Laporan Pendahuluan dan Asuhan Keperawatan Pada Tn. S. S Dengan kasus NSTEMI
Nim: 20014104031
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
NSTEMI
A. Definisi NSTEMI
Sindrome koroner akut merujuk pada suatu spektrum dari prsentsai klinis, mulai dari
infsrk miokard dengan ST elevasi (STEMI) hingga infark miokard tidak disertai ST
elevasi (NSTEMI) atau angina tidak stabil (Coven, 2011).
SKA merupakan istilah yang digunakan untuk menunjukkan salah satu dari tiga
manifestasi klinis dari penyakit arteri coroner (Jones & Fix, 2009) :
- Angina tak stabil
- IM tanpa elevasi ST
- IM dengan elevasi ST
Angina tak stabil dan NSTEMI mempunyai patogenesis dan presentasi klinik yang sama,
hanya berbeda dalam derajatnya. Bila ditemui penanda biokimia nekrosis miokard
(peningkatan troponin I, troponin T, atau CK-MB) maka diagnosis adalah NSTEMI;
sedangkan bila penanda biokimia ini tidak meninggi, maka diagnosis adalah APTS (Idrus
Alwi, 2006).
NSTEMI adalah IMA yang disebabkan penurunan suplai oksigen atau peningkatan
kebutuhan oksigen jantung yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi
karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi koroner. Trombosisi ini diawali dengan
adanya ruptur plak yang tidak stabil dan biasanya plak tersebut mempunyai inti lipid yang
besar, densitas otot polos yang rendah, fibrosus cap yang tipis, dan konsentrasi jaringan
yang tinggi. (Corwin, 2001). NSTEMI adalah adanya ketidakseimbangan antara
pemintaan dan suplai oksigen ke miokardium terutama akibat penyempitan arteri koroner
akan menyebabkan iskemia miokardium local. Iskemia yang bersifat sementara akan
menyebabkan perubahan reversible pada tingkat sel dan jaringan. Pada NStemi gambaran
EKG tidak ditemukn adanya elevasi pada segmen ST (Sylvia,2006).
Infark miokard adalah kematian jaringan miokard yang diakibatkan oleh kerusakan aliran
darah koroner miokard (Carpenito, 2001). Infark miocard akut (IMA) merupakan
gangguan aliran darah ke jantung yang menyebabkan sel otot jantung mati. Aliran darah di
pembuluh darah terhenti setelah terjadi sumbatan koroner akut, kecuali sejumlah kecil
aliran kolateral dari pembuluh darah di sekitarnya. Daerah otot di sekitarnya yang sama
sekali tidak mendapat aliran darah atau alirannya sangat sedikit sehingga tidak dapat
mempertahankan fungsi otot jantung, dikatakan mengalami infark (Guyton & Hall, 2007).
IMA diklasifikasikan berdasarkan EKG 12 lead dalam dua kategori, yaitu ST-elevation
infark miocard (STEMI) dan non ST-elevation infark miocard (NSTEMI). STEMI
merupakan oklusi total dari arteri koroner yang menyebabkan area infark yang lebih luas
meliputi seluruh ketebalan miokardium, yang ditandai dengan adanya elevasi segmen ST
pada EKG. Sedangkan NSTEMI merupakan oklusi sebagian dari arteri koroner tanpa
melibatkan seluruh ketebalan miokardium, sehingga tidak ada elevasi segmen ST pada
EKG.
Berdasarkan lapisan otot yang terkena :
- Transmural yaitu mengenai seluruh bagian ketebalan dinding ventrikel
bersangkutan
- Subendokardial yaitu mengenai sebagian dalam miokardium
Berdasarkan tempat oklusinya :
- Anterior mengenai desendens anterior kiri
- Posterior mengenai sirkumfleksa kiri
- Inferior mengenai koronaria kanan
B. Etiologi dan Faktor Resiko
NSTEMI disebabkan oleh penurunan suplai oksigen dan peningkatan kebutuhan oksigen
miokard yang diperberat oleh obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena thrombosis akut
atau proses vasokonstriksi koroner, sehingga terjadi iskemia miokard dan dapat
menyebabkan nekrosis jaringan miokard dengan derajat lebih kecil, biasanya terbatas pada
subendokardium. Keadaan ini tidak dapat menyebabkan elevasi segmen ST, namun
menyebabkan pelepasan penanda nekrosis (Idrus Alwi, 2006).
Penyebab paling umum adalah penurunan perfusi miokard yang dihasilkan dari
penyempitan arteri koroner disebabkan oleh thrombus non occlusive yang telah
dikembangkan pada plak aterosklerotik terganggu. Penyempitan abnormal dari arteri
koroner mungkin juga bertanggung jawab.
1. Faktor resiko yang tidak dapat dirubah:
a. Usia
Angka morbiditas dan mortalitas penyakit SKAmeningkat seiring pertambahan
usia. Sekitar 55% korban serangan jantung berusia 65 tahun atau lebih dan
yang meninggal empat dari lima orang berusia di atas 65 tahun. Mayoritas
berada dalam resiko pada masa kini merupakan refleksi dari pemeliharaan
kesehatan yang buruk di masa lalu.
b. Jenis kelamin
Pria memiliki resiko yang lebih untuk terserang SKA, sedangkan pada wanita
resiko lebih besar setelah masa menopause. Peningkatan pada wanita setelah
menopause terjadi akibat penurunan kadar estrogen dan peningkatan lipid
dalam darah.
c. Riwayat keluarga
Tingkat faktor genetika dan lingkungan membantu terbentuknya
atherosklerosis belum diketahui secara pasti. Tendensi atherosklerosis pada
orang tua atau anak dibawah usia 50 tahun ada hubungan terjadinya sama
dengan anggota keluarga lain.
d. Suku bangsa
Orang Amerika kulit hitam memiliki resiko lebih tinggi dibandinkan dengan
kulit putih, hal ini dikaitkan dengan penemuan bahwa 33% orang Amerika
kulit hitam menderita hipertensi dibandingkan dengan kulit putih.
2. Faktor resiko yang dapat dirubah:
a. Merokok
Perokok memiliki resiko 2 sampai 3 kali untuk meninggal karena SKA
daripada yang bukan perokok. Resiko juga bergantung dari berapa banyak
rokok per hari, lebih banyak rokok lebih tinggi pula resikonya. Hal ini
dikaitkan dengan pengaruh nikotin dan kandungan tinggi dari monoksida
karbon yang terkandung dalam rokok. Nikotin meningkatkan beban kerja
miokardium dan dampak peningkatan kebutuhan oksigen. Karbon monoksida
menganggu pengangkutan oksigen karena hemoglobin mudah berikatan
dengan karbon monoksida daripada oksigen.
b. Hiperlipidemia
Kadar kolesterol dan trigliserida dalam darah terlibat dalam transportasi,
digesti, dan absorbs lemak. Seseorang yang memiliki kadar kolesterol
melebihi 300 ml/dl memiliki resiko 4 kali lipat untuk terkena SKA
dibandingkan yang memiliki kadar 200 mg/dl. Diet yang mengandung lemak
jenuh merupakan faktor utama yang menimbulkan hiperlipidemia.
c. Diabetes mellitus
Aterosklerosis diketahui berisiko 2 sampai 3 kali lipat pada diabetes tanpa
memandang kadar lipid dalam darah. Predisposisi degenerasi vaskuler terjadi
pada diabetes dan metabolisme lipid yang tidak normal memegang peranan
dalam pertumbuhan atheroma.
d. Hipertensi
Peningkatan resisten vaskuler perifer meningkatkan afterload dan kebutuhan
ventrikel, hal ini mengakibatkan kebutuhan oksigen untuk miokard untuk
menghadapi suplai yang berkurang.
e. Obesitas
Berat badan yang berlebihan berhubungan dengan beban kerja yang
meningkat dan juga kebutuhan oksigen untuk jantung. Obesitas berhubungan
dengan peningkatan intake kalori dan kadar low density lipoprotein.
f. Inaktifitas fisik
Kegiatan gerak dapat memperbaiki efisiensi jantung dengan cara menurunkan
kadar kecepatan jantung dan tekanan darah. Dampak terhadap fisiologis dari
kegiatan mampu menurunkan kadar kepekatan rendah dari lipid protein,
menurunkan kadar glukosa darah, dan memperbaiki cardiac output.
g. Stres psikologis berlebihan
Stres merangsang sistem kardiovaskuler melepaskan katekolamin yang
meningkatkan kecepatan jantung dan menimbulkan vasokontriksi
C. Patofisiologi
Non ST elevation myocardial Infarction (NSTEMI) dapat disebabkan oleh penurunan
suplai oksigen dan atau peningkatan kebutuhan oksigen miokard yang diperberat oleh
obstruksi koroner. NSTEMI terjadi karena trombosis akut atau proses vasokonstriksi
koroner. Trombosis akut pada arteri koroner diawali dengan adanya ruptur plak yang tidak
stabil (Corwin, Elizabeth 2009).
Plak yang tidak stabil ini biasanya mempunyai inti lipid yang besar, densitas otot polos
yang rendah, fibrous cap yang tipis dan konsentrasi faktor jaringan yang tinggi. Inti lemak
yang cenderung ruptur mempunyai konsentrasi ester kolesterol dengan proporsi asam
lemak tak jenuh yang tinggi. Pada lokasi ruptur plak dapat dijumpai sel makrofag dan
limfosit T yang menunjukkan adanya proses inflamasi. Sel-sel ini akan mengeluarkan
sitokin proinflamasi seperti TNF α , dan IL-6. Selanjutnya IL-6 merangsang pengeluaran
hsCRP di hati.
D. Manifestasi Klinis STEMI
1. Nyeri Dada
Nyeri yang lama yaitu minimal 30 menit, sedangkan pada angina kurang dari itu.
Disamping itu pada angina biasanya nyeri akan hilang dengan istirahat akan tetapi
pada infark tidak. Nyeri dan rasa tertekan pada dada itu bisa disertai dengan keluarnya
keringat dingin atau perasaan takut. Biasanya nyeri dada menjalar ke lengan kiri,
bahu, leher sampai ke epigastrium, akan tetapi pada orang tertentu nyeri yang terasa
hanya sedikit. Hal tersebut biasanya terjadi pada manula, atau penderita DM berkaitan
dengan neuropathy.
2. Sesak Nafas
Sesak nafas bisa disebabkan oleh peningkatan mendadak tekanan akhir diastolik
ventrikel kiri, disamping itu perasaan cemas bisa menimbulkan hiperventilasi. Pada
infark yang tanpa gejala nyeri, sesak nafas merupakan tanda adanya disfungsi
ventrikel kiri yang bermakna.
3. Gejala Gastrointestinal
Peningkatan aktivitas vagal menyebabkan mual dan muntah, dan biasanya lebih sering
pada infark inferior, dan stimulasi diafragma pada infak inferior juga bisa
menyebabkan cegukan.
4. Gejala Lain
Termasuk palpitasi, rasa pusing atau sinkop dari aritmia ventrikel dan gelisah
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, Idrus. 2006. Infark Miokard Akut dengan Elevasi ST. Dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Jilid III. Jakarta: FKUI.
American Heart Association. 2006. Heart and Stroke Facts: 2005 Statistical Supplement.
Dallas: American Heart Association.
American Heart Association. 2007. Management of Patients with Unstable Angina/Non-ST-
Elevation Myocardial Infrction. Dallas: American Heart Association.
Antman EM, Hand M, Armstrong PW, Bates ER, Green LA, Hochman JS, et al. 2008.
Focused update of the ACC/AHA 2004 guidelines for the management of patients with
ST-elevation myocardial infarction: a report of the American College of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (51: 210–
247). J Am Coll Cardiol.
Corwin, E.J. 2001. Handbook of pathophysiology. Alih bahasa : Pendit, B.U. Jakarta: EGC;
Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku saku patofisiologi. Edisi 3. EGC. Jakarta
Faqih, R.,. (2006). Asuhan Keperawatan Pada Klien dengan Gangguan Sistem
Kardiovaskuler. Malang: UMM Press
Fauci, Braunwald, Kasper, Hauser, Longo, Jameson, Loscalzo. 2010. 17th Edition
Harrison’s Principles of Internal Medicine. New South Wales: McGraw Hill.
Guyton AC, Hall JE. 2007. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC.
Levefer, J.,. (1997). Buku Saku Pemeriksaan Laboratorium dan Diagnostik dengan Implikasi
Keperawatan. Jakarta: EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia. 2015. Pedoman Tatalaksana
Sindrom Koroner Akut. Edisi Ketiga. Jakarta: Perhimpunan Dokter Spesialis
Kardiovaskular Indonesia.
Prasetyo, J., B.,. (2003). Ilmu Penyakit Jantung. Surabaya: Airlangga University.
Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, dkk. 2010. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II
edisi V. dalam Farissa, Inne Pratiwi. 2012. Komplikasi Pada Pasien Infark Miokard
Akut St-Elevasi (STEMI) yang Mendapat Maupun tidak Mendapat Terapi
Reperfusi (Studi DiRSUP Dr.Kariadi Semarang). Program Pendidikan Sarjana
Kedokteran Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro 2012. Jakarta: Interna
Publishing
Autoanamnese : Alloanamnese √
:
FORMAT PENGKAJIAN KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH
I. IDENTITAS
A. PASIEN
Nama Initial : Tn. S. S
Umur : 51 Tahun
Status perkawinan : Kawin
Jumlahanak : 2 orang
Agama/ suku : Islam
Warganegara : Indonesia
Bahasa yang digunakan : Bahasa daerah (Bolmong)
Pendidikan : SD
Pekerjaan : Petani
Alamat rumah : Inobonto, Bolaang timur
B. PENANGGUNG JAWAB
Nama : Ny. D. M
Umur : 50 tahun
Alamat rumah : Inobonto, Bolaang timur
1. Kesadaran
Skala Coma Glasgow
a. Respon Motorik : 6
b. Respon Bicara : 5
c. Respon Membuka Mata : 4
Jumlah : 15
Kesimpulan : Composmentis
2. Tekanan Darah : 143/89 mmHg
MAP : 107 mmHg
Kesimpulan : Tekanan darah mengalami kenaikan
3. Nadi : 55 x/mnt
Irama : Teratur Tachycardi √ Bradicardi
Kuat Lemah
4. Suhu : 36,9 oC √ Temporal Axilla
5. Pernafasan : 22 x/mnt
Teratur Kusmaul Cheynes-
Irama : √
Stokes
B. PENGUKURAN
Tinggi Badan : 160 cm
Berat badan : 89 kg
Indeks Massa Tubuh (IMT) : 23, 43
Kesimpulan : ONormal
C. GENOGRAM
Ket: : laki-laki
: perempuan
: Pasien
: Istri
: Meninggal
3. Observasi :
PemeriksaanFisik
a. Keadaan rambut : Beruban tampak rambut kering
b. Hidrasi kulit : Kulit kering
c. Palpebrae : Conjungtiva tidak anemis
/ conjungtiva
d. Sklera : Sklera non ikterik
e. Hidung : Hidung bersih, tidak terdapat secret
f. Rongga mulut : Kurang bersih
g. Gigi : Jumlah gigi masih lengkap
h. Lidah : Kurang bersih
i. Pharing : Tidak dilakukan pemeriksaan
j. Kelenjar getah : Tidak ada pembesaran, tidak ada nyeri
bening
k. Kelenjar parotis : Tidak ada pembesaran
l. Abdomen :
Inspeksi : Bentuk : Simetris
Bayangan Vena : Tidak terdapat bayangan vena
Auskultasi : Peristaltik usus : x/mnt
Palpasi : Nyeri : Tidaka ada nyeri abdomen
Benjolan : Tidak ada benjolan
Perkusi : Ascites √Positif √Negatif
m. Kulit : Edema Positif √ Negatif
Icterik Positif √ Negatif
Terdapat luka dekubitus di
Tanda -tanda radang : daerah bokong. Luka
dekubitus tampak kemerahan
n. Lesi : Tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
CKMB 114 U/L, HBsAg Elisa (+) Reaktif, Netrofil Segmen 38, Limfosit
Laboratorium :
53, colestrol 218
USG : Tidak ada
Lain-lain :
5. Therapy : Aspiet 80 mg, Nitrokaf Retard, Ramipril 10mg, Spironokktone 25mg
F. POLA ELIMINASI
Tidak ada keluhan BAK dan BAB . BAB normal 1 kali per hari, BAK 5
1. Keadaan Sebelum sakit :
sampai 6 kali per hari
3. Pemeriksaan Fisik
a. Peristaltik usus : Terdengar (+)
b. Palpasi kandung : Ascites Full blast √Normal
kemih
c. Nyeri ketuk ginjal : Positif √ Negatif
d Anus : Bersih
n. Lesi
Peradangan : Tidak ada peradangan
Hemorroid : Hemoroid tidak ada
4. Pemeriksaan diagnostik :
Laboratorium : Normal
USG : Tidak ada
Lain-lain :
5. Therapy :
2. Keadaan sejak sakit : Saat sakit sebagian aktivitas dibantu oleh keluarga.
3. Observasi
a. Aktivitas harian
Makan : 0 0 :mandiri
Mandi : 2
Pakaian : 2 1 :bantuan dengan alat
Kerapihan : 2
Buang air besar : 2 2 :bantuan orang
Buang air kecil : 2
Mobilisasi di : 0 3 :bantuan alat dan orang
Tempat tidur
b. Postur Tubuh : Tidak di kaji 4 :bantuan penuh
c. Gaya jalan : Tidak dikaji
d. Disabilitas anggota : Tidak dikaji
tubuh
4. Pemeriksaan Fisik :
a. CRT : >3 detik
b. Thorax & Paru
Inspeksi
Bentuk Thorax : Simetris kiri dan kanan
Sianosis : Tidak ada sianosis
Palpasi
Vocal Premitus : Positif
Perkusi
√
Batas hepar : Sonor Redup Pekak
Kesimpulan : Tidak ada kelainan bentuk thorax
Auskultasi
Suara nafas : Vesikuler
Suara ucapan : Normal, terdengar
Suara tambahan : Tidak ada
Stridor : Tidak ada
c. Jantung
Inspeksi
Ictus cordis : Ictus cordis tidak tampak
Palpasi
Ictus cordis : Cordis ictus tidak teraba
Perkusi
Batas atas : ICS II Sinistra
Batas kanan : ICS III-IV linea parasternalis dextra
Batas kiri : ICS V Linea midclavicularis sinistra
Auskultasi
BJ II Aorta : Terdengar
BJ II Pulmonal : Terdengar
BJ I Triskupid : Terdengar
BJ II Mitral : Terdengar
BJ II Irama :
Gallop
Murmur : Tidak terdengar
HR : 55x/mnt
d. Ekstremitas
Atrofi otot : Positif Negatif
√
Rentang gerak :
Kaku sendi : Adanya kekakuan sendi
Uji kekuatan otot
Atas Kiri : 1 2 3 4 √5
Atas Kanan : 1 2 3 4 √ 5
Bawah Kiri : 1 2 3 4 √ 5
Bawa kanan : 1 2 3 4 √5
Refleks patologi :
Babinski, Kiri : Positif Negatif
Kanan : Positif Negatif
Clubbing finger : Negativ, tidak ada kelainan bentuk kaku jari-jari tangan atau kaki
akibat pembengkakan jaringan
Varises Tungkai : Tidak ada
Columna
e.
Vetebralis
Inspeksi
Kelainan :
Bentuk normal, tidak ada kelainan
bentuk
Palpasi
Nyeri tekan : Tidak ada nyeri tekan
N. III – IV - VI : Tidak ada kelainan pada otot mata pasien
N. V Motorik : Pergerakan otot wajah normal
N. VII Motorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
N. VIII Romberg : Positif Negatif
Test
N.XI : Tidak dilakukan pemeriksaan
Kaku kuduk : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Pemeriksaan diagnostik :
Laboratorium : Tidak dilakukan pemeriksaan
Lain-lain : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Therapy : Tidak dilakukan pemeriksaan
2. Keadaan sejak sakit : Pasien mengatakan tidak ada gangguan tidur, tidur 6-8 jam
3. Observasi :
Ekspresi wajah : Positif √ Negatif
mengantuk
Banyak menguap : Positif √ Negatif
Palpebra inferior gelap : Positif √ Negatif
4. Therapy :
3. Pemeriksaan Fisik
a. Penglihatan
Cornea : Tampak berwarna sedikit kuning
Visus : Penglihatan baik
Pupil : Refleks pupil Normal
Lensamata : Normal
b. Pendengaran
Kanalis : Tidak dilakukan pemeriksaan
Membran : Tidak dilakukan pemeriksaan
Timpani
c. N I : Tidak dilakukan pemeriksaan
d. N II : Tidak dilakukan pemeriksaan
e. N V Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
f. N VII Sensorik : Tidak dilakukan pemeriksaan
g. N VIII Pendengaran : Tidak ada ganguan
4. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium : ………………………………………………………………………………………………………..
Lain-lain : ………………………………………………………………………………………………………..
5. Therapy : ………………………………………………………………………………………………………..
3. Observasi
a. Kontak mata : Ada kontak mata saat berbicara
b. Rentang Perhatian : Pasien memperhatikan setiap pembicaraan yang dibicarakan
c. Suara, cara bicara : Pasien bicara dengan baik, suara terdengar jelas
d. Postur Tubuh : Pasien duduk saat berbicara
4. PemeriksaanFisik
a. Kelainan Kongenital : Tidak ada kelaianan
b. Abdomen
Bentuk : Simetris
Bayangan Vena : -
Benjolan massa : Tidak terdapat benjolan
c. Kulit (Masalah : Kulit bersih, tidak terdapat luka
Kulit)
d. Penggunaan Protesa : -
3. Observasi :
4. Pemeriksaan diagnostik
Laboratorium :
Lain-lain :
5. Therapy :
4. Pemeriksaan fisik
Tekanan Darah
Berbaring : 140/80 mmHg
HR : 20x/mnt
Kulit
Keringat dingin : Akral teraba hangat
5. Therapy : -
1. Pemeriksaan Penunjang
Tanggal:
KIMIA KLINIK
SGOT 42 <33 U/L
SGPT 23 <43 U/L
Ureum Darah 27 10-40 mg/dL
Creatinin Darah 1.0 0.5-1.5 mg/dL
Gula Darah Sewaktu 105 70-140 mg/dL
CK Total (CKT) 172 26-190 U/L
CKMB 114 0-24 U/L
Chlorida Darah 106.3 98.0-109.0 mEq/L
Kalium Darah 4.54 3.50-5.30 mEq/L
Natrium Darah 116 135-153 mEq/L
Tromponin T <50 <50 ng/L
IMUNOLOGI
Anti HCV Kualitatif Non Reaktif
HBsAg Elisa (+) Reaktif
Anti HIV (Elisa) Non Reaktif
2. Program Terapi
Nama Obat/Terapi Cara Pemberian Dosis
Pamipril PO 10gr
Spironulakton PO 25gr
Surcalfat PO 15gr
Clidorel PO 75gr
Cartylo PO 80gr
Atorvastatin PO 40gr
Aspiet PO 80gr
Nitrokaf retard PO
Analisa Data
Objektif:
- TTV :
TD: 145/80 mmHg
B. Diagnosa Keperawatan
b. Menyebutkan gejala atau
manifestasi klinis dari NSTEMI
b. Menanyakan kembali
c. Postest
Materi Penyuluhan
1) Pengertian NSTEMI
NSTEMI (Non- ST elevation myocardial infarction) adalah salah satu jenis penyakit jantung yang terjadi akibat penurunan suplai O2
atau kelebihan suplai O2 pada jantung yang diperparah dengan obstruksi koroner.
2) Gejala penderita NSTEMI
- Nyeri dada yang dilukiskan sebagai:
- Sesak
- Nyeri menjalar ke tangan kiri, kedua tangan dan atau ke dagu.
- Nyeri kemungkinan diikuti dengan:
- Berkeringat,
- Napas pendek
- Mual dan munta
- Pusing
3) Faktor pemicu munculnya NSTEMI
- Riwayat hipertensi
- Merokok
- Konsumsi kafein (kopi) berlebihan
- Minuman beralkohol, dsb
4) Cara mencegah penyakit NSTEMI
- Atur pola makan
- Hindari makanan yang menggandung banyak garam
- Hindari merokok dan asap rokok
- Olahraga yang teratur
5) Tindakan yang harus dilakukan bila anggota keluarga menunjukkan gejala NSTEMI
- Pengenalan gejala oleh pasien dan segera mencari pertolongan medis.
- Segera memanggil tim medis emergensi yang dapat melakukan tindakan resusitasi.
- Transportasi pasien ke Rumah Sakit yang mempunyai fasilitas ICCU/ICU serta staf medis dokter dan perawat yang terlatih.
NSTEMI
Penyebab Non STEMI
b. Nyeri seperti rasa ditekan, rasa kolesterol dan berlemak a. Pasien harus duduk beristirahat
diremas-remas c. Anjurkan gizi yang seimbang dan berusaha tetap tenang.
c. Nyeri menjalar ke leher, lengan dan berolahraga yang teratur Longgarkan semua pakaian.
kiri,dan kanan serta ulu hati, d. Kurangi berat badan apabila b. Jika sudah pernah diresepkan obat
d. Nyeri terasa terbakar obesitas dan overweight nitrogliserin sebelumnya oleh
e. Sesak napas e. Kurangi stress dokter, segera berikan. Caranya
f. keringat dingin f. Rutin cek tensi pemberiannya dengan meletakkan
Peran keluarga ketika pasien di
rawat di rumah sakit.