HASIL PENELITIAN
berikut :
1. Karakteristik Responden
a) Umur
Tabel 5.1.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur di Wilayah
Kerja Puskesmas Kapasa
Umur f %
46 – 55 Thn 7 23.3
56 – 65 Thn 21 70.0
> 65 Thn 2 6.7
Jumlah 30 100
b) Jenis Kelamin
Tabel 5.2.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jenis Kelamin di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Jenis Kelamin f %
Laki-laki 15 50.0
perempuan 15 50.0
Jumlah 30 100
antara jenis kelamin laki – laki dan perempuan yaitu masing – masing 15
orang (50.0%).
c) Pola Makan
Tabel 5.3.
Distribusi Freukensi Berdasarkan Pola Makan di
Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Pola Makan f %
Baik 5 16.7
Kurang 25 83.3
Jumlah 30 100
25 orang (83.3%).
d) Latihan Fisik
Tabel 5.4.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Latihan Fisik
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Latihan Fisik f %
Baik 5 16.7
Kurang 25 83.3
Jumlah 30 100
(16.7%).
e) Perawatan Kaki
Tabel 5.5.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Perawatan Kaki
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Perawatan Kaki f %
Baik 7 23.3
Kurang 23 76.7
Jumlah 30 100
7 (23.3%).
Tabel 5.6.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemantauan Gula Darah
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
g) Terapi Obat
Tabel 5.7.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Terapi Obat
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Terapi Obat f %
baik 7 23.3
kurang 23 76.7
Jumlah 30 100
(23.3%).
h) Self Care
Tabel 5.8.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Self Care
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Self Care f %
baik 7 23.3
kurang 23 76.7
Jumlah 30 100
i) Kesehatan Fisik
Tabel 5.9.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kesehatan Fisik
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Kesehatan Fisik f %
Baik 4 13.3
cukup 16 53.3
kurang 10 33.3
Jumlah 30 100
(13.3%).
j) Psikologis
Tabel 5.10.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Psikologis
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Psikologis f %
Baik 7 23.3
cukup 16 53.3
kurang 7 23.3
Jumlah 30 100
Tabel 5.11.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Hubungan Sosial
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Hubungan Sosial f %
Baik 6 20
cukup 20 66.7
kurang 4 13.3
Jumlah 30 100
berjumlah 4 (13.3%).
l) Lingkungan
Tabel 5.12.
Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lingkungan
di Wilayah Kerja Puskesmas Kapasa
Lingkungan f %
Baik 7 23.3
cukup 18 60`0
kurang 5 16.7
Jumlah 30 100
Sumber : Data Primer 2020
(16.7%).
dengan variabel terikat. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui hubungan Self
Square, apabila tidak memenuhi syarat dilakukan uji alternatif Chi-Square yaitu
program SPSS versi 16.00 for Windows diperoleh hasil analisis sebagai berikut :
Tabel 5.6.
Kualitas Hidup
Total Nilai-p
Self Care Cukup Kurang
Baik
n % n % n % n %
Baik 1 3.3 6 20.0 0 0 7 23.3
Tidak Baik 3 10.0 14 46.7 6 20.0 23 76.7 0,012
Self Care baik dan kualitas hidup juga baik sebanyak 1 orang (3.3%), self
care baik tapi kualitas hidup cukup berjumlah 6 orang (20.0%). Sedangkan
self care Yang tidak baik tapi kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (10.0%),
dan self care tidak baik tetapi kualitas hidup cukup berjumlah 14 orang
(46.7%) serta self care tidak baik tetapi kualitas hidup kurang sebanyak 6
orang (20.0).
Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,012 (p <
0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan self care dengan kualitas hidup
PEMBAHASAN
Self Care baik dan kualitas hidup juga baik sebanyak 1 orang (3.3%), self
care baik tapi kualitas hidup cukup berjumlah 6 orang (20.0%). Sedangkan
self care Yang tidak baik tapi kualitas hidup baik sebanyak 3 orang (10.0%),
dan self care tidak baik tetapi kualitas hidup cukup berjumlah 14 orang
(46.7%) serta self care tidak baik tetapi kualitas hidup kurang sebanyak 6
orang (20.0).
Hasil uji statistik Chi Square menunjukkan bahwa nilai p = 0,012 (p <
0,05) Ho ditolak, artinya terdapat hubungan self care dengan kualitas hidup
tahun 1971dan dikenal dengan teori Self Care Deficit Nursing (SCDNT)
(Delaune & Ladner, 2002). Teori SCDNT sebagai grand teori mempunyai
komponen teori yaitu teori self care, teori self care deficit, dan teori nursing
system. Self care merupakan konsep yang sangat penting dalam mengukur
pasien (Orem, 1995). Self care merupakan perilaku yang dipelajari dan
merupakan suatu tindakan sebagai respon atau suatu kebutuhan (Delaune &
Ladner, 2002). Teori self care Orem merupakan model keperawatan yang
tepat diterapkan pada area perioperatif, rentang usia yang lebih luas (dari
bayi sampai lansia). Peran perawat dalam aplikasi teori self care Orem adalah
yang akan meningkatkan kualitas hidup saat pasien berada pada area
dengan tujuan, harapan, standar dan perhatian mereka. Hal ini dipengaruhi oleh
oleh nilai dan budaya pada lingkungan individu tersebut berada (Adam, 2006).
di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada terkait
suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi kondisi fisik individu,
dengan angka kejadiannya 138 kasus (8,5%). IDF memperkirakan pada tahun
2035 jumlah insiden DM akan mengalami peningkatan menjadi 205 juta kasus
posisi kedua terbanyak di kawasan asia tenggara. Menurut IDF (2014) angka
dengan DKI Jakarta (2,5%), Sulawesi Utara (2,4%) dan Kalimantan Timur .
melitus sebanyak 1,8 % atau sekitar 160 ribu jiwa (Purwoningsih & Purnama,
2017).
insulin, atau kedua-duanya. gejala umun dari diabetes melitus adalah poliuria,
tipe 1, tipe 2. Jenis diabetes melitus yang paling banyak diderita diabetes
melitus tipe 2, dimana sekitar 90-95% orang mengidap penyakit ini (Black &
Hawks: ADA, 2010).
BAB VII
PENUTUP
A. Kesimpulan
Setelah dilakukan penelitian tentang Hubungan Self Care dengan kualitas hidup
pasien diabetes melitus di wilaya kerja puskesmas Kapasa. Maka dapat ditarik
Ada Hubungan Self Care dengan kualitas hidup pasien diabetes melitus di wilaya
B. Saran
1. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya yang lebih
mendalami tentang Self Crae dengan Kualitas Hidup di wilaya kerja puskesmas
lainya
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi tambahan dan