nyeri tekan ya tidak nyeri visceral
Luka operasi ada tidak
Jenis operasi:............... Lokasi/area :............ flatus
Keadaan: Drain ada tidak
Jumlah:............ warna:.......
Kondisi area sekitar insersi:.............
Pencernaan
B5 (Bowel)
f. Peristaltik: 15 x/menit
g. BAB: 1 x/hari Terakhir tanggal: 16-5-2022
Konsistensi keras lunak cair lendir/darah
h. Diet padat lunak cair Jenis: NT TKTP 1300 call
i. Nafsu makan baik menurun frekuensi: 3x/hari
j. Porsi makan habis tidak keterangan: 1/4 Porsi di RS
k. Mual/muntah ya tidak
l. Strie ya tidak warna: ……………..
m. Psoas sign ya tidak
n. Obsturator sign ya tidak
o. Lainnya : ada radang tenggorokan
21
Kemampuan pergerakan sendi: bebas terbatas
Kekuatan otot 5 5
5 5
Hipoglikemi ya tidak
Luka ganggren ya tidak
Lain-lain:
22
Persepsi klien terhadap penyakitnya
Cobaan Tuhan Hukuman lainnya
Ekspresi klien terhadap penyakitnya
Murung/diam gelisah tegang marah/menangis
Reaksi saat interaksi kooperatif tidak kooperatif curiga
Psiko-sosio-spiritual
Data Penunjang :
LAB/TGL 17/5/2022 Nilai Normal
Hb 11,1 12,3-15,3 gr/dl
PCV 32,6 36,0-45,0 %
Leukosit 17,3 4,4-11,3 10³/uL
Thrombosit 341 150-450 10³/uL
Swab antigen : Negatif
Daftar Masalah
1. Hipertermia
2. Nyeri akut
23
3. Nausea
4. Ansietas
5. Resiko Defisit Nutrisi
Surabaya, 28 Mei 2022
DO : Stimulasi Leucosit
- Sh : 37,8°C meningkat
- Nadi : 130x/mnt
- Kulit memerah Pirogen eksogen dan
- Leucoosit : 17.300 pyrogen endogen
dikeluarkan
Merangsang endotelium
hipotalamus
Merangsang produksi
panas
Hipertermia
24
- S : Anak mengatakan skala nyeri 2
(NRS) Impuls Nyeri ke Thalamus
- T : Ibu mengatakan sakit
tenggorokan anak hilang timbul, Nyeri Akut
sakit untuk menelan makanan.
DO :
- Nafsu makan berubah
- Makan sedikit-sdikit
- Skala nyeri 2
- Frekuensi nadi meningkat = 130
x/menit
Edukasi
12.Anjurkan tirah
baring
Kolaborasi
13.Kolaborasi
26
pemberian cairan
dan elektrolit
intravena, jika
perlu
Edukasi
9. Jelaskan
penyebab, periode
27
dan pemicu nyeri
10. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
11. Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
12. Ajarkan teknik
nonfarmakologis
untuk mengurangi
rasa nyeri
Kolaborasi
a. Kolaborasi
pemberian analgetik,
jika perlu
Kolaborasi:
7. Kolaborasi
28
pemberian
antiemetic, jika
perlu
3.5 Implementasi
IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI/
TANGGAL MASALAH WAKTU TINDAKAN TTD
29
10.10 Melakukan kolaborasi umtuk
prmberian cairan intravena.
Hasil : Infus D5%1/2NS 14tpm
30
10.00 Melakukan observasi asupan nutrisi
dan kalorii
Hasil Diit lunak TKTP 1300 kaori
31
08.45 Mengidentifikasi faktor yang
memperberat nyeri
Hasilibu mengatakan nyeri saat
menelan makanan.
32
Hasil : infus D51/2 NS 14 tpm
33
09.30 Menganjurkan sering membersihkan
mulut
Hasil : anak mengikuti anjuran peraat,
selalu berkumur setiap kali selesai
makan tanpa diperintah.
3.6 Evaluasi
EVALUASI
Hari/Tanggal : Selasa, 17-5-2022, jam 11.00
Masalah Evaluasi
P :Lanjutkan intervensi
Nyeri akut berhubungan S : Ibu mengatakan anak masih nyeri tenggorokan, NRS 2
dengan agen pencedera
fisiologis (Tonsilo O:
faringitis/ radang - Skala nyeri (NRS) : 2
tenggorokan) - Pasien tampak menelan makanan dengan pelan-
pelan
- Pasien makan sedikit-sedikit
- Nadi 130 x/menit
P : Lanjutkan intervensi
Nausea berhubungan S : Ibu mengatakan anak makan sedikit dan harus dipaksa
dengan rasa makanan O:
yang tidak enak - Anak makan sedikit, ¼ bagian
- Anak tidk minat makan
- Nyeri tenggorokan, NRS 2
P : Lanjutkan intervensi
34
3.7 Catatan Perkembangan
CATATAN PERKEMBANGAN
MASALAH EVALUASI
P :Lanjutkan intervensi
I :
2. Melakukan observasi TTV
3. Menyediakan lingkungan yang nyaman
4. Memberikan cairan per oral
7. Melakukan kolaborasi untuk pemberian caian
intravena
Nyeri akut berhubungan S : Ibu mengatakan anak masih merasa sakit dan tidak
dengan agen pencedera enak di tenggorokannya untk menelan, tapi sudah
fisiologis (Tonsilo berkurang.
35
faringitis/ radang
tenggorokan) O:
- Skala nyeri : 1
- Nadi 112 x/menit
- Makan mulai lumayan banyak ½ bagian porsi RS
P : Lanjutkan Intervensi
I :
1. Melakukan identifikasi lokasi nyeri, durasi,
karakteristik nyeri, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Melakukan identifikasi skala nyeri.
3. Melakukan identifikasi respon nyeri.
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat nyeri.
6. Melakukan kolaborasi untuk pemberian analgetic
E : Anak masih menahan sakit tenggorokan saat menelan
makanannya.
MASALAH EVALUASI
P : Lanjutkan intervensi
I :
P : Lanjutkan Intervensi
I :
1. Melakukan identifikasi lokasi nyeri, durasi,
karakteristik nyeri, frekuensi, kualitas, intensitas
nyeri.
2. Melakukan identifikasi skala nyeri.
3. Melakukan identifikasi respon nyeri.
4. Mengidentifikasi faktor yang memperberat nyeri.
6. Melakukan kolaborasi untuk pemberian analgetic
P : Lanjutkan Intervensi
37
I:
1. Melakukan identifikasi isyarat non verbal
ketidaknyamanan yang dirasakan oleh anak
2. Melakukan observasi asupan nutrisi
3. Memberi makanan dalam jumlah kecil dan sering.
4. Menganjurkan istirahat dan tidur yang cukup.
5. Menganjurkan sering membersihkan mulut.
BAB 4
PEMBAHASAN
4.1 Pengkajian
Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan
upaya untuk pengumpulan data secara lengkap dan sistematis mulai dari
pengumpulan data, identitas dan evaluasi status kesehatan klien. Pengkajian
pada klien An. T dengan diagnosa medis Febris Leucositosis yang dilakukan
pada tanggal 17 Mei 2022. Pengkajian yang dilakukan meliputi identitas klien,
keluhan utama, riwayat kesehatan klien, pola aktivitas sehari-hari, data
psikososial, data pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan
terapi klien.
38
Dalam melakukan pengkajian pada klien dengan febris leucositosis
masalah yang muncul pada keluhan utama yaitu hipertermi, nyeri akut, nausea.
Pada saat melakukan pengkajian, penulis menemukan beberapa data yang
berbeda antara teori menurut Sudibyo dkk, 2020 dalam jurnal pengetahuan ibu
dan cara penanganan demam pada anak. Dimana ketika orang tua pasien ditanya
keluhan pada awal pengkajian menjawab merasa khawatir jika anak demam
karena pengalaman sebelumnya anak pernah mengalami kejang, kondisi klien
tampak sakit sedang. Menurut analisa penulis dapat disimpulkan terjadi
kesenjangan antara teori dengan kasus. Bahwa penanganan demam pada anak
sangat tergantung pada peran orang tua, terutama ibu. Perbedaan tingkat
pengetahuan ibu mengakibatkan perbedaan pengelolaan demam pada anak.
Terlebih lagi tidak mengetahui penyebab demam pada anak. Saat anak terserang
demam, terdapat beberapa cara yang dapat dilakukan : mengompres anak dengan
kmpres hangat pada bagian pelipatan misal aksila lebih efektif dibandingkan
dengan pemberian kompres pada dahi, memberi obat penurun panas. Fobia
terhadap demam seringkali menjadi sebab pemberian antipiretk oleh orang tua
sebagai upaya penanganan pertama pada demam anak.
39
menyebabkan seseorang tidak lagi sepenuhnya sehat atau dalam kondisi
baik.
d. Risiko perfusi serebral tidak efektif berhubungan dengan peningkatan
sirkulasi otak D.0017 - Risiko perfusi serebral tidak efektif merupakan
berisiko mengalami penurunan sirkulasi darah ke otak.
e. Perfusi perifer tidak efektif berhubungan dengan hipoksemia D.0009 –
Perfusi perifer tidak efektif menupakan penurunan sirkulasi darah pada level
kapiler yang dapat mengganggu metabolism tubuh.
f. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidakseimbangan ventilasi
perfusi D.0003- Gangguan pertukaran gas merupakan kelebihan atau
kekurangan oksigenasi dan/atau eliminasi karbondioksida pada membran
alveolus-kapiler.
g. Risiko gangguan perkembangan berhubungan dengan gangguan kejang
D.0107 – Risiko gangguan perkembangan merupakan beresiko mengalami
gangguan untuk berkembang sesuai dengan kelompok usianya.
Berdasarkan hasil pengkajian pada An. T penulis menegakkan 3 diagnosa
prioritas keperawatan yaitu :
a. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi). D. 0130 hal 284
b. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (Tonsilo faringitis/
radang tenggorokan). D. 0077, hal 172
c. Nausea berhubungan dengan rasa makanan yang tidak enak. D0076, hal 170
4.3 Perencanaan
Pada tahap intervensi atau perencanaan, penulis menyusun intervensi
yang sesuai dengan diagnosa keperawatan yang ditemukan pada klien, yakni :
1) Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien masalah
keperawatan Hipertermi (D.0130). Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan thermoregulasi membaik
dengan kriteria hasil : suhu tubuh membaik ≤ 37 °C, kulit memerah
menurun, takikardi menurun.
Intervensi : Manajemen Hipertermi (I.1550, hal 181)
Observasi:
40
a. Identifikasi penyebab hiperetermi (misal dehidrasi, terpapar
lingkungan panas, penggunaan incubator)
b. Monitor suhu tubuh
c. Monitor kadar elektrolit
d. Monitor komplikasi akibat hipertermi
Terapeutik:
a. Sediakan lingkungan yang dingin
b. Berikan cairan oral
c. Lakukan pendinginan eksternal (memberikan kompres)
Edukasi :
a. Anjurkan tirah baring
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian cairan dan elektrolit intravena
2) Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien
masalah keperawatan nyeri akut (D.0077). Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan nyeri berkurang/ hilang
dengan kriteria hasil : keluhan nyeri menurun, anoreksia menurun, nafsu
makan meningkat, skala nyeri menurun.
Intervensi Manajemen Nyeri (I.08238, hal. 201)
Observasi:
a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas,
intensitas nyeri,
b. Identifikasi skala nyeri.
c. Identifikasi respon nyeri non verbal.
d. Identifikasi faktor yang memperberat dan memperingan nyeri.
Terapeutik:
a. Berikan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
b. Fasilitasi istirahat dan tidur.
Edukasi:
a. Ajarkan teknik non farmakologis untuk mengurangi rasa nyeri.
Kolaborasi:
a. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu.
41
3) Perencanaan asuhan keperawatan yang dilakukan pada klien
masalah keperawatan Nausea (D.0076). Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 3 x 24 jam diharapakan tingkat nausea menurun
dengan kriteria hasil : nafsu makan meningkat, frekuensi menelan
meningkat.
Intervensi : Manajemen Mual (I.03117, hal. 197)
Observasi:
a. Identifikasi isyarat non verbal ketidaknyamanan (misal anak-anak)
b. Monitor asupan nutrisi dan kalori
Terapeutik:
a. Berikan makanan dengan jumlah kecil dan menarik.
Edukasi :
a. Anjurkan istirahat dan tidur yang cukup.
b. Anjurkan sering membersihkan mulut, kecuali jika merangsang
mual.
c. Anjurkan makanan tinggi karbohidrat dan rendah lemak.
Kolaborasi :
a. Kolaborasi pemberian antiemetic, jika perlu.
4.4 Implementasi
Tahap pelaksanaan atau implementasi ini terdiri atas tindakan mandiri
dan kolaborasi yang mencakup pencegahan penyakit, pemulihan kesehatan,
peningkatan kesehatan serta memfasilitasi koping. Kerja sama dengan keluarga
pasien sangat diharapkan agar kondisi pasien cepat membaik serta tujuan dan
kriteria hasil yang sudah di buat dalam intervensi dapat tercapai (Rusmiyanti,
2018).
Pelaksanaan tindakan keperawatan pada klien dilaksanakan dalam waktu
3x24 jam. Asuhan atau pelaksanaan tindakan keperawatan dilaksanakan mulai
tanggal 17 Mei 2022 sampai dengan tanggal 19 Mei 2022 di ruang Midel Rumah
Sakit William Booth Surabaya.
4.5 Evaluasi
42
Tujuan dari evaluasi adalah untuk mengetahui sejauh mana perawatan
dapat dicapai dan memberikan umpan balik terhadap asuhan
keperawatan yang diberikan (Tarwoto & Wartonah, 2011).
Evaluasi keperawatan menurut Sunaryo (2016), adalah rangkaian dari
proses keperawatan. Untuk melakukan evaluasi perlu melihat langkah-langkah
proses keperawatan sejak pengkajian. Perumusan diagnosa, perencanaan dan
implementasi (pelaksanaan).
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien dengan diagnosa keperawatan
hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi) teratasi di hari ketiga
pada tanggal 19 Mei 2022 anak tidak mengalami demam, suhu stabil ≤ 37 °C.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien dengan diagnosa nyeri
akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologi (Tonsilo faringitis/ radang
tenggorokan) teratasi sebagian di hari ketiga pada tanggal 19 Mei 2022 karena
ibun mengatakan anak merasa nyeri tenggorokan berkurang dan klien sudah
tampak mulai mau makan ½ porsi, NRS 1.
Hasil evaluasi yang didapatkan pada klien dengan diagnosa nausea
berhubungan dengan rasa makan yang tidak enak mulai teratasi sebagian di hari
ketiga pada tanggal 19 Mei 2022 karena ibu melihat anak mulai selera makan,
minat makan anak meningkat, makan habis ½ porsi.
43
BAB 5
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan pengkajian pada An. T dan kemudian dilakukan
analisa data klien untuk mengetahui masalah kesehatan yang dialami klien serta
menegakkan diagnosa keperawatan. Diagnosa yang diperoleh dari hasil analisa
data adalah sebagai berikut :
1. Hipertermi berhubungan dengan proses penyakit (infeksi).
2. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiiologis (Tonsilo
faringitis/ radang tenggorokan).
3. Nausea berhubungan dengan rasa makanan yang tidak enak.
Hipertermi sebagai masalah yang diprioritaskan. Kemudian dilakukan
perencanaan tindakan keperawatan. Setelah dilakukan implementasi
keperawatan. Ketiga diagnosa yang diperoleh belum dapat diatasi secara tuntas,
dengan intervensi untuk setiap diagnosa. Masalah hipertermi sebagian teratasi
dan intervensi dilanjutkan melalui peran keluarga. Masalah yang dapat teratasi
sebagian adalah pencegahan hipertermi untuk mencegah kejang pada klien,
pengurangan gangguan rasa nyaman nyeri, serta nausea dengan melakukan
evaluasi.
Pada diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis
sebagian teratasi di hari ketiga pada tanggal 19 Mei 2022 karena ibu mengatakan
44
anak merasa sakit tenggorokan berkurang dan klien sudah tampak NRS 1, nadi
112 x/menit, makan mulai banyak yaitu ½ porsi.
Pada masalah keperawatan nausea berhubungan dengan rasa makanan
yang tidak enak teratasi sebagian di hari ketiga pada tanggal 19 Mei 2022 karena
ibu mengatakan anak mulai mau makan meskipun dengan dipaksa, klien mulai
mau makan habis ½ porsi, minat makan mulai meningkat, selera makan
meningkat.
5.2Saran
Saran dari penulis setelah menyusun laporan kasus ini adalah :
1. Bagi Pendidikan Keperawatan
Pendidikan keperawatan sebaiknya lebih meningkatkan kualitas pendidikan
mahasiswa, khususnya sebelum melakukan praktik di rumah sakit demi
meningkatkan kenyamanan bagi klien. Terutama masalah keperawatan
tentang hipertermi pada anak-anak.
2. Bagi Pelayanan Keperawatan
Diharapkan untuk lebih memperhatikan status perkembangan kesehatan
klien dan selalu mengevaluasi setiap tindakan yang telah diberikan di rumah
sakit. Maka dibutuhkan seorang petugas kesehatan yang pandai berbaur dan
membina hubungan yang baik kepada masyarakat, dan memperhatikan klien
sebagai individu yang unik dan holistik. Karena ketika seorang petugas
kesehatan lalai dan tidak kritis dalam hal memberikan asuhan keperawatan
dapat berdampak buruk bagi status kesehatan klien.
45
DAFTAR PUSTAKA
Maryam Sarah, S., dkk. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Anak Hipertermi
Dalam Pemenuhan Kebutuhan Keseimbangan Suhu Tubuh. Fakultas Ilmu
Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta.
Nur Ainiyah, Aslin. (2021). Profil Penderita Kejang Demam di Rumah Sakit
Umum Karsa Husada Kota Batu tahun 2018-2020.
Nur Azizah, Khadijah. (2018). BKKBN: Angka Kematian Bayi dan Anak
Turun!.Diakses pada 07 Januari 2022 melalui https://health.detik.com
46
UNICEF. (2020). Situasi Anak Indonesia. Unicef Indonesia.
47