Anda di halaman 1dari 130

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN

DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

DI SUSUN OLEH:

IKA SRI AMINI

NIM.P18024

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM D3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2021
ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN
DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma Tiga Keperawatan

DI SUSUN OLEH:

IKA SRI AMINI

NIM.P18024

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM D3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

TAHUN 2021

ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN KTI

Saya yang bertandatangan di bawah ini:

Nama : Ika Sri Amini

NIM : P18024

Program Studi : D3 Keperawatan

Judul Karya Tulis Ilmiah : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan

Resiko Perilaku Kekerasan

Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini

benar-benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan

atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.

Apabila dikemudian hari dapat dibuktikan bahwa Tugas Akhir ini adalah

hasil jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai

dengan ketentuan akademik yang berlaku.

Surakarta, Januari 2021

Yang Membuat Pernyataan

Ika Sri Amini

NIM. P18024

iii
LEMBAR PERSETUJUAN

PROPOSAL KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN DENGAN RESIKO

PERILAKU KEKERASAN

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar

Ahli Madya Keperawatan (Amd.Kep)

Oleh:

Ika Sri Amini

NIM . P18024

Surakarta, 05 Februari 2021

Menyetujui,

Pembimbing

S Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns., M.Kep

NIK. 200984041

iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI

Telah di uji pada tanggal:

05 Februari 2021

Dewan Penguji:

Ketua Dewan Penguji:

Maula Mar’atus S, S. Kep., Ns., M.Kep ( )

NIK. 201390126

Anggota Dewan Penguji:

S Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns., M.Kep ( )

NIK. 200984041

v
HALAMAN PENGESAHAN

Karya Tulis Ilmiah ini diajukan oleh :


Nama : Ika Sri Amini
NIM : P18024
Program Studi : D3 Keperawatan
Judul : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko
Perilaku Kekerasan
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Prodi Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta
Ditetapkan di : Surakarta
Hari/Tanggal : Jumat, 05 Februari 2021
DEWAN PENGUJI
Ketua Dewan Penguji :
Maula Mar’atus S, S. Kep., Ns., M.Kep ( )
NIK. 201390126
Anggota Dewan Penguji :
S Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns., M.Kep ( )
NIK. 200984041
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Kesehatan
Universitas Kusuma Husada Surakarta

Atiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep.


NIK.200680021

vi
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena berkat,

rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tahap Proposal

Karya Tulis Ilmiah dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko

Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Relaksasi Progresif. ”

Dalam penyusunan Proposal Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Allah SWT atas berkat kenikmatan dan rahmat yang diberikan kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

2. Setiyawan, S.Kep.,Ns., M.Kep, selaku Rektor Universitas Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di Universitas Kusuma Husada Surakarta.

3. Atiek Murharyati, S.Kep. Ns., M.Kep. selaku Dekan Fakultas Ilmu

Kesehatan Universitas Kusuma Husada Surakarta yang telah memberikan

kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada

Surakarta.

4. Erlina Windyastuti, S.Kep.,Ns., M.Kep selaku Ketua Program Studi

Keperawatan Program Diploma Tiga yang telah memberikan kesempatan

untuk dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada Surakarta.

vii
5. Mellia Silvy Irdianty, S.Kep.,Ns., M.PH, selaku Sekretaris Ketua Program

Studi Keperawatan Program Diploma Tiga yang telah memberikan

kesempatan untuk dapat menimba ilmu di Universitas Kusuma Husada

Surakarta.

6. S Dwi Sulisetyawati, S.Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen pembimbing

sekaligus sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat,

memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam

bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

7. Maula Mar’atus S, S. Kep., Ns., M.Kep, selaku dosen penguji yang telah

membimbing dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi,

perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya

studi kasus ini.

8. Semua dosen Program Studi Keperawatan Program Diploma Tiga,

Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta yang

telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya serta ilmu

yang bermanfaat

9. Kedua orangtuaku, terutama almarhumah ibu Sudalmi terimakasih sudah

memberikan kepercayaan untuk bisa dititik ini dan untuk ayah Sumarno

yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat untuk

menyelesaikan pendidikan.

10. Teman-teman Mahasiswa Program Studi Keperawatan Program Diploma

Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Kusuma Husada Surakarta dan

viii
berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu, yang telah

memberikan dukungan moril dan spiritual.

11. Sahabat saya Lidia Widiyastuti yang selalu menemani sejak SMK sampai

sekarang dan telah memberikan semangat serta support sehingga penulis

dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.

12. Serta segenap keluarga yang telah menyemangati dan membantu

penyelesaian Karya Tulis Ilmiah ini.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, Januari 2021

Penulis

ix
DAFTAR ISI

COVER .................................................................................................................... i
LEMBAR JUDUL .................................................................................................. ii
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN.................................................................. iii
LEMBAR PERSETUJUAN................................................................................... iv
LEMBAR PENETAPAN DEWAN PENGUJI...................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................ vi
KATA PENGANTAR ........................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ............................................................................................ xii
DAFTAR LAMPIRAN ..................................................................................... xiiiiii
BAB I PENDAHULUAN ....................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ................................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
1.3. Tujuan Penelitian ............................................................................... 3
1.4. Manfaat Penelitian ............................................................................. 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................................. 6
2.1. Tinjauan Teori ................................................................................... 6
2.1.1. Konsep Perilaku Kekerasan .................................................... 6
2.1.2. Konsep Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan ............... 13
2.1.3. Relaksasi Otot Progresif ........................................................ 29
2.2. Kerangka Teori ................................................................................ 38
2.3. Kerangka Konsep ............................................................................ 38
BAB III METODE STUDI KASUS ..................................................................... 39
3.1. Rencangan Studi Kasus ................................................................... 39
3.2. Subjek studi kasus ........................................................................... 39
3.3 Fokus studi kasus.............................................................................. 39
3.4. Definisi operasional ......................................................................... 40

x
3.4.1. Resiko perilaku kekerasan..................................................... 40
3.4.2. Relaksasi otot progresif ......................................................... 40
3.5. Tempat dan waktu pengambilan studi kasus ................................... 41
3.6. Pengumpulan data ........................................................................... 41
3.7. Penyajian data .................................................................................. 42
3.8. Etika Studi Kasus ............................................................................ 42
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 45
LAMPIRAN .......................................................................................................... 49

xi
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Rentang Respon Marah ................................................................... 131

Gambar 2.2 Kerangka Teori .................................................................................. 38


Gambar 2.3 Kerangka Konsep .............................................................................. 38

xii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Jurnal Utama

Lampiran 2 Format Asuhan Keperawatan Jiwa

Lampiran 3 Lembar Pendelegasian Pasien

Lampiran 4 Lembar Persetujuan Pasien/Informed Consent

Lampiran 5 Lembar Sop Relaksasi Otot Progresif

Lampiran 6 Tools Keperawatan Jiwa

Lampiran 7 Lembar Observasi

Lampiran 8 Daftar Riwayat Hidup

Lampiran 9 Lembar Konsultasi Pembimbing

Lampiran 10 Lembar Audiens Sidang Proposal

xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Kehidupan manusia dewasa yang semakin sulit dan kompleks serta

semakin bertambahnya stressor psikososial akibat budaya masyarakat

modern yang cenderung lebih sekuler, menyebabkan manusia tidak dapat

menghindari tekanan hidup yang mereka alami. Kondisi kritis ini membawa

dampak terhadap peningkatan kualitas maupun kuantitas penyakit mental-

emosional manusia. Salah satu dampak negative dari penyakit mental-

emosional adalah perilaku kekerasan (Hidayati, 2000; Nurjanah, 2004)

dalam (Suryanti, 2018). Data dari WHO dalam Yosep dan Sutini, 2014 ada

sekitar 450 juta orang di dunia yang mengalami gangguan jiwa. Data dari

Balitbangkes (2008) data dari 33 Rumah Sakit Jiwa (RSJ) yang ada di

seluruh Indonesia menyebutkan hingga kini jumlah penderita gangguan jiwa

berat mencapai 2,5 juta orang. Menurut data Departemen Kesehatan tahun

2009, jumlah penderita gangguan jiwa di Indonesia saat ini, mencapai lebih

dari 28 juta orang, dengan kategori gangguan jiwa ringan 11,6 % dan 0,46

% menderita gangguan jiwa berat. Menurut Data Riset Kesehatan Dasar

(Riskesdas, 2013) jumlah Prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk

Indonesia 1,7 permil.

Perilaku kekerasan adalah suatu keadaan dimana seseorang

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik terhadap

1
diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Perilaku kekerasan dianggap

sebagai suatu akibat yang ekstrim dari rasa marah atau ketakutan yang mal

adaptif (panik). Perilaku agresif dan perilaku kekerasan itu sendiri sering

dipandang sebagai suatu dimana agresif verbal di suatu sisi dan perilaku

kekerasan (violence) di sisi yang lain (Suryanti, 2018). Resiko perilaku

kekerasan merupakan salah satu bentuk perilaku yang memiliki resiko untuk

melukai seseorang baik fisik maupun psikologis, dengan gejala perilaku

kekerasan yang salah satunya diungkapkan melalui kemarahan. Marah

merupakan emosi dasar yang terdapat pada setiap individu. Rasa marah

biasanya terasa saat keteganggan otot mulai meningkat. Untuk mengurangi

perasaan marah dapat diatasi dengan menggunakan teknik relaksasi, salah

satunya adalah relaksasi otot progresif (Nuriza dkk, 2017).

Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat digunakan oleh pasien tanpa

bantuan terapis dan mereka dapat menggunakannya untuk mengurangi

ketegangan dan kecemasan yang dialami sehari-hari dirumah. Teknik

relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot,

dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan

ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan

relaks. Strategi pencegahan antara lain melalui self awarenness perawat,

pendidikan kesehatan, dan latihan asertif. Strategi antisipasi, terdiri dari:

teknik komunikasi, perubahan lingkungan, perilaku, dan pemberian obat

antipsikotik. Strategi pengekangan yang terdiri dari: tindakan manajemen

2
krisis, pengikatan dan pembatasan gerak. Ketiga strategi tersebut digunakan

sebagai pendekatan dalam menguraikan tindakan keperawatan perilaku

kekerasan yang akan diberikan pada penanganan perilaku kekerasan

(Murphy, 1996; Suryanti, 2018).

Berdasarkan latar belakang tersebut mendasari peneliti untuk

melakukan pemberian jadwal aktivitas sehari-hari terhadap kemampuan

mengontrol perilaku kekerasan dalam menyusun karya tulis ilmiah dengan

judul “Asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan resiko perilaku

kekerasan”.

1.2. Rumusan Masalah

“Bagaimanakah gambaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien dengan

resiko perilaku kekerasan ?”.

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui gambaran asuhan keperawatan jiwa pada pasien

resiko perilaku kekerasan dengan pemberian relaksasi otot progresif.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Melakukan pengkajian keperawatan jiwa pada pasien resiko

perilaku kekerasan dengan pemberian relaksasi otot progresif.

2. Menegakkan diagnosis keperawatan jiwa pada pasien resiko

perilaku kekerasan dengan pemberian relaksasi otot progresif.

3. Menyusun perencanaan keperawatan jiwa pada pasien resiko

perilaku kekerasan dengan pemberian relaksasi otot progresif.

3
4. Melaksanakan tindakan keperawatan jiwa pada pasien resiko

perilaku kekerasan dengan pemberian relaksasi otot progresif.

1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat secara Teoritis

1. Bagi penulis

Pengembangan ilmu keperawatan sebagai studi kasus dan

menambah wawasan untuk mengurangi resiko perilaku

kekerasan dengan pemberian relaksasi progresif.

2. Bagi Mahasiswa Keperawatan

Diharapkan hasil karya tulis ilmiah tentang perilaku

kekerasan dengan pemberian relaksasi progresif mampu

dijadikan acuan lebih lanjut mengenai penulisan studi kasus.

1.4.2. Manfaat secara praktis

1. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapkan dapat digunakan perawat dalam melakukan

tindakan mandiri sebagai bahan masukan bagi tenaga

kesehatan lainnya dalam melaksanakan asuhan keperawatan

pada pasien dengan gangguan perilaku kekerasan sehingga

pasien mendapatkan penanganan tepat dan optimal.

2. Bagi Rumah Sakit

Diharapkan dapat memberikan pelayanan kesehatan dengan

baik khususnya pada pasien perilaku kekerasan dan

meningkatkan pelayanan mutu Rumah Sakit Jiwa.

4
3. Bagi pasien dan keluarga

Diharapkan dapat membantu perkembangan kesehatan pada

pasien perilaku kekerasan yang menjalani perawatan di

Rumah Sakit Jiwa.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Diharapkan penulisan karya tulis ilmiah ini dapat menambah

referensi ilmu dalam perpustakaan institusi pendidikan

tentang pemberian asuhan keperawatan pada pasien perilaku

kekerasan dengan pemberian relaksasi progresif.

5. Bagi penulis

Penulis dapat menambah pengetahuan dan pengalaman serta

meningkatkan keterampilan dalam memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan gangguan perilaku

kekerasan.

5
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Tinjauan Teori

2.1.1. Konsep Perilaku Kekerasan

1. Definisi Perilaku Kekerasan

Resiko perilaku kekerasan merupakan salah satu

bentuk perilaku yang memiliki resiko untuk melukai

seseorang baik fisik maupun psikologis, dengan gejala

perilaku kekerasan yang salah satunya diungkapkan melalui

kemarahan (Nuriza dkk, 2017). Perilaku kekerasan adalah

suatu keadaan dimana seseorang melakukan tindakan yang

dapat membahayakan secara fisik baik terhadap diri sendiri,

orang lain, maupun lingkungan (Suryanti, 2018).

Perilaku kekerasan merupakan salah satu respon

marah yang di ekspresikan dengan melakukan ancaman

mencederai orang lain, dan atau merusak lingkungan. Respon

tersebut biasanya muncul akibat adanya stressor. Respon ini

dapat menimbulkan kerugian baik pada diri sendiri, orang

lain, maupun lingkungan (Keliat, 2012; I Made Eka dkk,

2018).

Perilaku Kekerasan adalah suatu keadaan di mana

seseorang melakukan tindakan yang dapat membahayakan


secara fisik, baik kepada diri sendiri maupun orang lain.

Sering juga disebut gaduh gelisah atau amuk di mana

seseorang marah berespon terhadap suatu stressor dengan

gerakan motorik yang tidak terkontrol (Yosep, 2016).

2. Etiologic

Menurut Afnuhazi, 2015 dalam Putri dkk, 2018.

Faktor penyebab terjadinya perilaku kekerasan pada

seseorang sebagai berikut :

a. Factor Predisposisi

1) Psikologis

Terjadi karena akumulasi frustasi hal ini dapat

terjadi ketika keinginan individu terhadap sesuatu

tidak tercapai maupun terhambat. Hal ini yang dapat

mendorong individu berperilaku agresif.

2) Perilaku

Kemarahan merupakan proses belajar, hal ini

dapat tercapai apabila tersedia fasilitas atau situasi

yang mendukung.

3) Sosial Budaya

Norma merupakan kontrol masyarakat pada

kekerasan. Hal ini mendefinisikan ekspresi perilaku

kekerasan yang diterima atau tidak diterima akan

menimbulkan sanksi. Budaya dimasyarakat dapat


mempengaruhi perilaku kekerasan. Kontrol

masyarakat yang rendah. Perilaku kekerasan dan

kecenderungan menerima perilaku kekerasan

sebagai cara penyelesaian masalah dalam

masyarakat.

b. Faktor Presipitasi

Faktor yang bersumber dari klien, lingkungan atau

interaksi dengan orang lain. Kondisi klien seperti

kelemahan fisik (penyakit fisik), keputus asaan, ketidak

berdayaan, kurang percaya diri dapat menjadi penyebab

perilaku kekerasan. Demikian pula dengan situasi

lingkungan yang ribut, padat, kritikan yang mengarah

pada penghinaan, kehilangan orang yang dicintainya,

kehilangan pekerjaan dan kekerasan merupakan faktor

penyebab yang lain. Interaksi yang profokatif dan

konflik dapat pula memicu perilaku kekerasan (Prabowo,

2014).

3. Manifestasi Klinis

Menurut (Sutejo, 2018) dan (Nurhalimah, 2016).

Resiko perilaku kekerasan yang dapat ditemukan melalui

observasi sebagai berikut :

a. Data subjectif :

1) Ungkapan berupa ancaman


2) Ungkapan kata-kata kasar

3) Ungkapan ingin memukul atau melukai

4) Informasi dari keluarga tindak kekerasan yang

dilakukan oleh pasien

b. Data objectif

1) Ada tanda atau jejas perilaku kekerasan pada

anggota tubuh

2) Wajah memerah dan tegang

3) Mengatupkan rahang dengan kuat

4) Mengepal tangan

5) Bicara kasar

6) Suara tinggi, menjerit dan berteriak

7) Pandangan tajam

8) Mondar mandir

9) Melempar, memukul benda atau orang lain

4. Meskanisme koping

Menurut (Marni, 2015). Mekanisme koping adalah tiap

upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk

upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme

pertahanan digunakan untuk melindungi diri, kemarahan

merupakan ekspresi dari rasa cemas yang timbul karena ada

ancaman.
Beberapa mekanisme koping yang dipakai pada klien

marah untuk melindungi diri antara lain :

a. Sublimasi : Menerima suatu saran pengganti yang

mulia artinya di masyarakat untuk suatu dorongan yang

mengalami hambatan penyaluran secara normal.

Misalnya seorang yang sedang marah melampiaskan

kemarahannya pada objek lain seperti memeras adonan

kue, meninju tembok dan sebagainya. Tujuan adalah

untuk mengurangi ketegangan akibat rasa marah.

b. Proyeksi : Menyalahkan orang lain mengenai

kesukasaran atau keinginan yang tidak baik. Misalnya

seperti wanita muda yang menyangkal bahwa

mempunyai perasaan seksual terhadap teman

sekerjanya, berbalik menuduh bahwa temennya tersebut

mencoba merayu.

c. Resepsi : Mencegah pikiran yang menyakitkan atau

membahayakan masuk ke alam sadar. Misalnya

seseorang anak yang sangat benci pada orang tuanya

yang tidak disukai. Tetapi menurut ajaran atau didikan

yang diterima sejak kecil bahwa membenci orang tua

merupakan hal yang tidak baik dan dikutuk oleh tuhan,

sehingga perasaan benci itu ditekan dan akhirnya dapat

melupakan.
d. Reaksi formasi : Mencengah keinginan yang berbahaya

bila di ekspresikan, dengan melebih-lebihkan sikap dan

perilaku yang berlawanan dan menggunakannya

sebagai rintangan. Misalnya seorang yang tertarik pada

temen suaminya, akan memperlakukan orang tersebut

dengan kasar.

e. Displacement : Melepaskan perasaan yang tertekan

biasanya bermusuhan, pada objek yang tidak begitu

berbahya seperti yang pada mulanya membangkitkan

emosi itu. Misalnya seorang anak berusia 4 tahun

marah karena baru saja mendapatkan hukuman dari

ibunya karena menggambar di dinding kamarnya.

Kemudian mulai bermain perang-perangan dengan

temannya.

5. Rentang Respon Marah

Gambar 2.1 : Rentang Respon Marah (Yusuf, 2015).

a. Respon adaptif

1) Asertif adalah mengemukakan pendapat atau

mendeskripsikan rasa tidak senang atau tidak

setuju tanpa menyakiti lawan bicara dan tidak

akan menimbulkan masalah besar.


2) Frustasi adalah respon yang terjadi akibat gagal

atau terhambatn dalam mencapai suatu tujuan

(Nurhalimah, 2016).

b. Respon transisi

Pasif adalah respon hanya diam dan merasa tidak

mampu mengungkapkan perasaan yang dialami dan

tidak mampu mengungkapkan perasaann sebagai hak-

haknya (Nurhalimah, 2016).

c. Respon mal adaptive

1) Agresif adalah suatu perilaku yang menyertai rasa

marah dorongan mental untuk bertindak dan

masih terkontrol. Perilaku agresif dibagi menjadi

2 yaitu:

a) Agresif pasif adalah perilaku yang tampak

dapat berupa pendedam, keras kepala, suka

menghambat dan bermalas-malasan.

b) Agresif aktif adalah sikap menentang, suka

membantah, bicara keras, cenderung

menuntut secara terus menerus, bertingkah

laku kasar diserai kekerasan.

2) Amuk adalah rasa marah dan bermusuhan yang

kuat dan disertai kehilangan control diri. Individu


tersebut dapat merusak diri sendiri, orang lain

atau lingkungan (Nurhalimah, 2016).

2.1.2. Konsep Asuhan Keperawatan Perilaku Kekerasan

1. Pengkajian

Pengkajian adalah pemikiran dasar dari proses

keperawatan yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi

atau data tentang pasien, agar dapat mengidentifikasi,

mengenali masalah-masalah, kebutuhan kesehatan dan

keperawatan pasien, baik fisik, mental, social, dan

lingkungan (Dermawan, 2012).

a. Identitas Klien

Melakukan perkenalan bina hubungan saling percaya

dan kontrak dengan klien tentang :

1) Memperkenalkan diri : nama mahasiswa, nama

panggilan mahasiswa yang disukai, menjelaskan

tujuan, waktu, tempat pertemuan, dan topik yang

akan dibicarakan.

2) Menanyakan identitas klien : nama klien, nama

panggilan yang disukai.

3) Tanyakan dan catat usia klien tanggal pengkajian

serta sumber data yang didapatkan.

b. Alasan masuk rumah sakit jiwa


Penyebab klien atau keluarga datang ke rumah sakit

jiwa. Apa yang menyebabkan klien melakukan

kekerasan, apa yang klien lakukan di rumah, apa yang

sudah dilakukan keluarga untuk mengatasi masalah

dirumah.

c. Faktor prediposisi

Menanyakan apakah keluarga mengalami gangguan

jiwa, bagaimana hasil pengobatan sebelumnya, apakah

pernah melakukan atau mengalami penganiayaan fisik,

seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam

keluarga, dan tindakan kriminal.

d. Faktor presitasi

Menanyakan pengalaman masa lalu yang tidak

menyenangkan, adanya riwayat anggota keluarga yang

memiliki gangguan jiwa dan riwayat penganiayaan.

e. Pemeriksaan fisik

Memeriksa tanda-tanda vital seperti tekanan darah,

nadi, suhu, pernapasan, tinggi badan, berat badan, dan

tanyakan apakah ada keluhan fisik yang dirasakan

klien. Pada pasien dengan perilaku kekerasan tekanan

darah meningkat, pernapasan meningkat, napas

dangkal, muka memerah, tonus otot meningakat dan

dilatasi pupil.
f. Psikososial

1) Genogram

Menggambarkan klien dengan keluarga, dilihat

dari pola komunikasi, pengambilan keputusan,

bersama siapa klien tinggal dan pola asuh. Pada

klien dengan perilaku kekerasan perlu dikaji

bagaimana cara keluarga dalam menghadapi klien

yang melakukan tindakan perilaku kekerasan

selama dirumah.

2) Konsep diri

Konsep diri adalah pengetahuan individu tentang

dirinya sendiri, merupakan gambaran tentang diri

dan gabungan kompleks dari perasaan,sikap dan

persepsi baik yang disadari maupun yang tidak

disadari. Konse diri merupakan representasi

psikis individu yang dikelilingi dengan semua

persepsi dan pengalaman yang terorganisir

(Potter dan Perry, 2005 dalam Dermawan dan

Deden, 2013).

a) Gambaran diri (Citra tubuh)

Citra tubuh adalah sikap individu secara

sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya.

Meliputi persepsi masa lalu atau sekarang


mengenai ukuran dan bentuk fungsi,

penampilan dan potensi tubuh. Tanyakan

persepsi klien terhadap tubuhnya, bagian

tubuh mana yang disukai, reaksi klien

terhadap bagian tubuh yang tidak disukai

dan bagian tubuh yang disukai.

b) Identitas diri

Prinsip pengorganisasian kepribadian yang

bertanggungjawab terhadap kesatuan,

kesinambungan, konsistensi, dan keunikan

individu. Status klien sebelum dirawat di

rumah sakit, kepuasan terhadap status

posisinya, kepuasan sebagai laki-laki atau

perempuan, keunikan yang dimiliki sesuai

dengan jenis kelaminnya. Klien dengan

perilaku kekerasan biasanya identitas diri

moral yang kurang karena menunjukkan

pendendam, pemarah, dan bermusuhan.

c) Peran diri

Peran diri merupakan serangkaian perilaku

yang diharapkan oleh lingkungan sosial

yang berhubungan dengan fungsi individu

di berbagai kelompok sosial. Perubahan


yang terjadi saat klien sakit dan dirawat,

bagaimana perasaan klien akibat perubahan

tersebut.

d) Ideal diri

Ideal diri merupakan persepsi individu

tentang bagaimana harus berperilaku sesuai

dengan standar perilaku. Klien dengan

perilaku kekerasan mengenai ideal diri

harus dilakukan pengkajian yang

berhubungan dengan harapan klien

terhadap keadaan tubuh yang idal, posisi,

tugas, peran dalam keluarga, pekerjaan atau

sekolah, harapan klien terhadap lingkungan,

penyakitnya, dan bagaimana jika kenyataan

tidak sesuai dengan harapannya.

e) Harga diri

Harga diri merupakan penilaian terhadap

hasil yang dicapai dengan analisis, sejauh

mana perilaku memenuhi ideal diri. Harga

diri tinggi adalah perasaan yang berakal

dalam menerima dirinya, meskipun telah

melakukan kesalahan dan kegagalan, tetap

merasa sebagai orang yang penting dan


berharga. Harga diri yang dimiliki klien

perilaku kekerasan adalah harga diri rendah

karna penyebab awal perilaku kekerasan,

marah yang tidak bisa menerima kenyataan

dan memiliki sifat labil yang tidak

terkontrol beranggapan dirinya tidak

berharga.

3) Hubungan sosial

Hubungan sosial pada perilaku kekerasan

terganggu karena adanya resiko mencederai diri

sendiri, orang lain, dan lingkungan serta memiliki

amarh yang tidak dapat terkontrol. Observasi

mengenai adanya hubungan kelompok apa saja

yang diikuti dalam masyarakat, keterlibatan

dalam kegiatan masyarakat, hambatan dalam

berhubungan dengan orang lain, minat dalam

berinteraksi dengan orang lain.

4) Spiritual

Nilai, keyakinan, kegiatan ibadah, dan kepuasaan

dalam menjalankan keyakinan.


g. Status mental

1) Penampilan

Melihat penampilan klien apakah rapi atau tidak

rapi, penggunaan pakaian tidak sesuai, dan cara

berpakaian tidak seperti biasa. Pada klien dengan

perilaku kekerasan biasannya tidak mampu

merawat penampilannya.

2) Pembicaraan

Amati pembicaraan klien apakah cepet, keras,

terburu-buru, gagap, sering terhenti, lambat,

membisu, menghindar, dan tidak mampu

memulai pembicaraaan.

3) Aktivitas motorik

Amati perilaku klien kekerasan yang agresif,

menyerang diri sendiri orang lain maupun

menyerang objek yang ada disekitarnya. Klien

dengan perilaku kekerasan biasanya akan terlihat

tegang, gelisah, muka marah, dan jalan mondar-

mandir.

4) Alam perasaan

Amati apakah klien sedih, ketakutan, putus asa,

khawatir, dan gembira berlebihan.

5) Afek dan emosi


Klien dengan perilaku kekerasan afek dan

emosinya labil, emosi klien cepat berubah-ubah

cenderung mudah mengamuk, membanting

barang, melukai diri sendiri, orang lain maupun

objek disekitar, dan berteriak-teriak.

6) Interaksi selama wawancara

Klien dengan perilaku kekerasan selam ibteraksi

biasanya mudah marah, bermusuhan, tidak

kooperatif, mudah tersinggung, kontak mata (-),

defensif bahwa pendapatnya paling benar,

curiga, sinis, dan menolak dengan kasar.

7) Persepsi atau sensori

Klien dengan perilaku kekerasan resiko

mengalami persepsi sensori sebagai

penyebabnya. Pendengaran, penglihatan,

perabaan, pengecapan, penghidung (bau).

8) Proses pikir

Otistik (autisme) : bentuk pemikiran yang berupa

lamunan. Hidup dalam pikirannya sendiri, hanya

memuaskan keinginannya tanpa peduli sekitarnya

menandakan ada arus asosiasi. Proses pikir Data

diperoleh dari observasi dan saat wawancara :


a) Sirkumstansial : pembicaraan yang berbelit-

belit tapi sampai pada tujuan pembicaraan.

b) Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit

tapi tidak sampai pada tujuan.

c) Kehilangan asosiasi : pembicaraan tak ada

hubungan antara satu kalimat dengan

kalitnat lainnya, dan klien tidak

menyadarinya.

d) Flight of ideas : pembicaraan.yang meloncat

dari satu topik ke topik lainnya, masih ada

hubungan yang tidak logis dan tidak sampai

pada tujuan.

e) Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba

tanpa gangguan eksternal kemudian

dilanjutkan kembali.

f) Perseverasi : pembicaraan yang diulang

berkali-kali.

9) Isi pikir

Klien dengan perilaku kekerasan memiliki

pemikiran curiga, tidak percaya kepada orang lain

dan merasa dirinya tidak aman.


10) Tingkat Kesadaran

Bingung, sedasi (mengatakan merasa melayang-

layang antara sadar atau tidak sadar), stupor

(gangguan motorik seperti kekakuan, gerakan

yang dilakukan secara ulang). Disorientasi :

Waktu, tempat, dan orang.

11) Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang, gangguan

daya ingat jangka pendek, gangguan daya ingat

saat ini, dan konfabulasi (pembicaraan tidak

sesuai dengan kenyataan). Klien dengan perilaku

kekerasan masih dapat mengingat kejadian

jangka pendek maupun panjang.

12) Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih, tidak mampu konsentrasi, dan

tidak mampu berhitung sederhana. Pada klien

dengan perilaku kekerasan mudah beralih dari

satu obyek ke obyek lainnya.

13) Kemampuan penilaian atau pengambilan

keputusan

Gangguan kemampuan penilaian ringan

(mengambil keputusan yang sederhana dengan

bantuan orang lain) dan gangguan kemampuan


penilaian bermakna (tidak mampu mengambil

keputusan walaupun dibantu orang lain). Pada

klien dengan perilaku kekerasan tidak mampu

mengambil keputusan yang nyata.

14) Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita : tidak

menyadari gejala penyakit (perubahan fisik,

emosi) pada dirinya dan merasa tidak perlu

pertolongan dan menyalahkan hal-hal diluar

dirinya : menyalahkan orang lain atau lingkungan

yang menyebabkan kondisi saat orang lain atau

lingkungan yang menyebabkan kondisi saat ini.

15) Mekanisme koping

Menanyakan kepada klien dengan resiko perilaku

kekerasan saat menghadapi suatu permasalahan,

apakah menggunakan cara seperti bicara dengan

orang lain, dan apakah dapat menyelesaikan

masalahnya.

2. Diagnosis Keperawatan

Masalah keperawatan yang mungkin muncul menurut

Azizah dkk, 2016 antara lain:

a. Resiko perilaku kekerasan mencederai (pada diri

sendiri, orang lain lingkungan dan verbal)


b. Perilaku kekerasan

c. Harga diri rendah

3. Rencana Keperawatan

Rencana keperawatan pada risiko perilaku kekerasan

adalah suatu bentuk susunan perencanaan tindakan

keperawatan untuk mengatasi dengan risiko perilaku

kekerasan.

a. Resiko perilaku kekerasan

Keliat dkk (2019) rencana keperawatan resiko perilaku

kekerasan sebagai berikut:

1) Tujuan

a) Kognitif

(1) Klien mampu menyebutkan penyebab

resiko perilaku kekerasan

(2) Klien mampu menyebutkan tanda dan

gejala resiko perilaku kekerasan

(3) Klien mampu menyebutkan akibat yang

ditimbulkan

b) Psikomotor

(1) Klien mampu mengendalikan resiko

perilaku kekerasan dengan relaksasi : tarik

nafas dalam, pukul bantal atau kasur,


senam, relaksasi otot progresif dan jalan-

jalan

(2) Klien mampu berbicara dengan baik

mengungkapkan, meminta, dan menolak

dengan baik

(3) Klien mampu melakukan kegiatan ibadah

seperti sholat, berdoa, dan kegiatan ibadah

lainnya

(4) Patuh minum obat (benar nama, benar

obat, benar dosis, benar cara, benar waktu,

benar tanggal kadaluawarsa dan benar

dokumentasi)

c) Afektif

(1) Merasakan manfaat dari latihan yang

dilakukan

(2) Membedakan perasaan sebelum dan

sesudah latihan

2) Intervensi Keperawatan

a) Latih klien untuk melakukan relaksasi : tarik

nafas dalam, pukul bantal atau kasur, senam,

relaksasi otot progresif, dan jalan-jalan


b) Latih klien untuk berbicara dengan baik :

mengungkapkan, meminta, dan menolak

dengan baik

c) Latih klien untuk melakukan kegiatan ibadah

seperti sholat, berdoa, dan kegiatan ibadah

lainnya

d) Latih klien Patuh minum obat (benar nama,

benar obat, benar dosis, benar cara, benar

waktu, benar tanggal kadaluawarsa dan benar

dokumentasi)

e) Bantu klien dalam mengendalikan resiko

perilaku kekerasan jika klien mengalami

kesulitan

f) Berikan pujian pada klien saat mampu

mempraktikkan latihan mengendalikan resiko

perilaku kekerasan

b. Harga Diri rendah

Keliat dkk (2019) rencana keperawatan harga diri

rendah sebagai berikut :

1) Tujuan

a) Kognitif

(1) Klien mampu mengenal aspek positif

dan kemampuan yang dimiliki


(2) Klien mampu menilai aspek positif dan

kemampuan yang dapat dilakukan

(3) Klien mampu memilih aspek positif dan

kemampuan yang ingin dilakukan

b) Psikomotor

(1) Klien mampu aspek positif dan

kemampuan yang dimiliki

(2) Klien mampu berfikir positif

(3) Klien mampu menceritakan keberhasilan

pada orang tua

2) Intervensi keperawatan

a) Diskusikan aspek positif dan kemampuan

yang dimiliki

b) Bantu klien menilai aspek positif dan

kemampuan yang dapat dilakukan

c) Bantu klien memilih aspek positif dan

kemampuan yang ingin dilakukan

d) Berikan pujian untuk setiap kegiatan yang

dilakukan dengan baik

e) Bantu klien membuat jadwal latihan untuk

membudayakan

f) Bantu klien menilai manfaat latihan yang

dilakukan
4. Implementasi Keperawatan

Proses implementasi adalah melaksanakan rencana

tindakan yang sudah disusun dan disesuaikan dengan kondisi

saat itu. Mengimplementasikan intervensi, perawat kesehatan

jiwa menggunakan intervensi yang luas yang dirancang untuk

mencegah penyakit meningkat, mempertahankan, dan

memulihkan kesehatan fisik dan mental (Damayanti, 2012)

5. Evaluasi Keperawatan

Menurut Yusuf (2015), pada evaluasi perawat

mengevaluasi respon berdasarkan kemampuan yang sudah

diajarkan pada, berupa evaluasi yang dapat dilakukan untuk

menilai respon verbal dan non verbal yang dapat diobservasi

oleh perawat berdasarkan respon yang ditunjukkan oleh.

Evaluasi dapat dilakukan dengan menggunakan pendekataan

SOAP :

a. S : Respon subyektif pasien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan

b. O : Respon Obyektif pasien terhadap tindakan

keperawatan yang telah dilaksanakan


c. A : Analisa terhadap data subjektif dan obyektif untuk

menyimpulkan apakah masalah manis ada atau telah

teratasi atau muncul masalah baru

d. P : Perencanaan tindakah lanjut berdasarkan hasil

analisis respon pasien.

2.1.3. Relaksasi Otot Progresif

1. Definisi relaksasi otot progresif

Menurut Soewondo (2012), relaksasi otot progresif

merupakan suatu keterampilan yang dapat dipelajari dan

digunakan untuk mengurangi atau menghilangkan ketegangan

sehingga menimbulkan rasa nyaman tanpa tergantung pada hal

atau subjek di luar dirinya. Relaksasi progresif dipandang cukup

praktis dan ekonomis karena tidak memerlukan imajinasi yang

rumit, tidak ada efek samping, mudah dilakukan, serta dapat

membuat tubuh dan pikiran menjadi tenang, rileks dan lebih

mudah.

2. Tujuan relaksasi otot progresif

Menurut Herodes, 2010 dalam Setyadi dan Kurhariyadi,

2011, bahwa tujuan dari relaksasi otot progresif adalah

a. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan

punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, dan laju

metabolik

b. Mengurangi distritmia jantung, kebutuhan oksigen.


c. Meningkatkan gelombang alfa otak yang terjadi ketika klien

sadar dan tidak memfokus perhatian seperti relaks

d. Meningkatkan rasa kebugaran dan konsentrasi.

e. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stres.

f. Mengatasi insomnia dan depresi

g. Membangun emosi positif dari emosi negatif

3. Manfaat relaksasi otot progresif

Menurut Purwanto (2013), manfaat relaksasi otot progresif

adalah meningkatkan keterampilan dasar relaksasi untuk

mengontrol marah dan memperbaiki kemampuan untuk

mengatasi stres.

4. Cara kerja teknik relaksasi otot progresif

Relaksasi adalah satu teknik dalam terapi perilaku untuk

mengurangi ketegangan dan kecemasan. Teknik ini dapat

digunakan oleh pasien tanpa bantuan terapis dan mereka dapat

menggunakannya untuk mengurangi ketegangan dan kecemasan

yang dialami sehari-hari di rumah. Teknik relaksasi progresif

adalah memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan

mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan

ketegangan (Dwi Ariani, 2018).

5. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan relaksasi otot

progresif
Menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011), hal-hal yang perlu

diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi relaksasi otot

progresif.

a. Jangan terlalu menegangkan otot berlebih karena dapat

melukai diri.

b. Dibutuhkan waktu sekitar 20 menit dengan 1 kali terapi

perhari.

c. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata

tertutup dan hindari dengan posisi berdiri.

d. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan.

e. Memeriksa apakah klien benar-benar relaks.

f. Terus menerus memberikan intruksi.

g. Memberikan intruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu

lambat.

6. Prosedur teknik relaksasi otot progresif

Teknik relaksasi otot progresif (Setyoadi dan Kushariyadi,

2011) :

a. Persiapan

1) Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring

dengan mata tertutup menggunakan bantal dibawah

kepala dan lutut atau duduk dikursi dengan kepala

ditopang, hindari posisi berdiri.


2) Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata,

jam, dan sepatu.

3) Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain

yang sifatnya mengikat ketat.

b. Fase orientasi

1) Memberikan salam terapeutik

a) Memberi salam

b) Memperkenalkan diri

c) Identifikasi pasien (nama lengkap dan tanggal lahir)

sesuai dengan gelang identitas memanggil pasien

dengan panggilan yang disukai pasien

2) Melakukan evaluasi validasi

a) Menanyakan perasaan pasien saat ini

b) Melakukan validasi masalah pasien

c) Melakukan evaluasi kemampuan pasien

3) Melakukan kontrak

a) Melakukan kontrak topik

b) Melakukan kontrak waktu

c) Melakukan kontrak tempat

c. Fase kerja

1) Melatih cara kontrol atau penurunakan perilaku

kekerasan dengan relaksasi otot progresif

2) Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.


a) Genggam tangan kiri sambil membuat suatu

kepalan.

b) Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan

sensasi ketegangan yang terjadi.

c) Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi

selama 10 detik. Gerakan pada tangan kiri ini

dilakukan dua kali sehingga dapat membedakan

perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan

relaks yang dialami.

d) Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

3) Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan

bagian belakang.

a) Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan

tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan

lengan bawah menegang.

b) Jari-jari menghadap ke langit-langit.

4) Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot

besar padabagian atas pangkal lengan).

a) Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.

b) Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak

sehingga otot biseps akan menjadi tegang.

5) Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya

mengendur.
a) Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan

hingga menyentuh kedua telinga.

b) Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak

ketegangan yang terjadi di bahu punggung atas, dan

leher.

6) Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-

otot wajah (seperti dahi, mata, rahang dan mulut).

a) Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi

dan alis sampai otot terasa kulitnya keriput.

b) Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan

ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang

mengendalikan gerakan mata.

7) Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan

yang dialami oleh otot rahang.

a) Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi

sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang.

8) Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di

sekitar mulut.

a) Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan

dirasakan ketegangan disekitar mulut.

9) Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher

bagian depan maupun belakang.


a) Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang

baru kemudian otot leher bagian depan.

b) Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

c) Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi

sedemikian rupa sehingga dapat merasakan

ketegangan di bagian belakang leher dan punggung

atas.

10) Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian

depan.

a) Gerakan membawa kepala ke muka.

b) Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan

ketegangan di daerah leher bagian muka.

11) Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

a) Angkat tubuh dari sandaran kursi.

b) Punggung dilengkungkan

c) Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10

detik, kemudian relaks.

d) Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil

membiarkan otot menjadi lurus.

12) Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

a) Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru

dengan udara sebanyakbanyaknya.


b) Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan

ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut,

kemudian dilepas.

c) Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan

lega. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan

perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.

13) Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut

a) Tarik dengan kuat perut ke dalam.

b) Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10

detik, lalu dilepaskan bebas.

c) Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.

14) Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki

(seperti paha dan betis).

a) Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha

terasa tegang

b) Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa

sehingga ketegangan pindah ke otot betis.

c) Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

d) Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

d. Fase terminasi

1) Evaluasi
a) Evaluasi subjektif : Menanyakan perasaan pasien

setelah melakukan latihan

b) Evaluasi objektif : Memberi kesempatan pasien

mengulang cara kontrol marah dengan relaksasi

progresif

2) Rencana Tindak Lanjut

a) Menganjurkan menggunakan cara yang dilatih saat

marah

b) Membimbing mengisi jadwal kegiatan harian klien

(ADL)

3) Kontrak

a) Melakukan kontrak topik

b) Melakukan kontrak waktu

c) Melakukan konrak tempat


2.2. Kerangka Teori

Resiko perilaku kekerasan (pada diri sendiri, orang lain,

lingkungan, dan verbal) Effect

Perilaku kekerasan Core Problem

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah Causa

Gambar 2.2 : Kerangka Teori

Sumber : Kliat, (2006) dan Yosep, (2011).

2.3. Kerangka Konsep

Kerangka konsep merupakan bentuk kerangka berpikir yang dapat

digunakan sebagai pendekatan untuk memecahkan masalah (Nikmatur dan

Saiful, 2012).

Resiko Terapi Relaksasi

Perilaku Kekerasan Otot Progresif

Gambar 2.3 : Kerangka Konsep


BAB III

METODE STUDI KASUS

3.1. Rencangan Studi Kasus

Studi kasus ini meneliti suatu permasalahan melalui suatu kasus

yang terdiri dari satu unit tunggal. Unit yang menjadi masalah di analisa

secara mendalam baik dari segi yang berhubungan dengan kasus itu sendiri,

factor resiko yang mempengaruhi, kejadian yang berhubungan dengan kasus

maupun tindakan dan reaksi dari kasus terhadap suatu perlakuan (Setiadi,

2013). Studi kasus ini untuk mengeksplorasi masalah asuhan keperawatan

pada pasien gangguan jiwa dengan resiko perilaku kekerasan.

3.2. Subjek studi kasus

Subjek studi kasus adalah subjek yang dituju untuk diteliti oleh

peneliti (Notoadmodjo, 2010). Subjek yang digunakan adalah satu orang

pasien dengan resiko perilaku kekerasan.

3.3. Fokus studi kasus

Fokus penelitian adalah kajian utama dari masalah yang akan

dijadikan titik acuan penelitian (Notoadmodjo,2010).

Fokus utama dalam studi kasus ini adalah mengontrol perilaku

kekerasan pada pasien resiko perilaku kekerasan.


3.4. Definisi operasional

3.4.1. Resiko perilaku kekerasan

Pasien dengan resiko perilaku kekerasan merupakan

keadaan dimana pasien kemungkinan melakukan tindakan yang

dapat mencederai diri sendiri, orang lain dan lingkungan akibat

ketidakmampuan mengendalikan rasa marah, sedangkan pasien

dengan perilaku kekerasan merupakan keadaan dimana pasien

melakukan tindakan yang dapat membahayakan secara fisik baik

terhadap diri sendiri, orang lain, maupun lingkungan. Peneliti akan

mengukur gejala resiko perilaku kekerasan pada pasien dengan

menggunakan lembar kuesioner atau lembar evaluasi gejala resiko

perilaku kekerasan yang diambil dari jurnal keperawatan Nuriza

Choirul Fhadilah tahun 2017. Evaluasi gejala resiko perilaku

kekerasan tersebut akan dilakukan sebelum dan sesudah diberikan

intervensi keperawatan.

3.4.2. Relaksasi otot progresif

Teknik relaksasi progresif adalah memusatkan perhatian

pada suatu aktifitas otot dengan mengidentifikasi otot yang

tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan

teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks. Relaksasi

otot progresif dapat digunakan untuk mengontrol marah pada

pasien dengan resiko perilaku kekerasan (Suryanti, 2018).

Pemberian perlakuan relaksasi otot progresif dilakukan di


rumah sakit, dilakukan 2 kali yang tujuannya pasien paham dan

bisa melakukan relaksasi otot progresif secara mandiri baik saat

di rumah sakit ataupun setelah pasien pulang ke rumah,

perlakuan dilakukan selama 2 hari 1 kali di hari pertama dan

satu kali di hari kedua selama 25-30 menit.

3.5. Tempat dan waktu pengambilan studi kasus

Lokasi penelitian adalah tempat dimana penelitian dilakukan.

Penetapan lokasi penelitian merupakan tahap yang sangat penting di

dalam penelitian (Notoadmodjo,2010).

3.5.1. Tempat Pengelolaan studi kasus akan dilaksanakan di Rumah Sakit

Jiwa Daerah Surakarta.

3.5.2. Waktu pengambilan data studi kasus akan dilaksanakan pada

tanggal 15-20 Febuari 2021. Lama waktu dikelola satu pasien yaitu

minimal 3 hari

3.6. Pengumpulan data

3.6.1. Wawancara

Wawancara adalah menanyakan atau tanya jawab yang

berkaitan dengan masalah yang dihadapi oleh klien, biasa juga

disebut dengan anamnesa. Wawancara berlangsung untuk

menanyakan hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang

dihadapi klien dan merupakan suatu komunikasi yang

direncanakan. Tujuan dari wawancara adalah untuk memperoleh

data tentang masalah kesehatan dan masalah keperawatan klien,


serta untuk menjalin hubungan antara perawat dengan klien.

Wawancara studi kasus ini dapat dilakukan dengan pasien,

keluarga dan perawat.

3.6.2. Observasi

Observasi adalah cara pengumpulan data dengan

pengamatan secara langsung kepada klien untuk mencari

perubahan hal-hal yang akan di teliti. Studi kasus ini

mengobservasi kemampuan mengontrol marah pada pasien

dengan perilaku kekerasan.

3.6.3. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi yaitu metode pengumpulan data

dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumentasi asli

dapat berupa informasi, gambar, table atau daftar periksa.

3.7. Penyajian data

Penyajian data merupakan salah satu kegiatan dalam pembuatan

laporan hasil penelitian yang telah dilakukan agar data yang telah

dikumpulkan dapat dipahami dan dianalisis sesuai dengan tujuan yang

diinginkan.

Penyajian data pada studi kasus ini disajikan dalam dokumentasi

laporan asuhan keperawatan pada pasien perilaku kekerasan dengan

pemberian relaksasi otot progresif.

3.8. Etika Studi Kasus


Masalah etika penelitian keperawatan merupakan masalah yang

sangat penting, mengingat penelitian keperawatan berhubungan langsung

dengan manusia, maka etika harus benar-benar diperhatikan (Hidayat,

2011). Etika yang mendasari dilaksankannya penelitian terdiri dari

informed consent (persetujuan sebelum melakukaan penelitian untuk

dijadikan responden), anonymity (tanpa nama), dan confidentiality

(kerahasiaan).

3.8.1. Informed Concent (Persetujuan)

Informed Concent adalah penyampaian ide dan isi

penting peneliti kepada calon subyek. Tujuan informed concent

adalah agar responden mengerti maksud dari tujuan penelitian

serta mengetahui dampaknya. Beberapa yang harus ada di dalam

informed concent adalah partisipan, tujuan dilakukan tindakan,

jenis data yang dibutuhkan, kerahasiaan, dan lain-lain.

3.8.2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang

memberikan jaminan kepada responden untuk tidak memberikan

atau mencantumkan identitas atau nama responden pada lembar

pengumpulan data atau hasil penelitian yang akan disajikan.

3.8.3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Salah satu dasar etika keperawatan adalah kerahasiaan.

Tujuan kerahasiaan ini adalah untuk memberikan jaminan


kerahasiaan hasil dari penelitian, baik dari informasi maupun

data yang telah dikumpulkan peneliti.


DAFTAR PUSTAKA

Afnuhazi, R., (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa.


Yogyakarta: Gosyen Publishing.

Azizah, Lilik Ma’rifatul, dkk. (2016). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa.
Yogyakarta: Indomedia Pustaka.

Balitbangkes. (2008). Riset Kesehatan Dasar 2007, Laporan Nasional. Jakarta:


Balitbangkes Depkes RI.

Damayanti, M., & Iskandar. (2012). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika
Aditama.

Dermawan, Deden & Rusdi. (2013). Keperawatan Jiwa; Konsep dan Kerangka
Kerja Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Gosyen Publishing.

Dwi Ariani Sulistyowati. (2015). Pengaruh Terapi Psikoreligi Terhadap


Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah
Sakit Jiwa Daerah Surakarta. Jurnal Terpadu Ilmu Kesehatan, 4(1), 72–
77.

Herodes. (2010). Teknik Relaksasi Progresif Terhadap Insomnia Pada Lansia.


Diakses http://herodessolution.blogspot.com/2010/11/teknik-relaksasi-
progresifterhadap.

Hidayat Aziz,.A. (2011). Metode penelitian Keperawatan dan Teknik Analisis


Data. Jakarta: Salemba Medika.
https://e-journal.poltekkes-palangkaraya.ac.id/jfk/article/view/90

I Made Eka Santosa & Yahya, U. (2018). Pengaruh Terapi Relaksasi Autogenik
Terhadap Kemampuan Mengontrol Marah Pada Pasien Dengan Perilaku
Kekerasan Di Ruang Melati Rumah Sakit Jiwa Mutiara Sukma NTB. Jurnal
Ilmiah Ilmu Kesehatan, 2018 - 128.199.127.86. Vol. 4 No. 1. Diakses
http://128.199.127.86/e-journal/index.php/JPRI/article/view/90/60
Keliat B, dkk. (2006). Proses Keperawatan Jiwa Edisi II. Jakarta : EGC

Keliat dan Akemat. (2010). Model Praktik Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta
: EGC.

Keliat., Akemat., Helena, N. Nurhaeni, H. (2012). Keperawatan Kesehatan Jiwa


Komunitas : CMHN ( basic course). Jakarta : EGC.

Keliat, Budi A., et al. (2019). Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta: EGC

Marni. (2015). Komunikasi Terapeutik Dalam Keperawatan Jiwa. Katalog Dalam


Terbitan: Yogyakarta.

Nikmatur, R., & Saiful, W. (2012). Proses Keperawatan Teori & Aplikasi.
Jogjakarta: AR-Ruz Media.

Notoatmojo, S. (2010). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineka


Cipta.

Notoatmojo, S. (2012). Metodologi Penelitian Kesehatan. Yogyakarta: Rineka


Cipta.

Nurhalimah. (2016). Modul Bahan Ajar Cetak Keperawatan Jiwa. Jakarta:


Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.

Nuriza, Fhadila., Adi, W., & Shobirun, S. (2017). Pengaruh Terapi Relaksasi Otot
Progresif Terhadap Pasien Resiko Perilaku Kekerasan di RSJD dr Amino
Gondohutomo Provinsi Jawa Tengah. Jurnal Forum Kesehatan, 7(2), 83-
89. Retrieved from

PPNI. 2018. Standar Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Kriteria


Hasil Keperawatan,Edisi 1.Jakarta:DPP PPNI.
PPNI. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia: Definisi Dan Tindakan
Keperawatan,Edisi 1.Jakarta: DPP PPNI.

Prabowo, E. 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa. Jakarta :


Nuha Medika

Purwanto (Ed). (2015). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Yogyakarta : Pustaka


Pelajar.

Putri Vevi S, Mella Restia N, dan Salvita Fitrianti. (2018). Pengaruh Strategi
Pelaksanaan Komunikasi Terapeutik Terhadap Resiko Perilaku Kekerasan
Pada Pasien Gangguan Jiwa Di Rumah Sakit Jiwa Provinsi Jambi. Jurnal
keperawatan Vol.7 No 2. Diakses
http://jab.stikba.ac.id/index.php/jab/article/view/77/0

Ramona Irfan Kadji. (2017). Pengaruh Latihan Asertif (Role Playing) Terhadap
Kemampuan Mengendalikan Marah Pada Klien Skizofrenia Dengan
Perilaku Kekerasan Di Komunitas. Diakses
http://repository.unair.ac.id/79368/2/FKP.N.252-18%20Kad%20p.pdf

Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas). (2013). Badan Penelitian dan Pengembangan


Kesehatan Kementerian RI tahun 2013. Diakses
https://www.kemkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas
%202013.pdf

Setiadi. (2013). Konsep dan praktek penulisan riset keperawatan (Ed.2).


Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyoadi dan Kushariyadi. (2011). Terapi Modalitas Keperawatan Jiwa pada


Klien Psikogeriatrik. Jakarta: Salemba Medika

Soewondo, Soesmalijah. (2012). Stres, Managemen Stres dan Relaksasi


Progresif. LPSP3UI, ISBN : 978-602-19649-1-0

Suryanti Suryanti & Dwi Ariani. (2018). Pengaruh Relaksasi Progresif Terhadap
Penurunan Perilaku Kekerasan Pada Pasien Skizofrenia Di Rumah Sakit
Jiwa Daerah Klaten. Jurnal Ilmu Kesehatan Vol 7 No 1. Diakses
https://doi.org/10.37341/interest.v7i1.74

Sutejo. (2017). Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan Kesehatan Jiwa:


Ganguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta: PT. Pustaka Baru

Sutejo. (2018). Keperawatan Jiwa, Konsep dan Praktik Asuhan Keperawatan


Kesehatan Jiwa: Gangguan Jiwa dan Psikososial. Yogyakarta : Pustaka
Baru Press

Vita Lucya, Wini Hadiyani, and Lia Juniarni, (2019), “Effectiveness of


Progressive Relaxation Therapy among Clients with Risk of Violence
Behavior in Indonesia” in Selection and Peer-review under the
responsibility of the ICHT Conference Committee, KnE Life Sciences, pages
342–348. Diakses https://doi.org/10.18502/kls.v4i13.5264

Yosep, H. I., dan Sutini, T. (2014). Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance
Mental Health Nursing. Bandung: Refika Aditama.

Yosep, I & Sutini, T. (2016). Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Bandung: Refika
Aditama

Yosep, I. (2011). Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Yusuf, Ahmad Dkk. (2015). Buku Ajar Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta:
Salemba Medika.
LAMPIRAN
Lampiran 1

Jurnal Utama
Lampiran 2

FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN JIWA

RUANG RAWAT :

TANGGAL DIRAWAT :

I. IDENTITAS KLIEN

Inisial :

Umur :

Jenis Kelamin :

Tanggal Pengkajian :

No. RM :

Informan :
ALASAN MASUK

II. FAKTOR PREDISPOSISI

1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu

Ya Tidak

2. Pengobatan sebelumnya

Ya Tidak

3. Pelaku/ Usia Korban/ Usia Saksi/ Usia

Aniaya fisik

Aniaya seksual

Penolakan

Kekerasan dalam keluarga

Tindakan kriminal

Jelaskan No 1, 2, 3 :

Masalah Keperawatan :

4. Adakah anggota keluarga yang mengalami gangguan jiwa

Ya Tidak

Hubungan Keluarga Gejala Riwayat pengobatan/perawatan


5. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan

Masalah Keperawatan :

III. FISIK

1. TTV :N= TD = RR = S=

2. Ukur : TB = BB =

3. Keluhan fisik : Ya Tidak

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

IV. PSIKOSOSIAL

1. Genogram

Jelaskan :

Masalah keperawatan :

2. Konsep Diri

a. Citra tubuh:
b. Identitas :

c. Peran :

……………………………………………………….....................……

d. Ideal diri :

……………………………………………………….....................……

e. Harga diri :

………………………………………………………......................…...

Masalah keperawatan:

……………………………………………………………….....................

3. Hubungan Sosial

a. Orang terdekat:

b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat:

c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain:

Masalah keperawatan:

4. Spiritual

a. Nilai dan keyakinan:


b. Kegiatan ibadah:

2.

Masalah keperawatan:

V. STATUS MENTAL

1. Penampilan

 Tidak rapi

 Penggunaan pakaian tidak sesuai

 Cara berpakaian tidak seperti biasa

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

2. Pembicaraan

Cepat Keras Gagap Inkoheren

Apatis Lambat Membisu Tak mampu memulai

Pembicaraan

Jelaskan:
Masalah keperawatan:

3. Aktifitas motorik

Lesu Tegang Gelisah Agitasi

Tik Grimasen Tremor Kompulsif

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

4. Alam perasaan

Sedih Ketakutan Putus asa

Khawatir Gembira berlebihan

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

5. Afek

Datar Tumpul Labil Tidak sesuai

Jelaskan:
Masalah keperawatan:

6. Interaksi selama wawancara

Bermusuhan Tidak Kooperatif Mudah tersinggung

Kontak mata (-) Defensif Curiga

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

7. Persepsi

Pendengaran Penglihatan Perabaan

Pengecapan Penghidu

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

8. Proses pikir

Sirkumstansial Tangensial Kehilangan asosiasi

Flight of ideas Blocking Perseverasi

Jelaskan:

Masalah keperawatan:
9. Isi pikir

Obsesi Fobia Hipokondria

Depersonalisme Ide yang terkait Pikiran magis

Waham

Agama Somatik Kebesaran Curiga

Nihilistik Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

10. Tingkat Kesadaran

Bingung Sedasi Stupor

Disorientasi

Waktu Tempat Orang

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

11. Memori

Gangguan daya ingat jangka panjang

Gangguan daya ingat jangka pendek


Gangguan daya ingat saat ini

Konfabulasi

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

12. Tingkat Konsentrasi dan berhitung

Mudah beralih

Tidak mampu konsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

13. Kemampuan Penilaian

Gangguan ringan Gangguan bermakna

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

14. Daya tilik diri

Mengingkari penyakit yang diderita


Menyalahkan hal-hal di luar dirinya

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

VI. KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG

1. Makan

Bantuan minimal Bantuan total

2. BAB/ BAK

Bantuan minimal Bantuan total

3. Mandi

Bantuan minimal Bantuan total

4. Berpakaian/ Berhia

Bantuan minimal Bantuan total

5. Istirahat dan tidur

Tidur siang lama: s/d

Tidur malam lama: s/d

Aktivitas sebelum/setelah tidur: s/d

6. Penggunaan obat

Bantuan minimal Bantuan total

7. Pemeliharaan kesehatan
Perawatan lanjutan Ya Tidak

Sistem dukungan Ya Tidak

8. Aktivitas di dalam rumah

Mempersiapkan makanan Ya Tidak

Menjaga kerapian rumah Ya Tidak

Mencuci pakaian Ya Tidak

Mengatur keuangan Ya Tidak

9. Aktivitas di luar rumah

Belanja Ya Tidak

Transportasi Ya Tidak

Lain-lain Ya Tidak

Jelaskan:

Masalah keperawatan:

VII. MEKANISME KOPING

Adaptif Maladaptif

Bicara dengan orang lain Minum alkohol

Mampu menyelesaikan masalah Reaksi lambat/ berlebihan

Teknik relaksasi Bekerja berlebihan


Aktifitas konstruktif Menghindar

Olahraga Mencederai diri

Lainnya Lainnya

Masalah keperawatan:

VIII. MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN

Masalah dengan dukungan kelompok, spesifik

Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifik

Masalah dengan pendidikan, spesifik

Masalah dengan pekerjaan, spesifik

Masalah dengan perumahan, spesifik

Masalah ekonomi, spesifik

Masalah dengan peelayanan kesehatan, spesifik

Masalah lainnya, spesifik

Masalah keperawatan:

IX. PENGETAHUAN KURANG TENTANG

Penyakit Jiwa II Sistem pendukung Faktor presitipasi

Penyakit fisik Koping Obat-obatan

Lainnya

Masalah keperawatan:
X. ASPEK MEDIK

Diagnosa medik:

Terapi medik:

XI. DAFTAR MASALAH KEPERAWATAN


Lampiran 3

FORMAT PENDELEGASIAN PASIEN

1. Identitas pasien (biodata)

2. Masalah yang ditemukan

a.

b.

c.

d.

e.

3. Tindakan yang sudah dilaksanakan

a.

b.

c.

d.

e.

4. Masalah yang sudah teratasi

a.

b.

c.

d.
e.

5. Masalah yang belum teratasi

a.

b.

c.

d.

e.

6. Kondisi pasien saat dioperkan

a. Status kesadaran :

b. Status respirasi :

c. Status sirkulasi :

d. Status nutrisi dan cairan :

e. Status perkemihan :

7. Rencana selanjutnya

a.

b.

c.

d.

e.
Surakarta, Februari 2021

Nama Perawat Nama Mahasiswa

Yang menerima delegasi Yang mendelegasikan

( ) ( )
Lampiran 4

LEMBAR INFORMED CONSENT

Persetujuan setelah penjelasan

Berikut ini naskah yang akan dibacakan pada subjek studi kasus (pasien) :

Kepada :

Yth. Bapak/ibu/saudara/saudari

Di tempat

Dengan hormat,

Perkenalkan nama saya Ika Sri Amini, mahasiswa Program Studi

Keperawatan Program Diploma Tiga Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas

Kusuma Husada Surakarta guna melaksanakan tugas akhir, dengan ini

melaksanakan studi kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Pasien Risiko

Perilaku Kekerasan dengan Pemberian Relaksasi Progresif ”.

Tujuan studi kasus ini untuk mengetahui gambaran pelaksanaan asuhan

keperawatan pada pasien dengan risiko perilak kekerasan. Hasil studi kasus ini

bermanfaat pengembangan pelayanan keperawatan terkait dengan pemberian

asuhan keperawatan pada pasien dengan risiko perilaku kekerasan. Saya

memohon dengan kerendaham hati kepada bapak/ibu/saudara/saudari, bahwa

studi kasus ini nantinya akan dilakukan tindakan pemberian terapi relaksasi otot

progresif pada klien serta akan dilakukan wawancara, observasi dan dilakkan
pemeriksaan fisik. Tindakan ini tidak menimbulkan dampak yang berbahaya bagi

klien.

Apabila ada hal yang belum jelas bapak/ib/saudara/saudari silahkan

bertanya dan jika sudah memahami dan bersedia bapak/ibu/saudara/saudari

dipersilahkan untuk menandatangani lembar persetujuan yang telah disediakan.

Demikian penjelasan dari saya, terimakasih atas perhatian dan

kerjasamaannya bapak/ibu/saudara/saudari dalam studi kasus ini. Setelah

mendengar dan memahami penjelasan, dengan ini saya menyatakan :

SETUJU / TIDAK SETUJU

Sebagai subjek studi kasus dan berpartisipasi dalam studi ini secara ikhlas tanpa

paksaan dari siapapun.

Surakarta, Februari 2021

Mahasiswa Subjek Studi Kasus

(Ika Sri Amini) ( )


Lampiran 5

SOP RELAKSASI OTOT PROGRESIF

FASE ORIENTASI

1. Memberikan salam terapeutik

a. Memberi salam

b. Memperkenalkan diri

c. Identifikasi pasien (nama lengkap dan tanggal lahir) sesuai dengan gelang

identitas memanggil pasien dengan panggilan yang disukai pasien

2. Melakukan evaluasi validasi

a. Menanyakan perasaan pasien saat ini

b. Melakukan validasi masalah pasien

c. Melakukan evaluasi kemampuan pasien

3. Melakukan kontrak

a. Melakukan kontrak topik

b. Melakukan kontrak waktu

c. Melakukan kontrak tempat

FASE KERJA

1. Melatih cara kontrol atau penurunakan perilaku kekerasan dengan relaksasi

otot progresif

2. Gerakan 1 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan.

a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan.


b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang

terjadi.

c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik.

d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat

membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang

dialami.

e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.

Gambar gerakan 1 : Mengepalkan jari-jari tangan

3. Gerakan 2 : Ditunjukan untuk melatih otot tangan bagian belakang.

a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada peregalangan tangan sehingga otot

di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang.

b. Jari-jari menghadap ke langit-langit.

Gambar gerakan 2 : Menekuk pergelangan tangan

ke atas

4. Gerakan 3 : Ditunjukan untuk melatih otot biseps (otot besar padabagian atas

pangkal lengan).

a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan.


b. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan

menjadi tegang.

Gambar gerakan 3 : Menekuk siku

5. Gerakan 4 : Ditunjukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur.

a. Angkat kedua bahu setinggi-tingginya seakan-akan hingga menyentuh

kedua telinga.

b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di bahu

punggung atas, dan leher.

Gambar gerakan 4 : Mengangkat kedua bahu

6. Gerakan 5 dan 6: ditunjukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti dahi,

mata, rahang dan mulut).

a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot

terasa kulitnya keriput.

b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar

mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata.


Gambar gerakan 5 : Mengerutkan dahi dan alis

Gambar gerakan 6 : Menuup mata sekuat-kuatnya

7. Gerakan 7 : Ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh

otot rahang.

a. Katupkan rahang, diikuti dengan menggigit gigi sehingga terjadi

ketegangan di sekitar otot rahang.

Gambar gerakan 7 : Mangatupkan gigi bawah dan atas

8. Gerakan 8 : Ditujukan untuk mengendurkan otot-otot di sekitar mulut.

a. Bibir dimoncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan

disekitar mulut.

Gambar gerakan 8 : Memonyongkan bibir


9. Gerakan 9 : Ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun

belakang.

a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot

leher bagian depan.

b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat.

c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga

dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.

Gambar gerakan 9 : Menekankan kepala pada

sandaran kursi

10. Gerakan 10 : Ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan.

a. Gerakan membawa kepala ke muka.

b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah

leher bagian muka.

Gambar gerakan 10 : Menekuk dagu ke arah dada

11. Gerakan 11 : Ditujukan untuk melatih otot punggung

a. Angkat tubuh dari sandaran kursi.

b. Punggung dilengkungkan

c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks.


d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot

menjadi lurus.

Gambar gerakan 11 : Membusungkan dada

12. Gerakan 12 : Ditujukan untuk melemaskan otot dada.

a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak-

banyaknya.

b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian

dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas.

c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. Ulangi sekali

lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks.

Gambar gerakan 12 : Menarik napas dalam sampai

dada terasa penuh

13. Gerakan 13 : Ditujukan untuk melatih otot perut

a. Tarik dengan kuat perut ke dalam.

b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan

bebas.

c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.


Gambar gerakan 13 : Menarik perut ke arah dalam

14. Gerakan 14-15 : Ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan

betis).

a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang

b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan

pindah ke otot betis.

c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas.

d. Ulangi setiap gerakan masing-masing dua kali.

Gambar gerakan 14 : Meluruskan telapak kaki ke depan

Gambar gerakan 15 : Mengunci otot betis


FASE TERMINASI

1. Evaluasi

a. Evaluasi subjektif : Menanyakan perasaan pasien setelah melakukan

latihan

b. Evaluasi objektif : Memberi kesempatan pasien mengulang cara kontrol

marah dengan relaksasi progresif

2. Rencana Tindak Lanjut

a. Menganjurkan menggunakan cara yang dilatih saat marah

b. Membimbing mengisi jadwal kegiatan harian klien (ADL)

3. Kontrak

a. Melakukan kontrak topik

b. Melakukan kontrak waktu

c. Melakukan konrak tempat


Lampiran 6

TOOLS KEPERAWATAN JIWA

SP 1 : Mengidentifikasi Perilaku Kekerasan Dan Latihan Kontrol Perilaku

Kekerasan Dengan Cara Fisik (Tarik Nafas Dalamdan Pukul Bantal/Kasur)

NILAI

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT YA TIDAK

A FASE ORIENTASI

1 Memberikan salam terapeutik

a. Memberi salam 2

b. Memperkenalkan diri 2

c. Identifikasi pasien (nama lengkap dan

tanggal lahir ) sesuai dengan gelang

identitas Memanggil klien dengan

panggilan yang disukai klien 2

2 Melakukan evaluasi validasi

a. Menanyakanperasaan klien saat ini 2

b. Melakukan validasi evaluasi masalah

klien 5

3 Melakukan kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2

b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2


B FASE KERJA

Menanyakan penyebab perasaan marah

1 (diri sendiri, orang lain 5

dan lingkungan)

Menanyakan tanda gejala saat klien

marah

2 5

Menanyakan respon yang dilakukan

3 saat muncul perasaan marah 5

Menanyakan apakah respon yang

4 dilakukan klien menyelesaikan 5

masalah klien

Mendiskusikan kerugian yang

5 ditimbulkan dari respon klien 5

Menyimpulkan akibat dari respon yang

6 dilakukan klien 5

Menawarkan apakah klien bersedia

7 belajar cara baru mengontrol 5

marah

Mendiskusikan cara kontrol marah

8 dengan fisik:

a. Melatih Tarik Nafas Dalam 5

b. Melatih Pukul bantal/kasur 5


Memberikan kesempatan klien

9 mempraktekan mandiri 5

C TERMINASI

1 Evaluasi

a. Evaluasi subjektif

Menanyakan perasaan klien setelah

melakukan latihan 3

b. Evaluasi objektif

Memberi kesempatan klien mengulang

cara kontrol marah 3

dengan cara fisik

2 Rencana Tindak Lanjut

a.Menganjurkan menggunakan cara

yang dilatih saat marah

b. Membimbing mengisi jadwal

kegiatan harian klien (ADL) 3

3 Kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2

b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2

D SIKAP TERAPEUTIK
1 Mempertahankan kontak mata 2

2 Sikap terbuka dan rileks 2

3 Menjaga jarak terapeutik 4

E TEKNIK KOMUNIKASI

Menggunakan kata-kata yang mudah

1 dimengerti 2

2 memberikan reinforcement 4

100

SP 2 : Latihan Kontrol Perilaku Kekerasan Dengan Minum Obat

NILAI

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT YA TIDAK

A FASE ORIENTASI

1 Memberikan salam terapeutik

a. Memberi salam 2

b. Memperkenalkan diri 2

c. Identifikasi pasien (nama lengkap dan

tanggal lahir ) sesuai dengan gelang

identitas Memanggil klien dengan

panggilan yang disukai klien 2

2 Melakukan evaluasi validasi

a. Menanyakanperasaan klien saat ini 2


b. Melakukan validasi masalah klien 2

c. Melakukan evaluasi kemampuan

klien 3

3 Melakukan kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2

b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2

B FASE KERJA

Menjelaskan nama obat yang diminum

1 klien 6

Menjelaskan dosis yang diminum klien

2 (takaran dan frekuensi) 5

Menjelaskan manfaat minum obat

3 (masing-masing obat) 5

Menjelaskan kerugian bila berhenti

4 minum obat 5

Menjelaskan efek samping yang

5 mungkin muncul pada klien 5

Menjelaskan cara mengatasi efek

6 samping yang mungkin muncul 6

Menganjurkan untuk melapor bila efek

samping tidak teratasi

7 6
Menjelaskan perinsip benar minum obat

8 (nama, obat, dosis, cara 7

waktu)

Memberikan kesempatan klien

9 mengulang prinsip benar minum 5

obat

C TERMINASI

1 Evaluasi

a. Evaluasi subjektif

Menanyakan perasaan klien setelah

melakukan latihan 3

b. Evaluasi objektif

Memberi kesempatan klien mengulang

cara kontrol marah 3

dengan cara minum obat

2 Rencana Tindak Lanjut

a. Menganjurkan menggunakan cara

yang dilatih saat marah 2

b. Membimbing mengisi jadwal

kegiatan harian klien (ADL) 3

3 Kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2


b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2

D SIKAP TERAPEUTIK

1 Mempertahankan kontak mata 2

2 Sikap terbuka dan rileks 2

3 Menjaga jarak terapeutik 4

E TEKNIK KOMUNIKASI

Menggunakan kata-kata yang mudah

1 dimengerti 2

2 memberikan reinforcement 4

100

SP 3 : Latihan Kontrol Perilaku Kekerasan Dengan Cara Verbal

NILAI

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT YA TIDAK

A FASE ORIENTASI

1 Memberikan salam terapeutik

a. Memberi salam 2

b. Memperkenalkan diri 2

c. Identifikasi pasien (nama lengkap dan

tanggal lahir) sesuai dengan gelang

identitas Memanggil klien dengan 2


panggilan yang disukai klien

2 Melakukan evaluasi validasi

a. Menanyakanperasaan klien saat ini 2

b. Melakukan validasi masalah klien 2

c. Melakukan evaluasi kemampuan

klien 3

3 Melakukan kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2

b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2

B FASE KERJA

Menjelaskan cara kontrol marah dengan

1 verbal

a. Menjelaskan cara meminta dengan

sopan ( nada suara rendah, 14

kalimat sopan, menyelingikata "tolong")

b. Menjelaskan cara menolak yang baik

(nada suara rendah, 13

kalimat sopan dan menyelingi kata "

maaf")

c.Menjelaskan cara mengungkapkan

perasaan kesal, bila ada 13

perlakuan orang lain yang membuat


kesal

Memberikan kesempatan klien

2 mengulang cara yang dilatih 10

C TERMINASI

1 Evaluasi

a. Evaluasi subjektif

Menanyakan perasaan klien setelah

melakukan latihan 3

b. Evaluasi objektif

Memberi kesempatan klien mengulang

cara kontrol marah 3

dengan cara verbal

2 Rencana Tindak Lanjut

a. Menganjurkan menggunakan cara

yang dilatih saat marah 2

b. Membimbing mengisi jadwal

kegiatan harian klien (ADL) 3

3 Kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2

b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2

D SIKAP TERAPEUTIK
1 Mempertahankan kontak mata 2

2 Sikap terbuka dan rileks 2

3 Menjaga jarak terapeutik 4

E TEKNIK KOMUNIKASI

Menggunakan kata-kata yang mudah

1 dimengerti 2

2 memberikan reinforcement 4

100

SP 4 : Latihan Kontrol Perilaku Kekerasan Dengan Cara Spiritual

NILAI

NO ASPEK YANG DINILAI BOBOT YA TIDAK

A FASE ORIENTASI

1 Memberikan salam terapeutik

a. Memberi salam 2

b. Memperkenalkan diri 2

c. Identifikasi pasien (nama lengkap dan

tanggal lahir ) sesuai dengan gelang

identitas Memanggil klien dengan

panggilan yang disukai klien 2

2 Melakukan evaluasi validasi

a. Menanyakanperasaan klien saat ini 2


b. Melakukan validasi masalah klien 2

c. Melakukan evaluasi kemampuan

klien 3

3 Melakukan kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2

b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2

B FASE KERJA

Menjelaskan cara kontrol marah dengan

1 spritual

a. Melakukan ibadah wajib (disesuaikan

agama klien) 13

b. Mengikuti kegiatan pengajian rutin 13

c. Membaca kitab suci 13

Memberikan kesempatan klien

2 mengulang cara yang dilatih 11

C TERMINASI

1 Evaluasi

a. Evaluasi subjektif

Menanyakan perasaan klien setelah

melakukan latihan 3

b. Evaluasi objektif
Memberi kesempatan klien mengulang

cara kontrol marah 3

dengan cara spiritual

2 Rencana Tindak Lanjut

a. Menganjurkan menggunakan cara

yang dilatih saat marah 2

b. Membimbing mengisi jadwal

kegiatan harian klien (ADL) 3

3 Kontrak

a. Melakukan kontrak topik 2

b. Melakukan kontrak waktu 2

c. Melakukan konrak tempat 2

D SIKAP TERAPEUTIK

1 Mempertahankan kontak mata 2

2 Sikap terbuka dan rileks 2

3 Menjaga jarak terapeutik 4

E TEKNIK KOMUNIKASI

Menggunakan kata-kata yang mudah

1 dimengerti 2

2 memberikan reinforcement 4

100
Lampiran 7

LEMBAR OBSERVASI

Lembar observasi pasien risiko perilaku kekerasan (Soeli, 2017)

No. Aspek penilaian risiko perilaku Pre Implementasi Post implementasi

kekerasan

1. Kognitif Ya Tidak Ya Tidak

1.1 Subyektif

a. Mengungkapkan

ketidakmampuan mengontrol

risiko perilaku kekerasan

b. Merasa berpikir negatif dalam

menghadapi stressor

c. Mengungkapkan keinginan

untuk memukul orang

1.2 Obyektif

a. Mendominasi pembicaraan

b. Flight of idea

c. Menyalahkan orang lain

2. Afektif Ya Tidak Ya Tidak


2.1 Subjektif

a. Mudah tersinggung

b. Merasa tidak nyaman

c. Afek labil

2.2 Objektif

a. Marah

b. Frustasi

c. Kurang percaya diri

3. Fisiologi Ya Tidak Ya Tidak

3.1 Subjektif

a. Mengatakan pusing

3.2 Objektif

a. Muka merah

b. Pandangan tajam

c. Tangan mengepal

d. Wajah tegang dan

kewaspadaan meningkat

4. Perilaku Ya Tidak Ya Tidak


4.1 Objektif

a. Mondar mandir

b. Nada suara tinggi atau keras

c. Agresif

d. Suka membentak orang lain

e. Bersikap sinis terhadap orang

lain
LEMBAR OBSERVASI KEMAMPUAN MENGENDALIKAN MARAH

KLIEN

Kode Responden :

Observer :

Inisial Responden :

Petunjuk pengisian :

1. Isi secara lengkap menggunakan tanda (√ )

2. Berilah tanda (√ ) pada kolom T (tidak pernah), jika klien tidak pernah

melakukan perilaku kekerasan

3. Berilah tanda (√ ) pada kolom K (kadang-kadang), jika klien melakukan

perilaku kekerasan sebanyak 1-2 kali per hari

4. Berilah tanda (√ ) pada kolom S (sering), jika klien melakukan perilaku

kekerasan sebanyak lebih dari 3 kali per hari

N Perilaku klien Kategori Tgl. Tgl. Tgl.

1 Klien mengutarakan kata-kata T

penghinaan, ejekan atau K

ancaman terhadap orang lain S

dengan nada yang keras

2 Dengan kata-kata, klien T

mengancam, melukai diri K


sendiri, dan mempunyai S

rencana untuk melakukannya

3 Klien merusak benda/fasilitas T

di dalam rumah (meja, kursi, K

tempat tidur dan lain- lain) S

4 Klien melukai secara fisik T

terhadap orang lain K

(keluarga/tetangga/teman) S

yang mengakibatkan cedera

serius (membutuhkan

penanganan medis: jahitan

dan pengobatan)

5 Klien terlibat dalam kontak T

fisik dengan orang lain tanpa K

melukainya (mendorong/ S

menarik orang lain)

6 Klien melukai dirinya sendiri T

dan berakibat cedera yang K

serius (melukai tubuh) S

7 Klien mengancam untuk T

merusak barang/ benda tanpa K

ada rencana untuk S

melakukannya
8 Klien melukai secara fisik T

terhadap orang lain yang K

mengakibatkan cedera ringan S

9 Klien mengungkapkan T

keinginannya pada orang lain K

(keluarga/teman) untuk

mengakhiri hidupnya

10 Dengan kata-kata, klien T

mengancam orang lain K

(keluarga, tetangga atau S

teman) tanpa ada rencana

untuk melakukannya

11 Klien menggunakan benda/ T

fasilitas dalam rumah dengan K

kasar/membahayakan dengan S

ada niat untuk merusak

benda/ fasilitas tersebut

(menutup pintu dengan keras,

menaruh alat makan ke meja

dengan kasar, menata kursi

dengan kasar)

12 Klien terlibat permusuhan T


dengan teman/siapa saja dan K

melakukan ancaman akan S

melukainya disertai rencana

untuk melakukannya

13 Klien melakukan tindakan T

mencederai diri dan K

mengakibatkan cedera ringan S

(memukul kepalanya atau

membenturkan kepalanya ke

tembok, memukul bagian

tubuhnya yang lain seperti

tangan dan kaki)

14 Klien mengancam melakukan T

perusakan kepada benda/


K
fasilitas dalam rumah atau

luar rumah (fasilitas umum) S

dan disertai

rencana untuk melakukannya

15 Dengan kata-kata, klien T

membantah nasehat yang K

diberikan oleh keluarga. S

16 Klien mengancam untuk T

mencederai orang lain dan K


disertai rencana untuk S

melakukannya

17 Klien mengancam akan T

mencederai dirinya sendiri K

tanpa ada rencana untuk S

melakukannya

Sumber Ramona Irfan Kadji (2017)


Lampiran 8

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ika Sri Amini

Tempat, tanggal lahir : Boyolali, 10 September 1999

Jenis kelamin : Perempuan

Alamat rumah : Kuwiran Rt. 11 Rw. 04, Banyudono, Boyolali

Riwayat pendidikan :

1. SD Negeri 01 Kuwiran (2006-2012)

2. SMP Negeri 02 Banyudono (2012-2015)

3. SMK Negeri 01 Banyudono (2015-2018)

4. Universitas Kusuha Husada Surakarta (2018-2021)

Riwayat pekerjaan : Tidak ada

Riwayat organisasi : Tidak ada

Publikasi :-
Lampiran 9

LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM D3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

Nama Mahasiswa : Ika Sri Amini

NIM : P18024

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko

Perilaku Kekerasan

HARI/ SARAN NAMA&TTD


NO. MATERI
TGL PEMBIMBING PEMBIMBING

Acc,

Silahkan bisa

ditindaklanjuti dengan
Rabu,
memperjelas SOP dari S Dwi Sulisetyawati,
23
terapi tersebut, S. Kep., Ns., M.
1. Desem Jurnal
kemudian langkah- Kep.
ber
langkah atau alur
2020
dalam implementasi

terapi tersebut

termasuk lembar
observasi

dipersiapkan.

Senin,

28

2. Desem BAB I Revisi


S Dwi Sulisetyawati,
ber
S. Kep., Ns., M.
2020
Kep.

Kamis,

21 BAB I, II, Revisi sesuai catatan


3.
Januari III koreksi S Dwi Sulisetyawati,

2021 S. Kep., Ns., M.

Kep.

Rabu, Sedikit revisi, lanjut

27 BAB untuk menyusun draft


4. S Dwi Sulisetyawati,
Januari I,II,III lengkap dari cover s/d
S. Kep., Ns., M.
2021 lampiran-lampiran
Kep.

Kamis, Revisi sesuai koreksi

28 Bab I, II, dan silahkan bisa


5.
Januari III ditambahkan sekalian

2021 draft lengkap :


Cover, kata pengantar, S Dwi Sulisetyawati,

daftar isi, daftar tabel, S. Kep., Ns., M.

daftar gambar, daftar Kep.

lampiran, lampiran2 (

jurnal,alat ukur,

lembar observasi,

jurnal konsultasi, dll)

Acc sidang proposal

KTI.
Sabtu,
Dipastikan untuk
30 BAB I,II,
6. instrumen penelitian
Januari III S Dwi Sulisetyawati,
yg diambil dari jurnal
2021 S. Kep., Ns., M.
masuk dalam
Kep.
lampiran.
LEMBAR KONSULTASI KARYA TULIS ILMIAH

PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PROGRAM D3

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA

Nama Mahasiswa : Ika Sri Amini

NIM : P18024

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko

Perilaku Kekerasan

HARI/ SARAN NAMA&TTD


NO. MATERI
TGL PEMBIMBING PEMBIMBING

Revisi

post Maula Mar’atus S, S.


1.
sidang Kep., Ns., M.Kep

proposal

Maula Mar’atus S, S.
2.
Kep., Ns., M.Kep
Lampiran 10

LEMBAR AUDIENCE SIDANG PROPOSAL KTI

PRODI KEPERAWATAN PROGRAM DIPLOMA TIGA

FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS KUSUMA

HUSADA SURAKARTA

Nama Mahasiswa : Ika Sri Amini

NIM : P18024

Judul KTI : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Pasien Dengan Resiko

Perilaku Kekerasan

No. Hari/Tang Nama Teruji Judul Nama dan

gal TTD Penguji

1. Jumat, 05 Ika Sri Amini Asuhan

Februari Keperawatan Jiwa


Maula
2021 Pada Pasien
Mar’atus S, S.
Dengan Resiko
Kep., Ns.,
Perilaku
M.Kep
Kekerasan

Anda mungkin juga menyukai