Anda di halaman 1dari 15

BAB V

HASIL PENELITIAN

A. Hasil Analisis Univariat


Variabel yang diteliti pada penelitian ini adalah self care dengan kualitas hidup

pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa. Data tentang

variabel yang diteliti diambil dengan melakukan wawancara kepada responden

dengan menggunakan kuesioner dan melakukan observasi dengan melihat

langsung. Sampel pada penelitian ini sebanyak 30 orang.

Sebelum dilakukan pembahasan pada setiap variabel penelitian, terlebih

dahulu didiskripsikan karakteristik personal responden yang meliputi umur ,

pendidikan dan pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh data sebagai

berikut :

1. Karakteristik Responden

a) Umur
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Wilayah
Kerja Puskesmas Kapasa
Umur f %
46 – 55 Thn 7 23.3
56 – 65 Thn 21 70.0
> 65 Thn 2 6.7
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020


Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa,

diperoleh dari hasil penelitian menunjukan bahwa proporsi tertinggi terdapat

pada umur 56 – 65 Thn yaitu sebanyak 21 (70.0%), sedangkan proporsi

terendah terdapat pada umur > 65 Thn yaitu 2 (6.7%).

b) Jenis Kelamin
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Jenis Kelamin f %
Laki-laki 15 50.0
perempuan 15 50.0
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

Untuk Jenis kelamin ditemukan proporsi terbesar terdapat pada kesamaan

antara jenis kelamin laki – laki dan perempuan yaitu masing – masing 15

orang (50.0%).
c) Pola Makan
Tabel 5.3.
Distribusi Freukensi Berdasarkan Pola Makan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Pola Makan f %
Baik 5 16.7
Kurang 25 83.3
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa pola makan yang baik

sebanyak 5 orang (16.7%), sedangkan pola makan yang tidak berjumlah

25 orang (83.3%).

d) Latihan Fisik

Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Latihan Fisik
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Latihan Fisik f %
Baik 5 16.7
Kurang 25 83.3
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 25 (83.3%) yang


latihan fisiknya kurang, sedangkan yang latihan fisik baik berjumlah 5

(16.7%).

e) Perawatan Kaki

Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Kaki
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Perawatan Kaki f %
Baik 7 23.3
Kurang 23 76.7
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 23 (76.7%) yang

perawatan kaki kurang, sedangkan yang perawatan kaki baik berjumlah

7 (23.3%).

f) Pemantauan Gula Darah

Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemantauan Gula Darah
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Pemantuan Gula Darah f %


Baik 6 20.0
Kurang 24 80`0
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 24 (80.0%) yang

pemantuan gula darah kurang, sedangkan yang pemantuan gula darah

baik berjumlah 6 (20.0%).

g) Terapi Obat

Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Terapi Obat
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Terapi Obat f %
baik 7 23.3
kurang 23 76.7
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 23 (76.7%) yang

terapi obat kurang, sedangkan yang terapi obat baik berjumlah 7

(23.3%).
h) Self Care

Tabel 5.8.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Self Care
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Self Care f %
baik 7 23.3
kurang 23 76.7
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 23 (76.7%) yang self

care kurang, sedangkan yang self care baik berjumlah 7 (23.3%).

i) Kesehatan Fisik

Tabel 5.9.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesehatan Fisik
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Kesehatan Fisik f %
Baik 4 13.3
cukup 16 53.3
kurang 10 33.3
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020


Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 16 (53.3%) yang

kesehatan fisik cukup, sedangkan yang kesehatan fisik baik berjumlah 4

(13.3%).

j) Psikologis

Tabel 5.10.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Psikologis
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Psikologis f %
Baik 7 23.3
cukup 16 53.3
kurang 7 23.3
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 16 (53.3%) yang

psikologis cukup sebanyak 16 (53.3%), sedangkan psikologis baik dan

kurang yaitu sebanyak masing – masing 7 (23.3).


k) Hubungan Sosial

Tabel 5.11.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Sosial
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Hubungan Sosial f %
Baik 6 20
cukup 20 66.7
kurang 4 13.3
Jumlah 30 100

Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 20 (66.7%) yang

hubungan sosial cukup, sedangkan yang hubungan social kurang

berjumlah 4 (13.3%).

l) Lingkungan

Tabel 5.12.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa

Lingkungan f %
Baik 7 23.3
cukup 18 60`0
kurang 5 16.7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2020

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

berdasarkan tabel di atas diperoleh data sebanyak 18 (60.0%) yang

lingkungan cukup, sedangkan yang lingkungan kurang berjumlah 5

(16.7%).

B. Hasil Analisis Bivariat


Analisis bivariat bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel bebas

dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan Self

Care dengan Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus di Wilayah Kerja

Puskesmas Kapasa. Pengujian hipotesis penelitian ini menggunakan uji Chi-

Square, apabila tidak memenuhi syarat dilakukan uji alternatif Chi-Square yaitu

uji Fisher’s Exact Test. Pengujian data penelitian menggunakan bantuan

program SPSS versi 16.00 for Windows diperoleh hasil analisis sebagai berikut :

Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Paisen Diabetes Melitus Di


Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

Tabel 5.6.

Kualitas Hidup
Total Nilai-p
Self Care Cukup Kurang
Baik
n % n % n % n %
Baik 1 3.3 6 20.0 0 0 7 23.3
Tidak Baik 3 10.0 14 46.7 6 20.0 23 76.7 0,012

Jumlah 4 13.3 20 66.7 6 20.0 30 100


Sumber : Hasil uji statistic Chi Square
Hasil Analisis Hubungan Self Care Dengan
Kualitas Hidup Pasien Diabetes Melitus Di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

ditemukan proporsi terbesar berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa

Self Care baik dan kualitas hidup juga baik sebanyak 1 orang (3.3%), self

care baik tapi kualitas hidup cukup berjumlah 6 orang (20.0%). Sedangkan

self care Yang tidak baik tapi kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (10.0%),

dan self care tidak baik tetapi kualitas hidup cukup berjumlah 14 orang

(46.7%) serta self care tidak baik tetapi kualitas hidup kurang sebanyak 6

orang (20.0).

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,012 (p <

0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan self care dengan kualitas hidup

pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.


BAB VI

PEMBAHASAN

Hubungan Self Care Dengan Kualitas Hidup Paisen Diabetes Melitus Di


Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

Berdasarkan hasil penelitian di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

ditemukan proporsi terbesar berdasarkan tabel di atas menunjukkan bahwa

Self Care baik dan kualitas hidup juga baik sebanyak 1 orang (3.3%), self

care baik tapi kualitas hidup cukup berjumlah 6 orang (20.0%). Sedangkan

self care Yang tidak baik tapi kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (10.0%),

dan self care tidak baik tetapi kualitas hidup cukup berjumlah 14 orang

(46.7%) serta self care tidak baik tetapi kualitas hidup kurang sebanyak 6

orang (20.0).

Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,012 (p <

0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan self care dengan kualitas hidup

pasien diabetes melitus di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa.

Teori keperawatan self care dikemukakan oleh Dorothea E.Orem pada

tahun 1971dan dikenal dengan teori Self Care Deficit Nursing (SCDNT)

(Delaune & Ladner, 2002). Teori SCDNT sebagai grand teori mempunyai

komponen teori yaitu teori self care, teori self care deficit, dan teori nursing

system. Self care merupakan konsep yang sangat penting dalam mengukur

kemampuan seseorang serta tingkat kemandirian yang harus dicapai oleh

pasien (Orem, 1995). Self care merupakan perilaku yang dipelajari dan
merupakan suatu tindakan sebagai respon atau suatu kebutuhan (Delaune &

Ladner, 2002). Teori self care Orem merupakan model keperawatan yang

tepat diterapkan pada area perioperatif, rentang usia yang lebih luas (dari

bayi sampai lansia). Peran perawat dalam aplikasi teori self care Orem adalah

membantu meningkatkan kemampuan pasien untuk mandiri pada area klinis

yang akan meningkatkan kualitas hidup saat pasien berada pada area

komunitas (Nursalam, 2014).

WHO mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu di kehidupan

mereka dalam konteks kebudayaan dan norma kehidupan dan hubungannya

dengan tujuan, harapan, standar dan perhatian mereka. Hal ini dipengaruhi oleh

kesehatan fisik, mental, psikologi, kepercayaan pribadi dan hubungan sosial

mereka dengan lingkungan sekitar.Kualitas hidup (quality life) merupakan

konsep analisis kemampuan individu untuk mendapatkan hidup yang normal

terkait dengan persepsi secara individu mengenai tujuan, harapan, standard an

perhatian secara spesifik terhadap kehidupan yang dialami dengan dipengaruhi

oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut berada (Adam, 2006).

Kualitas hidup memiliki maksud sebagai usaha untuk membawa penilaian

memperoleh kesehatan. World Health Organization Quality Of Life (WHOQOL)

mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya

di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait

dengan tujuan, harapan, standar, dan perhatian. Kualitas hidup merupakan

suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu,

psikologis, tingkat kemandirian serta hubungan individu dengan lingkungan


(Nursalam, 2016).

Menurut International Diabetes federation IDF (2014), Kawasan Asia

Pasifik merupakan kawasan terbanyak yang menderita diabetes melitus,

dengan angka kejadiannya 138 kasus (8,5%). IDF memperkirakan pada tahun

2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 205 juta kasus

di antara usia penderita DM 40-59 tahun (IDF, 2014). Indonesia berada di

posisi kedua terbanyak di kawasan asia tenggara. Menurut IDF (2014) angka

kejadian diabetes melitus di Indonesia sebesar 9. Laporan hasil Riset

Kesehatan Dasar RISKESDAS (2013) oleh Departemen Kesehatan,

menunjukan bahwa prevalensi diabetes melitus di Indonesia sebesar 6,9%.

Sementara itu, jika dilihat berdasarkan provinsi yang ada di Indonesia,

prevalensi diabetes melitus tertinggi terdapat di Yogyakarta (2,6%). Lalu diikuti

dengan DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur .

Sedangkan untuk provinsi Sumatera Utara prevalensi penderita diabetes

melitus sebanyak 1,8 % atau sekitar 160 ribu jiwa (Purwoningsih & Purnama,

2017).

Menurut American Diabetes Association ADA (2010), diabetes melitus

merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja

insulin, atau kedua-duanya. gejala umun dari diabetes melitus adalah poliuria,

polifagia, polydipsia. Klasifikasi dari diabetes melitus yaitu diabetes mellitus

tipe 1, tipe 2. Jenis diabetes melitus yang paling banyak diderita diabetes

melitus tipe 2, dimana sekitar 90-95% orang mengidap penyakit ini (Black &
Hawks: ADA, 2010).

BAB VII

PENUTUP

A. Kesimpulan

Setelah dilakukan penelitian tentang Hubungan Self Care dengan kualitas hidup

pasien diabetes melitus di wilaya kerja puskesmas Kapasa. Maka dapat ditarik

kesimpulan sebagai berikut :

Ada Hubungan Self Care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilaya

kerja puskesmas Kapasa.

B. Saran

1. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih

mendalami tentang Self Crae dengan Kualitas Hidup di wilaya kerja puskesmas

lainya

2. Bagi tenaga Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dan

lebih meningkatkan pelayanan kesehatan dalam melakukan penerapan Self Care

di wilaya kerja puskesmas lainya.

Anda mungkin juga menyukai