Anda di halaman 1dari 43

LAPORAN KASUS NYERI PADA PASIEN CA MAMMAE DI SMC

TELOGOREJO SEMARANG

Oleh :

Sofiani Rismawati

116080

PROGRAM STUDI S1 ILMU KEPERAWATAN

STIKES TELOGOREJO SEMARANG

TAHUN 2020
BAB I
PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN TEORI
I. Konsep Dasar
A. Definisi
Kanker adalah kelompok penyakit, dimana sel tubuh berkembang, berubah, dan
menduplikasi diri diluar kendali. Biasanya nama kanker diberikan berdasarkan bagian
tubuh dimana kanker pertama kali tumbuh. Jadi kanker payudara merujuk pada
pertumbuhan serta perkembangbiakan sel abnormal yang muncul pada jaringan payudara.
Istilah kanker payudara merujuk pada tumor ganas yang telah berkembang dari sel-sel
yang ada didalam payudara.

B. Etiologi dan Faktor Resiko


Etiologi kanker mamae masih belum jelas, tetapi data menunjukkan terdapat kaitan erat
dengan faktor – faktor berikut :
1. Riwayat keluarga dan gen terkait karsinoma mamae. Wanita yang memiliki riwayat
keluarga penderita karsinoma mamae memiliki probabilitas terkena karsinoma mamae
lebih tinggi 2 – 3 kali dibanding wanita tanpa riwayat keluarga. Gen yang terkait
dengan timbulnya karsinoma mamae adalah BRCA – 1 dan BRCA – 2.
2. Reproduksi. Usia menarke kecil, henti haid lanjut, dan siklus haid pendek merupakan
faktor resiko tinggi karsinoma mamae. Wanita yang seumur hidup tidak atau belum
menikah, partus pertama berusia >30 tahun, dan setelah partus pertama belum
menyusui, berinsiden relatif tinggi.
3. Kelainan kelenjar mamae. Penderita kistadenoma mamae hiperplastik berat berinsiden
lebih tinggi. Jika satu mamae sudah terkena kanker, mamae kontralateral resikonya
meningkat.
4. Penggunaan obat di masa lalu. Penggunaan jangka panjang hormon insidennya lebih
tinggi. Penggunaan jangka panjang reserpin, metildopa, analgesik trisiklik dapat
menyebabkan kadar prolaktin meninggi beresiko karsinogenik bagi mamae.
5. Radiasi pengion. Kelenjar mamae relatif peka terhadap radiasi pengion, paparan
berlebih menyebabkan peluang kanker lebih tinggi.
6. Diet dan gizi. Diet tinggi lemak dan kalori berkaitan dengan timbulnya karsinoma
mamae. Wanita gemuk sesudah usia 50 tahun dan minum bir 3 kali keatas setiap hari
dapat meningkatkan peluang terkena karsinoma mamae (FKUI, 2010)

C. Klasifikasi
1. Kanker payudara berdasar sifat serangannya, terbagi menjadi dua, yaitu kanker
payudara invasif dan kanker payudara non-invasif.
a. Kanker payudara invasif (menyerang)
Sel kanker merusak saluran dan dinding kelenjar susu serta menyerang lemak dan
jaringan konektif payudara sekitar. Kanker dapat bersifat invasif tanpa selalu
menyebar ke simpul limfe atau organ lain dalam tubuh.
b. Kanker payudara non invasif (tidak menyerang)
Sel kanker terkunci dalam saluran susu dan tidak menyerang lemak dan jaringan
konektif payudara di sekitarnya. Ductal carcinomal in situ (DCIS), merupakan
bentuk kanker payudara non- invasif yang paling umum terjadi (90%). Lobular
carcinoma in situ (LCIS) meski lebih jarang, justru perlu lebih diwaspadai karena
merupakan tanda peningkatan risiko kanker payudara.
2. Berdasarkan tingkat kejadianya, kanker payudara dibagi menjadi dua, yaitu umum
terjadi dan jarang terjadi.
a. Jenis Kanker Payudara yang Umum Terjadi
1) Lobus carcinoma in situ (LCIS, lobular neoplasia)
Kata “in situ” merujuk pada kanker yang tidak menyebar dari area dimana
kanker mulai muncul. Pada LCIS, pertumbuhan jumlah sel jelas terlihat,
berada didalam kelenjar susu (lobules). Infiltrating lobular carcinoma (ILC)
Juga dikenal sebagai invasif lobular carcinoma. ILC mulai terjadi di dalam
kelenjar susu payudara, tetap sering meyebar ke bagian tubuh yang lain. ILC
terjadi 10% sampai 15% dari sleuruh kejadian kanker payudara.
2) Infiltrating ductal carcinoma (IDC)
Juga dikenal sebagai invasif ductal carcinoma. IDC terjadi di dalam saluran
susu payudara dan menjebol dinding saluran, menyerang jaringan lemak
payudara dan kemungkinan juga terjadi dibagian tubuh yang lain. IDC
merupakan tipe kanker payudara yang paling umum terjadi, sekitar 80% dari
seluruh diagnosis kanker payudara.

D. Anatomi Fisiologi
Payudara (mammae, susu) adalah kelenjar yang terletak di bawah kulit, di atas otot dada.
Fungsi dari payudara adalah memproduksi susu untuk nutrisi bayi. Manusia mempunyai
sepasang kelenjar payudara, yang beratnya kurang lebih 200 gram, saat hamil 600 gram
dan saat menyusui 800 gram.

Pada payudara terdapat tiga bagian utama, yaitu :

1. Korpus (badan), yaitu bagian yang membesar.


2. Areola, yaitu bagian yang kehitaman di tengah.
3. Papilla atau puting, yaitu bagian yang menonjol di puncak payudara.

Gambar 1. Anatomi payudara
Korpus

Alveolus, yaitu unit terkecil yang memproduksi susu. Bagian dari alveolus adalah sel
Aciner, jaringan lemak, sel plasma, sel otot polos dan pembuluh darah.

Lobulus, yaitu kumpulan dari alveolus.

Lobus, yaitu beberapa lobulus yang berkumpul menjadi 15-20 lobus pada tiap payudara.

ASI dsalurkan dari alveolus ke dalam saluran kecil (duktulus), kemudian beberapa
duktulus bergabung membentuk saluran yang lebih besar (duktus laktiferus).

Areola
Sinus laktiferus, yaitu saluran di bawah areola yang besar melebar, akhirnya memusat ke
dalam puting dan bermuara ke luar. Di dalam dinding alveolus maupun saluran-saluran
terdapat otot polos yang bila berkontraksi dapat memompa ASI keluar.

Papilla
Bentuk puting ada empat, yaitu bentuk yang normal, pendek/ datar, panjang dan
terbenam (inverted).

Gambar 2. Bentuk puting susu normal

Gambar 3. Bentuk puting susu pendek


Gambar 4. Bentuk puting susu panjang

Gambar 5. Bentuk puting susu terbenam/ terbalik


E. Pathways

F. Patofisiologi
Proses terjadinya kanker payudara dan masing-masing etiologi antara lain obesitas, radiasi,
hyperplasia, optic, riwayat keluarga dan mengkonsumsi zat-zat karsinogen sehingga
merangsang pertumbuhan epitel payudara dan dapat menyebabkan kanker payudara.
Kanker payudara berasal dari jaringan epithelial, dan paling sering terjadi pada system
duktal. Mula-mula terjadi hiperplasia sel-sel dengan perkembangan sel-sel atipik. Sel-sel
ini akan berlanjut menjadi karsinoma in situ dan menginvasi stroma. Kanker membutuhkan
waktu 7 tahun untuk bertumbuh dari sebuah sel tunggal sampai menjadi massa yang cukup
besar untuk dapat diraba ( kirakira berdiameter 1 cm ). Pada ukuran itu, kira- kira
seperempat dari kanker payudara telah bermetastase. Kebanyakan dari kanker ditemukan
jika sudah teraba, biasanya oleh wanita itu sendiri. Gejala kedua yang paling sering terjadi
adalah cairan yang keluar dari muara duktus satu payudara, dan mungkin berdarah. Jika
penyakit telah berkembang lanjut, dapat pecahnya benjolan-benjolan pada kulit ulserasi.
Karsinoma inflamasi, adalah tumor yang tumbuh dengan cepat terjadi kirakira 1-2% wanita
dengan kanker payudara gejala-gejalanya mirip dengan infeksi payudara akut. Kulit
menjadi merah, panas, edematoda, dan nyeri. Karsinoma ini menginfasi kulit dan jaringan
limfe. Tempat yang paling sering untuk metastase jauh adalah paru, pleura, dan tulang.
Karsinoma payudara bermetastase dengan penyebaran langsung kejaringan sekitarnya, dan
juga melalui saluran limfe dan aliran darah. Bedah dapat mendatangkan stress karena
terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas dan terhadap jiwa seseorang. Rasa nyeri sering
menyertai upaya tersebut pengalaman operatif dibagi dalam tiga tahap yaitu preoperatif,
intra operatif dan pos operatif. Operasi ini merupakan stressor kepada tubuh dan memicu
respon neuron endokrine respon terdiri dari system saraf simpati yang bertugas melindungi
tubuh dari ancaman cidera. Bila stress terhadap sistem cukup gawat atau kehilangan
banyak darah, maka mekanisme kompensasi dari tubuh terlalu banyak beban dan syock
akan terjadi. Anestesi tertentu yang di pakai dapat menimbulkan terjadinya syock.
Respon metabolisme juga terjadi. Karbohidrat dan lemak di metabolism untuk
memproduksi energi. Protein tubuh pecah untuk menyajikan suplai asam amino yang di
pakai untuk membangun jaringan baru. Intake protein yang di perlukan guna mengisi
kebutuhan protein untuk keperluan penyembuhan dan mengisi kebutuhan untuk fungsi
yang optimal.
Kanker payudara tersebut menimbulkan metastase dapat ke organ yang deket maupun
yang jauh antara lain limfogen yang menjalar ke kelenjar limfe aksilasis dan terjadi
benjolan, dari sel epidermis penting menjadi invasi timbul krusta pada organ pulmo
mengakibatkan ekspansi paru tidak optimal
.
G. Manifestasi Klinik
1. Timbul rasa sakit atau nyeri pada payudara
2. Semakin lama benjolan yang tumbuh semakin membesar
3. Payudara mengalami perubahan bentuk dan ukuran karena mulai timbul
pembengkakan
4. Mulai timbul luka pada payudara dan putting susu seperti koreng atau esksim
5. Kulit payudara menjadi berkerut mirip kulit jeruk
6. Terkadang keluar cairan atau darah berwarna merah kehitam-hitaman dari putting susu

Tumor mempunyai tahap I-IV tergantung pada ukuran, nodus limfe yang terkena, dan
metastasis. (Tahapan lainnya diekspresikan dalam symbol TNM : T = tumor primer, N =
nodus limfe yang terlibat, M = metastasis)
1) Tahap I : tumor kecil kurang dari 2 cm, nodus limfe negative, tidak terdeteksi
metastasis
2) Tahap II : tumor lebih besar dari 2 cm tetapi kurang dari 5 cm, nodus limfe
takterfiksasi negative atau positif, tidak terdeteksi metastasis
3) Tahap III : tumor lebih besar dari 5 cm, atau tumor dengan ukuran berapa saja
dengan invasi kulit atau dinding dada atau nodus limfe terfiksasi positif dalam area
klavikular tanpa bukti metastasis
4) Tahap IV : tumor dalam ukuran berapa saja dengan nodus limfe positif atau
negative dengan metastasis jauh

H. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan payudara
a. Mamografi payudara
Mamografi merupakan salah satu cara pemeriksaan payudara dengan
menggunakan sinar-X. jaringan payudara dipadatkan pada dua posisi dan gambar
sinar-X diambil pada setiap posisi.
b. Breast ultrasound
Breast ultrasound atau ultrasound pada payudara meliputi penglihatan payudara
dengan pemeriksaan ultrasound yang dipegang dengan tangan setelah digunakan
gel pada kulit.
c. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI menggunakan medan magnet yang sangat kuat dan sinyal-sinyal gelombang
radio yang dipantulkan atau yang digemakan dari payudara. Sinyal-sinyal
tersebut diukur dengan menggunakan peminadai MRI dan dihubungkan kedalam
computer guna membuat gambar-gambar payudara.
d. Methoxy Isobutyl Isonitral atau Sesta MIBI
MIBI atai Sesta MIBI Scan adalah pemindaian bagi pengobatan nuklir (juga
disebut scintimamografi) dimana penjejak radioaktif disuntikkan kedalam vena,
dan pemindai gamma camera menghasilkan sebuah gambar dimanan
radioaktivitas diambil. Alat tersebut sangat berguna dalam mendeteksi kanker
payudara yang telah menyebar menjadibintil-bintil aksila
2. Diagnose jaringan
a. Fine Needle Aspirate (FNA)
b. Biopsi Inti
c. Biopsy yang dilengkapi dengan vacuum
d. Biopsi bedah
(Lincoln, Jackie dan Wilensky. 2008)

I. Komplikasi
Komplikasi dari Ca Mamae saat terjadi metastase melalui pembuluh darah yang meliputi:
1. Yang mengenai tulang mengakibatkan pengrusakan tulang
2. Yang mengenai hati mengakibatkan sepsis
3. Yang mengeani paru mengakibatkan gangguan perfusi jaringan
4. Yang mengenai peningkatan hormol adrenal yang dapat mengakibatkan gangguan
metabolisme karbohidrat.
J. Penatalaksanaan Medis & Keperawatan
A. Penatalaksanaan Medis

a) Operasi untuk menyelamatkan payudara

Tujuan daripada operasi untuk menyelamatkan payudara (breast conserving


surgery) adalah untuk membuang tumor dengan batas pinggir yang jelas bagi
jaringan yang sehat disekitarnya. Radio terapi sekuder dilakukan terhadap
jaringan payudara lainnya guna membunuh setiap sel-sel kanker yang tidak dapat
dideteksi secara klinis pada payudara.

b) Pengendalian lokal-radioterapi

Radioterapi mencakup penggunaan radiasi ionisasi untuk menghancurkan sel-sel


kanker. Radiasi ion bisa disebarkan dengan menggunakan sinar yang dihasilkan
oleh linear accelerator (mesin yang menghasilkan sinar-X yang tinggi (photon)
atau sinar-sinar elektron atau, tidak begitu lazim, sinar gamma dari sumber
radioaktif).

Bagian-bagian tertentu yang dapat diobati dengan radioterapi adalah :

1) Jaringan payudara yang tersisa (setelah operasi menyelamatkan payudara)


2) Dinding dada (setelah masektomi)
3) Aksila
4) Supraklavikular (diatas tulang leher, salah satu dari dua tulang yang
menghubungkan antara tulang dada dengan tulang bahu)
5) Rantai kelenjar susu dari dalam (kelenjar getah bening disamping tulang dada)

c) Kemoterapi

Kemoterapi merupakan bentuk terapi sistemik (seluruh tubuh) yang menggunakan


obat-obat sitotoksin guna membunuh sel-seal kanker, obat-obat tersebut bekerja
pada semua pembelahan sel yang aktif didalam tubuh karena mereka
membelahnya dengan sangat cepat. Berbagai kelompok obat-obat sitotoksin
bekerja untuk membunuh sel-sel dalam cara-cara yang berbeda. Manakala dua
atau lebih obat-obat tersebut dikombinasikan sebagai bagian dari aturan
penggunaan kemoterapi, mereka sering bekerja seacara lebih efektif ketimbang
obat tunggal, membetikan respon lebih baik, menurunkan tingkat resistensi obat
dan kelangsungan hidup yang lebih baik. (Obat sitotoksin yakni obat yakni obat
yang bisa membunuh pembelahan sel-sel aktif).

B. Penatalaksanaan keperawatan
a. Kesadaran akan payudara itu sendiri
Pemriksaan lengkap payudara sendiri dibagi atas beberapa tahap :
1) Melihat
Apakah bentuk dan ukuran kanan dan kiri simetris, membesar atau
mengeras, putting tertarik kedalam, kulit kemerahan, kulit tampak
menebal dan pori-pori melebar?
2) Memijat
Dengan kedua belah tangan secara lembut pijat payudara dari tepi hingga
ke putting, untuk mengetahui ada tidaknya cairan yang keluar dari putting
susu (seharusnya tidak ada, kecuali sedang menyusui)
3) Meraba
Untuk memerikasa payudara kiri, letakkan sebuah bantal tipis dibawah
bahu kiri, sedangkan lengan kiri di rentangkan ke atas di samping kepala
atau diletakkan di bawah kepala. Gunakan keempat jari tangan kanan yang
saling dirapatkan untuk meraba payudara. Rabaan dilakukan dengan
gerakan memutar, mulai dari tepi payudara hingga keputing susu. Sesudah
itu geser posisi jari sedikit keseblahnya dan lakukan lagi gerakan
memutar dari tepi payudara sampai putting susu, atau secara vertical
keatas dan kebawah mulai dari tepi paling kiri hingga ke tepi paling
kanan. Perlu diperhatikan bahwa masing-masing gerakan memutar harus
dilakukan dengan kekuatan tekanan yang berbeda, setidaknya dengan tiga
macam tekanan.
4) Meraba ketiak
Raba ketiak dan area disekitar payudara untuk menegetahui adanya
benjolan yang diduga suatu anak sebar kanker. Bila dalam pemriksaan
payudara sendiri ditemukan suatu kelainan segera periksakan ke dokter.
(Naura Putri. 2009).

II. Konsep Keperawatan


1. Pengkajian
Hal – hal yang perlu dikaji menurut Lewis (2017) antara lain :
1. Data subyektif
Informasi penting kesehatan :
a. Riwayat kesehatan dahulu : penyakit payudara benigna (lunak) dengan
perubahan atipikal, kanker payudara unilateral sebelumnya, riwayat
menstruasi (haid pertama dini dengan terlambat menopause), riwayat
kehamilan (belum pernah hamil atau hamil pertama kali diatas umur 30 tahun),
keadaan endometrial sebelumnya, ovarium, atau kanker kolon, dan
hiperestrogenism.
b. Pengobatan : penggunaan hormon, terutama sebagai terapi pengganti hormon
setelah menopause dan kontrasepsi oral, pengobatan kemandulan.
c. Pembedahan atau pengobatan lainnya : terkena radiasi terlalu banyak (contoh
radiasi limfoma dan tiroid).
2. Pola kesehatan fungsional :
a. Persepsi kesehatan – manajemen kesehatan : kanker payudara pada riwayat
keluarga (terutama ibu atau saudara perempuan); riwayat mamografi positif;
perubahan palpasi yang ditemukan pada BSE (Breast Self Examination);
penggunaan alkohol.
b. Nutrisi – metabolik : anoreksia (indikator kemungkinan metastasis), kebiasaan
makan.
c. Kognitif – persepsi : pusing, kesakitan pada punggung, lengan atau tulang
(indikator kemungkinan metastasis)..
3. Data objektif
a. Keseluruhan : Limfadenopati pada aksila dan supraklavikula.
b. Integumen : keras, nodul yang berbeda pada daerah mastektomi (kemungkinan
indikator terulang kembali kanker payudara daerah sekitar); edema perifer
(kemungkinan indikator mestastasis).
c. Pernapasan : efusi pleura (kemungkinan indikator metastasis).
d. Gastrointestinal : pembesaran hati, kekuningan, ascites (kemungkinan indikator
metastasis di hati).
e. Reproduksi : gumpalan keras, irreguler, tidak berpindah pada payudara lebih
sering pada daerah atas, daerah luar, kemungkinan fiksasi pada fascia atau
dinding dada, ineversi puting susu atau retraksi, erosi, edema (“kulit jeruk”),
eritema, indurasi, infiltrasi, atau cekung (pada stadium selanjutnya).
f. Kemungkinan temuan : temuan massa atau perubahan jaringan di pemeriksaan
payudara; hasil positif mammografi atau ultrasonografi; hasil positif pada FNA
atau biopsi pembedahan atau hasil yang sama dengan jarum biopsi.

2. Diagnosis keperawatan
Diagnosis : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri dan tampak

meringis, gelisah (D.0077)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x30 menit diharapkan

tingkat nyeri menurun, Luaran : Tingkat nyeri (L.08066)

KH:

- Keluhan nyeri meningkat (1) menjadi sedang (3)

- Meringis sedang(3) menjadi menurun (5)

Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuens, kualitas, intensitas serta skala


nyeri
2. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, terapi musik, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat dingin)
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
Diagnosis : Anxietas b.d ancaman konsep diri d.d mengeluh pusing, tampak gelisah
(D0080)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x25 menit tingkat ansietas
menurun luaran : tingkat anxietas (L09093)
KH :
- Perilaku gelisah sedang (3) menjadi meningkat (1)
- Keluhan pusing sedang (3) menjadi meningkat (1)
Intervesi : terapi relaksasi
1. Identifikasi penurunan energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif
2. Monitor respons pasien terhadap terapi relaksasi
3. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruangan nyaman
4. Gunakan pakaian longgar
5. Gunakan nada lembut dengan irama lambat dan berirama
6. Anjurkan mengambil posisi nyaman
7. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

Diagnosis : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur
(D0055)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x30menit pola tidur membaik
luaran : pola tidur
KH :
- Keluhan sulit tidur sedang (3) menjadi menurun (1)
- Keluhan sering terjaga sedang (3) menjadi menurun (1)

Intervensi : dukungan tidur


1. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
2. Identifikasi faktor mengganggu tidur
3. Tetapkan jadwal tidur rutin
4. Lakukan prosedur meningkatkan kenyamanan
5. Jelaskan pentingnya tidur cukup
6. Ajarkan relaksasi atau cara nonfarmakologi lain
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTIFIKASI
A. PASIEN
Nama : Ny. B
Umur : 44 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Pendidikan : S1
Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Status Perkawinan : Kawin
Alamat : Demak
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Tn. M
Umur : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Demak
Suku : Jawa
Bangsa : Indonesia
Hubungan dengan Pasien : Adik Kandung

II. RIWAYAT KESEHATAN


A. Keluhan utama :
Lemas, pucat
B. Riwayat Penyakit Sekarang :
Pasien dating dengan keluhan lemes, pucat, sudah 1 minggu ini, mual, ada benjolan
pada payudara kiri dan terasa sakit, batuk, pilek, demam tidak ada , pasien sudah
bawa hasil laborat dari rs.mardi rahayu kudus HB : 4.0 g/dL tgl 24-9-2020, bawa hasil
foto thorax tgl 24-09-2020
C. Riwayat Penyakit Dahulu
Astma, ca mammae sinistra, hepatoma metastase
D. Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien dan keluarga pasien mengatakan dikeluarganya tidak ada yang mempunyai
riwayat penyakit menular maupun menurun ataupun penyakit serupa seperti pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


A. Pemeriksaan Fisik
1. Kesadaran
Compos Mentis, GCS E4M6V5=15.
2. Tanda-tanda vital
TD       : 143/80 mmHg
N         : 120 x/menit
R          : 20 x/menit
S          : 37,3°C
3. BB/TB

BB : 57 kg

TB : 150 cm

IMT : BB/TB(m)2=57/(1,5)2=25.33 kg/m2

4. Kepala : Rambut beruban, tidak ada luka, tidak ada benjolan, kepala sedikit kotor.

5. Mata : Konjungtiva merah muda, simetris kanan dan kiri, sklera berwarna putih,

pupil mengecil jika ada cahaya, kornea berwarna transparan.

6. Hidung : Tidak terdapat polip, fungsi pembau baik


7. Telinga : Daun telinga tampak simetris, tidak terlihat serumen, tidak menggunakan

alat bantu pendengaran.

8. Mulut : Tidak ada stomatitis, fungsi menelan, mengunyah baik.

9. Wajah : Tidak ada luka, tidak ada oedema.

10. Leher : Nadi karotis teraba, tidak ada luka, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.

11. Dada

a. Paru-paru

Inspeksi           : Simetris, terdapat benjolan pada payudara kiri, RR : 20x/menit

Palpasi             : Taktil fremitus jelas disemua area paru

Perkusi             : Sonor

Auskultasi       : Vesikuler

b. Jantung

Inspeksi           : pengembangan dada simtris, tida ada luka

Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan dan lepas

Perkusi             : Pekak

Auskultasi       : Terdengar bunyi jantung 1-2 lup-dup

c. Abdomen

Inspeksi           : Bentuk permukaan datar, tidak ada luka

Auskultasi       : Bising usus terdengar 15x/menit

Perkusi             : Tympani

Palpasi             : Tidak ada nyeri tekan

d. Genetalia : Tidak terpasang alat bantu Dower Chateter (DC), pasien tampak

memakai pempers.
e. Ektremitas Atas     : Lengkap, tidak ada luka, tangan kiri terpasang infus Asering

15tpm. Bawah : Lengkap, tidak ada luka

Edema : tidak ada edema

Capilarry refill : <2 detik

Turgor : turgor kulit elastis

Kekuatan otot : 5555 5555

5555 5555

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN

A. Persepsi kesehatan

Di rumah : Pasien mengatakan bila pasien sakit langsung diperiksakan di

klinik/dokter

Di RS : Pasien mengatakan dibawa ke RS karena mengalami nyeri di bagian

payudara kiri

B. Pola nutriai metabolic

Di rumah : Pasien mengatakan makan nasi 2x sehari kadang habis kadang tidak,

jarang makan sayur. Pasien minum 3-4 gelas/hari

Di RS : Pasien sering mengatakan makan hanya habis ½ porsi, makan 3x sehari,

minum air tapi tidak banyak, nafsu makan menurun, serta ada beberapa makanan

yang tidak boleh di konsumsi seperti makanan yang pedas, asam dan terlalu manis.

1. BB : 57 kg; TB: 150 cm; IMT: 25.33

2. Hb: 4.0 g/dL

3. C: mukosa bibir kering

4. D: makanan lunak
C. Pola eliminasi

Di rumah : pasien mengatakan kadang BAB 1x sehari kadang 2 hari 1x tekstur agak

keras, berbau khas, dan berwarna coklat. BAK kadang 3-5x/hari

Di RS : pasien mengatakan belum BAB, BAK 2-3x/hari

D. Pola aktivitas dan latihan

Di rumah : Pasien mengatakan semua kegiatan sehari-hari di lakukan secara mandiri

Di RS : Pasien mengtakan ketika di rawat pasien hanya menonton tv dan bermain

HP

AKTIVITAS SKORING
Makan 0
Mandi 2
Toileting 2
Mobilitaas di tempat tidur 0
Berpakaian 2

Keterangan:

Level 0: mandiri

Level 1: membutukan alat bantu

Level 2: membutuhkan pengawasan orang lain

Level 3: membutuhkan bantuan orang lain

Level 4: ketergantungan

E. Pola istirahat tidur

Di rumah : Tidur pada malam hari 5-6 jam/ hari

Di RS : Pasien mengatakan sering tidur siang karena bosan dengan aktivitasnya,

tidur malam 6-7 jam/hari


F. Pola kognitif

Di rumah : Pasien mengatakan bahwa merasakan nyeri di bagian payudara kiri

Di RS : Pasien mengatakan merasakan nyeri payudara kiri

P : terdapat benjolan

Q : seperti tertusuk tusuk

R: di payudara kiri

S: 6

T: hilang timbul

G. Koping pola toleransi stress

Di rumah : pasien mengatakan bila merasa stress pasien mengalihkan ke beribadah

Di RS : Pasien mengatakan untuk mengatasi rasa nyerinya pasien menonton TV

dan bermain HP

H. Pola konsep diri

Di rumah : Pasien merupakan ibu rumah tangga, pasien mengatakan sangat bangga

terhadap dirinya sendiri

Di RS : Pasien mengatakan ingin segera sembuh dan segara kembali beraktivitas

normal

I. Pola peran dan hubungan

Di rumah : Pasien mengatakan hubungan dengan keluarga baik-baik saja

Di RS : Pasien tampak ramah dan kooperatif ketika diberikan tindakan

keperawatan

J. Pola seksualitas

Pasien mengatakan tidak ada masalah pada pola seksual


K. Pola nilai keyakinan

Di rumah : Pasien mengatakan jarang sholat 5 waktu di rumah

Di RS : Pasien mengatakan anaknya tidak pernah sholat di RS

V. DATA PENUNJANG
A. PEMERIKSAAN LABORATORIUM
pada tanggal 24-09-2020 14:59
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Paket darah lengkap / FBC
Hemoglobin LL 4.0 g/dL 11.7-15.5
Leukosit 8.64 10^3/ul 3.6-11.0
DIFF COUNT
Eosinofils L 0.60 % 1-3
Basofil 0.10 % 0-1
Neutrofhils H 78.90 % 50-70
Limfosit L 12.20 % 25-40
Monosit H 8.20 % 2-8
NLR 6.47
MCV H 125 fL 80-100
MCH H 30 pg 26-34
MCHC L 30 g/dL 32-36
Hematocrit LL 13. 20 % 36-46
Trombosit H 442 10^3/ul 150-400
Eritrosit L 1.1 10^6/ul 3.80-5.20
RDW H 24.4 % 11.5-14.5
PDW 8.4 fL 10.18
MPV 9.0 fL 6.8-10
LED
LED 1 jam H 165 mm/jam 0-20
LED 2 jam 175 mm/2jam
Golongan darah + Rhesus
Golongan darah O
Rhesus Positif
KIMIA
Gula darah sewaktu H 125 mq/dL 75-110
Ureum 29.0 mq/dL 15-40
Creatinine
Creatinine 0.84 mq/dL 0.6-1.1
eGFR (CKD – EPI) L 85 mL/min/m62>90
SGOT H 49 U/L 13-35
SPGT H 37 U/L 7-35
Gamma GT H 213 U/L 7-32
Pemeriksaan dilakukan pada tanggal 29-09-2020 14:01
PEMERIKSAAN HASIL SATUAN NILAI NORMAL
Protein total 7.3 g/dL 6.0-8.0
Albumin 4.43 g/dL 3.4-4.8
Globulin 2.87 g/dL 2.5-3.0
Natrium 137.4 mmol/L 135-147
Kalium 3.81 mmol/L 3.5-5.1
Calcium 10.3 mg/dL 8.8-10.0
HbsAg Stik Negatif Negatif

B. PEMERIKSAAN RADIOLOGI
Pemeriksaan dilakukan pada 25-04-2020
Pemeriksaan USG abdomen : klinis : anemia
Hepar : ukuran membesar, perenkin inhomogen, tampak nodul multiple
hepar -/+ 15,1 – 33,6 mm, tak tampak dilatasi duktus bilaris, v
porta dan v hepatica
GB : bentuk dan ukuran normal, tak tampak batu maupun sludge
Pancreas : ukuran normal, parenkin homogen, tak tampak dilatasi duktus
pankreatikus
Lien : ukuran membesar -/+ 14,3 cm, tak tampak dilatasi v lienalis
Kedua ginjal : bentuk dan ukuran normal, parenkim homogen, tak menipis, batas
kartikomeduler baik, tak tampak dilatasi PCS maupun batu
Vesika urinaria : dinding regular tak menebal, tak tampak batu
Uterus : ukuran membesar -/+ 7,5x6x9cm dengan lesi hipoekoik corpus
dan fundus uteri -/+ 4,4x4x4, 3cm dan 3,5x3,5x4,3cm
Adneksa : tak tampak massa di kedua adneksa, tak tampak cairan bebas intra
abdomen
KESAN :
- Hepatomegaly dengan nodul multiple hepar, cenderung gambaran metastase
- Splenomegaly dengan struktur parenkin homogen
- Pembesaran uterus dengan massa uterus
- Tak tampak gambaran nihil pada aorta saat ini

C. TERAPI
JENIS DOSIS CARA INDIKASI
PEMBERIAN
NacL 0,92% 500 ml/20 TPM IV Untuk dehidrasi isotonik
methylpredisolon 2x125 mg Oral Untuk penyakit paru, radang
sendi, lambung
Dexamethasone 10 mg Prenid transfusi Untuk mengatasi peradangan
atau alergi
Dipenlidramia 10 mg Prenid transfusi Untuk bersin – bersin
Scandium 2x25 mg Oral Untuk mual muntah
VI. ANALISA DATA

No Hari/tgl Data Etiologi Masalah Ttd


1 Kamis/24- DS : Pasien mengatakan Agen Nyeri
09-2020 pencedera fisik
payudara kiri terasa nyeri

dengan pengkajian

P : terdapat benjolan

Q : seperti tertusuk tusuk

R : payudara kiri

S:6

T : hilang timbul

DO : pasien tampak kesakitan

dan meringis, pasien memegang

perut bagian kanan bawah. TD :

110/70 mmhg, suhu : 37,6 0C ,

N : 120x/mnt, RR : 20 x/mnt
2 Kamis/24- DS : pasien mengatakan sudah 1 Ancaman Anxietas
09-2020 minggu merasa lemas dan konsep diri
pusing
DO : pasien tamoak pucat,

gelisah

TD : 110/70 mmhg, suhu : 37,6


0
C,

N : 120x/mnt, RR : 20 x/mnt

3 Kamis/24- DS : pasien mengatakan sulit Hambatan gangguan pola


09-2020 tidur, sering terjaga lingkungan tidur
DO : pasien tampak lesu dan
mata kemerahan

VII. DIAGNOSIS KEPERAWATAN

No DIAGNOSA MEDIS
1 Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri dan tampak meringis, gelisah
(D.0077)
2 Anxietas b.d ancaman konsep diri d.d mengeluh pusing, tampak gelisah (D0080)
3 Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur (D0055)

VIII. INTERVENSI KEPERAWATAN

Diagnosis : Nyeri akut b.d agen pencedera fisik d.d mengeluh nyeri dan tampak

meringis, gelisah (D.0077)

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1x30 menit diharapkan

tingkat nyeri menurun, Luaran : Tingkat nyeri (L.08066)

KH:

- Keluhan nyeri meningkat (1) menjadi sedang (3)

- Meringis sedang(3) menjadi menurun (5)

Intervensi : Manajemen Nyeri (I.08238)

1. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuens, kualitas, intensitas serta skala


nyeri
2. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri
3. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,
hipnosis, terapi musik, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat dingin)
4. Fasilitasi istirahat dan tidur
5. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri
6. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu
7.
Diagnosis : Anxietas b.d ancaman konsep diri d.d mengeluh pusing, tampak gelisah
(D0080)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x25 menit tingkat ansietas
menurun luaran : tingkat anxietas (L09093)
KH :
- Perilaku gelisah sedang (3) menjadi meningkat (1)
- Keluhan pusing sedang (3) menjadi meningkat (1)
Intervesi : terapi relaksasi
a. Identifikasi penurunan energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain
yang mengganggu kemampuan kognitif
b. Monitor respons pasien terhadap terapi relaksasi
c. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruangan nyaman
d. Gunakan pakaian longgar
e. Gunakan nada lembut dengan irama lambat dan berirama
f. Anjurkan mengambil posisi nyaman
g. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

Diagnosis : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit tidur
(D0055)
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x30menit pola tidur membaik
luaran : pola tidur
KH :
- Keluhan sulit tidur sedang (3) menjadi menurun (1)
- Keluhan sering terjaga sedang (3) menjadi menurun (1)

Intervensi : dukungan tidur


a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor mengganggu tidur
c. Tetapkan jadwal tidur rutin
d. Lakukan prosedur meningkatkan kenyamanan
e. Jelaskan pentingnya tidur cukup
f. Ajarkan relaksasi atau cara nonfarmakologi lain

IX. IMPLEMENTASI
Tgl DX Jam Implementasi Respon Ttd
24-09- 1,2,3 14.00 Memantau TTV DS: pasien mengatakan sulit tidur
2020
DO: pasien tampak lemas dan mata merah

TD: 135/80 mmHg

N: 93x/menit

RR : 20 x/menit

S : 37oC.
1 14.10 Identifikasi nyeri DS: pasien mengatakan payudara kiri sakit

dan nyeri

P : terdapat benjolan

Q : seperti tertusuk tusuk

R : payudara kiri

S:6

T : hilang timbul

DO: pasien tampak memegangi perutnya,


terlihat meringis kesakitan, dan lemas
1 14.20 Mengajarkan DS: pasien mengatakan sekarang agak
penggunaan teknik relaks dan nyeri sedikit berkurang yang
non farmakologi, tadi berskala 4 menjadi 3
relaksasi nafas
dalam
3 14.30 Mendukung pasien DS: pasien mengatak akan mencoba untuk
istirahat dan tidur
tidur
yang adekuat untuk
DO: Pasien tampak lebih relax dan masih
membantu
tampak lemas
penurunan nyeri
1 15.00 Mengkolaborasikan Ds : -
dengan dokter. Do : mengkolaborasikan obat nyeri
(analgetik)
Mengkolaborasikan obat paracetamol
2 16.30 Identifikasi anxietas Ds : pasien mengatakan takut benjolannya
semakin besar
Do : pasien tampak gelisah
S : 37,6 C
Td : 110/70mmHg
N :80x/mnt
RR :20x/mnt
2 17.10 Membantu Ds : pasien mengatakan sulit mengganti
menggati pakaian pakaian sendiri
klien Do : pasien tampak lebih segar selesai
mandi

18.00 Memberikan obat Ds:-


paracetamol untuk Do: obat 500mg di minum oleh pasien
menurunkan panas

25-09- 1,2,3 14.00 Memantau TTV Ds : pasien mengatakan nyeri sudah sedikit
2020 menurun
Do :
S : 36,8 C
Td : 110/70mmHg
N :80x/mnt
RR :20x/mnt
1 14.20 Mengkaji DS: pasien mangatakan bahwa nyeri sudah
karakteristik nyeri cukup berkurang

P : terdapat benjolan

Q : seperti tertusuk tusuk

R : payudara kiri

S:4

T : hilang timbul

DO: pasien tampak sudah bisa melakukan


ADL secara mandiri dan tampak tidak
lemas

1 15.30 Mengajarkan DS: pasien mengatakan sudah merasa jauh


penggunaan teknik
lebih baik, nyeri berkurang, merasa
non farmakologi
nyaman dan relax
seperti relaksasi.
DO: pasien tampak mengikuti arahan
dengan baik, pasien juga terlihat nyaman
3 15.40 Menganjurkan DS: pasien mengatakan akan mencoba
pasien istirahat
tidur
untuk memenuhi
DO: -
kebutugan tidur
3 17.00 Identifikasi anxietas DS : pasien mengatakan lebih rilex dan

sudah bisa tidur, cemas berkurang

DO : pasien tampak lebih segar dan rilek


1 18.00 Identifikasi nyeri DS : pasien mengatakan jika nyeri timbul

pasien melakukan teknik relaksasi secara

mandiri

P : terdapat benjolan

Q : seperti tertusuk tusuk


R : payudara kiri

S:3

T : hilang timbul

DO : pasien tampak lebih tenang dan rileks

X. EVALUASI
Tgl / Dx Catatan Perkembangan Evaluasi Ttd
jam
24-09- 1 SOAP PULANG :
2020 S: pasien mengatakan nyerinya berkurang nyeri terasa nyeri pada
14.00-
payudara kiri, nyeri terasa seperti tertusuk tusuk dan nyeri dirasakan
21.00
hilang timbul , skala nyeri 6 (sedang).

O: pasien tampak meringis, hasil observasi TTV : TD : 135/80

mmHg, N : 93 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 37,6oC.

A: masalah nyeri belum teratasi

P: lanjutkan Intervensi

- Melakukan teknik nonfarmakologis

- Mendukung istirahat tidur pasien

- Kolaborasi pemberian analgetik bila perlu

S : pasien mengatakan cemas, takut akan benjolannya semakin


2
membesar
O : pasien tampak gelisah dan ketakutan
S : 38 C
Td : 110/70mmHg
N :103x/mnt
RR :20x/mnt
A : masalah anxirtas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Gunakan pakaian longgar
- Gunakan nada lembut dengan irama lambat dan berirama
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

3 S : pasien engatakan sulit tidur karena lingkungan baru


O : pasien tampak lesu dan mata memerah
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : lanjutkan intervnesi
- Identifikasi faktor mengganggu tidur
- Tetapkan jadwal tidur rutin
- Lakukan prosedur meningkatkan kenyamanan
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
- Ajarkan relaksasi atau cara nonfarmakologi lain

25-09- DATA FOKUS


2020
DS: pasien mengatakan masih merasa nyeri
14.00
DO: pasien masih tampak lemas dan pucat

TD: 100/60 mmHg,

N: 92 x/menit

RR : 20 x/menit

S : 36,5OC.

SOAP DATANG
1
S: pasien mengatakan nyerinya berkurang nyeri terasa nyeri pada

payudara kiri, nyeri terasa seperti tertusuk tusuk dan nyeri dirasakan
hilang timbul , skala nyeri 4 (sedang).

O: pasien tampak lemas dan masih melakukan ADL dengan bantuan

A: masalah nyeri belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

- Melakukan teknik nonfarmakologis

- Mendukung istirahat tidur pasien

S : pasien mengatakan cemas, takut akan benjolannya semakin


2 membesar
O : pasien tampak gelisah dan ketakutan
S : 36,6 C
Td : 130/90mmHg
N :113x/mnt
RR :20x/mnt
A : masalah anxirtas belum teratasi
P : lanjutkan intervensi
- Gunakan nada lembut dengan irama lambat dan berirama
- Anjurkan mengambil posisi nyaman
- Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi

S : pasien mengatakan sulit tidur karena lingkungan baru


3 O : pasien tampak lesu dan mata memerah
A : masalah gangguan pola tidur belum teratasi
P : lanjutkan intervnesi
- Lakukan prosedur meningkatkan kenyamanan
- Jelaskan pentingnya tidur cukup
- Ajarkan relaksasi atau cara nonfarmakologi lain

21.00 1 SOAP PULANG


S: pasien mengatakan sudah merasa agak nyaman, nyeri turun dari

skla 4 ke skala 3

O: pasien masih tampak agak lemas, tetapi sudah tampak nyaman

dan sudah tidak mengeluarkan ekspresi meringis kesakitan

A: masalah nyeri belum teratasi

P: lanjutkan intervensi

- Melakukan teknik nonfarmakologis

- Mendukung istirahat tidur pasien

- Kolaborasi dengan dokter pemberian obat analgetik

2
S : pasien mengatakan karena sudah di edukasi perawat dan dokter
lebih tenang
O : pasien tampak tenang nyaman
S : 36,6 C
Td : 130/90mmHg
N :113x/mnt
RR :20x/mnt
A : masalah anxirtas teratasi
P : hentikan intervensi
3
S : pasien mengatakan tidur tercukupi, jika pasien sulit tidur pasien
melakukan teknik relaksasi untuk menurunkan nyeri juga untuk
lebih rileks
O : pasien tampak tenang nyaaman dan mata sudah tidak memarah
A : masalah gangguan pola tidur teratasi
P : hentikan intervensi
BAB IV
PEMBAHASAN

A. Masalah Keperawatan yang Muncul

1. Pengkajian

Menurut (Lyndon, 2013), pengkajian keperawatan pada masalah nyeri secara umum

mencakup lima hal, yaitu pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri, intensitas nyeri,

dan waktu serangan. Cara mudah untuk mengingatnya adalah dengan PQRST yaitu :

P = Provoking atau pemicu, yaitu faktor yang menimbulkan nyeri dan memengaruhi

gawat atau ringannya nyeri, Q = Quality atau kualitas nyeri, misalnya rasa tajam atau

tumpul, R = Region atau daerah/lokasi, yaitu, perjalanan ke daerah lain, S = Severity

atau keparahan, yaitu intensitas nyeri, T = Time atau waktu, yaitu jangka waktu

serangan dan frekuensi nyeri.


Berdasarkan kasus nyata dilakukan pengkajian PQRST pada Ny.B Yang ditemukan

pada Ny.B diantaranya pasien mengatakan nyeri payudara kiri, nyeri terasa seperti

tertusuk tusuk, pasien tampak meringis, skala nyeri 6, dan nyeri dirasakan bila pasien

melakukan aktifitas, sehingga tidak ada kesenjangan pada pengkajian antara teori dan

kasus nyata. Pada diagnosa ke 2 dapat dikaji melalu tanda-tanda vital, karena melihat

pasien anxietas biasanya nadi meningkat. Kemudian pada diagnose 3 melihat pola

tidur pasien, karena pasien sering terjaga mata pasien tampak merah.

2. Diagnosis Keperawatan

Menurut (Mardela, Ester dkk, 2013) diagnosa keperawatan yang biasa muncul pada

klien dengan gangguan kenyamanan yaitu: Nyeri akut b.d agen pencedera fisiologis,

fisik, kimiawi. Nyeri kronis berhubungan dengan kondisi moskuloskeletal kronis,

infiltrasi tumor, kerusakan sistem saraf. Hipertermia b.d proses penyakit, aktivitas

berlebih, dehidrasi.

Pada kasus Ny.B tidak semua diagnosa keperawatan pada teori ditemukan pada kasus

Ny.B. Pada kasus Ny.B dengan gangguan kenyamanan : nyeri, hanya ditemukan

diagnose keperawatan 1) Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis .

Sedangkan untuk diagnosa keperawatan. Nyeri kronis berhubungan dengan fraktur,

cedera otot, gangguan iskemik tidak diangkat karena pada kasus Ny.B tidak

ditemukan tanda dan gejala untuk mendukung diagnosa keperawatan. Hal ini juga

dapat terjadi karena pasien telah dirawat satu hari sebelumnya dan sudah diberikan

tindakan keperawatan. Tetapi pada pasien Ny.B juga ditemukan diagnosis


keperawatan untuk Anxietas b.d ancaman konsep diri d.d mengeluh pusing, tampak

gelisah, dan diagnosis lain yaitu gangguan tidur b.d lingkungan d.d sulit tidur

Diagnosa keperawatan ini diangkat karena pasien memilki tanda dan gejala yang

mendukung diagnosa keperawatan ini untuk diangkat serta mengatasi diagnosa

keperawatan ini. Berdasarkan teori dan kasus nyata, menurut penulis tidak ada

kesenjangan, dimana pada teori ada 3 diagnosa keperawatan untuk gangguan

kenyamanan dan 2 diantaranya sesuai dengan teori.

3. Intervensi Keperawatan

Intervensi keperawatan yang ditetapkan berdasarkan teori pada diagnosa keperawatan

nyeri akut b.d agen pencedera fisik:

a. Identifikasi lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, intensitas serta skala

nyeri

b. Pertimbangkan jenis dan sumber nyeri dalam pemilihan strategi meredakan nyeri

c. Berikan teknik nonfarmakologis untuk mengurangi rasa nyeri (mis. TENS,

hipnosis, terapi musik, teknik imajinasi terbimbing, kompres hangat dingin)

d. Fasilitasi istirahat dan tidur

e. Anjurkan memonitor nyeri secara mandiri

f. Kolaborasi pemberian analgetik, jika perlu


Pada kasus Ny.B, semua intervensi pada diagnosa keperawatan ini digunakan untuk

menyelesaikan masalah keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisik seperti lakukan pengkajian nyeri menggunakan PQRST, ajarkan penggunaan

teknik non farmakologi seperti terapi hipnosis dan relaksasi, berikan individu penurun

nyeri yang optimal dengan peresepan analgetik, menganjurkan pasien untuk banyak

beristirahat. Menurut penelitian yang dilakukan Widodo (2020) terdapat pengaruh

terapi relaksasi dalam menurunkan intensitas nyeri pasien ca mammae. Pada diagnosa

keperawatan Anxietas b.d ancaman konsep diri d.d mengeluh pusing, tampak gelisah

Intervensi : tingkat anxietas

a. Identifikasi penurunan energi, ketidakmampuan berkonsentrasi, atau gejala lain


yang mengganggu kemampuan kognitif
b. Monitor respons pasien terhadap terapi relaksasi
c. Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa gangguan dengan pencahayaan dan
suhu ruangan nyaman
d. Gunakan pakaian longgar
e. Gunakan nada lembut dengan irama lambat dan berirama
f. Anjurkan mengambil posisi nyaman
g. Anjurkan rileks dan merasakan sensasi relaksasi
Pada diagnosis : Gangguan pola tidur b.d hambatan lingkungan d.d mengeluh sulit
tidur
Intervensi : dukungan tidur
a. Identifikasi pola aktivitas dan tidur
b. Identifikasi faktor mengganggu tidur
c. Tetapkan jadwal tidur rutin
d. Lakukan prosedur meningkatkan kenyamanan
e. Jelaskan pentingnya tidur cukup
f. Ajarkan relaksasi atau cara nonfarmakologi lain
Pada kasus ini intervensi tersebut dapat diaplikasikan pada Ny.B. Seperti teknik

relaksasi yang dapat mebuat tubuh relax dan mengurangi rasa cemas selain itu juga

bisa dengan mengompres badan agar suhu tubuh turun.

4. Implementasi

Untuk diagnosa keperawatan pertama nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera

fisiologis tidak terdapat perbedaan antara teori dan kasus nyata karena semua

implementasi keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang dibuat

diantaranya mengkaji pasien, mengajarkan pasien melakukan teknik hipnosis dan

relaksasi nafas dalam untuk mengurangi nyeri, mengukur tanda-tanda vital, melayani

injeksi Ranitidine 1 ampul/IV, dukung istirahat atau tidur yang adekuat untuk

membantu penurunan nyeri.

Sedangkan pada diagnosa kedua yaitu anxietas berhubungan dengan konsep diri

yaitu dengan cara mengidentifikasi penyebab, mengatur posisi yang nyaman,

mengajarkan terapi non farmakologi agar anxietas turun, sedangkan diagnosis ketiga

yaitu gangguan pola tidur berhubungan dengan faktor lingkungan yaitu dengan cara

memberikan dukungan tidur, mengatur jawal tidur, kemudian memberikan posisi

nyaman.

5. Evaluasi

Sebagai tahap akhir dari proses keperawatan setelah melakukan pengkajian,

merumuskan diagnosa keperawatan, menetapkan perencanaan dan implementasi.


Pada tahap evaluasi, kegiatan yang dilakukan yaitu mengevaluasi selama proses

berlangsung dengan menggunakan metode SOAP. Evaluasi yang dilakukan pada

Ny.B sesuai dengan hasil implementasi yang telah dibuat pada kriteria objektif yang

ditetapkan. Evaluasi yang didapatkan pada diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan agen pencedera fisik yaitu pasien mengatakan nyeri payudara

kiri bawah berkurang, TTV TD: 110/80 mmHg, S: 370C, N: 108x/menit, RR:

20x/menit, skala nyeri 4 (nyeri sedang), pasien dapat melakukan kembali teknik

napas dalam yang diajarkan. Evaluasi yang didapatkan pada diagnosa keperawatan

anxietas berhubungan dengan konsep diri di dapatkan hasil bahwa pasien sudah tidak

anxietas karena dukungan perawat, dokter dan keluarga. Diagnosis ke tiga yaitu

gangguan pola tidur berhubungan dengan lingkungan teratasi dengan terapi non

farmakologi relaksasi nafas dalam.

BAB V
PENUTUP

A. SIMPULAN
Dalam melakukan pengkajian, menegakan diagnosis dan menyusun intervensi
keperawatan Ny.B dengan nyeri ca mammae, penulis menggunakan metode asuhan
keperawatan ilmiah, sistematis, dinamis, serta berkesinambungan dalam pemecahan
masalah kesehatan klien dimulai dari pengkajian sampai penentuan rencana tindakan
Berdasarkan hasil pengkajian yang sudah dilakukan didapatkan data dengan keluhan
utama merasakan nyeri. Hasil pengkajian nyeri didapatkan skala nyeri 6, nyeri di sekitar
payudara kiri, nyeri bersifat terus-menerus semakin lama semakin kuat tidak tertahankan,
nyeri bertambah ketika pasien beraktifitas.
B. SARAN
1. Akademik
Makalah ini diharapkan mampu memberikan wacana dan dapat digunakan referensi
bagi mahasiswa dalam pemberian asuhan keperawatan dengan kebutuhan aman
nyaman nyeri pada pada pasien ca mammae .
2. Klien
Makalah ini diharapkan dapat meningkatkan derajat pengetahuan dan kesehatan pada
klien dan keluarga melalui asuhan keperawatan yang diberikan, dijadikan bahan
pertimbangan bagi klien dan keluarga dalam upaya berperilaku hidup sehat.
3. Mahasiswa
Makalah ini diharapkan dapat memberikan informasi bagi seluruh praktisi kesehatan
khususnya dalam pemberian asuhan keperawatan dengan kebutuhan aman nyaman
nyeri pada pada pasien ca mammae.

DAFTAR PUSTAKA

Brooker, Chrish. 2011. Ensiklopedia Keperawatan. Jakarta : EGC.

Bulechek, Gloria M, dkk. (2013). Nursing Interventions Classification (NIC) edisi ke enam.
Indonesia: Elsevier Inc.

FKUI. 2010. Buku Ajar Onkologi Klinis. Jakarta : Balai Penerbit FKUI.

Herdman, T. Heather. (2015). Diagnosis Keperawatan: Definisi dan Klasifikasi 2015-2017.


Jakarta: EGC

Moorhead, Sue, dkk. (2013). Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi ke lima. Indonesia:
Elsevier Inc.

Luwia, Melissa S. 2012. Problematik dan Perawatan Payudara. Jakarta : Kawan Pustaka.
Putri, Naura. 2009. Deteksi Dini Kanker Payudara. Jogjakarta: Aura Jogja

Rasjidi, Imam. 2009. Deteksi Dini dan Pencegahan Kanker pada Wanita. Jakarta: CV Sagung
Seto

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta: Binarupa Aksara.

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2017. Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI

Tim Pokja SLKI DPP PPNI.2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP

PPNI

Wahyu Widodo, Neli Qoniah.2020.Penerapan Teknik Relaksasi Nafas Dalam Untuk


Menurunkan
Intensitas Nyeri Pada Pasien Apendisitis.Nursing Science Journal

Yuriko, A. (2013). Hubungan pola makan dengan kejadian depresi pada penderita
dispepsia fungsional. Diakses pada 31 Agustus 2020

Zakiyah, Ana.2015. Nyeri Konsep & Penatalaksanaan Dalam Praktik Keperawatan Berbasis
Bukti. Jakarta : Salemba Medika

Anda mungkin juga menyukai