Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

DI SUSUN OLEH
NUR CHOTIMAH
NIM.2020207209

KELAS RSUD PRINGSEWU

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN PENDIDIKAN


PROFESI NERS FAKULTAS KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PRINGSEWU LAMPUNG
TAHUN 2021
LAPORAN PENDAHULUAN PPOK

A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang
dapat dicegah dan diobati, yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara
pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang
bersifat progresif ini terjadi karena adanya respon inflamasi paru akibat pajanan
partikel atau gas beracun yang disertai efek ekstraparu yang berkontribusi
terhadap derajat penyakit (Perhimpunan dokter paru Indoesia, 2010).
PPOK  merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama  dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD
adalah : bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asma bronchiale (S Meltzer,
2012)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru
Obstruksi Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena bronkitis
kronis, bronkietaksis dan emfisema, obstruksi tersebut bersifat progresif disertai
hiperaktif aktivitas bronkus.

2. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
menurut Arief Mansjoer (2005) adalah :
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi Udara
3) Paparan Debu, asap
4) Gas-gas kimiawi akibat kerja
5) Riwayat infeki saluran nafas
6) Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut
David Ovedoff (2009) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi
udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan
dengan virus hemophilus influenza dan strepto coccus pneumonia.

3. Manifestasi Klinik
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK
adalah sebagai berikut:

 Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap
hari seiring waktu
 Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukupurulent sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
untuk bernafas Batuk dan ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan
maksimal pada pagi hari
 Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya
penyakit pada keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan
aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat semakin
memburuknya abnormalitas pertukaran udara.
 Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat
memperlihatkan penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi,
dan hiperresonansi pada perkusi
 Anoreksia
 Penurunan berat badan dan kelemahan
 Takikardia, berkeringat
 Hipoksia

4. Komplikasi
1) Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari
55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya
klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan
pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2) Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO 2 (hiperkapnia). Tanda
yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines,
tachipnea.
3) Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea
berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis
kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.
5) Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
6) Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan
dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa
diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
seringkali terlihat.

5. Patofisiologi dan Pathway


Saluran napas dan paru berfungsi untuk proses respirasi yaitu
pengambilan oksigen untuk keperluan metabolisme dan pengeluaran
karbondioksida dan air sebagai hasil metabolisme. Proses ini terdiri dari tiga
tahap, yaitu ventilasi, difusi dan perfusi. Ventilasi adalah proses masuk dan
keluarnya udara dari dalam paru. Difusi adalah peristiwa pertukaran gas antara
alveolus dan pembuluh darah, sedangkan perfusi adalah distribusi darah yang
sudah teroksigenasi. Gangguan ventilasi terdiri dari gangguan restriksi yaitu
gangguan pengembangan paru serta gangguan obstruksi berupa perlambatan
aliran udara di saluran napas.  Faktor risiko utama dari PPOK adalah
merokok. Komponen-komponen asap rokok merangsang perubahan pada sel-sel
penghasil mukus bronkus. Selain itu, silia yang melapisi bronkus mengalami
kelumpuhan atau disfungsional serta metaplasia. Perubahan-perubahan pada sel-
sel penghasil mukus dan silia ini mengganggu sistem eskalator mukosiliaris dan
menyebabkan penumpukan mukus kental dalam jumlah besar dan sulit
dikeluarkan dari saluran napas. Mukus berfungsi sebagai tempat persemaian
mikroorganisme penyebab infeksi dan menjadi sangat purulen. Timbul
peradangan yang menyebabkan edema jaringan. Proses ventilasi terutama
ekspirasi terhambat. Timbul hiperkapnia akibat dari ekspirasi yang memanjang
dan sulit dilakukan akibat mukus yang kental dan adanya peradangan (GOLD,
2009).

Pathway

Faktor presdiposisi

Edema, spasme bronkus, peningkatan secret bronkiolus

Bersihan jalan Obstruksi bronkiolus awal fase


nafas tidak ekspirasi
efektif
Udara terperangakap dalam
alveolus

Sesak nafas,

Suplai O2 ke PaO2 rendah nafas pendek

jaringan PaCO2 tinggi


Nafsu makan menurun
rendah

Gangguan Gangguan Ketidakseim


Kompensasi hipoksemia metabolisme pertukaran gas bangan
kardiovaskuler jaringan
nutrisi kurag
dari
kebutuhan
tubuh
Hipertensi Metabolisme
pulmonal anaerob

Produksi ATP
Gagal jantung
kanan menurun

Deficit energi

Lelah, lemah
Intolransi Defisit
aktivitas perawatan diri
gg. pola tidur
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a) Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
b) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian.
c) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:

a) Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghentikan


merokok, menghindari polusi udara.
b) Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c) Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus tepat
sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji sensitivitas
atau pengobatan empirik.
d) Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggunaan
kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronkospasme) masih
controversial.
e) Pengobatan simtomatik.
f) Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g) Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberikan
dengan aliran lambat 1 – 2 liter/menit.
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data- data yang
dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a) Riwayat Kesehatan
 Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong pasien
mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit. Biasanya pada
pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik (PPOK) didapatkan
keluhan berupa sesak nafas.
 Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada dada,
berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga ditanyakan mulai
kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan yang telah dilakukan untuk
menurunkan atau menghilangkan keluhan-keluhannya tersebut.
 Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS
dengan keluhan yang sama.
 Riwayat Penyakit Keluarga
 Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang menderita
penyakit-penyakit yang sama
b) Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Gordon di kutip dari Hidayat
(2004).
 Persepsi kesehatan /penanganan kesehatan
Pada pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan kesehatan
yang perlu ditanyakan adalah persepsi terhadap penyakit atau sakit,
persepsi terhadap kesehatan, persepsi terhadap penatalaksanaan
kesehatan seperti penggunaan
 Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan
defekasi perhari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia, tipe
ostomi yang di alami, kebiasaan alvi, ada/tidaknya disuria, nuctoria,
urgensi, hematuri, retensi, inkontinensia, apakah kateter indwing atau
kateter eksternal, dll.
 Aktivitas dan latihan
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam menata diri antara lain seperti makan, mandi,
berpakaian, toileting, tingkat mobilitas di tempat tidur, berpindah,
berjalan, dll.
 Kognitif-perseptual
Pada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara berbicara
normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi, keadekuatan alat
sensori, seperti penglihatan pendengaran, pengecapan, penghidu,
persepsi nyeri,kemampuan fungsional kognitif
 Istirahat-tidur
Pengkajian pola tidur dan istirahat ini yang ditanyakan adalah jumlah
jam tidur pada malam hari , pagi hari, siang hari, merasa tenang
setelah tidur, masalah selama tidur, adanya terbangun dini, insomnia
atau mimpi buruk.
 Persepsi diri/konsep diri
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang dirinya
dari masalah-masalah yang ada seperti perasaan kecemasan.
 Peran/hubungan
Pada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status pekerjaan,
kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau keluarga, dan
gangguan terhadap peran yang dilakukan.
 Seksualitas dan reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien dengan
seksualitas, tahap dan pola reproduksi.
 Koping/toleransi stress
Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung, dan
kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan menangani
situasi.
 Nilai keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama sakit
serta kebutuhan adanya rohaniawan, dll.

c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Hidayat, 2004)
 Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan
keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien,
kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti
compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
 Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama,
kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama,
kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
 Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit :
Warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan
lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema.
Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan
karakteristik lain. Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari
bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah
servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
 Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk
dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun
(fontanel), wajahnya asimetris atau
 Pemerksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada
adalah organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk
dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya,
pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta
dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi
perkusinya, bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara
di paru atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi
konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain
 Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut,
bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri
tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal,
kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran
pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus,
rektum serta genetalianya.
 Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya
rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman
tangan, otot kaki, dan lain-lain.

d) Pemeriksaan Penunjang
 Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan
faktor-faktor penyebab.
 Pemeriksaan fisik: 1) Pasien biasanya tampak kurus dengan
barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada meningkat).
2) Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada. 3) Perkusi pada
dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah, pekak jantung berkurang. 4) Suara nafas berkurang.
 Pemeriksaan radiologi 1) Foto thoraks pada bronkitis kronik
memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan gari
 garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan
corakan paru yang bertambah. 2) Pada emfisema paru, foto
thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran
diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
 Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea
untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah
fungsi abnormal adalah obstimula
 atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
 Pemeriksaan gas darah.
 Pemeriksaan EKG
 Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih
2.   DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan berhubungan
dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan kebutuhan oksigen.

3.    RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan NOC : Ventilation assistance
bersihan jalan nafas  Respiratory 1. Berikan O2 1-2
berhubungan dengan status : Ventilation l/mnt dengan
bronkokontriksi,  Respiratory menggunakan
peningkatan produksi status : Airway nasal kanul
sputum, batuk tidak patency 2. Anjurkan pasien
efektif,  Aspiration Control untuk istirahat dan
kelelahan/berkurangny napas dalam
a tenaga dan infeksi Kriteria Hasil : 3. Posisikan pasien
bronkopulmonal  Mendemonstrasik untuk
an batuk efektif memaksimalkan
dan suara nafas ventilasi
yang bersih, tidak 4. Lakukan
ada sianosis dan fisioterapi dada
dyspneu (mampu jika perlu
mengeluarkan 5. Keluarkan secret
sputum, mampu dengan batuk
bernafas dengan 6. Anjurkan batuk
mudah, tidak ada efektif
pursed lips) 7. Auskultasi suara
 Menunjukkan nafas, catat
jalan nafas yang adanya suara
paten (klien tidak tambahan
merasa tercekik, 8. Monitor status
irama nafas, hemodinamik
frekuensi 9. Pertahankan
pernafasan dalam hidrasi yang
rentang normal, adequat untuk
tidak ada suara mengencerkan
nafas abnormal) secret.
 Mampu 10.Jelaskan pada
mengidentifikasik pasien dan
an dan mencegah keluarga tentang
factor yang dapat penggunaan
menghambat jalan peralatan: O2,
nafas Suction, Inhalasi.
11.Kolaboraasi
dengan dokter
pemberian obat
bronkodilator.

2. Ketidakefektifan pola NOC : Airway Management


nafas berhubungan  Respiratory 1. Buka jalan nafas,
dengan napas pendek, status : Ventilation gunakan teknik
mukus,  Respiratory chin lift atau jaw
bronkokontriksi dan status : Airway thrust bila perlu
iritan jalan napas patency 2. Posisikan pasien
 Vital sign Status untuk
memaksimakan
Kriteria Hasil : ventilasi
 Mendemonstrasik 3. Identifikasi pasien
an batuk efektif perlunya
dan suara nafas pemasangan alat
yang bersih, tidak jalan nafas buatan
ada sianosis dan 4. Pasang mayo bila
dyspneu (mampu perlu
mengeluarkan 5. Lakukan
sputum, mampu fisioterapi dada
bernafas dengan jika perlu
mudah, tidak ada 6. Keluarkan secret
pursed lips) dengan batuk atau
 Menunjukkan suction
jalan nafas yang 7. Auskultasi suara
paten (klien tidak nafas, catat
merasa tercekik, adanya suara
irama nafas, tambahan
frekuensi 8. Lakukan suction
pernafasan dalam pada mayo
rentang normal, 9. Monitor respirasi
tidak ada suara dan status O2
nafas abnormal) Oxygen Therapy
 Tanda Tanda vital 1. Bersihkan mulut,
dalam rentang hidung dan secret
normal (tekanan trakea
darah (sistole 110- 2. Monitor aliran
130mmHg dan oksigen
diastole 70- 3. Pertahankan
90mmHg), nad posisi pasien
(60-100x/menit)i, 4. Onservasi adanya
pernafasan (18- tanda tanda
24x/menit)) hipoventilasi
5. Monitor adanya
kecemasan pasien
terhadap
oksigenasi
Vital sign Monitoring
1. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR
2. Catat adanya
fluktuasi tekanan
darah
3. Monitor VS saat
pasien berbaring,
duduk atau
berdiri
4. Monitor
frekuensi dan
irama pernafasan
5. Monitor suara
paru
6. Monitor pola
pernafasan
abnormal
7. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban kulit
8. Monitor sianosis
perifer

3. Intoleransi aktivitas NOC : 1. Kaji respon


berhubungan dengan  Energy individu
ketidakseimbangan conservation terhadap
antara suplai dengan  Self Care : ADLs aktivitas; nadi,
kebutuhan oksigen  tekanan darah,
Kriteria Hasil : pernapasan
 Berpartisipasi 2. Ukur tanda-
dalam aktivitas tanda vital
fisik tanpa disertai segera setelah
peningkatan aktivitas,
tekanan darah, istirahatkan
nadi dan RR klien selama 3
 Mampu menit
melakukan kemudian ukur
aktivitas sehari lagi tanda-tanda
hari (ADLs) vital.
secara mandiri 3. Dukung pasien
dalam
menegakkan
latihan teratur
dengan
menggunakan
treadmill dan
exercycle,
berjalan atau
latihan lainnya
yang sesuai,
seperti berjalan
perlahan.
4. Kaji tingkat
fungsi pasien
yang terakhir
dan
kembangkan
rencana latihan
berdasarkan
pada status
fungsi dasar.
5. Sarankan
konsultasi
dengan ahli
terapi fisik
untuk
menentukan
program latihan
spesifik
terhadap
kemampuan
pasien.
6. Sediakan
oksigen
sebagaiman
diperlukan
sebelum dan
selama
menjalankan
aktivitas untuk
berjaga-jaga.
7. Tingkatkan
aktivitas secara
bertahap; klien
yang sedang
atau tirah
baring lama
mulai
melakukan
rentang gerak
sedikitnya 2
kali sehari.
8. Tingkatkan
toleransi
terhadap
aktivitas
dengan
mendorong
klien
melakukan
aktivitas lebih
lambat, atau
waktu yang
lebih singkat,
dengan istirahat
yang lebih
banyak atau
dengan banyak
bantuan.
9. Secara bertahap
tingkatkan
toleransi latihan
dengan
meningkatkan
waktu diluar
tempat tidur
sampai 15
menit tiap hari
sebanyak 3 kali
sehari.

4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang
DAFTAR PUSTAKA

Arief Mansjoer. 2005. Kapita Selekta Kedokteran, edisi 4. Jakarta : Media


Aesculapius FKUI
Carpenito Moyet, Lynda Juall. 2006. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta:
EGC
Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease. 2009. Global Strategy
for
The Diagnosis, Management, and Prevention of Chronic
ObstructivePulmonary Disease. Barcelona: Medical Communications
Resources. Available from: http://www.goldcopd.org
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Penyakit Paru Obstruktf Kronik : Pedoman
Praktis
Diagnosis dan Penatalaksanaan di Indonesia. Jakarta. 2010
NANDA, 2012, Diagnosis Keperawatan NANDA : Definisi dan Klasifikasi
Smeltzer, Suzanna C. 2012. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Brunner
dan
Suddarth Edisi 8 Volume 2. Jakarta : EGC.
Ovedoff David. 2009. Kapita Selekta Kedokteran.Dialihbahasakan oleh Lyndon
Saputra.
Tangerang :Binarupa Aksara

Anda mungkin juga menyukai