Anda di halaman 1dari 41

LAPORAN PENDAHULUAN DAN KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

HIPOGLIKEMIA
Dosen Pengampu: Gevi Melliya Sari S.Kep.,Ns.,M,Kep

Disusun oleh:
1. M. Farizan R. R (2020030031)
2. Bakti Eki A (2020030032)
3. Riska Lailiya R (2020030033)
4. Riski Lailiya R (2020030034)
5. M. Rifki R (2020030035)
6. Feni Febria P (2020030036)
7. Firda Lailatus S (2020030037)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HUSADA JOMBANG

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap syukur kehadirat Allah SWT yang hanya dengan rahmat serta petunjuk-
nya, kami berhasil menyelesaikan makalah yang berjudul “Laporan Pendahuluan dan Konsep
Asuhan Keperawatan Hipoglikemia” untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah II.
Dalam penulisan ini tidak lepas dari pantauan bimbingan saran dan nasehat dari berbagai
pihak. Untuk itu pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kapada yang terhormat
dosen Pengampu ibu Gevi Melliya Sari S.Kep.,Ns.,M,Kep yang telah memberikan tugas dan
kesempatan kepada kami untuk membuat dan menyusun makalah ini. Serta semua pihak yang telah
membantu dan memberikan masukan serta nasehat hingga tersusunnya makalah ini hingga akhir.
Karena keterbatasan ilmu dan pengalaman, kami sadar masih banyak kekurangan dalam
penyusunan makalah ini. Oleh karena itu kritik dan saran yang berkaitan dengan penyusunan
makalah ini akan kami terima dengan senang hati untuk menyempurnakan penyusunan makalah
tersebut.
Semoga makalah yang berjudul “ Laporan Pendahuluan dan Konsep Asuhan Keperawatan
Hipoglikemia” ini dapat bermanfaat bagi semua pembaca.

Jombang, 5 April 2022

Penulis

2
DAFTAR ISI
COVER 1
KATA PENGANTAR 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 5
1.3 Tujuan 5
BAB II TINJAUAN TEORI 6
2.1 Konsep Teori 6
2.1.1 Definisi 6
2.1.2 Etiologi 7
2.1.3 Patofisiologi 8
2.1.4 Manifestasi Klinis 9
2.1.5 Komplikasi 12
2.1.6 Penatalaksanaan 12
2.1.7 Pencegahan 13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan 14
2.2.1 Pengkajian 14
2.2.2 Diagnosa Keperawatan 17
2.2.3 Intervensi Keperawatan 18
2.2.4 Implementasi Keperawatan 25
2.2.5 Evaluasi 25
BAB III TINJAUAN KASUS 26
3.1 Pengkajian 26
3.2 Diagnosa Keperawatan 30
3.3 Intervensi Keperawatan 30
3.4 Implementasi Keperawatan 35
3.5 Evaluasi 35
BAB IV PENUTUP 40
Kesimpulan 40

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Hipoglikemia adalah keadaan kadar gula darah di bawah nilai normal ( < 45 – 50
mg / dL). Hipoglikemia perlu dicegah pada pasien diabetes yang mendapatkan terapi
pengendalian kadar glukosa darah karena dapat menyebabkan kematian apabila kadar gula
darah tidak segera ditingkatkan.
Hipoglikemia adalah salah satu komplikasi yang dihadapi oleh penderita diabetes
melitus. Tidak seperti nefropati diabetik ataupun retinopati diabetik yang berlangsung
secara kronis, hipoglikemia dapat terjadi secara akut dan tiba – tiba dan dapat mengancam
nyawa. Hal tersebut disebabkan karena glukosa adalah satu – satunya sumber energi otak
dan hanya dapat diperoleh dari sirkulasi darah karena jaringan otak tidak memiliki
cadangan glukosa. Kadar gula darah yang rendah pada kondisi hipoglikemia dapat
menyebabkan kerusakan sel – sel otak. Kondisi inilah yang menyebabkan hipoglikemia
memiliki efek yang fatal bagi penyandang diabetes melitus, di mana 2% – 4% kematian
penderita diabetes melitus disebabkan oleh hipoglikemia.
Gejala yang muncul saat terjadi hipoglikemia dapat dikategorikan sebagai gejala
neuroglikopenik dan neurogenik (otonom). Gejala neuroglikopenik merupakan dampak
langsung dari defisit glukosa pada sel – sel neuron sistem saraf pusat, meliputi perubahan
perilaku, pusing, lemas, kejang, kehilangan kesadaran, dan apabila hipoglikemia
berlangsung lebih lama dapat mengakibatkan terjadinya kematian. Gejala neurogenik
(otonom) meliputi berdebar – debar, tremor, dan anxietas (gejala adrenergik) dan
berkeringat, rasa lapar, dan paresthesia (gejala kolinergik).
Gejala – gejala yang dialami pada kejadian hipoglikemia pada penderita diabetes
bukan hanya mengganggu kesehatan pasien, namun juga mengganggu kehidupan
psikososial dari pasien tersebut.
Hipoglikemia dapat dialami oleh semua penderita diabetes melitus (DM) dalam
terapi pengendalian kadar gula darah, di mana pasien DM tipe 1 dapat lebih sering
mengalami hipoglikemia dibandingkan dengan pasien DM tipe 2. Pasien DM Tipe 1 dapat
mengalami 2 episode hipoglikemia asimptomatis dalam 1 minggu dan mengalami 1 kali

4
serangan hipoglikemia berat setiap tahun. Pada DM tipe 2 didapatkan kejadian
hipoglikemia berat terjadi 3 – 72 episode per 100 pasien per tahun.
Hipoglikemia merupakan faktor penyulit dalam pengendalian kadar gula darah
penderita diabetes mellitus. Jumlah penderita hipoglikemia pada diabetes di Indonesia
senada dengan prevalensi diabetes di Indonesia yaitu 1,1% secara nasional dan 5,7% pada
penduduk perkotaan di Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi Hipoglikemia?
2. Apa etiologi dari Hipoglikemia?
3. Bagaimana patofisiologi Hipoglikemia?
4. Apa saja manifestasi klinis Hipoglikemia?
5. Apa saja komplikasi Hipoglikemia?
6. Bagaimana penatalaksanaan Hipoglikemia?
7. Bagaimana cara pencegahan Hipoglikemia?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pasien Hipoglikemia?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi Hipoglikemia
2. Untuk mengetahui etiologi dari Hipoglikemia
3. Untuk mengetahui patofisiologi Hipoglikemia
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis Hipoglikemia
5. Untuk mengetahui komplikasi Hipoglikemia
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan Hipoglikemia
7. Untuk mengetahui cara pencegahan Hipoglikemia
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pasien Hipoglikemia

5
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1 Konsep Teori
2.1.1 Definisi
Hipoglikemia merupakan penyakit yang disebabakan oleh kadar gula darah (glukosa) yang
rendah. Dalam keadaan normal, tubuh mempertahankan kadar gula darah antara 80-130 mg/dl
(Aina Abata, 2014).
Hipoglikemia merupakan salah satu komplikasi akut yang dialami oleh penderita diabetes
mellitus. Hipoglikemia disebut juga sebagai penurunan kadar gula darah yang merupakan keadaan
dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar,
pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang
sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).
Menurut Setyohadi (2012) dan thompson (2011) Hipoglikemia dapat diklasifikasikan
sebagai berikut :
1. Hipoglikemi Ringan (glukosa darah 50-60 mg/dL)
Terjadi jika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan terangsang.
Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti tremor, takikardi,
palpitasi, kegelisahandan rasa lapar.
2. Hipoglikemi Sedang (glukosa darah <50 mg/dL)
Penurunan kadar glukosa dapat menyebabkan sel- sel otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda- tanda gangguan fungsi pada sistem saraf pusat
mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo, konfusi, penurunan daya
ingat, bicara pelo, gerakan tidak terkoordinasi, penglihatan ganda dan perasaan ingin
pingsan.
3. Hipoglikemi Berat (glukosa darah <35 mg /dL)
Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat sehingga pasien memerlukan pertolongan orang
lain untuk mengatasi hipoglikeminya. Gejalanya mencakup disorientasi, serangan kejang,
sulit dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

6
2.1.2 Etiologi
Hipoglikemia disebabkan oleh :
a. Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pancreas
b. Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya
c. Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal
d. Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
Penyebab hipoglikemia juga bisa disebabkan oleh :
1. Dosis suntikan insulin terlalu banyak
Saat menyuntikan obat insulin, kita harus tahu dan paham dosis obat yang kita suntik sesuai
dengan kondisi gula darah saat itu. Celakanya, terkadang pasien tidak dapat memantau
kadar gula darahnya sebelum disuntik, sehingga dosis yang disuntikan tidak sesuai dengan
kadar gula darah saat itu. Memang sebaiknya bila menggunakan insulin suntik, pasien
harus memiliki monitor atau alat pemeriksa gula darah sendiri.
2. Lupa makan atau makan terlalu sedikit
Penderita diabetes sebaiknya mengkonsumsi obat insulin dengan kerja lambat dua kali
sehari dan obat yang kerja cepat sesaat sebelum makan. Kadar insulin dalam darah harus
seimbang dengan makanan yang dikonsumsi. Jika makanan yang dikonsumsi kurang maka
keseimbangan ini terganggu dan terjadilah hipoglikemia.
3. Aktifitas terlalu berat
Olah raga atau aktifitas berat lainnya memiliki efek yang mirip dengan insulin. Saat anda
berolahraga, anda akan menggunakan glukosa darah yang banyak sehingga kadar glukosa
darah akan menurun. Maka dari itu, olah raga merupakan cara terbaik untuk menurunkan
kadar glukosa darah tanpa menggunakan insulin.
4. Minum alkohol tanpa disertai makan.
Alkohol mengganggu pengeluaran glukosa dari hati sehingga kadar glukosa darah akan
menurun.
5. Menggunakan tipe insulin yang salah pada malam hari.
Pengobatan diabetes yang intensif terkadang mengharuskan untuk mengkonsumsi obat
diabetes pada malam hari terutama yang bekerja secara lambat. Jika salah mengonsumsi

7
obat misalnya meminum obat insulin kerja cepat di malam hari maka saat bangun pagi
akan mengalami hipoglikemia.
6. Penebalan di lokasi suntikan.
Dianjurkan bagi yang menggunakan suntikan insulin agar merubah lokasi suntikan
setiap beberapa hari. Menyuntikan obat dalam waktu lama pada lokasi yang sama akan
menyebabkan penebalan jaringan. Penebalan ini akan menyebabkan penyerapan insulin
menjadi lambat.
7. Kesalahan waktu pemberian obat dan makanan.
Tiap tiap obat insulin sebaiknya dikonsumsi menurut waktu yang dianjurkan.
8. Penyakit yang menyebabkan gangguan penyerapan glukosa.
Beberapa penyakit seperti celiac disease dapat menurunkan penyerapan glukosa oleh usus.
Hal ini menyebabkan insulin lebih dulu ada di aliran darah dibandingan dengan glukosa.
Insulin yang beredar ini akan menyebabkan kadar glukosa darah menurun sebelum glukosa
yang baru menggantikannya.
9. Gangguan hormonal
Orang dengan diabetes terkadang mengalami gangguan hormon glukagon. Hormon ini
berguna untuk meningkatkan kadar gula darah. Tanpa hormon ini maka pengendalian
kadar gula darah menjadi terganggu.
2.1.3 Patofisiologi
Seperti sebagian besar jaringan lainnya, matabolisme otak terutama bergantung pada
glukosa untuk digunakan sebagai bahan bakar. Saat jumlah glukosa terbatas, otak dapat
memperoleh glukosa dari penyimpanan glikogen di astrosit, namun itu dipakai dalam beberapa
menit saja. Untuk melakukan kerja yang begitu banyak, otak sangat tergantung pada suplai glukosa
secara terus menerus dari darah ke dalam jaringan interstitial dalam system saraf pusat dan saraf-
saraf di dalam system saraf tersebut.
Oleh karena itu, jika jumlah glukosa yang di suplai oleh darah menurun, maka akan
mempengaruhi juga kerja otak. Pada kebanyakan kasus, penurunan mental seseorang telah dapat
dilihat ketika gula darahnya menurun hingga di bawah 65 mg/dl (3.6 mM). Saat kadar glukosa
darah menurun hingga di bawah 10 mg/dl (0.55 mM), sebagian besar neuron menjadi
tidak berfungsi sehingga dapat menghasilkan koma.

8
Apabila jumlah insulin berkurang jumlah glukosa yang memasuki sel akan berkurang pula,
disamping itu produksi glukosa oleh hati menjadi tidak terkendali, kedua faktor ini akan
menimbulkan hipoglikemia.
Pada hipoglikemia ringan ketika kadar glukosa darah menurun, sistem saraf simpatik akan
terangsang. Pelimpahan adrenalin ke dalam darah menyebabkan gejala seperti perspirasi,
tremor,takikardi, palpitasi, kegelisahan dan rasa lapar.
Pada hipoglikemia sedang, penurunan kadar glukosa darah menyebabkan sel-sel otak tidak
memperoleh cukup bahan bakar untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi pada
sistem saraf pusat mencakup ketidak mampuan berkonsentrasi, sakit kepala, vertigo,
konfusi, penurunan daya ingat, pati rasa di daerah bibir serta lidah, bicara pelo, gerakan tidak
terkoordinasi, perubahan emosional, perilaku yang tidak rasional, penglihatan ganda
dan perasaan ingin pingsan. Kombinasi dari gejala ini (di samping gejala adrenergic) akan terjadi
pada hipoglikemia sedang.
Pada hipoglikemia berat fungsi sistem saraf pusat mengalami gangguan yang sangat
berat,sehingga pasien memerlukan pertolongan orang lain untuk mengatasi hipoglikemia yang
dideritanya. Gejalanya dapat mencakup perilaku yang mengalami disorientasi, serangan
kejang,sulit di bangunkan dari tidur atau bahkan kehilangan kesadaran (Smeltzer. 2001).
2.1.4 Manifestasi Klinis
Hipoglikemia terjadi karena adanya kekurangan insulin dalam darah sehingga
menyebabkan rendahnya kadar gula dalam darah. Kadar gula darah yang dapat menimbulkan
gejala-gejala hipoglikemi, bervariasi antara satu dengan yang lain.
Tanda dan gejala dari hipoglikemi terdiri dari dua fase antara lain:
1. Fase pertama yaitu gejala- gejala yang timbul akibat aktivasi pusat autonom di hipotalamus
sehingga dilepaskannya hormone epinefrin. Gejalanya berupa palpitasi, keluar banyak
keringat,tremor, ketakutan, rasa lapar dan mual (glukosa turun 50 mg%.)
2. Fase kedua yaitu gejala- gejala yang terjadi akibat mulai terjadinya gangguan fungsi
otak,gejalanya berupa pusing, pandangan kabur, ketajaman mental menurun, hilangnya
ketrampilanmotorik yang halus, penurunan kesadaran, kejang- kejang dan koma (glukosa
darah 20 mg%).

9
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain :
1. Adrenergik seperti : pucat, keringat dingin, takikardia, gemetar, lapar, cemas, gelisah, sakit
kepala, mengantuk.
2. Neuroglikopenia seperti : bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah,
disorientasi, penurunan kesadaran, kejang.

10
Pathway Penuaan, keturunan, infeksi, gaya hidup,
obesitas

Sel B pankreas
rusak

Produksi insulin menurun kadar glukosa


meningkat

Diabetes
Melitus
Dosis insulin terlalu Puasa/intake
tinggi kurang
Hipoglikemi
a

Glukagon dan epineprin


meningkat
Glikogenolis
is
Ketidakstabilan
kadar glukosa Gula darah menurun <60
darah mg/dl
Penurunan nutrisi
jaringan
Respon
SSP

Respon otak Respon


vegetatif
Risiko perfusi Korteks cerebri
serebral tidak kurang suplai Adrenalin
efektif energi

Takikardia,
Sulit konsentrasi, pucat, gemetar
gemetar, tidak sadar,
kejang, koma
Penurunan curah
jantung
Risiko
ketidakseimbangan
cairan

11
2.1.5 Komplikasi
Komplikasi dari pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan
gangguan pernafasan, selain itu hipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut,
hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang
sampai dengan gangguan neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system
saraf pusat yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara abnormal (jevon,2010) dan
menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan kerusakan otak
yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai kematian.
2.1.6 Penatalaksanaan
1. Glukosa Oral
Sesudah diagnosis hipoglikemi ditegakkan dengan pemeriksaan glukosa darah kapiler, 10-
20gram glukosa oral harus segera diberikan. Idealnya dalam bentuk tablet, jelly atau 150-
200 ml minuman yang mengandung glukosa seperti jus buah segar dan non diet cola.
Sebaiknya coklat manis tidak diberikan karena lemak dalam coklat dapat mengabsorbsi
glukosa. Bila belum ada jadwal makan dalam 1- 2 jam perlu diberikan tambahan 10-
20 gram karbohidrat kompleks. Bila pasien mengalami kesulitan menelan dan keadaan
tidak terlalu gawat, pemberian madu atau gel glukosa lewat mukosa rongga hidung dapat
dicoba.
2. Glukosa Intramuskular
Glukagon 1 mg intramuskuler dapat diberikan dan hasilnya akan tampak dalam 10menit.
Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang
merangsang pembentukan sejumlah besar glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.
Glukagon tersedia dalam bentuk suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam
waktu 5-15menit. Kecepatan kerja glucagon tersebut sama dengan pemberian glukosa
intravena. Bila pasien sudah sadar pemberian glukagon harus diikuti dengan pemberian
glukosa oral 20 gram (4 sendok makan) dan dilanjutkan dengan pemberian 40 gram
karbohidrat dalam bentuk tepung seperti crakers dan biscuit untuk mempertahankan
pemulihan, mengingat kerja 1 mg glucagon yang singkat. Reaksi insulin dapt pulih dalam
waktu 5 sampai 15 menit. Pada keadaan puasa yang panjang atau hipoglikemia yang
diinduksi alcohol, pemberian glucagon mungkin tidak efektif. Efektifitas glucagon
tergantung dari stimulasi glikogenolisis yang terjadi.

12
3. Glukosa Intravena
Glukosa intravena harus diberikan dengan hati-hati. Pemberian glukosa dengan konsentrasi
40 % IV sebanyak 10- 25 cc setiap 10- 20 menit sampai pasien sadar disertai infuse
dekstrosa 10% 6 kolf/jam.
Penatalaksanaan Kegawatdaruratan Hipoglikemia
Gejala hipoglikemia akan menghilang dalam beberapa menit setelah penderita
mengkonsumsi gula (dalam bentuk permen atau tablet glukosa) maupun minum jus buah, air gula
atau segelas susu. Seseorang yang sering mengalami hipoglikemia (terutama penderita diabetes),
hendaknya selalu membawa tablet glukosa karena efeknya cepat timbul dan memberikan sejumlah
gula yang konsisten. Baik penderita diabetes maupun bukan, sebaiknya sesudah makan gula diikuti
dengan makanan yang mengandung karbohidrat yang bertahan lama (misalnya roti atau biskuit).
Jika hipoglikemianya berat dan berlangsung lama serta tidak mungkin untuk memasukkan gula
melalui mulut penderita, maka diberikan glukosa intravena untuk mencegah kerusakan otak yang
serius. Seseorang yang memiliki resiko mengalami hipoglikemia berat sebaiknya selalu membawa
glukagon. Glukagon adalah hormon yang dihasilkan oleh sel pulau pankreas, yang merangsang
pembentukan glukosa dari cadangan karbohidrat di dalam hati.Glukagon tersedia dalam bentuk
suntikan dan biasanya mengembalikan gula darah dalam waktu 5-15 menit.
2.1.7 Pencegahan
Beberapa upaya pencegahan yang dapat dilakukan, antara lain:

• Batasi konsumsi minuman keras atau hindari sama sekali jika bisa.

• Hindari aktivitas yang berlebihan, hingga kelelahan

• Kenali gejala-gejala hipoglikemia yang muncul.

• Makan sesuai dengan aktivitas yang kita lakukan.

• Pantau kadar gula darah secara berkala.

• Pengobatan diabetes harus disesuaikan dengan konsumsi makanan sehari-hari.

• Siapkan makanan atau obat-obatan pereda gejala di mana pun berada.

13
2.2 Konsep Asuhan Keperawatan
2.2.1 Pengkajian
1. Pengkajian Primer
Pengkajian keperawatan merupakan langkah pertama dari proses keperawatan.
Pengkajian dilakukan dengan kegiatan pengumpulan data yang akurat dari klien
(Hidayat, 2021). Pengumpulan data dilakukan untuk mengetahui status kesehatan
pasien dan mengidentifikasi masalah kesehatan risiko, aktual maupun potensial.
Pengkajian juga merupakan kumpulan informasi subjektif dan objekif pasien yang
menjadi dasar rencana keperawatan (Siregar dkk., 2021)
1) Airway
Mengecek jalan nafas dengan tujuan menjaga jalan nafas disertai control
servikal jika dicurigai adanya fraktur servical atau basis cranii. Ukur frekuensi
nafas pasien dan dengarkan jika ada nafas tambahan. Kaji adanya sumbatan
jalan napas, karena adanya penurunan kesadaran/koma sebagai akibat dari
gangguan transport oksigen ke otak (Harmono, 2016).
2) Breathing
Mengecek pernafasan dengan tujuan mengelola pernafasan agar oksigenas
adekuat. Jika pasien merasa sesak segera berikan terapi oksigen sesuai indikasi.
Gambaran klinik yang penting diperhatikan pada pasien hipoglikemia adalah
sesak napas (tachypnea, hyperpnea) dan asidosis metabolik (Mansyur, 2018).
3) Circulation
Kaji adanya kesemutan dibagian ekstremitas, keringat dingin, hipotermi, nadi
lemah, tekanan darah menurun. Pasien dengan ketidakstabilan kadar glukosa
darah akibat hipoglikemia akan mengalami perubahan hemodinamik melalui
peningkatan denyut jantung, dan tekanan darah sistolik di perifer. Konsekwensi
dari perubahan hemodinamik tersebut adalah peningkatan beban kerja jantung
yang dapat memicu terjadinya serangan iskemia dan gangguan perfusi jantung.
Perubahan fungsional lainnya pada kondisi hipoglikemia adalah aktivasi sistim
saraf otonom yang ditandai oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, tremor
dan gemetar, penurunan suhu tubuh, tahikardia, fibrilasi bahkan kematian
mendadak (Mansyur, 2018).

14
4) Disability
Kaji status umum dan neurologi dengan memeriksa atau cek GCS dan cek
reflek pupil. Pasien dengan diagnosa ketidakstabilan kadar glukosa darah akibat
hipoglikemia biasanya mengalami kelemahan otot, tampak lemas, pusing, sakit
kepala, perubahan perilaku, kebingungan, penurunan fungsi kognitif,
kejangkejang sampai penurunan kesadaran dan koma (Mansyur, 2018).
5) Exposure
Kaji adanya trauma pada seluruh tubuh pasien. Kaji tanda vital pasien.
2. Pengkajian Sekunder
Pengkajian sekunder meliputi anamnesa terkait riwayat penyakit pasien, pemeriksaan
fisik serta pemeriksaan penunjang (Harmono, 2016).
• Riwayat penyakit (Hidayat, 2021)
a) Riwayat penyakit sekarang
Catatan tentang riwayat penyakit pasien saat dilakukan pengkajian.
b) Riwayat penyakit terdahulu
Catatan tentang penyakit yang pernah dialami pasien sebelum masuk RS.
c) Riwayat penyakit keluarga
Catatan tentang penyakit keluarga yang berhubungan dengan penyakit pasien
saat ini.
• Pemeriksaan fisik
a) Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada leher, telinga
kadang-kadang berdenging, adakah gangguan pendengaran, lidah sering terasa
tebal, ludah menjadi lebih kental, gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan
berdarah, apakah penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
b) Sistem integument
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas luka,
kelembaban dan suhu kulit di daerah sekitar ulkus dan gangren, kemerahan
pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan kuku.
c) Sistem pernafasan

15
Kaji status pernapasan pasien meliputi frekuensi napas, irama napas, kedalaman
napas, suara napas tambahan, retraksi dinding dada. Observasi adanya sesak
nafas, batuk, sputum dan nyeri dada. Pada penderita DM mudah terjadi infeksi.
d) Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau berkurang, takikardi /
bradikardi, hipertensi / hipotensi, aritmia, kardiomegalis.
e) Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi, dehidrase,
perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen, obesitas.
f) Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat berkemih.
g) Sistem musculoskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan, cepat lelah,
lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
h) Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi, mengantuk, reflek
lambat, kacau mental, disorientasi
• Riwayat psikososial
Episode hipoglikemia pada pasien diabetes juga dapat menyebabkan gangguan
psikososial berupa ketakutan yang berlebihan terhadap hipoglikemia, perasaan
bersalah yang tinggi, menjadi irrasional, tingkat kecemasan tinggi, dan perasaan
tidak bahagia dan pada akhirnya dapat mengucilkan diri dari dari kehidupan sosial
(Mansyur, 2018).
3. Pengkajian Tersier
a. Gula darah puasa
Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75
gram oral) dan nilai normalnya antara 70-110mg/dl
b. Gula darah 2 jam post prandial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal <140 mg/dl/2 jam
c. HBA1c

16
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula
darah yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam
waktu 2-3 bulan. HBA1c menunjukkan kadar haemoglobin terglikosilasi yang
pada orang normal antara 4-6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa
orang tersebut menderita DM dan berisiko terjadi komplikasi
d. Elektrolit, terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu
e. Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

2.2.2 Diagnosa Keperawatan


Diagnosa keperawatan merupakan suatu penilaian klinis mengenai respon klien
terhadap masalah kesehatan atau proses kehidupan yang dialaminya baik berlangsung
aktual maupun potensial (PPNI, 2017). Diagnosis keperawatan bertujuan untuk
mengidentifikasi respon klien individu, keluarga dan komunitas terhadap situasi yang
berkaitan dengan kesehatan (PPNI, 2017). Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada
klien Hipoglikemia yaitu :
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah (D.0027)
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif (D.0017)
3. Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
4. Penurunan curah jantung (D.0008)

17
2.2.3 Intervensi Keperawatan
No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakstabilan Setelah dilakukan MANAJEMEN HIPOGLIKEMIA
kadar glukosa tindakan keperawatan (I.03113)

darah selama 1x 24 jam Observasi


maka kestabilan kadar
1.Identifkasi tanda dan gejala
glukosa darah
hipoglikemia
meningkat. KH :
-Kadar glukosa dalam 2.Identifikasi kemungkinan penyebab
hipoglikemia
darah membaik
-Gemetar menurun Terapeutik
-Berkeringat menurun
3.Berikan karbohidrat sederhana, jika perlu
-Kesulitan bicara
menurun 4.Batasi glucagon, jika perlu

5.Berikan karbohidrat kompleks dan


protein sesuai diet

6.Pertahankan kepatenan jalan nafas

7.Pertahankan akses IV, jika perlu

8.Hubungi layanan medis, jika perlu

Edukasi

9.Anjurkan membawa karbohidrat


sederhana setiap saat

10.Anjurkan memakai identitas darurat


yang tepat

11.Anjurkan monitor kadar glukosa darah

12.Anjurkan berdiskusi dengan tim


perawatan diabetes tentang penyesuaian
program pengobatan

18
13.Jelaskan interaksi antara diet,
insulin/agen oral, dan olahraga

14.Anjurkan pengelolaan
hipoglikemia(tanda dan gejala, faktor risiko
dan pengobatan hipoglikemia)

15.Ajarkan perawatan mandiri untuk


mencegah hipoglikemia (mis. mengurangi
insulin atau agen oral dan/atau
meningkatkan asupan makanan untuk
berolahraga

Kolaborasi

16.Kolaborasi pemberian dextros, jika perlu

17.Kolaborasi pemberian glucagon, jika


perlu
2 Risiko perfusi Setelah dilakukan MENEJEMEN PENINGKATAN
serebral tidak tindakan Keperawatan TEKANAN INTRAKRANIAL (I. 06198)
efektif 1 x24 jam diharapkan
Observasi
perfusi serebral
meningkat. KH :
1. Identifikasi penyebab peningkatan
-Tingkat kesadaran
TIK (mis. Lesi, gangguan
meningkat
metabolisme, edema serebral)
-Tekanan intra kranial
2. Monitor tanda/gejala peningkatan
menurun
TIK (mis. Tekanan darah
-Gelisah menurun
meningkat, tekanan nadi melebar,
-Kecemasan menurun
bradikardia, pola napas ireguler,
kesadaran menurun)
3. Monitor MAP (Mean Arterial
Pressure)
4. Monitor CVP (Central Venous
Pressure), jika perlu

19
5. Monitor PAWP, jika perlu
6. Monitor PAP, jika perlu
7. Monitor ICP (Intra Cranial
Pressure), jika tersedia
8. Monitor CPP (Cerebral Perfusion
Pressure)
9. Monitor gelombang ICP
10. Monitor status pernapasan
11. Monitor intake dan output cairan
12. Monitor cairan serebro-spinalis
(mis. Warna, konsistensi)

Terapeutik

13. Minimalkan stimulus dengan


menyediakan lingkungan yang
tenang
14. Berikan posisi semi fowler
15. Hindari maneuver Valsava
16. Cegah terjadinya kejang
17. Hindari penggunaan PEEP
18. Hindari pemberian cairan IV
hipotonik
19. Atur ventilator agar PaCO2 optimal
20. Pertahankan suhu tubuh normal

Kolaborasi

21. Kolaborasi pemberian sedasi dan


antikonvulsan, jika perlu
22. Kolaborasi pemberian diuretic
osmosis, jika perlu

20
23. Kolaborasi pemberian pelunak
tinja, jika perlu

3 Risiko Setelah dilakukan MANAJEMEN CAIRAN (I.03098)


ketidakseimbang tintdakan keperawatan
Observasi
an cairan selama 1x 24 jam
maka keseimbangan
1. Monitor status hidrasi ( mis, frek
cairan meningkat. KH :
nadi, kekuatan nadi, akral, pengisian
-Asupan cairan
kapiler, kelembapan mukosa, turgor
meningkat
kulit, tekanan darah)
-Kelembaban membran
2. Monitor berat badan harian
mukosa meningkat
3. Monitor hasil pemeriksaan
-Dehidrasi menurun
laboratorium (mis. Hematokrit, Na,
K, Cl, berat jenis urin , BUN)
4. Monitor status hemodinamik (Mis.
MAP, CVP, PCWP jika tersedia)

Terapeutik

5. Catat intake output dan hitung


balans cairan dalam 24 jam
6. Berikan asupan cairan sesuai
kebutuhan
7. Berikan cairan intravena bila perlu

Kolaborasi

8. Kolaborasi pemberian diuretik, jika


perlu

21
4 Penurunan curah Setelah dilakukan PERAWATAN JANTUNG (I.02075)
jantung tindakan keperawatan
Observasi
selama 1x 24 jam
maka curah jantung
1. Identifikasi tanda/gejala primer
meningkat. KH :
Penurunan curah jantung (meliputi
-Kekuatan nadi perifer
dispenea, kelelahan, adema
meningkat
ortopnea paroxysmal nocturnal
-Takikardia menurun
dyspenea, peningkatan CPV)
-Pucat/sianosis
2. Identifikasi tanda /gejala sekunder
menurun
penurunan curah jantung (meliputi
peningkatan berat badan,
hepatomegali ditensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah, oliguria,
batuk, kulit pucat)
3. Monitor tekanan darah (termasuk
tekanan darah ortostatik, jika perlu)
4. Monitor intake dan output cairan
5. Monitor berat badan setiap hari
pada waktu yang sama
6. Monitor saturasi oksigen
7. Monitor keluhan nyeri dada (mis.
Intensitas, lokasi, radiasi, durasi,
presivitasi yang mengurangi nyeri)
8. Monitor EKG 12 sadapoan
9. Monitor aritmia (kelainan irama dan
frekwensi)
10. Monitor nilai laboratorium jantung
(mis. Elektrolit, enzim jantung,
BNP, Ntpro-BNP)
11. Monitor fungsi alat pacu jantung

22
12. Periksa tekanan darah dan
frekwensi nadisebelum dan sesudah
aktifitas
13. Periksa tekanan darah dan
frekwensi nadi sebelum pemberian
obat (mis. Betablocker,
ACEinhibitor, calcium channel
blocker, digoksin)

Terapeutik

14. Posisikan pasien semi-fowler atau


fowler dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman
15. Berikan diet jantung yang sesuai
(mis. Batasi asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan tinggi
lemak)
16. Gunakan stocking elastis atau
pneumatik intermiten, sesuai
indikasi
17. Fasilitasi pasien dan keluarga untuk
modifikasi hidup sehat
18. Berikan terapi relaksasi untuk
mengurangi stres, jika perlu
19. Berikan dukungan emosional dan
spiritual
20. Berikan oksigen untuk
memepertahankan saturasi oksigen
>94%

23
Edukasi

21. Anjurkan beraktivitas fisik sesuai


toleransi
22. Anjurkan beraktivitas fisik secara
bertahap
23. Anjurkan berhenti merokok
24. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur berat badan harian
25. Ajarkan pasien dan keluarga
mengukur intake dan output cairan
harian

Kolaborasi

26. Kolaborasi pemberian antiaritmia,


jika perlu
27. Rujuk ke program rehabilitasi
jantung

24
2.2.4 Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan merupakan serangkaian tindakan yang dilakukan oleh perawat
maupun tenaga medis lain untuk membantu pasien dalam proses penyembuhan dan perawatan
serta masalah kesehatan yang dihadapi pasien yang sebelumnya disusun dalam rencana
keperawatan (Nursallam, 2011).

2.2.5 Evaluasi
Menurut Nursalam, 2011, evaluasi keperawatan terdiri dari dua jenis yaitu :
a. Evaluasi formatif, evaluasi ini disebut juga evaluasi berjalan dimana evaluasi dilakukan
sampai dengan tujuan tercapai.
b. Evaluasi somatif, merupakan evaluasi akhir dimana dalam metode evaluasi ini
menggunakan SOAP.

25
BAB III
TINJAUAN KASUS
ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA PADA DIABETES MELLITUS DI
RSUD EMBUNG FATIMAH KOTA BATAM 2021
3.1 PENGKAJIAN
Pengkajian Primer
a) Pengkajian Airway
Jalan nafas bebas, tidak ada bunyi nafas tambahan, suara nafas normal.
b) Breathing
Frekuensi nafas 22x/menit, irama nafas tidak teratur, pola nafas dispnea, bunyi nafas
vesikuler, penggunaan otot bantu retraksi dada, dan saturasi 94%.
c) Circulation
Akral dingin, pucat, pengisian kapiler <2detik, nadi teraba 100x/menit, irama nadi
teratur, tekanan darah 90/60 mmHg, kulit lembab, dan keringat dingin.
d) Disability
Tingkat kesadaran apatis, GCS 13 (E: 3, V: 5, M:5), pupil normal, respon cahaya +/+,
ukuran pupil isokor
e) Exposure
Tidak terdapat luka atau trauma
Pengkajian Sekunder
1. Identitas
Nama : Ny. Y No. Mr : 522291
Umur : 48 Th Ruangan Rawat : Ambunsur Lantai 3
Agama : Islam Tanggal Masuk : 26-06-2021
Jenis Kelamin : Perempuan Tanggal Pengkajian : 27-06-2021
Status : Kawin
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Alamat : Kota Batam
2. Alasan Masuk

26
Klien datang ke IGD RSUD Embung Fatimah Kota Batam pada hari Senin, 26 Juli
2021 pukul 10.00 WIB. Klien mengeluh lemas, pusing, jantung berdebar-debar, merasa
sesak, keringat dingin dan gemetar.
3. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien datang ke IGD RSUD Embung Fatimah Kota Batam dengan keluhan lemas,
pusing, jantung berdebar-debar, merasa sesak, keringat dingin dan gemetar. Klien
mengatakan sudah merasa lemas sejak satu hari sebelumnya, nafsu makan turun,
mau makan tapi hanya sedikit.
b. Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien memiliki riwayat diabetes mellitus tipe 2 sejak 3 tahun lalu dan mengonsumsi
obat antidiabetik oral.
c. Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien dan keluarganya mengatakan ada anggota keluarganya yang menderita
penyakit Diabetes, yaitu ibu klien.
4. Pemeriksaan fisik
a. Tingkat Kesadaran : Apatis
b. GCS : 13 (E=3 ,V=5, M=5)
c. Tanda- tanda vital : TD = 90/60 mmHg
Nadi = 100x/menit
RR = 22x/menit
Suhu= 36,5 C
Data fokus
➢ Data Subjektif
Klien mengatakan lemas, pusing, jatung berdebar -debar, merasa sesak, keluar keringat
dingin, gemetar, dan nafsu makan menurun.
➢ Data Objektif
Klien tampak pucat dan lemas, kesadaran apatis, GCS 13 (E: 3, V: 5, M: 5), gemetar,
dan berkeringat dingin. Suhu 36,5 oC, nadi : 100x/ menit, pernapasan : 22x/menit,
tekanan darah 90/60 mmHg, SpO2 94%, hasil GDS : 62 mg/dl.

27
ANALISA DATA
No Data Etiologi Diagnosa
1 DS : Hipoglikemia Ketidakstabilan kadar
• Klien mengatakan lemas Glukagon &
glukosa darah
• Klien mengatkan nafsu makan epineprin
menurun Glikogenolis
DO :
Gula darah menurun
• Klien tampak pucat dan lemas
• Hasil GDS : 62 mg/dl Ketidakstabilan kadar
glukosa darah
• Tanda- tanda vital
TD = 90/60 mmHg
Nadi = 100x/menit
RR = 22x/menit
Suhu= 36,5 C
2 DS Hipoglikemia Risiko perfusi
• Klien mengatakan pusing Glukagon &
serebral tidak efektif
DO epineprin
• Kesadaran apatis, GCS 13 (E: 3, Glikogenolis
V: 5, M: 5)
Gula darah menurun
• Tanda- tanda vital
TD = 90/60 mmHg Penurunan nutrisi
Nadi = 100x/menit Respon SSP
RR = 22x/menit
Respon otak
Suhu= 36,5 C
Korteks serebri
kurang suplai energi

Risiko perfusi
serebral tidak efektif
3 DS Hipoglikemia Risiko
• Klien mengatakan lemas Glukagon &
ketidakseimbangan
DO epineprin cairan

28
• Klien tampak pucat dan lemas Glikogenolis
• Klien berkeringan dingin Gula darah menurun
• Tanda- tanda vital
Penurunan nutrisi
TD = 90/60 mmHg
Nadi = 100x/menit Respon SSP
RR = 22x/menit Respon otak
Suhu= 36,5 C
Korteks serebri
kurang suplai energi

Sulit konsentrasi,
gemetar, tidak sadar,
kejang, koma

Risiko
ketidakseimbangan
cairan
4 DS Hipoglikemia Penurunan curah
• Klien mengatakan jantung Glukagon &
jantung
berdebar-debar epineprin
• Klien merasa sesak Glikogenolis
DO
Gula darah menurun
• Klien tampak gemetar
• Klien tampak pucat Penurunan nutrisi

• Tanda- tanda vital Respon SSP


TD = 90/60 mmHg
Respon vegetative
Nadi = 100x/menit
RR = 22x/menit Adrenalin

Suhu= 36,5 C Takikardia, pucat,


gemetar

Penurunan curah
jantung

29
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakstabilan kadar glukosa darah b.d penggunaan insulin atau obat glikemik
oral d.d kadar glukosa dalam darah rendah
2. Risiko perfusi serebral tidak efektif d.d korteks serebri kurang suplai energi
3. Risiko ketidakseimbangan cairan d.d peradangan pankreas
4. Penurunan curah jantung b.d perubahan afterload d.d tekanan darah menurun

3.3 INTERVENSI KEPERAWATAN


No Diagnosa Tujuan Intervensi
1 Ketidakstabilan kadar Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN
glukosa darah b.d keperawatan selama 1x 24 HIPOGLIKEMIA
(I.03113)
penggunaan insulin atau jam maka kestabilan kadar
obat glikemik oral d.d glukosa darah membaik KH : Observasi
kadar glukosa dalam • Kadar glukosa dalam
1.Identifkasi tanda dan
darah rendah darah membaik gejala hipoglikemia
DS : • Lelah/lesu menurun
2.Identifikasi kemungkinan
• Klien mengatakan
penyebab hipoglikemia
lemas
• Klien mengatkan Terapeutik

nafsu makan 3.Berikan karbohidrat


menurun sederhana, jika perlu
DO :
4.Batasi glucagon, jika
• Klien tampak perlu
pucat dan lemas
Edukasi
• Hasil GDS : 62
mg/dl 11.Anjurkan monitor kadar
glukosa darah
• Tanda- tanda vital
TD = 90/60 mmHg 13.Jelaskan interaksi antara
Nadi = 100x/menit diet, insulin/agen oral, dan
olahraga
RR = 22x/menit
Suhu= 36,5 C

30
15.Ajarkan perawatan
mandiri untuk mencegah
hipoglikemia (mis.
mengurangi insulin atau
agen oral dan/atau
meningkatkan asupan
makanan untuk berolahraga

Kolaborasi

17.Kolaborasi pemberian
glucagon, jika perlu
2 Risiko perfusi serebral Setelah dilakukan tindakan MENEJEMEN
tidak efektif d.d korteks Keperawatan 1 x24 jam PENINGKATAN
serebri kurang suplai maka perfusi serebral TEKANAN
energi meningkat KH : INTRAKRANIAL (I.
DS : • Tingkat kesadaran 06198)
• Klien mengatakan meningkat
Observasi
pusing • Tekanan intrakranial
DO : menurun 1.Identifikasi penyebab
• Kesadaran apatis, • Nilai rata-rata peningkatan TIK (mis. Lesi,
GCS 13 (E: 3, V: tekanan darah gangguan metabolisme,
5, M: 5) membaik edema serebral)
• Tanda- tanda vital
TD = 90/60 mmHg 2.Monitor tanda/gejala
Nadi = 100x/menit peningkatan TIK (mis.
RR = 22x/menit Tekanan darah meningkat,
Suhu= 36,5 C tekanan nadi melebar,
bradikardia, pola napas
ireguler, kesadaran
menurun)

Terapeutik

31
13.Minimalkan stimulus
dengan menyediakan
lingkungan yang tenang

14.Berikan posisi semi


fowler
3 Risiko ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan MANAJEMEN CAIRAN
cairan d.d peradangan keperawatan selama 1x 24 (I.03098)
pankreas jam maka keseimbangan
Observasi
DS : cairan meningkat KH :
• Klien mengatakan • Asupan cairan
1.Monitor status hidrasi (
lemas meningkat
mis, frek nadi, kekuatan
DO : • Kelembaban nadi, akral, pengisian
• Klien tampak membrane mukosa kapiler, kelembapan
pucat dan lemas meningkat mukosa, turgor kulit,
• Klien berkeringan tekanan darah)
dingin
• Tanda- tanda vital 2. Monitor berat badan
TD = 90/60 mmHg harian
Nadi = 100x/menit
Terapeutik
RR = 22x/menit
Suhu= 36,5 C 6.Catat intake output dan
hitung balans cairan dalam
24 jam

7.Berikan asupan cairan


sesuai kebutuhan

8.Berikan cairan intravena


bila perlu

32
Kolaborasi

9.Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
4 Penurunan curah jantung Setelah dilakukan tintdakan PERAWATAN
b.d perubahan afterload keperawatan selama 1x 24 JANTUNG (I.02075)
d.d tekanan darah jam curah jantung meningkat
Observasi
menurun KH :
DS • Pucat/sianosis
1.Identifikasi tanda/gejala
• Klien mengatakan menurun
primer Penurunan curah
jantung berdebar- • Tekanan darah jantung (meliputi dispenea,
debar membaik kelelahan, adema ortopnea
• Klien merasa sesak paroxysmal nocturnal
DO dyspenea, peningkatan
• Klien tampak CPV)
gemetar
• Klien tampak 2.Identifikasi tanda /gejala
pucat sekunder penurunan curah

• Tanda- tanda vital jantung (meliputi

TD = 90/60 mmHg peningkatan berat badan,

Nadi = 100x/menit hepatomegali ditensi vena

RR = 22x/menit jugularis, palpitasi, ronkhi

Suhu= 36,5 C basah, oliguria, batuk, kulit

SpO2 94% pucat)

6.Monitor saturasi oksigen

Terapeutik

14.Posisikan pasien semi-


fowler atau fowler dengan

33
kaki kebawah atau posisi
nyaman

15.Berikan diet jantung


yang sesuai (mis. Batasi
asupan kafein, natrium,
kolestrol, dan makanan
tinggi lemak)

20.Berikan oksigen untuk


memepertahankan saturasi
oksigen >94%

Edukasi

21.Anjurkan beraktivitas
fisik sesuai toleransi

22.Anjurkan beraktivitas
fisik secara bertahap

Kolaborasi

26.Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

34
1.4IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
No Hari/Tanggal Diagnosa Implementasi Evaluasi
1 27-06-2021 Ketidakstabilan Melakukan Manajemen S:
kadar glukosa darah Hipoglikemia - Klien mengatakan
b.d penggunaan Observasi lemas berkurang
insulin atau obat - klien mengatkan nafsu
1.Mengidentifkasi tanda
glikemik oral d.d makan mulai meningkat
dan gejala hipoglikemia
kadar glukosa O:
dalam darah rendah 2.Mengidentifikasi - Hasil GDS : 147

kemungkinan penyebab mg/dl

hipoglikemia - Tanda- tanda vital :


TD = 110/80 mmHg
Terapeutik Nadi = 82x/menit
RR = 19x/menit
3.Memberikan karbohidrat
Suhu = 36,6 C
sederhana, jika perlu
A : Masalah teratsi

4.Membatasi glucagon, Ketidakstabilan kadar

jika perlu glukosa darah


P : intervensi dihentikan
Edukasi

11.Menganjurkan monitor
kadar glukosa darah

13.Menjelaskan interaksi
antara diet, insulin/agen
oral, dan olahraga

15.Mengajarkan
perawatan mandiri untuk
mencegah hipoglikemia
(mis. mengurangi insulin

35
atau agen oral dan/atau
meningkatkan asupan
makanan untuk
berolahraga

Kolaborasi

17.Kolaborasi pemberian
glucagon, jika perlu
2 27-06-2021 Risiko perfusi Melakukan Manajemen S:
serebral tidak Peningkatan Tekanan - klien mengatakan
efektif d.d korteks Intrakranial pusing berkurang
serebri kurang - klien mengatakan tidak
Observasi
suplai energi lagi gemetaran dan
1.Mengidentifikasi palpitasi
penyebab peningkatan O:
TIK (mis. Lesi, gangguan - Kesadaran
metabolisme, edema composmentis, GCS 15
serebral) - Tanda- tanda vital :
TD = 110/80 mmHg
2.Memonitor tanda/gejala
Nadi = 82x/menit
peningkatan TIK (mis.
RR = 19x/menit
Tekanan darah meningkat,
Suhu = 36,6 C
tekanan nadi melebar,
A : Masalah teratasi
bradikardia, pola napas
risiko perfusi serebral
ireguler, kesadaran
tidak efektif
menurun)
P : intervensi dihentikan

Terapeutik

13.Meminimalkan
stimulus dengan

36
menyediakan lingkungan
yang tenang

14.Memberikan posisi
semi fowler
3 27-06-2021 Risiko Melakukan Manajemen S:
ketidakseimbangan Cairan - Klien mengatakan
cairan d.d lemas berkurang
Observasi
peradangan O:
pankreas 1.Memonitor status - akral teraba hangat
hidrasi ( mis, frek nadi, - Tanda- tanda vital :
kekuatan nadi, akral, TD = 110/80 mmHg
pengisian kapiler, Nadi = 82x/menit
kelembapan mukosa, RR = 19x/menit
turgor kulit, tekanan Suhu = 36,6 C
darah) A : Masalah teratasi
Risiko
2. Memonitor berat badan
ketidakseimbangan
harian
cairan
P : intervensi dihentikan
Terapeutik

6.Mencatat intake output


dan hitung balans cairan
dalam 24 jam

7.Memberikan asupan
cairan sesuai kebutuhan

8.Memberikan cairan
intravena bila perlu

37
Kolaborasi

9.Kolaborasi pemberian
diuretik, jika perlu
4 27-06-2021 Penurunan curah Melakukan Perawatan S:
jantung b.d Jantung - Klien mengatakan
perubahan afterload sudah tidak sesak nafas
Observasi
d.d tekanan darah lagi
menurun 1.Mengidentifikasi O:
tanda/gejala primer - klien tampak tidak lagi
Penurunan curah jantung gemetaran
(meliputi dispenea, - hasil SpO2 : 98%
kelelahan, adema ortopnea - Tanda- tanda vital :
paroxysmal nocturnal TD = 110/80 mmHg
dyspenea, peningkatan Nadi = 82x/menit
CPV) RR = 19x/menit
Suhu = 36,6 C
2.Mengidentifikasi tanda
A : Masalah teratasi
/gejala sekunder
penurunan curah jantung
penurunan curah jantung
P : intervensi dihentikan
(meliputi peningkatan
berat badan, hepatomegali
ditensi vena jugularis,
palpitasi, ronkhi basah,
oliguria, batuk, kulit
pucat)

6.Memonitor saturasi
oksigen

Terapeutik

38
14.Memposisikan pasien
semi-fowler atau fowler
dengan kaki kebawah atau
posisi nyaman

15.Memberikan diet
jantung yang sesuai (mis.
Batasi asupan kafein,
natrium, kolestrol, dan
makanan tinggi lemak)

20.Memberikan oksigen
untuk memepertahankan
saturasi oksigen >94%

Edukasi

21.Menganjurkan
beraktivitas fisik sesuai
toleransi

22.Menganjurkan
beraktivitas fisik secara
bertahap

Kolaborasi

26.Kolaborasi pemberian
antiaritmia, jika perlu

39
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Diabetes mellitus adalah salah satu penyakit tidak menular yang ditandai dengan
peningkatan kadar gula dalam darah sebagai akibat adanya gangguan sistem metabolisme (Azwar,
2021). Menurut International Diabetes Federation (IDF) tahun 2019, jumlah penderita diabetes di
dunia mencapai 463 juta jiwa pada usia 20-79 tahun atau setara dengan prevalensi sebesar 8,3%
dan kematian akibat penyakit ini mencapai 4,2 juta jiwa. Indonesia menempati peringkat ke-7
dengan jumlah penderita sebesar 10,7 juta jiwa (International Diabetes Federation, 2019).
Salah satu komplikasi akut yang sering muncul atau sering dialami penderita diabetes
adalah hipoglikemia (Maria, 2021). Hipoglikemia adalah kondisi dimana kadar glukosa darah
sangat rendah (Sutanto, 2013). Diperkirakan sekitar 2-4% kematian orang dengan diabetes tipe 1
berkaitan dengan hipoglikemia. Hipoglikemia juga umum terjadi pada diabetes tipe 2, dengan
tingkat prevalensi 70-80% (Setyohadi, 2011). Hipoglikemia merupakan suatu kondisi yang
bersifat emergensi dan memerlukan penanganan yang cepat dan tepat. Apabila tidak mendapat
penanganan dengan cepat akan menimbulkan konsekuensi klinis yang berat seperti gangguan
kognitif, penurunan kesadaran, dapat memicu penyakit kardiovaskular, bahkan menyebabkan
kegagalan fungsi otak hingga kematian (Mansyur, 2018).
Hal yang perlu ditekankan pada terapi hipoglikemia yaitu mencegah timbulnya
hipoglikemia berulang. Pasien harus memahami dan bisa mengidentifikasi manifestasi klinis serta
penanganan hipoglikemia. Selain itu, pasien harus memperhatikan penggunaan insulin dan
menyesuaikan diet serta aktivitas olahraga yang dilakukan untuk mencegah terjadinya
hipoglikemia (Black & Hawks, 2021).

40
DAFTAR PUSTAKA

Mansyur, A. M. A. (2018). Hipoglikemia Dalam Praktik Sehari-Hari. Makassar : Departemen


Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin.
Setyohadi, B. (2011). Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta Pusat : Interna Publishing.
Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2018). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI.
Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP
PPNI.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia. Jakarta : DPP PPNI.

41

Anda mungkin juga menyukai