Dosen Pembimbing
Dr. Iin Tri Rahayu, M.Si.Psi
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
TAHUN PELAJARAN 2021
Kata Pengantar
Alhamdulillah puji syukur kami panjatkan atas kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-
Nya, kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini yang berjudul “Psikofarmakologi Dalam
Keterkaitannya Dengan Psikologi Klinis” dengan tepat pada waktunya.
Makalah ini dibuat untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Psikologi Klinis. Dalam
makalah ini membahas tentang psikofarmakologi dalam kajian psikologi klinis, gangguan
mental dan penggunaan obat-obat psikotropik serta psikofarmakologi dan pengobatan
gangguan jiwa. Akhirnya kami sampaikan terima kasih atas perhatiannya terhadap makalah ini
dan kami berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi semua orang.
Dengan demikian, saran dan kritik yang kami harapkan dari pembaca untuk peningkatan
pembuatan makalah pada tugas yang lain dan pada waktu mendatang.
Daftar Isi
Halaman Judul……………………………………………………………………………… I
Kata Pengantar……………………………………………………………………………....II
Daftar Isi……………………………………………………………………………………III
BAB I………………………………………………………………………………………...1
PENDAHULUAN………………………………………………………………………...1
1.1 Latar Belakang…………………………………………………………………….. 1
BAB II………………………………………………………………………………………..2
ISI…………………………………………………………………………………………2
2.1 Psikologi Dalam Kajian Psikologi Klinis…………………………………………..2
2.2 Ganngguan Mental dan Penggunaan Obat-obat Psikotropik……………………….2
2.3 Psikofarmakologi dan Pengobatan Gangguan Jiwa………………………………...2
BAB III……………………………………………………………………………………….3
PENUTUP………………………………………………………………………………...3
3.1 Kesimpulan………………………………………………………………………….3
Daftar Pustaka………………………………………………………………………………...4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Psikofarmakologi adalah standar pengobatan yang digunakan untuk penyakit
yang patofisiologinya berkaitan dengan masalah neurobiologis (Taylor, 2016).
Psikofarmakologi mempelajari obat khusus yang dinamakan obat-obat psikotropik, obat
yang efeknya pada otak, yang memiliki dampak terapeutik langsung pada proses mental.
Psikofarmakologi terdiri dari beberapa kategori diantaranya antiansietas, antidepresan,
penstabil mood, antipsikotik, antiparkinson dan stimulan (Townsend, 2010). Pemberian
jenis obat disesuaikan dengan gejala yang muncul dan berdasarkan ketidakseimbangan dari
setiap neurotransmitter. Pada psikofarmakologi dikhususkan untuk orang yang mengalami
gangguan kesehatan jiwa, Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk
menyesuaikan diri dengan diri sendiri, orang lain, masyarakat dan lingkungan, sebagai
perwujudan keharmonisan fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang
biasa terjadi, sehingga individu tersebut merasa puas dan mampu.
Selain itu Ballester dan Frankel juga menyatakan bahwa sebagian besar
neurotransmitter berperan dalam munculnya gejala masalah gangguan jiwa. Dengan
demikian, penanganan masalah gangguan jiwa melalui terapi psikofarmakologi adalah
tepat, karena salah satu etiologi masalah gangguan jiwa adalah neurotransmitter yang
merupakan bagian dari neurobiologis. Kesehatan seseorang selalu dinamis dan berubah
setiap saat serta dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu: kondisi fisik, kondisi
perkembangan mental-emosional dan kondisi dilingkungan sosial. Ketidakseimbangan
pada salah satu ketiga faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan jiwa.
Gangguan jiwa adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa yang menyebabkan
adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan pada individu atau
hambatan dalam melaksanakan peran sosial. Gangguan jiwa tidak bisa disembuhkan secara
maksimal sebagaimana keadaan sebelum sakit beberapa pasein meninggalkan gejala sisa
seperti adanya ketidakmampuan berkomunikasi dan mengenali realitas serta perilaku
kekanak-kanakan yang berdampak pada penurunan produktifitas hidup. Sebagai salah satu
upaya untuk mengurangi penurunan produktifitas maka pada pasien yang dirawat inap
dilakukan upaya rehabilitasi sebelum klien dipulangkan dari rumah sakit.
Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik dan mental sebesar- besarnya
penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal dan penyesuaian diri dalam
hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi sebagai anggota masyarakat.
Sehingga kami sebagai calon psikolog merasa prihatin dan ingin mengurangi gangguan
jiwa yang terjadi pada saat ini. Oleh karena itu kami tertarik mempelajari lebih dalam
tentang apa itu psikofarmakologi.
BAB II
PEMBAHASAN
Psikofarmakologi adalah suatu cabang ilmu atau ilmu pengetahuan yang mempelajari
mengenai obat-obatan yang secara khusus berpengaruh terhadap fungsi-fungsi mental dan
perilaku (disebut juga obat psikoaktif). (Suparno, 2008) (Riskasari & Aquarisnawati, 2016).
Obat-obatan ini berfokus pada otak dan saraf-saraf yang mempengaruhi mental dan perilaku
seseorang. Obat-obatan ini biasanya digunakan pada pasien yang mengidap gangguan
neuropsikologi.
Obat psikotropik (psikotropika, psikofarmaka) merupakan obat yang bekerja secara
selektif pada Susunan Saraf Pusat (SSP) dan mempunyai efek utama terhadap aktivitas mental
dan perilaku (Mind and Behavior altering drugs), digunakan untuk terapi gangguan Psikiatrik
(Psychotherapeutic Medication). (Riskasari & Aquarisnawati, 2016).
Menurut Olson (1993) dalam (Riskasari & Aquarisnawati, 2016) penyakit jiwa adalah
penyakit neurotransmisi atau penyaluran listrik-kimiawi-listrik antar neuron. Olson
membedakanya ke dalam dua kelompok berdasarkan peristiwa yang menyebabkannya, antara
lain :
1. Karena terlalu banyak neurotransmisi yang dapat disebabkan oleh neuron yang terlalu
mudah terangsang (Hyperexcitable) serta terlalu banyaknya molekul neurotransmitter
pada reseptor pascasinaps (Postsynaptic Receptor).
2. Terlalu sedikit neurotransmisi karena terlalu sedikitnya NT yang di ikat oleh reseptor
pascasinaps (Postsynaptic Receptor).
Psikofarmakologi berperan dalam mengobati penyakit jiwa atau gangguan perilaku yang
disebabkan oleh gangguan atau kelainan secara fisik pada neurotransmiter.
Psikotropika merupakan zat kimia atau obat-obatan yang dapat mengubah fungsi otak
dan mengubah persepsi, suasana hati, kesadaran, pikiran, emosi, dan perilaku seseorang.
Psikotropika adalah kategori obat yang dapat mengobati berbagai kondisi. Psikotropika bekerja
dengan menyesuaikan tingkat neurotransmitter atau dengan cara merangsang susunan saraf
pusat sehingga menyebabkan perubahan pada aktivitas mental, perilaku yang disertasi
halusinasi, ilusi, gangguan cara berpikir seseorang. Selain itu, psikotropika dapat menyebabkan
perubahan perasaan secara tiba-tiba dan menimbulkan kecanduan pada penggunanya.
Berdasarkan Undang-undang Republik Indonesia No. 5 tahun 1997, psikotropika
adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif
melalui pengaruh selektif pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan khas pada
aktivitas mental dan perilaku. Psikotropika merupakan jenis obat-obatan yang bisa ditemukan
di apotek, namun penggunaan obat ini harus menggunakan resep dokter karena jika obat ini
disalahgunakan dapat menimbulkan efek samping yang berbahaya seperti merusak organ
tubuh, hingga menyebabkan kematian.Dalam bidang medis, beberapa jenis obat golongan
psikotropika dimanfaatkan untuk pengobatan gangguan mental tertentu, seperti depresi,
gangguan kecemasan, gangguan bipolar, gangguan tidur, dan skizofrenia.
L. Obat-obatan
Untuk meredakan gejala yang dialami penderita dan meningkatkan efektifitas
psikoterapi, dokter dapat meresepkan sejumlah obat berikut:
Antidepresan, misalnya fluoxetine
Antipsikotik, seperti aripiprazole.
Pereda cemas, misalnya alprazolam.
Mood stabilizer, seperti lithium.