Anda di halaman 1dari 28

LAPORAN PENDAHULUAN DENGAN KASUS

TUMOR COLLI PADA An. A DI RUANGAN


KEPERAWATAN MELATI

OLEH

Yance Djilarpoin S.Kep


N2011231

CI Lahan CI Institusi

(……………………………) (……………………………)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN (STIKES) GRAHA

EDUKASI MAKASSAR

2021
Konsep Medis

A. Definisi Tumor Colli


Dalam pengertian umum tumor adalah benjolan atau
pembengkakan dalam tubuh. Dalam pengertian khusus tumor adalah
benjolan yang disebabkan oleh neoplasma. Tumor atau Neoplasma
adalah massa abnormal dari sel-sel yang mengalami proliferasi. Sel-
sel neoplasma berasal dari sel-sel yang sebelumnya adalah sel-sel
normal, namun selama mengalami perubahan neoplastik mereka
memperoleh derajat otonomi tertentu yaitu sel neoplastik tumbuh
dengan kecepatan yang tidak terkoordinasi dengan kebutuhan hospes
dan fungsi yang sangat tergantung pada pengawasan homeostasis
sebagian besar sel tubuh lainnya.
Tumor colli adalah setiap massa baik kongenital maupun didapat
timbul di segitiga anterior atau posterior leher di antara klavikula pada
bagian inferior dan mandibula serta dasar tengkorak pada bagian
superior. Pada 50% kasus benjolan pada leher berasal dari tiroid 40%
benjolan pada leher disebabkan oleh keganasan, 10% berasal dari
peradangan atau kelainan kongenital.
Secara umum tumor colli dapat dibedakan menjadi tiga kategori yaitu:
1. Kelainan kongenital : kista dan fistel leher lateral dan median,
seperti hygroma colli cysticum, kista dermoid.
2. Inflamasi atau peradangan : limfadenitis sekunder karena inflamasi
banal (acne faciei, kelainan gigi dan tonsilitis) atau proses inflamasi
yang lebih spesifik (tuberkulosis, tuberkulosis atipik, penyakit
garukan kuku, actinomikosis, toksoplasmosis). Di samping itu di
leher dijumpai pembesaran kelenjar limfa pada penyakit infeksi
umum seperti rubella dan mononukleosis infeksiosa.
3. Neoplasma : Lipoma, limfangioma, hemangioma dan
paraganglioma caroticum yang jarang terdapat (terutama carotid
body; tumor glomus caroticum) yang berasal dari paraganglion
caroticum yang terletak di bifurcatio carotis, merupakan tumor
benigna. Selanjutnya tumor benigna dari kutub bawah glandula
parotidea, glandula submandibularis dan kelenjar tiroid. Tumor
maligna dapat terjadi primer di dalam kelenjar limfe (limfoma
maligna), glandula parotidea, glandula submandibularis, glandula
tiroidea atau lebih jarang timbul dari pembuluh darah, saraf, otot,
jaringan ikat, lemak dan tulang. Tumor maligna sekunder di leher
pada umumnya adalah metastasis kelenjar limfe suatu tumor
epitelial primer di suatu tempat didaerah kepala dan leher. Jika
metastasis kelenjar leher hanya terdapat didaerah suprac1avikula
kemungkinan lebih besar bahwa tumor primemya terdapat ditempat
lain di dalam tubuh.
B. Etiologi
Etiologi yang terkait dengan tumor colli diantaranya yaitu:
1. Karsinogen kimiawi
Karsinogen yang memerlukan perubahan metabolisme agar
menjadi karsinogen aktif , sehingga, misalnya Aflatoksin B1
pada kacang, vinylklorida pada industri plastik, benzoapiran
pada asap kendaraan bermotor, kemoterapi dalam kesehatan.
2. Karsinogen fisik
Berkaitan dengan ultraviolet kangker kulit, karena terkena
sinar. Radiasi UV yang dapat menimbulkan dimmer yang
merusak rangka fasfodiester DNA, misalnya sinar ionisasi pada
nuklir, sinar radioaktif, sinar ultraviolet.
3. Hormon
Hormon merupakan zat yang dihasilkan kelenjer tubuh yang
berfungsi mengatur organ-organ tubuh, pemberian hormon
tertentu secara berlebihan dapat menyebabkan peningkatan
terjadinya beberapa kangker.
4. Gaya hidup
Gaya hidup yang tidak sehat merupakan salah satu faktor
pendukung kanker, misalnya diet, merokok, alcohol
5. Kelainan kongenital Kelainan
kongenital adalah kelainan yang dibawa sejak lahir,
benjolannya dapat berupa benjolan yang timbul sejak lahir atau
timbul pada usia kanak-kanak bahkan terkadang muncul setelah
usia dewasa. Pada kelainan ini benjolan yang paling sering
terletak di leher samping bagian kiri atau kanan di sebelah atas ,
dan juga di tengah-tengah di bawah dagu. Ukuran benjolan bisa
kecil beberapa cm tetapi bisa juga besar seperti bola tenis
6. Usia dan jenis kelamin
Terdapat risiko malignasi apabila didapat nodul tiroid pada
usia >45 tahun, dan untuk wanita mempunyai risiko tiga kali
lebih besar dari pada pria.

C. Patofisiologi
Kelainan kongenital, genetik, gender/ jenis kelamin, usia,
rangsangan fisik berulang, hormon infeksi, gaya hidup,
karsinogenik (bahan kimia, virus, radiasi) dapat menimbulkan
tumbuh dan berkembangnya sel tumor. Sel tumor dapat bersifat
benigna (Jinak) atau bersifat maligna (ganas). Sel tumor pada
tumor jinak bersifat tumbuh lambat, sehingga tumor jinak pada
umumnya tidak cepat membesar.
Sel tumor mendesak jaringan sehat sekitarnya secara
serempak sehingga terbentuk serabut pembungkus yang
memisahkan jaringan tumor dari jaringan sehat. Sel tumor ialah sel
tubuh yang mengalami transformasi dan tumbuh secara autonom
lepas dari kendali pertumbuhan sel normal sehingga sel ini berbeda
dari sel normal dalam bentuk dan strukturnya. Perbedaan sifat sel
tumor tergantung dari besarnya penyimpangan dalam bentuk dan
fungsinya, autonominya dalam pertumbuhan, kemampuan dalam
berinfiltrasi dan menyebabkan metastasis.
Pada umumnya tumor mulai tumbuh dari satu sel di suatu
tempat (unisentrik), tetapi kadang tumor berasal dari beberapa sel
dalam satu organ (multisentrik) atau dari beberapa organ
(multiokuler) pada waktu bersamaan (sinkron) atau berbeda
(metakron). Selama pertumbuhan tumor masih terbatas pada organ
tempat asalnya maka tumor dikatakan mencapai tahap lokal,
namun bila telah infiltrasi ke organ sekitarnya dikatakan mencapai
tahap invasive atau infiltrasi . Sel tumor bersifat tumbuh terus
sehingga makin lama makin besar dan mendesak jaringan
sekitarnya. Pada neoplasma sel tumbuh sambil menyusup dan
merembes ke jaringan sekitarnya dan dapat meninggalkan sel
induk masuk ke pembuluh darah atau pembuluh limfe, sehingga
terjadi penyebaran hematogen dan limfatogen.
Tumor colli merupakan neoplasma yang berasal dari
kelenjar yang terletak di depan leher yang secara normal
memproduksi hormon tiroid yang penting untuk metabolisme tubuh.
Infiltrasi ca colli dapat ditemukan di trakea, laring, faring, esofagus,
pembuluh darah karotis, vena jugularis, struktur lain pada leher dan
kulit. Metastasis limfogen dapat meliputi semua region leher
sedangkan metastasis hematogen biasanya di paru, tulang, otak
dan hati. Kanker ini berdiferensiasi mempertahankan kemampuan
untuk menimbun yodium pembesaran kelenjar getah bening. Lokasi
kelenjar getah bening yang bisa membesar dan bisa teraba pada
perabaan yakni di ketiak, lipat paha. Ada juga kelenjar getah bening
yang terdapat di dalam tubuh yang mana tidak dapat diraba yakni
di dalam rongga perut. Penyebab dari pembesaran kelenjar getah
bening adalah infeksi non spesifik, infeksi spesifik (TBC),
keganasan (limfoma).
D. Manifestasi Klinis
Secara umum, manifestasi klinis dari tumor colli adalah :
1. Terapat lesi pada organ yang biasanya tidak nyeri terfiksasi dan
keras dengan batas yang tidak teratur.
2. Terjadi retraksi pada organ, karena tumor membesar sehingga
terjadi penarikan pada organ-organ yang berada dekat dengan
tumor tersebut.
3. Pembengkakan organ yang terkena, dikarenakan pertumbuhan
tumor yang secara progresif dan invasive sehingga dapat
merusak atau mengalami pembengkakan, organ-organ di
sekitar tumor.
4. Terjadi eritema atau pembengkakan lokal, di karena kan
terjadinya peradangan pada tumor sehingga daerah sekitar
tumor akan mengalami eritema
5. Pada penyakit yang sudah stadium lanjut dapat terjadi
pecahnya benjolan- benjolan pada kulit atau ulserasi.
Kecurigaan klinis adanya ca colli didasarkan pada observasi
yang dikonfirmasikan dengan pemeriksaan patologis dan dibagi
dalam kecurigaan tinggi, sedang dan rendah.
a. Kecurigaan tinggi diantaranya:
1) Riwayat neoplasma endokrin multipel dalam keluarga.
2) Pertumbuhan tumor cepat.
3) Nodul teraba keras.
4) Fiksasi daerah sekitar.
5) Paralisis pita suara.
6) Pembesaran kelenjar limpa regional.
7) Adanya metastasis jauh.
b. Kecurigaan sedang diantaranya:
1) Usia > 60 tahun.
2) Riwayat radiasi leher.
3) Jenis kelamin pria dengan nodul soliter.
4) Tidak jelas adanya fiksasi daerah sekitar.
5) Diameter lebih besar dari 4 cm dan kistik.
c. Kecurigaan rendah diantaranya:
1) Tanda atau gejala diluar/selain yang disebutkan diatas.
2) Penekanan organ sekitar
3) Gangguan dan rasa sakit waktu menelan
4) Sulit bernafas, suara serak,
5) Limfadenopati leher serta dapat terjadi metastasis jauh,
paling sering ke paru- paru, tulang dan hati.
E. Komplikasi
1. Perdarahan, risiko ini minimum, namun hati- hati dalam
mengamankan hemostatik dan penggunaan drain setelah
operasi.
2. Masalah terbukanya vena besar (vena tiroidea superior) dan
menyebabkan embolisme udara. Dengan tindakan anestesi
mutakhir, ventilasi tekanan positif yang intermitten, dan teknik
bedah yang cermat, bahaya ini dapat di minimalkan.
3. Trauma pada nervus laringeus rekurens yang menimbulkan
paralisis sebagian atau total (jika bilateral) laring.
4. Sepsis yang meluas ke mediastinum.
5. Hiperkalsemia, karena terangkatnya kelenjar paratiroid saat
operasi.
F. Pemeriksaan
Penunjang Pemeriksaan penunjang untuk tumor colli, antara lain :
1. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang membedakan tumor jinak
dan ganas tiroid belum ada yang khusus, kecuali kanker
meduler, yaitu pemeriksaan kalsitonon dalam serum.
Pemeriksaan T3 dan T4 kadang-kadang diperlukan karena
pada ca colli dapat terjadi tiroktositosis walaupun jarang. Human
Tiroglobulin (HTG) Tera dapat dipergunakan sebagai tumor
marker dan kanker tiroid diferensiasi baik. Walaupun
pemeriksaan ini tidak khas untuk kanker tiroid, namun
peninggian HTG ini setelah tiroidektomi total merupakan
indikator tumor residif atau tumbuh kembali (barsano). Kadar
kalsitonin dalam serum dapat ditentukan untuk diagnosis
karsinoma meduler.
2. Radiologi
a. Foto polos leher ap dan lateral dengan metode soft tissue
technique dengan posisi leher hiperekstensi , bila tumornya
besar. Untuk melihat ada tidaknya kalsifikasi.
b. Dilakukan pemeriksaan foto thorax pa untuk menilai ada
tidaknya metastasis dan pendesakan trakea.
c. Esofagogram dilakukan bila secara klinis terdapat
tandatanda adanya infiltrasi ke esofagus.
d. Pembuatan foto tulang belakang bila dicurigai adanya tanda-
tanda metastasis ke tulang belakang yang bersangkutan. CT
Scan atau MRI untuk mengevaluasi staging dari karsinoma
tersebut dan bisa untuk menilai sampai di mana metastasis
terjadi.
3. Ultrasonografi Untuk mendeteksi nodul yang kecil atau yang
berada di posterior yang secara klinis belum dapat di palpasi
dan mendeteksi nodul yang multipel dan pembesaran. Di
samping itu dapat dipakai untuk membedakan yang padat dan
kistik serta dapat dimanfaatkan untuk penuntun dalam tindakan.
4. Scanning tiroid Dengan sifat jaringan tiroid maka pemeriksaan
scanning ini dapat memberikan beberapa gambaran aktivitas,
bentuk dan besar kelenjar tiroid. Kegunaan pemeriksaan ini,
yaitu:
a. Memperlihatkan nodul soliter pada tiroid.
b. Memperlihatkan multipel nodul pada struma yang klinis
kelihatan seperti nodul soliter.
c. Memperlihatkan retrosternal struma
d. Mencari occul neoplasma pada tiroid.
e. Mengidentifikasi fungsi dari jaringan tiroid setelah operasi
tiroid.
f. Mengidentifikasi ektopik tiroid.
g. Mencari daerah metastasis setelah total tiroidektmi.
h. Needle biopsi; dapat dilakukan dengan cara needle core
biopsi atau fnab (biopsi jarum halus).
5. Pemeriksaan potong beku
Dengan cara ini diharapkan dapat membedakan jinak atau
ganas waktu operasi berlangsung, dan sekaligus untuk
menentukan tindakan operasi definitive.
6. Pemeriksaan histopatologi dengan parafin coupe
Pemeriksaan ini merupakan pemeriksaan definitif atau gold
standar.
7. Biopsi Aspirasi
Pada dekade ini biopsi aspirasi jarum halus banyak
dipergunakan sebagai prosedur diagnostik pendahuluan dari
berbagai tumor terutama pada tumor tiroid. Teknik dan
peralatan sangat sederhana , biaya murah dan akurasi
diagnostiknya tinggi. Dengan mempergunakan jarum tabung 10
ml, dan jarum nomor 22– 23 serta alat pemegang, sediaan
aspirator tumor diambil untuk pemeriksaan sitologi. Berdasarkan
arsitektur sitologi dapat diidentifikasi karsinoma papiler,
karsinoma folikuler, karsinoma anaplastik dan karsinoma
meduler.
G. Penatalaksanaan
1. Pembedahan (colli otomi, tiroidektomi)
a. Harus melaksakan pemeriksaan klinis untuk menentukan
nodul benigna atau maligna.
b. Eksisi tidak hanya terbatas pada bagian utama tumor, tapi
eksisi juga harus di lakukan terhadap jaringan normal sekitar
jaringan tumor. Cara ini memberikan hasil operasi yang lebih
baik.
c. Metastasis ke kelanjar getah bening umumnya terjadi pada
setiap tumor sehingga pengangkatan, kelenjar di anjurkan
pada tindakan bedah.
d. Satu hal mutlak di lakukan sebelum bedah adalah
menentukan stadium tumor dan melihat pola pertumbuhan
(growth pattern) tumor tersebut.
e. Tirodektomi adalah sebuah operasi yang dilakukan pada
kelenjer.
f. Colliotomi adalah operasi yang dilakukan pada leher yang
terkena tumor
2. Obat-obatan
a. Immunoterapy : interleukin 1 dan alpha interferon.
b. Kemoterapi : kemampuan dalam mengobati beberapa jenis
tumor.
c. Radioterapi : membentuk sel kanker dan sel jaringan normal,
dengan tujuan, meninggikan kemampuan untuk membunuh
sel tumor dengan kerusakan serendah mungkin pada sel
normal.
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN KASUS

TUMOR COLLI PADA An. A DI RUANGAN

KEPERAWATAN MELATI

OLEH

Yance Djilarpoin S.Kep


N2011221

CI Lahan CI Institusi

(………………………..) (………………………..)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS SEKOLAH TINGGI

ILMU KESEHATAN (STIKES) GRAHA

EDUKASI MAKASSAR
2021

A. Pengkajian Keperawatan

FORMAT PEMERIKSAAN FISIK


( PSYSYCAL ASSASSMENT )

1. BIODATA PASIEN

a. Nama : An. A
b. Umur : 13 Tahun
c. Jenis Kelamin : laki-laki
d. Agama : Islam
e. No. Register ; 131654
f. Alamat : Malewang
g. Status :-
h. Keluarga terdekat : Anak kandung
i. Diagnosa Medis : tumor colli

2. ANAMNESE
a. Keluhan Utama (Alasan MRS) :
Saat Masuk Rumah Sakit : Adanya benjolan di leher sebelah kiri
Saat Pengkajian : Pada saat di kaji pasien
mengeluh nyeri di bagian postop di
bagian leher, kesadaran CM, TTV: TD
100/60 mmhg, nadi 78x/menit,
pernapasan 22x/menit, suhu 36. nyeri
dirasakan terus menerus bahkan
ketika tidur masih terasa, nyeri
tersebut tidak menyebar dan skala
nyeri ketika di kaji yaitu skala 5 dari 1-
10 skala. Ketika menelan juga nyeri
maih terasa tetapi tidak terlalu sakit,
klien terpasang infus
b. Riwayat Penyakit Sekarang
PQRST :
a. P : Penyebab nyeri biasanya terjadi karena luka itu sendiri
b. Q : Seperti tertusuk-tusuk
c. R : Nyeri terjadi dibagian leher sebelah kanan
d. S : 7-8
e. T : Hilang timbul
c. Riwayat Penyakit Yang lalu : Tidak ad
d. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada yang menderita
penyakit
3. POLA PEMELIHARAAN KESEHATAN
a. Pola Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi

N Pemenuhan Di Rumah Di Rumah Sakit


o Makan/Minum

1 Jumlah/Waktu Pagi : 2 x , 2 gelas Pagi : 1x , ½ gelas


Siang : 1 x, 3 gelas Siang : -
Malam : 1x, 2 gelas Malam : 1x, 2 gelas

2 Jenis Nasi : padat Nasi : lunak


Lauk : ikan Lauk : telur/ikan
Sayur : lain-lain Sayur : bayam, labu
Minum : air putih/teh Minum/Infus : air
putih/RL

3 Pantangan Makan yang padat

4 Kesulitan -
Makan Minum

5 Usaha-usaha Perbanyak makan


mengatasi buah-buahan dan
masalah sayuran

b. Pola Eliminasi

N Pemenuhan Di Rumah Di Rumah


o Eliminasi BAB/BAK Sakit

1 Jumlah/Waktu Pagi : 1x, 1x BAK Pagi : 1xBAB


Siang : 4 x BAK 2x BAK
Malam : 2x BAK Siang :-
Malam :-

2 Warna - -

3 Bau - -

4 Konsistensi - -

5 Masalah Eliminasi - -

6 Cara Mengatasi - -
Masalah

c. Pola Istirahat tidur

N Pemenuhan istirahat tidur Di Rumah Di Rumah


o Sakit

1 Jumlah/Waktu Pagi :- Pagi :-


Siang :- Siang :3 jam
Malam :9 jam Malam : 8 jam

2 Gangguan tidur - -

3 Upaya Mengatasi Gangguan - -


tidur

4 Hal Yang mempermudah - -


tidu

5 Hal yang mempermudah - -


bangun

d. Pola kebersihan diri/personal Hygiene :

N Pemenuhan personal Di Rumah Di Rumah


o Hygiene Sakit

1 Frekuensi mencuci rambut 2x sehari 1x sehari

2 Frekuensi mandi 2x sehari -

3 Frekuensi gosok gigi 2x sehari -

4 Keadaan kuku Bersi Bersi

4. RIWAYAT SOSIAL EKONOMI


a. Latar belakang social, budaya dan spiritual klien
Kegiatan kemasyarakatan :
Ketaatan klien dalam menjalankan agamanya :
b. Ekonomi
Siapa yang membiayai perawatan klien selama dirawat : orang tua
pasien
5. PEMERIKSAAN FISIK
a. Pemeriksaan Tanda-tanda Vital

1) Tensi : 100/60 mmHg


2) Nadi : 78×/menit
3) RR : 22×/menit
4) Suhu : 36×/menit
5) BB : 32 Kg
6) TB : 110 Cm

b. Keadaan Umum
Klien nampak meringis
6. PEMERIKSAAN INTEGUMENT, RAMBUT DAN KUKU
a. Integument
Inspeksi : tidak ada lesi, bersi
Warna kulit : sawo matang,
Palpasi : Tekstur tidak kasar, Turgor/Kelenturan baik
b. Pemeriksaan Rambut
a. Inspeksi dan palpasi :
Rontok (-), Warna hitam
c. Pemeriksaan kuku
Inspeksi dan palpasi, warna normal, bentuk datar, bersih

7. PEMERIKSAAN KEPALA, WAJAH DAN LEHER


a. Pemeriksaan kepala
Inspeksi : bentuk kepala brakhiocephalus, simetris kiri dan kanan,
tidak ada luka, tidak ada darah, trepanasi (-).
Palpasi : tidak ada nyeri tekan
b. Pemeriksaan mata
Inspeksi :
1) Kelengkapan dan kesimetrisan mata (+)
2) Kelopak mata/palpebra : oedem (-), ptosis (-),peradangan (-),
luka (-), benjolan (-).
3) Bulu mata : tidak rontok
4) Konjunctiva dan sclera : anemis, tidak ada perubahan warna
5) Pemeriksaan lapang pandang : normal
c. Pemeriksaan telinga
Insoeksi dan palpasi
Bentuk telinga luar : normal
Ukuran : sedang
Lesi : tidak ada
Tidak ada nyeri tekan
Tidak ada peradangan
d. Pemeriksaan hidung
1) Inspeksi dan palpasi
Bentuk hidung simetris, tidak ada perdarahan, tidak ada
pembengkakan, polip (-)
e. Pemeriksaan Mulut dan Faring
Inspeksi dan palpasi
Tidak ada kelainan konginetal, warna bibir pucat, bibir pecah (+),
gigi bersih, lidah bersih, tidak ada kotoran, tidak ada perdarahan.
8. PEMERIKSAAN ABDOMEN
a. Inspeksi
Bentuk abdomen : datar
Massa/benjolan (-), kesimetrisan (-),
Bayangan pembuluh darah vena (-)
b. Palpasi
Tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran, perabaan lunak.

9. RIWAYAT PSIKOLOGIS

Status Nyeri

a. Menurut Skala Intensitas Numerik


Klasifikasi Data

Data subjektif Data objektif


1. Klien mengeluh nyeri di 1. Terdapat terdapat luka postop
bagian postop di bagian leher
2. nyeri dirasakan terus 2. Pasien tampak meringis
menerus bahkan ketika tidur kesakitan
masih terasa 3. klien terpasang infus
3. skala nyeri ketika di kaji yaitu 4. Tidak dapat mengetahui dan
skala 7 dari 1-10 skala. penyebab penyakitnya
4. Ketika menelan juga nyeri
maih terasa tetapi tidak
terlalu sakit.
5. Pasien mengatakan nyeri
dibagian leher bekas
operasi,
6. P: saat digunakan untuk
bergerak,
Q : seperti ditusuk – tusuk
R : dileher sebelah kanan
S : skala nyeri 6,
T : intensitas sering
7. Klien mengatakan tidak tahu
dengan masalah penyakit
dan penyebabnya.

Analisa Data

No Data Etiologi Diagnose


keperawatan
Ds: pasien mengeluh sakit Faktor Hormonal, genetik,
pada bagian leher gaya hidup
Nyeri tekan di area luka
P: saat digunakan untuk Tumor colli
bergerak, Nyeri akut
Q : seperti ditusuk – tusuk Benjolan/pembengkakan
R : dileher sebelah kanan kerusakan jaringan
S : skala nyeri 5
T : intensitas sering pelepasan mediator nyeri
Do: pasien tampak
meringis, pasien tampak merangsang nosiseptor
gelisa
dihantarkan dimedulla
spinalis

otak

persepsi nyeri

1. Terputusnya Faktor Hormonal, genetik,


kontinuitas jaringan gaya hidup
2. Kerusakan integritas
kulit Tumor colli
3. Klien terlihat kesakitan Resiko infeksi
meringis Benjolan/pembengkakan

Pembedahan

Luka

Resiko infeksi
DS : Klien mengatakan Faktor Hormonal, genetik,
tidak tahu dengan gaya hidup
masalah penyakit dan
penyebabnya. Tumor colli
DO :
1. Klien tampak bingung Benjolan/pembengkakan Defesiensi
dengan dengan pengetahuan
penyakitnya Perubahan citra tubuh
2. Tidak dapat
mengetahui dan Merasa khawatir
penyebab penyakitnya
Defisit pengetahuan

B. Diagnosa keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Resiko infeksi berhubungan dengan adanya injuri
3. Defisit pengetahuan berhubungan dengan pajanan (informasi
tentang penyakit)
C. Intervensi
N Diagnose Tujuan dan Intervensi Rasional
o keperawatan kriteria hasil
1 Nyeri akut Setelah Pengkajian Untuk
(00132) dilakukan 1. Pantau TTV mengetahui
Definisi: tindakan pasien keadaan umum
pengalaman keperawatan Tindakan pasien
sensori yang 3x24 jam, nyeri mandiri
dan emosional dapat teratasi 2. Ajarkan teknik
tidak dengan criteria nonfarmakolo Untuk
menyenangkan hasil : gi (Teknik mengatasi nyeri
yang muncul 1. Klien relaksasi yaitu
akibat menyatakan napas dalam)
kerusakan nyeri mereda Penyeluhan
jaringan actual 2. Klien 3. instruksikan
atau yang menunjukka kepada klien Agar segera
digambarkan n postur untuk mengoptimalka
sebagai tubuh yang menginformas n tindakan yang
kerusakan rileks ikan kepada diambil
awitan yang perawat jika selanjutnya
tiba-tiba atau peredaan
lambat dari nyeri tidak
intensitas dapat dicapai
ringan hingga Kolaborasi
berat dengan 4. Kolaborasi
akhir yang dengan tim Untuk
dapat medis dalam mengatasi nyeri
diantisipasi pemberian
atau diprediksi terapi sesuai
Faktor yang indikasi
berhubungan:
Agens cedera
fisik (prosedur
bedah)
Batasan
kerakteristik
Ds:
1. Klien
mengeluh
nyeri di
leher
bagian kiri
2. nyeri
dirasakan
terus
menerus
bahkan
ketika tidur
masih
terasa
3. skala nyeri
ketika di kaji
yaitu skala
7 dari 1-10
skala.
4. Ketika
menelan
juga nyeri
Do:
1. Terdapat
benjolan di
bagian
leher
2. Pasien
tampak
meringis
kesakitan
3. klien
terpasang
infus

2 Resiko infeksi Setelah Pengkajian


(00004) dilakukan 1. Pantau tanda 1. Untuk
Defenisi: tindakan dan gejala mengetahui
rentan keperawatan 3 infeksi keadaan
mengalami x24 jam, tidak Tindakan umum klien
invansi dan tanda tanda mandiri dan tanda-
multiplikasi infeksi 2. Lakukan tanda
organisme Ditandai perawatan inflamasi
patogenik yang dengan : luka 2. Mencegah
dapat 1. Klien bebas 3. Bersihkan perkembang
mengganggu dari tanda lingkunga an
kesehatan. dan gejala Penyeluhan mikroorganis
Factor resiko: infeksi 4. Anjurkan me
Batasan 2. Menunjukka pasien untuk pathogen
kerakteristik n istirahat 3. Untuk
DO : kemampuan kolaborasi mempercep
1. Terputusny untuk 5. kolaborasi at
a
kontinuitas mencegah dengan dokter penyembug
jaringan timnulnya tentang an luka
Kerusakan
integritas infeksi pemberikan 4. Untuk
kulit obat antibiotic mencega
2. Klien
bila diperlukan infeksi
terlihat
kesakitan
meringis

3 Defisiensi Setelah Pengkajian


pengetahuan dilakukan 1. Kaji tingkat Mengetahui
(00126) tindakan pengetahuan tingkat
Definisi: keperawatan 1 x pasien pengetahuan
ketiadaan atau 24 jam, klien Tindakan pasien
defisiensi mampu paham mandiri Pendidikan
informasi dan mengetahui 2. Berikan kesehatan
kognitif yang apa penyakitnya Pendidikan dapat
berkitan Ditandai dengan kesehatan meningkatkan
dengan topik : Penyeluhan pemahaman
tertentu 1. Pasien dan 3. Ajarkan pasien
Factor yang keluarga pasien cara Pasien paham
berhubungan: menyatakan mencega cara
Kurang tentangan penyakit pencegahan
pengetahuan penyakit
Batasan kondisi,
kerakteristik: prognosis
DS : dan program
1. Klien pengobatan
mengataka
n tidak tahu
dengan
masalah
penyakit
dan
penyebabny
a.
DO :
1. Klien
tampak
bingung
dengan
dengan
penyakitnya
2. Tidak dapat
mengetahui
dan
penyebab
penyakitnya
D. Implementasi dan Evaluasi
Hari pertama
N Diagnosa Wakt Pelaksanaan Evaluasi
o u keperawatan
Nyeri akut 11:20 1. Mengajarkan teknik S: pasien
napas dalam mengatakan
11:20 2. Memberikan posisi masih merasakan
yang nyaman nyeri (skala 4)
06:00 3. Memantau TTV pada bagian leher
17:00 O: pasien tampak
12:14 4. Kolaborasi dengan meringis
tim medis dalam A: masalah belum
pemberian terapi teratasi
sesuai indikasi P: lanjutkan
(ketorolac) intervensi
1. Lakukan
pengkajian
nyeri
2. Berikan posisi
yang nyaman
Anjurkan Teknik
relaksasi napas
dalam
Resiko 06:10 1. Memantau tanda O : Kulit masih
infeksi 10:00 dan gejala infeksi kemerahan dan
05:25 2. Melakukan tampak bengkak
perawatan luka Tanda-tanda vital :
3. Mebersihkan S : 36 C /
06:34 lingkunga axilla
4. Mengajarkan pasien N : 86 x/menit
dan keluarga P : 20
terhadap tanda dan x/menit
gejala infeksi A : Masalah
5. Mengkolaborasi belum teratasi
dengan dokter P : Lanjutkan
tentang pemberikan intervensi 1- 4
obat antibiotic bila
diperlukan
(ambacin)
Defisiensi 10:00 1. Kaji tingkat S : pasien dan
pengetahuan pengetahuan keluarga
pasien mengatakan
2. Berikan Pendidikan sudah mengerti
kesehatan tentang penyakit
3. Ajarkan pasien cara dan tanda
mencega penyakit gejalanya
O : pasien dan
keluarga tampak
mengerti dengan
penyakit dan
tanda gejalanya
yang diterangkan
oleh perawat
A : Masalah sudah
teratasi
P : Intervensi
dihentikan

Hari kedua

N Diagnosa Waktu Pelaksanaan Evaluasi


o keperawatan
Nyeri akut 11:20 1. Menanjurkan Teknik S : pasien
relaksasi napas mengatakan masih
11:20 dalam merasakan nyeri
2. Memberikan posisi pada bagian leher
06:00 yang nyaman O : pasien tampak
17:00 3. Memantau TTV meringis
12:14 4. Kolaborasi dengan A : masalah belum
tim medis dalam teratasi
pemberian terapi P : lanjutkan
sesuai indikasi intervensi
(ketorolac)
1. Lakukan
pengkajian nyeri
2. Berikan posisi
yang nyaman
3. Anjurkan Teknik
relaksasi napas
dalam
Resiko 06:10 1. Memantau tanda dan O : Kulit masih
infeksi 10:00 gejala infeksi kemerahan dan
05:25 2. Melakukan tampak bengkak
perawatan luka Tanda-tanda vital :
3. Mebersihkan S : 36 C / axilla
06:34 lingkunga N : 70 x/menit
4. Mengajarkan pasien P : 18 x/menit
dan keluarga A : Masalah belum
terhadap tanda dan teratasi
gejala infeksi P : Lanjutkan
5. Mengkolaborasi intervensi 1- 4
dengan dokter
tentang pemberikan
obat antibiotic bila
diperlukan (ambacin)

Anda mungkin juga menyukai