TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini penulis akan menguraikan tinjauan pustaka yang meliputi tentang
saat mengeluarkan energi yang berat dan mengurangi aliran udara kurang dari
obstruksi atau hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progresif
saluran pernapasan yang digejalai oleh batuk berdahak yang kronik selama
minimal 3 bulan selama setahun, minimal dua tahun berturut-turut dan gejala
7
8
jalan udara bagian distal dari bronkiolus terminal dan disertai dengan
2.1.2. Etiologi
ditemukan :
1) Kebiasaan Merokok
3) Polusi udara
4) Alergi
kandungan dan pada masa kanak-kanak, misalnya berat badan kurang saat
2.1.3. Patofisiologi
penumpukan lendir dan sekresi yang sangat banyak sehingga menyumbat jalan
napas. Pada emfisema, obstruksi pada pertukaran oksigen dan karbon dioksida
terjadi akibat kerusakan dinding alveoli yang disebabkan oleh overekstensi ruang
udara dalam paru. Protokol pengobatan tertentu digunakan dalam semua kelainan
9
genetik dengan lingkungan. Merokok, polusi udara, dan paparan di tempat kerja
(terhadap batubara, kapas, dan padi-padian) merupakan faktor resiko penting yang
menunjang terjadinya penyakit ini. Prosesnya dapat terjadi dalam rentang lebih
dari 20-30 tahun. PPOK juga ditemukan terjadi pada individu yang tidak
mempunyai enzim yang normal untuk mencegah penghancuran jaringan paru oleh
enzim tertentu.
usia baya, tetapi insidennya meningkat sejalan dengan peningkatan usia. Meskipus
aspek-aspek fungsi paru tertentu seperti kapasitas vital (VC) dan volume
ekspirasi paksa (FEV) menurun sejalan dengan peningkatan usia , PPOK dapat
daya pengembangan (elastisitas) paru misalnya pada emfisema. Oleh karena itu,
terdapat perubahan tambahan dalam rasio ventilasi perfusi pada klien lansia
dengan PPOK.
10
Kecemasan
Perubahan pemenuhan nutrisi Ketidaktahuan/
Gangguan pertukaran kurang dari kebutuhan pemenuhan
gas Gangguan pemenuhan ADL informasi
2.1.4. Klasifikasi
1) Asma
2) Bronchotos chronic
3) Emfisema
11
produktif dengan sputum purulen, sesak napas saat aktivitas, terdapat suara napas
tambahan (ronchi atau wheeze), ekspirasi yang memanjang, bentuk dada tong
(barrel chest) pada penyakit lanjut, penggunaan otot bantu pernapasan, suara
obstruksi kronis
3) Pemeriksaan Laboratorium
sekunder.
4) Pemeriksaan Sputum
bendungan area paru. Pada emfisema paru didapatkan diafragma dengan letak
yang rendah dan mendatar, ruang udara retrosternal > (foto lateral), jantung
6) Pemeriksaan Bronkhogram
7) EKG
Kelainan EKG yang paling awal terjadi adalah rotasi clock wise jantung.
Bila sudah terdapat kor pulmonal, terdapat deviasi aksis ke kanan dan P-pulmonal
pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah. Di V1 rasio R/S lebih dari 1
1) Pengobatan Farmakologi
b) Bronkhodilator
c) Antihistamin
d) Steroid
e) Antibiotik
f) Ekspektoran
1) Higiene Paru
2) Latihan
Penyebab iritan jalan napas yang harus dihindari diantaranya asap rokok
4) Diet
14
Pemberian porsi yang kecil namun sering lebih baik daripada makan sekaligus
banyak.
(Muttaqin,2009)
yaiu:
1) Gagal napas
Hasil analisis gas darah PO2< 60 mmHg dan PCO2> 60 mmHg, dan pH
normal, penatalaksanaan :
(3) Terapi oksigen yang adekuat terutama waktu latihan atau waktu tidur
(4) Antioksidan
(3) Demam
2) Infeksi berulang
15
terbentuk koloni kuman, hal ini memudahkan terjadi infeksi berulang. Pada
kondisi kronik ini imuniti menjadi lebih rendah, ditandai dengan menurunnya
3) Kor pulmonal
keperawatan sebagai suatu profesi yang berdasarkan ilmu dan kiat keperawatan,
2.1.10. Pengkajian
keperawatan yaitu suatu usaha yang dilakukan oleh perawat dalam menggali
berkesinambungan.
Hal-hal yang perlu dikaji pada tahap ini adalah sebagai berikut :
16
1) Identifikasi klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia < 40 tahun), jenis
kronis dan perlu mendapat perhatian serta memerlukan pengobatan dengan jangka
2) Keluhan utama
merasakan batuk kronis dengan sputum berlebih pada jalan nafas sehingga
perjalanan sejak timbul keluhan hingga klien meminta pertolongan. Seperti sejak
kapan keluhan dirasakan, berapa lama dan berapa kali keluhan tersebut terjadi,
bagaimana sifat dan hebatnya keluhan, dimana pertama kali keluhan timbul, apa
yang dilakukan saat keluhan ini terjadi, keadaan apa yang memperberat atau
penyakit apa, apakah pernah mengalami sakit yang berat, dan sebagainya.
infeksi saluran pernapasan atas, sakit tenggorokan, amandel, sinusitis, dan polip
yang sangat penting untuk mendukung keluhan dari penderita, perlu dicari riwayat
a) Pola Nutrisi
nutrisi, karena sesak saat makan, laju metabolisme, serta kecemasan yang
dialami klien.
b) Pola Eliminasi
cairan. Oleh karena itu, perawat perlu memonitor ada tidak nya oliguria,
Perlu dikaji bagaimana tidur dan istirahat klien yang meliputi berapa lama
klien tidur dan istirahat, serta berapa besar akibat kelelahan yang dialami
klien. Adanya ronchi, sesak dapat mempengaruhi pola tidur dan istirahat
klien.
Dalam hal ini klien tidak mengalami defisit perawatan diri namun klien
e) Pola Aktivitas
Klien PPOK dengan sesak napas yang berat maka aktivitas terganggu
7) Pemeriksaan Fisik
a) Keadaan Umum
b) Pemeriksaan Fisik
Kepala : Distribusi rambut merata apa tidak, adakah lesi pada kulit
kuning/kehitaman.
Telinga : Bersih atau tidak, ada serumen atau tidak, ada lesi atau
mendatar/menurun.
lebih keras.
spesifik.
spesifik.
8) Pemeriksaan Penunjang
sesuai dengan latar belakang ilmu pengetahuan, untuk mengubah data hasil
Menurut Muttaqin (2011). Pengumpulan data dapat dilihat dari tipe dan
1) Data Subjektif
2) Data Objektif
evaluasi tertentu dari tanda fisik, gejala, riwayat medis klien, hasil
COPD, yaitu:
efektif.
keletihan.
di rumah.
keperawatan. Pada langkah ini, perawat menetapkan tujuan dan hasil yang
Potter, 2010)
1) Diagnosa keperawatan 1
efektif.
Kriteria evaluasi:
Intervensi keperawatan:
obstruksi.
dikeluarkan.
fibrasi dada
Bronkodilator
i) Kortikosteroid
dinding bronkhus.
Kriteria evaluasi:
Intervensi keperawatan:
elastisitas paru.
laju aliran oksigen tanpa ada arahan yang eksplisit dari perawat.
3) Diagosa keperawatan 3
Kriteria evaluasi:
Intervensi keperawatan.
siklus yang ganas dengan trauma dan kerusakan pada paru lebih lanjut,
fungsi paru dan merupakan penyebab umum gagal napas pada klien
dengan PPOK.
pernpasan
purulen atau perubahan karakter, warna, atau jumlah adalah tanda dari
infeksi.
bernapas dalam dari dada bagian atas dengan cara yang cepat dan tidak
efisien. Jenis bernapas dengan dada atas ini dapat diubah menjadi
4) Diagnosa Keperawatan 4
Kriteria evaluasi
Intervensi keperawatan.
dispnea, produksi sputum, dan obat. Selain itu banyak klien COPD
utama terhadap napsu makan dan dapat membuat mual dan muntah
batuk
5) Diagnosa Keperawatan 5
keletihan.
Kriteria evaluasi:
Intervensi
terhadap olahraga pada periode yang pasti dalam satu hari. Hal ini
terutama tampak nyata pada saat bangun di pagi hari, karena sekresi
bronkhial dan edema menumpuk pada paru selama malam hari ketika
7) Diagnosa keperawatan 6
di rumah.
Kriteria evaluasi :
Intervensi keperawatan :
rumah
jangka panjang yang realistik. Jika klien sangat kesulitan, objektif dari
meningkatkan bronkhospasme.
bakteri dan benda asing lainnya yang terhirup. Fungsi ini merupakan
keperawatan.
tenaga kesehatan).
35
masalah baru
2.1.16. Pengertian
2.1.17. Penyebab
1) Fisiologis
2) Situasional
Subjektif Objektif
3. Sputum berlebih
ronkhi kering
(pada neonatus)
(PPNI, 2017)
Subjektif Objektif
1. Dispnea 1. Gelisah
(PPNI, 2017)
37
2) Sklerosis multipel
3) Myasthenia gravis
[TEE])
6) Cedera kepala
7) Stroke
8) Kuadriplegia
(PPNI, 2017)