Anda di halaman 1dari 15

KEPERAWATAN JIWA

KONSEP PSIKOFARMAKA

DOSEN PENGAJAR :

Pawiono, SST., MPH

DI SUSUN OLEH :

Ahmad islamudin oky w (182002002)

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB JOMBANG

TAHUN AKADEMIK 2019/2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “ MAKALAH
KONSEP PSIKOFARMAKA’’ sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.

Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi semua pihak.

Jombang, 23 April 2020

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2

BAB 1..............................................................................................................................................4

PENDAHULUAN...........................................................................................................................4

1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................4

1.2 Tujuan Penulisan....................................................................................................................5

1.3 Metode Penulisan...................................................................................................................5

BAB II.............................................................................................................................................6

PEMBAHASAN..............................................................................................................................6

2.1 Pengertian Psikofarmaka........................................................................................................6

2.2 Klasifikasi..............................................................................................................................6

2.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat..................................................................................8

BAB III..........................................................................................................................................10

PENUTUP.....................................................................................................................................10

3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10

3.2 Saran.....................................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11

SOAL.............................................................................................................................................12

3
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kesehatan jiwa merupakan kemampuan individu untuk menyesuaikan diri dengan diri
sendiri, orang lain, masyarakat, dan lingkungan, sebagai perwujudan keharmonisan
fungsi mental dan kesanggupannya menghadapi masalah yang biasa terjadi, sehingga
individu tersebut merasa puas dan mampu.

Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah setiap saat serta dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi fisik (somatogenik), kondisi perkembangan mental-
emosional (psikogenik) dan kondisi dilingkungan sosial (sosiogenik).
Ketidakseimbangan pada salah satu dari ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan
gangguan jiwa.

Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang enyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. WHO
memperkirakan saat ini di seluruh dunia terdapat 450 juta orang mengalami gangguan
jiwa, di Indonesia sendiri pada tahun 2006 diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa dengan ratio populasi 1:4 penduduk. Departemen Kesehatan
RI mengakui sekitar 2,5 juta orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit jiwa.
Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal sebagaimana keadaan sebelum
sakit, beberapa pasien meninggalkan gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan
berkomunikasi dan mengenai realitas, serta prilaku kekanak-kanakan yang berdampak
pada penuruna produktifitas hidup. Hal ini ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun
2001 di beberapa Negara yang menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau
Dissabiliiy Adjusted Life Years (DALY’s) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease,
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi
penurunan produktifitas maka pasien yang dirawat inap dilakukan upaya rehabilitasi
sebelum klien dipulangkan dari rumah sakit. Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik
dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal
dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi
sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.

4
Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multi profesi yang terdiri dari dokter, perawat,
psikolog, sosial worker serta okupasi terapis yang memiliki peran dan fungsi masing-
masing.

1.2 Tujuan Penulisan


a. Tujuan Umum
1. Mahasiswa mampu berfikir kritis dan analisis dalam memahami peran
2. perawat dalam terapi psikofarmaka
b. Tujuan Khusus
1. Mahasiswa memahami pengertian psikofarmaka
2. Mahasiswa memahami klasifikasi obat-obatan psikofarmaka
3. Mahasiswa memahami peran perawat dalam pemberian obat

1.3 Metode Penulisan


            Dalam penulisan makalah ini penulis menggunakan metode deskriptif yaitu dengan
penjabaran masalah-masalah yang ada dan menggunakan studi kepustakaan dari literatur
yang ada, baik di perpustakaan maupun internet.

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Psikofarmaka


            Psikofarmaka adalah obat-obatan yang digunakan untuk klien dengan gangguan
mental. Psikofarmaka termasuk obat-obatan psikotropik yang bersifat Neuroleptik
(bekerja pada sistem saraf). Pengobatan pada gangguan mental bersifat komprehensif,
yang meliputi :

1. Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi
Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik
3. Terapi Modalitas

            Psikofarmakologi adalah komponen kedua dari management psikoterapi. Perawat


perlu memahami konsep umum psikofarmaka. Beberapa hal yang termasuk
Neurotransmitter adalah Dopamin, Neuroepineprin, Serotonin, dan GABA (Gama
Amino Buteric Acid), dll. Meningkatnya dan menurunnya kadar/konsentrasi
neurotransmitter akan menimbulkan kekacauan atau gangguan mental. Obat-obatan
psikofarmaka efektif untuk mengatur keseimbangan Neurotransmitter.

2.2 Klasifikasi
Menurut Rusdi Maslim, yang termasuk obat-obatan psikofarmaka adalah golongan :

A. Anti Psikotik
– Anti psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik :
Neuroleptika
– Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor Dopamin dalam otak (di ganglia) pada
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
– Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik, mengurangi
insomnia, sangat efektif mengatasi Delusi, Halusinasi, Ilusi dan gangguan proses
berpikir
– Indikasi pemberian anti psikototik : pada semua jenis psikosa, kadang untuk
gangguan maniak dan paranoid.
– Efek samping pada anti psikotik : efek samping pada sistem syaraf

6
B. Anti Depresi
– Hipotesis : Sindroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu atau beberapa
aminergic neurotransmitter seperti Noradrenalin, Serotonin, Dopamin pada sinaps
neuron di SSP, khususnya pada sistem Limbik.
– Mekanisme kerja obat :
a. Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmitter
b. Menghambat reuptake aminergik neurotransmitter
c. Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase)
sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron
SSP
– Efek farmakologi : mengurangi gejala depresi dan sebagai penenang.
– Jenis obat yang digunakan adalah :
a. Trisiklik
b. MAO Inhibitor
c. Aminitriptylin   
– Efek samping : yaitu efek samping Kolonergik (efek samping terhadap sistem
syaraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi.
C. Anti Mania (Lithium Carbonate)
– Mekanisme kerja : menghambat pelepasan Serotonin dan mengurangi
sensitivitas dari reseptor Dopamin.
– Hipotesa : pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine
– Efek farmakologi : mengurangi agresivitas, tidak menimbulkan efek sedative,
mengoreksi/mengontrol pola tidur, irritable. Pada mania dengan kondisi berat
pemberian anti mania dikombinasikan dengan obat anti psikotik
– Efek samping : efek neurologik ringan seperti kelelahan, letargis, tremor di
tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi diare dan mual.
– Efek toksik : pada ginjal (poliuri, edema), peningkatan jumlah litium, sehingga
menambah keadaan edema. Sedangkan pada SSP (tremor, kurang koordinasi,
nistagmus dan disorientasi
D. Anti Cemas
– Termasuk Minor Transquilizer. Jenis obat antara lain Diazepam
E. Anti Insomnia : Phenobarbita
F. Anti Obsesif-Kompulsif : Clomipramin
7
G. Anti Panik, yang paling sering digunakan oleh klien jiwa : Imipramine

2.3 Peran Perawat Dalam Pemberian Obat


1. Pengumpulan data sebelum pengobatan yang meliputi :
a. Diagnosa Medis
b. Riwayat Penyakit
c. Hasil Pemeriksaan Lab
d. Jenis obat yang digunakan, dosis, waktu pemberian
e. Program terapi yang lain
f. mengkombinasikan obat dengan terapi Modalitas
g. Pendidikan kesehatan untuk klien dan keluarga tentang pentingnya minum obat
secara teratur dan penanganan efek samping obat
h. Monitoring efek samping penggunaan obat
2. Melaksanakan Prinsip Pengobatan Psikofarmaka
a. Persiapan
1. Melihat order permberian obat di lembaran obat (status)
2. Kaji setiap obat yang akan diberikan. Termasuk tujuan, cara kerja obat, dosis,
efek samping obat dan cara pemberian
3. Kaji pengetahuan klien dan keluarga tentang obat
4. Kaji kondisi klien sebelum pengobatan
b. Lakukan minimal prinsip lima benar
c. Laksanakan program pemberian obat
1. Gunakan pendekatan tertentu
2. Pastikan bahwa obat telah terminum
3. Bubuhkan tanda tangan pada dokumentasi pemberian obat, sebagai aspek legal
a) Laksanakan program pengobatan berkelanjutan melalui program
rujukan
b) Menyesuaikan dengan terapi non famakoterapi
c) Turut serta dalam penelitian tentang obat psikofarmaka

Setelah seorang perawat melaksanakan terapi psikofarmaka maka tugas terakhir


yang penting harus dilakukan adalah evaluasi. Dikatakan reaksi obat efektif jika :

1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat

8
3. Halusinasi, Agresi, Delusi, menarik diri menurun
4. Prilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir kea rah logika
6. Efek samping Obat
7. Tanda-tanda Vital

            Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmaka yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai salah satu bagian dari pendekatan
holistik pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut :

1. Pengkajian pasien. Pengkajian pasien memberi landasan pandangan tentang masing-


masing pasien.
2. Koordinasi modalitas terapi. Koordinasi ini mengintegrasikan berbagai terapi
pengobatan dan sering kali membingungkan bagi pasien
3. Pemberian agen psikofarmakologis. Program pemberian obat dirancang secara
professional dan bersifat individual
4. Pemantauan efek obat. Termasuk efek yang diinginkan maupun efek samping yang
dapat dialami pasien.
5. Penyuluhan pasien. Memungkinkan pasien untuk meminum obat dengan aman dan
efektif
6. Program Rumatan obat. Dirancang untuk mendukung pasien di suatu tatanan
perawatan tindak lanjut dalam jangka panjang.
7. Partisipasi dalam penelitian klinis antar disiplin tentang uji coba obat.
8. Perawat merupakan anggota tim yang penting dalam penelitian obat yang digunakan
untuk mengobati pasien gangguan jiwa
9. Kewenangan untuk memberi resep

9
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
            Salah satu somatik terapi (terapi fisik) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian
obat psikofarmaka. Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang
digunakan untuk mengobati gangguan mental. Obat-obatan yang paling sering digunakan
di Rumah Sakit Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol, dan Trihexypenidil. Obat-
obatan yang diberikan selain dapat membantu dalam proses penyembuhan pada klien
gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang dapat merugikan klien tersebut,
seperti pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur dan konstipasi. Untuk
menghindari hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan
dengan pasien selama 24 jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan
mengenai kondisi klien terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka.

            Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Pusat
Bandung, ternyata perawat tidak melakukan asuhan keperawatan pemberian obat secara
tepat, misalkan : Perawat hanya memanggil klien satu persatu tanpa cek kondisi umum
klien, misal pemeriksaan tekanan darah, dan lain-lain.

3.2 Saran
            Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, panti
kesehatan jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa), pengajar keperawatan
jiwa di sekolah keperawatan, perawat jiwa yang ada di struktur departemen kesehatan
dan dinas kesehatan diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada
setiap kesempatan mulai dari sekarang pada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang
dilakukan bisa berupa advokasi dan action.

10
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, B.A. dkk.2007. Advance Course Community Mental Health Nursing.Manajemen


Community Health Nursing District Level: Jakarta

http://www.docstoc.com/docs/PERAN -PERAWAT-PADA REHABILITASI-KLIEN-


GANGGUAN-JIWA

11
SOAL

1. seorang laki-laki 36 tahun dikonsulkan ke bagian psikiatri oleh


bagian neurologi dengan meningoencefalitis. Dari hasil pemeriksaan
status mentalis dia memperlihatkan gejala motorik berupa stupor dan
flesibilitas serea. Dia berulang kali mengulangi kata-kata tertentu
dan selalu menirukan gerakan yg dilakukan pemeriksa.

diagnosis yg paling tepat pada pasien tersebut adalah..

a. derelium

b. gangguan bipolar
c. skizofrenia paranoid
d. skizofrenia katatonik
e. gangguan katatonik organic

2. Penyakit kelainan mental dimana penderitanya mengalami gangguan


proses berpikir
dan respon emosi yang lemah, cara berbicara dan berpikir yang kacau
dan disertai
dengan disfungsi sosial dan pekerjaan yang signifikan. penyakit yang
dialamai oleh
penderita tersebut adalah….
a. Skizofreni
b. Psikosis
c. pyromania
d. Neurosis
e. Antimania

3. lithium carbonate dapat mengurangi kemampuan dopamine reseptor


supersensitivity,
meningkatkan cholinergic muscarinic activity, dan menghambat cyclic
adenosine
monophospate. hal tersebut merupakan mekanisme kerja dari obat….

12
a. Antipsikosis
b. Antimania
c. Antidepresan
d. Antiinsomnia
e. Antihistamin

4. Obat berikut selain termasuk golongan Psikofarmaka juga berkhasiat


anti emetika
dan Hipnotika / sedativa, yaitu...
a. Perfenazin
b. Klorpromazin
c. Meprobamat
d. Diazepam
e. Triheksiphenidil

5. Seorang laki-laki 22 tahun dirujuk ke UGD karena sudah 1 tahun


berperilaku aneh. Dia sering bicara dengan televisi dan bercakap-
cakap dengan dirinya sendiri. Ibunya mengatakan bahwa sejak 4 tahun
lalu putranya menarik diri dari segala kegiatan sosial yang dulu ia
ikuti. Pasien drop out dari kuliahnya pada tahun terakhir menjelang
skripsi. Setelah itu ia bekerja sebagai pelayan di restoran dan
dikeluarkan karena bertikai dengan pegawai yang lain.

manakah diagnosis yang paling sesuai untuk pasien tersebut adalah....

a. dementia
b. skizofrenia
c. gangguan tidur
d. gangguan skizoafektif
e. gangguan depresi berat dengan gejala psikotik

6. Pada psien psikosis dengan gejala agresif / impulsif serta


membahayakan dirinya / orang lain, farmakoterapi yang tepat adalah
a. Tablet clorpromadzin
b. Injeksi broadspectrum neuroleptika

13
c. Benzodiazepin oral
d. Antidepresan oral
e. Anxiolitik oral

7. Psikofarmaka yang perlu dihindari pemberiannya pada anak adalah


a. Anxiolitika
b. Antipsikotika
c. Psikostimulan
d. Anti depresan
e. Mood stabilizer

Kasus

Seorang perempuan 27 tahun di bawa ke UGD oleh suaminya karena


bertingkah laku aneh. Dia meyakini sejak setahun yang lalu anak
tetangganya selalu mengawasinya dan mengikutinya. Dia menambahkan
bahwa sejak 6 bulan lalu dia sering mendengar suara percakapan 2
orang, terutama saat sendirian, di mana dua orang itu membicarakan
dirinya. Suara tersebut juga sering mencela pasien serta mengancam
akan mencelakakannya. Suaminya mengatakan bahwa istrinya sering
ketakutan dan sulit tidur, serta sering bicara sendiri.

8. Berdasarkan PPDGJ III , untuk dapat dikatakan skizofrenia , gejala


diatas setidaknya sudah berlangsung selama
a. 1 tahun
b. 6 bulan
c. 2 bulan
d. 1 bulan
e. 2 minggu
9. Psikofarmaka utama pada kasus diatas adalah..
a. anti manik
b. anti psikotik
c. anti depresan
d. anti insomnia
e. anti ansietas

14
10. Efek samping dari antipsikotik yang paling sering terjadi
adalah gangguan atau sindrom ekstra piramidal. Untuk mengatasi efek
samping ini, obat yang digunakan adalah
a. Diazepam
b. Fluoksantin
c. Alprazolam
d. Antiepileptika
e. Trihexyphenidil

15

Anda mungkin juga menyukai