KONSEP PSIKOFARMAKA
DOSEN PENGAJAR :
DI SUSUN OLEH :
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah swt. yang telah memberikan rahmat, taufik, serta hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas penyusunan makalah dengan judul “ MAKALAH
KONSEP PSIKOFARMAKA’’ sesuai dengan waktu yang sudah disediakan.
Saya menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang bersifat membangun sangat saya harapkan.
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB 1..............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
2.2 Klasifikasi..............................................................................................................................6
BAB III..........................................................................................................................................10
PENUTUP.....................................................................................................................................10
3.1 Kesimpulan..........................................................................................................................10
3.2 Saran.....................................................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................11
SOAL.............................................................................................................................................12
3
BAB 1
PENDAHULUAN
Kesehatan jiwa seseorang selalu dinamis dan berubah setiap saat serta dipengaruhi
oleh beberapa faktor, yaitu : kondisi fisik (somatogenik), kondisi perkembangan mental-
emosional (psikogenik) dan kondisi dilingkungan sosial (sosiogenik).
Ketidakseimbangan pada salah satu dari ketiga faktor tersebut dapat mengakibatkan
gangguan jiwa.
Gangguan jiwa menurut Depkes RI (2000) adalah suatu perubahan pada fungsi jiwa
yang enyebabkan adanya gangguan pada fungsi jiwa, yang menimbulkan penderitaan
pada individu dan atau hambatan dalam melaksanakan peran sosial. WHO
memperkirakan saat ini di seluruh dunia terdapat 450 juta orang mengalami gangguan
jiwa, di Indonesia sendiri pada tahun 2006 diperkirakan 26 juta penduduk Indonesia
mengalami gangguan jiwa dengan ratio populasi 1:4 penduduk. Departemen Kesehatan
RI mengakui sekitar 2,5 juta orang di negeri ini telah menjadi pasien rumah sakit jiwa.
Gangguan jiwa tidak dapat disembuhkan secara maksimal sebagaimana keadaan sebelum
sakit, beberapa pasien meninggalkan gejala sisa seperti adanya ketidakmampuan
berkomunikasi dan mengenai realitas, serta prilaku kekanak-kanakan yang berdampak
pada penuruna produktifitas hidup. Hal ini ditunjang dengan data Bank Dunia pada tahun
2001 di beberapa Negara yang menunjukkan bahwa hari-hari produktif yang hilang atau
Dissabiliiy Adjusted Life Years (DALY’s) sebesar 8,1 % dari Global Burden of Disease,
disebabkan oleh masalah kesehatan jiwa. Sebagai salah satu upaya untuk mengurangi
penurunan produktifitas maka pasien yang dirawat inap dilakukan upaya rehabilitasi
sebelum klien dipulangkan dari rumah sakit. Tujuannya untuk mencapai perbaikan fisik
dan mental sebesar-besarnya, penyaluran dalam pekerjaan dengan kapasitas maksimal
dan penyesuaian diri dalam hubungan perseorangan dan sosial sehingga bisa berfungsi
sebagai anggota masyarakat yang mandiri dan berguna.
4
Pelaksanaan rehabilitasi dilakukan oleh multi profesi yang terdiri dari dokter, perawat,
psikolog, sosial worker serta okupasi terapis yang memiliki peran dan fungsi masing-
masing.
5
BAB II
PEMBAHASAN
1. Teori biologis (somatik). Mencakup pemberian obat psikotik dan Elektro Convulsi
Therapi (ECT).
2. Psikoterapeutik
3. Terapi Modalitas
2.2 Klasifikasi
Menurut Rusdi Maslim, yang termasuk obat-obatan psikofarmaka adalah golongan :
A. Anti Psikotik
– Anti psikotik termasuk golongan Mayor Transquilizer atau Psikotropik :
Neuroleptika
– Mekanisme kerja : menahan kerja reseptor Dopamin dalam otak (di ganglia) pada
sistem limbik dan sistem ekstrapiramidal
– Efek farmakologi : sebagai penenang, menurunkan aktifitas motorik, mengurangi
insomnia, sangat efektif mengatasi Delusi, Halusinasi, Ilusi dan gangguan proses
berpikir
– Indikasi pemberian anti psikototik : pada semua jenis psikosa, kadang untuk
gangguan maniak dan paranoid.
– Efek samping pada anti psikotik : efek samping pada sistem syaraf
6
B. Anti Depresi
– Hipotesis : Sindroma depresi disebabkan oleh defisiensi salah satu atau beberapa
aminergic neurotransmitter seperti Noradrenalin, Serotonin, Dopamin pada sinaps
neuron di SSP, khususnya pada sistem Limbik.
– Mekanisme kerja obat :
a. Meningkatkan sensitivitas terhadap aminergik neurotransmitter
b. Menghambat reuptake aminergik neurotransmitter
c. Menghambat penghancuran oleh enzim MAO (Mono Amine Oxidase)
sehingga terjadi peningkatan jumlah aminergik neurotransmitter pada neuron
SSP
– Efek farmakologi : mengurangi gejala depresi dan sebagai penenang.
– Jenis obat yang digunakan adalah :
a. Trisiklik
b. MAO Inhibitor
c. Aminitriptylin
– Efek samping : yaitu efek samping Kolonergik (efek samping terhadap sistem
syaraf perifer) yang meliputi mulut kering, penglihatan kabur, konstipasi.
C. Anti Mania (Lithium Carbonate)
– Mekanisme kerja : menghambat pelepasan Serotonin dan mengurangi
sensitivitas dari reseptor Dopamin.
– Hipotesa : pada mania terjadi peluapan aksi reseptor amine
– Efek farmakologi : mengurangi agresivitas, tidak menimbulkan efek sedative,
mengoreksi/mengontrol pola tidur, irritable. Pada mania dengan kondisi berat
pemberian anti mania dikombinasikan dengan obat anti psikotik
– Efek samping : efek neurologik ringan seperti kelelahan, letargis, tremor di
tangan terjadi pada awal terapi dapat juga terjadi diare dan mual.
– Efek toksik : pada ginjal (poliuri, edema), peningkatan jumlah litium, sehingga
menambah keadaan edema. Sedangkan pada SSP (tremor, kurang koordinasi,
nistagmus dan disorientasi
D. Anti Cemas
– Termasuk Minor Transquilizer. Jenis obat antara lain Diazepam
E. Anti Insomnia : Phenobarbita
F. Anti Obsesif-Kompulsif : Clomipramin
7
G. Anti Panik, yang paling sering digunakan oleh klien jiwa : Imipramine
1. Emosional stabil
2. Kemampuan berhubungan interpersonal meningkat
8
3. Halusinasi, Agresi, Delusi, menarik diri menurun
4. Prilaku mudah diarahkan
5. Proses berpikir kea rah logika
6. Efek samping Obat
7. Tanda-tanda Vital
Perawat harus mempunyai cukup pengetahuan tentang strategi psikofarmaka yang
tersedia, tetapi informasi ini harus digunakan sebagai salah satu bagian dari pendekatan
holistik pada asuhan pasien. Peran perawat meliputi hal-hal sebagai berikut :
9
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Salah satu somatik terapi (terapi fisik) pada klien gangguan jiwa adalah pemberian
obat psikofarmaka. Psikofarmaka adalah sejumlah besar obat farmakologis yang
digunakan untuk mengobati gangguan mental. Obat-obatan yang paling sering digunakan
di Rumah Sakit Jiwa adalah Chlorpromazine, Halloperidol, dan Trihexypenidil. Obat-
obatan yang diberikan selain dapat membantu dalam proses penyembuhan pada klien
gangguan jiwa, juga mempunyai efek samping yang dapat merugikan klien tersebut,
seperti pusing, sedasi, pingsan, hipotensi, pandangan kabur dan konstipasi. Untuk
menghindari hal tersebut perawat sebagai tenaga kesehatan yang langsung berhubungan
dengan pasien selama 24 jam, harus mampu mengimbangi terhadap perkembangan
mengenai kondisi klien terutama efek dari pemberian obat psikofarmaka.
Berdasarkan hasil penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Jiwa Pusat
Bandung, ternyata perawat tidak melakukan asuhan keperawatan pemberian obat secara
tepat, misalkan : Perawat hanya memanggil klien satu persatu tanpa cek kondisi umum
klien, misal pemeriksaan tekanan darah, dan lain-lain.
3.2 Saran
Perawat jiwa yang ada di rumah sakit (rumah sakit jiwa, rumah sakit umum, panti
kesehatan jiwa, yayasan yang merawat pasien gangguan jiwa), pengajar keperawatan
jiwa di sekolah keperawatan, perawat jiwa yang ada di struktur departemen kesehatan
dan dinas kesehatan diharapkan bersatu padu untuk menyuarakan kesehatan jiwa pada
setiap kesempatan mulai dari sekarang pada setiap orang yang ditemui. Kegiatan yang
dilakukan bisa berupa advokasi dan action.
10
DAFTAR PUSTAKA
11
SOAL
a. derelium
b. gangguan bipolar
c. skizofrenia paranoid
d. skizofrenia katatonik
e. gangguan katatonik organic
12
a. Antipsikosis
b. Antimania
c. Antidepresan
d. Antiinsomnia
e. Antihistamin
a. dementia
b. skizofrenia
c. gangguan tidur
d. gangguan skizoafektif
e. gangguan depresi berat dengan gejala psikotik
13
c. Benzodiazepin oral
d. Antidepresan oral
e. Anxiolitik oral
Kasus
14
10. Efek samping dari antipsikotik yang paling sering terjadi
adalah gangguan atau sindrom ekstra piramidal. Untuk mengatasi efek
samping ini, obat yang digunakan adalah
a. Diazepam
b. Fluoksantin
c. Alprazolam
d. Antiepileptika
e. Trihexyphenidil
15