PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
BAB II
PEMBAHASAN
I.
PSIKOFARMAKA
A. Definisi
Psikofarmaka adalah obat-obatan kimia yang digunakan untuk klien
dengan gangguan mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang
bersifat neuroleptika (bekerja pada sistem saraf pusat) karena obat-obatan tersebut
dapat mempengaruhi bagian bagian otak tertentu dan menekan atau mengurangi
atau menghilangkan gejala gejala tertentu pada penderita. Gejala tersebut
psikofarmaka
efektif
untuk
mengatur
keseimbangan
B. Sejarah
Chlor promazine (suatu anti psikotik fenotiazine alifatik) dalam usaha untuk
mengembangkan suatu obat histaminic yang akan berperan sebagai pelengkap
anestetik. Laborit melaporkan kemampuan obat untuk menginduksi tidur buatan.
Laporan oleh Paraire dan Siguald , John Delay, Piere Deniker, Hein z Lehmann
dan Narran menggambarkan efektifitas Chlorpromazine dalam mengobati agitasi
parah dan psicosis. Chlorpromazine dengan cepat diperkenalkan kepada dokter
psikiatrik Amerika, dan obat lain dengan efektifitas yang serupa juga disintesis
termasuk haloperidol (haldol) yaiu suatu anti psikotik butyrofenon di tahun 1958
oleh Paul Jansson.Inipramine (Tofranill) yaitu suatu obat yang secara structural
berupa trisiklik yang berhubungan dengan anti psikotik fenotiazine. Sambil
melakukan penelitian klinis pada obat mirip chlorpromazine, Thomas kant
menemukan bahwa inipranin tidak efektif dalam menurunkan agitasi tetapi obat
tersebut dapat menurunkan depresi pada beberapa pasien. Diperkenalkannya
inhibitor monoamine oksidasi (MAOI) untuk mengobati depresi dikembangkan
untuk obat antitubrtkulosis, iproniazide memiliki efek yang meningkatkan mood
pada beberapa pasien. Di tahun 1958 Nathan Kline merupakan salah satu peneliti
pertama yang melaporkan manfaat terapi MAOI pada pasien psikiatrik yang
depresi.Tahun 1960 dengan diperkenalkannya Chlordiazefoxide (Liberium) yaitu
suatu obat antisietas benzodiazepine yang disintesis oleh Richard Sternbach di
Roche laboratories pada akhir tahun 1950an, armada obat psikiatrik memasukkan
anti psikotik (chlorpromazine), obat trisiklik untuk depresi (inpramine), inhibitor
monoamine oksidase untuk depresi (tranilsipromine), lethium, dan
benzodiazepine, barbiturate untuk terapi kecemasan dan insomnia. Tiga puluh
tahun kemudian dipusatkan kemudian pada penelitian klinis yang menunjukkan
manfaat obat-obat tersebut dan untuk mengembangkan obat yang berhubungan
dalam masing-masing kategori. Kemanjuran masing-masing kelas obat untuk
mengobati sindroma psikiatrik yang relative spesifik dan menguraikan efek
farmakodinamiknya memberikan dorongan untuk mengembangkan berbagai
hipotesis neurotransmitter dari berbagai gangguan mental (dopamine untuk
skizoprenia dan hipotesis aminbiogenic untuk gangguan mood).Sejak tahun 1960
tambahan utama terhadap obat psikoterapetik adalah antikonvulsan, khususnya
Charbamazepine (tegretol) dan Valproate, yang efektif dalam mengobati gangguan
bipolar I. Buspirone (BuSpar), suatu ansiolitik non-benzodiazepine, diperkenalkan
dalam pemakaian klinis di amerika serikat pada tahun 1986. Beberapa inhibitor
ambilan kembali spesifik serotonin-sebagai contohnya Fluoxietin (Prozac)- dan
sasaran terapi
2. Efek Sekunder
a. Merupakan efek samping penggunaan psikofarmaka
b. Muncul lebih dahulu dibanding efek primer
c. Digunakan untuk tujuan terapi, disesuaikan dengan gejala yang menjadi
sasaran terapi.
D. Prinsip Penatalaksanaan Psikofarmaka
d. Indikasi pemberian
10
2. Anti Depresi
12
Efek samping dari obat anti depresi yaitu efek samping kolinergik (efek
samping terhadap sistem saraf perifer) yang meliputi mulut kering,
penglihatan kabur, konstipasi, hipotensi orthostatik.
SSRI : nausea, sakit kepala
MAOI : interaksi tiramin
Jika pemberian telah mencapai dosis toksik timbul atropine toxic
syndrome dengangejala eksitasi SSP, hiperpireksia, hipertensi, konvulsi,
delirium, confusion dandisorientasi. Tindakan yang dapat dilakukan untuk
mengatasinya:
1) Gastric lavage
2) Diazepam 10 mg IM untuk mengatasi konvulsi
3) Postigmin 0,5-1 mg IM untuk mengatasi efek antikolinergik, dapat
diulangi setiap 30-40 menit hingga gejala mereda.
4) Monitoring EKG
Kontraindikasi
Penyakit jantung koroner, Glaucoma, retensi urin, hipertensi prostat,
gangguan fungsi hati, epilepsy
g. Cara pemberian obat golongan antidepresi: Antidepresan Trisiklik
Nama Obat : Amitriptilin
Rentang dosis dewasa yang lazim : 50-300 mg / hari
Cara pemberian : PO, IM
Sediaan beredar: limbritol (valeant combiphar), mutabon D (ScheringPlough), mutabon M (Schering-Plough).
3. Anti Mania
Obat anti mania mempunyai beberapa sinonim antara lain mood
modulators, mood stabilizers dan antimanik. Dalam membicarakan obat
antimania yang menjadi acuan adalah litium karbonat. Hipotesis: pada mania
terjadi peluapan aksi reseptor amine.
f.
13
a. Mekanisme kerja:
14
a) Gejala
Nama generik
1.
Lithium carbonte
2.
Haloperidol
Sediaan
Dosis anjuran
250-500 mg
4,5-15 mg
Liq 2 mg/hr
Injk 5 mg/ml
3.
Carbamazepine
Tab 200 mg
400-600 mg/hr
2-3 x/hr
g. Kontra Indikasi
Wanita hamil
4. Anti Cemas (Anti Ansietas)
15
16
Nama generik
Golongan
Sediaan
Dosis
anjuran
1.
Diazepam
Benzodiazepin
Tab 2- 5 Peroral
mg
10-
30mg/hr,2-3
x/hari
Paenteral
IV/IM
2-10 mg/kali,
setiap
3-4
jam
2.
Klordiazepoksoid Benzodiazepin
Tab 5 mg 15-30
Kap 5 mg mg/hari
2-3 x/sehari
3.
Lorazepam
Benzodiazepin
mg
4
Clobazam
Benzodiazepin
Tab 10 mg 2-3 x 10
mg/hr
5.
Brumazepin
Benzodiazepin
6.
Oksazolom
Benzodiazepin
Tab 10 mg 2-3
10
mg/hr
7.
Klorazepat
Benzodiazepin
Cap
10mg
8.
Alprazolam
Benzodiazepin
5- 2-3 x 5 mg /
hr
mg/hr
1 mg
9.
Prazepam
Benzodiazepin
10.
Sulpirid
NonBenzodiazepin Cap
mg
11.
Buspiron
50 100-200
mg/hari
5. Anti-Insomnia
Efek samping dari obat anti insomnia yaitu: supresi SSP pada saat
tidur, Rebound Phenomen. Disinhibiting efect yang menyebabkan perilaku
penyerangan dan ganas pada penggunaan golongan benzodiazepine dalam
waktu yang lama
d. Kontra indikasi
Kontra indikasi dari obat insomnia yaitu: Sleep apnoe syndrome,
Congestive heart failure, Chronic respiratory disease dan wanita hamil dan
menyusui.
e. Penggolongan obat anti insomnia
No
Nama generik
Golongan
Sediaan
Dosis anjuran
1.
Nitrazepam
Benzodiazepin
Tab 5 mg
Dewasa 2 tab
Lansia 1 tab
2.
Triazolam
Benzodiazepin
3.
Estazolam
Benzodiazepin
Tab 1 mg
1-2 mg/malam
Tab 2mg
4.
Chloral hydrate
Non-
Benzodiazepin
mg
menit sebelum
tidur
19
B. Sejarah
ECT berkembang secara empiris sejak tahun 1930-an. Pertama kali yang
mengenalkan dan menggunakan ECT adalah Ugo Carletti dan L. Bini dengan
dasar pemikiran model percobaan epilepsy yang menggunakan sengatan listrik
untuk membangkitkan kejang. Sejak pertama kali digunakan menimbulkan
berbagai kontroversi karena melihat tindakan ECT merupakan tindakan yang
kejam. Beberapa pasien yang mendapatkan terapi tersebut menggambarkan
20
tindakan ECT merupakan hukuman bagi mereka atas tindakan yang telah mereka
lakukan. Oleh karena itu tindakan ECT mengalami perkembangan, sehingga kesan
tersebut dapat berkurang. Pada tahun 1940, A.E. Bernnett mengenalkan ECT
dengan menambah obat muscle relaxant sebelum pelaksanaan tindakan, dengan
alasan untuk meminimalisir efek samping fraktur. Sejak saat itu perkembangan
ECT dimodifikasi dengan: muscle relaxant, anestesi umum, dan oksigenasi.
C. Mekanisme Kerja
Tujuan dari ECT adalah melampaui nilai ambang kejang. Ambang kejang
adalah jumlah minimal muatan listrik yang menginduksi kejang pada Sistem Saraf
Pusat (SSP) secara menyeluruh. Cara kerja ECT sehingga mempunyai efek
terapeutik belum diketahui dengan jelas.
1. Teori Psikodinamik
21
22
D. Indikasi
Gangguan bipolar, depresi mayor atau mania persisten dengan atau tanpa
gejala psikotik, gangguan skizoafektif,skizofrenia.
2. Keparahan Gejala dan Derajat Gangguan Fungsional yang Dialami Pasien
Berat atau ada agitasi ekstrim dan berkelanjutan, sedang dengan gejala
telah ada bertahun-tahun, pasien berada pada situasi yang mengancam
kehidupan berupa kelemahan akibat kurang makanan, resiko bunuh diri atau
membunuh.
3. Kurangnya Respon Pengobatan
Kegagalan untuk merespon pada setidaknya dua uji coba psikofarmakologi
yang adekuat. ECT dapat dipertimbangkan segera bila pasien tidak mampu
mentolerir pengobatan psikofarmaka atau tidak dapat menunggu respon
pengobatan psikofarmaka karena mengancam kehidupan. ECT dapat
diindikasikan kembali jika ada riwayat respon positif terhadap ECT.
4. Episode Depresi Mayor.
Depresi mayor merupakan kondisi yang paling sering diberlakukan ECT.
Hal ini terutama diindikasikan jika pengobatan secara medikamentosa telah
gagal atau terdapat resiko yang besar akan bunuh diri. ECT aktif telah
dikatakan superior daripada placebo pada banyak penelitian. ECT juga
dikatakan superior daripada obat antidepresan pada lusinan penelitian. Bentuk
penelitian umumnya subyek dibagi menjadi dua grup dimana satu grup
menerima ECT dan obat placebo, grup yang lain menerima ECT placebo dan
obat.
5. Mania
23
Saat pengobatan telah gagal dan ECT dibutuhkan untuk mengiduksi remisi
pada depresi mayor dan pengobatan gagal mencegah relapse, ECT rumatan
dipertimbangkan. Hal ini dilakukan pada pasien rawat jalan. Frekuensi ECT
24
National
Institute
for
Clinical
Evidence
(NICE)
tidak
Persiapan ECT
1. Pelaksanaan, ECT hanya dapat dilakukan atas saran dari seorang dokter
psikiater. Seorang dokter yang hadir dalam pelaksanaan ECT harus seorang
dokter psikiater konsultan atau psikiater yang telah menyelesaikan kursus ECT
dan berpengalaman dalam mengelola ECT. Dokter yang melakukan tindakan
ECT adalah seorang dokter psikiater yang telah mendapat pelatihan resmi,
dalam penggunaan ECT, sesuai dengan kriteria masing-masing institusi.
2. Pemeriksaan status psikiatri, dokter psikiater menentukan bahwa pasien
memiliki kondisi kualifikasi untuk ECT berdasarkan evaluasi status medis dan
status psikiatri.
25
pertemuan yang cukup sering antara pasien, keluarga dan dokter untuk
konsultasi sangat penting karena beberapa pasien yang sakit parah mungkin
kesulitan mengingat konsultasi pra-ECT. Disarankan bahwa lembar informasi
mencakup sifat pengobatan, prosedur dan manfaat yang diharapkan serta
risiko yang mungkin terjadi.
4. Persetujuan pengobatan. Suatu bentuk persetujuan diberikan secara tertulis,
ditandatangani dan harus diperoleh dari pasien dan keluarga pada setiap
pengobatan ECT.
5. Penilaian kognitif. Berdasarkan fungsi kognitif direkomendasikan
menggunakan Mini Mental State Examination (MMSE).
6. Pengobatan simultan, secara umum lebih baik untuk mengurangi atau
menghentikan obat sebanyak mungkin untuk mengurangi risiko delirium dan
meminimalkan efek samping kognitif. Obat obat yang akan mengganggu
kejang (antikonvulsan dan benzodiazepin) harus diminimalkan, dan obat yang
mengoptimalkan kondisi medis pasien harus diberikan sebelum ECT.
Tindakan ECT
1. ECT dengan prosedur anestesi, Selama tahun-tahun awal ECT diterapkan pada
pasien tanpa anestesi atau relaksasi otot. Sejak tahun 1950-an dan 1960-an,
beberapa jenis obat diperkenalkan untuk meningkatkan keselamatan dan
akseptabilitas ECT.
2. ECT, untuk memberikan ECT yang tepat maka ambang kejang pasien harus
terlampaui namun nilai sebenarnya dari jumlah listrik yang diperlukan untuk
melakukan ini tergantung pada parameter stimulus yang dibangkitkan. Setiap
mesin ECT mempunyai ukuran unit yang berbeda-beda untuk membangkitkan
stimulus. Ukuran unit selalu disertakan pada petunjuk manual setiap mesin
ECT.
3. Kekerapan tindakan ECT, di United States ECT diberikan 3 kali dalam
seminggu, biasanya untuk 6 - 12 kali pengobatan. Di United Kingdom dan
negara lainnya, ECT diberikan 2 kali dalam seminggu. ECT diberikan hingga
didapat respon terapi maksimal. Respon maksimal dianggap telah terjadi bila
pasien tidak menunjukan perbaikan gejala lagi (plateau) setelah 2 kali
pelaksanaan ECT mendapat respon klinis yang tidak berbeda.
Pemantauan Pasien Segera Setelah ECT
26
electroencephalographic
(EEG)
Pemantauan
EEG
iktal
telah
G. Komplikasi
terbatas bergantung pada jumlah energi yang diberikan, dan energi yang tidak
dibutuhkan merusak memori. Saat ini, penggunaan ultra-brief pulse (0,3ms) telah
dilaporkan mengurangi masalah memori. Ke-dua adalah pengenalan adanya
teknik ECT unilateral, yang biasanya tidak menimbulkan keluhan memori
subyektif.
Berikut merupakan hal berkenaan ECT dan memori.
1. Gangguan memori yang mengikuti ECT, dan biasanya hilang dalam beberapa
2.
3.
4.
5.
6.
A. Simpulan
B. Saran
28
BAB IV
SOAL & JAWABAN
A. Soal
B. Jawaban
29
DAFTAR PUSTAKA
30