Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS

TUBERCOLOSIS PADA Tn. P DI RUANGAN


KEPERAWATAN ICU

OLEH

Yance Djilarpoin S.Kep


N2011228

CI Lahan CI Institusi

(…………………………….) (…………………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN (STIKES) GRAHA

EDUKASI MAKASSAR

2021
KONSEP MEDIS
A. Definisi
Tuberkulosis paru (TB) adalah suatu penyakit infeksi kronik
yang sudah sangat lama dikenal pada manusia, misalnya dia
dihubungkan dengan tempat tinggal di daerah urban, lingkungan
yang padat, dibuktikan dengan adanya penemuan kerusakan
tulang vertebra otak (Amin 2006 : hal 242). Tuberkulosis (TB)
adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh
Mycobakterium Tuberkulosis ( A.Sylvia 2006 : hal 852).
Tuberkulosis (TB) adalah penyakit infeksi terutama yang
menyerang parenkim paru (Smeltzer 2002 : hal 584).

Berdasarkan pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa


penyakit tuberkulosis paru (TB Paru) adalah penyakit infeksi
pernafasan kronik menular terutama yang menyerang parenkim
paru, penyakit ini disebabkan oleh kuman yaitu Mycobakterium
Tuberkulosis

B. Etiologi
Penyebab penyakit Tuberkulosis adalah Mycobakterium
Tuberkulosa. Bakteri ini mempunyai ciri sebagai berikut : bakteri
berbentuk basil / batang, berukuran panjang 1-4 mikron dan tebal
0,3-0,6 mikron, bersifat aerob, terdiri atas asam lemak (lipid)
peptidoglikan dan arabionomanan, hidup berpasangan atau
berkelompok, tahan asam, dapat bertahan hidup lama pada udara
kering maupun pada udara dingin dan suasana lembab dan gelap
dapat bertahan sampai berbulan-bulan, mudah mati dengan sinar
ultraviolet dan dapat tahan hidup lama pada suhu kamar, sudah
mati pada air mendidih (5 menit pada suhu 80 0C dan 20 menit pada
suhu 600C), penularan tuberkulosis terjadi karena kuman
dibatukkan atau dibersihkan keluar menjadi droplet nuklei dalam
udara.
C. Patofisiologi
1. Proses perjalanan penyakit
Kuman Mycobacterium tuberkulosis masuk melalui saluran
pernapasan, saluran pencernaan (GI), dan luka terbuka pada kulit.
Kebanyakan infeksi TB terjadi melalui udara, yaitu melalui inhalasi
droplet yang mengandung kuman-kuman basil tuberkel yang
berasal dari orang yang terinfeksi. Partikel dapat masuk ke dalam
alveolar, bila ukuran vartikel kurang dari 5 mikrometer. Kuman akan
dihadapi terlebih dulu oleh neutropil, kemudian baru oleh makrofag.
Kebanyakan partikel ini akan dibersihkan oleh makrofag keluar dari
cabang trakea bronkhial bersama gerakan sillia dengan sekretnya.
Bila kuman menetap di jaringan paru maka ia akan tumbuh dan
berkembang biak dalam sitoplasma makrofag. Di sini ia dapat
terbawa masuk ke organ tubuh lainnya.
Basil tuberkel yang mencapai permukaan alveolus biasanya
diinhalasi sebagai suatu unit yang terdiri dari satu sampai tiga basil;
gumpalan basil yang lebih besar cenderung tertahan di saluran
hidung dan cabang besar bronkus dan tidak menyebabkan
penyakit. Setelah berada dalam ruang alveolus, biasanya di bagian
bawah lobus atas paru atau di bagian atas lobus bawah, basil
tuberkel ini membangkitkan reaksi peradangan. Alveoli yang
terserang akan mengalami konsolidasi, dan timbul pneumonia akut.
Jika kuman sudah menjalar ke pleura maka akan terjadi efusi
pleura.
Kuman yang masuk ke dalam saluran gastrointestinal,
jaringan limfe, orofaring, dan kulit secara otomatis kuman masuk ke
dalam vena dan menjalar keseluruh organ, seperti paru, otak,
ginjal, tulang. Bila masuk ke dalam arteri pulmonalis maka terjadi
penjalaran keseluruh bagian paru dan menjadi TB milier. Sarang
primer akan timbul peradangan getah bening menuju hilus
(limfangitis lokal), dan diikuti pembesaran getah bening hilus
(limfangitis regional). Sarang primer limfangitis lokal serta regional
menghasilkan komplek primer (range). Proses sarang paru ini
memakan waktu 3–8 minggu.
D. Manifestasi klinik
Tuberkulosis adalah suatu penyakit yang mempunyai
banyak kemiripan dengan penyakit lain yang juga memberikan
gejala umum seperti lemah dan demam. Pada sejumlah penderita
gejala yang timbul tidak jelas sehingga diabaikan bahkan kadang-
kadang asimtomatik.
Gambaran klinik TB paru dapat dibagi 2 golongan, gejala
respiratorik dan gejala sisitemik:
1. Gejala respiratorik, meliputi:
a. Batuk
Gejala batuk timbul paling dini dan merupakan gangguan
yang paling sering dikeluhkan. Mula-mula bersifat non
produktif kemudian berdahak bahkan bercampur darah bila
sudah ada kerusakan jaringan.
b. Batuk darah
Darah yang dikeluarkan dalam dahak bervariasi, mungkin
tampak berupa garis atau bercak-bercak darak, gumpalan
darah atau darah segar dalam jumlah sangat banyak. Batuk
darah terjadi karena pecahnya pembuluh darah. Berat
ringannya batuk darah tergantung dari besar kecilnya
pembuluh darah yang pecah.
c. Sesak napas
Gejala ini ditemukan bila kerusakan parenkim paru sudah
luas atau karena ada hal-hal yang menyertai seperti efusi
pleura, pneumothorax, anemia dan lain-lain.
d. Nyeri dada
Nyeri dada pada TB paru termasuk nyeri pleuritik yang
ringan. Gejala ini timbul apabila sistem persarafan di pleura
terkena.

2. Gejala sistemik, meliputi:


DemamMerupakan gejala yang sering dijumpai biasanya
timbul pada sore dan malam hari mirip demam influenza, hilang
timbul dan makin lama makin panjang serangannya sedang
masa bebas serangan makin pendek.
3. Gejala sistemik lain.
Gejala sistemik lain ialah keringat malam, anoreksia,
penurunan berat badan serta malaise. Timbulnya gejala
biasanya gradual dalam beberapa minggu-bulan, akan tetapi
penampilan akut dengan batuk, panas, sesak napas walaupun
jarang dapat juga timbul menyerupai gejala pneumonia.
E. Komplikasi
Penyakit tuberculosis paru bila tidak ditangani dengan benar akan
menimbulkan komplikasi, yaitu :
1. Komplikasi dini
a. Pleuritis: Inflamasi kedua lapisan pleura.
b. Efusi pleura: Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara
atau cairan masuk kedalam antara paru dan dinding dada.
c. Emfisema: Pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas
pleural, cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang
dengan usia lebih lanjut.
d. Laringitis: Inflamasi pada laring yang di sebabkan melalui
peredaran darah
e. Menjalar ke organ lain seperti usus, tulang dan otak.
2. Komplikasi lanjut
a. Obstruksi jalan nafas atau SPOT (Sindrom Obstruksi Pasca
Tuberkulosis).
b. Kerusakan parenkim berat seperti fibrosis paru, kor pulmonal
disebabkan oleh tekanan balik akibat kerusakan paru.
c. Amiloidosis.
d. Karsinoma paru, telah terbentuknya kavitas dari proses infeksi.
e. Sindrom gagal nafas dewasa.
F. Penatalaksanaan
Dalam pengobatan TB paru dibagi 2 bagian :
1. Pengobatan TBC pada orang dewasa
a. Kategori 1 : 2HRZE/4H3R3
Selama 2 bulan minum obat INH, rifampisin, pirazinamid, dan
etambutol setiap hari (tahap intensif), dan 4 bulan selanjutnya
minum obat INH dan rifampisin tiga kali dalam seminggu (tahap
lanjutan).
Diberikan kepada:
1) Penderita baru TBC paru BTA positif.
2) Penderita TBC ekstra paru (TBC di luar paru-paru) berat.
b. Kategori 2 : 2HRZE/5H3R3E3
Diberikan kepada:
1) Penderita kambuh.
2) Penderita gagal terapi.
3) Penderita dengan pengobatan setelah lalai minum obat.
c. Kategori 3 : 2HRZ/4H3R3
Diberikan kepada:
1) Penderita BTA (+) dan rontgen paru mendukung aktif.
2. Pengobatan TBC pada anak
Adapun dosis untuk pengobatan TBC jangka pendek selama 6
atau 9 bulan, yaitu:
a. 2HR/7H2R2 : INH+Rifampisin setiap hari selama 2 bulan
pertama, kemudian INH +Rifampisin setiap hari atau 2 kali
seminggu selama 7 bulan (ditambahkan Etambutol bila diduga
ada resistensi terhadap INH).
b. 2HRZ/4H2R2 : INH+Rifampisin+Pirazinamid: setiap hari selama
2 bulan pertama, kemudian INH+Rifampisin setiap hari atau 2
kali seminggu selama 4 bulan (ditambahkan Etambutol bila
diduga ada resistensi terhadap INH).
Pengobatan TBC pada anak-anak jika INH dan rifampisin
diberikan bersamaan, dosis maksimal perhari INH 10 mg/kgbb
dan rifampisin 15 mg/kgbb
Dosis anak INH dan rifampisin yang diberikan untuk kasus:

TB tidak berat
  INH : 5 mg/kgbb/hari
  Rifampisin : 10 mg/kgbb/hari
TB berat (milier dan meningitis TBC)
  INH : 10 mg/kgbb/hari
  Rifampisin : 15 mg/kgbb/hari
  Dosis prednison : 1-2 mg/kgbb/hari (maks. 60 mg)
G. Penyimpangan KDM

Kuman mycobacteri
Infasi Kesaluran pernapasan
Mengandung Neukrosis Bakteri Mencapai Basil Berdistribusi
Alveolus Kehipotalamus
Tuber Kel Membesar Sistem Imunn Menurun Respon Menggigil
Erosi pada dindingBronchiolus Reaksi Radang Peningkatan suhu tubuh
Hemaptoe Membentukan Seratonin
Merangsang Ke hipotalamus Hipertermia
Anoreksia Triptopan
Resiko Infekksi
Obstruksi Saluran Napas Asupan Nutrisi Tidak Adekuat Infasi Kesistem
Saraf Pusat
Peningkatan Sekret BB menurun Fatique &
Malase
Batuk Tidak Efektif Keletihan
Ketidakseimbangan
Ketidakefektivan Nutrisi Kurang Dari Intoleransi
Bersihan Jalan Napas Kebutuhan Tubih Aktivitas

Sesak Napas (malam Hari)


Kecemasan

GangguanASUHAN
Pola KEPERAWATAN DENGAN KASUS
TidurTUBERCOLOSIS PADA Tn. G DI RUANGAN

KEPERAWATAN ICU

OLEH
Yance Djilarpoin S.Kep
N2011228

CI Lahan CI Institusi

(…………………………….) (…………………………….)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN (STIKES) GRAHA

EDUKASI MAKASSAR

2021

A. Pengkajian
1. Identitas Klien
a. Nama                     : Tn H
b. Usia                       : 64 tahun
c. Jenis kelamin         : Laki - laki
d. Pendidikan            : SMA
e. Suku bangsa           : bugis/indonesia
f. Alamat                  : poros buring kassi
g. Agama                   : islam
h. Diagnosa medis      : TUBERCOLOSIS
2. Penanggung jawab
a. Nama :Ny.”H”
b. Umur : 30 Tahun
c. Pekerjaan :
d. Hubungan : anak kandung
3. Riwayat kesehatan
a. Keluhan utama : sasak napas
b. Riwayat keluhan utama : keluarga pasien mengatakan pasien
sesak napas, pasien datang di ruangan perawatan icu dengan
keadaan lemas, dan tidak sadarkan diri
c. Riwayat kesehatan keluarga :keluarga pasien mengatakan tidak
ada anggota keluarga yang mempunyai penyakit seperti pasien
4. Pengkajian Primer
a. Airway
Terdapat sumbatan jalan napas sedikit secret, terdengar adanya
bunyi aliran udara pernafasan, bunyi auskultasi paru, ronkhi.
b. Breathing
1) Napas Cepat (Takipnea). RR 30x/m
2) Pasang O2 NRM 10 liter ,monitor
3) Spo2 100?

c. Circulation
Nadi 158x/menit, TD 90/60
d. Disability
Kesadaran coma = 3 GCS E 1 M 1 V 1
A : klien kesadaran coma
V : tidak ada respon suara
P : respon nyeri tidak ada
5. Pengkajian Sekunder
a. TTV
TD 90/60
N 158x/menit
S 38,9 C
RR 30x/menit
b. Pemeriksaan Fisik
1) Kepala
bentuk bulat, rambut hitam ,sedikit beruban, tidak ada luka,
tidak ada kerontokan
2) Hidung
Tidak ada secret yang mengganggu, bersih, ada cuping
hidung.
3) Telinga
Simetris, bersih, tidak terlihat adanya benjolan
4) Mulut
Klien tidak memakai gigi palsu, tidak ada pendarahan atau
muntahan di rongga nafas
5) Leher
Tidak ada pembesaran tiroid , tidak ada pembesaran kelenjar
limfoid
c. Pemeriksaan Penunjang
1) Radiologi
Hasil belum dibacakan
2) EKG
d. Terapy
pasang 02 NRM
pasang infus RL
Paracetamol 1,gr
Vascon dosis 0,1
Analisa data
Data Etiologi Masalah
keperawatan
Ds : Kuman mycobacteri

Do : Infasi Kesaluran
1. Pernapasan pernapasan Ketidakefektifan
30x/m pola napas
2. Bradipnue Bakteri Mencapai
3. Menggunakan Alveolus
otot bantu
pernapasan Leukost, pmn
neutrophil
menyerang dan
memfagositosis
bakteri

Reaksi peradangan
Kerja sel goblet

Akumulasi secret

Obstruksi jalan
napas

Ketidakefektifan
pola napas

Ds Kuman mycobacteri
1. Keluarga pasien
mengatakan kulit Infasi Kesaluran
pasien terasa pernapasan HIPERTERMI
sangant panas
Do: Bakteri Mencapai
1. S: 38,9 C Alveolus

Basil Berdistribusi
Kehipotalamus

Pyrogen aktif
melepaskan
prostaglandin

Menggeser sel
point thermostat
dari titik normal

Peningkatan suhu
tubuh

Hipertermia
DS : Kuman mycobacteri
DO :
1. Pasien tampak Bakteri Mencapai Intoleransi
berbaring Alveolus aktivitas
2. Pasien terlihat
sangat lemah Leukost, pmn
3. Kesadaran neutrophil
menurun menyerang dan
memfagositosis
bakteri

Reaksi peradangan

Kerja sel goblet

Akumulasi secret
Obstruksi jalan
napas
menghalangi
ventilasi disfusi

perfusi jaringan

produksi anerob

ptoduksi ATP

kelemahan fisik,
aktivitas terbatas

intoleransi
aktivitas

B. Diagnosa keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria Intervensi Rasional


keperawatan hasil
Ketidakefektifan Pola Setelah dilkukan Pengkajian:
Napas (00032) Tindakana Asuhan Kaji kebutuhan Untuk
Definisi: keperawatan insersi jalan napas mengetahui
Inspirasi Dan/ Atau Selama 3x24 jam, Tindakan kemampuan klien
Ekspirasi Yang Tidak Klien menunjukan mandiri: ajarkan saat bernapas
memberi Fentilasi Pola Pernapasan pasien untuk Untuk
Adekuat yang efektif melakukan teknik memperbaiki pola
Faktor Yang Dibuktian dengan relaksasi pernapasan
berhubungan dengan Kriteria Hasil : Penyuluhan : Agar pasien
: opstruksi jalan napas 1. Status Instruksikan cepat tertolong
Ditandai Dengan Pernapasan Dan kepada pasien dan dan menghindari
Batasan Karakteristik Ventilasi Tidak keluarga bahwa hal-hal yang tidak
: Tergaggu mereka harus diinginkan
Ds : 2. Kecepatan Dan meberi tahu
Pasien mengeluh irama tenaga medis pada Untuk memenuhi
lemah Pernapasan saat terjadi pola kebutuhan
Do : Dalam batas napas tergaggu oksigenasi
1. Pernapasan 30x/m normal Kolaboratif:
2. Bradipnue Konsultasi dengan
3. Menggunakan otot dengan dokter
bantu pernapasan tentang pemberian
oksigenasi
Hipertermia Setelah dilakukan Pengkajian :
(00007) tindakan 1. Pantau hidrasi Untuk
Defenisi : kepeerawatan (misalnya mengetahui
Peningkatan suhu selama 3x24 jam , turgor kulit, perubahan turgor
tubuh diatas kisaran Suhu pasien normal kelembapan kulit dan
normal dibuktikan dengan membran membran
Faktor yang ktriteria hasil : mukosa) mukosa
berhubungan : 1. Suhu batas Tindakan mandiri Untuk
Peningkatan laju normal : mengetahui
metabolisme. 2. Pantau suhu suhu tubuh
Ditandai dengan tubuh minimal dari klien.
batasan setiap 2 jam ,
karakteristik : sesuai dengan
DS : keluarga pasien kebutuhan
pengatakan kulit Penyuluhan : Menurunkan
pasien terasa 3. Anjurkan huhu tubuh
sangan panas kompres air Untuk
DO: hangat menurunkan
S: 38,9 C Kolaboratif : suhu tubuh yang
4. Berikan obat meningkat .
antipiretik

Intoleransi aktivitas Setelah dilakukan Pengkajian :


( 00092) tindakan Untuk
1. Kaji respon
keperawatan mengetahui
Definisi : emosi , sosial ,
selama 3x24 jam , emosi, sosial dan
dan spritual
Ketidakcukupan energi intoleransi aktivitas spritual
terhadap
psikologis atau teratasi dibuktikan Untuk
aktivitas
fisiologis untuk dengan kriteria hasil mengetahui
melanjutkan atau : Tindakan mandiri tanda-tanda vital
menyelesaikan 1. Klien : klien
aktivitas kehidupan menunjukkan 2. Pantau tanda- Untuk
sehari-hari yang harus toleransi aktivitas melancarkan
tanda vital klien
atau yang ingin 2.Klien dapat sirkulasi
dilakukan Penyuluhan :
menyeimbang

Faktor yang aktivitas dan 3. Ganti posisi

berhubungan : istirahat pasien selama 2


jam
Kelemahan umum

Ditandai dengan
batasan
karakteristik :

DS :

DO :

1. Pasien terlihat
berbaring

Implementasi dan evaluasi


N Diagnosa Wakt Pelaksanaan Wakt Evaluasi
o u keperawatan u
1 Ketidakefektifa 15:00 1. Mengkaaji 07:00 S:-
n Pola Napas kebutuhan O: pernapasan 30x/m
insersi jalan A: masalah belum teratasi
napas P: lanjutkan intervensi
Hasil: 1. Mengkaaji
pernapasan kebutuhan insersi
30x/m jalan napas
2. Menginstruksika 2. Menginstruksikan
n kepada pasien kepada pasien dan
dan keluarga keluarga bahwa
15:10 bahwa mereka mereka harus
harus meberi meberi tahu tenaga
tahu tenaga medis pada saat
medis pada saat terjadi pola napas
terjadi pola tergaggu
napas tergaggu 3. Pemberian terapi
Hasil: keluarga oksigenasi 10 liter
pasien setuju
3. Pemberian terapi
oksigenasi 10
liter
Hasil: oksigenasi
10 liter
Hipertermi 23:15 1. memantau suhu 07:00 S: -
tubuh setiap 2 O: suhu 37 C
jam A: masalah teratasi
23: 30 hasil: suhu 28,9 P: hentikan intervensi
C
2. mengajurkan
23:20 kompres air
hangat
Hasil: kompres
air hangat
3. memberikan obat
hasil:
parasetamol 1,gr
Intoleransi 1. memantau 80:00 S:-
aktivitas tanda-tanda vital O : pasien terlihat lemas,
pasien kesadaran menurun
hasil: TTV: TD: A : Masalah belum teratasi
107/50, suhu P : lanjutkan intervensi
38,9 C, nadi 1. memantau tanda-
120x/m, Spo2 tanda vital pasien
100? 2. Ganti posisi pasien
2. Ganti posisi selama 2 jam
pasien selama 2
jam
Hasil: miringkiri

Anda mungkin juga menyukai