Anda di halaman 1dari 35

Nama : Qatrunnada Fitri Zahranie R.

S
Semester : 2 (Dua)
Nim : 2020030049
Mata Kuliah : KDK II
Prodi : S1 Keperawatan
Dosen Pengampu : Sylvie Puspita,.S.Kep,.Ns,.M.Kep

LAPORAN PENDAHULUAN

BRONKITIS

1. PENGERTIAN

Menurut Sherwood (2014), Bronkitis adalah suatu penyakit peradangan saluran napas bawah
jangka panjang, umumnya dipicu oleh pajanan berulang ke asap rokok, polutan udara, atau
alergen. Menurut Widagdo (2012), bronkitis ialah inflamasi non spesifik pada bronkus
umumnya (90%) disebabkan oleh virus (adenovirus, influenza, parainfluenza, RSV,
rhinovirus, dan harpes simplex virus) dan 10% oleh bakteri, dengan batuk sebagai gejala
yang paling menonjol. Bronkitis (sering disebut trakeobronkitis) adalah inflamasi jalan napas
utama (trakea dan bronkus), yang sering berkaitan dengan ISPA. Agens virus merupakan
penyebab utama penyakit ini, meskipun Mycoplasma Pneumoniae merupakan penyebab
tersering pada anak anak yang berusia lebih dari enam tahu. Kondisi ini dicirikan dengan
batuk non produktif dan kering yang memburuk dimalam hari dan menjadi produktif dalam 2
sampai 3 hari (Wong, 2008).

Bronkitis adalah peradangan (inflamasi) pada selaput lendir (mukosa) bronkus (salauran
pernapasan dari trakea hingga saluran napas di dalam paru – paru). Peradangan ini
mengakibatkan permukaan bronkus membengkak (menebal) sehingga saluran pernapasan
relatif menyempit (Depkes RI, 2015). Jadi bronkitis adalah peradangan pada bronkus yang
disebabkan oleh virus atau bakteri yang mengakibatkan terjadinya penyempitan pada saluran
bronkus yang disebabkan mukus yang berlebihan di bronkus mengakibatkan sesak napas dan
batuk berlendir bagi penderita yang merupakan gejala utama pada penderita bronkitis (Nuga,
2019).
2. ETIOLOGI

Menurut Marni (2014), penyakit ini bisa disebabkan oleh virus dan bakteri. Virus yang sering
menyebabkan penyakit Respiratorik Syncytial Virus. Penyebab lain yang sering terjadi pada
bronkhitis ini adalah asap rokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif, atau sering
menghirup udara yang mengandung zat iritan.

Anak-anak biasanya lebih sering menderita bronkitis akut. Penyebab bronkitis pada anak
(bronkitis akut) biasanya adalah virus, tapi juga bisa disebabkan oleh infeksi bakteri, alergi,
dan iritasi dari asap rokok, polusi, atau debu. Saat anak pilek, flu, sakit tenggorokan, atau
mengalami sinusitis kronis yang disebabkan oleh virus, virus ini dapat menyebar ke daerah
bronkus. Virus yang ada di daerah bronkus ini kemudian dapat menyebabkan saluran napas
menjadi bengkak, meradang, dan tersumbat oleh lendir yang dihasilkannya. Virus-virus ini
dapat menyebar dari orang ke orang melalui batuk atau bersin. Virus juga dapat menyebar
saat anak menyentuh mulut, hidung, atau dari ingus atau cairan pernapasan dari orang yang
terinfeksi yang menempel di benda-benda yang dipegang anak.

3. PATOFISIOLOGI
Serangan bronkitis akut dapat timbul dalam serangan tunggal atau dapat timbul kembali
dengan eksaserbasi akut dari bronkitis kronis. Pada umumnya, virus merupakan awal dari
serangan bronkitis akut pada infeksi saluran napas bagian atas. Dokter akan mendiagnosis
bronkitis kronis jika pasien mengalami produksi sputum selama kurang lebih tiga bulan
dalam satu tahun atau paling sedikit dalam dua tahun berturut – turut. Serangan bronkitis
disebabkan karena tubuh terpapar agen infeksi maupun non infeksi (terutama rokok). Iritan
(zat yang menyebabakan iritasi) akan menyebabkan timbulnya respons inflamansi yang akan
menyebabkan vasodilatasi, kongesti, edema mukosa, dan bronkospasme. Tidak seperti
emfisema, bronkitis lebih mempengaruhi jalan naps kecil dan besar dibandingkan alveoli.
Dalam keadaan bronkitis, alian udara masih memungkinkan tidak mengalami hambatan.

 Pasien dengan bronkhitis kronis akan mengalami :


a) Peningkatan ukuran dan jumlah kelenjar mukus pada bronkhus besar sehingga
meningkatkan produksi mukus.
b) Mukus lebih kental.
c) Kerusakan fungsi siliari yang dapat menurunkan mekanisme pembersihan
mukus.
Pada keadaan normal, paru – paru memiliki kemampuan yang disebut “mucocilliary
defence”, yaitu sistem penjagaan paru – paru yang dilakuakn oleh mukus dan siliari. Pada
pasien dengan bronkitis akut, sistem mucocilliary defence paru – paru mengalami kerusakan
sehingga lebih muda terserang infeksi. Ketika infeksi timbul, kelenjar, mukus akan menjadi
hipertropi dan hiperplasia (ukuran membesar dan jumlah betambah) sehingga produksi
mukus akan meningkat. Infeksi menyebabkan dinding bronkial meradang, menebal (sering
kali sampai dua kali ketebalan normal), dan mengeluarkan mukus kental. Adanya mukus
kental dari dinding bronkial dan mukus yang dihasilkan kelenjar mukus dalam jumlah banyak
akan mengahambat beberapa aliran udara kecil dan mempersempit saluran udara besar.
Bronkitis kronis mula – mula hanya mempengaruhi bronkus besar, namun lambat laun akan
mempengaruhi seluruh saluran napas.

Mukus yang kental dan pembesaran bronkus akan mengobstruksi jalan napas terutama
selama ekspirasi. Jalan napas selanjutnya mengalami kolaps dan udara terperangkap pada
bagian distal ari paru – paru. Obstruksi ini menyebabkan penurunan ventilasi alveolus,
hipoksia, dan asidosis. Pasien mengalami kekurangan O2 jaringan dan ratio ventilasi perfusi
abnormal timbul, dimana terjadi penurunan PO2 kerusakan ventilasi juga dapat
meningkatkan nilai PCO2, sehingga pasien terlihat sianosis, sebagai kompensasi dari
hipoksemia, maka terjadi polisitemia (produksi eritrosit berlebihan). Pada saat penyakit
bertambah parah, sering ditemukan produksi sejumlah sputum yang hitam, biasanya karena
infeksi pulmonari. Selama infeksi, pasien mengalami reduksi pada FEV dengan peningkatan
pada RV dan FRC. Jika masalah tersebut tidak ditanggulangi, hipoksemia akan timbul yang
akhirnya menuju penyakit cor pulmonal dan CHF (Congestive Heart Failure) (Soemantri,
2007).
4. PATHWAY

Alergen

Aktivasi IG.E

Peningkatan
pelepasan histamin

Edema mukosa sel golbet


memproduksi mukus

Infeksi sekunder oleh Virus/bakteri memasuki


beberapa penyakit tubuh (bakterimia/viremia)

Batuk kering, 2-3 batuk


mulai berdahak dan timbul
lendir.
Demam

Ketidakefektifan bersihan Mungkin dahak berwana


Hipertermia
jalan napas kuning (infeksi sekunder)

Malaise

Peningkatan frekuensi
pernafasan Nutrisi
kurang dari
kebutuhan

Perubahan pola Penggunaan otot-otot


Gangguan
nafas bantu pernafasan
keseimbangan
cairan

Nyeri pada retrosternal


5. Manifestasi klinis
Tanda dan gejala pada bronkitis akut biasanya batuk, terdengar ronki,suara yang berat
dan kasar, wheezing, menghilang dalam 10-14 hari, demam, produksi sputum.
Kemudian unruk gejal bronkitis kronis yaitu : batuk yang parah pada pagi hari dan
pada kondisi lembab, sering mengalami infeksi saluran naps (seperti pilek atau flu)
yang dibarengi dengan batuk, gejla bronkitis akut lebih dari 2-3 minggu, demam
tinggi, sesak napas jika saluran tersumbat, produksi dahak bertambah banyak
berwarna kuning / hijau.
6. komplikasi
Menurut Mami (2014) komplikasi bronkitis dengan kondisi kesehatan yang jelek,
antara lain :
a. sinusitis
b. otitis media
c. bronkhietasis
d. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik)
e. Gagal napas

7. Pemeriksaan Diagnosa
1) Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan foto thoraks posterior – anterior dilakukan untuk menilai derajat
progrestivitas penyakit yang berpengaruh menjadi penyakit paru obstruktif
menahun.
2) Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium menunjukkan adanya perubahan pada
peningkatan eosinofil (berdasarkan pada hasil hitung jenis darah). Sputum
diperiksa secara makroskopis untuk diagnosis banding dengan tuberculosis
paru.

8. Penatalaksanaan
Penyebab bronkitis pada umumnya adalah virus, maka belum ada obat kausal. Obat
yang diberikan biasanya untuk penurunan demam, banyak minum terutama sari buah-
buahan. Obat penekan batuk tidak diberikan pada batuk yang banyak lendir, lebih
baik diberi banyak minum.
Bila batuk tetap ada dan tidak ada perbaikan setelah 2 minggu maka perlu dicurigai
adanya infeksi bakteri sekunder dan antibiotik boleh diberikan, asal tidak ada asma
atau pertusis. Pemberian antibiotik yang serasi untuk M.pneumonie dan H.influenzae
sebagai bakteri penyerang sekunder misalnya amoksilin, kotrimoksazol, dan golongan
makrolid. Antibiotik diberikan 7-10 hari dan bila tidak berhasil maka perlu dilakukan
foto thoraks untuk menyingkirkan kemungkinan kolaps paru segmental dan lobaris,
benda asing dalam saluran pernapasan dan tuberkulosis.
ASUHAN KEPERAWATAN PADA An. Y DENGAN GANGGUAN
RESPIRASI : BRONKITIS

1. Pengkajian
1) Biodata klien dan Pertanggung jawab
(Nama, Usia, Jenis kelamin, Agama, Alamat).
2) Riwayat kesehatan
 Keluhan Utama
Biasanya keluhan yang dirasakan pasien adalah batuk berdahak. Dahak
yang keluar biasanya berwarna kuning.
 Riwayat Kesehatan Sekarang
Bermula dari gejala batuk-batuk saja, hingga penyakit akut dengan
manifestasi klinis yang berat. Sebagai tanda-tanda terjadinya toksemia
klien dengan bronkitis sering mengeluh malaise, demam, badan terasa
lemah, banyak berkeringat, takikardia, dan takipnea. Sebagai tanda
terjadinya iritasi, keluhan yang didapatkan terdiri atas batuk,
peningkatan produksi sekret, dan rasa sakit dibawah sternum.
 Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada pengkajian riwayat kesehatan terdahulu klien mengeluh pernah
mengalami infeksi saluran pernafasan bagian atas.
 Riwayat Kesehatan Keluarga
Adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).

3) Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan tanda – tanda vital, hasil pemeriksaan tanda – tanda vital
pada klien dengan bronkitis biasanya didapatkan adanya peningkatan suhu
tubuh lebih dari 400 C, frekuensi napas meningkat dari frekuensi normal, nadi
biasanya meningkat seirama dengan peningkatan suhu tubuh dan frekuensi
pernapasan serta biasanya tidak ada masalah dengan tekanan darah
(Soemantri, 2007).
 Pemeriksaan Inspeksi
Klien biasanya mengalami peningkatan usaha dan frekuensi
pernapasan, biasanya menggunakan otot bantu pernapasan. Pada kasus
bronkitis kronis, sering didapatkan bentuk dada barrel/tong. Gerakan
pernapasan masih simetris, hasil pengkajian lainnya menunjukan klien
juga mengalami batuk yang produktif dengan sputum purulen
berwarna kuning kehijauan sampai hitam kecoklatan karena bercampur
darah.
 Pemeriksaan Palpasi
Taktil fermitus biasanya normal
 Pemeriksaan Perkusi
Hasil pengkajian perkusi menunjukan adanya bunyi resonan pada
seluruh lapang paruh.
 Pemeriksaan Auskultasi
Jika abses terisi penuh dengan cairan pus akibat drainase yang buruk,
maka suara napas melemah, jika bronkus paten dan drainasenya baik
ditambah adanya konsuldasi disekitar abses, maka akan terdengar
suara napas bronkial dan ronki basah.

4) Diagnosa keperawatan
Diagnosis keperawatan telah diterapkan diberbagai rumah sakit dan fasilita
kesehatan lainnya, namun diperlukan terminologi dan indikator diagnosis
keperawatan yang terstandarisasi agar penegakan diagnosis keperawatan
menjadi seragam,akurat,dan tidak ambiguuntuk menghindari ketidaktepatan
pengambilan keputusan dan ketidaksesuaian asuhan keperawatan yang
diberikan kepada klien. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 : 2)
1. Kemungkinan diagnosa keperawatan yang muncul :
a) Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
b) Pola napas tidak efektif (D.0005)
c) Defisit nutrisi (D.0019)
d) Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
2. Diagnosa keperawatan yang disebutkan dalam teori dan ditemukan
dalam kasus nyata adalah sebagai berikut :
a) Bersihan jalan napas tidak efektif (D.0001)
Bersihan jalan napas tidak efektif menyebabkan disfungsi
neuromuskuler. Bersihan jalan napas tidak efektif merupakan
ketidakmampuan membersihkan sekret atau obstruksi jalan napas
untuk mempertahankan jalan napas tetap paten. (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017 : 18)
Pada kasus ini ditemukan data pasien kesulitan bernapas. Penulis
ini menyatakan diagnosa ini karena didukung oleh data subyektif
yaitu dispnea, sulit bicara, serta ortopnea dan data obyektif yaitu
gelisah. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 : 18)
b) Pola napas tidak efektif (D.0005)
Pola napas tidak efektif menyebabkan hambatan upaya napas.
Pola napas tidak efektif merupakan inspirasi dan ekspirasi yang
tidak memberikan ventilasi adekuat. (Tim Pokja SDKI DPP
PPNI, 2017 : 26)
Pada kasus ini ditemukan data pasien sesak napas pada saat
berbaring atau duduk. Penulis ini menyatakan diagnosa ini karena
didukung oleh data subyektif yaitu dispnea dan data obyektif
penggunaan otot bantu pernapasan. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017 : 26)
c) Defisit nutrisi (D.0019)
Defisit nutrisi menyebabkan ketidakmampuan menelan makanan.
Defisit nutrisi merupakan asupan nutrisi tidak cukup untuk
memenuhi kebutuhan metabolisme. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI,
2017 : 56)
Pada kasus ini ditemukan data pasien kekurangan nutrisi. Penulis
ini menyatakan diagnosa ini karena didukung oleh data subyektif
yaitu cepat kenyang setelah makan, kram/nyeri abdomen, serta
nafsu makan menurun. Dan pada data obyektif yaitu berat badan
menurun minimal 10% dibawah rentang ideal. (Tim Pokja SDKI
DPP PPNI, 2017 : 56)
d) Risiko ketidakseimbangan cairan (D.0036)
Risiko ketidakseimbangan cairan menyebabkan prosedur
pembedahan mayor. Risiko ketidakseimbangan cairan merupakan
berisiko mengalami penurunan,peningkatan, atau percepatan
perpindahan cairan dari intravaskuler, interstisial, atau
intraselular. (Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 : 87)
Pada kasus ini ditemukan data pasien mengalami
ketidakseimbangan cairan pada tubuh. Penulis ini menyatakan
diagnosa ini karena didukung oleh faktor risiko yaitu prosedur
pembedahan mayor, trauma/pendarahan, luka bakar, dll. (Tim
Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 : 87)

3. Intervensi keperawatan
Intervensi keperawatan merupakan segala bentuk terapi yang
dikerjakan oleh perawat yang didasarkan pada pengetahuan dan
penilaian klinis untuk mencapai peningkatan, pencegahan, dan
pemulihan kesehatan klien individu, keluarga, dan komunitas.
( Tim Pokja SDKI DPP PPNI, 2017 : 8)
Pada bab ini penulis akan membahas tentang intervensi
keperawatan yang telah disusun dari masing – masing diagnosa.
Diagnosa pertama, kedua, ketiga, dan kempat setelah dilakukan
tindakan keperawatan selama 4x24 jam dengan tujuan dan
kriteria hasil sesuai dengan teori. Dan intervensi dari masing –
masing diagnosa yang penulis cantumkan dalam kasus sudah
sesuai dengan yang tercantum dalam teori.

4. Implementasi
Implementasi merupakan realita dari rencana tindakan
keperawatan yang telah penulis susun. Pembahasan pada tahap
ini meliputi pelaksanaan rencana tindakan perawatan yang dapat
dilakukan dan yang tidak dapat dilakukan sesuai dengan
intervensi pada masing – masing diagnosa.
a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas. Tindakan keperawatan yang telah
penulis lakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya yaitu monitor kecepatan,
irama, kedalaman , dan kesulitan bernapas, monitor pola
napas, buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot lendir
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi
pusat pernapasan. Tindakan keperawatan yang telah
penulis lakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya yaitu memonitor pola napas,
bunyi napas, melakukan penghisapan lendir, kolaborasi
pemberian obat bronkodilator.
c) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan. Tindakan keperawatan yang telah
penulis lakukan sesuai dengan rencana keperawatan yang
telah ditetapkan sebelumnya yaitu monitor asupan
makanan, monitor berat badan, identifikasi status nutrisi,
identifikasi makanan yang disukai, identifikasi kalori dan
nutrisi.
d) Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
prosedur pembedahan mayor. Tindakan keperawatan
yang telah penulis lakukan sesuai dengan rencana
keperawatan yang telah ditetapkan sebelumnya yaitu
tindakan mandiri, tindakan ketergantungan dan tindakan
rujukan. Sebelum melaksanakan tindakan keperawatan
maka perlu divalidasi dengan singkat apakah tindakan ini
sesuai dan dibutuhkan klien pada kondisi saat ini.

5. Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap akhir dari proses keperawatan yang
telah digunakan untuk menentukan seberapa baik rencana
keperawatan yang telah penulis susun, apakah tujuan dapat
tercapai, tercapai sebagian, atau belum tercapai dengan meninjau
respon pasien dan kriteria hasil yang telah ditetapkan.
Berikut ini adalah pembahasan evaluasi berdasarkan evaluasi
hasil dari masing – masing diagnosa :
a) Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan
spasme jalan napas. Pada diagnosa pertama berdasarkan
evaluasi tanggal selasa 1 juni 2020, Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2x24 jam maka bersihan
jalan napas meningkat dengan kriteria hasil : batuk
efektif meningkat, produksi sputum menurun, mengi
menurun, wheezing menurun, mekonium menurun.
Setelah dibandingkan dengan kriteria hasil yang penulis
cantumkan pada intervensi menunjukkan bahwa
mengeluh kesulitan pada saat bernapas menjadi
meningkat dan membaik. Maka penulis menyimpulkan
analisa masalah teratasi sebagian, dan rencana yang
penulis selanjutnya adalah mempertahankan intervensi
yang telah ada, seperti mengkaji berkolaborasi dengan
dokter dalam pemberian terapi obat sesuai dosis.
b) Pola napas tidak efektif berhubungan dengan depresi
pusat pernapasan. Pada diagnosa kedua berdasarkan
evaluasi pada rabu 2 juni 2020, Setelah dilakukan
intervensi keperawatan selama 2x24 jam, maka pola
napas membaik dengan kriteria hasil : Dispnea menurun,
penggunaan otot bantu menurun, pemanjangan fase
ekspirasi menurun, frekuensi napas membaik, kedalaman
napas membaik. Maka rencana tindakan keperawatan
yang ditetapkan teratasi dan rencana yang perlu
dilanjutkan adalah dengan melakukan fisioterapi dada
agar pasien mengerti akan perkembangan pola napas
mereka.
c) Defisit nutrisi berhubungan dengan ketidakmampuan
menelan makanan. Pada diagnosa ketiga berdasarkan
evaluasi pada tanggal kamis 3 juni 2020, setelah
dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam, hasil evaluasi
pada diagnosa keperawatan ini adalah berat badan
membaik, Indeks massa tubuh membaik (IMT). Maka
rencana tindakan keperawatan yang ditetapkan teratasi
dan rencana yang perlu dilanjutkan adalah kolaborasi
dengan ahli gizi
d) Risiko ketidakseimbangan cairan berhubungan dengan
prosedur pembedahan mayor. Pada diagnosa keempat
berdasarkan evaluasi pada tanggal jumat 4 juni 2020,
setelah dilakukan asuhan keperawatan 2x24 jam, hasil
evaluasi pada diagnosa keperawatan ini adalah asupan
cairan meningkat, haluaran urine meningkat, kelembaban
membran mukosa meningkat, edema menurun, dehidrsi
menurun,tekanan darah membaik, denyut nadi radial
membaik,tekanan arteri rata-rata membaik,membran
mukosa membaik, mata cekung membaik, turgor kulit
membaik. Maka rencana tindakan keperawatan yang
ditetapkan teratasi dan rencana yang perlu dilanjutkan
adalah dengan menyeimbangkan kebutuhan cairan tubuh
dengan makanan yang sehat.
DAFTAR PUSTAKA

Nuga, maria rajunita. (2019). KARYA TULIS ILMIAH “ASUHAN KEPERAWATAN PADA
An. A.Z DENGAN BRONKITIS DI RUANG KENANGA RSUD Prof. Dr. W.Z.
JOHANNES KUPANG .”

PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia.Edisi 1.Jakarta : DDP PPNI

PPNI.2018.Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.Edisi 1.Jakarta : DDP PPNI

PPNI.2019.Standar Luaran Keperawatan Indonesia.Edisi 1.Jakarta : DDP PPNI


FORMAT PENGKAJIAN

I. DATA UMUM

Nama : Yudi Angga

Umur : 3 tahun

Jenis kelamin : Laki-laki


Alamat : Dusun Pelangi, Rt 06/Rw 15 Tanggulangin, Sidoarjo, Jawa
Timur
Pekerjaan : -
Penghasilan :-
Status : Belum Menikah
Pendidikan : Belum Sekolah
Golongan Darah : Gol. O
Tanggal MRS : Senin 31 mei 2020 / 10.00 WIB
Tanggal Pengkajian : Selasa 01 juni 2020
Diagnosa Medis : Bronkitis

II. DATA DASAR

Keluhan Utama :

Pasien merasakan sesak napas dan batuk berlendir.

Alasan Masuk Rumah Sakit :

Pasien mengeluh susah bernapas, merasakan kesulitan tidur yang berkepanjangan,


pasien mengatakan bahwa pada malam hari sering sesak napas dan berjalan satu bulan
tidak kunjung membaik

MRS

 Dari Rumah sendirian 


 Dari Rumah dengan keluarga √
 Jalan 
 Emergensi 
 Lain-lain (sebutkan) 

Alat yang digunakan :

 Kursi roda 
 Ambulan √
 Brankart 
 Lain-lain (sebutkan) 

Masuk Rumah Sakit terakhir tanggal :

2 mei 2020 karena pasien mengeluh sakit flu dan batuk yang tidak kunjung sembuh.

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien mengatakan bahwa sering mengalami sesak napas dan batuk berlendir.
Frekuensi sesak napas dan batuk tersebut berlangsung satu bulan terakhir dan sering
terjadi pada malam hari.

Riwayat Penyakit Sebelumnya :

Pasien mengatakan bahwa pernah memiliki riwayat sakit asma

III. POLA FUNGSI KESEHATAN

1. Persepsi terhadap Kesehatan–Manajemen Kesehatan


 Mengkonsumsi :
 Tembakau (merokok) : Ya  Tidak √
Kalau ya berapa batang sehari : -
 Alkohol : Ya  Tidak √
Kalau ya sebutkan jenis, jumlah dan lama mengkonsumsi alkohol : -
 Alergi : Obat  Makanan 
Kalau ya sebutkan jenis obat dan makanan serta reaksinya : -
2. Pola Aktivitas dan Latihan

 Kemampuan Perawatan Diri


Skor 0 : mandiri, 1 : dibantu sebagian, 2 : perlu bantuan orang lain, 3 : perlu
bantuan orang lain dan alat, 4 : tergantung pada orang lain/ tidak mampu.

Aktivitas 0 1 2 3 4
Mandi √
Berpakaian √
Eleminasi √
Mobilisasi di tempat tidur √
Pindah √
Ambulansi √
Naik tangga √
Makan dan minum √
Gosok gigi √

Keterangan : kemampuan perawatan diri saat sakit

3. Pola Istirahat dan Tidur


Sebelum sakit :
 Waktu tidur
o Kualitas : nyenyak
o Kuantitas : tidur selama 8 jam (pukul 20.00 – 05.00)
 Frekwensi
o Gangguan tidur : malam sering terbangun karena batuk yang dialami.
 Tanda-tanda gangguan tidur : ketika saat mau tidur pasien sering mengalami
kelelahan dan kekurangan nutrisi.

Saat sakit :
 Waktu tidur
o Kualitas : sulit tidur
o Kuantitas : tidur selama 4 jam (pukul 01.00 – 05.00)
 Frekwensi
o Gangguan tidur : malam sering terbangun karena sesak napas yang
dialami.
 Tanda-tanda gangguan tidur : ketika saat mau tidur pasien sering mengalami
sesak napas yang sering sehingga pasien kekurangan energi karena kurang tidur.

4. Pola Nutrisi–Metabolik
Sebelum sakit :
 Diet khusus : -
 Anjuran diet sebelumnya : -
 Nafsu makan :
Normal √
Meningkat 

Menurun 

Mual 

Muntah 

Stomatitis 

 BB naik turun 6 bulan terakhir : Ya √ Tidak 


Berapa kg : 1 kg

 Kesulitan menelan : Iya

Saat sakit :
 Diet khusus : -
 Anjuran diet sebelumnya : -
 Nafsu makan :
 Normal 
 Meningkat 
 Menurun √
 Mual 
 Muntah 
 Stomatitis 

 BB naik turun 6 bulan terakhir : Ya √ Tidak 


Berapa kg : 5 kg
 Kesulitan menelan : Iya

5. Pola Kognitif–Perseptual
 Status mental :
Pasien dalam keadaan sadar, dapat merespon pembicaraan orang lain namun
lambat
 Bicara :
Dapat berbicara namun sulit untuk dimengerti, namun suara terdengar lirih dan
lemas
 Kemampuan membaca :
Belum sepenuhnya dapat membaca
 Kemampuan interaksi :
Tidak semuanya mengerti apa yang dibicarakan pasien
 Pendengaran :
Pendengaran pasien normal
 Penglihatan :
penglihatan pasien normal
 Vertigo : -

6. Pola Konsep Diri


 Harga diri : -
 Ideal diri : -
 Peran diri : -

7. Pola Koping
 Masalah utama selama masuk Rumah Sakit (keuangan, Perawatan diri,
lainnya) : perawatan diri An.”Y”
 Kehilangan/perubahan yang terjadi sebelumnya : -
 Takut terhadap kekerasan : -
 Pandangan terhadap masa depan : pesimis

8. Pola Seksual–Reproduksi
 Menstruasi Terakhir (LMP) : -
 Masalah Menstruasi : -
 Papsmen terakhir : -
 Perawatan payudara setiap bulan : -
 Pola seks selama masuk rumah sakit –

9. Pola Peran Berhubungan


 Status perkawinan : -
 Pekerjaan : -
 Kualitas bekerja : -
 Sistem dukungan : Dari pihak keluarga memang menganjurkan untuk
pemeriksaan lebih lanjut ke RS
 Dukungan keluaga selama masuk RS : sangat mendukung

10. Pola Nilai dan Kepercayaan


 Agama : Islam
 Larangan agama : Tidak
 Permintaan rohaniawan selama masuk RS : Tidak ada

IV. PEMERIKSAAN FISIK


1. Keadaan umum
o Kesadaran : Sadar penuh
o Tanda-tanda vital :
 Tekanan darah : 100/80 mmHg
 Nadi : 80x/menit
 Suhu : 34 °C
 Pernafasan : 17x/menit
 Tinggi badan : 90 cm

2. Kepala dan Leher


o Kepala :
Bentuk simentris, Distribusi rambut tumbuh secara merata dan normal pada
umumnya, Warna kulit kepala putih bersih, tidak ada lesi, tidak ada tumor.
Keluhan : -
o Mata :
Bentuk simetris, Kongjungtiva tidak anemis, fungsi penglihatan baik
Pupil : ( ) Reaksi terhadap cahaya ( ) Isokor ( ) Miosis : ( ) Pin Point ( )
Midriasis
Tanda-tanda radang : pasien kesulitan untuk menelan
 Fungsi penglihatan : √ Baik ( ) Kabur
 Penggunaan alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak
 Apabila ya menggunakan : ( ) Kacamata ( ) Lensa kontak ( )
Minus....ka/.....ki ( ) Plus....ka/....ki ( ) Silinder....ka/....ki
 Pemeriksaan mata terakhir : -
 Riwayat operasi : -
o Hidung :
Bentuk simetris tidak ada polip, tidak ada keluhan dan kelainan pada hidung
o Mulut dan Tenggorokan :
 Bibir kering, lidah kering, dapat mengunyah namun lambat, Penyakit
yang
 pernah terjadi mengalami flu/ pilek,
 Frekuensi setiap saat apa lagi pada saat kondisi situasi sekitar kotor dan
 berdebu, Cara mengatasi dengan mengonsumsi obat flu, menjauhi
tempat - tempat yang membuat rentang terhadap penyakit pilek,
 Tidak ada pendarahan gusi, gigi kuning, gigi banyak yang tanggal,
 Pasien mengeluhkan kesulitan menelan
 tenggorokan, tidak memiliki gangguan bicara dapat berbicara namun
tidak
 jelas
 Pemeriksaan gigi terakhir : -
o Telinga :
 Bentuk simetris, telinga bersih
 Fungsi pendengaran normal, masih bisa mendengarkan namun harus di
sampaikan dengan nada yang tinggi dan jelas, serta di ulang dalam
menyampaikan suatu hal, tidak menggunakan alat bantu pendengaran

o Leher :
Tidak terdapat pembesaran tiroid
o Dada :
 Bentuk simetris, Pergerakan dada dinamis, terasa sesak napas, FR
normal
 Pola nafas Thorakoabdominal (tak ada kelainan (t.a.k),
o Jantung :
- Perkusi : Suara pekak
- Auskultasi : Bunyi jantung normal (1,2)
o Paru-paru :
- Perkusi : Suara sonor
- Auskultasi : Bunyi paru vesikuler normal
o Payudara dan Ketiak :
Tidak ada benjolan, ketiak bersih,
o Abdomen :
- Inspeksi : -
- Palpasi : -
- Perkusi : -
- Auskultasi : -
o Genetalia : -
o Kulit dan Kuku :
- Kulit : Warna coklat, Tekstur kering, keriput, Kulit : tidak mengalami
turgor kulit.
- Kuku : Warna putih bening, kotor, kuku pendek.

V. HASIL PEMERIKSAAN PENUNJANG


 Laboratorium
-
 Radiologi
-

VI. PENGOBATAN
- Penggunaan bronkodilator
- Pemberian kortikosteroid
- Rehabilitasi paru
VII. PERSEPSI KLIEN TERHADAP PENYAKITNYA
Pola pikir klien pada saat itu sangat mengganggu kehidupan sehari-harinya

VIII. KESIMPULAN
Perawatan diri mulai sejak dini sangat penting karena untuk terkena penyakit seperti
ini pada anak dibawah usia tahun sangatlah berat. Dan sebaik mungkin harus bisa jaga
kesehatan untuk semua orang.

IX. PERENCANAAN PULANG


 Tujuan pulang : (√) Ke rumah ( ) Tidak ada tujuan ( ) Lain-lain, sebutkan..
 Transportasi pulang : (√) Mobil ( ) Taksi ( ) Lain-lain, sebutkan
Transportasi pulang : ( ) Ambulans ( ) Belum dapat ditentukan sekarang
 Dukungan keluarga : ¿) Ada ( ) Tidak ada
 Antisipasi bantuan biaya setelah pulang : ( ) Ada (√) Tidak ada
 Antisipasi masalah perawatan diri setelah pulang : (√) Ya ( ) Tidak
 Pengobatan : perawatan mandiri dirumah dengan bergantung obat yang diberi pada
orang tua kita.
 Rawat jalan ke : Dusun pelangi pada pukul 15.00.
ANALISA DATA

NO TANGGAL SIMPTOMA ETIOLOGI PROBLEM

1. 01 juni 2020 DS : Infeksi mikroorganisme Ketidakefetifan


virus, bakteri, jamur, bersihan jalan napas
1. Orang tua pasien
protozoa.
mengatakan anaknya batuk-
batuk tapi sulit berlendir. Inhalasi dengan jalan :
melalui udara, aspirasi
organisme dari nasofaring,
DO : hematogen.

1. Terdapat ronki basah pada Reaksi imun dan proses


kedua lobus paru anterior inflamasi

bagian apikal dan basal Pelepasan mediator


(dextra dan sinistra) inflamasi (prostaglandin dan
histamin)
2. Pasien batuk-batuk tapi
tidak mengeluarkan lendir. Pembentukan exudat

3. Sesak, bernapas Obstruksi bronkial


menggunakan otot bantu
Penumpukan sputum
napas
4. RR : 40x/menit, N: Ketidakefektifan bersihan
jalan napas
130x/menit, TD:
100/60mmHg, irama napas
tidak teratur.

2. 02 juni 2020 DS :
Kerusakan alveoli Pola napas tidak
Klien mengeluhkan sesak
efektif
DO: Perpindahan cairan
1. Adanya pengaturan otot interstinum ke alveolus

bantu Peningkatan gaya yang


{sternokleidomastoideus) dibutuhkan untuk
mengembangkan alveolus
2. Retraksi interoostal
3. Pernapasan cuping hidung Peningkatan usaha napas

4. Bunyi napas krekels, ronki, Sesak


dan mengi.

3. 03 juni 2020 DS: Ketidakcukupan asupan


serat dan cairan Defisit nutrisi
1. Klien mengalami
kelemahan dalam menelan Menyebabkan gangguan
absorpsi cairan dan
2. Ketidakmampuan untuk
elektrolit
memakan makanan
DO : Sehingga metabolisme
terganggu
1. Kurangnya asupan
makanan yang berserat seperti
sayuran dan buah-buahan
2. Kurangnya asupan cairan

4. Intake kalori kurang


04 juni 2020 DS:
Risiko
Pasien mengeluhkan batuk Defisiensi sumber ketidakseimbangan
yang tidak kunjung sembuh karbohidrat
cairan
DO : Katabolisme protein dan
1. suhu tubuh 38°C karbohidrat meningkat

2. RR 32x/menit cepat dan Defisiensi protein


dangkal
Daya tahan tubuh menurun
3. anak tampak kurus
Diare

Keadaan umum lemah

Kekurangan volume cairan

NURSE CARE PLANNING


DIAGNOSA TUJUAN
NO TANGGAL KEPERAWATAN KRITERIA INTERVENSI RASIONAL
. HASIL
1. 01 Juni 2020 Bersihan jalan napas Setelah dilakukan Latihan batuk 1. Penurunan bunyi
tidak efektif b.d intervensi efektif (I.01006) : napas dapat
spasme jalan napas keperawatan menunjukkan
d.d batuk tidak selama 2x24 jam O (Observasi) : atelektasis
efektif, tidk mampu maka bersihan 1. Identifikasi
2. Ronki, mengi
batuk, sputum jalan napas kemampuan batuk
berlebih, mengi, meningkat 2. Monitor adanya
menunjukkan
wheezing dan ronkhi dengan kriteria retensi sputum akumulasi sekret /
kering, mekonium hasil (L01001): 3. Monitor tanda ketidakmampuan
dijalan napas, dispnea 1. Batuk efektif dan gejala infeksi untuk membersihkan
dan gelisah (D.0149) meningkat (5) saluran napas jalan napas yang
2. Produksi 4. Monitor input dapat menimbulkan
sputum menurun dan output cairan penggunaan otot
(5) aksesori pernafasan
3. Mengi menurun T (Terapeutik) : dan peningkatan
(5) 1. Atur posisi semi kerja pernafasan
4. Wheezing – Fowler atau
menurun (5) Fowler
5. Mekonium 2. Pasang perlak
menurun (5) dan bengkok
dipangkuan pasien
3. Buang sekret
pada tempat sputum

E (Edukasi) :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur batuk
efektif
2. Anjurkan tarik
napas dalam
melalui hidung
selama 4 detik,
ditahan selama 4
detik, ditahan
selama 2 detik,
kemudian
keluarkan dari
mulut dengan bibir
mencucu selama 8
detik
3. Anjurkan
mengulangi tarik
napas dalam hingga
3 kali
4. Anjurkan batuk
dengan kuat
langsung setelah
tarik napas dalam
yang ke-3

K (Kolaborasi) :
1. Kolaborasi
pemberian
mukolitik atau
ekspektoran, jika
perlu
Manajemen Jalan
napas (I.01012)

O (Observasi) :
1. Monitor posisi
selang endotrakeal
(ETT), terutama
setelah mengubah
posisi
2. Monitor tekanan
ETT setiap 4-8 jam
3. Monitor kulit
stoma trakeostomi
(mis. kemerahan,
drainase,pendaraha
n)

T (Terapeutik) :
1. Kurangi tekanan
balon secara
periodik tiap shift
2. Pasang
oropharingeal
airway (OPA)
untuk mencegah
ETT tergigit
3. Cegah ETT
terlibat (kinking)
4. Berikan pre-
oksigenasi 100%
selama 30 detik (3-
6 kali ventilasi)
sebelum dan setelah
penghisapan
5. Berikan volume
pre-oksigenasi
(bagging/ventilasi
mekanik) 1,5 kali
volume tidal
6. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
jika diperlukan
(bukan secara
berkala/rutin)
7. Ganti fiksasi
ETT setiap 24 jam
8. Ubah posisi ETT
secara bergantian
(kiri dan kanan)
setiap 24 jam
9. Lakukan
perawatan mulut
10. Lakukan
perawatan stoma
trakeostomi

E (Edukasi) :
1. Jelaskan pasien
dan atau keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan
napas buatan

K (Kolaborasi) :
1. Kolaborasi
intubasi ulang jika
terbentuk mucus
plug yang tidak
dapat dilakukan
penghisapan

Pemantauan
Respirasi (I.01014)
:

O (Observasi) :
1. Monitor
frekuensi, irama,
kedalaman dan
upaya napas
2. Monitor pola
napas
3. Monitor
kemampuan batuk
efektif
4. Monitor adanya
produksi sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi
napas
8. Monitor saturasi
oksigen
9. Monitor nilai
AGD
10. Monitor hasi X-
ray toraks

T (Terapeutik) :
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan

E (Edukasi) :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu.

2. 02 Juni 2020 Pola napas tidak Setelah Manajemen Jalan 1. Merangsang fungsi
efektif b.d depresi dilakukan napas (I.01012) pernapasan atau
pusat pernapasan d.d intervensi ekspansi paru
dispnea, penggunaan keperawatan O (Observasi) : 2. Meningkatkan
otot bantu 1. Monitor posisi
selama 2x24 gerakan sekret ke
pernapasan, fase selang endotrakeal
ekspirasi memanjang,
jam, maka pola (ETT), terutama
jalan napas, sehingga
pola napas abnormal, napas membaik setelah mengubah mudah untuk
ortopnea, dan dengan kriteria posisi dikeluarkan
pernapasan pursed lip hasil (L01004): 2. Monitor tekanan 3. Meningkatkan
(D.0005) 1. Dispnea ETT setiap 4-8 jam pengiriman oksigen
menurun (5) 3. Monitor kulit ke paru untuk
2. Penggunaan stoma trakeostomi kebutuhan sekresi
otot bantu (mis. kemerahan, 4. Membantu
menurun (5) 3. drainase,pendaraha mengencerkan sekret
Pemanjangan n) sehingga mudah
fase ekspirasi untuk dikeluarkan
T (Terapeutik) :
menurun (5) 1. Kurangi tekanan
4. Frekuensi balon secara
napas membaik periodik tiap shift
(5), 2. Pasang
5. Kedalaman oropharingeal
napas membaik airway (OPA)
(5). untuk mencegah
ETT tergigit
3. Cegah ETT
terlibat (kinking)
4. Berikan pre-
oksigenasi 100%
selama 30 detik (3-
6 kali ventilasi)
sebelum dan setelah
penghisapan
5. Berikan volume
pre-oksigenasi
(bagging/ventilasi
mekanik) 1,5 kali
volume tidal
6. Lakukan
penghisapan lendir
kurang dari 15 detik
jika diperlukan
(bukan secara
berkala/rutin)
7. Ganti fiksasi
ETT setiap 24 jam
8. Ubah posisi ETT
secara bergantian
(kiri dan kanan)
setiap 24 jam
9. Lakukan
perawatan mulut
10. Lakukan
perawatan stoma
trakeostomi

E (Edukasi) :
1. Jelaskan pasien
dan atau keluarga
tujuan dan prosedur
pemasangan jalan
napas buatan

K (Kolaborasi) :
1. Kolaborasi
intubasi ulang jika
terbentuk mucus
plug yang tidak
dapat dilakukan
penghisapan

Pemantauan
Respirasi (I.01014)
:

O (Observasi) :
1. Monitor
frekuensi, irama,
kedalaman dan
upaya napas
2. Monitor pola
napas
3. Monitor
kemampuan batuk
efektif
4. Monitor adanya
produksi sputum
5. Monitor adanya
sumbatan jalan
napas
6. Palpasi
kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi
napas
8. Monitor saturasi
oksigen
9. Monitor nilai
AGD
10. Monitor hasi X-
ray toraks

T (Terapeutik) :
1. Atur interval
pemantauan
respirasi sesuai
kondisi pasien
2. Dokumentasikan
hasil pemantauan

E (Edukasi) :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu.

3. 03 Juni 2020 Defisit nutrisi b.d Setelah Manajemen 1. Mengetahui


ketidakmampuan dilakukan Nutrisi kekurangan nutrisi
menelan makanan intervensi (I.03119) : klien
d.d berat badan keperawatan 2. Agar dapat
menurun10% selama 2x24 O (Observasi) : dilakukan intervensi
dibawah rentang jam, maka pola 1. Identifikasi dalam pemberian
ideal, kram/nyeri napas membaik status nutrisi makanan pada klien
abdomen, nafsu dengan kriteria 2. Identifikasi 3. Dengan
makan menurun, hasil (L03030) : kebutuhan kalori pengetahuan yang
bising usus 1. Dispnea dan jenis nutrien baik tentang nutrisi
hiperaktif. (D.0019) menurun (5) 3. Identifikasi akan memotivasi
2. penggunaan makanan yang untuk meningkatkan
otot bantu diisukai pemenuhan nutrisi
menurun (5) 3. 4. Monitor 4. Membantu dalam
pemanjangan asupan makan identifikasi
fase ekspirasi 5. Monitor berat malnutrisi kalori-
menurun (5) badan protein khususnya
4. frekuensi bila bb kurang dari
napas membaik T (Terapeutik) normal
(5) : 5. Mengidentifikasi
5. kedalaman 1. Berikan ketidakseimbangan
napas membaik makanan tinggi kebutuhan nutrisi
(5). serat untuk 6. Membuat waktu
mencegah makan lebih
konstipasi menyenangkan
2. Berikan 7. Untuk
makanan tinggi meningkatkan nafsu
kalori dan tinggi makan
proein
3. Berikan
sumplemen
makan (jika
perlu)

E (Edukasi) :
1. Ajarkan diet
yang di
programkan

K (Kolaborasi)
:
1. Kolaborasi
dengan ahli gizi
untuk memenuhi
jumlah kalori
dan jenis nutrien
yang dibutuhkan

Promosi Berat
Badan
(I.03136) :
O (Observasi) :
1. Identifikasi
kemungkinan
penyebab BB
berkurang
2. Monitor adanya
mual dan muntah
3. Monitor jumlah
kalori yang
dikonsumsi
sehari-hari
4. Monitor berat
badan
5. Monitor
albumin, limfosit,
dan elektrolit,
serum

T (Terapeutik) :
1. Berikan
perawatan mulut
sebelum makan,
jika perlu
2. Sediakan
makanan yang
tepat sesuai
kondisi pasien
3. Hidangkan
makanan secara
menarik
4. Berikan
suplemen, jika
perlu
5. Berikan pujian
pada pasien /
keluarga untuk
peningkatan yang
dicapai

E (Edukasi) :
1. Jelaskan jenis
makanan yang
bergizi tinggi,
namun tetap
terjangkau
2. Jelaskan
peningkatan
asupan kalori
yang dibutuhkan

4. 04 Juni 2020 Risiko Setelah Manajemen 1. Untuk mengetahui


ketidakseimbangan dilakukan Cairan keadaan umum klien
cairan d.d prosedur asuhan (I.03098) : 2. Mengidentifikasi
pembedahan keperawatan perubahan-peubahan
mayor. 2x24 jam, hasil O (Observasi) : yang terjadi pada
evaluasi pada 1. Monitor status keadaan umum
diagnosa hidrasi pasien terutama
keperawatan ini 2. Monitor berat untuk mengetahui
adalah badan harian adalah tanda-tanda
1. Asupan 3. Monitor berat syok hipovolemik
cairan badan sebelum 3. Membantu dalam
meningkat (5) dan sesudah menganalisa
2. Haluaran dialisis keseimbangan cairan
urine meningkat 4. Monitor hasil dan derajat
(5) pemeriksaan kekurangan cairan
3. Kelembaban laboratorium 4. Membantu
membran 5. Monitor status kebutuhan cairan
mukosa hemodinamik dalam tubuh
meningkat (5)
4. Edema T(Terapeutik) :
menurun (5) 1. Catat intake-
5. Dehidrsi output dan hitung
menurun (5) balans cairan 24
6. Tekanan jam
darah membaik 2. Berikan asupan
(5) cairan, selama 24
7. Denyut nadi jam
radial membaik 3. Berikan cairan
(5) intravena, jika
8. Tekanan perlu
arteri rata-rata
membaik (5) K (Kolaborasi) :
9. Membran 1. Kolaborasi
mukosa pemberian
membaik (5) diuretik, jika
10. Mata perlu
cekung
membaik (5)
11. Turgor kulit Pemantauan
membaik (5) Cairan
(I.03121) :

O (Observasi) :
1. Monitor
frekuensi dan
kekuatan nadi
2. Monitor
frekuensi napas
3. Monitor
tekanan darah
4. Monitor berat
badan
5. Monitor waktu
pengisian kapiler
6. Monitor
elastisitas atau
turgor kulit
7. Monitor
jumlah, warna,
dan berat jenis
urine
8. Monitor kadar
albumin dan
protein total
9. Monitor hasil
pemeriksaan
serum
10. Monitor
intake dan output
cairan
11. Identifikasi
tanda-tanda
hipervolemia
12. Identifikasi
tanda-tanda
hipovolemia
13. Identifikasi
faktor risiko
ketidakseimbanga
n cairan

T (Terapeutik) :
1. Atur interval
waktu
pemantauan
sesuai dengan
kondisi pasien
2.
Dokumentasikan
hasil pemantauan

E (Edukasi) :
1. Jelaskan tujuan
dan prosedur
pemantauan
2. Informasikan
hasil pemantauan,
jika perlu

IMPLEMENTASI

NO. TANGGAL/JA DIAGNOSA TINDAKAN TANDA


M KEPERAWATAN KEPERAWATAN TANGAN
1. 01 Juni 2020 Bersihan jalan napas 1. Monitor kecepatan,
tidak efektif b.d spasme 2. Irama, kedalaman ,
jalan napas. 3. Kesulitan bernapas,
4. Monitor pola napas,
5. Buang sekret dengan
6. Memotivasi pasien
untuk melakukan batuk
atau menyedot lendir
2. 02 Juni 2020 Pola napas tidak efektif 1. Memonitor pola
b.d depresi pusat napas,
pernapasan. 2. Bunyi napas,
3. Melakukan
penghisapan lendir,
4. Kolaborasi
pemberian obat
bronkodilator.
3. 03 Juni 2020 Defisit nutrisi 1. Monitor asupan
berhubungan dengan makanan,
ketidakmampuan 2. Monitor berat badan,
menelan makanan 3.Identifikasi status
nutrisi,
4. Identifikasi makanan
yang disukai,
5. Identifikasi kalori
dan nutrisi.
4. 04 Juni 2020 Risiko 1. Tindakan mandiri,
ketidakseimbangan 2. Tindakan
cairan berhubungan ketergantungan dan
dengan prosedur tindakan rujukan.
pembedahan mayor 3. Sebelum
melaksanakan tindakan
keperawatan maka
perlu divalidasi dengan
singkat apakah tindakan
ini sesuai dan
dibutuhkan klien pada
kondisi saat ini.

Anda mungkin juga menyukai