Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN CA COLON

DIRUANG TERATAI IV RSUD SOEWONDO PATI

Disusun guna memenuhi tugas Program Profesi Ners

Stase Keperawatan Medikal Bedah

Di susun Oleh :

Mita Nur Faiqotunnisa

82021040057

PROGRAM PROFESI NERS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS

TAHUN 2021/2022
Laporan pendahuluan

Ca Collon

A. DEFINISI

Kanker adalah sebuah penyakit yang ditandai dengan pembagian sel yang tidak
teratur dan kemampuan sel-sel ini untuk menyerang jaringan biologis lainnya, baik
dengan pertumbuhan langsung di jaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan
migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis). Pertumbuhan yang tidak teratur ini
menyebabkan kerusakan DNA, menyebabkan mutasi di gen vital yang mengontrol
pembagian sel, dan fungsi lainnya (Junadi, Purnawan. 2011)

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal/neoplasma


yang muncul dari jaringan epithelial dari colon (Sjamsuhidajat.R. 2010)

Kanker kolon/usus besar adalah tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam
permukaan usus besar atau rektum (Smeltzer and Bare, 2013).

Kanker kolon adalah suatu bentuk keganasan dari masa abnormal / neoplasma
yang muncul dari jaringan epithelial dari kolon. Kanker kolon/usus besar adalah
tumbuhnya sel kanker yang ganas di dalam permukaan usus besar atau rektum.
Kanker kolon adalah pertumbuhan sel yang bersifat ganas yang tumbuh pada kolon
dan menginvasi jaringan sekitarnya( Brunner and Suddarth , 2015: 810 )

B. ETIOLOGI
Penyebab dari kanker kolon menurut Price & Sylvia (2012), antara lainnya:
a. Diet
Makanan yang mengandung zat kimia menyebabkan kanker pada usus besar.
Makanan tersebut juga mengurangi waktu peredaran pada perut, yang
mempercepat usus besar menyebabkan terjadinya kanker. Makanan yang tinggi
lemak trutama lemak hewan dari daging merah, menyebabkan sekresi asam dan
bakteri anaerob, menyebabkan timbulnya kanker di dalam usus besar.  Diet dengan
karbohidrat murni yang mengandung serat dalam jumlah yang banyak dapat
mengurangi waktu peredaran dlam usus besar. Beberapa kelommpok menyarankan
diet yang mengandung sedikit lemak hewan dan tinggi sayuran & buah-buahan
1) Makanan yang harus di hindari :
Daging merah, lemak hewan, makanan berlemak, daging atau ikan goring,
panggang, karbohidrat yang di saring (example: sari yang di saring).
2) Makanan yang harus di konsumsi
Buah-buahan dan sayur-sayuran khususnya Craciferous Vegetables dari
golongan kubis (seperti brokoli, brussels sprouts), butir padi yang utuh, cairan
cukup terutama air.
3) Kelainan kolon
a) Adenoma di kolon : degenerasi maligna menjadi adenokarsinoma.
b) Familial poliposi : polip di usus mengalami degenerasi maligna karsinoma.
c) Kondisi ulserative : penderita colitis ulserativa menahun mempunyai risiko
terkena karsinoma kolon.
b. Genetik
Anak yang berasal dari orangtua yang menderita karsinoma kolon mempunyai
frekuensi 3 ½ kali lebih banyak dari pada anak-anak yang orang tuanya sehat.
Kanker kolon dapat timbul melalui interaksi antara faktor genetik dan faktor
lingkungan. Polip kolon dapat berdegenerasi menjadi maligna sehingga polip kolon
harus dicurigai. Selain itu, radang kronik kolon seperti kolitis ulserosa atau kolitis
amuba kronik dapat beresiko tinggi menjadi kanker kolorektal. Faktor risiko
lainnya antara lain:

1) Peradangan (inflamasi) usus dalam periode lama, seperti : kolitis ulseratif.


2) Riwayat keluarga.
3) Hereditary nonpolyposis colorectal cancer (HNPCC) merupakan penyakit
keturunan dengan risiko terjadi kanker kolorektal pada usia muda, ditemukan
polip dalam jumlah sedikit.
4) Familial adenomatous polyposis (FAP) merupakan penyakit keturunan yang
jarang ditemukan dapat ditemukan ratusan polip pada kolon dan rektum.
5) Pola makan dan gaya hidup, makanan rendah serat, makanan dengan kadar
lemak tinggi dan lamanya waktu transit sisa hasil pencernaan dalam kolon dan
rektal  meningkatkan risiko kanker kolorektal.
6) Diabetes, meningkatkan 40 % berkembangnya kanker kolorektal
7) Rokok dan alkohol
8) Riwayat polip atau kanker kolorektal

C. MANIFESTASI KLINIS
Berikut ini beberapa gejala yang dapat dirasakan penderita kanker usus besar
(Black and Jacobs, 2013), di antaranya:

a. adanya darah pada kotoran atau bahkan pendarahan di anus.


b. Berubahnya tekstur kepadatan kotoran.
c. Menurunnya berat badan.
d. Tubuh terasa lelah.
e. Nyeri atau kram pada bagian perut.
f. Perut kembung.
g. Meningkatnya frekuensi buang air besar atau diare.
h. Konstipasi.
i. Hilang nafsu makan.
Tidak semua gejala tersebut akan dirasakan penderita. Sebagian ada yang menjadi
sering buang air besar dengan disertai darah pada kotorannya dan sebagian ada yang
tidak disertai darah, namun merasakan nyeri pada perutnya.Segera temui dokter jika
Anda merasakan gejala-gejala kanker usus besar, terutama jika mengalami diare
bergantian dengan konstipasi selama lebih dari tiga minggu. Harap waspada juga jika
usia Anda telah mencapai 50 tahun ke atas dan merasakan gejala-gejala tersebut.

D. PATHOFISIOLOGI

Kanker kolon dan rektum terutama (95%) adenokarsinoma ( muncul dari Lapisan
epitel usus ). Dimulai sebagai polip jinak tetapi dapat menjadi ganas dan menyusup
serta merusak jaringan normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya.

Sel kanker dapat terlepas dari tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang
lain ( paling sering ke hati). Kebanyakan kanker usus besar berasal dari pertumbuhan
sel yang tidak ganas atau disebut adenoma, yang dalam stadium awal membentuk
polip (sel yang tumbuh sangat cepat. Ada stadium awal, polip dapat diangkat dengan
mudah. Tetapi, seringkali pada stadium awal adenoma tidak menampakkan gejala
apapun Sehingga tidak terdeteksi dalam Waktu yang relati& lama dan pada kondisi
tertentu.  Berpotensi menjadi kanker yang dapat terjadi pada semua bagian dari usus
besar . ( Davey. 2011)

Kanker usus besar awalnya berasal dari polip jinak dan polip dapat berupa massa
Polipoid, besar, tumbuh dengan cepat, ganas dan menyusup serta merusak jaringan
Normal serta meluas ke dalam sturktur sekitarnya. Lesi anular lebih sering terjadi
pada bagian rektosigmoid, sedangkan lesi polipoid yang datar lebih sering terjad  Pada
sekum dan kolon ascenden. Secara histologist 95% C kanker kolon dan rektum adalah
adenokarsinoma(tumor ganas yang tumbuh di jaringan epitel usus yang dapat
menyekresi mucus yang jumlah yang berbeda – beda. Sel kanker dapat terlepas Dari
tumor primer dan menyebar ke bagian tubuh yang lain ( paling sering ke hati).
Kanker kolon dapat menyabar melalui beberapa cara yaitu:
1. Secara infiltrative langsung ke struktur yang berdekatan, seperti ke dalam
kandung kemih
2. Melalui pembuluh limfe ke kelenjar limfe perikolon dan mesocolon
3. Penyebaran secara transperitonel
4. Melalui aliran darah, biasanya kehati karena kolon mengalirkaan darah ke
system portal.
E. PATHWAY
Faktor risiko: Diit tinggi lemak, makanan instant, rendah serat; BAB berdarah

Sistem regulasi sel mukosa kolorektal terganggu

Pertumbuhan sel mukosa kolorektal tak terkendali

Terbentuk massa sel (tumor)/polip jinak


Nyeri

Sel kanker makin banyak Nyeri tekan abdomen(dalam,


dangkal, tanpa tekan) & nyeri
saat BAB
Karsinoma colorectal

Lesi pada lumen usus


Menyusup serta merusak jaringan normal serta
meluas kedalam struktur sekitarnya Kolon dan rectum

Obstruksi pada lumen kolon


Sel kanker dapat terlepas
dari tumor primer dan
menyebar ke bagian Gangguan penyerapan dan sekresi cairan, elektrolit,
Langsung ke tubuh yang lain vitamin dan sekresi mukus
organ terdekat
(ureter, buli,
uterus, vagina,
prostat, ginjal) Kolon descenden Rectum dan sigmoid
Kolon ascenden

Perubahan defekasi hemoroid


Limfatikus Ada massa, nyeri
(kelenjar
parailiaka,
mesentrium) anoreksia
darah dalam feses
Perubahan
Hematogen nutrisi
konstipasi atau diare Anemia dan keletihan
(hati, tulang) kurang dari
kebutuhan
tubuh
Intoleran Aktivitas
Inflamasi terjadi di
peritoneal/abdomen

Kekurangan
volume
Peritonitis cairan tubuh

Sumber : Black and Jacobs. (2013), Brunner & Suddarth (2015), Price & Sylvia (2012),
asites
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada psien dengan ca kolon
menurut Smeltzer and Bare (2013) antara lain :
a. Radiologis
Pemeriksaan radiologis yang dapat di lakukan antara lain adalah foto dada dan
foto kolon ( barium enema). Pemeriksaan dengan enema barium mungkin dapat
memperjelas keadaan tumor dan mengidentifikasikan  letaknya. Luka yang kecil
kemungkinan tidak teridentifikasi dengan tes ini. Enema barium  secara umum di
lakukan setelah sigmoidoscopy dan colonoscopy.
b. Computer Tomografi (CT)
Membantu memperjelas adanya massa dan luas penyakit. Chest X-ray dan liver
scan mungkin dapat menemukan tempat yang jauh yang sudah metastasis.
c. Histopatologi
Biopsy di gunakan untuk menegakkan diagnosis. Gambar histopatologis
karsinoma kolon adalah adenokarsinoma dan perlu ditentukan diferensiansi sel.
d. ·Laboratorium
Pemeriksaan Hb penting untuk memeriksa kemungkinan pasien mengalami
perdarahan. Nilai hemoglobin dan hematocrit biasanya turun dengan indikasi
anemia. Hasil tes Gualac positif untuk accult blood pada feces memperkuat
perdarahan pada GI Tract.
e. Ultrasonografi (USG)
Sulit dilakukan untuk memeriksa kanker pada kolon, tetapi digunakan untuk
melihat ada tidaknya metastasis kanker ke kelenjar getah bening  di abdomen dan
hati.
f. Palpasi Abdomen. Tumor kecil pada tahap dini tidak teraba pada palpasi perut,
bila teraba menunjukkan keadaan sudah lanjut.
g. Fecal occult blood test,  pemeriksaan darah samar feses di bawah mikroskop
h. Colok dubur. Untuk mengetahui letak, luas dan mobilitas tumor.
- Tonus sfingter ani (keras atau lembek)
- Mukosa (kasar, kaku, licin atau tidak)
- Ampula rektum (kolaps, kembung, atau terisi feses)
Tumor dapat teraba atau tidak, mudah berdarah atau tidak, jarak dari garis
anorektal sampai tumor, lokasi, pergerakan dari dasar, permukaan, lumen yang
dapat ditembus jari, batas atas, dan jaringan sekitarnya

i. Barium enema, pemeriksaan serial sinar x pada saluran cerna bagian bawah,
sebelumnya pasien diberikan cairan barium ke dalam rektum
j. Endoskopi (sigmoidoscopy atau colonoscopy), Pemeriksaan enndoskopi dari
kolonoskopi direkomendasikan untuk mengetahui lokasi dan biopsy lesi pada
klien dengan perdarahan rektum.
k. Biopsi, tindakan pengambilan sel atau jaringan abnormal dan dilakukan
pemeriksaan di bawah mikroskop.
l. Jumlah sel-sel darah untuk evaluasi anemia. Anemia mikrositik, ditandai dengan
sel-sel darah merah yang kecil, tanpa terlihat penyebab adalah indikasi umum
untuk test diagnostik selanjutnya untuk menemukan kepastian kanker kolorektal.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan pada pasien dengan ca kolon menurut Black and Jacobs. (2013)
yaitu :
a. Pembedahan (Operasi)
Operasi adalah penangan yang paling efektif dan cepat untuk tumor yang diketahui
lebih awal dan masih belum metastatis, tetapi tidak menjamin semua sel kanker
telah terbuang. Pembedahan kadang dianjurkan untuk mengatasi kanker kolon D.
Tujuan pembedahan dalam situasi ini adalah palliative. Apabila tumor telah
menyebar dan mencakup struktur vital sekitarnya, maka operasi tidak dapat
dilakukan. Tipe pembedahan tergantung pada lokasi dan ukuran tumor. Prosedur
pembedahan pilihan adalah sebagai berikut :
Reseksi segmental dengan anastomosis.
1) Reseksi abdominoperineal dengan kolostomi sigmoid permanent.
2) Kolostomi sementara diikuti dengan reseksi segmental dan anastomosis lanjut
dari kolostomi permanen atau ileostomi.
3) Pembedahan Reseksi.
Satu-satunya pengobatan definitif adalah pembedahan reseksi dan biasanya
diambil sebanyak mungkin dari kolon, batas minimal adalah 5 cm di sebelah
distal dan proksimal dari tempat kanker. Untuk kanker di sekum dan kolon
asendens biasanya dilakukan hemikolektomi kanan dan dibuat anastomosis
ileo-transversal.
b. Kolostomi
Kolostomi merupakan tindakan pembuatan lubang (stoma) yang dibentuk dari
pengeluaran sebagian bentuk kolon (usus besar) ke dinding abdomen (perut),
stoma ini dapat bersifat sementara atau permanen. Tujuan Pembuatan Kolostomi
adalah untuk tindakan dekompresi usus pada kasus sumbatan / obstruksi usus.
Sebagai anus setelah tindakan operasi yang membuang rektum karena adanya
tumor atau penyakit lain. Untuk membuang isi usus besar sebelum dilakukan
tindakan operasi berikutnya untuk penyambungan kembali usus (sebagai stoma
sementara).
Jenis kolostomi berdasarkan letaknya :

Colostoy Colostomy Colostomi


Asendens Transversal Desendens

Lokasi Colon Asendens Colon Colon


Tansversum Desendens

Konsistensi Cair atau lunak Lunak Padat


feses

Iritasi kulit Mudah terjadi, Mungkin terjadi Kadang terjadi


karena kontak karena lembab
dengan enzim terus menerus
pencernaan

Komplikasi Striktur atau


retraksi stoma

c. Penyinaran (Radioterapi)
Terapi radiasi memakai sinar gelombang partikel berenergi tinggi misalnya sinar
X, atau sinar gamma, difokuskan untuk merusak daerah yang ditumbuhi tumor,
merusak genetic sehingga membunuh kanker. Terapi radiasi merusak sel-sel yang
pembelahan dirinya cepat, antara alin sel kanker, sel kulit, sel dinding lambung &
usus, sel darah. Kerusakan sel tubuh menyebabkan lemas, perubahan kulit dan
kehilangan nafsu makan.
d. Kemoterapi
Kemoterapi memakai obat antikanker yang kuat , dapat masuk ke dalam sirkulasi
darah, sehingga sangat bagus untuk kanker yang telah menyebar. Obat
chemotherapy ini ada kira-kira 50 jenis. Deteksi kanker yang dapat dilanjutkan
dengan pemberian kemoterapi disesuaikan dengan klasifikasi dengan sistem
TNM(T = tumor, N = kelenjar getah bening regional, M = jarak metastese) yaitu :

M0 = Tidak ada metastasis jauh, sebagai pencegahan perluasan metastase.

MI = Ada metastasis jauh, karena tidak mungkin dilakukan operasi sehingga


hanya bias dihambat dengan kemoterapi

N1 = Metastasis ke kelenjar regional unilateral

N2 = Metastasis ke kelenjar regional bilateral

N3 = Metastasis multipel ekstensif ke kelenjar regional

TI = Invasi hingga mukosapat atau sub mukosa, dapat dilakukan pengangkatan dan
kolaborasi kemoterapi
T2 = Invasi ke dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi
kemoterapi

T3 = Tumor menembus dinding otot, dapat dilakukan pengangkatan dan kolaborasi


kemoterapi

e. Diet
1) Cukup mengkonsumsi serat, seperti sayur-sayuran dan buah-buahan. Serat dapat
melancarkan pencemaan dan buang air besar sehingga berfungsi menghilangkan
kotoran dan zat yang tidak berguna di usus.
2) Kacang-kacangan (lima porsi setiap hari)
3) Menghindari makanan yang mengandung lemak jenuh dan kolesterol tinggi
terutama yang terdapat pada daging hewan.
4) Menghindari makanan yang diawetkan dan pewarna sintetik, karena hal tersebut
dapat memicu sel karsinogen / sel kanker.
5) Menghindari minuman beralkohol dan rokok yang berlebihan
6) Melaksanakan aktivitas fisik atau olahraga secara teratur.

H. PENTALAKSAAN KEPERAWATAN

1. Pengkajian

a.) Identitas
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, alamat rumah, agama atau kepercayaan, suku
bangsa, bahasa yang dipakai, status pendidikan dan pekerjaan pasien (hubunganya
dengan tempat kerja pasien missal: terpapar asbes)

b.) Pengkajian
a. Pengkajian yang dilakukan pada pola persepsi kesehatan dan pemeliharaan
kesehatan adalah kebiasaan olahraga pada pasien, kemudian diit rendah serat,
selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan klien tentang minum kurang dari
1.000 cc/hari minimal.
b. Pengkajian mengenai pola nutrisi metabolik pada klien adalah mengenai berat
badan klien apakah mengalami obesitas atau tidak. Selain itu juga perlu dikaji
apakah klien mengalami anemia atau tidak. Pengkajian mengenai diit rendah serat
(kurang makan sayur dan buah) juga penting untuk dikaji.
c. Pengkajian pola eliminasi pada klien adalah mengenai kondisi klien apakah sering
mengalami konstipasi atau tidak. Keluhan mengenai nyeri waktu defekasi, duduk,
dan saat berjalan. Keluhan lain mengenai keluar darah segar dari anus. Tanyakan
pula mengenai jumlah dan warna darah yang keluar. Kebiasaan mengejan hebat
waktu defekasi, konsistensi feces, ada darah/nanah.
d. Pengkajian pola aktivitas dan latihan pada klien mengenai kurangnya aktivitas dan
kurangnya olahraga pada klien. Pekerjaan dengan kondisi banyak duduk atau
berdiri, selain itu juga perlu dikaji mengenai kebiasaan mengangkat barang-barang
berat.
e. Pengkajian pola persepsi kognitif yang perlu dikaji adalah keluhan nyeri pada
anus. 
f. Pengkajian pola tidur dan istirahat adalah apakah klien mengalami gangguan pola
tidur karena nyeri atau tidak.
g. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap penyakit. Koping yang digunakan
dan alternatif pemecahan masalah

1. Diagnosa Keperawatan
a. Nyeri berhubungan dengan insisi pembedahan, trauma muskuloskletal,
kehancuran yang terus-menerus (misalnya lokalisasi)
b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka pembedahan

c. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan pembatasan pemasukan cairan


tubuh secara oral, pengeluaran integritas pembuluh darah
d. Intoleransi aktivitas b.d kelemahan fisik/nyeri.

2. Intervensi Keperawatan

N Diagnosa Noc Nic


o
1. Nyeri berhubungan Setelah dilakukan Pain Management
dengan insisi
asuhan   Lakukan pengkajian nyeri
keperawatan
pembedahan,
trauma selama 3x24 jam secara komprehensif
muskuloskletal,
diharapkan nteri termasuk
kehancuran yang
terus-menerus berkurang dengan lokasi,karakteristik,durasi,
(misalnya
kriteria hasil: frekuensi, kualitas dan
lokalisasi)
 Pain Level, faktor presipitasi
 Pain control,  Observasireaksi
 Comfort level nonverbal dari
  Mampu mengontrol ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab  Gunakan teknik
nyeri, mampu komunikasi terapeutik
menggunakan tehnik untuk mengetahui
nonfarmakologi untuk pengalaman nyeri pasien
mengurangi nyeri,   Kaji kultur yang
mencari bantuan) mempengaruhi respon
  Melaporkan bahwa nyeri
nyeri berkurang dengan   Evaluasi pengalaman
menggunakan nyeri masa lampau
manajemen nyeri   Evaluasi bersama
  Mampu mengenali pasien dan tim kesehatan
nyeri (skala, intensitas, lain tentang
frekuensi dan tanda ketidakefektifan kontrol
nyeri) nyeri masa lampau
  Menyatakan rasa   Bantu pasien dan
nyaman setelah nyeri keluarga untuk mencari
berkurang dan menemukan
  Tanda vital dalam dukungan
rentang normal
  Kontrol lingkungan
yang dapat mempengaruhi
nyeri seperti suhu
ruangan, pencahayaan dan
kebisingan
  Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
  Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
  Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
  Berikan analgetik
untuk mengurangi nyeri
  Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
  Tingkatkan istirahat
  Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil
  Monitor penerimaan
pasien tentang manajemen
nyeri
Analgesic
Administration
  Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat
  Cek instruksi dokter
tentang jenis obat, dosis,
dan frekuensi
  Cek riwayat alergi
  Pilih analgesik yang
diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu
  Tentukan pilihan
analgesik tergantung tipe
dan beratnya nyeri
  Tentukan analgesik
pilihan, rute pemberian,
dan dosis optimal
  Pilih rute pemberian
secara IV, IM untuk
pengobatan nyeri secara
teratur
  Monitor vital sign
sebelum dan sesudah
pemberian analgesik
pertama kali
  Berikan analgesik
tepat waktu terutama saat
nyeri hebat
  Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan
gejala (efek samping)
2. Kerusakan integritas Setelah dilakukan 1. Kaji kulit
kulit berhubungan
tindakan keperawatan dan identifikasi
dengan luka
pembedahan diharapkan mencapai pada tahap
penyembuhan luka pada perkembangan luka
waktu yang sesuai. 2. Kaji lokasi,
Criteria hasil : ukuran, warna, bau,
 tidak ada tanda- serta jumlah dan
tanda infeksi tipe cairan luka
seperti pus luka 3. Pantau
bersih tidak peningkatan suhu
lembab dan tidak tubuh
kotor 4. Jika
 tanda-tanda vital pemulihan tidak
dalam batas terjadi kolaborasi
normal atau
dapat di tindakan lanjutan,
toleransi. misalnya
debridement
5. Kolaborasi
pemberian
antibiotik sesuai
indikasi

3. Kekurangan volume Setelah dilakukan Manajemen cairan


cairan berhubungan tindakan keperawatan 1. Kaji cairan yang
dengan pembatasan diharapkan kekurangan disukai pasien dalam
pemasukan cairan volume cairan dapat batas diet
tubuh secara oral, terpenuhi dengan kriteria 2. Rencanakan target
pengeluaran hasil : pemberian asupan
integritas pembuluh 1. Terjadinya cairan
darah peningkatan asupan 3. Catat asupan dan
cairan minimal 2000 keluaran
ml 4. Pantau asupan peroral
2. Tidak menunjukan minimal 1500ml/24
tanda-tanda dehidrasi jam
Mampu
mempertahankan berat
jenis urin dalam batas
normal
4. Intoleransi aktivitas Setelah di berikan asuhan 1. Evaluasi respon klien
terhadap aktivitas.
b.d kelemahan keperawatan 3x24 jam
2. Ajarkan teknik
fisik/nyeri. aktivitas pasien meningkat mobilisasi dini sesuai
indikasi.
sesuai dengan toleransi
3. Bantu klien dalam
dengan KH: melakukan aktivitas
4. Motivasi klien dalam
 an toleransi
mengikuti latihan
Kerterentifikasikan ambulansi
5. Kolaborasi dengan
faktor-faktor
fisioterapi dalam
 Mengidentifikasi latihan ambulasi
metode untuk
mengurangi
intoleransi aktivitas
 Mengalami
kemajuan aktivitas
Mempertahankan tekanan
darah, nadi dan pernafasan
dalam rentang yang telah
ditentukan sebelumnya
selama sakit.
I. Referensi

Black and Jacobs. (2013). Medical surgical nursing: Clinical management for continuity
of care. (Edisi V). Philadelphia: Wb Sounders Company.

Brunner & Suddarth (2015), Buku Ajar Keperawatan Medikal-Bedah . Volume 2 Edisi 8
.Jakarta: EGC

Bulechek, G.M., Butcher, H &Dochterman, J M. (2013). Nursing Intervention Classification


(NIC) sixth edition.United States of America. Elsevier.

Donna D Ignatavicus (2010), Medical Surgical Nursing. Jakarta : EGC.

Dongous,Marilynn. (2010) Rencana Asuhan Keperawatan. Jakarta. EGC.

Herdman, T. Heather. (2018). NANDA-I Diagnosa Keperawatan Klasifikasi 2018 - 2020.


Jakarta: EGC.

Junadi, Purnawan. (2011). Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta: Media Aesculapius

Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Potter, PA & Perry, A.G. (2009). Potter & Perry’s Fundamentals of nursing (7th ed).
Sydner : Mosby

Price & Sylvia (2012), Patofisiologi Konsep Klinis Proses-proses Penyakit, EGC, Jakarta.

Sjamsuhidajat.R. (2010) .Buku Ajar Ilmu Bedah.Jakarta : EGC

Smeltzer and Bare. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. (Edisi VIII). Jakarta: EGC.
Suzanne C. Smeltzer (2010), Textbook of Medical-Surgical Nursing. Jakarta. EGC.

Anda mungkin juga menyukai