Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN KASUS PADA PASIEN DENGAN CA PARU

DI RUANG A9 HDU SMC RS TELOGOREJO SEMARANG

Oleh :
Alicia Gustin Deandra Panghuluan
518003

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


STIKES TELOGOREJO SEMARANG
2019
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kanker merupakan masalah paling utama dalam bidang kedokteran dan merupakan salah
satu dari 10 penyebab kematian utama di dunia serta merupakan penyakit keganasan yang
bisa mengakibatkan kematian pada penderitanya karena sel kanker merusak sel lain. Sel
kanker adalah sel normal yang mengalami mutasi/perubahan genetik dan tumbuh tanpa
terkoordinasi dengan sel-sel tubuh lain. Proses pembentukan kanker (karsinogenesis)
merupakan kejadian somatik dan sejak lama diduga disebabkan karena akumulasi
perubahan genetik dan epigenetik yang menyebabkan perubahan pengaturan normal
kontrol molekuler perkembang biakan sel. Perubahan genetik tersebut dapat berupa
aktivasi proto-onkogen dan atau inaktivasi gen penekan tumor yang dapat memicu
tumorigenesis dan memperbesar progresinya (Syaifudin, 2011).
Kanker paru adalah salah satu jenis penyakit paru yang memerlukan penanganan dan
tindakan yang cepat dan terarah. Penegakan diagnosis penyakit ini membutuhkan
ketrampilan dan sarana yang tidak sederhana dan memerlukan pendekatan multidisiplin
kedokteran. Penyakit ini membutuhkan kerja sama yang erat dan terpadu antara ahli paru
dengan ahli radiologi diagnostik, ahli patologi anatomi, ahli radiologi terapi dan ahli
bedah toraks, ahli rehabilitasi medik dan ahli-ahli lainnya.
Menurut data jenis kanker yang menjadi penyebab kematian terbanyak adalah kanker
paru, mencapai 1,3 juta kematian pertahun. Disusul kanker lambung (mencapai lebih dari
1 juta kematian pertahun), kanker hati (sekitar 662.000 kematian pertahun), kanke usus
besar (655.000 kematian pertahun), dan yang terakhir yaitu kanker payudara (502.000
kematian pertahun) (WHO 2009 dalam Lutfia, 2011).
Di Amerika Serikat kematian karena kanker paru mencapai 36% dari seluruh kematian
kanker pada laki-laki, merupakan urutan pertama penyebab kematian pada laki-laki
(Mangunnegoro, 1990). Mayo Lung mendapatkan kematian akibat kanker paru terhadap
penderita kanker paru didapatkan angka 3,1 per 1000 orang tiap tahun (Alsagaf, 2010).

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dari ca paru?
2. Apa klasifikasi dari ca paru?
3. Apa penyebab dari ca paru?
4. Apa manifestasi ca paru?
5. Bagaimana ca paru bisa terjadi?
6. Apa komplikasi dari ca paru?
7. Apa penatalaksanaan dari ca paru?
8. Apa pemeriksaan diagnostik dari ca paru ca paru?

C. Tujuan
1. Tujuan umum
Dapat memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan ca paru
2. Tujuan Khusus
a. Mampu melaksanakan pengkajian pada pasien ca paru
b. Mampu membuat analisa data pada pasien ca paru
c. Mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada pasien ca paru
d. Mampu merencanakan asuhan keperawatan pada pasien ca paru
e. Mampu melaksanakan tindakan keperawatan pada pasien ca paru
f. Mampu membuat evaluasi pada pasien ca paru
BAB II
LAPORAN PENDAHULUAN CA PARU

A. DEFINISI KANKER PARU


1. Kanker paru adalah tumor ganas paru primer yang berasal dari saluran napas atau
epitel bronkus. Terjadinya kanker ditandai dengan pertumbuhan sel yang tidak
normal, tidak terbatas, dan merusak sel-sel jaringan yang normal. Proses keganasan
pada epitel bronkus didahului oleh masa pra kanker. Perubahan pertama yang terjadi
pada masa prakanker disebut metaplasia skuamosa yang ditandai dengan perubahan
bentuk epitel dan menghilangnya silia (Tarwoto & Wartonah, 2010).
2. Kanker paru-paru adalah pertumbuhan sel kanker yang tidak terkendali dalm jaringan
paru-paru dapat disebabkan oleh sejumlah karsinogen, lingkungan, terutama asap
rokok ( Suryo, 2010).

B. ETIOLOGI
Menurut Corwin, 2009 seperti umumnya kanker yang lain, penyebab yang pasti dari
kanker paru belum diketahui, tapi paparan atau inhalasi berkepanjangan suatu zat yang
bersifat karsinogenik merupakan faktor penyebab utama disamping adanya faktor lain
seperti kekebalan tubuh, genetik, dan lain-lain
a. Merokok
Menurut Van Houtte, merokok merupakan faktor yang berperan paling penting, yaitu
85% dari seluruh kasus (Wilson, 2008). Rokok mengandung lebih dari 4000 bahan
kimia, diantaranya telah diidentifikasi dapat menyebabkan kanker. Kejadian kanker
paru pada perokok dipengaruhi oleh usia mulai merokok, jumlah batang rokok yang
diisap setiap hari, lamanya kebiasaan merokok, dan lamanya berhenti merokok
b. Perokok pasif
Semakin banyak orang yang tertarik dengan hubungan antara perokok pasif, atau
mengisap asap rokok yang ditemukan oleh orang lain di dalam ruang tertutup, dengan
risiko terjadinya kanker paru. Beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa pada
orang-orang yang tidak merokok, tetapi mengisap asap dari orang lain, risiko
mendapat kanker paru meningkat dua kali
c. Polusi udara
Kematian akibat kanker paru juga berkaitan dengan polusi udara, tetapi pengaruhnya
kecil bila dibandingkan dengan merokok kretek. Kematian akibat kanker paru
jumlahnya dua kali lebih banyak di daerah perkotaan dibandingkan dengan daerah
pedesaan. Bukti statistik juga menyatakan bahwa penyakit ini lebih sering ditemukan
pada masyarakat dengan kelas tingkat sosial ekonomi yang paling rendah dan
berkurang pada mereka dengan kelas yang lebih tinggi. Hal ini, sebagian dapat
dijelaskan dari kenyataan bahwa kelompok sosial ekonomi yang lebih rendah
cenderung hidup lebih dekat dengan tempat pekerjaan mereka, tempat udara
kemungkinan besar lebih tercemar oleh polusi. Suatu karsinogen yang ditemukan
dalam udara polusi (juga ditemukan pada asap rokok) adalah 3,4 benzpiren
d. Paparan zat karsinogen
Beberapa zat karsinogen seperti asbestos, uranium, radon, arsen, kromium, nikel,
polisiklik hidrokarbon, dan vinil klorida dapat menyebabkan kanker paru). Risiko
kanker paru di antara pekerja yang menangani asbes kira-kira sepuluh kali lebih besar
daripada masyarakat umum. Risiko kanker paru baik akibat kontak dengan asbes
maupun uranium meningkat kalau orang tersebut juga merokok.
e. Diet
Beberapa penelitian melaporkan bahwa rendahnya konsumsi terhadap betakarotene,
selenium, dan vitamin A menyebabkan tingginya risiko terkena kanker paru (Amin,
2006).
f. Genetik
Terdapat bukti bahwa anggota keluarga pasien kanker paru berisiko lebih besar
terkena penyakit ini. Penelitian sitogenik dan genetik molekuler memperlihatkan
bahwa mutasi pada protoonkogen dan gen-gen penekan tumor memiliki arti penting
dalam timbul dan berkembangnya kanker paru. Tujuan khususnya adalah pengaktifan
onkogen (termasuk juga gen-gen K-ras dan myc), dan menonaktifkan gen-gen
penekan tumor (termasuk gen rb, p53, dan CDKN2)
g. Penyakit paru
Penyakit paru seperti tuberkulosis dan penyakit paru obstruktif kronik juga dapat
menjadi risiko kanker paru. Seseorang dengan penyakit paru obstruktif kronik
berisiko empat sampai enam kali lebih besar terkena kanker paru ketika efek dari
merokok dihilangkan

C. KLASIFIKASI KANKER PARU


Kanker paru dibagi menjadi kanker paru sel kecil (small cell lung cancer, SCLC) dan
kanker paru sel tidak kecil (non-small lung cancer, NSCLC). Klasifikasi ini digunakan
untuk menentukan terapi. Termasuk didalam golongan kanker paru sel tidak kecil adalah
epidermoid, adenokarsinoma, tipe-tipe sel besar, atau campuran dari ketiganya.
a. Karsinoma sel skuamosa (epidermoid)
Merupakan tipe histologik kanker paru yang paling sering ditemukan, berasal dari
permukaan epitel bronkus. Perubahan epitel termasuk metaplasia, atau displasia
akibat merokok jangka panjang, secara khas mendahului timbulnya tumor. Karsinoma
sel skuamosa biasanya terletak sentral di sekitar hilus, dan menonjol ke dalam bronki
besar. Diameter tumor jarang melampaui beberapa sentimeter dan cenderung
menyebar secara langsung ke kelenjar getah bening hilus, dinding dada, dan
mediastinum. Karsinoma ini lebih sering pada laki-laki daripada perempuan
b. Adenokarsinoma
Memperlihatkan susunan selular seperti kelenjar bronkus dan dapat mengandung
mukus. Kebanyakan jenis tumor ini timbul di bagian perifer segmen bronkus dan
kadang-kadang dapat dikaitkan dengan jaringan parut lokal pada paru dan fibrosis
interstisial kronik. Lesi sering kali meluas ke pembuluh darah dan limfe pada stadium
dini dan sering bermetastasis jauh sebelum lesi primer menyebabkan gejala-gejala.

c. Karsinoma bronkoalveolus
Dimasukkan sebagai subtipe adenokarsinoma dalam klasifikasi terbaru tumor paru
dari WHO. Karsinoma ini adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat
buruk dengan sitoplasma yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini
cenderung timbul pada jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran
ekstensif dan cepat ke tempat-tempat yang jauh.
d. Karsinoma sel kecil
Umumnya tampak sebagai massa abu-abu pucat yang terletak di sentral dengan
perluasan ke dalam parenkim paru dan keterlibatan dini kelenjar getah bening hilus
dan mediastinum. Kanker ini terdiri atas sel tumor dengan bentuk bulat hingga
lonjong, sedikit sitoplasma, dan kromatin granular. Gambaran mitotik sering
ditemukan. Biasanya ditemukan nekrosis dan mungkin luas. Sel tumor sangat rapuh
dan sering memperlihatkan fragmentasi dan “crush artifact” pada sediaan biopsi.
Gambaran lain pada karsinoma sel kecil, yang paling jelas pada pemeriksaan
sitologik, adalah berlipatnya nukleus akibat letak sel tumor dengan sedikit sitoplasma
yang saling berdekatan (Kumar, 2007).
e. Karsinoma sel besar
Adalah sel-sel ganas yang besar dan berdiferensiasi sangat buruk dengan sitoplasma
yang besar dan ukuran inti bermacam-macam. Sel-sel ini cenderung timbul pada
jaringan paru perifer, tumbuh cepat dengan penyebaran ekstensif dan cepat ke tempat-
tempat yang jauh
(Corwin, 2009).
E. MANIFESTASI KLINIS KANKER PARU
Gejala-gejala kanker paru yaitu:
1. Gejala awal. Stridor lokal dan dispnea ringan yang mungkin disebabkan oleh
obstruksi pada bronkus.
2. Gejala umum.
a. Batuk : Kemungkinan akibat iritasi yang disebabkan oleh massa tumor. Batuk
mulai sebagai batuk kering tanpa membentuk sputum, tetapi berkembang sampai
titik dimana dibentuk sputum yang kental dan purulen dalam berespon terhadap
infeksi sekunder.
b. Hemoptisis : Sputum bersemu darah karena sputum melalui permukaan tumor
yang mengalami ulserasi.
c. Anoreksia, lelah, berkurangnya berat badan.
(Tarwoto & Wartonah, 2010)
F. PATOFISIOLOGI KANKER PARU
Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia
hilang dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya
pengendapan karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila
lesi perifer yang disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang
pleura, biasa timbul efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus
vertebra. Lesi yang letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar.
Lesi ini menyebabkan obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di
bagian distal. Gejala – gejala yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu,
demam, dan dingin.Wheezing unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium
lanjut, penurunan berat badan biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada
hati. Kanker paru dapat bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe,
dinding esofagus, pericardium, otak, tulang rangka.

(Nanda, 2014)
I. KOMPLIKASI
Komplikasi yang mungkin muncul pada pasien dengan penyakit karsinoma paru antara
lain:
1. Hematotorak (darah pada rongga pleura)
2. Empiema (nanah pada rongga pleura )
3. Pneumotorak (udara pada rongga pleura )
4. Abses paru
5. Atelektasis (paru-paru mengerut )
(Joko Suryo, 2010)
J. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Radiologi.
a. Foto thorax posterior – anterior (PA) dan leteral serta Tomografi dada.
Merupakan pemeriksaan awal sederhana yang dapat mendeteksi adanya kanker
paru. Menggambarkan bentuk, ukuran dan lokasi lesi. Dapat menyatakan massa
udara pada bagian hilus, effuse pleural, atelektasis erosi tulang rusuk atau
vertebra.
b. Bronkhografi.
Untuk melihat tumor di percabangan bronkus.
2. Laboratorium.
a. Sitologi (sputum, pleural, atau nodus limfe).
Dilakukan untuk mengkaji adanya/ tahap karsinoma.
Pemeriksaan fungsi paru dan GDA
b. Dapat dilakukan untuk mengkaji kapasitas untuk memenuhi kebutuhan ventilasi.
c. Tes kulit, jumlah absolute limfosit.
Dapat dilakukan untuk mengevaluasi kompetensi imun (umum pada kanker paru).
3. Histopatologi.
a. Bronkoskopi.
Memungkinkan visualisasi, pencucian bagian,dan pembersihan sitologi lesi
(besarnya karsinoma bronkogenik dapat diketahui).
b. Biopsi Trans Torakal (TTB).
Biopsi dengan TTB terutama untuk lesi yang letaknya perifer dengan ukuran < 2
cm, sensitivitasnya mencapai 90 – 95 %.
c. Torakoskopi.
Biopsi tumor didaerah pleura memberikan hasil yang lebih baik dengan cara
torakoskopi.
d. Mediastinosopi.
Untuk mendapatkan tumor metastasis atau kelenjar getah bening yang terlibat.

e. Torakotomi.
Totakotomi untuk diagnostic kanker paru dikerjakan bila bermacam – macam
prosedur non invasif dan invasif sebelumnya gagal mendapatkan sel tumor.
4. Pencitraan.
a. CT-Scanning, untuk mengevaluasi jaringan parenkim paru dan pleura.
(Wilson, 2008)
K. PENATALAKSANAAN MEDIS DAN KEPERAWATAN
Medis
1. Kemoterapi
Kemoterapi digunakan untuk mengganggu pola pertumbuhan tumor, untuk menangani
pasien dengan tumor paru sel kecil atau dengan metastasi luas serta untuk melengkapi
bedah atau terapi radiasi. Kemoterapi merupakan pilihan pengobatan pada klien
dengan kanker paru, terutama pada SCLC karena metastasis. Kemoterapi dapat juga
diberikan bersamaan dengan terapi bedah.
Obat-obat kemoterapi yang biasanya diberikan untuk menangani kanker, termasuk
kombinasi dari obat-obat berikut : Cyclophosphamide, Dexorubicin, Methrotexate,
dan Procarbazine. Etoposide dan Cisplatin. Mitomycin, Vinblastine, dan Cisplatin.
2. Radiasi
Pada beberapa kasus, radioterapi dilakukan sebagai pengobatan kuratif dan bisa juga
sebagai terapi adjuvant/ paliatif pada tumor dengan komplikasi, seperti mengurangi
efek obstruksi/ penekanan terhadap pembuluh darah/ bronkus.
Keperawatan
1. Terapi oksigen : digunakan untuk mengatasi sesak nafas pasien
2. Terapi paliatif : meningkatkan kualitas hidup pasien
3. Monitor status hemodinamik pasien
(Corwin, 2008)
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Pada bab ini akan membahas tentang asuhan keperawatan pada Ny. L dengan Ca Paru pada
tanggal 5 September 2018

A. Identitas pasien
Pasien bernama Ny.L, berumur 63 tahun jenis kelamin perempuan, alamat Semarang,
dengan diagnosa medis Ca Paru.

B. Pengkajian

NO HARI, TGL DATA ETIOLOGI MASALAH


1 Senin, 3 DS : Keluarga mengatakan pasien Hiperventilasi Ketidakefektifan
September sesak nafas pola nafas
2018 DO :
- RR : 33x/mnt
- SPO2 94%
- Adanya penggunaan otot
bantu nafas

2 3 September DS: keluarga mengatakan kegiatan Imobilitas fisik Kerusakan


2018 pasien hanya tiduran di bed integritas kulit
DO: - terdapat luka dekubitus 4 m di
sacrum dan terdapat darah pada luka
dan terpasang balutan pada luka

3 3 September DS : keluarga mengatakan semua Penurunan Hambatan


2018 kegiatan pasien dibantu oleh alat, kekuatan otot mobilitas fisik
perawat maupun keluarga
DO :
- Kekuatan otot: 1111 1111
1111 1111
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
2. Kerusakan integritas kulit b.d immobilitas fisik
3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot

D. INTERVENSI KEPERWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d hiperventilasi
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatab selama 3 x 7 jam, diharapkan
pola nafas pasien efektif
Kriteria hasil :
- Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik, irama nafas,
frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada suara nafas abnormal)
- Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi, pernafasan)
Intervensi:
- Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan
- Monitor respirasi dan status O2
- Pertahankan jalan nafas yang paten
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien
2. Kerusakan integritas kulit b.d immobilisasi fisik
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 7 jam, diharapkan
luka pasien kering
Kriteria Hasil:
- Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur,
hidrasi, pigmentasi)

- Tidak ada luka/lesi pada kulit lainnya

- Perfusi jaringan baik

Intervensi
- Anjurkan pasien untuk menggunakan pakaian yang longgar

- Hindari kerutan pada tempat tidur


- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada daerah yang tertekan

- Monitor aktivitas dan mobilisasi pasien

- Memandikan pasien dengan sabun dan air hangat

3. Hambatan mobilitas fisik b.d penurunan kekuatan otot


Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x7 jam diharapkan aktivitas
pasien meningkat
Kriteia Hasil:
- Klien meningkat dalam aktivitas fisik
- Mengerti tujuan dan peningkatan mobilitas
- Memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan dan kemampuan
berpindah
Intervensi:
- Monitoring vital sign sebelum/sesudah latihan dan lihat respon pasien saat latihan
- Konsultasikan dengan terapi fisik tentang rencana ambulasi sesuai dengan
kebutuhan
- Ajarkan pasien atau tenaga kesehatan lain tentang teknik ambulasi
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs secara mandiri sesuai kemampuan
- Ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan berikan bantuan jika diperlukan.

E. IMPLEMENTASI

TGL DK JAM IMPLEMENTASI RESPON PASIEN TTD,


NAMA
3-09- 1 11.00 Memantau keadaan umum DS: Pasien mengatakan sesak
18 dam memposisikan semi nafas
fowler DO:
TD : 167/105 mmHg
Nadi : 98 x/menit
Suhu : 36,5°C
RR : 32 x/menit
SPO2 : 95%

11.30 Memberikan injeksi sesuai DS: pasien sedikit berteriak


advis dokter saat di injeksi
- Ca glukonas 1amp DO: obat masuk melalui
- Zidifec 1 gr intravena
- Toramin 30 mg

2 13.00 Merubah posisi pasien tiap 2 DS:


jam DO: pasien koorperatif
mengikuti anjuran perawat

3 14.00 Membantu ADL pasien DS:


(memasukan makan lewat DO: susu masuk 150 ml
selang NGT)

4-09- 08.00 Memantau keadaan umum DS: Pasien mengatakan


2018 dam memposisikan semi masih sesak nafas
fowler DO:
TD : 156/100 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,2°C
RR : 33 x/menit
SPO2 : 96%

09.00 Memberikan injeksi sesuai DS: pasien mengerang saat di


advis dokter injeksi
- Ca glukonas 1 amp DO: obat masuk melalui
- Zidifec 1 gr intravena
- Toramin 30 mg

11.00 Merubah posisi pasien tiap 2 DS: pasien mengatakan mau


jam untuk dirubah posisinya
DO: pasien mengikuti anjuran
perawat

12.00 Membantu ADL pasien DS:


(memasukan makan lewat DO: susu masuk 150 ml
selang NGT)

F. EVALUASI

TANGGAL DK EVALUASI ( SOAP ) TTD, NAMA


03-09-2015 1 SOAP PULANG
S: masih mengatakan sesak
O:
TD : 140/90 mmHg
Nadi : 88 x/menit
Suhu : 36,2°C
RR : 30 x/menit
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien

2 SOAP PULANG
S: keluarga mengatakan pasien sudah di atur jadwal
alih baring 2 jam sekali
O: luka dekubitus 4cm di sacrum, berdarah,
terpasang balutan pada luka
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap


dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada


daerah yang tertekan

3 SOAP PULANG
S: Keluarga mengatakan kegiatan pasien bergantung
oleh alat dan keluarga
O: kekuatan otot 1111 1111
1111 1111
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.

4-09-2018 Data Fokus


DS : keluarga pasien mengatakan masih sesak,
kegiatan masih dibantu keluarga
DO:
TD : 156/100 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,2°C
RR :33 x/menit
SPO2 : 96%

1 SOAP DATANG
S: masih mengatakan sesak
O:
TD : 156/100 mmHg
Nadi : 92 x/menit
Suhu : 36,2°C
RR : 33 x/menit
SPO2 : 96%
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien

2 SOAP DATANG
S: keluarga mengatakan alih baring 2 jam sekali
masih dibantu keluarga dan perawat
O: luka dekubitus di sacrum, masih berdarah,
terpasang balutan pada luka
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap


dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan


- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada
daerah yang tertekan

SOAP DATANG
3
S: Keluarga mengatakan kegiatan pasien bergantung
oleh alat dan perawat maupun keluaga
O: kekuatan otot 1111 1111
1111 1111
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.

SOAP PULANG
1
S: keluarga mengatakan pasien masih sesak
O:
TD : 1147/101 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Suhu : 36,1°C
RR : 30 x/menit
SPO2 : 96%
A : masalah belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Atur peralatan oksigenasi
- Monitor aliran oksigen
- Pertahankan posisi pasien

SOAP PULANG
2
S: keluarga mengatakan alih baring 2 jam sekali
masih dibantu keluarga dan perawat
O: luka dekubitus di sacrum, masih berdarah,
terpasang balutan pada luka
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan
kering

- Mobilisasi pasien (ubah posisi pasien) setiap


dua jam sekali

- Monitor kulit akan adanya kemerahan

- Oleskan lotion atau minyak/baby oil pada


daerah yang tertekan

3 SOAP PULANG
S: Keluarga mengatakan kegiatan pasien masih
bergantung oleh alat dan keluarga
O: kekuatan otot 1111 1111
1111 1111
A: masalah belum teratasi
P: lanjutkan intervensi
- Kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi
- Latih pasien dalam pemenuhan kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai kemampuan
- Dampingi dan Bantu pasien saat mobilisasi dan
bantu penuhi kebutuhan ADLs pasien.
BAB IV
PEMBAHASAN

Pada bab IV penulis akan membahas tentang kesenjangan kasus dengan teori, pada kasus
asuhan keperawatan ca paru

1. Data Pengkajian
DS : Keluarga mengatakan pasien sesak nafas
DO :
- RR : 33x/mnt
- SPO2 94%
- Adanya penggunaan otot bantu nafas

Pembahasan : setiap pasien dengan diagnosa ca paru akan mengalami gangguan pada pola
nafas karena terganggu pada pengembangan paru
BAB V
PENUTUP

KESIMPULAN

Dari etiologi yang menyerang percabangan segmen/ sub bronkus menyebabkan cilia hilang
dan deskuamasi sehingga terjadi pengendapan karsinogen. Dengan adanya pengendapan
karsinogen maka menyebabkan metaplasia,hyperplasia dan displasia. Bila lesi perifer yang
disebabkan oleh metaplasia, hyperplasia dan displasia menembus ruang pleura, biasa timbul
efusi pleura, dan bisa diikuti invasi langsung pada kosta dan korpus vertebra. Lesi yang
letaknya sentral berasal dari salah satu cabang bronkus yang terbesar. Lesi ini menyebabkan
obstuksi dan ulserasi bronkus dengan diikuti dengan supurasi di bagian distal. Gejala – gejala
yang timbul dapat berupa batuk, hemoptysis, dispneu, demam, dan dingin.Wheezing
unilateral dapat terdengan pada auskultasi. Pada stadium lanjut, penurunan berat badan
biasanya menunjukkan adanya metastase, khususnya pada hati. Kanker paru dapat
bermetastase ke struktur – struktur terdekat seperti kelenjar limfe, dinding esofagus,
pericardium, otak, tulang rangka.

Anda mungkin juga menyukai