Anda di halaman 1dari 28

ASKEP TUBERCULOSIS

OLEH
KELOMPOK I

AHMAD KADIR ( C051171708 )


BETHA YANE PENI ( C051171729 )
NAIMAH HARGIANTI A ( C051171728 )
NOVIETA ( C051171713 )
SRI WAHYUNI ( C051171715)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR
2018
A. KONSEP TEORI

1. EPIDEMOLOGI

 Tahun 1999 WHO menyatakan terjadi kasus TBC sebanyak 9 juta

pertahun dengan jumlah kematian sebanyak 3 juta orang

pertahun. Di indonesia kasus TBC di Indonesia merupakan nomor

3 terbesar di dunia setelah Cina dan India.

 Tahun 1994 lebih dari 24.000 kasus di laporkan dimana insiden

TBC di Amerika Serikat adalah 9,4 per 100.000 penduduk.

 Tahun 1986 menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga

(SKRT) penyakit TBC di Indonesia merupakan penyebab

kematian ke-3 menduduki urutan ke-10 penyakit terbanyak di

masyarakat.

 Tahun 1992 menurut SKRT menunjukkan jumlah penderita

penyakit tuberculosis semakin meningkat dan menyebabkan

kematian terbanyak yaitu pada urutan kedua.

 10% terjadi pada anak-anak yang terinfeksi TBC akan

mempunyai risiko menderita penyakit ini sepanjang hidupnya.

 Epidemi dilaporkan pada tempat orang-orang berkumpul seperti

rumah perawatan, penampungan tuna wisma, rumah sakit,

sekolah, dan penjara.

 Tahun 1989-1992 terjadi KLB multidrug resistance (MDR)

minimal terhadap INH (isonazid) dan rifampisin. KLB tersebut


berhubungan dengan tinggi angka kematian dan tingginya

penularan TBC pada petugas kesehatan.

2. PENGERTIAN

Tuberculosis (TBC) adalah penyakit menular yang umum dan

sering mematikan yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis.

3. ETIOLOGI

Penyebab penyakit Tuberculosis adalah Mycobacterium

tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempunyai

ukuran 0,5-4 x 0,3-0,6 mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau

agak bengkok bergranular atau tidak mempunyai selubung, tetapi

mempunyai lapisan lurus tebal yang terdiri dari lipoid.

Bakteri ini mempunyai sifat dapat bertahan terhadap pencucian

warna dengan asam dan alkohol sehingga sering disebut Bakteri

Tahan Asam (BTA), serta tahan terhadap zata kimia dan fisik. Kuman

tuberkulosis juga tahan dalam keadaan kering dan dingin dan bersifat

aerob.
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100°C selama 5-10

menit pada pemanasan 60°C selama 30 menit dan dengan alkohol 70-

95% selama 15-30 detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam di udara

terutama di tempat yang lembab dan gelap (bisa berbulan-bulan),

namun tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data pada tahun

1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara dari

kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara perjam.

Mycrobacterium Tuberculosis

4. PATHOFISIOLOGI

Port de entri kuman microbacterium tuberculosis adalah saluran

peranapasan, saluran pencernaan, dan luka terbuka pada kulit,

kebanyakan infeksi tuberculosis terjadi melalui udara (air borne) yaitu

melalui inhalasi droppet yang mengandung kuman-kuman basil

tuberkel yang berasal dari orang yang terinfeksi.

Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya

diinhalasi terdiri dari satu sampai tiga gumpalan basil yang lebih besar
cenderung bertahan di saluran hidung dan cabang besar bronkus dan

tidak menyebabkan penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus

biasanya di bagian bawah lobus atau paru-paru, atau di bagian atas

lobus bawah. Basil tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan.

Leukosit polimorfonuklear tampak pada tempat tersebut dan

memfagosit bacteria namun tidak membunuh organisme tersebut.

Sesudah hari-hari pertama maka leukosit diganti oleh makrofag.

Alveoli yang terserang akan mengalami konsolidasi dan timbul gejala

pneumonia akut. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan

sendirinya sehingga tidak ada sisa yang tertinggal, atau proses dapat

juga berjalan terus dan bakteri terus difagosit atau berkembang biak

dalam sel. Basil juga menyebar melalui getah bening menuju ke

kelenjar bening regional. Makrofag yang mengadakan infiltrasi

menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu sehingga membentuk sel

tuberkel epiteloit, yang dikelilingi oleh fosit. Reaksi ini biasanya

membutuhkan waktu 10 sampai 20 hari.

5. MANIFESTASI KLINIS

Seseorang ditetapkan sebagai tersangka penderita tuberkulosis paru

apabila ditemukan gejala klinis utama pada dirinya. Untuk mengetahui

tentang penderita tuberkulosis dengan baik harus dikenali tanda dan

gejalanya.

Gejala utama pada paien TBC adalah :

 Batuk berdahak lebih dari tiga minggu


 Batuk berdarah

 Sesak napas

 Nyeri dada

 Berkeringat malam

 Demam dan meriang

 Penurunan berat badan

6. PENULARAN

Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman mycobacterium

tuberculosis ditularkan melalui udara (droplet nucle) saat seotang TBC

batuk dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut oleh

orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk atau bersin berhadapan

dengan orang lain, basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke dalam

paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.

Risiko infeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan

sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan

faktor lainnya.

7. PEMERIKSAAN PENUNJANG

 Laboratorium

Untuk menegakkan diagnosis penyakit tuberculosis dilakukan

pemeriksaan laboratorium untuk menemukan BTA positif.

Pemeriksaan lain yang dilakukan yaitu dengan pemeriksaan

kultur bakteri , namun biasanya biayanya mahal dan hailnya lama.

Metode pemeriksaan dahak (bukan liur) sewaktu, pagi, sewaktu


(SPS) dengan pemeriksaan mikroskopis membutuhkan ± 5 mL

dahak dan biasanya menggunakan pewarnaan panas dengan

metode Ziehl Neelsen (ZN) atau pewarnaan dingin Kinyoun-

Gabbet menurut Tan Thiam Hok. Bila dari dua kali pemeriksaan

didapatkan hasil BTA positif, maka pasien tersebut dinyatakan

positif.

 Foto thorax PA

Karakteristik radiology yang menunjang diagnostik antara

lain :

 Bayangan lesi radiologi yang terletak di lapangan atas paru

 Bayangan yang berawan atau bercak

 Kelainan yang bilateral, terutama bila terdapat di lapangan

atas paru.

 Bayang yang menetap atau relatif menetap setelah beberapa

minggu.

 Bayangan bilier.

8. PENGOBATAN

Pengobatan tuberkulosis paru menggunakan obat anti tuberkulosis

(OAT) dengan metode directly observed treatment shortcourse

(DOTS).

 Kategori 1 ( 2 HRZE/ 4 H3R3) untuk pasien TBC baru.


 Kategori II ( 2 HRZES/HRZE/5 H3R3E3) untuk pasien ulangan

(pasien yang pengobatan kategori I nya gagal atau pasien yang

kambuh).

 Kategori III (2 HRZ/4 H3R3) untuk pasien baru dengan BTA (-),

RO (+).

 Sisipan (HRZE) digunakan sebagai tambahan bila pada

pemeriksaan akhir tahap intensif dari pengobatan dengan kategori

I atau kategori II ditemukan BTA (+).

Obat diminum sekaligus satu jam sebelum makan.

KATEGORI I

1) Tahap permulaan diberikan setiap hari selama dua bulan (2

HRZE)

 INH (H) : 300 mg - 1 tablet

 Rifampisin (R) : 450 mg - 1 kaplet

 Pirazinamid (Z) : 1500 mg - 3 kaplet @ 500 mg

 Etambutol (E) : 750 mg - 3 kaplet @ 250 mg

Obat tersebut diminum setiap hari secara intensif sebanyak

60 kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK II.

2) Tahap lanjutan diberikan tiga kali dalam seminggu selama 4

bulan (4 H3R3)

 INH (H) : 600 mg – 2 tablet @ 300 mg

 Rifampisin (R) : 460 mg – 1 kaplet


Obat tersebut diminum tiga kali dalam seminggu sebanyak 54

kali. Regimen ini disebut KOMBIPAK III

SKEMA DIAGNOSIS TBC PARU PADA ORANG DEWASA


Tersangka Penderita TBC
(Suspek TBC)

Periksa dahak sewaktu,pagi,sewaktu (SPS)

Hasil Hasil Hasil


BTA BTA BTA
+++ ++- ---
++-

Beri antibiotik spektrum luas

Tidak Ada
ada perbai
perbaika kan
n

Rontgen dada dan


pertimbangan Dokter Ulangi periksa dahak SPS

Hasil
BTA Hasil
+++ BTA
++ - ___

Rontgen Dada dan


pertimbangan Dokter

Bukan TBC, Bukan TBC, Penyakit


Penyakit lain lain
TINDAK LANJUT PENGOBATAN

KATEGORI WAKTU HASIL BTA RENCANA

TINDAK LANJUT

Negatif Diteruskan ke tahap

lanjutan

1. Akhir tahap Positif Terapkan sisipan

insentif selama 1 bulan jika

hasil pemeriksaan

dahak masih (+)

maka diteruskan ke

tahap lanjutan.

2 (Dua) kali Sembuh

pemeriksaan:

Sebulan sebelum negatif

akhir/akhir Positif Pengobatan gagal,

pengobatan ganti ke Kategori II

Negatif Teruskan ke tahap

lanjutan

II Akhir Intensif Positif Terapkan sisipan

selama 1 bulan. Jika

hasil pemeriksaan

dahak masih (+)

maka diteruskan ke
tahap lanjutan.

2 (Dua) kali Sembuh

pemeriksaan:

Sebulan sebelum negatif

akhir/akhir Positif Pengobatan gagal,

pengobatan pasien kronis

dirujuk ke spesialis

atau mengkonsumsi

INH seumur hidup.

Negatif Teruskan ke tahap

III Akhir Intensif lanjutan

Positif Pengobatan diganti

dengan kategori II

9. PROGRAM PEMBERANTASAN

Program penanggulangan TBC secara nasional mengacu pada

strategi DOTS yang direkomendasikan oleh WHO, dan terbukti dapat

memutus rantai penularan TBC. Terdapat lima komponen utama

strategi DOTS :

1) Komitmen politis dari para pengambil keputusan, termasuk

dukungan dana.

2) Diagnosis ditegakkan pemeriksaan mikroskopik BTA dalam

dahak.
3) Terjaminnya persediaan obat antituberkulosis (OAT).

4) Pengobatan dengan paduan OAT jangka pendek dengan

pengawasan langsung oleh Pengawas Minum Obat (PMO).

5) Pencatatan dan pelaporan secara baku untuk memantau dan

mengevaluasi program penanggulangan TBC.

 Tujuan

Tujuan umum :

Memutus rantai penularan sehingga penyakit tuberkulosis diharapkan

bukan lagi menjadi masalah kesehatan.

Tujuan khusus :

 Cakupan penemuan kasus BTA (+) sebesar 70%.

 Kesembuhan minimal 85%.

 Mencegah multidrug resistance (MDR).

 Sasaran

Masyarakat tersangka TBC berusia > 15 tahun.

 Kebijakan dan strategi

 Pengobatan untuk semua penderita baru.

 Petugas pengelola TBC harus mengikuti pelatihan strategi DOTS.

 Monitoring pengobatan :

 Kategori I : akhir bulan ke 2, 5, 6

 Kategori II : akhir bulan ke 3, 7, 8

 Kategori III : akhir bulan ke 2

 Kegiatan dan langkah-langkah


 Penemuan penderita (case finding) secara lintas program dan lintas

sektor secara aktif dan pasif.

 Perencanaan termasuk jadwal minum obat, kunjungan rumah,

pencegahan DO (drop out) dan sebagainya.

 Pengamatan efek samping :

 Tubuh melemah

 Napsu makan menurun

 Gatal-gatal

 Sesak napas

 Mual dan muntah

 Berkeringat dingin dan menggigil

 Gangguan pendengaran dan penglihatan

Efek samping obat :

 INH : neuropati perifer (dapat dikurangi dengan

memberikan vitamin B6),

hepatotoksik/hepatitis

 Rifampisin : sindrom flu, hepatotoksik.

 Pirazinamid : hiperurisemia, hepatotoksik.

 Etambutol : neuritis optik, nefrotoksik, ruam kulit,

 Streptomisin : nefrotoksik, gangguan N. VIII.

Rujukan :

 Pemeriksaan uji silang (cross check) semua slide (+) dan 10 % slide

(-) ke laboratorium rujukan.


 Pasien dengan efek samping berat.

Kriteria kesembuhan :

 Pemeriksaan dahak (3x dalam seminggu) dengan hasil negatif.

 Jumlah obat yang diminum minimal 90% dari paket pengobatan.

 Indikator dan monitoring evaluasi

 Cakupan penemuan kasus baru BTA (+) = (130/100.000) X jumlah

penduduk.

 Cakupan penemuan kasus tersangka TBC di antara pengunung

puskesmas = 10% penderita baru.

 Angka konversi > 80%.

 Tingkat kesalahan uji silang < 5%.

 Angka kesembuhan > 85%.

B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

Data-data yang perlu dikaji adalah :

 Riwayat perjalanan penyakit

 Pola aktivitas dan istirahat : aktivitas berat timbul sesak,

demam, berkeringat pada malam hari, sulit tidur, takikardi.

 Pola nutrisi : anoreksia, mual, penurunan berat badan.

 Respirasi : batuk produktif/ non produktif, sesak napas, nyeri

dada, sputum hijau/purulent atau ada bercak darah.

 Nyeri : nyeri dada meningkat karena batuk berulang.


 Integritas ego : faktor stres lama, perasaan tak berdaya/tak

ada harapan.

 Riwayat penyakit sebelumnya

 Pernah sakit batuk yang lama dan tidak sembuh-sembuh.

 Pernah berobat tetapi tidak sembuh.

 Pernah berobat tetapi tidak teratur.

 Riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis paru

 Daya tahan tubuh yang menurun.

 Riwayat vaksinasi yang tidak teratur.

 .Riwayat pengobatan sebelumnya :

 Kapan pasien mendapatkan pengobatan sehubungan dengan

sakitnya

 Jenis, warna, dosis obat yang diminum

 Berapa lama pasien menjalani pengobatan sehubungan

dengan penyakitnya

 Kapan pasien mendapatkan pengobatan terakhir

 Riwayat sosial ekonomi

 Riwayat pekerjaan : jenis pekerjaan, waktu dan tempat

bekerja, jumlah penghasilan.

 Aspek psikososial : merasa dikucilkan, tidak dapat

berkomunikasi dengan bebas, menarik diri, pekerjaan/masa

depan pasien, putus harapan.

 Faktor pendukung
 Riwayat lingkungan

 Pola hidup : kebiasaan merokok, minum alkohol dll

 Tingkat pendidikan/pengetahuan pasien dan keluarga

tentang penyakit, pencegahan, pengobatan, dan

perawatannya.

 Pemeriksaan diagnostik

 Kultur sputum : mikrobakterium tuberkulosis positif pada

tahap akhir penyakit.

 Tes tuberkulin : mantoux tes reaksi positif (area indurasi 10-

15 mm terjadi 48-72 jam ).

 Foto thorax : infiltnasi lesi awal pada area atas paru. Pada

tahap dini tampak gambaran bercak-bercak seperti awan

dengan batas tidak jelas; pada kavitas bayangan berupa

cincin; pada kalsifikasi tampak bayangan bercak-bercak

padat dengan densitas tinggi.

 Bronchografi : untuk melihat kerusakan bronkus atau

kerusakan paru karena TB paru.

 Darah : penungkatan leukosit dan laju endap darah (LED).

 Spirometri : penurunan fungsi paru dengan kapasitas vital

menurun.

2. Diagnosa Keperawatan

 Ketidakefektifan bersihan jalan napas

 Gangguan pertukaran gas


 Nyeri akut

 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

 Hipertermi

 Ketidakefektifan manajemen regimen terapeutik keluarga

 Intoleransi aktifitas

 Ansietas

3. Intervensi

NO DIAGNOSA NOC NIC


1 Ketidakefektifan Status pernapasan : Manajemen jalan napas
bersihan jalan kepatenan jalan napas 1. Monitor status
napas Kriteria hasil : pernapasan dan
1. Frekuensi pernapasan oksigenasi
normal 2. Auskultasi suara napas,
2. Adanya kemampuan catat adanya area yang
untuk mengeluarkan ventilasinya menurun
sekret atau tidak ada dan
3. Tidak ada suara napas adanya suara napas
tambahan tambahan
2. Tidak ada batuk 3. Posisikan pasien untuk
3. Tidak ada memaksimalkan
penggunaan otot ventilasi
bantu pernapasan 4. Instruksikan agar bisa
4. Tidak ada pernapasan melakukan batuk
cuping hidung efektif
5. Tidak ada dispnea 5. Lakukan fisioterapi
saat istirahat atau dada jika diperlukan
melakukan aktivitas 6. Kolabaorasi untuk
ringan pengobatan aerosol dan
nebulizer sebagaimana
mestinya
2 Gangguan Status pernapasan : Manajemen Asam Basa
pertukaran gas. pertukaran gas 1. Monitor pola
Kriteria Hasil : pernapasan (frekuensi,
1) PaO2 normal irama, kedalaman)
2) PaCO2 normal 2. Monitor tanda dan
3) Saturasi oksigen gejala kelebihan asam
normal karbonat dan asidosis
4) Tidak ada dispnea respiratorik
saat istirahat dan 3. Monitor status
beraktivitas ringan neurologis : tingkat
5) Tidak ada sianosis kesadaran dan konfulsi
4. Monitor tanda-tanda
gagal napas :
penurunan PaO2,
peningkatan PaCO2
dan kelelahan otot
pernapasan
5. Pertahankan kepatenan
jalan napas dan
bersihan jalan napas :
suction, fisioterapi
dada, batuk dan napas
yang dalam)
6. Posisikan pasien dalam
posisi ventilasi yang
optimal : semi fowler
7. Kolaborasi dalam
pemberian oksigen dan
obat bronkodilator
yang tepat

3 Nyeri akut  Kontrol nyeri Manajemen Nyeri :


 Tingkat nyeri 1) Lakukan pengkajian
Kriteria hasil: nyeri secara
1. Mampu mengontrol komprehensif
nyeri ( tahu penyebab termasuk lokasi,
nyeri, mampu karakteristik, durasi ,
mempertahankan frekuensi, kualitas,
teknik farmakologi dan factor
untuk mengurangi predisposisi.
nyeri, mencari 2) Kurangi factor-faktor
bantuan ) yang mencetuskan
2. Melaporkan bahwa atau meningktkan
nyeri berkurang nyeri
dengan mengunakan 3) Berikan informasi
manajemen nyeri mengenai nyeri,
3. Mampu mengenali deperti penyebab,
nyeri ( skala berapa lama nyeri
intensitas, frekuensi dirasakan, dan
dan tanda nyeri ) antisipasi
4. Menyatakan rasa ketidaknyamanan
nyaman setelah nyeri akibat prosedur,
berkurang 4) Ajarkan penggunaan
teknik
nonfarmakologi
seperti, hypnosis,
relaksasi akupresur.
5) Dorong pasien untuk
mendiskusikan
pengalaman nyeri
sesuai kebutuhan
6) Periksa tingkat
kenyamanan bersama
pasien, catat
perubahan dalam
catatan medis.
7) Kolaborasi : Berikan
individu penurun
nyeri yang optimal
dengan resepan
analgesik.

4 Ketidakseimbangan Status nutrisi Bantuan peningkatan


nutrisi kurang dari Kriteria hasil : berat badan
kebutuhan tubuh 1. Asupan gizi, 1. Monitir asupan setiap
makanan dan cairan hari
baik 2. Diskusikan dengan
2. Rasio berat badan pasien dan keluarga
dan tinggi badan mengenai persepsi
normal atau faktor
3. Energi untuk sel penghambat
tercukupi kemampuan atau
4. Tidak terjadi hidrasi keinginan untuk
makan
3. Lakukan perawatan
mulut sebelum makan
4. Sajikan makanan
dengan menarik
5. Bantu pasien untuk
makan atau suapi
pasien sesuai dengan
instruksi Dokter : diet
umum, teksturnya
lembut atau
pemberian makan
melalui selang NGT
6. Timbang berat badan
setiap hari
7. Kolaborasi : sediakan
suplemen makanan
jika diperlukan

5 Hipertermi Termoregulasi Perawatan demam


Kriteria hasil :
1) Pantau suhu dan
tanda tanda vital
lainnya
2) Monitor warna kulit
dan suhu
3) Monitor asupan dan
keluaran.
4) Dorong konsumsi
cairan
5) Tutup pasien dengan
selimut atau pakaian
ringan tergantung
pada fase demam.
6) Fasilitasi istirahat,
terapkan pembatasan
aktivitas
7) Kolaborasi :
pemberian obat
antipiretik dan
antibiotic

6 Intoleransi aktifitas Tingkat kelelahan Manajemen Energi


Kriteria Hasil : 1) Kaji status fisiologis
1. Tidak ada kelelahan pasien yang
2. Tidak terganggu menyebabkan
ADL kelelahan sesuai
3. Kualitas tidur dan dengan usia dan
istirahat tidak perkembangan
terganggu 2) Instruksikan pasien
4. Saturasi oksigen untuk mengenali
tidak terganggu tanda dan gejala
kelelahan yang
memerlukan
pengurangan aktivitas
3) Pilih intervensi untuk
mrngurangi kelelahan
baik secara
farmakologis maupun
non farmakologis
dengan tepat
4) Tingkatkan tirah
baring/pembatasan
kegiatan (mis :
meningkatkan jumlah
waktu istirahat
pasien)
5) Lakukan ROM
aktif/pasif pasien
untuk menghilangkan
ketegangan otot
6) Anjurkan aktifitas
fisik (mis :
ambulasi,ADL)
sesuai dengan
kemampuan (energi)
pasien
7) Konsulkan dengan
ahli gizi mengenai
cara meningkatkan
asupan energi dari
makanan

7 Ansietas  Tingkat kecemasan  Pengurangan


 Kontrol kecemasan kecemasan
diri 1) Kaji untuk tanda verbal
Kriteria Hasil : dan non verbal
1. Tidak ada perasaan kecemasan
gelisah 2) Gunakan pendekatan
2. Tidak ada rasa cemas yang tenang dan
yang disampaikan meyakinkan
secara lisan 3) Berikan informasi
3. Tidak ada faktual terkait
peningkatan nadi, diagnosis, perawatan,
frekuensi pernapasan dan prognosis
4. Tidak ada fatigue 4) Instruksikan klien
5. Dapat memantau untuk menggunakan
intesitas kecemasan teknik relaksasi
6. Dapat mengurangi 5) Lakukan usapan pada
penyebab kecemasan punggung/leher dengan
7. Dapat menggunakan cara yang tepat
strategi koping yang 6) Kolaborasi untuk
efektif penggunaan obat-
obatan untuk
mengurangi kecemasan
secara tepat

8 Ketidakefektifan  Pengetahuan : Pengajaran proses


manajemen Manajemen penyakit:
regimen terapeutik penyakit kronik
keluarga  Partisipasi keluarga 1) Kaji tingkat
dalam perawatan pengetahuan pasien
profesional terkait dengan proses
Kriteria Hasil : penyakit.
1. Mengetahui 2) Jelaskan patofisiologis
penyebab, faktor dan penyakit dan
perjalanan penyakit bagaimana
2. Mengetahui manfaat hubungannya dengan
manajemen penyakit anatomi dan
3. Mengetahui tanda fisiologi,sesuai
dan gejala kebutuhan.
komplikasi 3) Review pengetahuan
4. Mengetahui pilihan pasien pasien
pengobatan yang mengenai kondisi nya.
tersedia, penggunaan 4) Jelaskan tanda dan
obat yang benar gejala yang umum dari
sesuai yang penyakit sesuai
diresepkan dan efek kebutuhan.
terapeutik/efek 5) Identifikasi
samping obat kemungkinan
5. Berpartisipasi dalam penyebab sesuai
perencanaan kebutuhan.
perawatan 6) Berikan informasi pada
6. Mengidentifikasi pasien sesuai
faktor-faktor yang kebutuhan.
mempengaruhi 7) Diskusikan perubahan
perawatan gaya hidup yang
7. Mengevaluasi mungkin di perlukan
efektifitas perawatan untuk mencegah
komplikasi yang akan
datang dan atau
mengontrol proses
penyakit.
8) Jelaskan komplikasi
kronik yang mungkin
ada sesuai kebutuhan.
9) Edukasi pasien
mengenai tindakan
untuk
mengontrol/meminima
lkan gejala sesuai
kebutuhan.
10) Eksplorasi sumber
sumber dukungan yang
sesuai kebutuhan.
11) Diskusikan pilihan
terapi/ penanganan.
12) Berikan informasi
mengenai pemeriksaan
dianostik yang
tersedia, sesuai
kebutuhan.

Peningkatan
keterlibatan keluarga
1) Bangun hubungan
pribadi dengan pasien
dan anggota keluarga
yang akan terlibat
dalam perawatan
2) Identifikasi
kemampuan anggota
keluarga untuk terlibat
dalam perawatan
pasien
3) Berikan informasi
penting kepada
anggota keluarga
mengenai pasien sesuai
dengan keinginan
pasien
4) Dorong anggota
keluarga dan pasien
untuk membantu dalam
mengembangkan
rencana perawatan,
termasuk hasil yang
diharapkan dan
pelaksanaan rencana
perawatan
PATHWAY

Faktor Risiko :
Faktor Risiko : Tunawisma di penampunagan
Individu lanjut usia, bayi dan anak TBC Anggota keluarga pasien
Kemoterapi (Tuberculosis) Anak-anak
Kekurangan gizi Tenaga kesehatan
Mengidap HIV Pasien pengguna faskes
orang terinfeksi aktif TBC
Lingkungan padat penduduk
Rumah minim fasilitas

Ingesti makanan tercemar Droplet Lesi kulit Nyeri dada

Basil tuberculosis memasuki sal.pernapasan Nosiseptor terangsang Nyeri


(Mycrobacterium Tuberculosis) akut
Pelepasan mediator nyeri
Intoleransi Menembus mekanisme pertahanan
Keletihan
aktifitas Pertahanan sistem pernapasan kerusakan sel

Fatigue Berkolonisasi di sal. Napas bawah Ketidakefektifan


bersihan jalan
Mengaktifasi respon imun napas
Masuk ke SSP
Memicu pembentukan Inflamasi peningkatan sekret sal.
serotonin pernapasan
Hipertermi
Peningkatan tripofan Sel T dan jaringan fibrosa a
membungkus makrofag dan basil
Merangsang melanocortin di dan basil Tuberculosis Fibrosis
Hipotalamaus ( Ingesti)
Timbul jaringan parut

Anoreksia Tuberkel Alveolus tidak


Kembali saat ekspirasi
Asupan nutrisi kurang Mengalami kalsifikasi

Berat badan turun eksudasi Gas tidak dapat berdifusi


dengan baik

Ketidakseimbangan Nekrosis/perkejuan
Gangguan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh pertukaran gas

Iritasi bronkus Kavitas kuman

Pembuluh darah pecah Infeksi primer

Hemaptoe
Sembuh total Sembuh dengan Komplikasi menyebar
komplels Ghon ke seluruh tubuh secara Pengobatan OAT
Krisis situsional limphogen,bronkhogen,
Hematogen.
Ansietas
v

Kuman dormant Jangka waktu lama

Infeksi post primer Muncul kembali ketika


Ketidakefektifan
Kondisi tubuh menurun
manajemen regimen
terapeutik keluarga

Diresorpsi kembali/sembuh Membentuk jaringan keju Sarang meluas sembuh Putus obat

Risiko MDR

Kavitas meluas Memadat dan membungkus diri Bersih dan sembuh


DAFTAR PUSTAKA

widoyono. (2011). Penyakit Tropis edisi kedua. Jakarta: Erlangga.

Smeltzer Suzanne C. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Alih bahasa
Agung Waluyo, dkk. Editor Monica Ester, dkk. Ed. 8. Jakarta : EGC; 2001.

Blackwell, W. ( 2015 ). NANDA Internasional Inc. Diagnosa Keperawatan : Definisi & Klasifikasi
2015-2017 Ed 10. Jakarta : EGC

Moorhead, S, Johnson, M. Mass, L. M, Swanson, E. ( 2016 ). Nursing Outcomes Classification (


NOC ) Ed 5. Singapore : Elsefier

Bulechek, G. M, Buther, H. K, Dochterdan, J. M, wagner, C. M, ( 2016 ). Nursing Intervention


Classification ( NIC ) Ed 6. Singapore : Elsefier

Anda mungkin juga menyukai