PATHWAY
Sputum meningkat
Batuk
Hipoksia Anoreksia
Kontraksi otot pernafasan
Penggunaan energi untuk
Sesak
pernafasan meningkat Gg, Nutrisi kurang
dari kebutuhan tubuh
Pola Nafas Tidak
Efektif Intoleransi Aktifitas
5. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang yang diperlukan adalah sebagai berikut:
a. Pemeriksaan radiologis
Pada bronchitis kronik secara radiologis ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan:
1) Tubular shadows atau farm lines terlihat bayangan garis-
garis yang parallel, keluar dari hilus menuju apeks paru.
Bayangan tersebut adalah bayangan bronkus yang menebal.
2) Corak paru yang bertambah.
Pada emfisema paru terdapat 2 bentuk kelainan foto dada, yaitu :
1) Gambaran defisiensi arteri, terjadi overinflasi, pulmonary
oligoemia dan bula. Keadaan ini lebih sering terdapat pada
emfisema panlobular dan pink puffer.
2) Corakan paru yang bertambah.
b. Pemeriksaan faal paru
Pada bronchitis kronik terdapat VEP1 dan KV yang menurun, VR
yang bertambah dan KTP yang normal. Pada emfisema paru
terdapat penurunan VEP1, KV, dan KAEM (kecepatan arum
ekspirasi maksimal) atau MEFR (maximal expiratory flow rate),
kenaikan KRF dan VR, sedangkan KTP bertambah atau normal.
Keadaan diatas lebih jelas pada stadium lanjut, sedang pada
stadium dini perubahan hanya pada saluran napas kecil (small
airways). Pada emfisema kapasitas difusi menurun karena permu-
kaan alveoli untuk difusi berkurang.
c. Analisis gas darah
Pada bronchitis PaCO2 naik, saturasi hemoglobin menurun, timbul
sianosis, terjadi vasokonstriksi vaskuler paru dan penambahan
eritropoesis. Hipoksia yang kronik merangsang pembentukan
eritropoetin sehingga menimbulkan polisitemia. Pada kondisi umur
55-60 tahun polisitemia menyebabkan jantung kanan harus bekerja
lebih berat dan merupakan salah satu penyebab payah jantung
kanan.
d. Pemeriksaan EKG
Kelainan yang paling dini adalah rotasi clock wise jantung. Bila
sudah terdapat kor pulmonal terdapat deviasi aksis ke kanan dan P
pulmonal pada hantaran II, III, dan aVF. Voltase QRS rendah Di V1
rasio R/S lebih dari 1 dan V6 rasio R/S kurang dari 1. Sering
terdapat RBBB inkomplet.
e. Kultur sputum, untuk mengetahui patogen penyebab infeksi.
f. Laboratorium darah lengkap
6. Penatalaksanaan Medis
Tujuan penatalaksanaan PPOK, yaitu :
a. Memeperbaiki kemampuan penderita mengatasi gejala tidak hanya
pada fase akut, tetapi juga fase kronik.
b. Memperbaiki kemampuan penderita dalam melaksanakan aktivitas
harian.
c. Mengurangi laju progresivitas penyakit apabila penyakitnya dapat
dideteksi lebih awal.
Penatalaksanaan PPOK pada usia lanjut adalah sebagai berikut :
a. Meniadakan faktor etiologi/presipitasi, misalnya segera menghenti-
kan merokok, menghindari polusi udara.
b. Membersihkan sekresi bronkus dengan pertolongan berbagai cara.
c. Memberantas infeksi dengan antimikroba. Apabila tidak ada infeksi
antimikroba tidak perlu diberikan. Pemberian antimikroba harus
tepat sesuai dengan kuman penyebab infeksi yaitu sesuai hasil uji
sensitivitas atau pengobatan empirik.
d. Mengatasi bronkospasme dengan obat-obat bronkodilator. Penggu-
naan kortikosteroid untuk mengatasi proses inflamasi (bronko spas-
me) masih controversial.
e. Pengobatan simtomatik.
f. Penanganan terhadap komplikasi-komplikasi yang timbul.
g. Pengobatan oksigen, bagi yang memerlukan. Oksigen harus diberi-
kan dengan aliran lambat 1-2 liter/menit.
h. Tindakan rehabilitasi yang meliputi:
1) Fisioterapi, terutama bertujuan untuk membantu pengelu-
aran secret bronkus.
2) Latihan pernapasan, untuk melatih penderita agar bisa me-
lakukan pernapasan yang paling efektif.
3) Latihan dengan beban olahraga tertentu, dengan tujuan
untuk memulihkan kesegaran jasmani.
4) Vocational guidance, yaitu usaha yang dilakukan terhadap
penderita dapat kembali mengerjakan pekerjaan semula.
5) Pengelolaan psikosial, terutama ditujukan untuk penyesu-
aian diri penderita dengan penyakit yang dideritanya.
2. Diagnosa Keperawatan
Diagnosa keperawatan utama pasien mencakup hal berikut ini:
a. Gangguan pertukaran gas berhubungan dengan ketidaksamaan ven-
tilasi perfusi
b. Bersihan jalan napas tidak efektif berhubungan dengan bronko-
kontriksi, peningkatan produksi sputum/lendir, batuk tidak efektif,
kelelahan/berkurangnya tenaga dan infeksi bronkopulmonal.
c. Pola napas tidak efektif berhubungan dengan napas pendek, mucus,
bronkokontriksi dan iritan jalan napas.
d. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan keletihan, hipoksemia
dan pola pernafasan tidak efektif
e. Gangguan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan ketidakmampuan untuk mengabsorpsi nutrisi, ketidakmam-
puan untuk mencerna makanan, faktor psikologis.
f. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan kurang pajanan.
3. Intervensi Keperawatan
RENCANA KEPERAWATAN
NO. DIAGNOSA KEPERAWATAN TUJUAN DAN KRITERIA HASIL
INTERVENSI (NIC)
(NOC)
1 Gangguan pertukaran gas NOC : NIC :
berhubungan dengan 1. Respiratory Status : Gas exchange Airway Management
ketidaksamaan ventilasi perfusi 2. Respiratory Status : Ventilation 1. Buka jalan nafas, gunakan teknik chin lift atau
3. Vital Sign Status jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
Dengan kriteria hasil : ventilasi.
1. Mendemonstrasikan peningkatan 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
ventilasi dan oksigenasi yang jalan nafas buatan.
adekuat. 4. Pasang mayo bila perlu.
2. Memelihara kebersihan paru paru 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
dan bebas dari tanda tanda distress 6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
pernafasan.
3. Mendemonstrasikan batuk efektif tambahan.
8. Lakukan suction pada mayo.
dan suara nafas yang bersih, tidak
9. Berikan bronkodilator bial perlu.
ada sianosis dan dyspneu (mampu 10. Berikan pelembab udara.
mengeluarkan sputum, mampu 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
bernafas dengan mudah, tidak ada keseimbangan.
pursed lips). 12. Monitor respirasi dan status O2.
4. Tanda-tanda vital dalam rentang
normal. Respiratory Monitoring
1. Monitor rata-rata, kedalaman, irama dan
usaha respirasi.
2. Catat pergerakan dada, amati kesimetrisan,
penggunaan otot tambahan, retraksi otot
supraclavicular dan intercostal.
3. Monitor suara nafas, seperti dengkur.
4. Monitor pola nafas : bradipena, takipenia,
kussmaul, hiperventilasi, cheyne stokes, biot.
5. Catat lokasi trakea.
6. Monitor kelelahan otot diagfragma (gerakan
paradoksis).
7. Auskultasi suara nafas, catat area penurunan/
tidak adanya ventilasi dan suara tambahan.
8. Tentukan kebutuhan suction dengan
mengauskultasi crakles dan ronkhi pada jalan
napas utama.
9. Auskultasi suara paru setelah tindakan untuk
mengetahui hasilnya.
2 Bersihan jalan napas tidak NOC : NIC :
efektif berhubungan dengan 1. Respiratory status: Ventilation Airway Suction
bronkokontriksi, peningkatan 2. Respiratory status: Airway patency 1. Pastikan kebutuhan oral/tracheal suctioning.
produksi sputum/lendir, batuk 3. Aspiration Control 2. Auskultasi suara nafas sebelum dan sesudah
tidak efektif, Kriteria Hasil : suctioning.
kelelahan/berkurangnya tenaga 1. Mendemonstrasikan batuk efektif 3. Informasikan pada klien dan keluarga tentang
dan infeksi bronkopulmonal. dan suara nafas yang bersih, tidak suctioning.
4. Minta klien nafas dalam sebelum suction
ada sianosis dan dyspneu (mampu
dilakukan.
mengeluarkan sputum, mampu
5. Berikan O2 dengan menggunakan nasal untuk
bernafas dengan mudah, tidak ada
memfasilitasi suksion nasotrakeal.
pursed lips). 6. Gunakan alat yang steril sitiap melakukan
2. Menunjukkan jalan nafas yang
tindakan.
paten (klien tidak merasa tercekik, 7. Anjurkan pasien untuk istirahat dan napas
irama nafas, frekuensi pernafasan dalam setelah kateter dikeluarkan dari
dalam rentang normal, tidak ada nasotrakeal.
suara nafas abnormal). 8. Monitor status oksigen pasien.
3. Mampu mengidentifikasikan dan 9. Ajarkan keluarga bagaimana cara melakukan
mencegah faktor yang dapat suction.
menghambat jalan nafas. 10. Hentikan suksion dan berikan oksigen apabila
pasien menunjukkan bradikardi, peningkatan
saturasi O2, dll.
Airway Management
1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
atau jaw thrust bila perlu.
2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi.
3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
jalan nafas buatan.
4. Pasang mayo bila perlu.
5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
tambahan.
8. Lakukan suction pada mayo.
9. Berikan bronkodilator bila perlu.
10. Berikan pelembab udara kassa basah NaCl
lembab.
11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
12. Monitor respirasi dan status O2.
3 Pola napas tidak efektif NOC : NIC :
berhubungan dengan napas 1. Respiratory status: Ventilation Airway Management
pendek, mucus, bronkokontriksi 2. Respiratory status: Airway patency 1. Buka jalan nafas, guanakan teknik chin lift
dan iritan jalan napas. 3. Vital sign Status atau jaw thrust bila perlu.
Kriteria Hasil : 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan
1. Mendemonstrasikan batuk efektif ventilasi.
dan suara nafas yang bersih, tidak 3. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat
ada sianosis dan dyspneu (mampu jalan nafas buatan.
mengeluarkan sputum, mampu 4. Pasang mayo bila perlu.
bernafas dengan mudah, tidak ada 5. Lakukan fisioterapi dada jika perlu.
6. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction.
pursed lips).
7. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara
2. Menunjukkan jalan nafas yang
tambahan.
paten (klien tidak merasa tercekik,
8. Lakukan suction pada mayo.
irama nafas, frekuensi pernafasan 9. Berikan bronkodilator bila perlu.
dalam rentang normal, tidak ada 10. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl
suara nafas abnormal). lembab.
3. Tanda-tanda vital dalam rentang 11. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
normal (tekanan darah, nadi, keseimbangan.
pernafasan). 12. Monitor respirasi dan status O2.
Oxygen Therapy
1. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea.
2. Pertahankan jalan nafas yang paten.
3. Atur peralatan oksigenasi.
4. Monitor aliran oksigen.
5. Pertahankan posisi pasien.
6. Observasi adanya tanda-tanda hipoventilasi.
7. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap
oksigenasi.
Mengetahui
Clinical Teacher
NIP.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilynn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Pasien. Alih bahasa I Made Kariasa, Ni Made Sumarwati. Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Nurarif, Amin dan Hardhi Kusuma. 2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta : Media Action.
Smeltzer, Suzanne C dan Brenda G Bare. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner
& Suddarth Edisi 8 Vol 1. Alih bahasa H. Y. Kuncara, Andry Hartono, Monica Ester,
Yasmin asih. Jakarta : EGC.
Price, Sylvia Anderson dan Wilson L. McCarty. 2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-
Proses Penyakit. Edisi 6. Volume 1. Jakarta : EGC.