DI SUSUN OLEH
NUR CHOTIMAH
NIM.2020207209
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru yang
dapat dicegah dan diobati, yang ditandai dengan adanya hambatan aliran udara
pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel. Gangguan yang
bersifat progresif ini terjadi karena adanya respon inflamasi paru akibat pajanan
partikel atau gas beracun yang disertai efek ekstraparu yang berkontribusi
terhadap derajat penyakit (Perhimpunan dokter paru Indoesia, 2010).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk sekelompok
penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh peningkatan
resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran patofisiologi utamanya. Ketiga
penyakit yang membentuk satu kesatuan yang dikenal dengan COPD
adalah : bronchitis kronis, emfisema paru-paru dan asma bronchiale (S Meltzer,
2012)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit Paru
Obstruksi Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena bronkitis
kronis, bronkietaksis dan emfisema, obstruksi tersebut bersifat progresif disertai
hiperaktif aktivitas bronkus.
2. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
menurut Arief Mansjoer (2005) adalah :
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi Udara
3) Paparan Debu, asap
4) Gas-gas kimiawi akibat kerja
5) Riwayat infeki saluran nafas
6) Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik menurut
David Ovedoff (2009) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat dan terkena polusi
udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin infeksi juga berkaitan
dengan virus hemophilus influenza dan strepto coccus pneumonia.
3. Manifestasi Klinik
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau PPOK
adalah sebagai berikut:
Batuk produktif, pada awalnya intermiten, dan kemudian terjadi hampir tiap
hari seiring waktu
Sputum putih atau mukoid, jika ada infeksi menjadi purulen atau
mukupurulent sesak sampai menggunakan otot-otot pernafasan tambahan
untuk bernafas Batuk dan ekspektorasi,dimana cenderung meningkat dan
maksimal pada pagi hari
Sesak nafas setelah beraktivitas berat terjadi seiring dengan berkembangnya
penyakit pada keadaan yang berat, sesak nafas bahkan terjadi dengan
aktivitas minimal dan bahkan pada saat istirahat akibat semakin
memburuknya abnormalitas pertukaran udara.
Pada penyakit yang moderat hingga berat, pemeriksaan fisik dapat
memperlihatkan penurunan suara nafas, ekspirasi yang memanjang, ronchi,
dan hiperresonansi pada perkusi
Anoreksia
Penurunan berat badan dan kelemahan
Takikardia, berkeringat
Hipoksia
4. Komplikasi
1) Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang dari
55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada awalnya
klien akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi dan
pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2) Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai PaCO 2 (hiperkapnia). Tanda
yang muncul antara lain : nyeri kepala, fatique, lethargi, dizzines,
tachipnea.
3) Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan produksi
mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial dan edema
mukosa. Terbatasnya aliran udara akan meningkatkan kerja nafas dan
timbulnya dyspnea.
4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit paru),
harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea
berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan bronchitis
kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga dapat mengalami
masalah ini.
5) Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat atau
asidosis respiratory.
6) Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan asthma
bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial mengancam kehidupan
dan seringkali tidak berespon terhadap therapi yang biasa
diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan dan distensi vena leher
seringkali terlihat.
Pathway
Faktor presdiposisi
Sesak nafas,
Produksi ATP
Gagal jantung
kanan menurun
Deficit energi
Lelah, lemah
Intolransi Defisit
aktivitas perawatan diri
gg. pola tidur
6. Penatalaksanaan Medis dan Keperawatan
Tujuan penatalaksanaan PPOK adalah:
a) Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya pada
fase akut, tetapi juga fase kronik.
b) Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian.
c) Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut:
c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Hidayat, 2004)
Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan
keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien,
kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif seperti
compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma dan delirium.
Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama,
kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama,
kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening. Kulit :
Warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat, eritema dan
lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan ada/tidaknya edema.
Rambut : Dapat dinilai dari warna, kelebatan, distribusi dan
karakteristik lain. Kelenjar getah bening : Dapat dinilai dari
bentuknya serta tanda-tanda radang yang dapat dinilai di daerah
servikal anterior, inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari bentuk
dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-ubun
(fontanel), wajahnya asimetris atau
Pemerksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada
adalah organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan bentuk
dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris apa tidaknya,
pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara, krepitasi serta
dapat dilihat batas pada saat perkusi didapatkan bunyi
perkusinya, bagaimana(hipersonor atau timpani), apabila udara
di paru atau pleura bertambah, redup atau pekak, apabila terjadi
konsolidasi jarngan paru, dan lain-lain
Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding perut,
bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau adanya nyeri
tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati, limpa, ginjal,
kandung kencing yang ditentukan ada tidaknya dan pembesaran
pada organ tersebut, kemudian pemeriksaan pada daerah anus,
rektum serta genetalianya.
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa adanya
rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan, genggaman
tangan, otot kaki, dan lain-lain.
d) Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas dan
faktor-faktor penyebab.
Pemeriksaan fisik: 1) Pasien biasanya tampak kurus dengan
barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada meningkat).
2) Fremitus taktil dada berkurang atau tidak ada. 3) Perkusi pada
dada hipersonor, peranjakan hati mengecil, batas paru hati lebih
rendah, pekak jantung berkurang. 4) Suara nafas berkurang.
Pemeriksaan radiologi 1) Foto thoraks pada bronkitis kronik
memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan gari
garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks paru dan
corakan paru yang bertambah. 2) Pada emfisema paru, foto
thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan gambaran
diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab dispnea
untuk menentukan penyebab dispnea, untuk menentukan apakah
fungsi abnormal adalah obstimula
atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan untuk
mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
Pemeriksaan gas darah.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan berhubungan
dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan napas pendek, mukus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara suplai
dengan kebutuhan oksigen.
3. RENCANA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA NOC NIC
KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan NOC : Ventilation assistance
bersihan jalan nafas Respiratory 1. Berikan O2 1-2
berhubungan dengan status : Ventilation l/mnt dengan
bronkokontriksi, Respiratory menggunakan
peningkatan produksi status : Airway nasal kanul
sputum, batuk tidak patency 2. Anjurkan pasien
efektif, Aspiration Control untuk istirahat dan
kelelahan/berkurangny napas dalam
a tenaga dan infeksi Kriteria Hasil : 3. Posisikan pasien
bronkopulmonal Mendemonstrasik untuk
an batuk efektif memaksimalkan
dan suara nafas ventilasi
yang bersih, tidak 4. Lakukan
ada sianosis dan fisioterapi dada
dyspneu (mampu jika perlu
mengeluarkan 5. Keluarkan secret
sputum, mampu dengan batuk
bernafas dengan 6. Anjurkan batuk
mudah, tidak ada efektif
pursed lips) 7. Auskultasi suara
Menunjukkan nafas, catat
jalan nafas yang adanya suara
paten (klien tidak tambahan
merasa tercekik, 8. Monitor status
irama nafas, hemodinamik
frekuensi 9. Pertahankan
pernafasan dalam hidrasi yang
rentang normal, adequat untuk
tidak ada suara mengencerkan
nafas abnormal) secret.
Mampu 10.Jelaskan pada
mengidentifikasik pasien dan
an dan mencegah keluarga tentang
factor yang dapat penggunaan
menghambat jalan peralatan: O2,
nafas Suction, Inhalasi.
11.Kolaboraasi
dengan dokter
pemberian obat
bronkodilator.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan, dimana
evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus dengan melibatkan
pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan pengkajian
ulang
DAFTAR PUSTAKA