Disusun Oleh :
Winda siti juliani
SN162208
A. KONSEP PENYAKIT
1. Definisi
PPOK merupakan penyakit paru bersifat kronik dan menjadi faktor
salah satu yang menyebabkan saluran nafas bagi penderitaan karena
ditandai oleh hambatan aliran udara yang bersifat progresif dan
berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas
yang beracun atau berbahaya (Rumampuk & Thalib, 2020).
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit paru
yang dapat dicegah dan diobati, yang ditandai dengan adanya hambatan
aliran udara pada saluran pernapasan yang tidak sepenuhnya reversibel.
Gangguan yang bersifat progresif ini terjadi karena adanya respon
inflamasi paru akibat pajanan partikel atau gas beracun yang disertai efek
ekstraparu yang berkontribusi terhadap derajat penyakit (Perhimpunan
dokter paru Indoesia, 2010).
PPOK merupakan suatu istilah yang sering digunakan untuk
sekelompok penyakit paru-paru yang berlangsung lama dan ditandai oleh
peningkatan resistensi terhadap aliran udara sebagai gambaran
patofisiologi utamanya. Ketiga penyakit yang membentuk satu kesatuan
yang dikenal dengan COPD adalah : bronchitis kronis, emfisema paru-
paru dan asma bronchiale (S Meltzer, 2012)
Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa Penyakit
Paru Obstruksi Kronik merupakan penyakit obstruksi jalan nafas karena
bronkitis kronis, bronkietaksis dan emfisema, obstruksi tersebut bersifat
progresif disertai hiperaktif aktivitas bronkus.
2. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan penyakit Paru Obstruksi Kronik
menurut Arief Mansjoer (2005) adalah :
1) Kebiasaan merokok
2) Polusi Udara
3) Paparan Debu, asap
4) Gas-gas kimiawi akibat kerja
5) Riwayat infeki saluran nafas
6) Bersifat genetik yakni definisi a-l anti tripsin
Sedangkan penyebab lain Penyakit Paru Obstruksi Kronik
menurut David Ovedoff (2009) yaitu : adanya kebiasaan merokok berat
dan terkena polusi udara dari bahan kimiawi akibat pekerjaan. Mungkin
infeksi juga berkaitan dengan virus hemophilus influenza dan strepto
coccus pneumonia.
3. Manifestasi Klinik
Tanda gejala yang umum muncul pada pasien dengan COPD atau
PPOK adalah sebagai berikut:
4. Komplikasi
1) Hipoxemia
Hipoxemia didefinisikan sebagai penurunan nilai PaO2 kurang
dari 55 mmHg, dengan nilai saturasi Oksigen <85%. Pada
awalnya klien akan mengalami perubahan mood, penurunan
konsentrasi dan pelupa. Pada tahap lanjut timbul cyanosis.
2) Asidosis Respiratory
Timbul akibat dari peningkatan nilai
PaCO2 (hiperkapnia). Tanda yang muncul antara lain : nyeri
kepala, fatique, lethargi, dizzines, tachipnea.
3) Infeksi Respiratory
Infeksi pernafasan akut disebabkan karena peningkatan
produksi mukus, peningkatan rangsangan otot polos bronchial
dan edema mukosa. Terbatasnya aliran
udara akan meningkatkan kerja nafas dan timbulnya dyspnea.
4) Gagal jantung
Terutama kor-pulmonal (gagal jantung kanan akibat penyakit
paru), harus diobservasi terutama pada klien dengan dyspnea
berat. Komplikasi ini sering kali berhubungan dengan
bronchitis kronis, tetapi klien dengan emfisema berat juga
dapat mengalami masalah ini.
5) Cardiac Disritmia
Timbul akibat dari hipoxemia, penyakit jantung lain, efek obat
atau asidosis respiratory.
6) Status Asmatikus
Merupakan komplikasi mayor yang berhubungan dengan
asthma bronchial. Penyakit ini sangat berat, potensial
mengancam kehidupan dan seringkali tidak berespon terhadap
therapi yang biasa diberikan.Penggunaan otot bantu pernafasan
dan distensi vena leher seringkali terlihat.
Sesak nafas,
Deficit energi
Lelah, lemah
Intolransi Defisit
aktivitas perawatan diri
gg. pola tidur
B. ASUHAN KEPERAWATAN
1. Pengkajian
Pengkajian dilakukan dengan melakukan anamnesis pada pasien. Data-
data yang dikumpulkan atau dikaji meliputi :
a) Riwayat Kesehatan
Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan faktor utama yang mendorong
pasien mencari pertolongan atau berobat ke rumah sakit.
Biasanya pada pasien dengan Penyakit Paru Obstriksi Kronik
(PPOK) didapatkan keluhan berupa sesak nafas.
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien dengan PPOK biasanya akan diawali dengan adanya
tanda-
tanda seperti batuk, sesak nafas, nyeri pleuritik, rasa berat pada
dada, berat badan menurun dan sebagainya. Perlu juga
ditanyakan mulai kapan keluhan itu muncul. Apa tindakan
yang telah dilakukan untuk menurunkan atau menghilangkan
keluhan-keluhannya tersebut.
Riwayat Penyakit Dahulu
Perlu ditanyakan apakah sebelumnya pasien pernah masuk RS
dengan keluhan yang sama.
Riwayat Penyakit Keluarga
Perlu ditanyakan apakah ada anggota keluarga yang
menderita penyakit-penyakit yang sama
b) Pengkajian Pola Kesehatan Fungsional Gordon di kutip dari
Hidayat (2004).
Persepsi kesehatan /penanganan kesehatan
Pada pengumpulan data tentang persepsi dan pemeliharaan
kesehatan yang perlu ditanyakan adalah persepsi terhadap
penyakit atau sakit, persepsi terhadap kesehatan, persepsi
terhadap penatalaksanaan kesehatan seperti penggunaan atau
pemakaian tembakau, atau penggunaan alkohol dan
sebagainya.
Nutrisi-metabolik
Pada pola nutrisi dan metabolik yang ditanyakan adalah diet
khusus,/suplemen yang di konsumsi, instruksi diet sebelumnya,
nafsu makan, jumlah makan atau jumlah minum serta cairan
yang masuk, ada tidaknya mual-muntah, stomatitis, fluktuasi
BB 6 bulan terakhir naik/turun, adanya kesukaran menelan,
penggunaan gigi palsu atau tidak, riwayat
masalah/penyembuhan kulit, ada tidaknya ruam, kekeringan,
kebutuhan jumlah zat gizinya, dll.
Eliminasi
Pada pola ini yang perlu ditanyakan adalah jumlah kebiasaan
defekasi perhari, ada/tidaknya konstipasi, diare, inkontinensia,
tipe ostomi yang di alami, kebiasaan alvi, ada/tidaknya disuria,
nuctoria, urgensi, hematuri, retensi, inkontinensia, apakah
kateter indwing atau kateter eksternal, dll.
Aktivitas dan latihan
Pada pengumpulan data ini yang perlu ditanyakan adalah
kemampuan dalam menata diri antara lain seperti makan,
mandi, berpakaian, toileting, tingkat mobilitas di tempat tidur,
berpindah, berjalan, dll.
Kognitif-perseptual
Pada pola ini yang ditanyakan adalah keadaan mental, cara
berbicara normal atau tidak, kemampuan berkomunikasi,
keadekuatan alat sensori, seperti penglihatan pendengaran,
pengecapan, penghidu, persepsi nyeri,kemampuan fungsional
kognitif
Istirahat-tidur
Pengkajian pola tidur dan istirahat ini yang ditanyakan adalah
jumlah jam tidur pada malam hari , pagi hari, siang hari,
merasa tenang setelah tidur, masalah selama tidur, adanya
terbangun dini, insomnia atau mimpi buruk.
Persepsi diri/konsep diri
Pada persepsi ini yang ditanyakan adalah persepsi tentang
dirinya dari masalah-masalah yang ada seperti perasaan
kecemasan, ketakutan atau penilaian terhadap diri mulai dari
peran, ideal diri, konsep diri, gambaran diri dan identitas
tentang dirinya.
Peran/hubungan
Pada pola yang perlu ditanyakan adalah pekerjaan, status
pekerjaan, kemampuan bekerja, hubungan dengan klien atau
keluarga, dan gangguan terhadap peran yang dilakukan.
Seksualitas dan reproduksi
Kepuasan atau ketidakpuasan yang dirasakan oleh klien dengan
seksualitas, tahap dan pola reproduksi.
Koping/toleransi stress
Pola koping yang umum, toleransi stress, sistem pendukung,
dan kemampuan yang dirasakan untuk mengendalikan dan
menangani situasi.
Nilai keyakinan
Yang perlu ditanyakan adalah pantangan dalam agama selama
sakit serta kebutuhan adanya rohaniawan, dll.
c) Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Fisik Head to Toe (Hidayat, 2004)
Keadaan umum : Keadaan umum ini dapat meliputi kesan
keadaan sakit termasuk ekspresi wajah dan posisi pasien,
kesadaran yang dapat meliputi penilaian secara kualitatif
seperti compos mentis, apathis, somnolent, sopor, koma
dan delirium.
Pemeriksaan tanda vital : Meliputi nadi (frekuensi, irama,
kualitas), tekanan darah, pernafasan (frekuensi, irama,
kedalaman, pola pernafasan) dan suhu tubuh.
Pemeriksaan kulit, rambut dan kelenjar getah bening.
Kulit : Warna (meliputi pigmentasi, sianosis, ikterus, pucat,
eritema dan lain-lain), turgor, kelembaban kulit dan
ada/tidaknya edema. Rambut : Dapat dinilai dari warna,
kelebatan, distribusi dan karakteristik lain. Kelenjar getah
bening : Dapat dinilai dari bentuknya serta tanda-tanda
radang yang dapat dinilai di daerah servikal anterior,
inguinal, oksipital dan retroaurikuler.
Pemeriksaan kepala dan leher Kepala : Dapat dinilai dari
bentuk dan ukuran kepala, rambut dan kulit kepala, ubun-
ubun (fontanel), wajahnya asimetris atau ada/tidaknya
pembengkakan, mata dilihat dari visus, palpebrae, alis bulu
mata, konjungtiva, sklera, pupil, lensa, pada bagian telinga
dapat dinilai pada daun telinga, liang telinga, membran
timpani, mastoid, ketajaman pendengaran, hidung dan
mulut ada tidaknya trismus (kesukaran membuka mulut),
bibir, gusi, ada tidaknya tanda radang, lidah, salivasi. Leher
: Kaku kuduk, ada tidaknya massa di leher, dengan
ditentukan ukuran, bentuk, posisi, konsistensi dan ada
tidaknya nyeri telan.
Pemerksaan dada : Yang diperiksa pada pemeriksaan dada
adalah organ paru dan jantung. Secara umum ditanyakan
bentuk dadanya, keadaan paru yang meliputi simetris apa
tidaknya, pergerakan nafas, ada/tidaknya fremitus suara,
krepitasi serta dapat dilihat batas pada saat perkusi
didapatkan bunyi perkusinya, bagaimana(hipersonor atau
timpani), apabila udara di paru atau pleura bertambah,
redup atau pekak, apabila terjadi konsolidasi jarngan paru,
dan lain-lain serta pada saat auskultasi paru dapat
ditentukan suara nafas normal atau tambahan seperti ronchi,
basah dan kering, krepitasi, bunyi gesekan dan lain-lai pada
daerah lobus kanan atas, lobus kiri bawah, kemudian pada
pemeriksaan jantung dapat diperiksa tentang denyt
apeks/iktus kordis dan aktivitas ventrikel, getaran
bising(thriil), bunyi jantung, atau bising jantung dan lain-
lain.
Pemeriksaan abdomen : data yang dikumpulkan adalah data
pemeriksaan tentang ukuran atau bentuk perut, dinding
perut, bising usus, adanya ketegangan dinding perut atau
adanya nyeri tekan serta dilakukan palpasi pada organ hati,
limpa, ginjal, kandung kencing yang ditentukan ada
tidaknya dan pembesaran pada organ tersebut, kemudian
pemeriksaan pada daerah anus, rektum serta genetalianya.
Pemeriksaan anggota gerak dan neurologis : diperiksa
adanya rentang gerak, keseimbangan dan gaya berjalan,
genggaman tangan, otot kaki, dan lain-lain.
d) Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis : riwayat penyakit ditandai 3 gejala klinis diatas
dan faktor-faktor penyebab.
Pemeriksaan fisik: 1) Pasien biasanya tampak kurus dengan
barrel-shapped chest (diameter anteroposterior dada
meningkat). 2) Fremitus taktil dada berkurang atau tidak
ada. 3) Perkusi pada dada hipersonor, peranjakan hati
mengecil, batas paru hati lebih rendah, pekak jantung
berkurang. 4) Suara nafas berkurang.
Pemeriksaan radiologi 1) Foto thoraks pada bronkitis
kronik memperlihatkan tubular shadow berupa bayangan
garis-garisyang pararel keluar dari hilus menuju ke apeks
paru dan corakan paru yang bertambah. 2) Pada emfisema
paru, foto thoraks menunjukkan adanya overinflasi dengan
gambaran diafragma yang rendah yang rendah dan datar,
penciutan pembuluh darah pulmonal, dan penambahan
corakan kedistal.
Tes fungsi paru : Dilakukan untuk menentukan penyebab
dispnea untuk menentukan penyebab dispnea, untuk
menentukan apakah fungsi abnormal adalah obstimulasi
atau restriksi, untuk memperkirakan derajat disfungsi dan
untuk mengevaluasi efek terapi, misalnya bronkodilator.
Pemeriksaan gas darah.
Pemeriksaan EKG
Pemeriksaan Laboratorium darah : hitung sel darah putih
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan
berhubungan dengan bronkokontriksi, peningkatan produksi sputum,
batuk tidak efektif, kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi
bronkopulmonal.
2. Ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan napas pendek,
mukus, bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
3. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan antara
suplai dengan kebutuhan oksigen.
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan
tubuh berhubungan dengan dispnea, kelamahan, efek samping obat,
produksi sputum dan anoreksia, mual muntah.
3. RENCANA KEPERAWATAN
N DIAGNOSA NOC NIC
O KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan NOC : Ventilation
bersihan jalan nafas Respiratory assistance
berhubungan dengan status : 1. Berikan O2 1-2
bronkokontriksi, Ventilation l/mnt dengan
peningkatan produksi Respiratory menggunakan
sputum, batuk tidak status : Airway nasal kanul
efektif, patency 2. Anjurkan pasien
kelelahan/berkurangn Aspiration untuk istirahat
ya tenaga dan infeksi Control dan napas dalam
bronkopulmonal 3. Posisikan pasien
Kriteria Hasil : untuk
Mendemonstrasi memaksimalkan
kan batuk efektif ventilasi
dan suara nafas 4. Lakukan
yang bersih, fisioterapi dada
tidak ada jika perlu
sianosis dan 5. Keluarkan secret
dyspneu (mampu dengan batuk
mengeluarkan 6. Anjurkan batuk
sputum, mampu efektif
bernafas dengan 7. Auskultasi suara
mudah, tidak ada nafas, catat
pursed lips) adanya suara
Menunjukkan tambahan
jalan nafas yang 8. Monitor status
paten (klien hemodinamik
tidak merasa 9. Pertahankan
tercekik, irama hidrasi yang
nafas, frekuensi adequat untuk
pernafasan mengencerkan
dalam rentang secret.
normal, tidak ada 10. Jelaskan pada
suara nafas pasien dan
abnormal) keluarga tentang
Mampu penggunaan
mengidentifikasi peralatan: O2,
kan dan Suction,
mencegah factor Inhalasi.
yang dapat 11. Kolaboraasi
menghambat dengan dokter
jalan nafas pemberian obat
bronkodilator.
4. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam proses keperawatan,
dimana evaluasi adalah kegiatan yang dilakukan secara terus menerus
dengan melibatkan pasien, perawat dan anggota tim kesehatan lainnya.
Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk menilai apakah tujuan dalam rencana
keperawatan tercapai dengan baik atau tidak dan untuk melakukan
pengkajian ulang
DAFTAR PUSTAKA