Anda di halaman 1dari 37

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S. S Dengan kasus NSTEMI

CT: Ns. Muhamad Nurmansya. M, Kep

Nama: Sutriani Tumewu

Nim: 20014104031

UNIVERSITAS SAM RATULANGI FAKULTAS KEDOKTERAN

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
NSTEMI

A. Definisi NSTEMI
Sindrome koroner akut merujuk pada suatu spektrum dari prsentsai klinis, mulai dari
infsrk miokard dengan ST elevasi (STEMI) hingga infark miokard tidak disertai ST
elevasi (NSTEMI) atau angina tidak stabil (Coven, 2011).
SKA merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu dari tiga
manifestasi klinis dari penyakit arteri coroner (Jones & Fix, 2009) :
- Angina tak stabil
- IM tanpa elevasi ST
- IM dengan elevasi ST
Angina tak stabil dan NSTEMI mempunyai patogenesis dan presentasi klinik yang sama,
hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui penanda biokimia nekrosis miokard
(peningkatan troponin I, troponin T, atau CK-MB) maka diagnosis adalah NSTEMI;
sedangkan bila penanda biokimia ini tidak meninggi, maka diagnosis adalah APTS (Idrus
Alwi, 2006).
NSTEMI adalah IMA yang disebabkan penurunan suplai oksigen atau peningkatan
kebutuhan oksigen jantung yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi
karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosisi ini diawali dengan
adanya ruptur plak yang tidak stabil dan biasanya plak tersebut mempunyai inti lipid yang
besar, densitas otot polos yang rendah, fibrosus cap yang tipis, dan konsentrasi jaringan
yang tinggi. (Corwin, 2001). NSTEMI adalah  adanya ketidakseimbangan antara
pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner
akan menyebabkan iskemia miokardium local. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan. Pada NStemi gambaran
EKG tidak ditemukn adanya elevasi pada segmen ST (Sylvia,2006).
Infark miokard adalah kematian jaringan miokard yang diakibatkan oleh kerusakan aliran
darah koroner miokard (Carpenito, 2001). Infark miocard akut (IMA) merupakan
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di
pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil
aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama
sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat
mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark (Guyton & Hall, 2007).
IMA diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST-elevation
infark miocard (STEMI) dan non ST-elevation infark miocard (NSTEMI). STEMI
merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas
meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST
pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa
melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada
EKG.
 Berdasarkan lapisan otot yang terkena :
- Transmural yaitu mengenai seluruh bagian ketebalan dinding ventrikel
bersangkutan
- Subendokardial yaitu mengenai sebagian dalam miokardium
 Berdasarkan tempat oklusinya :
- Anterior mengenai desendens anterior kiri
- Posterior mengenai sirkumfleksa kiri
- Inferior mengenai koronaria kanan
B. Etiologi dan Faktor Resiko
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen
miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut
atau proses vasokonstriksi koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dan dapat
menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada
subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
menyebabkan pelepasan penanda nekrosis (Idrus Alwi, 2006).
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan dari
penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus non occlusive yang telah
dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri
koroner mungkin juga bertanggung jawab.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a. Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKAmeningkat seiring pertambahan
usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau lebih dan
yang meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65 tahun. Mayoritas
berada dalam resiko pada masa kini merupakan refleksi dari pemeliharaan
kesehatan yang buruk di masa lalu.
b. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada wanita
resiko lebih besar setelah masa menopause. Peningkatan pada wanita setelah
menopause terjadi akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid
dalam darah.
c. Riwayat keluarga
Tingkat faktor genetika dan lingkungan membantu terbentuknya
atherosklerosis belum diketahui secara pasti. Tendensi atherosklerosis pada
orang tua atau anak dibawah usia 50 tahun ada hubungan terjadinya sama
dengan anggota keluarga lain.
d. Suku bangsa
Orang Amerika kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi dibandinkan dengan
kulit putih, hal ini dikaitkan dengan penemuan bahwa 33% orang Amerika
kulit hitam menderita hipertensi dibandingkan dengan kulit putih.
2. Faktor resiko yang dapat dirubah:
a. Merokok
Perokok memiliki resiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena SKA
daripada yang bukan perokok. Resiko juga bergantung dari berapa banyak
rokok per hari, lebih banyak rokok lebih tinggi pula resikonya. Hal ini
dikaitkan dengan pengaruh nikotin dan kandungan tinggi dari monoksida
karbon yang terkandung dalam rokok. Nikotin meningkatkan beban kerja
miokardium dan dampak peningkatan kebutuhan oksigen. Karbon monoksida
menganggu pengangkutan oksigen karena hemoglobin mudah berikatan
dengan karbon monoksida daripada oksigen.
b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam transportasi,
digesti, dan absorbs lemak. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol
melebihi 300 ml/dl memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena SKA
dibandingkan yang memiliki kadar 200 mg/dl. Diet yang mengandung lemak
jenuh merupakan faktor utama yang menimbulkan hiperlipidemia.
c. Diabetes mellitus
Aterosklerosis diketahui berisiko 2 sampai 3 kali lipat pada diabetes tanpa
memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi
pada diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang peranan
dalam pertumbuhan atheroma.
d. Hipertensi
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan kebutuhan
ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen untuk miokard untuk
menghadapi suplai yang berkurang.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang
meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas berhubungan
dengan peningkatan intake kalori dan kadar low density lipoprotein.
f. Inaktifitas fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara menurunkan
kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap fisiologis dari
kegiatan mampu menurunkan kadar kepekatan rendah dari lipid protein,
menurunkan kadar glukosa darah, dan memperbaiki cardiac output.
g. Stres psikologis berlebihan
Stres merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin yang
meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan vasokontriksi
C. Patofisiologi
Non ST elevation myocardial Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan oleh penurunan
suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tidak
stabil (Corwin, Elizabeth 2009).
Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos
yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak
yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam
lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan
limfosit T yang menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan
sitokin proinflamasi seperti TNF α , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran
hsCRP di hati.
D. Manifestasi Klinis STEMI
1. Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu.
Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi
pada infark tidak. Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya
keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan kiri,
bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa
hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau penderita DM berkaitan
dengan neuropathy.
2. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan hiperventilasi. Pada
infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi
ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering
pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa
menyebabkan cegukan.
4. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan gelisah

Karakteristik ACS (Acute Coronary Syndrome)


Jenis Nyeri Dada EKG Enzim Jantung
Angina pada waktu Depresi segmen ST Tidak meningkat
Angina
istirahat/ aktivitas ringan Inversi gelombang T
Pectoris
(ICS III-IV). Hilang dengan Tidak ada gelombang
Stabil
nitrat Q
Lebih berat dan lama (> 20 Depresi segmen ST Meningkat minimal
NSTEMI menit). Tidak hilang dengan Inversi Gelombang T 2 kali nilai batas
nitrat, perlu opium dalam atas normal
Lebih berat dan lama (> 20 Elevasi segmen ST Meningkat minimal
STEMI menit). Tidak hilang dengan inversi gelombang T 2 kali nilai batas
nitrat, perlu opium atas normal
E. Pemeriksaan Penunjang
1. Biomarker Jantung:
 Troponin T dan Troponin I
Petanda biokimia troponin T dan troponin I mempunyai peranan yang sangat
penting pada diagnostik, stratifikasi dan pengobatan penderita Sindroma Koroner
Akut (SKA). Troponin T mempunyai sensitifitas 97% dan spesitifitas 99% dalam
mendeteksi kerusakan sel miokard bahkan yang minimal sekalipun (mikro
infark). Sedangkan troponin I memiliki nilai normal 0,1. Perbedaan troponin T
dengan troponin I:
a. Troponin T (TnT) dengan berat molekul 24.000 dalton, suatu komponen
inhibitorik yang berfungsi mengikat aktin.
b. Troponin I (TnI) dengan berat molekul 37.000 dalton yang berfungsi
mengikat tropomiosin.
2. EKG (T Inverted dan ST Depresi)
3. Echo Cardiografi  pada Pasien Non Stemi
4. Pemeriksaan Noninvasif
5. Pemeriksaan Invasif (Angiografi Koroner)
F. Penatalaksanaan Medis
1. Tindakan Umum
Pasien perlu perawatan di rumah sakit,sebaiknya di unit intensif koroner, pasien perlu
diistirahatkan (bed rest), diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin atau petidin
perlu pada pasien yang masih merasakan sakit dada walaupun sudah mendapat
nitrogliserin.
2. Terapi Medika Mentosa
1) Obat anti-iskemia :
a. Nitrat
b. β-blocker
c. antagonis kalsium
2) Obat anti-agregasi trombosit
a. Aspirin
b. Tiklopidin
c. Klopidogrel
d. Inhibitor glikoprotein IIb/IIIa
3. Terapi Non Medika Mentosa
1) Istirahat memungkinkan jantung memompa lebih sedikit darah (penurunan
volume sekuncup) dengan kecepatan yang lambat (penurunan kecepatan denyut
jantung). Hal ini menurukan kerja jantung sehingga kebutuhan oksigen juga
berkurang. Posisi duduk adalah postur yang dianjurkan sewaktu beristirahat.
Sebaliknya berbaring, meningkatkan aliran balik darah ke jantung sehingga terjadi
peningkatan volume diastolik akhir, volume sekuncup dan curah jantung.
2) Terapi oksigen untuk mengurangi kebutuhan oksigen jantung.
G. Pencegahan
1. Perubahan life style (termasuk berhenti merokok dan lain-lain), penurunan BB,
penyesuaian diet, olahraga teratur dan lain-lain.
2. Mengobati faktor predisposisi dan faktor pencetus : stress, emosi, hipertensi,
penyakit DM, hiperlipidemia, obesitas, anemia.
3. Menghindari bekerja pada keadaan dingin atau stres lain yang diketahui
mencetuskan serangan angina klasik pada seseorang.
4. Memberikan penjelasan perlunya melatih aktivitas sehari-hari sehingga untuk
meningkatkan kemampuan jantung agar dapat mengurangi serangan jantung.
H. Komplikasi
1. Infark miokardium (IM) adalah kematian sel-sel miokardium yang terjadi akibat
kekurangan oksigen yang berkepanjanga. Hal ini adalah respon letal terakhir
terhadap iskemia miokardium yang tidak teratasi. Sel-sel miokardium mulai mati
setelah sekitar 20 menit mengalami kekurangan oksigen. Setelah periode ini,
kemampuan sel untuk menghasilkan ATP secara aerobs lenyap dan sel tidak
memenuhi kebutuhan energinya.
2. Aritmia : Karena insidens PJK dan hipertensi tinggi, aritmia lebih sering didapat
dan dapat berpengaruh terhadap hemodinamik. Bila curah jantung dan tekanan
darah turun banyak, berpengaruh terhadap aliran darah ke otak, dapat juga
menyebabkan angina, gagal jantung.
3. Gagal Jantung : Gagal jantung terjadi sewaktu jantung tidak mampu memompa
darah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan oksigen dan nutrien tubuh. Gagal
jantung disebabkan disfungsi diastolik atau sistolik. Gagal jantung diastolik dapat
terjadi dengan atau tanpa gagal jantung sistolik. Gagal jantung dapat terjadi akibat
hipertensi yang lama (kronis). Disfungsi sistolik sebagai penyebab gagal jantung
akibat cedera pada ventrikel, biasanya berasal dari infark miokard.

DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. 2006. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Jakarta: FKUI.
American Heart Association. 2006. Heart and Stroke Facts: 2005 Statistical Supplement.
Dallas: American Heart Association.
American Heart Association. 2007. Management of Patients with Unstable Angina/Non-ST-
Elevation Myocardial Infrction. Dallas: American Heart Association.
Antman EM, Hand M, Armstrong PW, Bates ER, Green LA, Hochman JS, et al. 2008.
Focused update of the ACC/AHA 2004 guidelines for the management of patients with
ST-elevation myocardial infarction: a report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (51: 210–
247). J Am Coll Cardiol.
Corwin, E.J. 2001. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku patofisiologi. Edisi 3. EGC. Jakarta
Faqih, R.,. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Malang: UMM Press
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. 2010. 17th Edition
Harrison’s Principles of Internal Medicine. New South Wales: McGraw Hill.
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Levefer, J.,. (1997). Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan.  Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana
Sindrom Koroner Akut. Edisi Ketiga. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia.
Prasetyo, J., B.,. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
edisi V. dalam Farissa, Inne Pratiwi. 2012. Komplikasi Pada Pasien Infark Miokard
Akut St-Elevasi (STEMI) yang Mendapat Maupun tidak Mendapat Terapi
Reperfusi (Studi DiRSUP Dr.Kariadi Semarang). Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2012. Jakarta: Interna
Publishing

Autoanamnese : Alloanamnese √
:
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Nama Mahasiswa : Sutriani Tumewu

Nama Klien : Tn. S. S

Ruang/ Kamar : CVCB/ IMC Cardiologi Bed 4

No. Rekam Medis : 00452545

Tanggal Masuk RS : -04- 2021

Tanggal Pengkajian : 16-04-2021

Diagnosa Medik : Nstemi

I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. S. S
Umur : 51 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Jumlahanak : 2 orang
Agama/ suku : Islam
Warganegara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa daerah (Bolmong)
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat rumah : Inobonto, Bolaang timur

B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. D. M
Umur : 50 tahun
Alamat rumah : Inobonto, Bolaang timur

Hubungan dengan pasien : Istri

II. DATA MEDIK


Diagnosa Medik :
Saat masuk : UAP, Nstemi
Saat Pengkajian : Nstemi

III. KEADAAN UMUM


A. KEADAAN SAKIT
Pasien tampak sakit ringan/ sedang / berat / tidak tampak sakit

Alasan : Pasien tampak lemah dan mengeluh kelemahan tubuh


TANDA-TANDA VITAL

1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Composmentis
2. Tekanan Darah : 143/89 mmHg
MAP : 107 mmHg
Kesimpulan : Tekanan darah mengalami kenaikan
3. Nadi : 55 x/mnt
Irama : Teratur Tachycardi √ Bradicardi
Kuat Lemah
4. Suhu : 36,9 oC √ Temporal Axilla
5. Pernafasan : 22 x/mnt
Teratur Kusmaul Cheynes-
Irama : √
Stokes

Jenis : √ Dada Perut

B. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 160 cm
Berat badan : 89 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 23, 43
Kesimpulan : ONormal

C. GENOGRAM

Ket: : laki-laki
: perempuan

: Pasien

: Istri

: Meninggal

IV. PENGKAJIAN POLA KESEHATAN


D. POLA PERSEPSI KESEHATAN DAN PEMELIHARAAN KESEHATAN
Pasien mengatakan, bahwa pasien memeriksakan
1 Keadaan Sebelum sakit :
kesehatan hanya pada saat ada keluhan saja.

2 Riwayat penyakit saat ini :


a. Keluhan utama : Lemah badan
Pasien masuk rumah sakit, sekitar dua hari yang lalu
dengan keluhan nyeri dada sebelah kiri menjelar ke
punggung sbelah kiri, durasi sekitar 30 menit dan ditekan
tembus ke belakang. Nyeri dada membaik setelah
diberikan obat. Keluhan nyeri dada tidak disertai sesak
b. Riwayat keluhan utama : napas. Pasien terpasang CAD post PTCA pada agustus
2015. Dan klien saat dikaji mengalami kelemahan tubuh.
TTV: TD: 143/89 N: 55x/mnt R: 22 x/mnt SB: 36,9oc.
Saat dikaji pasien mengatakan masih mengalami
kelemahan tubuh, aktivitas yang dilakukan masih
terbatas.

Pasien memiliki riwayat hepatitis B dan CAD 3 VD post


Riwayatpenyakit yang :
PTCA 1 stent LAD. 1 stent LCX Agustus 2015 (In complete)
pernah di alami
Keluarga pasien mengatakan ada anggota keluarga yang
3 Riwayat Kesehatan keluarga :
mengalami penyakit yang sama dengan pasien.
4 Pemeriksaan Fisik :
a. Kebersihan rambut : Rambut beruban, tampak sedikit berminyak , bersih
b. Kulit Kepala : Tidak tampak lesi, tidak ada ketombe
c. Kebersihan kulit : Kulit kering, bersih
d. Hygiene rongga mulut : Kurang bersih
e. Kebersihan genitalia : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Kebersihan anus : Tidak dilakukan pemeriksaan

E. POLA NUTRISI DAN METABOLIK


Pasien mengatakan pasien makan normal, pasien makan tiga kali
1. Keadaan Sebelum sakit :
sehari yaitu nasi, lauk, dan sayur
Pasien mengatakan makan lebih dari 3 x tetapi porsi makan sediki-
2. Keadaan sejak sakit : sedikit tapi sering. Komposisi makan nasi dan lauk sesuai peraturan
dari ahli gizi.

3. Observasi :
PemeriksaanFisik
a. Keadaan rambut : Beruban tampak rambut kering
b. Hidrasi kulit : Kulit kering
c. Palpebrae : Conjungtiva tidak anemis
/ conjungtiva
d. Sklera : Sklera non ikterik
e. Hidung : Hidung bersih, tidak terdapat secret
f. Rongga mulut : Kurang bersih
g. Gigi : Jumlah gigi masih lengkap
h. Lidah : Kurang bersih
i. Pharing : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Kelenjar getah : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
bening
k. Kelenjar parotis : Tidak ada pembesaran
l. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Bayangan Vena : Tidak terdapat bayangan vena
Auskultasi : Peristaltik usus : x/mnt
Palpasi : Nyeri : Tidaka ada nyeri abdomen
Benjolan : Tidak ada benjolan
Perkusi : Ascites √Positif √Negatif
m. Kulit : Edema Positif √ Negatif
Icterik Positif √ Negatif
Terdapat luka dekubitus di
Tanda -tanda radang : daerah bokong. Luka
dekubitus tampak kemerahan
n. Lesi : Tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
CKMB 114 U/L, HBsAg Elisa (+) Reaktif, Netrofil Segmen 38, Limfosit
Laboratorium :
53, colestrol 218
USG : Tidak ada
Lain-lain :
5. Therapy : Aspiet 80 mg, Nitrokaf Retard, Ramipril 10mg, Spironokktone 25mg

F. POLA ELIMINASI
Tidak ada keluhan BAK dan BAB . BAB normal 1 kali per hari, BAK 5
1. Keadaan Sebelum sakit :
sampai 6 kali per hari

2. Keadaan sejak sakit : BAK: BAK normal 5-6 kali


BAB: Pasien mengatakan sulit BAB, sudah 4 hari belum BAB. Dan
BAB susah untuk dikeluarkan.

3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : Terdengar (+)
b. Palpasi kandung : Ascites Full blast √Normal
kemih
c. Nyeri ketuk ginjal : Positif √ Negatif
d Anus : Bersih
n. Lesi
Peradangan : Tidak ada peradangan
Hemorroid : Hemoroid tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
Laboratorium : Normal
USG : Tidak ada
Lain-lain :
5. Therapy :

G. POLA AKTIVITAS DAN LATIHAN


1. Keadaan Sebelum sakit : SMR: pasien dapat melakukan aktivitas harian secara mandiri

2. Keadaan sejak sakit : Saat sakit sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga.

3. Observasi
a. Aktivitas harian
Makan : 0 0 :mandiri
Mandi : 2
Pakaian : 2 1 :bantuan dengan alat
Kerapihan : 2
Buang air besar : 2 2 :bantuan orang
Buang air kecil : 2
Mobilisasi di : 0 3 :bantuan alat dan orang
Tempat tidur
b. Postur Tubuh : Tidak di kaji 4 :bantuan penuh
c. Gaya jalan : Tidak dikaji
d. Disabilitas anggota : Tidak dikaji
tubuh
4. Pemeriksaan Fisik :
a. CRT : >3 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Simetris kiri dan kanan
Sianosis : Tidak ada sianosis
Palpasi
Vocal Premitus : Positif
Perkusi

Batas hepar : Sonor Redup Pekak
Kesimpulan : Tidak ada kelainan bentuk thorax
Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : Normal, terdengar
Suara tambahan : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis : Cordis ictus tidak teraba
Perkusi
Batas atas : ICS II Sinistra
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V Linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ II Aorta : Terdengar
BJ II Pulmonal : Terdengar
BJ I Triskupid : Terdengar
BJ II Mitral : Terdengar
BJ II Irama :
Gallop
Murmur : Tidak terdengar
HR : 55x/mnt
d. Ekstremitas
Atrofi otot : Positif Negatif

Rentang gerak :
Kaku sendi : Adanya kekakuan sendi
Uji kekuatan otot
Atas Kiri : 1 2 3 4 √5
Atas Kanan : 1 2 3 4 √ 5
Bawah Kiri : 1 2 3 4 √ 5
Bawa kanan : 1 2 3 4 √5

Refleks patologi :
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : Negativ, tidak ada kelainan bentuk kaku jari-jari tangan atau kaki
akibat pembengkakan jaringan
Varises Tungkai : Tidak ada
Columna
e.
Vetebralis
Inspeksi
Kelainan :
Bentuk normal, tidak ada kelainan
bentuk
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
N. III – IV - VI : Tidak ada kelainan pada otot mata pasien
N. V Motorik : Pergerakan otot wajah normal
N. VII Motorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. VIII Romberg : Positif Negatif
Test
N.XI : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kaku kuduk : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan diagnostik :
Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lain-lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Therapy : Tidak dilakukan pemeriksaan

H. POLA TIDUR DAN ISTIRAHAT


Pasien mengatakan ,pasien tidur normal tidak ada gangguan , tidur
1. Keadaan Sebelum sakit :
dari jam 8 malam sampe jam 5 pagi

2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur, tidur 6-8 jam

3. Observasi :
Ekspresi wajah : Positif √ Negatif
mengantuk
Banyak menguap : Positif √ Negatif
Palpebra inferior gelap : Positif √ Negatif
4. Therapy :

I. POLA PERSEPSI KOGNITIF


Pasien berbicara dengan normal dapat merespon dengan tepat
1. Keadaan Sebelum sakit :
setiap pembicaraan

Pasien tidak menggunakan alat bantu penglihatan atau


2. Keadaan sejak sakit : pendengaran fungsi penciuman, penglihatan, perasa, pendengar,
pengecap tidak ada gangguan

3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : Tampak berwarna sedikit kuning
Visus : Penglihatan baik
Pupil : Refleks pupil Normal
Lensamata : Normal
b. Pendengaran
Kanalis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Membran : Tidak dilakukan pemeriksaan
Timpani
c. N I : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. N II : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. N V Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. N VII Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. N VIII Pendengaran : Tidak ada ganguan
4. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : ………………………………………………………………………………………………………..
Lain-lain : ………………………………………………………………………………………………………..
5. Therapy : ………………………………………………………………………………………………………..

J. POLA PERSEPSI DAN KONSEP DIRI

Pasien mengatakan tidak ada keluhan terkait keadaan dirinya,


selalu berusaha yang terbaik untuk dirinya, bangga dengan
1. Keadaan Sebelum sakit :
dirinya dan selalu memperhatikan penampilan

Pasien mengatakan ingin segera sembuh dari sakit yang


diderita, pasien juga tidak menyerah dengan keadaan
2. Keadaan sejak sakit :
penyakitnya dan selalu optimis untuk sembuh.

3. Observasi
a. Kontak mata : Ada kontak mata saat berbicara
b. Rentang Perhatian : Pasien memperhatikan setiap pembicaraan yang dibicarakan
c. Suara, cara bicara : Pasien bicara dengan baik, suara terdengar jelas
d. Postur Tubuh : Pasien duduk saat berbicara
4. PemeriksaanFisik
a. Kelainan Kongenital : Tidak ada kelaianan
b. Abdomen
Bentuk : Simetris
Bayangan Vena : -
Benjolan massa : Tidak terdapat benjolan
c. Kulit (Masalah : Kulit bersih, tidak terdapat luka
Kulit)
d. Penggunaan Protesa : -

K. POLA PERAN DAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA


Pasien mngatkan sebelum sakit memiliki hubungan baik dengan
1. Keadaan Sebelum sakit : semua anggota keluarga dan masyarakat sekitar. Keluarga pasien
mengatakan pasien suka bersosialisasi

Pasien mengatakan tetap harmonis dengan keuarga dengan orang


2. Keadaan sejak sakit :
sekitar
Pasien tampak akur dengan anggota keluarga dan lingkungan
3. Observasi :
sekitar

L. POLA REPRODUKSI DAN SEKSUALITAS


1. Keadaan Sebelum sakit : Tidak dikaji

2. Keadaan sejak sakit : Tidak dikaji

3. Observasi :

4. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium :
Lain-lain :
5. Therapy :

M. POLA MEKANISME KOPING DAN TOLERANSI TERHADAP STRES


Pasien mengatakan jika menghadapi masalah berusaha untuk
1. Keadaan Sebelum sakit :
menyelesaikannya dan tidak lari dari maslah.

Pasien mengatakan kalau ada maslah dan saat menghadapi


2. Keadaan sejak sakit :
masalah selalu berusaha menyelesaikannya

3. Observasi : Pasien tampak bersemangat

4. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
Berbaring : 140/80 mmHg
HR : 20x/mnt
Kulit
Keringat dingin : Akral teraba hangat
5. Therapy : -

N. POLA SISTEM NILAI KEPERCAYAAN


Pasien mengatakan pasien beragama muslim. ,pasien sangat raji
1. Keadaan Sebelum sakit :
beribadah,dan selalu percaya akan Tuhan

2. Keadaan sejak sakit : Pasien tetap berserah kepada Tuhan

3. Observasi : Pasien tampak besemangat

1. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal:

Jenis Pemeriksaan Hasil Rujukan Satuan


Hematologi
Rutin:
Leukosit 7.9 4.0 – 10.0 Ribu/µL
Eritrosit 4.58 4,70 – 6.10 Juta/µL
Hemoglobin 13.2 13,0 – 16,5 gr/dL
Hematokrit 38.3 39.0 – 51.0 %
MCH 28.8 27,0 – 35, 0 pg
MCHC 34.5 30,0 – 40,0 dL
Trombosit 250 150 – 450 ribu/dL
001 Eosinofil 2 1-5 %
002 Basofil 0 0-1 %
003 Netrofil Batang 1 2-8 %
004 Netrofil Segmen 43 50-70 %
005 Limfosit
006 Monosit 45 20-40 %
MCV 9 2-8 %
83.6 80.0-100.0 FL

KIMIA KLINIK
SGOT 42 <33 U/L
SGPT 23 <43 U/L
Ureum Darah 27 10-40 mg/dL
Creatinin Darah 1.0 0.5-1.5 mg/dL
Gula Darah Sewaktu 105 70-140 mg/dL
CK Total (CKT) 172 26-190 U/L
CKMB 114 0-24 U/L
Chlorida Darah 106.3 98.0-109.0 mEq/L
Kalium Darah 4.54 3.50-5.30 mEq/L
Natrium Darah 116 135-153 mEq/L
Tromponin T <50 <50 ng/L

IMUNOLOGI
Anti HCV Kualitatif Non Reaktif
HBsAg Elisa (+) Reaktif
Anti HIV (Elisa) Non Reaktif

2. Program Terapi
Nama Obat/Terapi Cara Pemberian Dosis

Pamipril PO 10gr
Spironulakton PO 25gr
Surcalfat PO 15gr
Clidorel PO 75gr
Cartylo PO 80gr
Atorvastatin PO 40gr
Aspiet PO 80gr
Nitrokaf retard PO

Manado, 15 April 2021

Mahasiswa Yang Mengkaji


(Sutriani Tumewu & Silfilia Simbala)

Analisa Data

Data Etiologi Masalah


Subjektif: Kelemahan Intoleransi
- Pasien mengatakan merasakan Aktivitas
lemah
- Pasien mengatakan aktivitas
sebagian masih di bantu oleh
keluarga
- Pasien mangatakan belum bisa
beraktivitas yang berlebih
- Pasien mengatakan tidak nyaman
jika beraktivitas

Objektif:
- TTV :
TD: 145/80 mmHg

Subjektif: Lingkungan Ketidakpatuhan


- Pasien mengatakan menolak untuk Tidak
mengikuti anjuran, dengan Terapeutik
berperilaku merokok karena faktor
lingkungan dan faktor
ketergantungan.
Objektif:
- Perilaku pasien tidak mengikuti
program perawatan
- Perilaku pasien masih
mengonsumsi makanan yang
berlemak/ berminyak

B. Diagnosa Keperawatan

1. Intoleransi Aktivitas b/d Kelemahan ditandai dengan :


DS :
- Pasien mengatakan merasakan lemah
- Pasien mengatakan aktivitas sebagian masih di bantu oleh keluarga
- Pasien mangatakan belum bisa beraktivitas yang berlebih
- Pasien mengatakan tidak nyaman jika beraktivitas
DO :
- TTV :
- TD: 145/80 mmHg

2. Ketidakpatuhan b/d Lingkungan Tidak Terapeutik ditandai dengan :


DS :
- Pasien mengatakan menolak untuk mengikuti anjuran, dengan berperilaku
merokok karena faktor lingkungan dan faktor ketergantungan.
DO :
- Perilaku pasien tidak mengikuti program perawatan
- Perilaku pasien masih mengonsumsi makanan yang berlemak/ berminyak
C. Intervensi

No SDKI SLKI SIKI


1 Intolersi aktivitas b.d kelemahan Setelah dilakukan tindakan Terapi aktivitas (I.05186)
keperawatan selama 2x8 jam di Observasi
harapkan - identifikasi strategi menigkatkan
- kemudahan dalam partisipasi dalam aktivitas
melakukan aktivitas Terapeutik
sehari-hari meningkat - koordinasikan pemilihan aktivitas
- keluhan Lelah menurun sesuai usia
- tekanan darah membaik - fasilitas aktivitas fisik rutin seperti
mobilisasi dan perawatan diri sesuai
kebutuhan
- jadwalkan aktivitas dalam kehidupan
sehari-hari
- berikan penguatan positif dalam
aktivitas
Edukasi
- Jelaskan metode aktivitas fisik sehari-
hari
Kolaborasi
- Kolaborasi dengan terapis okupasi
dalam merencanakan dan memonitor
program aktivitas jika sesuai
2 Ketidakpatuhan b.d lingkungan tidak Setelah dilakukan tindakan Promosi Kesadaran Diri (I.09311)
terapeutik keperawatan selama 2x8 jam di Observasi
harapkan - Identifikasi respons yang ditunjukkan
- Verbalisisa mengikuti berbagai situasi
anjuran Terapeutik
- Perilaku menjalankan - diskusikan tentang pikiran, perilaku
anjuran membaik atau respons terhadap kondisi
- diskusikan penyakit pada konsep diri
- ungkapkan penyengkalan tentang
kenyataan
Edukasi
- anjurkan mengubah pandangan diri
sebagai pasien
- anjurkan mengevaluasi kembali
persepsi negativ tentang diri
- anjarkan cara membuat prioritas
hidup
D. Catatan Perkembangan

No Diagnosa Keperawatan Tanggal/Ja Implementasi Evaluasi


m

1 Intoleransi Aktivitas b/d Sabtu, 17 S:


Kelemahan ditandai dengan : April 2021 - Klien mengatakan sudah
bisa beraktivitas, berjalan
10.00 Mengidentifikasi devicit aktivitas Tn. dan juga mandi walaupun
DS : masih di awasi
S. S dan memonitor lingkungan
H : saat ini Tn. S. S sudah mulai pergi - Klien mengatakan sudah
- Pasien mengatakan ke toilet sendirian, tapi tetap dipantau tidak lemah lagi
merasakan lemah oleh keluarga. Pencahayaan diruangan - Klien mengatakan akan
IMC Cardiologi baik, ruangan tenang memperhatikan
- Pasien mengatakan perawatan diri sehari-hari
dan nyaman semua dalam keadaan
aktivitas sebagian masih steril dan keluarga ganya dapat masuk
O:
1 orang saja.
di bantu oleh keluarga
- Klien tampak mengerti
- Pasien mangatakan 10.35 Mengfasilitas perawatan diri sesuai setiap anjuran yang
belum bisa beraktivitas kebutuhan diberikan
H : Pasien dilakukan tindakan pagi - Klien tampak lebih segar
yang berlebih yaitu mandi dan membersihkan - Klien tampak mulai
- Pasien mengatakan tidak anggota tubuh, sesekali masih dibantu beraktivitas mandiri
oleh keluarga
nyaman jika beraktivitas A : masalah teratasi dilihat dari
Memberikan penguatan positif dalam pasien dalam melakukan
DO : 11.00 aktivitas aktivitas sehari-hari, keluhan
H : Pasien tampak mendengarkan, dan Lelah menurun
- TTV : merespon dengan baik setiap
TD: 145/80 mmHg penguatan yang diberikan
P : Hentikan Intervensi

2 Ketidakpatuhan b/d Lingkungan Sabtu, 17 S:


Tidak Terapeutik ditandai April 2021 - Pasien mengatakan akan
memperhatikan kondisi
dengan Mendiskusikan penyakit pada konsep
12.00 kesehatannya
diri
- Pasien mengatakan akan
DS : H : Pasien mengetahui penyakitnya,
melakukan setiap anjuran
namun masih malakukan perilaku
hidup yang tidak sehat, seperti yang disampaikan
- Pasien mengatakan
merokok, makan makanan yang - Pasien mengatakan akan
menolak untuk berhenti untuk
berminyak
mengikuti anjuran, mengkonsumsi makan
12.35 Menganjurkan dan mengevaluasi yang berminyak dan juga
dengan berperilaku
kembali persepsi negativ tentang diri merokok
merokok karena faktor H : Mengedukasi pasien untuk
lingkungan dan faktor memperhatikan kondisi kesehatan saat O:
ini, dan menjelaskan penyebab jika
ketergantungan. tidak melakukan setiap anjuran yang - Pasien tampak mengerti
disampaikan dokter/perawat dan memahami setiap
DO : anjuran yang diberikan
- Pasien tampak tertawa
- Perilaku pasien tidak - Pasien tanpak Kooperatif
mengikuti program
A : masalah teratasi dilihat dari
perawatan perilaku menjalankan anjuran
- Perilaku pasien masih membaik

mengonsumsi makanan P : Hentikan Intervensi


yang berlemak/
berminyak
JURNAL READING
Judul: HUBUNGAN PERILAKU MEROKOK DENGAN KEJADIAN NSTEMI DAN STEMI PADA
PASIEN PJK DI RSUD SIDOARJO
No Problem Intervensi Comparison Outcome
1. Perilaku merokok dapat Tidak terdapat intervensi dalam Tidak terdapat jurnal Hasil: Berdasarkan hasil ini
meningkatkan kadar jurnal ini. pembanding dalam penelitian ini menujukkan terdapat
lemak LDL dalam tubuh. kuesioner perilaku merokok dan hubungan antara perilaku
LDL akan menumpuk rekam medis dokter. merokok dengan kejadian
pada pembuluh darah NSTEMI dan STEMI. Hipotesis NSTEMI dan STEMI di
arteri hingga terjadi plak dari penelitian ini adalah ada RSUD Sidoarjo ρ = 0,011
arteriosklerosis. NSTEMI hubungan antara perilaku (ρ < 0,05) dengan
terjadi diawali dengan merokok dengan kejadian kekuatan hubungan sedang
adanya plak yang tidak NSTEMI dan STEMI pada pasien (0,406). Implikasi dari
stabil. STEMI terjadi jika PJK di RSUD Sidoarjo. penelitian ini menujukkan
aliran darah koroner Semakin banyak rokok
menurun secara yang dikonsumsi, maka
mendadak karena adanya resiko terjadinya NSTEMI
arteriosklerotik. dan STEMI akan semakin
Penelitian ini bertujuan berisiko. Sehingga
mengindentifikasi diharapkan pasien PJK
hubungan perilaku berhenti merokok dan
merokok dengan kejadian mengatur gaya hidup sehat
NSTEMI dan STEMI melalui olahraga dan pola
pada pasien PJK. makan yang sehat.
Desain penelitian ini Kesimpulan: Berdasarkan
mengggunakan hasil penelitian mengenai
rancangan penelitian hubungan antara perilaku
obsevasional korelasi merokok dengan kejadian
dengan variabel NSTEMI dan STEMI pada
independent yaitu pasien PJK di RSUD
perilaku merokok dan Sidoarjo, maka dapat
variabel dependent diambil simpulan dan
adalah kejadian NSTEMI saran sebagai berikut :
dan STEMI dengan Perilaku merokok pasien
populasi sampel 68 PJK di RSUD Sidoarjo
responden. Sampel yang mayoritas besar
diambil dengan adalah perilaku merokok
purposive sampling berat. Mayoritas kejadian
didapatkan 38 responden. NSTEMI dan STEMI di
Pengumpulan data RSUD Sidoarjo didapatkan
menggunakan kuesioner hasil kejadian STEMI
untuk perilaku merokok yang paling dominan.
dan data rekam medis Perilaku merokok
untuk variabel kejadian memiliki hubungan dengan
NSTEMI dan STEMI kejadian NSTEMI dan
STEMI pada pasien PJK
dengan kekuatan hubungan
sedang (0,0406) maka
semakin banyak rokok
yang dikonsumsi maka
resiko terjadinya NSTEMI
dan STEMI semakin besar.

SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)

1) Pokok Bahasan : KMB


2) Subpokok Bahasan : NSTEMI
3) Sasaran : Klien TN S.S dan keluarga
4) Waktu : 25 menit
5) Tempat : RSUP Prof Dr. R. D Kandou Manado
6) Hari/Tanggal : Sabtu 17 april 2021
7) Tujuan Penyuluhan :
a. Tujuan Instruksional Umum/TIU :
Setelah mendengar penyuluhan, pasien memahami tentang penyakin NSTEMI
b. Tujuan Instruksional Khusus/TIK :
pasien akan dapat:
- Menjelaskan pengertian NSTEMI.
- Menyebutkan gejala atau manifestasi klinis dari NSTEMI
- Menyebutkan factor yang dapat memicu timbulnya NSTEMI
- Menyebutkan cara untuk mencegah penyakit NSTEMI
- Menjelaskan tindakan yang harus dilakukan bila anggota keluarga menunjukkan gejala NSTEMI
8) Materi :
- Pengertian NSTEMI
- Gejala penderita NSTEMI
- Faktor pemicu munculnya NSTEMI
- Cara mencegah penyakit NSTEMI
- Tindakan yang harus dilakukan bila anggota keluarga menunjukkan gejala NSTEMI
9) Kegiatan                    :

No Langkah- Waktu Kegiatan Penyuluh Kegiatan Sasaran


langkah
1. Pendahuluan 2 menit a.      Memberi  salam a.      Menjawab
salam
b.      Memperkenalkan diri
b.      Menjawab
c.       Menjelaskan maksud dan tujuan pertanyaan

2. Penyajian 10 menit a.      Menjelaskan pengertian NSTEMI Mendengarkan


. dengan seksama

b.      Menyebutkan gejala atau
manifestasi klinis dari NSTEMI

c.       Menyebutkan factor yang dapat


memicu timbulnya NSTEMI

d.      Menyebutkan cara untuk


mencegah penyakit NSTEMI

e.      Menjelaskan tindakan yang harus


dilakukan bila anggota keluarga
menunjukkan gejala NSTEMI
3. Evaluasi 8 menit a.      Tanya jawab Partisipasi aktif

b.      Menanyakan kembali

c.       Postest

4. Penutup 5 menit a.      Meminta/memberi saran dan a.      Memberi  saran


kesimpulan
b.      Menjawab
b.      Memberi salam salam

10) Metode : Ceramah dan Tanya jawab


11) Media : leflet
12) Evaluasi Pertanyaan :
- Jelaskan pengertian NSTEMI.
- Sebutkan gejala atau manifestasi klinis dari NSTEMI
- Sebutkan factor yang dapat memicu timbulnya NSTEMI
- Sebutkan cara untuk mencegah penyakit NSTEMI
- Jelaskan tindakan yang harus dilakukan bila anggota keluarga menunjukkan gejala NSTEMI

Materi Penyuluhan

1) Pengertian NSTEMI
NSTEMI (Non- ST elevation myocardial infarction) adalah salah satu jenis penyakit jantung yang terjadi akibat penurunan suplai O2
atau kelebihan suplai O2 pada jantung yang diperparah dengan obstruksi koroner.
2) Gejala penderita NSTEMI
- Nyeri dada yang dilukiskan sebagai:
- Sesak
- Nyeri menjalar ke tangan kiri, kedua tangan dan atau ke dagu.
- Nyeri kemungkinan diikuti dengan:
- Berkeringat,
- Napas pendek
- Mual dan munta
- Pusing
3) Faktor pemicu munculnya NSTEMI
- Riwayat hipertensi
- Merokok
- Konsumsi kafein (kopi) berlebihan
- Minuman beralkohol, dsb
4) Cara mencegah penyakit NSTEMI
- Atur pola makan
- Hindari makanan yang menggandung banyak garam
- Hindari merokok dan asap rokok
- Olahraga yang teratur
5) Tindakan yang harus dilakukan bila anggota keluarga menunjukkan gejala NSTEMI
- Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis.
- Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi.
- Transportasi pasien ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih.

NSTEMI
Penyebab Non STEMI

 Adanya timbunan – lemak


(aterosklerosis) dalam pembuluh
darah akibat konsumsi
kolesterol tinggi
 Sumbatan (trombosis) oleh sel
beku darah (trombus)
 Vasokontriksi atau penyempitan
Kelompok 2
. pembuluh darah akibat kejang
Apakah NSTEMI itu ?
Sutriani Tumewu yang terus menerus.
NSTEMI adalah
Filsilia Simbala penyumbatan pembuluh  Infeksi pada pembuluh darah
darah jantung sehingga
jantung kehilangan suplai
darah dari oksigen
Faktor Resiko Non
STEMI
1. Hipertensi
2. Kolesterol Pencegahan terjadinya NSTEMI
3. Kelebihan berat
a. Hindari : merokok, stress
badan atau
mental, alkohol, kegemukan,
obesitas
komsumsi garam berlebihan,
Cara Memberikan Pertolongan
obat-obatan kokain dan
Tanda dan Gejala Non STEMI Pertama di Rumah Pada pasien
sejenisnya.
NSTEMI
a. Nyeri di tengah dada b. Kurangi makanan yang banyak

b. Nyeri seperti rasa ditekan, rasa kolesterol dan berlemak a. Pasien harus duduk beristirahat
diremas-remas c. Anjurkan gizi yang seimbang dan berusaha tetap tenang.
c. Nyeri menjalar ke leher, lengan dan berolahraga yang teratur Longgarkan semua pakaian.
kiri,dan kanan serta ulu hati, d. Kurangi berat badan apabila b. Jika sudah pernah diresepkan obat
d. Nyeri terasa terbakar obesitas dan overweight nitrogliserin sebelumnya oleh
e. Sesak napas e. Kurangi stress dokter, segera berikan. Caranya
f. keringat dingin f. Rutin cek tensi pemberiannya dengan meletakkan
Peran keluarga ketika pasien di
rawat di rumah sakit.

h. Keluarga memberikan support


kepada pasien agar pasien tetap
semangat
i. Mengendalikan stres,
j. Mematuhi dan menghormati

Anda mungkin juga menyukai