Anda di halaman 1dari 11

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN KEPERAWATAN

DASAR PADA An. “A” DENGUE FEVER (DF)

DI PUSKESMAS PETERONGAN

Disusun Oleh :

ABDUL AZIS (2020030058)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG
TAHUN 2024
LAPORAN PENDAHULUAN
DENGUE FEVER (DF)

2.1 Definisi

Demam dengue adalah penyakit virus didaerah tropis yang ditularkan oleh
nyamuk Aedes aegypti dan ditandai dengan demam, nyeri kepala, nyeri pada tungkai,
dan dengan/tanpa ruam. Demam dengue atau dengue fever adalah penyakit yang
banyak terjadi pada anak, tetapi dapat juga terjadi pada remaja, atau orang dewasa,
dengan tanda-tanda klinis demam, nyeri otot, atau sendi yang disertai leukopenia,
dengan/tanpa ruam dan limfadenophati, demam bifasik, sakit kepala yang hebat, nyeri
pada pergerakkan bola mata, rasa menyecap yang terganggu, trombositopenia ringan,
dan bintik-bintik perdarahan (petekie) spontan.

Demam dengue / DF dan DBD atau DHF adalah penyakit infeksi yang
disebabkan oleh virus dengue dengan manifestasi klinis demam, nyeri otot dan nyeri
sendi yang disertai lekopenia, dengan/tanpa ruam, limfadenopati, trombositopenia
dan diathesis hemoragik (Sudoyo, 2010).

2.2 Klasifikasi

1. Derajat I : Demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi perdarahan
dengan uji tourniquet positif.

2. Derajat II : Derajat I disertai manifestasi perdarahan lain.

3. Derajat III : Ditemukan tanda dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas
cepat dan lemah, tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi,
disertai kulit dingin, lembab dan gelisah.

4. Derajat IV : Renjatan berat, nadi tidak teraba, terdapat DSS (dengue syok
sindrom) dengan nadi dan tekanan darah tak terukur. Menurut
Aningsi, (2018), mengklasifikasikan DBD dalam empat derajat.
Derajat 1, demam mendadak 2-7 hari, gejala tidak khas, manifestasi
perdarahan dengan uji tourniquet positif. Derajat II (sedang), derajat I
disertai manifestasi perdarahan lain. Derajat III, ditemukan tanda
dini renjatan, adanya kegagalan sirkulasi, nafas cepat dan lemah,
tekanan darah menurun (20 mmHg) atau hipotensi, disertai kulit
dingin, lembab dan gelisah. Derajat IV renjatan berat, nadi tidak
teraba, terdapat DSS (dengue syok sindrom) dengan nadi dan tekanan
darah tak terukur.

2.3 Etiologi

Demam dengue disebabkan oleh virus dengue yang ditularkan oleh nyamuk.
Virus dengue ini termasuk kelompok B Arthropod Virus (Arbovirus) yang sekarang
dikenal sebagai genus Flavivirus, famili Flaviviride, dan mempunyai 4 jenis serotipe
yaitu DEN-1, DEN-2, DEN-3, dan DEN-4. Infeksi dari salah satu serotipe
menimbulkan antibodi terhadap virus yang bersangkutan, sedangkan antibodi yang
terbentuk untuk serotipe lain sangat kurang, sehingga tidak dapat memberikan
perlindungan terhadap serotipe lain. Seorang yang tinggal di daerah endemis dengue
dapat terinfeksi oleh 3 atau 4 serotipe yang berbeda selama hidupnya. Serotipe DEN-
3 merupakan serotipe yang dominan dan diasumsikan banyak yang menunjukkan
manifestasi klinik yang berat (Helinayati, 2015).

Infeksi dari salah satu serotipe virus pada kebanyakan kasus terkadang tidak
menimbulkan gejala. Namun bisa juga menimbulkan gejala klinis seperti flue yang
biasa disebut demam dengue (DD), dengan gejala klinis yang lebih berat , biasa
disebut demam berdarah dengue (DBD). Dengan karakteristik terjadi koagulopati dan
peningkatan kekakuan dan permeabilitas pembuluh darah dan bisa berkembang
menjadi syok hipovolemik yang biasa disebut dengue syok sindrom (Manuaba et al.,
2013).

2.4 Patofisiologi

Patofisiologi demam dengue (Demam Dengue/ DD) dimulai dari gigitan


nyamuk Aedes aegypti. Manusia adalah inang (host) utama terhadap virus dengue.
Nyamuk Aedes aegypti akan terinfeksi virus dengue apabila menggigit seseorang
yang sedang mengalami viremia virus tersebut, kemudian dalam kelenjar liur nyamuk
virus dengue akan bereplikasi yang berlangsung selama 8 - 12 hari. Namun, proses
replikasi ini tidak memengaruhi keberlangsungan hidup nyamuk. Kemudian,
serangga ini akan mentransmisikan virus dengue jika dengan segera menggigit
manusia lainnya (Fahri et al, 2013).

Orang yang digigit oleh nyamuk Aedes aegypti yang membawa virus dengue,
akan berstatus infeksius selama 6-7 hari. Virus dengue akan masuk ke dalam
peredaran darah orang yang digigitnya bersama saliva nyamuk, lalu virus akan
menginvasi leukosit dan bereplikasi. Leukosit akan merespon adanya viremia dengan
mengeluarkan protein cytokines dan interferon, yang bertanggung jawab terhadap
timbulnya gejala-gejala seperti demam, flu-like symptoms, dan nyeri otot.

Masa inkubasi biasanya 4-7 hari, dengan kisaran 3 - 14 hari. Bila replikasi
virus bertambah banyak, virus dapat masuk ke dalam organ hati dan sumsum tulang.
Sel-sel stroma pada sumsum tulang yang terkena infeksi virus akan rusak sehingga
mengakibatkan menurunnya jumlah trombosit yang diproduksi. Kekurangan
trombosit ini akan mengganggu proses pembekuan darah dan meningkatkan risiko
perdarahan, sehingga DF berlanjut menjadi DHF. Gejala perdarahan mulai tampak
pada hari ke-3 atau ke-5 berupa petekie, purpura, ekimosis, hematemesis dan melena.

Replikasi virus yang terjadi pada hati, akan menyebabkan pembesaran hati
dan nyeri tekan, namun jarang dijumpai adanya ikterus. Bila penyakit ini berlanjut,
terjadi pelepasan zat anafilatoksin, histamin, dan serotonin, serta aktivasi sistem
kalikrein yang meningkatkan permeabilitas dinding kapiler. Kemudian akan diikuti
terjadinya ekstravasasi cairan intravaskular ke kedalam jaringan ekstravaskular.
Akibatnya, volume darah akan turun, disertai penurunan tekanan darah, dan
penurunan suplai oksigen ke organ dan jaringan. Pada keadaan inilah akral tubuh
akan terasa dingin disebabkan peredaran darah dan oksigen yang berkurang, karena
peredaran darah ke organ-organ vital tubuh lebih diutamakan. Ektravasasi yang
berlanjut akan menyebabkan hemokonsentrasi, hipoproteinemia, efusi dan renjatan.
Pada keadaan ini, penderita memasuki fase DSS.

2.5 Manifestasi Klinis

Setelah masa inkubasi selama 4-6 hari (berkisar antara 3-14 hari) berbagai
gejala prodromal yang tidak khas akan timbul seperti : nyeri kepala, nyeri punggung,
dan malaise (kelelahan umum).

Tanda-tanda peringatan terjadi 3-7 hari setelah gejala pertama dalam


hubungannya dengan penurunan suhu (di bawah 38 ° C / 100 ° F) dan meliputi: sakit
parah perut, muntah terus menerus, napas cepat, gusi berdarah, kelelahan, kegelisahan
dan darah di muntah. 24-48 jam berikutnya dari tahap kritis dapat mematikan;
perawatan medis yang tepat diperlukan untuk menghindari komplikasi dan risiko
kematian (Darmawan, 2019).

Gejala klinis pada demam dengue terjadi mendadak yaitu sebagai berikut :
suhu meningkat tinggi, kadang-kadang disertai menggigil di ikuti nyeri kepala, muka
kemerahan, dalam waktu 24 jam mungkin muncul rasa nyeri di bagian belakang mata
terutama pada pergerakan otot mata atau tekanan bola mata, fotofobia nyeri
punggung, nyeri otot dan persendian.

Gejala lainnya adalah: tidak ada nafsu makan, berubahnya indra perasa,
konstipasi, nyeri perut, nyeri pada lipatan paha, radang tenggorokan, berat ringannya
gejala tersebut bervariasi dan biasanya berlangsung selama beberapa hari, antara lain:

1. Demam
Suhu tubuh umumnya berkisar antara 39-40℃, bersifat bifasik, berlangsung
selama 5-7 hari.
2. Ruam
Kemerahan pada muka atau timbulnya ruam menyerupai urtikaria pada wajah,
leher, dan dada yang timbul pada fase demam. Ruam makulopapular atau ruam
skalatina mulai tampak kira-kira di hari ke tiga atau ke empat. Menjelang masa
akhir demam atau segera setelah demam redah, tampak petekia menyeluruh di
punggung kaki, lengan, maupun tangan. Petekia yang mengelempokkan di
tandai dengan daerah bulat, pucat di antaranya yang merupakan titik normal.
Petekia sering kali di sertai rasa gatal.
3. Perdarahan kulit Ujian tourniquet positif atau terapat petakie.
2.6 Pathway

Nyamuk Mengandung Virus


Dengue

Menggigit Manusia

Mekanisme tubuh untuk Virus masuk ke aliran darah


melawan virus
Masuk ke pembuluh
Viremia darah otak melalui
Peningkatan asam lambung aliran darah sehingga
memepengaruhi
Komplemen antigen
Anoreksia, mual, muntah antibody meningkat
Suhu tubuh
meningkat
Anoreksia, mual, muntah Pelepasan peptida

Hipertermi
Defisit Nutrisi
Pembesaran histamin

Peningkatan permeabilitas
dinding pembuluh darah

Kebocoran Plasma

Hemoglobin turun

Nutrisi dan O2 ke jaringan


menurun

Tubuh lemas

Intoleransi Aktivitas
2.7 Penatalaksanaan

Untuk penderita tersangka DF / DHF sebaiknya dirawat dikamar yang bebas


nyamuk (berkelambu) untuk membatasi penyebaran. Perawatan kita berikan sesuai
dengan masalah yang ada pada penderita sesuai dengan beratnya penyakit.

1) Derajat I: terdapat gangguan kebutuhan nutrisi dan keseimbangan


elektrolit karena adanya muntah, anorexsia. Gangguan rasa nyaman
karena demam, nyeri epigastrium, dan perputaran bola mata.
Perawatan: istirahat baring, makanan lunak (bila belum ada nafsu makan
dianjurkan minum yang banyak 1500-2000cc/hari), diberi kompre dingin,
memantau keadaan umum, suhu, tensi, nadi dan perdarahan, diperiksakan
Hb, Ht, dan thrombosit, pemberian obat-obat antipiretik dan antibiotik bila
dikuatirkan akan terjadi infeksi sekunder
2) Derajat II: peningkatan kerja jantung adanya epitaxsis melena dan
hemaesis.
Perawatan: bila terjadi epitaxsis darah dibersihkan dan pasang tampon
sementara, bila penderita sadar boleh diberi makan dalam bentuk lemak
tetapi bila terjadi hematemesis harus dipuaskan dulu, mengatur posisi
kepala dimiringkan agar tidak terjadi aspirasi, bila perut kembung besar
dipasang maag slang, sedapat mungkin membatasi terjadi pendarahan,
jangan sering ditusuk, pengobatan diberikan sesuai dengan intruksi dokter,
perhatikan teknik-teknik pemasangan infus, jangan menambah
pendarahan, tetap diobservasi keadaan umum, suhu, nadi, tensi dan
pendarahannya, semua kejadian dicatat dalam catatan keperawatan, bila
keadaan memburuk segera lapor dokter.
3) Derajat III: terdapat gangguan kebutuhan O2 karena kerja jantung
menurun, penderita mengalami pre shock/ shock.
Perawatan: mengatur posisi tidur penderita, tidurkan dengan posisi
terlentang denan kepala extensi, membuka jalan nafas dengan cara
pakaian yang ketat dilonggarkan, bila ada lender dibersihkan dari mulut
dan hidung, beri oksigen, diawasi terus- 19 meneris dan jangan ditinggal
pergi, kalau pendarahan banyak (Hb turun) mungkin berikan transfusi atas
izin dokter, bila penderita tidak sadar diatur selang selin perhatian
kebersihan kulit juga pakaian bersih dan kering.

2.8 Komplikasi

Komplikasi yang terjadi pada anak yang mengalami demam berdarah dengue
atau dengue hemorarrgic fever yaitu perdarahan masif dan dengue shock
syndrome(DSS) atau sindrome syok dengue (SSD). Syok sering terjadi pada anak
berusia kurang dari 10 tahun. Syok ditandai dengan nadi yang lemah dan cepat
sampai tidak teraba, tekanan nadi menurun menjadi 20 mmHg atau sampai nol,
tekanan darah menurun di bawah 80 mmHg atau sampai nol, terjadi penurunan
kesadaran, sianosis di sekitar mulut dan kulit ujung jari, hidung, telinga, dan kaki
teraba dingin dan lembab, pucat dan oliguri atau anuria.

2.9 Pemeriksaan Penunjang


Langkah – langkah diagnosa medis pemeriksaan menurut Murwani, 2011:
1. Pemeriksaan hematokrit (Ht) : ada kenaikan bisa sampai 20%,
normal: pria 40-50%; wanita 35-47%
2. Uji torniquit: caranya diukur tekanan darah kemudian diklem antara
tekanan systole dan diastole selama 10 menit untuk dewasa dan 3-5
menit untuk anak-anak. Positif ada butir-butir merah (petechie)
kurang 20 pada diameter 2,5 inchi.
3. Tes serologi (darah filter) : ini diambil sebanyak 3 kali dengan
memakai kertas saring (filter paper) yang pertama diambil pada
waktu pasien masuk rumah sakit, kedua diambil pada waktu akan
pulang dan ketiga diambil 1-3 mg setelah pengambilan yang kedua.
Kertas ini disimpan pada suhu kamar sampai menunggu saat
pengiriman.
4. Isolasi virus: bahan pemeriksaan adalah darah penderita atau
jaringan-jaringan untuk penderita yang hidup melalui biopsy sedang
untuk penderita yang meninggal melalui autopay. Hal ini jarang
dikerjakan.
5. Trombositopeni (100.000/mm3)
6. Hb dan PCV meningkat (20% )
7. Leukopeni ( mungkin normal atau lekositosis )
8. Isolasi virus 17
9. Serologi ( Uji H ): respon antibody sekunder

3.1 Pencegahan

Menghindari atau mencegah berkembangnya nyamuk Aedes Aegepty dengan


cara (Kemenkes RI, 2018):

1. Program 3M (Menguras, Menutup dan Mengubur) :


2) Menguras bak mandi dan tempat-tempat penampungan air sekurang-
kurangnya seminggu sekali. Ini dilakukan atas dasar pertimbangan bahwa
perkembangan telur sampai tumbuh menjadi nyamuk adalah 7-10 hari
3) Menutup rapat tempat penampungan air, ini juga dilakukan agar tempat-
tempat tersebut tidak bisa dijadikan nyamuk untuk bertelur dan
berkembang biak
4) Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat
menampung air.
2. Mengganti air yang ada pada vas bunga atau tempat minum di sarang burung,
setidaknya dilakukan seminggu sekali.
3. Membersihkan saluran air yang tergenang, baik di atap rumah maupun di selokan
jika tersumbat oleh sampah ataupun dedaunan, karena setiap genangan air bisa
dimanfaatkan oleh nyamuk untuk berkembang biak.

Anda mungkin juga menyukai