Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUAN

ASMA
STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

OLEH:
NAMA : NOR AIMAH
NPM : 2014901110062

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH BANJARMASIN


FAKULTAS KEPERAWATAN DAN ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN PROFESI NERS
TAHUN AKADEMIK 2021
LAPORAN PENDAHULUAN
ASMA
A. Definisi
Sesak nafas dan mengi menjadi suatu pertanda seseorang mengalami asma.
Asma merupakan gangguan radang kronik pada saluran napas. Saluran napas
yang mengalami radang kronik bersifat peka terhadap rangsangan tertentu,
sehingga apabila terangsang oleh factor risiko tertentu, jalan napas menjadi
tersumbat dan aliran udara terhambat karena konstriksi bronkus, sumbatan
mukus, dan meningkatnya proses radang. Dari proses radang tersebut dapat
timbul gejala sesak nafas dan mengi (Almazini, 2012). Sedangkan menurut
Wahid dan Suprapto (2013) Asma adalah suatu penyakit dimana saluran
nafas mengalami penyempitan karena hiperaktivitas pada rangsangan
tertentu, yang mengakibatkan peradangan, penyempitan ini bersifat
sementara. Dari beberapa pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan
asma merupakan suatu penyakit saluran pernafasan yang mengalami
penyempitan karena hipereaktivitas oleh faktor risiko tertentu. Penyempitan
ini bersifat sementara serta menimbulkan gejala sesak nafas dan mengi.

B. Etiologi
Menurut Wijaya & Putri (2014) etiologi asma dapat dibagi atas :
1. Asma ekstrinsik / alergi
Asma yang disebabkan oleh alergen yang diketahui masanya sudah
terdapat semenjak anak-anak seperti alergi terhadap protein, serbuk sari,
bulu halus, binatang dan debu.
2. Asma instrinsik / idopatik
Asma yang tidak ditemukan faktor pencetus yang jelas, tetapi adanya
faktor-faktor non spesifik seperti: flu, latihan fisik, kecemasan atau emosi
sering memicu serangan asma. Asma ini sering muncul sesudah usia 40
tahun setelah menderita infeksi sinus.
3. Asma campuran
Asma yang timbul karena adanya komponen ekstrinsik dan intrinsik
C. Klasifikasi
Menurut Wijaya dan Putri (2014) kasifikasi asma berdasarkan berat penyakit,
antara lain :
1. Tahap I : Intermitten
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
- Gejala inermitten < 1 kali dalam seminggu
- Gejala eksaserbasi singkat (mulai beberapa jam sampai beberapa hari)
- Gejala serangan asma malam hari < 2 kali dalam sebulan
- Asimptomatis dan nilai fungsi paru normal diantara periode eksaserbasi
- PEF atau FEV1 :≥ 80% dari prediksi Variabilitas < 20% Pemakaian
obat untuk mempertahankan kontrol : Obat untuk mengurangi gejala
intermitten dipakai hanya kapan perlu inhalasi jangka pendek β2
diagonis
- Intensitas pengobatan tergantung pada derajat eksaserbasi
kortikosteroid oral mungkin dibutuhkan.
2. Tahap II : Persisten ringan
Penampilan klinik sebelum mendapatkan pengobatan :
- Gejala ≥ 1 kali seminggu tetapi < 1 kali sehari
- Gejala eksaserbasi dapat mengganggu aktivitas dan tidur
- Gejala serangan asma malam hari > 2 kali dalam sebulan
- PEF atau FEV1 :> 80 % dari prediksi Variabilitas 20-30%
- Pemakaian obat harian untuk mempertahankan kontrol : Obat-obatan
pengontrol serangan harian mungkin perlu bronkodilator jangka
panjang ditambah dengan obat-obatan antiinflamasi (terutama untuk
serangan asma malam hari.
3. Tahap III : Persisten sedang
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
- Gejala harian
- Gejala eksaserbasi mengganggu aktivitas dan tidur
- Gejala serangan asma malam hari > 1 kali seminggu
- Pemakaian inhalasi jangka pendek β2 agonis setiap hari
- PEV atay FEV1 :> 60% -< 80% dari prediksi Variabilitas >
30%Pemakaian obat-obatan harian untuk mempertahankan kontrol :
Obat-obatan pengontrol serangan harian inhalasi kortikosteroid
bronkodilator jangka panjang (terutama untuk serangan asma malam
hari)
4. Tahap IV : Persisten berat
Penampilan klinik sebelum mendapat pengobatan :
- Gejala terus-menerus
- Gejala eksaserbasi sering
- Gejala serangan asma malam hari sering
- Aktivitas fisik sangat terbatas oleh asma
- PEF atau FEV1 : ≤ 60% dari prediksi
- Variabilitas > 30%

D. Manifestasi Klinik
Manifestasi klinis yang dapat ditemui pada pasien asma menurut Halim
Danokusumo (2000) dalam Padila (2015) diantaranya ialah:
1. Stadium Dini
Faktor hipersekresi yang lebih menonjol
- Batuk berdahak disertai atau tidak dengan pilek
- Ronchi basah halus pada serangan kedua atau ketiga, sifatnya hilang
timbul
- Wheezing belum ada
- Belum ada kelainan bentuk thorak
- Ada peningkatan eosinofil darah dan IgE
- BGA belum patologis
Faktor spasme bronchiolus dan edema yang lebih dominan:
- Timbul sesak napas dengan atau tanpa sputum
- Wheezing
- Ronchi basah bila terdapat hipersekresi
- Penurunan tekanan parsial O2
2. Stadium lanjut/kronik
- Batuk, ronchi dan whezing
- Sesak napas berat dan dada seolah-olah tertekan
- Dahak lengket dan sulit dikeluarkan
- Suara napas melemah bahkan tak terdengar (silent chest)
- Thorak seperti barel chest
- Tampak tarikan otot stenorkleidomastoideus
- Sianosis
- BGA Pa O2 kurang dari 80%
- Terdapat peningkatan gambaran bronchovaskuler kiri dan kanan pada
Rongen paru
- Hipokapnea dan alkalosis bahkan asidosis respiratorik

E. Patway
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan diagnostik menurut Padila (2015) yaitu :
1. Spirometri
Untuk mengkaji jumlah udara yang dinspirasi
2. Uji provokasi bronkus
3. Pemeriksaan sputum
4. Pemeriksaan cosinofit total
5. Pemeriksaan tes kulit
Dilakukan untuk mencari faktor alergi dengan berbagai alergen yang
dapat menimbulkan reaksi yang positif pada asma.
6. Pemeriksaan kadar IgE total dan IgE spesifik dalam sputum
7. Foto thorak untuk mengetahui adanya pembengkakan, adanya
penyempitan bronkus dan adanya sumbatan
8. Analisa gas darah
Untuk mengetahui status kardiopulmoner yang berhubungan dengan
oksigenasi.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Wijaya & Putri (2014) yaitu :
Non farmakologi, tujuan dari terapi asma :
1. Menyembuhkan dan mengendalikan gejala asma
2. Mencegah kekambuhan
3. Mengupayakan fungsi paru senormal mungkin serta mempertahankannya
4. Mengupayakan aktivitas harian pada tingkat normal termasuk melakukan
exercise
5. Menghindari efek sampingobat asma
6. Mencegah obstruksi jalan nafas yang ireversibel
Farmakologi, obat anti asma :
1. Bronchodilator
Adrenalin, epedrin, terbutallin, fenotirol
2. Antikolinergin
Iptropiem bromid (atrovont)
3. Kortikosteroid
Predrison, hidrokortison, orodexon.
4. Mukolitin
BPH,OBH, bisolvon, mucapoel dan banyak minum air putih.

H. Asuhan Keperawatan
- Pengkajian
Menurut Wijaya dan Putri (2014) pengkajian yang digunakan pada
pasien dengan asma yaitu :
1. Identitas klien : Meliputi nama, Usia, Jenis Kelamin, ras, dll
2. Informasi dan diagnosa medik penting
3. Data riwayat kesehatan Pernah menderita penyakit asma sebelumnya,
menderita kelelahan yang amat sangat dengan sianosis pada ujung jari.
4. Riwayat kesehatan sekarang
a. Biasanya klien sesak nafas, batuk-batuk, lesu tidak bergairah,
pucat tidak ada nafsu makan, sakit pada dada dan pada jalan
nafas.
b. Sesak setelah melakukan aktivitas
c. Sesak nafas karena perubahan udara dan debu
d. Batuk dan susah tidur karena nyeri dada.
5. Riwayat kesehatan keluarga
a. Riwayat keluarga yang memiliki asma
b. Riwayat keluarga yang menderita penyakit alergi seperti rinitis
alergi, sinustis, dermatitis, dan lain-lain.
6. Ativitas / istirahat
a. Keletihan, kelelahan, malaise
b. Ketidakmampuan untuk melakukan aktivitas sehari-hari karena
sulit bernafas.
c. Ketidakmampuan untuk tidur perlu tidur dalam posisi duduk
tinggi.
d. Dispnea pada saat istirahat, aktivitas dan hiburan.
7. Sirkulasi: Pembengkakan pada ekstremitas bawah
8. Integritas egoterdiri dari peningkatan faktor resikodan perubahan pola
hidup
9. Makanan dan cairan: mual/muntah, nafsu makan menurun,
ketidakmampuan untuk makan
10. Pernafasan
a. Nafas pendek, dada rasa tertekan dan ketidakmampuan untuk
bernafas
b. Batuk dengan produksi sputum berwarna keputihan
c. Pernafasan biasanya cepat, fase ekspirasi biasanya memanjang
d. Penggunaan otot bantu pernafasan
e. Bunyi nafas mengi sepanjang area paru pada ekspirasi dan
kemungkinan selama inspirasi berlanjut sampai penurunan/ tidak
adanya bunyi nafas

- Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan yang dapat muncul pada pasien asma menurut
SDKI (2017) dan Donsu, Induniasih, dan Purwanti (2015)yaitu :
1. Bersihan jalan nafas tidak efektif
2. Gangguan pertukaran gas
3. Pola nafas tidak efektif
4. Ansietas

- Intervensi Keperawatan
Rencanaan keperawatan merupakan rencana tindakan yang akan
diberikan kepada klien sesuai dengan kebutuhan berdasarkan diagnosa
keperawatan yang muncul. Rencana keperawatan berdasarkan Standar
Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI, 2018) dan Standar Luaran
Keperawatan Indonesia (SLKI,2019) dapat dijabarkan dalam tabel
sebagai berikut :

NO Diagnosa Tujuan Intervensi


1 Bersihan Setelah dilakukan Intervensi :
jalan nafas tindakan keperawatan Manajement jalan
tidak diharapkan klien jalan nafas
efektif nafas klien tetap paten Observasi
dengan kriteria hasil : 1. Monitor bunyi nafas
1. Produksi sputum tambahan
menurun 2. Monitor bunyi napas
2. Wheezing menurun tambahan
3. Gelisah menurun 3. Monitor sptum
4. Frekuensi nafas Terapeutik
membaik 4. Berikan minum
5. Pola nafas membaik hangat
5. Lakukan fisioterapi
dada
Edukasi
6. Ajarkan teknik batuk
efektif
Kolaborasi
7. Kolaborasi pemberian
bronkodilator,
ekspektoran,
mukolitik
2 Gangguan Setelah diberikan Intervensi :
pertukaran tindakan keperawatan Pemantauan respirasi
gas diharapkan pernafasan Observasi
pasien membaik, 1. Monitor frekuensi,
dengan kriteria hasil: irama, kedalaman dan
1. Tingkat kesadaran upaya nafas
pasien meningkat 2. Monitor pola nafas
2. Bunyi nafas 3. Monitor kemampan
tambahan menurun batuk efektif
3. Gelisah menurun 4. Monitor adanya
4. Nafas cuping produksi sputum
hidung menurun 5. Monitor adanya
sumbatan jalan nafas
6. Palpasi kesimetrisan
ekspansi paru
7. Auskultasi bunyi
nafas
8. Monitor saturasi
oksigen
Terapeutik
9. Atur interval
pemantauan respirasi
sesuai kondisi pasien
10. Dokumentasikan
hasil pantauan
Edukasia.
11. Jelaskan tujuan
prosedur pemantauan
12. Informasikan hasil
pemantauan
3 Pola nafas Setelah dilakukan Intervensi :
tidak tindakan keperawatan Manajement jalan
efektif pola nafas pasien nafas
kembali normal, dengan Observasi
kriteria hasil: 1. Monitor pola nafas
1. Ventilasi semenit Terapeutik
meningkat 2. Posisikan semi fowler
2. Tekanan ekspirasi atau fowler
dan inspirasi 3. Berikan oksigen jika
meningkat perlu
3. Penggunaan otot Edukasi
bantu nafas 4. Ajarkan teknik batuk
menurun efektif
4. Frekuensi nafas
membaik
5. Kedalaman nafas
membaik
4 Ansietas Setelah dilakukan Intervensi : Reduksi
tindakan keperawatan Ansietas
diharapkan kecemasan Observasi
pasien berkurang, 1. Identifikasi saat
dengan kriteria hasil : tingkat ansietas
1. Kekhawatiran akibat 2. Monitor tanda-tanda
kondisi yang ansietas
dihadapi menurun Terapeutik
2. Perilaku gelisah 3. Ciptakan suasana
menurun teraupetik untuk
3. Perilaku tegang menumbuhkan
menurun kepercayaan
4. Frekuensi 4. Dengarkan dengan
pernafasan menurun penuh perhatian
5. Frekuensi nadi 5. Gunakan pendekatan
menurun yang tenang dan
6. Tekanan darah meyakinkan
menurun Edukasi
7. Pucat menurun 6. Jelaskan prosedur,
8. Konsentrasi termasuk sensasi yang
membaik mungkin dialami
7. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan presepsi
8. Latih teknik relaksasi

- Evaluasi Keperawatan
Evaluasi keperawatan menurut (Kozier, 2010) adalah fase kelima atau
terakhir dalam proses keperawatan. Evaluasi dapat berupa evaluasi
struktur, proses dan hasil evaluasi terdiri dari evaluasi formatif yaitu
menghasilkan umpan balik selama program berlangsung. Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan mendapatkan
informasi efektifitas pengambilan keputusan. Evaluasi asuhan
keperawatan didokumentasikan dalam bentuk SOAP (subjektif, objektif,
assesment, planing) (Achjar, 2007). Evaluasi yang diharapkan sesuai
dengan masalah yang klien hadapi yang telah di buat pada perencanaan
tujuandan kriteria hasil.

DAFTAR PUSTAKA

Almazini, P. 2012. Bronchial Thermoplasty Pilihan Terapi Baru untuk Asma


Berat. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia

Padila. 2015. Asuhan Keperawatan Penyakit Dalam. Yogyakarta: Nuha medika

Tim Pokja SDKI DPP PPNI. (2017). Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia
Definisi dan Indikator Diagnostik. Jakarta: Dewan Pengurus PPNI

Tim Pokja SIKI DPP PPNI. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesia.
Jakarta.
Tim Pokja SLKI DPP PPNI. (2018). Standar Luaran Keperawatan Indonesia:
Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan. Jakarta : Dewan Pengurus Pusat
Persatuan Perawat Nasional Indonesia

Wahid, Abdul. Suprapto, Imam. (2013). Keperawatan Medikal Bedah : Asuhan


Keperawatan Pada Gangguan Sistem Respirasi. Jakarta: CV. Trans Info
Media.

Wijaya, AS., Putri, YM. (2013). Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta : Nuha
Medika.

Banjarmasin, Maret 2021


Perseptor Akademik, Perseptor Klinik,

ACC
Dewi Nurhanifah, Ns.M.Kep Aristya Pratama, S.Kep,Ns

Anda mungkin juga menyukai